PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY
KARYA SENI
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1
Program Studi Televisi
Disusun oleh : ROBBY FACHRU ROZIE
NIM: 1010506032
JURUSAN TELEVISI
FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA 2015
PENYUTRADARAAN PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “BUMI RAFFLESIA” DENGAN GAYA EXPOSITORY
KARYA SENI
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Strata 1
Program Studi Televisi
Disusun oleh : ROBBY FACHRU ROZIE
NIM: 1010506032
JURUSAN TELEVISI
FAKULTAS SENI MEDIA REKAM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA 2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir Karya Seni ini telah diterima dan disahkan oleh tim penguji Jurusan Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal Dosen Pembimbing I Drs. Alexandri Luthfi R., M.S. NIP : 19580912 198601 1 001 Dosen Pembimbing II Arif Sulistyono, M. Sn NIP: 19760422 200501 1 002
Penguji Ahli/ Cognate
Latief Rakhman Hakim, M. Sn NIP: 19795142 003121 001 Ketua Jurusan Televisi
Dyah Arum Retnowati, M. Sn NIP: 19710430 199802 2 001 Mengetahui
Dekan Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Drs. Alexandri Luthfi R., M.S. NIP : 19580912 198601 1 001
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : Robby Fachru Rozie
NIM : 1010 5060 32
Demi kemajuan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Istitut Seni Indonesia Yogyakarta Hak Bebas Royalty Non-Ekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Penyutradaraan Program
Dokumenter Televisi Bumi Rafflesia dengan Gaya Expository”, untuk disimpan
dan dipublikasikan oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta bagi kemajuan dan keperluan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya penulis atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak, Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 7 Juli 2015 Yang menyatakan
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta, Bapak Bripka. Pol. Riduan B dan Ibu Elmawati yang telah memberikan semangat dan pengorbanan
untuk penulis dalam menjalani kehidupan.
Jalanlah Yang Jauh, Tapi Ingat Pulang Biar Kita Tahu Seberapa Jauh Pandangan Kita dan Seberapa Jauh
Apa Yang Telah Kita Perbuat Semuanya Mengajarkan Kita Agar Selalu Menunduk dan Memaknai Hidup.
v
KATA PENGANTAR
Assallamua’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis limpahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya laporan Tugas Akhir karya seni Program Dokumenter Televisi yang berjudul “Bumi Rafflesia” ini dapat terselsaikan walaupun ada beberapa kendala yang menghambat dalam prosesnya.
Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata S-1, Jurusan Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dimana tidaklah dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dengan rasa hormat pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah S.W.T
2. Nabi Muhammad SAW
3. Ayahanda Bripka Pol. Riduan. B. 4. Ibunda Elmawati.
5. Kakanda Afridel Ariyani dan Brigpol. Arie Afrialdi, S.H.
6. Bapak Drs. Alexandri Luthfi R., M.S selaku Dekan Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta dan juga sebagai dosen pembimbing I dalam menyelesaikan laporan karya seni ini
7. Bapak Arif Sulistyono, M. Sn selaku dosen pembimbing II.
8. Ibu Dyah Arum Retnowati, M.Sn selaku Ketua Jurusan Program Studi Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut seni Indonesia Yogyakarta. 9. Bapak Latief Rakhman Hakim, M.Sn sebagai penguji ahli.
10.Ibu Raden Roro Ari Prasetyowati, S.H., LL.M selaku dosen wali. 11.Bapak Ir. Agus Susatya, Msc., Ph.D.
12.Sofian, Sip., M.Si.
13.Bapak Brigjend TNI (Purn) H. Iskandar Ramis, Sip., M.Si. 14.Bapak Drs. Agus Setyanto, M.Hum.
