• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Model Problem Based Learning (PBL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Model Problem Based Learning (PBL)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

121

Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Model

Problem Based

Learning

(PBL)

Faurina Rinanda

1

, M. Ikhsan

1

, Hizir Sofyan

2

1Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 2Magister Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda

Aceh, Indonesia

Email: faurinarinanda.fr@gmail.com

Abstract. Learning autonomy of Indonesian students is relatively low because, during the learning, the teacher directly explained the materials and solved the example problem without involving the students. This situation led to students being less engaged and independent. Therefore, we need an effort to improve student learning autonomy; one of them is using the Problem Based Learning (PBL) learning model. This study was aiming at determining the learning autonomy of students who were taught using the PBL learning model and those learned in conventional learning. This study was an experimental study with a pre-test post-test control group design. The population were all Year 7 students of one of the junior high schools in Banda Aceh, and two classes were selected as the samples randomly. The instrument was a student learning autonomy questionnaire. Data were analysed using t-test and two-way ANOVA to examine the differences in the improvement of students between levels. The results revealed that the students’ learning autonomy in mathematics during the learning with the Problem Based Learning (PBL) model was better than their counterparts. There was also no interaction between the Problem Based Learning (PBL) learning model and student level (high, medium, low) on student learning autonomy.

Keywords: Students’ Learning Autonomy, Problem Based Learning (PBL) Model.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan karena dengan adanya pendidikan kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu hal, dan untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan. Kegiatan belajar sebagai upaya memperoleh pengalaman serta kemampuan baru dalam kehidupan. Dalam pencapaiannya, perlu adanya upaya dalam pembelajaran yang meliputi beberapa aspek diantaranya aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya pendidikan yang baik yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal berupa pendekatan belajar guru dan metode mengajar guru dalam memberikan pembelajaran. Guru sebagai penentu ketercapaian mutu pendidikan, sedangkan faktor internalnya berupa kecerdasan, minat, bakat, dan motivasi.

Rendahnya motivasi belajar siswa akan memengaruhi kemandirian belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang mempunyai kemandirian belajar yang baik dapat memecahkan masalahnya sendiri dan tidak terpengaruh dengan nilai, karena nilai bagi siswa bukan menjadi segalanya. Namun, siswa yang mempunyai motivasi dan niat yang tinggi akan tetap berusaha untuk bisa menyelesaikan tugasnya tersebut sesuai dengan kemampuannya sendiri.

(2)

122

Kemandirian belajar merupakan proses belajar dimana individu memiliki rasa tanggungjawab dalam merancang belajar, dan menerapkan serta mengevaluasi proses belajarnya sendiri sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat kemandirian belajar siswa semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajarannya. Kenyataan yang terjadi di sekolah siswa sangat bergantung kepada guru. Guru menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Keadaan ini menyebabkan siswa tidak memiliki kemandirian dalam belajar. Sejalan dengan kenyataan yang diungkapkan oleh Jumaisyaroh (2014) bahwa kemandirian belajar belum tersosialisasi dan berkembang dikalangan siswa, mereka menganggap bahwa guru satu-satunya sumber ilmu sehingga menyebabkan siswa memiliki ketergantungan kepada guru. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi dan perintah dari guru saja, siswa jarang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan serta sering mengalami keraguan dalam memecahkan permasalahan, karena siswa tidak percaya kemampuan mereka sendiri, sehingga menyebabkan siswa tidak memiliki kemandirian belajar.

Berkenaan dengan kemandirian belajar, Sumarmo (2006) melaporkan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi menunjukkan: a) cenderung belajar lebih baik dalam pengawasannya sendiri dari pada dalam pengawasan program, b) mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; c) menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan d) mengatur belajar dan waktu secara efisien. Selain itu, beberapa studi lainnya yaitu: Budiyanto (2014), Fahinu (2008), Jayadipura (2014), Kusnandi (2008), Nugrohorini (2013), Qohar (2010), Tandililing (2010), dan Yerizon (2011) menemukan siswa dan mahasiswa yang mendapat beragam pembelajaran inovatif mencapai kemandirian belajar yang cukup baik.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa dalam matematika dapat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan guru. yaitu salah satunya dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa menggali ide dan strategi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Pembelajaran dengan model PBL diawali dengan memberikan masalah kepada siswa. Masalah yang diberikan berasal dari kehidupan nyata atau dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa.

