Dokumen UKL-UPL
KATA PENGANTAR
Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL dan UPL) untuk Rumah Makan Mbok Wito yang berlokasi di Jalan Arif Rahman Hakim Keluarahan Way Halim Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung Lampung ini merupakan salah satu usaha dari pihak kami guna memenuhi peraturan perundang- undangan yang berlaku serta dalam rangka melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) merupakan Dokumen yang memuat upaya-upaya mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana usaha atau kegiatan. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) merupakan Dokumen yang digunakan untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan kegiatan terhadap masalah yang terjadi. Dokumen UKL-UPL ini berisikan latar belakang, tujuan penyusunan UKL-UPL, uraian singkat proyek, komponen lingkungan yang terkena dampak, dampak yang akan terjadi, serta upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan. Diharapkan dengan adanya Dokumen UKL-UPL ini pengendalian terhadap lingkungan dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu.
Bandar Lampung, Maret 2015 Penanggung Jawab Usaha/Kegiatan
IWAN SETIAWAN
ii
Dokumen UKL-UPL
Rumah Makan Mbok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ... v BAB I. PENDAHULUAN ... I-1 I.1. Latar Belakang ... ... .... ... I-1 I.2. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL ... I-1 I.2.1. Tujuan Penyusunan (UKL-UPL) ... I-1 I.2.2. Kegunaan (UKL-UPL) ... I-2 I.3. Dasar Hukum... ... I-3 BAB II. RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN... II-1
II.1. Identitas Pemrakarsa ... II-1 II.2. Nama Usaha Dan Atau Kegiatan ... II-1 II.3. Lokasi Usaha Dan Atau Kegiatan ... ... II-1 II.4. Skala Usaha Dan Atau Kegiatan ... II-2 II.5. Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan... II-3 II.5.1. Tahapan Pra Konstruksi ... II-3 II.5.2. Tahapan Konstruksi ... II-4 II.5.3. Tahapan Pasca Konstruksi ... II-7
BAB III. KOMPONEN LINGKUNGAN YANG TERKENA DAMPAK ... III-1
III.1. Komponen Sosial Budaya ... III-1 III.1.1. Penduduk ... III-1 III.1.2. Potensi Ekonomi ... III-1 III.1.3. Sarana Pendidikan ... III-2 III.1.4. Sarana Kesehatan ... III-2 III.2. Komponen Biologi ... III-2 III.2.1. Flora ... III-2
KMBOK WITO
iiiIII.2.2. Fauna... III-3 III.3. Komponen Fisik Kimia ... III-3 III.3.1. Topografi ... III-3 III.3.2. Iklim dan Suhu ... III-3 III.3.3. Tanah ... III-8 III.3.4. Hidrologi dan Kualitas Air... III-8 BAB IV. PERKIRAAN DAMPAK YANG AKAN TIMBUL ... IV-1 IV.1. Tahapan Pra Konstruksi ... IV-1 IV.2. Tahapan Konstruksi ... IV-1 IV.3. Tahapan Pasca konstruksi/Operasional... IV-2
BAB V. RENCANA UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN V-1
V.1. Rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup ... ... V-1 V.1.1. Tahap Pra Konstruksi ... ... V-1 V.1.2. Tahap Konstruksi... V-2 V.1.3. Tahap Pasca Kontruksi ... ... V-4 V.2. Rencana Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ... V-20
V.2.1. Tahap Pra Konstruksi ... V-20 V.2.2. Tahap Konstruksi... V-20 V.2.3. Tahap Pasca Konstruksi/Operasional ... V-21 BAB VI. PELAPORAN ... VI-1 VI.1. Laporan Ditujukan Kepada Instansi ... VI-1 VI.2. Materi Laporan... VI-1 VI.3. Waktu Pelaporan ... VI-1 BAB VII. PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL DAN UPL... VII-1 LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
KMBOK WITO
iv Dokumen UKL-UPLRumah Makan Mbok
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi ... ... II-4 Tabel III-1 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kota Bandar Lampung Tahun 2014... III-4 Tabel III-2 Rata-rata Penyinaran Matahari dan Rata-rata Suhu Udara di Kota Bandar Lampung Tahun 2014... III-5 Tabel III-3 Rata-rata Suhu Minimum dan Maksimum di Kota Bandar Lampung... III-6 Tabel III-4 Rata-rata Kelembaban Udara dan Tekanan Udara di Kota Bandar Lampung
Tahun 2010-2014... III-7 Tabel III-5 Rata-rata Kecepatan Angin di Kota Bandar Lampung Tahun 2014... III-8 Tabel III-6 Kualitas Air Tanah Di Sekitar Lokasi Rumah Makan Mbok Wito ... III-9 Tabel IV-1 Matrik Perkiraan Dampak Yang Akan Timbul ... IV-4 Tabel V-1 Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup... V-16 Tabel V-2 Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup ... V-22 Tabel V-3 Matriks UKL UPL ... V-24
RM MBOK WITO
vDAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Peta Rumah Makan Mbok Wito... ... II-2
Gambar V-1 Contoh Diagram Alir Sitem Pengolahan Limbah Cair Rumah Makan.. V-9
Gambar V-2 Contoh Instalasi Pengolahan Limbah Usaha Rumah Makan ... V-10 Gambar V-3 Limbah Rumah Makan ... ...V-13
RM. MBOK WITO
I-1 Dokumen UKL-UPLRumah Makan Mbok
BAB I.