15.Bapak Holidin. 16.Bapak Ibnu.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR SKEMA ... ix
DAFTAR CAPTURE ... x
DAFTAR FOTO ... ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penciptaan... 1
B. Ide Penciptaan... ... 5
C.Tujuan Penciptaan... 7
D.Tinjauan Karya... 8
BAB II OBJEK PENCIPTAAN DAN ANALISIS OBJEK A.Objek Penciptaan... 12
B. Analisis Objek ... 23
BAB III LANDASAN TEORI A.Dokumenter... 26
B. Kreatif... 30
C.Dokumenter Gaya Expository ... 31
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Lambang Pemda Prov. Bengkulu ... 17 Gambar 2.2 Lambang Pemerintahan Kabupaten Bengkulu Tengah ... 18 Gambar 2.3 Lambang Pemerintahan Kabupaten Rejang Lebong.18
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Lokasi Rafflesia Arnoldi, R.Br yang ada di Provinsi Bengkulu... 15
DAFTAR SKEMA
3.1 Skema Standar Operasional Prosedur ... 38 4.1Skema Ide Penciptaan Karya ... 47 4.2Skema Proses Kreatif ... 48
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Editing script Program Dokumenter Televisi “Bumi Rafflesia”
Lampiran 2. Surat Penelitian Lampiran 3. Form
Lampiran 4. Poster, cover dan label karya
Lampiran 5. Undangan screening, poster, dan katalog karya Lampiran 6. Dokumentasi screening Karya Tugas Akhir Lampiran 7. Surat peminjaman Ruangan Auvi
Lampiran 8. Surat keterangan pemutaran karya Lampiran 9. Dokumentasi Produksi karya
x
DAFTAR CAPTURE
Capture : 1.1 Program Dokumenter Metro TV “Melawan Lupa” ... 9
Capture : 1.2 Potongan gambar Program Metro TV “Melawan lupa” ... 10
Capture : 1.3 Potongan gambar pada “The Soul of Arat Sarerreiket” ... 10
Capture : 2.1. Peta sebaran populasi Rafflesia di Indonesia ... 14
Capture : 5.1 (a, b, c, d, e, f, g, h, i) shot-shot opening dokumenter Bumi Rafflesia ... 76
Capture : 5.2 Judul dokumenter Bumi Rafflesia sebelum segmen pertama ... 78
Capture : 5.2. Peta Indonesia Motion Graphic populasi Rafflesia di Indonesia ... 79
Capture : 5.3. Peta Sumatera Motion Graphic ... 79
Capture: 5.4. Motion Graphic Peta populasi Rafflesia di Provinsi Bengkulu ... 79
Capture : 5.5. Motion Graphic data Rafflesia pada tahun 2012 Provinsi Bengkulu ... 79
Capture : 5.6.Wawancara narasumber Ketua Komunitas Peduli Puspa Langka ... 81
Capture : 5.7.Narasumber seorang Peneliti Rafflesia ... 81
Capture : 5.7. Graphic Motion bertujuan informasi mekarnya Rafflesia ... 82
Capture: 5.8. Graphic Motion Media sosial ... 82
Capture : 5.8. Insert gambar pada shot motif Rafflesia pada kain Batik Basurek ... 83
Capture : 5.9. Insert gambar pada shot miniatur alat musik dol... 83
Capture : 5.10. Insert gambar pada shot kulit lantung ... 84
Capture : 5.11. Insert nama Rafflesia pada Instansi Rumah sakit swasta ... 84
Capture : 5.12. Motion Graphic beberapa lambang Instansi ... 85
Capture : 5.11. Motion Graphic tentang pengertian lambang Bengkulu ... 85
Capture : 5.12. Narasumber seorang Sejarahwan dan Budayawan Bengkulu ... 86
Capture : 5.13. Wawancara narasumber seorang tokoh masyarakat ... 87
Capture : 5.13. Insert Footage Pariwisata Pemerintahan Malaysia ... 88
Capture : 5.14. Insert motion graphic majalah Nawala ... 88
Capture : 5.15. Insert motion Graphic menginformasikan ikon Rafflesia ... 89
Capture : 5.16. Title sebagai mengarahkan informasi yang ada... 89
Capture : 5.17. Hutan lindung hujan tropis merupakan habitat Rafflesia ... 90
Capture : 5.18. Pengelolah Rafflesia Kabupaten mencari bakal bibit Rafflesia ... 90
Capture : 5.19. Footage pengelola Rafflesia di Taba Penanjung ... 91
Capture : 5.20. Motion graphic informasi pendukung lewat media cetak ... 91
Capture : 5.21. wawancara Holidin menggunakan set on location ... 92
Capture : 5.22. Motion Graphic informasi banyaknya perambahan hutan ... 92