PBL dapat mendorong siswa aktif dan menjadikan siswa mandiri yang dapat bekerjasama dan berkolaborasi dalam kelompoknya.Selcuk (2010) model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan menjadi percaya diri dalam pembelajaran.Hmelo-Silver (2004) juga mengungkapkan bahwa PBL dapat membantu

(3)

123 siswa membangun dasar pengetahuan yang luas dan fleksibel, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan serta kemandirian belajar.

Pembelajaran model PBL terdiri dari lima tahapan, yaitu; (1) Orientasi siswa terhadap masalah, (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Tetapi ada satu tahapan dari PBL diduga baik dapat menumbuhkan kemandirian belajar siswa, yaitu pada tahap keempat. Pada tahap ini proses pembelajaran model PBL yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, terlihat pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya dalam menyampaikan ide-ide secara tertulis maupun lisan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sufi (2016) pada pembelajaran dengan menggunakan PBL terdapat proses bekerja satu sama lain atau diskusi dalam kelompok kecil. Tercermin dalam tahap ke empat pada tahapan PBL, yaitu pada proses membimbing penyelidikan individual atau kelompok. Dengan berlangsungnya proses diskusi ini, terjadilah interaksi antar siswa dan antara siswa dan guru.

Hal ini berarti siswa memperoleh pengetahuan pada saat memecahkan masalah melalui belajar mandiri secara berkelompok, sehingga siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk dapat mengeksplorasi pengetahuannya dan mengkomunikasikan ide-idenya serta mengembangkannya sampai memperoleh solusi dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, PBL sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dan menumbuhkan kemandirian belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kemandirian belajar siswa dalam matematika yang memperoleh pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih baik daripada kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?

2. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan level siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemandirian belajar siswa?

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan memakai pre-test post-test control group design.Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik random sampling, kemudian diberi pretet terhadap dua kelas tersebut untuk mengetahui kemampuan awal siswa, selanjutnya pembelajaran dilanjutkan dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)pada kelas eksperimen (Kelas VII6) dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol

(4)

124

(Kelas VII7), pada akhir pembelajaran diberikan postes untuk mengetahui peningkatan

kemandirian belajar siswa dari kedua kelas sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 3 Banda Aceh.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket kemandirian belajar siswa dengan indikator (a) ketergantungan terhadap orang lain, (b) memiliki kepercayaan diri, (c) berperilaku disiplin, (d) memiliki rasa tanggung jawab, (e) berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, dan (f) melakukan konrol diri.Angket kemandirian belajar siswa terdiri dari 20 butir pernyataanyang di adopsi dari Burais (2016) dengan tingkat reliabilitas tinggi yaitu r = 0,89, maka dikatakan valid dan dapat digunakan.

Hasil dan Pembahasan

Analisis Kemandirian Belajar Siswa

Data kemandirian belajar siswa diperoleh melalui angket kemandirian belajar siswa yang diberikan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang diperoleh telah diubah menjadi data interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata dan simpangan baku pada kelas eksperimen adalah 59,45 dan 5,77 sedangkan nilai rata-rata dan simpangan baku pada kelas kontrol adalah 57,62 dan 6,54. Berdasarkan hasil uji normalitas data pretes kedua kelas berdistribusi normal dan berdasarkan uji homogenitas pretes kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen. Selanjutnya berdasarkan uji perbedaan rata-rata menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemandirian belajar siswa diantara kedua kelas tersebut.

