BAB II METODE STUDI
3.1. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam studi analisis meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder ialah yaitu data pendukung yang dipakai dalam pembuatan dan penyusunan Tugas Akhir baik dari lapangan maupun dari hasil test laboratorium serta dari literatur-literatur yang ada. Data ini tidak dapat digunakan secara langsung sebagai sumber tetapi harus melalui proses pengolahan data untuk dapat digunakan. Data sekunder yang digunakan dalam penyusunan laporan ini yaitu
, terutama yang berkaitan dengan data-data berikut.
1. Data meteorology yaitu curah hujan, suhu udara, kelembaban, kecepatan dan arah angin akan diambil dari Stasion Badan Meteorologi dan Geofisika Jakarta:
2. Data monografi akan diperoleh dari Kelurahan Kelapa Gading Barat Kecamatan Kelapa Gading Dan Biro Statistik.
3. Data fisiografi akan dikumpulkan dari data yang tersedia di proyek (pemrakarsa) dan hasil publikasi instasi terkait;
4. Data mengenai lahan dan tanah akan diperoleh dari Badan Pertahanan Propinsi DKI Jakarta;
5. Data Kegiatan di sekita Lokasi proyek akan diperoleh dari pemrakarsa kegiatan dan laporan studi yang relevan;
6. Data peruntukan lahan dan aspek tata ruang di sekitar lokasi proyek akan diperoleh dari RBWK( Rencana Bagian Wilayah Kecamatan)
Sedangkan data primer akan diambil bila data sekunder tidak memungkinkan dan data yang akan diambil meliputi data yang menjadi “main issue” dari studi ini.
Data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan
peninjauan langsung, pengamatan langsung di lapangan berupa, letak, luas, kondisi
lokasi dan kondisi bangunan , di samping wawancara langsung dengan masyarakat atau tokoh masyrakat setempat.
Metoda pengumpulan dan analisis data, baik primer maupun sekunder yang akan dilakukan untuk meneliti baik rencana kegiatan maupun komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
3.1.1 Metode Pengumpulan Data Sekunder
Langkah yang dilakukan setelah mengetahui data-data yang diperlukan adalah menentukan metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah
a. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data dengan cara penyelidikan, penelitian, tes atau uji laboratorium, pedoman, bahan acuan maupun standar yang diperlukan dalam Analisa.
b. Data Soil Investigation dari PT. Pondasi Kisocon Raya: c. Data Teknis
Adalah data yang berhubungan langsung dengan Pembuatan Andal Proyek Kelapa Gading Square yang meliputi :
- Denah dan sistem struktur bangunan - Data Curah air Hujan dari BMG
- Data tanah berdasarkan penyelidikan tanah - Wilayah gempa dan sebagainya.
- Data Kualitas Air Tanah dan Drainase d. Data Non Teknis
Adalah data penunjang dalam perencanaan, yang meliputi : - Seperti kondisi dan letak lokasi proyek
3.1.2 Metoda Pengumpulan Data Primer
Metode pengumpulan data primer menggunakan cara observasi yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara peninjauan dan pengamatan langsung di lapangan.
Contoh Data Primer
a. Lokasi Proyek ( diperici pada bab 1) b. Luas Areal ( diperinci pada bab I)
c. Kondisi lokasi dan kondisi bangunan disekitar lokasi ( terlampir)
Secara umum wilayah DKI Jakarta mempunyai morfologi yang bervariasi mulai dari dataran rendah sampai perbukitan dengan topografi yang semakin jauh dari garis pantai ( ke araah selatan) topografinya semakin tinggi. Wilayah ini di kelompokkan berdasarkan kemiringan lerengnya yaitu: Satuan dataran dengan elevasi 0-87 m diatas permukaan laut, kemiringan lereng 0-0.5 %. Batuan penyusun terdiri dari batuan sediment lepas yang merupakan endapan pantai, rawa fluviatif yang belum mengalami proses pembatuan sempurna.
d. Denah rencana pada daerah perencanaan ( terlampir) e. Kondisi Tanah .
