• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Papua No.23/05/94/TH,2 Mei 2016 1

No. 23/05/94/TH.VI, 2 Mei 2016

P

ERTUMBUHAN

P

RODUKSI

I

NDUSTRI MANUFAKTUR

P

ROVINSI

P

APUA

T

RIWULAN

I-2016

 Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) serta Industri Mikro dan Kecil (IMK).

INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS)

 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (q-to-q) Provinsi Papua

Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,50 persen dari Triwulan IV-2015.

 Jika dibandingkan pertumbuhan produksi Triwulan I-2015, pertumbuhan Produksi Industri

Manufaktur Besar dan Sedang (y-on-y) Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif yang cukup siginifikan, yaitu sebesar 8,91 persen.

 Pertumbuhan IBS yang positif selama Triwulan I-2016 karena meningkatnya produksi dari

industri manufaktur yang berorientasi ekspor, yaitu Industri Makanan (CPO dan Kernel) dan Industri Kayu, Barang dari Kayu (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16). Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari negara-negara pengimpor komoditi tersebut.

.

INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK)

 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (q-to-q) Provinsi Papua Triwulan

I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,02 persen dari Triwulan IV-2015. Pertumbuhan positif tersebut dapat disebabkan oleh faktor meningkatnya produksi dari beberapa komoditi industri, yang paling tinggi komoditi Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30); Industri Pakaian Jadi (KBLI 14); Industri Makanan (KBLI 10); kemudian Industri Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16); dan Industri Pengolahan Lainnya (KBLI 32)

 Jika dilihat secara (y-on-y), pertumbuhan produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan I-2016

Provinsi Papua mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,09 persen dari Triwulan I-2015. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena lebih tingginya permintaan konsumen terhadap produk-produk industri tertentu selama Triwulan I-2016 dibandingkan Triwulan I-2015, terutama Industri Pengolahan Lainnya (KBLI 32); Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30); Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (KBLI 25); dan Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman (KBLI 18)

(2)

INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) I. Pendahuluan

Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi pembangunan perekonomian Provinsi Papua. Nilai tambah (value added) yang dihasilkan dari sektor ini telah memberikan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Papua, walaupun tidak terlalu besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya.

Mulai Triwulan I-2012, sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) dikategorikan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, sehingga menjadi enam jenis Industri Manufaktur Besar dan Sedang (jumlah tenaga kerja produksi dan lainnya, termasuk pemilik usaha ≥ 20 orang) yang ada di Provinsi Papua berdasarkan data 2011, sebagai berikut :

1. Industri Makanan (KBLI 10) dengan share nilai produksi sebesar 34,64 persen,

2. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari

Bambu, Rotan dan sejenisnya (KBLI 16) dengan share nilai produksi sebesar 61,59 persen dan

3. Industri Lainnya (KBLI 11,22,23 dan 31), dengan share nilai produksi sebesar 3,77 persen

Dengan data tersebut menunjukkan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16) paling dominan memberikan kontribusi nilai produksi dari industri di Papua. Kemudian diikuti Industri Makanan (KBLI 10).

Pemberlakuan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009 mulai triwulan I-2012 yang menyebabkan perusahaan-perusahaan yang sebelumnya masuk ke sektor industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang ada di Provinsi Papua sudah tidak dikategorikan sebagai industri manufaktur lagi, tetapi masuk ke Penerbitan di sektor Informasi dan Komunikasi.

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) ini mulai Triwulan I-2012 dihitung berdasarkan angka Indeks Produksi Bulanan dengan sampling frame tahun 2005 dan tahun dasar 2010 (2010 = 100).

II. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (q-to-q) Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,50 persen dari Triwulan IV-2015 dan angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan secara nasional yang tumbuh minus sebesar negatif 1,34 persen. Angka pertumbuhan ini disebabkan karena selama Triwulan I-2016 terjadi peningkatan produksi dari industri manufaktur yang berorientasi ekspor, yaitu Industri Manufaktur Makanan (CPO dan Kernel) yang masuk dalam KBLI 10 dan Industri Kayu, Barang dari Kayu (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16). Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena pengaruh meningkatnya permintaan dari negara-negara pengimpor

(3)

komoditi tersebut. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi Triwulan I-2015, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (y-on-y) Provinsi Papua selama Triwulan I-2016 juga mengalami pertumbuhan positif yang cukup signifikan, yaitu sebesar 8,91 persen, dan berada di atas pertumbuhan nasional yang tumbuh 4,08 persen. Pertumbuhan positif tersebut dapat dipengaruhi karena produksi selama Triwulan I-2016 lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan yang sama pada tahun 2015. Dalam hal ini oleh komoditi Industri Manufaktur Makanan, khususnya CPO dan Kernel (KBLI 10) dan Industri Kayu, Barang dari Kayu (Tidak Termasuk Furnitur), Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16).