PENDAHULUAN
Pembangunan Bengkel Motor yang berorientasi ramah lingkungan serta bisa menghidupkan roda perekonomian di sekitar, yaitu dengan bermunculannya usaha-usaha sekunder untuk menunjang Bengkel Motor seperti rumah makan dan warung-warung.
Berdirinya Rumah Makan Mbok Wito ini adalah salah satu bentuk partisipasi swasta dalam pemerataan pembangunan di daerah, dimana lahan tersebut yang sebelumnya lahan kosong yang tidak terpakai, tetapi dengan dibangunnya Bengkel Motor, maka lahan tersebut menjadi produktif. Kondisi ini memberikan peluang bagi kami yang bergerak di bidang otomotif dan suku cadangnya untuk ikut andil dalam meningkatkan taraf ekonomi di daerah.
Sehubungan dengan Pembangunan Bengkel Motor maka dalam proses pembangunan akan menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan, sehingga harus dilengkapi dengan dokumen lingkungan. Dokumen lingkungan ini pada dasarnya merupakan informasi tentang berbagai jenis kegiatan yang berpotensi menimbulakn dampak penting (negatif maupun positif) dan berbagai komponen lingkungan yang potensial terkena dampak
penting akibat dari pelaksanaan kegiatan.
I.2. Tujuan dan Kegunaan UKL-UPL
I.2.1. Tujuan Penyusunan (UKL-UPL)
Tujuan dilaksanakannya studi UKL-UPL kegiatan usaha rumah makan adalah:
1. Mengidentifikasi kegiatan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan.
2. Mengidentifikasi rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi awal dan tatanan Lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan, terutama yang akan terkena dampak.
3. Memperkirakan dampak dan mengevaluasi dampak yang dapat terjadi.
I.1. Latar Belakang
RM. MBOK WITO
I-24. Memberikan arahan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
I.2.2. Kegunaan (UKL-UPL)
Studi UKL-UPL mempunyai kegunaan bagi pemrakarsa proyek, pemerintah dan masyarakat. Uraian tentang kegunaan studi ini adalah sebagai berikut:
a) Kegunaan Bagi Pemrakarsa Proyek:
1. Memenuhi ketentuan pokok peeraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya dalam bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan dari kegiatan. 3. Memberi masukan untuk kegiatan yang sedang berjalan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari kegiatan yang sedang berjalan.
5. Sebagai sumber data dasar dan informasi lingkungan tenang status tataguna lahan di lokasi kegiatan dan daerah sekitarnya.
6. Mengantisipasi masalah-masalah lingkungan yang potensial terkena dampak kegiatan di masa yang akan datang.
b) Kegunaan Bagi Pemerintah
1. Sebagai bahan masukan dalam pengelolaan wilayah sesuai dengan kondisi rona lingkungan awal serta tingkat pembangunan yang sudah ada.
2. Mencegah atau mengurangi kerusakan potensi sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
3. Mencegah atau mengurangi kerusakan sumberdaya alam lainnya yang berada didalam dan di luar lokasi tapak proyek yang sudah dimanfaatkan oleh proyek lain ataupun masyarakat setempat, maupun yang belum dimanfaatkan.
4. Mencegah atau mengurangi timbulnya kerusakan komponen lingkungan hidup
yang menimbulkan dampak turunan (lanjutan) pada komponen lingkungan lainnya. 5. Sebagai bahan pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan dari
RM. MBOK WITO
I-3 Dokumen UKL-UPLRumah Makan Mbok
c) Kegunaan Bagi Masyarakat
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meupayakan usaha yang sesuai dengan kondisi rona lingkungan saat itu serta kondisi yang akan datang sehubungan adanya kegiatan industri.
RM. MBOK WITO
I-42. Sebagai wahana untuk memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat menghindari dampak negatif dan memanfaatkan dampak positif yang potensial ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan di daerah sekitarnya.