Capture : 5.23. Motion Graphic informasi media Rafflesia terancam punah ... 93
Capture : 5.22. Footage media televisi Barisan yang merupakan habitat Rafflesia ... 93
Capture : 5.23. Motion Graphic Festival Bumi Rafflesia ... 94
xi
DAFTAR FOTO
Foto. 2.1 Rafflesia Arnoldy Dok. Robby FR. 2014 ... 19
Foto. 2.2 Rafflesia Gaduten Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ... 19
Foto. 2.3 Rafflesia Bengkuluensis Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ... 20
Foto. 2.4 Rafflesia Hasselti Dok. KPPL Bengkulu. 2012 ... 20
Foto. 2.5 Tugu Pers Nasional 2013 Sumber : Obor News. 2013 ... 21
Foto. 2.6 Batik BasurekSumber : Antara News Bengkulu. 2013 ... 21
Foto. 2.7 Kerajinan Kulit Lantung Sumber : Batik Bengkulu. 2010 ... 21
Foto. 2.8 Rumah Sakit Rafflesia Dok. Eef Sjahranie. 2014 ... 22
Foto. 2.9 Rafflesia Arnoldy yang dihancurkan jawab ... 22
Foto. 5.1 Pada saat produksi wawancara bersama Bapak Agus Susatya ... 66
viii E. Sutradara Dokumenter... 33 F. Naskah Dokumenter... 35 G.Tata Kamera... 36 H.Tata Suara... 36 I. Tata Artistik... 36 J. Editing ... 37
K.Struktur Penuturan Kronologis... 37
L. Departemen Produksi... 38
BAB IV KONSEP KARYA A. Konsep Estetika... 45
B. Desain Program... 53
C.Desain Produksi... 54
D.Konsep Teknik... 57
BAB V PERWUJUDAN DAN PEMBAHASAN KARYA A.PROSES PERWUJUDAN... 61 B. PEMBAHASAN KARYA... 70 BAB VI PENUTUP A.Kesimpulan... 100 B. Saran... 101 DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN
vi
17.Ki Tanpo Aran dan mbak Aroh. 18.Pak Nanang Rakhmat Hidayat M.Sn.
19.Revaldi Novriansyah, Raden Arif Hidayat, Diky Patrian Budi, Tigor Namora Sitorus, Ardin, Deky Yuza, Fredy Yoan, Syafran Ansyori, Beny TVOne.
20.Kampuz Jalanan dan Topanerz Indonesia. 21.Rafflesia Motion dan Tanpa Batas Production. 22.Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu. (KPPL) 23.Markaz Ranger.
24.Bayu Angga Septian, Deden Ardiansyah, Ifan Rohimanto, Iham Pratoma, Kimbul, Shuhaery Faiz, Yoga Dharma Saputra, Galih Wardani, Rahadian Winursito, Amin Rosidi, Adib Yayuda, Adiyan Chandra, Fanto Novianto, Mufti Rais, Riana, Novanda Fibrianti, Leo Prima, Taufik Hidayat, Zulfikar.
25.Teman-teman seperjuangan Televisi 2010 dan seluruh angkatan Jurusan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
26.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dan semangat.
Akhir kata semoga karya Dokumenter “Bumi Rafflesia” ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi, pengamat dokumenter dan tentunya masyarakat untuk mendapatkan sebuah pelajaran yang segar dan menghibur melalui media televisi. Adapun laporan ini semoga juga dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Wassalam.
Yogyakarta, 11 Agustus 2015
xiii
ABSTRAK
Karya Tugas Akhir Penciptaan Program Televisi Dokumenter “Bumi
Rafflesia” Dengan Gaya Expository, merupakan sebuah karya program televisi format dokumenter. Dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realiatas, menggunakan fakta dan data.
Program dokumenter yang berjudul “Bumi Rafflesia”. Program ini memaparkan tentang Bunga Rafflesia yang dijadikan ikon dari Provinsi Bengkulu, sehingga Bengkulu disebut dengan nama lain Bumi Rafflesia. Akan tetapi Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia kurang memperhatikan kelestarian Rafflesia, sehingga Rafflesia terancam kepunahan di Buminya.
Program dokumenter ini diproduksi dengan penyutradaraan menggunakan gaya expository. Gaya expository adalah gaya yang menampilkan informasi dan pesan kepada penonton secara langsung. Expository menggunakan bentuk wawancara yang memungkinkan orang lain (selain pembuat film) bisa memberikan komentar, baik secara langsung atau dengan voice over dan juga menggunakan archival footage seperti foto, film footage, gambar, dan sebagainya.