Dari beberapa jenis industri manufaktur besar dan sedang yang ada di Provinsi Papua, hanya ada tiga Industri Manufaktur yang dapat dipublikasikan angka pertumbuhannya, yaitu: Industri Makanan (KBLI 10); Industri Minuman (KBLI 10); dan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya (KBLI 16). Hal ini disebabkan karena tidak semua jenis industri manufaktur besar dan sedang memenuhi syarat penghitungan pertumbuhan produksi industri, karena jumlah perusahaannya yang sangat sedikit. Dari Tabel 1 di bawah ini dapat dilihat perbandingan pertumbuhan produksi Industri Manufakur Besar dan Sedang antara Provinsi Papua dan Nasional selama Triwulan I Tahun 2016.

Tabel 1

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan I-2016 Provinsi Papua dan Nasional (persen) Wilayah Pertumbuhan

q-to-q y-on-y

(1) (2) (3)

Provinsi Papua 2,50 8,91 Nasional -1,34 4,08

Industri Makanan (KBLI 10)

Pertumbuhan produksi Industri Makanan (q-to-q) Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,06 persen dari Triwulan IV-2015. Sedangkan jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi Triwulan I-2015, pertumbuhan produksi Industri Makanan (y-on-y) Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif yang cukup signifikan, yaitu sebesar 9,19 persen.

Angka pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Makanan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena meningkatnya permintaan oleh negara-negara pengimpor dari komoditi yang dimaksud.

(4)

Industri Minuman (KBLI 11)

Industri Minuman yang ada di Provinsi Papua adalah Air MInum Dalam Kemasan. Pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Minuman di Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 0,15 dari Triwulan IV-2015. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena pendistribusian produk tersebut mengalami gangguan karena dipengaruhi oleh cuaca yang kurang baik, sehingga produksi komoditi tersebut mengalami penurunan selama Triwulan I-2016 dari Triwulan sebelumnya.

Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman

dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16)

Pertumbuhan produksi Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (q-to-q) Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,96 persen dari Triwulan IV-2015. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi Triwulan I-2015, pertumbuhan produksi Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya (y-on-y) Provinsi Papua pada Triwulan I-2016 juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,97 persen.

Pertumbuhan produksi untuk KBLI 10 kemungkinan dapat disebabkan karena meningkatnya permintaan oleh konsumen dari beberapa komoditi, khususnya produk kayu olahan, seperti Sawn Timber dan Plywoood pada Triwulan I-2016 lebih tinggi dibandingkan pada Triwulan IV-2015. Demikian halnya bila dibandingkan dengan Triwulan yang sama pada 2015.

Q-to-Q Y-on-Y

5,32

4,69 2,06

9,19

Grafik 1. Pertumbuhan Industri Makanan Triwulan I-2016 dibandingkan Triwulan IV-2015 Provinsi Papua (Persen)

(5)

INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK)

I. Pendahuluan

Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, sampel Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulan I-2016, yaitu usaha dengan jumlah tenaga kerja (produksi maupun lainnya, termasuk pemilik usaha) 1 sampai 19 orang yang ada di Provinsi Papua meliputi 11 jenis industri, yaitu sebagai berikut :

 Industri Makanan (KBLI 10), dengan share nilai produksi sebesar 42,36 persen,

 Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16) dengan share nilai produksi sebesar 19,53 persen,

 Industri Pakaian Jadi (KBLI 14) dengan share nilai produksi sebesar 6,44 persen,  Industri Furnitur (KBLI 31) dengan share nilai produksi sebesar 7,42 persen,

 Industri Barang Galian Bukan Logam (KBLI 23) dengan nilai share produksi sebesar 8,28 persen  Industri Minuman (KBLI 11), dengan share nilai produksi sebesar 4,51 persen,

 Industri Lainnya (KBLI 15,18,25,30 dan 32), dengan share nilai produksi sebesar 11,46 persen II. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan

Pertumbuhan produksi Industri Mikro dan Kecil di Papua pada Triwulan I-2016 secara (q-on-q)) menunjukkan arah yang samabn dengan pertumbuhan Industri Besar dan Sedang (IBS). Pada Grafik 3. menunjukkan pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (q-to-q) Provinsi Papua Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,02 persen dari Triwulan IV-2015. Pertumbuhan positif tersebut sangat dipengaruhi oleh karena meningkatnya produksi dari beberapa komoditi, terutama Indsutri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30); Indsutri Pakaian Jadi (KBLI 14); Industri

Q-to-Q Y-on-Y

0,75

-1,80 5,96

7,97

Grafik 2. Pertumbuhan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu dan

Sejenisnya Triwulan I-2016 dibandingkan Triwulan IV-2015 Provinsi Papua (Persen)

(6)

Makanan (KLBI 10); Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16); Industri Pengolahan Lainnya (KBLI 32).