I.3. Dasar Hukum
1. Undang-undang RI Nomor 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2. Undang-undang RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penatan Ruang 3. Undang-undang RI Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
4. Undang-undang RI Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu-lintas dan Angkutan jalan. 5. Undang-undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
6. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Lalu-lintas Jalan 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Racun.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
11. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 tahun 1964 tentang Syarat-syarat Kesehatan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/per.IX/1990 tentang Syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada gedung dan lingkungan.
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
RM. MBOK WITO
I-5 Dokumen UKL-UPLRumah Makan Mbok
2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
17. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 86/MENLH/SK/III/2002 tentang Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
18. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
19. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha atau Kegiatan di Propinsi Lampung.
BABII.
RENCANA USAHA
DAN ATAU
KEGIATAN
II.1. Identitas Pemrakarsa
1. Nama Perusahaan : PT. Tunas Dwipa Matra 2. Nama Penanggung Jawab
Rencana Usaha / Kegiatan
: Ir. Hong Anton Leoman
3. Jabatan : Direktur Utama
4. Alamat Kantor : Jl. A. Yani No. 41, Kelurahan Karang Anyar – Jakarta Pusat
5. Telepon :
-II.2. Nama Usaha Dan Atau Kegiatan
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
II.3. Lokasi Usaha Dan Atau Kegiatan
Desa : Banjar Agung Kecamatan : Banjar Agung Kabupaten : Tulang Bawang Propinsi : Lampung Peruntukan lahan : Bengkel Motor Luas Lahan Usaha : 3.298 m2
Hak Kemilikan Lahan :
II-2 Gambar II-1 Peta Lokasi Pembangunan Bengkel Motor
II-3 Pembangunan Bengkel Motor, di jabarkan sebagai berikut :
1. Batas Perencanaan :
a) Luas tanah yang dibutuhkan : 3.298 M2 b) Luas Bengkel dan bengkel : 812 M2 2. Perencanaan :
Dalam tampak direncanakan
a) Bengkel dengan luas keseluruhan 812 M2 b) Pematangan tanah
Untuk pematangan tanah pihak pengembangan akan berkordinasi dengan pihak-pihak yang terkait demi kelancaran Pembangunan Bengkel Motor tersebut. Adapun kegiatan pematangan tanah antara lain pengerukan tanah menggunakan tanah liat dan pengerasan tanah tersebut.
II-4 d) Fasilitas air kotor
Semua pembuangan dialirkan ke saluran sekunder dan selanjutnya diolah terlebih dahulu dalam bak penampungan, untuk dibuang ke tempat pembuangan air kotor.
e) Fasilitas jaringan listrik
Untuk jaringan listrik kami akan bekerjasama dengan pihak terkait f) Fasilitas jaringan telepon
Untuk jaringan telepon kami akan berkoordinasi dengan PT. Telkom g) Pembuangan sampah
Kami akan menyiapkan suatu tempat untuk penampungan pembuangan sampah sementara sebelum diangkut dan akan menetap pada tempat pembuangan sampah sementara sekitar 12-18 jam, sedangkan pengankutannya kami akan bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Tulang Bawang. Untuk kebersihannya kita akan menaruh beberapa tempat sampah yang sudah dipisahkan antara yang organik dan non organik baik di lingkungan Bengkel
Motor, sehingga tidak ada sampah yang berserakan.
II.5. Garis Besar Komponen Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan
Secara garis besar tahap kegiatan dari Pembangunan Bengkel Motor dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu :
II.5.1. Tahapan Pra Konstruksi
Yaitu tahapan / kegiatan sebelum dimualainya kegiatan Pembangunan Bengkel Motor dari perencanaan sampai persiapan lahan siap dilakukan pekerjaan konstruksi yang uraian kegiatannya antara lain adalah asebagai berikut
II-5 Survey yang dilakukan antara lain survey luas lahan, survey kelayakan lahan dan survey keadaan sosial daerah tersebut.
Kegiatan survei lapangan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan adalah kegiatan pengukuran dan pemasangan patok. Kemungkinan dampak yang timbul adalah overlap antara lahan Pembangunan Bengkel Motor dengan lahan penduduk.
II-6 kesepakatan jual beli secara langsung kepada pemilik lahan.
3. Kegiatan perijinan
Yaitu tahapan permintaan ijin dilakukan. Permintaan ijin wajib dilakukan untuk mendirikan sebuah bangunan, agar nantinya jika terjadi sesutau terhadap lahan tersebut ada jaminan dari pemerintah.