Lokasi proyek terletak pada daerah Alluvium. Pada daerah Alluvium umumnya tanah terbentuk dari lempung, lanau, pasir krakal dan bongkah. Sebagian besar wilyah Kecamatan Kelapa Gading jenis tanahnya Alluvial kelabu dengan struktur
bagian bawahnya agak kasar dan bagian atasnya sedang. Tanah ini terbentuk dari campuran endapan tanah liat dan pasir yang sangat halus.
f. Debit pengaliran permukan
Debit aliran permukan dapat diukur segera melalui saluran pembuangan yang dekat dengan lokasi proyek. Hasil pengukuran didapat debit aliran permukaan sebesar 1.1 m3/detik
Komposisi Limbah Kamar Mandi ( diperinci pada Bab 1)
3.2 METODE ANALISIS DATA 3.2.1 Analisa Kuantitas Air Tanah
Kondisi geologi daerah proyek yang diperkirakan sebagai Zona Alluvial muda yang dipengaruhi material endapan laut, terdiri dari lapisan tanah lempung dan silt dengan kematangan rendah ( kadar air tinggi). Akibat penggalian Basement dan kondisi air tanah permukaan yang tinggi (± 1.0 meter dari permukaan tanah) maka terpaksa dilakukan pemompaan air tanah ( dewatering) untuk megeringkan ” ruang kerja ”. Hasil analisa menunjukan parameter hidrolik untuk sistem dewatering daerah proyek sebagai berikut :
- Accessbillity Coefisient (T) = 1.59 – 1.72 m2/jam - Penurunan muka air tanah = 5.7 meter
- Debit pemompaan = 1.5 –1.7 ltr/detik
- radius pengaruh = 70 – 80 meter
- Recovery time = 11-12 jam
Elevasi muka air tanah setelah 12 jam adalah konstan pada elevasi 6.0 meter. Galian basement direncanakan berada pada kedalaman –7.0 meter, oleh karenanya muka air tanah perlu diturunkan sampai kedalaman –1.0 dari dasar slab basement. Untuk pekerjaan dewatering pada satu galian dibutuhkan ± 4-6 buah pompa dengan kedalaman 13 meter dari dasar galian. Dari kondisi tanah di lokasi proyek, maka dapat dikatakan kondisi tanah cukup baik dan dimungkinkan suatu galian terbuka. Dinding galian basement pada daerah proyek akan dibuat kedap air dan memakai sistem cut of wall yang memotong aliran air sehingga air didalam areal galian basement dengan air diluar areal galian saling independent. Saat dilakukan dewatering di dalam areal galian, tidak akan berpengaruh pada air tanah diluar areal basement.