Berdasarkan hasil uji normalitas N-gain kemandirian belajar siswa kedua kelas berdistribusi normal.Hasil uji homogenitas pretes kedua kelas berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen, selanjutnya uji perbedaan rata-rata N-gain kemandirian belajar siswa dilakukan dengan uji t dengan taraf signifikasi α = 0,05. Kriteria pengujian adalah tolak H0 apabila Sig. < α.

Hasil analisis perbedaan rata-rata N-gain kemandirian belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh bahwa pada N-gain kemandirian belajar siswa dengan nilai t = 3,145dan Sig. (2-tailed) = 0,003. Karena nilai Sig. (2-tailed) <α, maka ditolak.Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata N-gain kemandirian belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata N-gain kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis kedua yang menyatakan “peningkatan kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih baik daripada kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa melibatkan

(5)

125 siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melissa, berdasarkan hasil angket dan observasi didapatkan kesimpulan bahwa Kemandirian belajar matematika siswa meningkat dengan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan PBL.

Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa menurut Schunk (1994) yaitu: (1) menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menghindarkan sesuatu yang akan mengganggu belajar siswa/anak misalnya video-game atau permainan yang tidak relevan, (2) memberi tahu siswa/anak bagaimana cara mengikuti suatu petunjuk, (3) mendorong siswa/anak agar memahami metode dan prosedur yang benar dalam menyelesaikan suatu tugas, (4) membantu siswa mengatur waktu,(5) menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa/anak bahwa mereka mampu mengerjakan tugas yang diberikan, (6) mendorong siswa/anak untuk mengontrol emosi dan tidak mudah panik ketika menyelesaikan tugas atau menghadapi kesulitan, (7) memperlihakan kemajuan yang telah dicapai siswa/anak, dan(8) membantu siswa/anak cara mencari bantuan belajar.

Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Level Siswa (Tinggi, Sedang, Rendah) terhadap Kemandirian Belajar Siswa

Interaksi antara model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) dan level siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemandirian belajar siswa dianalisis menggunakan uji Anava dua jalur dengan bantuan software SPSS versi 16 for windows. Hasil analisis interaksi menunjukkan bahwa nilai Sig. interaksi antara pembelajaran dan level siswa (pembelajaran*level) terhadap kemandirian belajar siswa sebesar 0,720. Nilai signifikan tersebut >a = 0,05, artinya H0 diterima hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan level siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemandirian belajar siswa. Grafik interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor level siswa dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 1. Grafik Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Siswa terhadap Kemandirian Belajar Siswa

(6)

126

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) dan level siswa (tinggi, sedang, rendah). Selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidak efek dari pembelajaran dan level akan dilihat nilai Sig. pembelajaran = 0,023 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada efek dari pembelajaran yang digunakan.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemandirian belajar siswa dalam matematika yang memperoleh pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) lebih baik daripada kemandirian belajar siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional. (2) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan level siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap kemandirian belajar siswa.

Adapun beberapa saran dalam penelitian ini adalah (1) pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) sangat potensial diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa, (2) pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) sangat baik diterapkan dalam rangka memenuhi tujuan mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan tingkat menengah, (3) untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menerapkan pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) dalam menumbuhkan faktor psikologis lainnya.

Daftar Pustaka

Afgani, J. (2011). Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Barrows, H. S. (1986). A Taxonomy of PBL Methods. Journal Medical Education, 20(6), 70-75.

Basri, H. (2011). Remaja Berkualitas Problematika Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Budiyanto, A.M. (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir logis dan kreatif matematik serta kemandirian belajar siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Tesis magister pada Program Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung. Sebagian tesis dipublikasikan dalam International Journal of Education Vol.8, No. 1. Desember 2014. pp 54-63. Graduate School, Indonesia University of Education.

(7)

127 Burais, L. (2016). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah melalui Model Discovery Learning.Tesis.Tidak diternitkan, Universitas Syiah Kuala.