II.5.2. Tahapan Konstruksi
Tahapan kegiatan pelaksanaan fisik kawasan Pembangunan Bengkel Motor baik dari mulai perataan tanah , sampai selesainya bangunan. Pada tahap konstruksi di uraikan sebagai berikut :
1. Perekrutan tenaga kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi menimbulkan dampak negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal (setempat). Perkiraan kebutuhan tenaga kerja menurut posisi disajikan pada tabel berikut ini (sumber analisis konsultan):
Tabel II-1 Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi
No Posisi Tenaga Kerja
Jumlah
(orang) Spesifikasi
1 Manager proyek 1 S1
2 Site manager/ engineer 1 S1
3 Keuangan 1 S1
4 Tenaga Administrasi 2 D3/ S1
5 Logistik 5 SMA/STM
6 Sopir 2 SMA/STM
7 Mandor 2 SMA/D3
9 Tenaga pendukung (buruh) 15 SD/SMP/SMA
II-7 Sumber : Analisis Konsultan
2. Pengoperasian basecamp
Kegiatan awal pekerjaan pelaksanaan di lapangan, adalah : pembangunan base camp yang berfungsi sebagai kantor pelaksana proyek dan P3K, penginapan pekerja, bengkel perawatan dan perbaikan alat berat serta penyimpanan material. Pada base camp dilengkapi dengan MCK.
II-8 pendatang yang tidak mengindahkan aturan adat setempat dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat lokal (setempat).
3. Penyiapan lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi pembersihan lahan dari bahan-bahan yang secara konstruktif tidak baik. Pekerjaan perataan tanah (timbunan) pada musim kemarau berpotensi menimbulkan hamburan debu dan pada musim hujan berpotensi meningkatkan tingkat TSS pada perairan.
4. Pekerjaan konstruksi
a) Mobilisasi alat dan material
Mobilisasi alat-alat dan material konstruksi dari tempat asal ke lokasi base camp berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas berupa kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Kebutuhan material untuk Pembangunan Bengkel Motor sebagaian besar didatangkan dari luar Tulang Bawang dan sebagain dipenuhi dari Tulang Bawang dan sekitarnya. Begitupun untuk penyediaan alat-alat berat untuk kegiatan konstruksi. b) Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Bengkel
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama dari proyek ini, pekerjaan silo ini meliputi pemancangan pondasi tiang, konstruksi packing house, pembetonan, pekerjaan baja dan metal-metal yang lain, pekerjaan kaca serta kayu. Pekerjaan lain selain diatas adalah berupa pembangunan kantor, rumah satpam, area parkir, pembuatan lokasi loading dan unloading mobil, pembangunan workshop, bangunan/rumah istirahat pekerja, pembangunan bengkel. Pekerjaan-pekerjaan yang ada meliputi pekerjaan pembesian baja, pembetonan, perkayuan, kaca, pengaspalan jalan, pekerjaan atap, tembok/pagar keliling, instalasi, air listrik, dan pengecatan. c) Pekerjaan Pemasangan Peralatan/Mesin dan Instalasi
II-9 Pekerjaan ini adalah memasang peralatan mesin operasi terminal termasuk semua perlengkapannya, serta instalasi listrik, telepon dan air termasuk jaringan elektronik untuk memantau pekerjaan penimbunan, pembongkaran, dan pengepakan semen untuk menjaga kualitas semen, bengkel dan lingkungan.
II-10 cukup jumlahnya. Sistem air bersih yang akan dibangun, yaitu pembuatan sumur dalam.
Potensi dampak yang akan muncul adalah peningkatan air larian (run off) pada saat pembuatan galian untuk pembuatan reservoar, dan pemasangan pipa. Sementara untuk pengambilan air tanah dalam sebagai sumber air bersih, potensi dampak yang muncul adalah terjadinya penurunan muka tanah.
e) Pembangunan Sislem Jaringan Air Kotor
Semua bangunan bengkel, bengkel, kantor, dan fasilitas lain akan dibangun sistem saluran sendiri-sendiri dan kemudian mengalir kesaluran pembagi, yang selanjutnya akan bergabung ke saluran cabang.
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilokasi rencana usaha dan atau kegiatan dan untuk mengurangi teradinya penyebaran dampak penurunan kualilas air akibat adanya rencana usaha dan latau kegiatan, disatankan untuk dilaksanakan disarankan untuk pembangungunan Instalasi Pengelolaan Air Lmbah (IPAl) sebagai muara dari saluran air dan limbah cair yang terdapat atau dihasilkan oleh semua kegiatan pada semua bangunan ada dilokasi rencana usaha dan atau kegiatan. Setelah dilakukan pengendapan, selanjutnya air dari kolam IPAL terakhir dialirkan melalui saluran drainase terbuka.
f) Pembangunan Sistem Pembuangan Sampah
Setiap bangunan bengkel, bengkel, kantor, bangunan lain di lokasi rencana usana dan atau kegiatan akan dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah sementara (TPS), yang besarnya disesuaikan dengan volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya dengan kelentuan dari peraturan yang berlaku. Tempat pembuangan sampah sementara dibuat dari bahan yang kedap air, mempunyai tutup dan dapat dijangkau dengan mudah oleh petugas pembuangan sampah.