Expository menjadi arus besar dalam dokumenter televisi. Gaya ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dengan gaya tersebut program dokumenter “Bumi Rafflesia” akan mudah dipahami oleh penikmatnya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia sangat terkenal dengan keindahan alamnya. Berbagai keindahan alam yang mempesona serta ditambah dengan keberagaman flora dan fauna membuat daya tarik tersendiri bagi wilayah provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi Bengkulu merupakan provinsi yang ke 26 di Indonesia memiliki berbagai keindahan alam seperti tumbuh-tumbuhan yang unik, salah satunya adalah bunga terbesar di dunia yang dikenal dengan nama Rafflesia Arnoldi.
“Padma Raksasa (Rafflesia Arnoldi) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi
Rafflesia”. (Susatya, 2011:1).
Rafflesia sebenarnya pertama kali ditemukan oleh Louis Auguste Deschamp yang saat itu sedang melakukan ekspedisi untuk mencari spesies tumbuhan di pedalaman pulau jawa pada tahun 1797. Deschamp pertama kali menemukan di pulau nusakambangan, setahun kemudian ketika ia pulang ke Perancis kapalnya ditangkap oleh Inggris dan penemuanya dirampas. Hal ini mendorong para ahli botani untuk mencari tahu keberadaan spesies itu, begitu juga Raffles yang saat itu menduduki Jenderal Inggris di Bengkulu memerintahkan William Jack untuk segera mendeskripsikan jenis yang ditemukan di Bengkulu Selatan.
Sejatinya Rafflesia yang ada di dunia terdiri dari 25 jenis dan tumbuh menyebar di berbagai Negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina, dari 25 jenis tersebut 12 jenis diantaranya tumbuh di Indonesia. Provinsi Bengkulu merupakan salah satu wilayah terbesar dalam persebaran Rafflesia di
2
Indonesia. Rafflesia yang ada di Bengkulu paling unik dibandingkan Rafflesia
yang ada di daerah maupun di Negara lain, karena di Bengkulu ditemukan paling banyak jenisnya dan coraknya yaitu 4 jenis dan habitatnya paling aktif se-Indonesia di hutan hujan tropis. Rafflesia merupakan salah satu bunga parasit yang tidak memiliki akar, tidak berdaun dan tidak bertangkai, apabila mekar memiliki diameter mencapai satu meter lebih dengan berat sekitar 11 kilogram.
Rafflesia Arnoldy mempunyai bunga tunggal terbesar di dunia, dari tumbuhan berbunga.
Keberadaan bunga ini sering di salah artikan oleh masyarakat sebagai jenis bunga bangkai, namun Rafflesia berbeda dengan bunga bangkai. Rafflesia dan bunga bangkai merupakan jenis tanaman yang berbeda, Rafflesia adalah jenis tumbuhan bunga parasit sedangkan bunga bangkai merupakan suweg raksasa. Ciri utama yang membedakan Rafflesia dengan bunga bangkai dapat dilihat secara fisik, Rafflesia berbentuk melebar, sedangkan bunga bangkai meninggi.
Rafflesia Arnoldi sangat terkenal karena merupakan bunga tunggal yang paling besar di dunia dan mempunyai kisaran diameter antara 70-110 cm. Jenis ini mempunyai sebaran geografis yang paling luas, yaitu di sepanjang barat sisi pegunungan bukit barisan dari Aceh di barat laut sampai dengan Lampung di Tenggara. Dari data Depatemen Kehutanan Indonesia, pada tahun 1997, laporan tentang keberadaan jenis ini terbanyak datang dari Provinsi Bengkulu. (Susatya, 2011:37)
Bunga kebanggan ini juga merupakan ikon atau nama sebutan lain dari Provinsi Bengkulu, setelah lepas dari Sumatera Selatan pada tahun 1968. Provinsi Bengkulu resmi berdiri sendiri menjadi provinsi yang ke 26 di Indonesia, pemerintah Provinsi Bengkulu mengesahkan lambang Pemerintah Provinsi Bengkulu, yang memasukan bunga Rafflesia sebagai tumbuhan paling unik dan istimewa yang berada di Provinsi Bengkulu.