Jika dibandingkan pertumbuhan produksi Triwulan I-2015, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (y-on-y) Provinsi Papua Triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,09 persen sedikit di bawah pertumbuhan produksi nasional yang tumbuh sebesar 5,91 persen. Pertumbuhan tersebut kemungkinan dapat disebabkan karena lebih tingginya permintaan oleh konsumen terhadap produk-produk industri tertentu pada Triwulan I-2016 dibandingkan Triwulan I-2015, terutama Industri Pengolahan Lainnya (KBLI 32), Industri Alat Angkutan Lainnya (KBLI 30) Industri Barang dari Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya (KBLI 25), Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman (KBLI 18). Selain itu, bisa disebabkan karena bertambahnya modal pengusaha dengan adanya bantuan pemerintah untuk pengembangan usaha yang berskala kecil dan mikro, seperti dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Secara lengkap pertumbuhan produksi Industri Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan I-2016 Provinsi Papua dapat dilihat dari Tabel 2 berikut:

Q-to-Q Y-on-Y 5,02% 4,09% 0,76% 5,91% Grafik 3.

Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil Triwulan I-2016 Papua dan Nasional

(7)

Tabel 2

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan kecil Triwulan I-2016 Provinsi Papua Menurut KBLI (persen)

No Kode KBLI Jenis Industri Pertumbuhan Triwulan I-2016 (persen) q-to-q c-to-c y-on-y

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 10 Industri Makanan 8.04 -0.86 -0.86

2 11 Industri Minuman -0.38 -9.80 -9.80

3 14 Industri Pakaian Jadi 10.59 0.14 0.14

4 15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki -12.01 -10.71 -10.71 5 16

Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya

6.13 5.29 5.29

6 18 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 4.77 15.03 15.03 7 23 Industri Barang Galian Bukan Logam -1.77 13.11 13.11 8 25 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya -9.81 21.36 21.36 9 30 Indsutri Alat Angkutan Lainnya 15.14 21.39 21.39

10 31 Industri Furnitur 0.28 5.94 5.94

11 32 Industri Pengolahan Lainnya 5.13 42.31 42.13

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Jl. Dr. Sam Ratulangi Dok II, Jayapura-Papua

Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 E-mail: bps9400@bps.go.id Homepage: http://papua.bps.go.id

Gambar

Grafik 1. Pertumbuhan Industri Makanan Triwulan I-2016  dibandingkan Triwulan IV-2015 Provinsi Papua (Persen)
Grafik 2. Pertumbuhan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus  (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu dan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengujian ini dapat diketahui apakah variabel independen (X) secara tunggal berpengaruh terhadap variabel independen (Y), yaitu dengan membandingkan antara

Kerjasama merupakan salah satu proses interaksi sosial. Interaksi sosial dapat dikatakan berhasil salah satunya ketika anak mampu bekerja sama dengan teman sebayanya. Dalam suatu

Di dalam estetika (filsafat keindahan), keindahan adalah sebuah prinsip yang penting yang membuat suatu karya seni yang bersifat indrawi (konkret) dapat

Data untuk perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan varians kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21. Adapun deskripsi kemampuan awal

• Contohnya seperti nilai dari atribut kepentingan dan kepuasan untuk ruang kelas praktikum yang nyaman, nilai atribut kepentingannya bernilai (3,95) dan nilai kepuasannya adalah

Telah dilakukan pengujian pada semikonduktor kapasitor metal oksida(MOS) dengan bahan oksida Strontium Titanat (SrTiO 3 ) yang disintesis menggunakan metode chemical

Memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pelayanan penempatan tenaga kerja serta penguatan informasi pasar kerja dan pelayanan penempatan transmigrasi.

Parameter kimia fisik air permukaan yang akan menerima beban limbah dari proyek pengembangan Kelapa Gading Square pada saat beroperasi yakni saluran kali sunter dan