Pada lokasi rencana usaha dan atau kegiatan akan disiapkan tempat pembuangan sampah lokal berupa container sampah, dengan penempatan lokasi dan ukurannya
II-11 cukup besar dan diasumsikan dapat menampung seluruh sampah-sampah dari semua bengkel, bengkel, kantor, bangunan lain di lokasi rencana usaha dan atau kegiatan. ampah kemudian akan diangkut oleh mobil pengangkut sampah ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
II-12 kebutuhan.
h) Demobilisasi Peralatan
Demobilisasi peralatan dilakukan secara bertahap. Peralatan-peralatan berat seperti Dump Truck, Shovel, Excavator, Bulldozer, Crane, Jack Hammer digunakan hanya dalam waktu singkat peralatan ini hanya disewa sesaat sehingga dengan cepat direncanakan untuk didemobilisasi agar tidak mengeluarkan biaya sewa tinggi peralatan. Kemungkinan demobilisasi peralatan berat malalui laut atau darat. i) Demobilisasi Tenaga Kerja (Pemutusan Hubungan Kerja/PHK)
Demobilisasi tenaga kerja dilakukan secara bertahap terutama tenaga kasar yang akan didemobilisasi saat pekerjaan fisik selesai. Proses pengurangan tenaga kerja ini tidak akan menimbulkan gejolak karena pada saat rekrutment, mereka telah menyadari bahwa pekerjaan yang mereka kerjakan hanya bersifat sementara.
II.5.3. Tahapan Pasca Konstruksi
Tahapan pasca konstruksi antara lain :
1. Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang akan mendukung operasional pelabuhan pada saat operasional.
2. Pengoperasian Bengkel
Dengan dioperasikannya Bengkel akan memperlancar perbaikan kendaraan bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya bengkel akan mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut.
II-13 3. Pemeliharaan pelabuhan dan fasilitas lainnya
Pemeliharaan yang dilakukan secara rutin dan benar terhadap Bengkel Dan Stockyard dengan segala fasilitasnya akan memperpanjang usia konstruksi.
BAB III.
KOMPONEN LINGKUNGAN
YANG TERKENA
DAMPAK
III.1. Komponen Sosial Budaya
III.1.1. Penduduk
Kecamatan Banjar Agung memiliki luas 9.772 Ha beribukota di Banjar Agung dengan populasi penduduk 42.667 Jiwa dengan kepadatan penduduk 225/Km² dan memiliki 11 kampung / desa , yaitu :
1. Kampung Banjar Agung,
2. Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya, 3. Kampung Tunggal Warga,
4. Kampung Moris Jaya, 5. Kampung Tri Darma Wijaya, 6. Kampung Banjar Dewa,
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
8. Kampung Warga Indah Jaya, 9. Kampung Tri Tunggal Jaya, 10. Kampung Tri Mulya Jaya, 11. Kampung Tri Mukti Jaya..
III.1.2. Potensi Ekonomi
1. Sarana perekonomian
a. Memiliki 8 unit Koperasi dengan 848 anggota b. Memiliki Pasar Kampung
2. Pertanian dan Perkebunan
Luas dan Produksi Tanaman Pertanian
Padi Sawah 521 Ha dengan Produksi 2.275 Ton
Padi Ladang 193 Ha dengan Produksi 528 Ton
III-2
Jagung 125 Ha dengan produksi 583 Ton
Ubi Kayu 2.270 Ha dengan produksi 71.708 Ton
Kacang Hijau 5 Ha dengan produksi 4,75 Ton
Kacang Tanah 21 Ha dengan produksi 21,21 Ton
Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan
Karet 7.240 Ha dengan produksi 4.847,50 Ton
Kopi 34 Ha dengan produksi 25,50 Ton
Lada 9 Ha dengan produksi 1,60 Ton
Kelapa Dalem 106 Ha dengan produksi 221,76 Ton
III.1.3. Sarana Pendidikan
1. TK : 32 Buah 2. SDN : 26 Buah 3. SD Swasta Umum : 1 Buah 4. SD Swasta Islam : 1 Buah 5. SMP Negeri : 6 Buah 6. SMP Swasta Umum : 9 Buah 7. SMP Swasta Islam : 4 Buah 8. SMA Negeri : 1 Buah 9. SMA Swasta Umum : 4 Buah 10. SMA Swasta Islam :2 Buah 11. SMK Swasta : 4 Buah
III.1.4. Sarana Kesehatan
1. Puskesmas : 1 Buah 2. Puskesmas Pembantu : 5 Buah
III-3
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
3. Praktek dokter : 15 Buah 4. Praktek Bidan : 1 Buah 5. Posyandu : 25 Buah
III.2. Komponen Biologi
III.2.1. Flora
Tipe komunitas flora yang terdapat di dan sekitar lokasi proyek adalah tegalan/lahan kering dengan jenis tanaman tahunan dan semak belukar yang bukan merupakan vegetasi asli, karena pada umumnya lahan telah terbuka dari kondisi hutan. Beberapa jenis tanaman yang dominan yaitu ubi kayau dan sawit.