Pemerintahan pusat dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 77 Tahun 2007 Tentang lambang daerah pada bab 3 tentang kedudukan dan fungsi lambang, pada ayat 1 berbunyi Lambang daerah berkedudukan sebagai tanda identitas daerah. (www.bpkp.go.id)
Rafflesia tidak hanya sebagai lambang pemerintahan, bangunan-bangunan yang ada di kota maupun di kabupaten di Provinsi Bengkulu sangat kerap
3
menggunakan Rafflesia sebagai lambang seperti, persimpangan, tugu, gapura, nama jalan, komunitas, hingga rumah sakit. Keberedaan Rafflesia sebagai ikon Bengkulu, memberikan dampak positif dalam sektor pariwisata, karena dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Bengkulu, terbukti dengan adanya hutan lindung sebagai konservasi spesies Rafflesia. Hutan lindung ini berada di jalan lintas sebelum menuju Kota Bengkulu, biasanya masyarakat sekitar hutan menarik minat wisatawan dengan memasang pengumuman jika Rafflesia sedang mekar, sementara kepedulian pemerintah terhadap keberadaan bunga tersebut sangat kurang diperhatikan, sehingga masyarakat sekitar hutanlah yang menjaga bunga tersebut. Masyarakat memagarinya dengan bambu ataupun kayu apabila warga setempat menemukan bongkol atau bakal bunga Rafflesia yang akan mekar, supaya bongkol tersebut dapat mekar dengan baik tanpa adanya gangguan dari hewan liar yang dapat mengganggu proses pemekaran bunga tersebut.
Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia belum banyak dikenal oleh masyarakat luas, masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak tahu dengan keberadaan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia, nama Rafflesia lebih banyak dikenal di Kota hujan Bogor dibandingkan dengan Bengkulu. Padahal sejatinya Provinsi Bengkulu-lah yang mempunyai Rafflesia yang paling besar di dunia, pertama kali
Rafflesia di deskripsikan, dan Bengkulu sebagai habitat paling produktif di Indonesia, setiap bulan Rafflesia yang ada di Provinsi Bengkulu dapat dijumpai.
Bengkulu memiliki 4 jenis Rafflesia yang ada di dunia, dan memiliki produktifitas yang tinggi terhadap pertumbuhan bunga Rafflesia sehingga Bengkulu diberi nama sebagai Bumi Rafflesia, pada bulan Agustus 2013, terbesit kabar bahwa sebutan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia tidak cocok dilekatkan dengan Bengkulu, nama lain tersebut hendak diganti dengan sebutan Bumi Fatmawati, dengan berbagai alasan berdasarkan sejarah nasional, Ibu Fatmawati lebih dekat keterikatanya dengan Bengkulu karena Fatmawati salah satu tokoh Nasional wanita yang berasal dari Bengkulu dan salah satu istri Presiden Soekarno, serta Ibu Negara yang menjahit bendera merah putih pertama kali pada waktu proklamasi 17 Agustus 1945 dari pada bunga Rafflesia yang ditemukan oleh penjajah inggris.
4
Beranjak dari permasalahan yang ada disekitar bunga Rafflesia ini dapat menjadi objek yang sangat menarik dan inspiratif untuk diangkat menjadi film dokumenter. Dokumenter ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui jenis-jenis bunga Rafflesia di Bengkulu serta menginformasikan keberadaan pentingnya Bunga Rafflesia sebagai ikon provinsi sehingga Bengkulu disebut sebagai satu-satunya Bumi Rafflesia.
Dokumenter ini juga sebagai media yang baik untuk menyampaikan kepada masyarakat dan dapat mengetengahkan permasalahan yang ada, sebab dokumenter merupakan film yang mengetengahkan permasalahan dengan keadaan yang sebenarnya. Dasar pembuatan film dokumenter adalah mempresentasikan realita berupa perekaman gambar apa adanya, setiap adegan sifatnya alamiah atau spontan, yang akan selalu berubah sehingga sulit untuk direkayasa atau atur. Sutradara dokumenter sudah harus memiliki ide dan konsep yang jelas mengenai apa yang akan disampaikan dan bagaimana menyampaikan secara logis dan mampu memberi emosi dramatik, di samping itu sutradara harus memiliki sudut pandang dan pengamatan yang kuat.
Untuk memberi sentuhan estetika pada film, ada empat topik utama yang menjadi konsentarsi sutradara yakni, pendekatan, gaya, bentuk dan struktur. Ini merupakan teori dasar yang dijadikan bahan ramuan sutradara dalam menggarap film dengan baik. (Ayawaila, 2008: 98).