3.2.2 Analisis Kualitas Air Lingkungan
Pengumpulan data fisik kimia dapat dikelompokan seperti terlihat pada table berikut :
Tabel 3.1. Pengumpulan data komponen fisik kimia
Jenis Data Parameter yang diamati kategori Sumber Iklim
Kualitas Air
Fisiografi
Type iklim,curah hujan ,hari hujan,kelembaban, arah dan kecepatan angin. Kualitasair tanah
(sesuai per Menkes no.416Th.1990)
Kualitas air Permukaan (sesuai SK.Gub.KDKI.Jkt No.582 Th.1995) Morfologi, Topolografi, struktur Tanah Sekunder Primer Sekunder Sekunder Stasion pengamatan BMG
Sampling air anah 1 titik
Sampling air drainase kota 2 titik( sebelum dan setelah lokasi proyek) Studi terdahulu yang telah ada
Metode analisis data kualitas air lingkungan :
Analisis data kualitas air di lakukan dengan menggunakan metode yang telah di tetapkan dalam SNI. Untuk masing-masing parameter dan metode yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
3.2.3 Analisis Air Permukaan
Parameter kimia fisik air permukaan yang akan menerima beban limbah dari proyek pengembangan Kelapa Gading Square pada saat beroperasi yakni saluran kali sunter dan Kali Gendong di sebelah barat tapak proyek dengan pengambilan sampel di Kali Sunter pada titik sebelum dan sesudah tapak proyek pengembangan Kelapa Gading Square disajikan dalam tabel 3.2
Hasil pengujian dari kedua titik sampel air di Kali Sunter menunjukan bahwa hanya parameter zat padat terlarut (TDS) yang telah melibihi baku mutu sesuai SK Gub. KDKI No. 582 tahun 1995 tentang Penetapan Baku Mutu Air Sungai/ Badan Air di wilayah DKI Jakarta, sedangkan parameter yang lain masih berada di bawah baku mutu. Namun adanya beberapa parameter yang justru cenderung turun pada lokasi downstream dibandingkan lokasi sebelumnya walaupun penurunannya kecil, seperti TDS, TSS, DHL, seng, Sulfat, Zat organik, COD serta minyak lemak . Sedangkan parameter yang terlihat meningkat di lokasi down stream adalah besi. Adanya perubahan beberapa nilai parameter antara lokasi Up Stream dan Down Stream disebabkan pengaruh kegiatan domestik terdekat dari lokasi pengambilan sampel.
Tabel 3.2 Kualitas Air Permukaan ( Up Stream & Down Stream)
Sumber : Hasil Analisis PT. Unilab Perdana, 2004 Keterangan : *). SK Gubenur KDKI No. 582/1995 Baku Mutu Golongan C : Perikanan dan Peternakan < = lebih Kecil
3.2.4 Analisa Kualitas Air Tanah
Parameter kimia fisik air tanah hasil analisis PT. UNILAB PERDANA atas salah satu contoh air tanah (AT) Disajikan dalam tabel 3.3
Hasil
No Parameter Satuan Baku Mutu
*) Sebelum (AS1) Sebelum (As2)
A Fisika
1 Suhu 0C Normal 27 27
2 Padatan Terlarut Mg/l 200 275 263 3 Padatan Tersuspensi Mg/l 200 64 55 4 Daya Hantar Listrik Umhos/cm 1000 488 468 B Kimia 1 Air Raksa (Hg) Mg/l 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 2 Besi (Fe) Mg/l 0.27 0.37 3 Flourida (F) Mg/l 1.5 0.27 0.27 4 Fenol Mg/l 0.002 < 0.001 < 0.001 5 PH 6.0-8.5 7.1 7.1 6 Seng (Zn) Mg/l 1.0 0.11 0.07 7 Sulfat (S04) Mg/l 100 22.1 22.7 8 Tembaga (Cu) Mg/l 0.10 < 0.02 < 0.02 9 Timbal (Pb) Mg/l 0.10 < 0.01 < 0.01 10 Minyak dan Lemak Mg/l 1.0 0.5 0.4 11 Zat Organik (KmnO4) Mg/l 25 10.2 9.6