III-4 III.2.2. Fauna
Satwa liar yang terdapat di dan sekitar areal adalah kelas aves, mamalia, amphibia, dan reptilia. Jenis aves yang banyak terdapat di wilayah studi adalah burung gereja, kelompok mamalia adalah tikus, kucing dan anjing. Kelompok reptilia adalah cicak, kadal, serta
kelompok amphibia kodok.
III.3. Komponen Fisik Kimia
III.3.1. Topografi
Kondisi geografis kecamatan ini terletak pada ketinggian 30 M dari permukaan air laut, dan memiliki kontur tanah yang terdiri dari tanah datar dan bergelombang dengan rincian 70% datar sampai berombak dan 30% berombak sampai berbukit.
Secara topografi daerah Tulang Bawang dibagi menjadi 4 bagian:
1. Daerah daratan, ini merupakan daerah terluas yang dimanfaatkan untuk pertanian.
2. Daerah rawa, terdapat sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0-1 m, yang merupakan daerah rawa pasang surut.
3. Daerah River Basin, terdapat dua River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang, dan River Basin sungai-•sungai kecil lainnya.
4. Daerah Alluvial, meliputi pantai sebelah timur yang merupakan bagian hilir (down steem dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang, dan Mesuji dimanfaatkan untuk pelabuhan.
III.3.2. Iklim dan Suhu
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai., 2011, suhu udara rata-rata siang hari berkisar antara 27,0
III-5
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel 0
C sampai 29,0 0C sedangkan suhu udara pada malam hari berkisar antara 21,0 0C sampai 23,7 0C.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu mencapai 320 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus 0 mm.
III-6 Tabel III-1 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2011
III-7
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Tabel III-2 Rata-rata Penyinaran Matahari dan Rata-rata Suhu Udara di Kabupaten Tulang Bawang 2011
III-8 Tabel III-3 Rata-rata Suhu Minimum dan Maksimum di Kabupaten Tulang Bawang, 2011
III-9
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Tabel III-4 Rata-rata Kelembaban Udara dan Tekanan Udara di Kabupaten Tulang Bawang,2008-2011
III-10 Tabel III-5 Rata-rata Kecepatan Angin di Kabupaten Tulang Bawang, 2011
Sumber : Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka 2012
III.3.3. Tanah
Secara garis besar Tanah di Tulang Bawang dibagi 6, antara lain Aluvial, Regosol, Andosol, Podsolik, Coklat, Latosol, dan Padsolik Merah Kuning (PMK).
III-11
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
III.3.4. Hidrologi dan Kualitas Air
Sarana drainase yang ada, yaitu berupa parit/selokan yang berfungsi sebagai pembuangan air hujan di sepanjang jalan raya.
Kondisi air tanah di sekitar lokasi proyek masih tergolong baik, karena dari hasil analisi terhadap semua parameter kunci hasilnya masih memenuhi syarat sebagai bahan air baku
III-12 air minum. Kondisi ini menunjukkan bahwa kualitas air tanah yang selama ini dijadikan sebagai air baku untuk air minum kualitasnya masih memenuhi syarat. Hasil analisi air tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III-6 Kualitas Air Tanah Di Sekitar Lokasi Pembangunan Bengkel Motor
No Parameter
Hasil Pengujian
Batas
Maksimal Satuan Acuan Metode
A. Fisika
1 Kekeruhan 0 25 Skala NTU SNI 06-6989-25-2005
B. Kimia
1 Besi (Fe) 0,130 1,0 mg/l SNI 06-6989-04-2004
2 Kadmium (Cd) <0,001 0,005 mg/l SNI 06-6989-16-2004
3 Kesadahan (CaCO3) 49,9 500 mg/l SNI 06-6989-12-2004
4 Timbal (Pb) <0,001 0,05 mg/l SNI 06-6989-8-2004
5 Nitrat (NO3) 2,137 50 mg/l SNI 06-2480-1991
6 Nitrit (NO2) 0,097 3,0 mg/l SNI 06-6989-09-2004
7 pH 6,02 6,5 – 9,0 - SNI 06-6989-11-2004
8 Zat Organik (KmnO4) 5,577 10 mg/l SNI 06-2506-1991
Dokumen UKL-UPL Pembangunan Bengkel
BABIV.