Dokumenter ini akan dikemas dengan menggunakan gaya expository, dengan gaya expository, dokumenter Bumi Rafflesia akan mengajak penontonya agar mengikuti alur dan memberikan pesan secara langsung dengan menampilkan beberapa footage-footage gambar yang juga di dukung oleh statement narasumber sebagai informasinya. Ada beberapa hal yang melatar belakangi dokumenter ini menggunakan gaya expository, yaitu gaya expository lebih mudah mengarahkan penontonya sehingga dokumenter expository dapat mudah dicerna. Pada dokumenter Bumi Rafflesia ada beberapa informasi yang sulit dijelaskan dengan kata-kata yang diutarakan narasumber, salah satu contoh seperti menerangkan tentang habitat Rafflesia yang ada di Indonesia dan Bengkulu, sehingga dari informasi yang dijelaskan dengan peta dapat memberikan informasi yang mudah di cerna oleh masyarakat. Dokumenter dengan gaya expository dapat membantu
5
memberikan penekanan informasi secara langsung kepada penontonya lewat gambar-gambar baik berupa stock shoot video, foto ataupun melalui motion graphic, sehingga informasi yang disampaikan lewat dokumenter ini dapat menginformasikan kepada penontonya dengan baik.
dokumenter ini menurut Gerzon R. Ayawaila “Gaya expository”
merupakan tipe pemaparan yang terhitung konvensional, umumnya merupakan tipe format dokumenter televisi yang menggunakan narator sebagai penutur tunggal, karena itu narasi atau narator disini disebut voice of God, karena aspek subjektivitas narator” (Ayawaila, 2008:101). Pada dokumenter Bumi Rafflesia
informasi akan disampaikan lewat statement narasumber sebagai narator dalam film, yang menjelaskan berbagai isi cerita yang didukung oleh beberapa footage
pendukung agar gaya expositotry dalam dokumenter ini dapat tersampaikan.
Expository menggunakan bentuk wawancara yang memungkinkan orang lain (selain pembuat film) biasa memberikan komentar, baik secara langsung atau dengan voice over dan juga menggunakan archival footage seperti foto, film footage, gambar dan sebagainya. (Tanzil, 2010:8).
Bill Nichols Introduction to Documentary “ Expository documentaries rely heavily on an informing logic carried by the spoken word. In a reversal of the traditional emphasis in film, images serve a supporting role”. (Nichols. 107:2001)
Bill Nichols Pengantar Dokumenter “Ekspositori Dokumenter sangat bergantung pada logika dengan memberikan informasi yang dilakukan oleh kata yang diucapkan. Di dalam pembalikan penekanan tradisonal dalam film, gambar melayani peran pendukung” (Nichols. 107:2001)
Narasumber akan bercerita secara sambung menyambung dari narasumber satu ke narsumber lainya yang akan menjelaskan alasan-alasan Bunga Rafflesia
menjadi lambang Provinsi Bengkulu dengan berlandaskan data-data yang ada serta banyaknya perambahan hutan yang mengakibatkan Rafflesia di Bengkulu menjadi punah.
B. Ide Penciptaan Karya
Proses penggalian ide, bisa muncul dari berbagai hal yang dialami, serta mencari data atau riset, yaitu dari rasa ingin tahu penulis yang mendalam
6
mengenai Provinsi Bengkulu, yang mengangkat Rafflesia sebagai lambang atau nama lain Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia, mendorong penulis untuk membuat sebuah film dokumenter, tidak adanya data-data konkrit yang menunjukan kapan Bengkulu memiliki semboyan Bumi Rafflesia, data-data tersebut didapat dari wawancara kepada narasumber yang berkompeten dibidangnya, menjelaskan hal-hal yang mungkin dengan ikon Rafflesia di Provinsi Bengkulu. Berawal dari berbagai permasalahan yang ada di seputaran bunga Rafflesia inilah tercetus ide dalam pembuatan program dokumenter tersebut, bunga yang dikenal di dunia ini banyak sekali problematik yang kerap terjadi, dokumenter ini akan menceritakan Bengkulu sebagai Bumi Rafflesia dan eksploitasi Rafflesia terhadap lambang Bengkulu.