Fahinu (2008). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Matematik pada Mahasiswa melalui Pembelajaran Generatif. Disertasi pada Sekolah Pasca Sarjana UPI: tidak diterbitkan.

Jayadipura, Y. (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Kontekstual. Program Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung.

Jumaisyaroh, T. (2014).Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Jurnal Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 5(2), 87-102.

Kusnandi. (2008). Meningkatkan Kemampuan Membaca Dan Menyusun Bukti Mahasiswa Melalui Strategi Abduktif-Deduktif. Disertasi pada Pascasarjana UPI. Sebagian disertasi dimuat dalam International Scientific Journal of Social Science and Humaniora, ALMUNI, Vol.2. No. 2, Central Organization Commitee of Ondonesia Uniersity of Education Alumni.

Melissa, Margaretha. (2015). Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika dengan Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) di Kelas VII E SMP N 15 Yogyakarta. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 67-80.

Nugrohorini, S.G. (2013). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajaran Tak Langsung dengan Resitasi. Tesis pada Pascasarjana UPI, Bandung.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching., Disertasi pada Sekolah Pasasarjana UPI. Sebagian disertasi dengan judul: “Improving Mathematical Communication Ability and Self Regulation Learning of Yunior High Students by Using Reciprocal Teaching”, dimuat dalam International Journal of Mathematics Education, IndoMS-JME, Vol,. 4. No.1 January 2013 pp 59-74

(8)

128

Schunk, D.H. (1994). Helping Children Work Smarter for School Success. Department of Educational Studies, Purdue University Parent page was developed by Cornel Cooperative-Extention of Suffolk County

Selcuk, G. S. (2010). The Effect of Problem Based Learning on Preservice Teachers’ Achievement, Approaches and Attitudes Toward Learning Physics. International Journal of The Physical Sciences, 5(6), 711-723.

Sumarmo, U. (2006). “Kemandirian belajar: Apa, mengapa dan bagaimana dikembangkan pada peserta didik” Paper presented at Seminar of Mathematics Education in Department of Mathematics, Faculty of Mathematics and Science, State University of Yogyakarta. Makalah dimuat dalam Suryadi, D, Turmudi, Nurlaelah, E. (Penyelia). Kumpulan Makalah Proses Berpikir dan Disposisi Matematik dan Pembelajarannya. 2014. Hal. 129-122. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Tandililing, E. (2010). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Matematik Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA Melalui Strategi PQ4R Berbasis Bacaan Refutation Text. Disertasi pada Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan.

Yerizon. (2011). Peningkatan Kemampuan Pembuktian dan Kemandirian Belajar Matematik Mahasiswa melalui Pendekatan M-APOS. Disertasi pada Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Gambar

Gambar 1. Grafik Interaksi antara Pembelajaran dengan Level Siswa terhadap Kemandirian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS

Pendaftaran dan pengambl{an Dokumen Kualifikasi dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direKur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang. dan kaftu

Jika sekarang massa balok diwakilkan pada 2 titik masing-masing dengan massa ‘m’ dan ‘2m’ seperti pada gambar di bawah ini, dan kemudian ditempatkan 2 mesin pada kedua

Berdasarkan penelitian diperoleh simpulan bahwa, perencanaan yang dilakukan yaitu dengan menyusun RPP berkarakter, pelaksanaan dilakukan dengan pembiasaan, keteladanan,

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ini yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,

Mahasiswa program studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan Tekonologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) menanam pohon mangrove di Pantai Kesenden, Minggu (21/11).. Kegiatan

(1) Tubuh jantan dan betina berwarna kuning; (2) seta pada venasi pertama sayap depan tidak lengkap; (3) pronotum dengan satu pasang seta posteroangular yang panjang; (4) pola

Pertamina EP Asset 1 Field Jambi; (2) Mengetahui pengaruh penambahan biostimulan berupa nutrisi dalam pengolahan limbah oil sludge dalam menurunkan TPH (Total Petroleum