PERKIRAAN
DAMPAK YANG
AKAN TIMBUL
Perkiraan dampak yang timbul dengan Pembangunan Bengkel Motor dapat diuraikan sebagai berikut :
IV.1. Tahapan Pra Konstruksi
1. Dampak positif :
a. Keuntungan dari penjualan lahan yang akan dibangun perumahan.
b. Memberikan prioritas bagi warga sekitar lokasi untuk turut serta dalam Pembangunan Bengkel Motor, baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap fisinhing pembangunan, serta mengisi peluang usaha yang ada dilingkungan Bengkel Motor, (seperti rumah makan dan warung-warung sebagai tempat akan para pekerja).
2. Dampak negatif :
a. Warga tidak bisa lagi mengandalkan pekerjaan sebagai petani jika sawah/kebun mereka jadi dijual. Karena lahan yang mereka andalkan sudah berubah fungsi.
1. Dampak positif :
a) Adanya peluang pekerjaan. Penduduk sekitar mendapat pekrjaan sebagai pekerja bangunan dari warga sekitar yang sebelumnya menganggur direkrut menjadi menjadi pekerja bangunan.
b) Penghasilan penduduk meningkat (tenaga kerja pembangunan) Penduduk mendapatkan penghasilan dan bekerja sebagai tukang bangunan.
c) Daerah disekitar perumahan menjadi berkembang dari segi ekonomi, sosial, tataruang, dll. Dari segi ekonomi penghasilan yang didapatkan dari bekerja
sebagai bangunan dari segi sosial
IV-2
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
d) Meningkatkan penghasilan tambahan warga sekitar dari pendirian warung makan yang disediakan untuk para pekerja.
e) Meningkatkan penghasilan tambahan warga sekitar dari pembukaan lahan parkir, karena dapat saja para pekerja menggunakan motor atau sepeda
f) Menambah kas desa yang suatu saat dapat digunakan untuk memperbaiki jalanan yang rusak
2. Dampak negatif :
a) Penduduk menjadi sesak nafas akibat debu dari proses konstruksi dan dari kendaraan pengangkut alat berat dan pengangkut material.
b) Resiko adanya kecelakaan kerja pekerja bangunan
c) Penduduk menderita kebisingan dari suara mesin-mesin berat. Hal itu menyebabkan pendengaran pekerja dan warga sekitar terganggu.
d) Adanya persepsi negatif masyarakat berupa kecemburuan sosial adanya pendatang baru atau tenaga kerja
e) Kesehatan para pekerja menurun. Seringnya menghirup udara kotor disekitar proyek, kepanasan
f) Kualitas air menurun akibat adanya pembangunan pondasi, pembangunan jalan, pemasangan tonblok
g) Adanya vektor penyakit (nyamuk, tikus)
h) Kualitas udara menurun akibat adanya pencemaran alat-alat berat. i) Kerusakan jalan akibat dilalui truk pengangkut material.
IV.3. Tahapan Pasca konstruksi/Operasional
1. Dampak positif :
a. Penduduk sekitar berkesempatan mendapat pekerjaan sebagai satpam,tukang kebun. b. Kondisi lingkungan menjadi lebih baik. Lingkungan disekitar menjadi tertata
dengan baik.
c. Meningkatkan penghasilan tambahan warga (tukang ojek atau pedagang kaki lima keliling) dengan adanya perumahan di desa jamus kauman dan desa karang talun 2. Dampak negatif :
IV-3 mencuci, mandi, dll
b. Bertambahnya produksi sampah. Akibat bertambahnya penduduk berarti sampah yang dihasilkan semakin meningkat.
c. Peningkatan iklim mikro akibat pendirian bangunan perumahan. Suhu atau iklim dikawasan perumahan menjadi panas karena pohon-pohon yang sebelumnya sudah tidak ada karena ditebangi.
IV-4
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
d. Bertambahnya kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk mengakibatkan munculnya kesenjangan sosial, munculnya sikap egoisme.
e. Timbulnya polusi, akibat adanya pos ojek dan pangkalan angkutan disekitar perumahan.
f. Kebisingan karena banyaknya angkutan atau ojek yang meningkat di sekitar wilayah tersebut.