Keberadaan Rafflesia sebagai nama lain dari sebutan Provinsi Bengkulu merupakan salah satu hasil positif bagi pemerintah setempat, akan tetapi Bengkulu memiliki jenis Rafflesia paling banyak di dunia ini kurang dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mempromosikan atau mengenalkan keberadaanya, hingga perkembangan Rafflesia kurang diperhatikan, bahkan
Rafflesia lebih dikenal di Kota Bogor dari pada di habitat aslinya. Ada beberapa perambahan bunga Rafflesia yang ditemukan oleh salah satu komunitas peduli puspa langka Provinsi Bengkulu, bunga Rafflesia hancur berantakan akibat beberapa oknum orang yang tidak bertanggung jawab. Habitat Rafflesia juga banyak yang rusak, sehingga kehidupan padma raksasa tersebut bisa saja mati dan tidak dapat ditemukan lagi. Ada tiga alasan mengapa hal diatas bisa terjadi, pertama tidak ada keuntungan finansial, dan pembinaan yang layak bagi pemilik yang sebagian lahannya ditetapkan sebagai cagar alam, kedua penetapan cagar alam berarti akan membatasi kegiatan pertanian bagi pemilik lahan dan yang ketiga pemilik lahan akan berusaha menghilangkan Rafflesia dengan harapan sumber kehidupanya dari lahan tidak lagi terganggu. Hal tersebut menuntun penulis agar dapat membuat program dokumenter Bumi Rafflesia ini, dengan menggali data, mencari informasi yang berkembang dari salah satu komunitas. Agar Rafflesia tetap menggaung di Indonesia hingga dikenal di mata dunia, khusunya Provinsi Bengkulu.
7
Dokumenter dipilih karena menjadi salah satu media yang tepat untuk memberikan informasi-informasi yang berisikan keberadaan Rafflesia di Provinsi Bengkulu sehingga Provinsi Bengkulu memiliki nama lain sebagai Bumi
Rafflesia, yang disampaikan baik secara visual maupun data-data tertulis yang memungkinkan untuk memperkuat informasi tentang Bengkulu sebagai Bumi
Rafflesia.
Bill Nichols seorang pengamat dan pengajar dokumenter dalam bukunya yang berjudul Representing Reality merumuskan bahwa film dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas, menggunkan fakta dan data. (Tanzil dkk, 2010: 1) Dengan begitu, melalui program dokumenter yang akan dibuat, diharapkan fakta yang ada pada dokumenter Bumi Rafflesia ini dapat memberikan informasi yang baik terhadap masyarakat luas khususnya Bengkulu sehingga diharapkan ada tindak lanjut terhadap Rafflesia yang hampir punah baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat, agar Rafflesia tidak hanya sekedar nama belaka.
Dokumenter ini menggunakan struktur penuturan kronologis, pada struktur ini akan dituturkan secara berurutan dari awal sampai akhir, yang berisikan tentang pertama kali ditemukanya Rafflesia hingga Rafflesia dilambangkan sebagai ikon provinsi hingga ancaman bunga Rafflesia di Bengkulu. Beberapa narasumber akan bercerita yang berkaitan sebagai alur cerita film dokumenter ini, serta memperkuat data yang ada yang saling menjelaskan isi dari dokumenter ini. Kronologis yaitu peristiwa dituturkan secara berurutan dari awal hingga akhir. Pada struktur ini, yang namanya waktu menetukan konstruksi. (Ayawaila. 92:2008)
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan
a. Menginformasikan bahwa Rafflesia sebagai ikon Provinsi Bengkulu.
b. Mengajak masyarakat bersama-sama untuk menjaga kelestarian Rafflesia
8
c. Menciptakan program dokumenter yang tidak hanya memberikan nilai informasi tetapi juga bermuatan pendidikan, bahwa Rafflesia ada di Bengkulu.
2. Manfaat
a. Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap puspa langka yang ada di Bengkulu, khususnya bunga Rafflesia.
b. Mengajak masyarakat untuk mempertahankan ikon Bengkulu sebagai Bumi
Rafflesia.
D. Tinjauan Karya
Karya dokumenter ini tidak mengambil dari berbagai referensi karya yang sudah ada, beberapa referensi karya sebagai penambah dan sumber inspirasi dan acuan pada pembuatan karya ini. banyak karya-karya dokumenter televisi yang dapat dijadikan referensi seperti halnya dari National Geographic dan Discovery Channel dan karya-karya dari referensi film dokumenter lainnya yang menambah hasanah referensi karya dari film tersebut.