12 BOD Mg/l 20 4.9 4.5
Tabel 3.3 Kualitas Air Tanah
No Parameter Satuan Baku Mutu
*)
Hasil Metoda Analisis
A Fisika
1 Padatan Terlarut Mg/l 1500 1570 SNI 06-2413-1991 2 Padatan Tersuspensi Mg/l 25 1 SNI 06-2413-1991 3 Suhu 0C Udara+30C 27 SNI 06-2413-1991 B Kimia
1 PH Mg/l 6.5-9.0 7.3 SNI 06-2413-1991 2 Besi (Fe) Mg/l 1.0 0.09 SNI 06-2523-1991 3 Flourida (F) Mg/l 1.5 0.33 SNI 06-2482-1991 4 Kadmium (Cd) Mg/l 0.005 <0.003 SNI 06-2466-1991 5 Kesadahan Total (CaCO3) Mg/l 500 171.6 SK SNI M-16-1990 6 Kholrida (Cl) Mg/l 600 84.6 SNI 06-2431-1991 7 Mangan (Mn) Mg/l 0.5 0.21 SNI 06-2497-1991 8 Nitrat (NO3-N) Mg/l 10 1.1 SNI 06-2480-1991 9 Nitrit (NO2-N) Mg/l 1.0 < 0.002 SNI 06-2484-1991 10 Seng (Zn) Mg/l 15 0.35 SNI 06-2475-1991 11 Timbal Mg/l 0.05 < 0.01 SNI 06-2517-1991 12 Sulfat ( SO4) Mg/l 400 51.1 SNI 06-2426-1991 13 Surfacan Anion
(MBAS)
Mg/l 0.5 0.07 SNI 06-2476-1991
14 Zat Organik (KMn04) Mg/l 10 2.8 SNI 06-2506-1991 15 Amonia bebas (NH3
-N)
Mg/l 5.0 < 0.01 Std Method 4500-NH3-F
Sumber : Hasil Analisis PT. Unilab Perdana 2004 Keterangan : *) = permenkes RI. No.416/1990-Air Bersih
Air Tanah yang diambil dari lokasi proyek adalah air tanah dari sumur jet pump berkedalaman 25 meter milik gedung kantor pemasaran Kelapa Gading Square (Gedung Plaza Pasifik). Hasil pengujian air tanah menunjukan bahwa kandungan zat padat terlarut (TDS) telah berada diatas baku mutu. Hal ini di pengaruhi oleh kondisi tanah setempat, mengingat kualitas air tanah dangkal untuk beberapa wilayah di daerah Jakarta Utara memang menunjukan nilai yang tinggi untuk beberapa parameter seperti TDS dan Chorida. Namun kerena tanah diambil pada kedalaman ≥ 20 meter, maka secara garis besar kualitas air tanah tersebut dapat dikatakan masih layak sebagai sumber air bersih.Keadaan air tanah di sekitar lokasi berdasarkan kajian konservasi air tanah di seluruh cekungan artosis DKI Jakarta yang dilakukan oleh DGTL (1999), termasuk dalam wilayah rawan 3 yaitu rawan pada aquifer menengah dan aman pada aquifer dalam. Muka air tanah di wilayah proyek umumnya dapat dijumpai pada kedalaman 1.0 – 2.0 meter dengan parameter TDS dan Chlorida yang biasanya tinggi. Kedalaman muka air tanah untuk aquifer dalam dijumpai pada kedalaman ≥ 50 meter di bawah permukaan laut.
3.2.5 Bidang lingkungan Binaan & Tata Ruang
Pengkajian tata ruang akan dilakukan baik pada lingkup tapak proyek, maupun sekitar tapak Kelapa Gading Square. Selain akan dilakukan observasi lapangan, pengkajian tata ruang juga akan dilakukan terhadap RT/RW DKI Jakarta dan
RT/RW Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara. Aspek-aspek tata ruang yang akan dikaji meliputi tata guna lahan, pemukiman dan fasilitas umum, lalu lintas, kegiatan di sekitar tapak, rencana tapak (master plan) Kelapa Gading Square, sirkulasi kendaraan dan orang di dalam tapak Kelapa Gading Square. Metode pengumpulan dan analisis data tata ruang dapat dilihat pada Tabel 3.4. di halaman berikut.