1. Program Dokumenter Metro TV “Melawan Lupa” Direktur Pemberitaan : Suryopratomo
Pemimpin Redaksi : Putra Nababan Tahun Produksi : 2014
9
Dokumenter yang mengangkat tentang para tokoh sejarah Indonesia ini di pemimpin redaksi Metro TV Putra Nababan. Program dokumenter televisi melawan lupa ini berisikan tentang berbagai peristiwa sejarah yang turut membentuk mengenai sebuah entitas yang hari ini dikenal Indonesia. Tayangan ini seperti judulnya sedikit banyak berupa menjadi narasi tanding atas apa-apa selama ini mendefinisikan menjadi sejarah Nasional Indonesia, dengan menyajikan narasi-narasi kecil dibalik peristiwa-peristiwa besar yang terjadi melawan lupa, ditunjukan bagi siapa saja yang menolak lupa atas segala hal yang pernah yang terjadi dalam hidup Indonesia, program dokumenter ini sebagai referensi karya yang baik, ada beberapa referensi karya tersebut dapat menjadi acuan yaitu penuturan narasumber sebagai jalan ceritanya, walaupun di dokumenter “Melawan Lupa” sangat berbeda jenis dengan dokumenter Bumi
Rafflesia yang akan dibuat, sementara dokumenter Bumi Rafflesia mengenalkan tentang awal munculnya nama Rafflesia sebagai nama lain Provinsi Bengkulu dan secara umum Rafflesia yang ada di Indonesia, Ada beberapa referensi yang dapat diambil dari dokumenter tersebut dari jalananya narasi menggunakan
statement narasumber sebagai pengait sebuah jalan cerita. Isi atau konten dalam dokumenter melawan lupa juga menjadi referensi sebagai acuan dalam pembuatan konten pada dokumenter Bumi Rafflesia.
Capture : 1.2 Potongan gambar Program Metro TV melawan lupa 2. “The Soul of Arat Sarerreiket”, 2011
Sutradara : Hairil Saleh Tahun Produksi : 2011
10
Arat Sarereiket adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan tradisional orang Mentawai, pulau Siberut, Sumatera Barat. Pada film dokumenter ini disutradara Hairil Saleh pada tahun 2011. Sutradara mendokumentasikan kebudayaan Arat Sarereiket di Desa Madobag dan Desa Matotonan. Seiring dengan perjalanan waktu dan pergantian generasi, bukan tidak mungkin kebudayaan ini akan hilang selamanya dari bumi Nusantara.
Capture 1.3 Potongan gambar pada “The Soul of Arat Sarerreiket”
Dokumenter ini menggunakan gaya penceritaan yakni expository, pemaparan oleh narator untuk menjelaskan apa yang ada pada visual film. Sama halnya dengan dokumeter yang akan dibuat dengan gaya expository, akan tetapi dokumenter ini tidak menggunakan narasi sebagai pengikat cerita, statement
narasumber yang akan menjadi narasi cerita serta didukung oleh beberapa data-data skunder agar dapat menjelaskan. Referensi yang diambil pada dokumenter “The Soul Of Arat Sarerreikat” yakni isi cerita yang menganggkat tentang kehidupan masyarakat mentawai, sedangkan Bumi Rafflesia lebih mengeksplore Rafflesia Bengkulu sebagai ikon provinsi sedangkan habitat dan populasi
Rafflesia di Bengkulu terancam kepunahanya. Walupun berbeda objek yang akan diambil, isi cerita Bumi Rafflesia hampir sama dengan dokumenter “The Soul of Arat Sarerreiket” dengan kebudayaanya.
3. “The Cove”
Sutradara : Louie Psihoyos Tahun Produksi : 2009
11
Gambar : 1.1 Cover Dokumenter The Cove
“The Cove” merupakan salah satu dokumenter yang menceritakan tentang kehidupan ikan lumba-lumba yang berada di laut Jepang. Lumba-lumba hewan yang sangat dekat dengan manusia ini, dibunuh dan diambil dagingnya untuk dikonsumsi sebagai makanan anak-anak disekolah, dengan kehidupan ikan lumba-lumba yang semakin punah ini, tergerak hatinya seorang pemerhati hewan laut membuat film dokumenter “The Cove” yang berdurasi 1 jam 30 menit ini. film ini bergenre investigasi. Persamaan dalam film yang akan dibuat alur cerita sama-sama menggunakan statement dari narasumber sebagai penghubung cerita, cara pengambilan gambar pada film dokumenter “The Cove” dapat menjadi referensi yang baik juga untuk diambil, pengambilan gambar yang tidak statis, dapat memberikan informasi secara nyata.
Walaupun mengambil referensi dari karya lain dalam dokumenter ini tidak akan sama persis dengan karya yang dijadikan referensi, cukup dengan referensi tersebut memberikan inspirasi bagi pembuat film. Originalitas dari film dokumenter yang akan dibuat dapat dilihat dari uraian perbedaan yang sudah dijelaskan sebelumnya.