Tabel 3.4 Metode Pengumpulan Analisis Tata Ruang
Metode Pengumpulan dan Analisis Data No Aspek Tata Ruang yang
dikaji Pengumpula Data Analisis Data
Lokasi
1
2
Mikro
Rencana Tapak
Sirkulasi kendaraan dan orang
Studi Pustaka & Observasi Lapangan
Studi Pustaka & Observasi lapangan -Indentifikasi pengunaan lahan -Deskriptif evaluatif perumahan dan fasilitas umum Di dalam tapak Di dalam tapak 1 2 3 4 MAKRO Tata guna Lahan
Pemukiman dan fasilitas Umum
Lalu lintas
Kegiatan disekitar tapak
Studi Pustaka & Observasi Lapangan Studi Pustaka & Observasi Lapangan Observasi Observasi lapangan -Indentifikasi pengunaan lahan -Indentifikasi kondisi perumahan dan fasilitas umum -Deskriptif evaluatif -indentifikasi jenis kegiatan dan pengaruhna Di sekitar tapak Di sekitar tapak Di sekitar tapak Di sekitar tapak
3.3 DIAGRAM ALIR PENGENDALIAN AIR
Bagan Alir Perencanaan Studi Analisis Pengendalian Komsumsi Air bersih dan pengolahan limbah cair.
3.4 TEKNOLOGI PEMENUHAN KEBUTUHAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH
a. Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih akan digunakan pengambilan air tanah yang diperkirakan untuk memenuhi 20% dari kebutuhan total air, dan sisanya 80% diambil dari PDAM. Adapun analisa perhitungan kebutuhan air bersih akan di bahas dalam bab berikutnya.
b. Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Teknologi pengolahan limbah cair yang akan di lakukan analisis adalah Extended Aeration System. Yaitu sistem pengolahan limbah yang menggunakan bakteri pengolah yang membutuhkan udara. Sehingga dengan adanya bakteri tersebut kadar BOD dapat diturunkan. Setelah kadar BOD turun maka limbah cair tersebut dapat dialirkan ke saluran pembuang kota. Dalam bab berikutnya akan dibahas teknologi ini. Mengapa penulis memilih teknologi pengolahan limbah tersebut, karena teknologi tersebut lebih murah dan banyak digunakan di Indonesia.
c. Teknologi Pengolahan Air limbah Alternative Lain
Contraktor. Dalam teknologi ini ada 4 tahap engolahan air limbah yaitu 1. Primary Clarifier/Equalization Tank
Pengurangan beban Suspended Solid (SS) dan partikel kasar serta penanggulangan beban puncak
2. Multi Baffle Contact Clarifier
Pengurangan beban organic (BOD) dan SS air limbah dengan mengalirkan secara upflow melalui media bakteri- bakteri mengambang (sludge blanket) 3. Four-Stange Rotating Biological Contraktor
Pengurangan BOD air limbah dengan mengalirkan secara “zig-zag” melalui bakteri yang melekat pada Polyethylene BioMedia.
4. Final Clarifier/Effluent Tank Pengendapan, Penjernihan & Desinfeksi air limbah
5. Biosolid Storage Chorine Contact
Effluent Effluent
Kemudahan dalam pengelolaan Lumpur.
Pemilihan dalam penyajian teknologi pengolahan limbah yang di sajikan oleh penulis adalah Extended Aeration System memiliki banyak nilai ekonomis yaitu.
1. Rendahnya Biaya Operasi
Shaft berputar cepat dibandingkan dengan system rotating biodisk
contractor sehingga proses pengolahan lebih cepat
Primary Clarifier/ equalization tank Multi baflfle contact Clarifier (MBCC) Rotating Biological
Contractor Final Clarifier/ Effluent Tank
2. Efisien Dalam Penggunaan Operator
Tidak memerlukan operator dengan keahlian tinggi.
3. Lahan Minimal
Tidak memerlukan lahan luas karena system yang kompak
4. Sistem yang komplit
Membutuhkan blower, kompresor dan pompa yang efisien.
5. Efisien Sistem Pengolahan
96 % Pengurangan BOD dan SS
6. Kestabilan Operasional
Minimal pengaruh fluktuasi beban karena padatnya populasi bakteri.
7. Kemudahan Dalam Instalasi