Tabel IV-1 Matrik Perkiraan Dampak Yang Akan Timbul
Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan
1. Tahap Pra Konstruksi
a. Pembebasan lahan Peningkatan pendapatan/retribusi Keresahan masyarakat
Luasan 3.298 m2
Masyarakat sekitar
Jual beli yang syah
Pendekatan terhadap masyarakat 2. Tahap Konstruksi
a. Mobilisasi kendaraan Meningkatnya kadar debu di udara akibat aktivitas kendaraan
Meningkatnya kebisingan akibat aktivitas kendaraan
Sekitar wilayah kegiatan Keluar masuknya kendaraan pengangkut material
b. Aktifitas pembangunan Meningkatnya kadar debu di udara Meningkatnya kebisingan akibat Adanya peluang kerja
Meningkatnya penghasilan penduduk Menurunnya kualitas air
Kerusakan jalan
Kualitas kesehatan menurun
Sekitar wilayah kegiatan dan lingkungan sekitar
Ada aktivitas alat berat
Aktivitas pembangunan pondasi, pembangunan jalan, pemasangan tonblok
Adanya mobilisasi kendaraan pengangkut material
Perekrutan pekerja bangunan 3. Tahap Operasi
a. Aktivitas/Operasional bengkel dan stockyard
Meningkatnya taraf hidup/ekonomi masyarakat
Tertatanya lingkungan sekitar Transportasi menjadi lebih mudah Peningkatan iklim mikro
Sekitar wilayah perumahan dan lingkungan sekitar
Perekrutan kerja di perumahan sebagai satpam, tukang kebun, dll Meningkatkan kondisi lingkungan
sekitar
Aktivitas mck pekerja b. Mobilisasi kendaraan konsumen Meningkatnya pulusi udara
Meningkatnya kebisingan
Sekitar wilayah perumahan dan lingkungan sekitar
BABV.
RENCANA
UPAYA
PENGELOLAAN
DAN
PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
V.1. Rencana Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Program pengelolaaan lingkungan yang akan dilakukan oleh pihak pemrakarsa untuk mengelola dampak yang ditimbulkan dapat diuraikan sebagai berikut :
V.1.1. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap ini prakiraan dampak yang timbul berasal dari kegiatan survey yaitu meihat aspirasi dan harapan dari masyarakat sekitar mengenai Pembangunan Bengkel Motor, antara lain sebagai berikut :
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
1. Melakukan koordinasi dengan masyarakat desa, muspida, dan muspika mengenai rencana pembangunan serta menjelaskan manfaat bagi masyarakat sekitar dengan berdirinya Bengkel Motor, akan menimbulkan hubungan simbiosis mutualisme dan tidak ada dampak negative kepada masyarakat.
2. Penyediaan alat pemadam kebakaran baik itu dalam bentuk hidran maupun racun api dan penanggulangan bencana kebakaran.
3. Memberikan prioritas bagi warga sekitar lokasi untuk turut serta dalam Pembangunan Bengkel Motor, baik pada tahap konstruksi maupun pada tahap fisinhing pembangunan, serta mengisi peluang usaha yang ada dilingkungan Bengkel Motor, (seperti rumah makan dan warung-warung sebagai tempat akan para pekerja).
4. Perekrutan tenaga kerja proyek dilakukan secara terbuka (transparan) dan yang hanya memenuhi kwalifikasi yang akan diterima bekerja sebagai tenaga proyek.
V-2 V.1.2. Tahap Konstruksi
Pda tahap ini prakiraan dampak yang akan timbul antara lain :
1. Peluang kerja dan usaha baru
Berdasarkan kegiatan survey yang telah dilakukan, dampak ini diperkirakan adanya partisipasi masyarakat disekitar lokasi dalam pembangunan, atau penduduk disekitar lokasi dapat memasok material dalam pembangunan maupun menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi para pekerja yang melakukan pembangunan yang dapat menghilangkan keresahan masyarakat disekitar, baik itu gangguan kantibmas maupun kerawanan sosial. Adapun rencana untuk dampak ini akan dilakukan antara lain dengan cara :
1. Memberikan peluang usaha yang ada dilingkungan Bengkel Motor, jika dimungkinkan akan mengikut sertakan warga sekitar lokasi untuk turut serta dalam Pembangunan Bengkel Motor baik ada tahap konstruksi maupun pada tahap finishing pembangunan seperti rumah makan, warung-warung serta perekrutan masyarakat sekitar menjadi pekerja.
2. Perekrutan tenaga kerja proyek dilakukan secara terbuka (transparan) dan hanya yang memenuhi kualifikasi yang akan diterima bekerja sebagai tenaga proyek.
2. Penurunan kualitas udara
Dampak penurunan kualitas udara diakibatkan dari kegiatan pematangan lahan, bilisasi alat dan material pembangunan dilokasi kegiatan akan menimbulkan sebaran debu lokal akibat kegiatan pengerjaan tanah dan lalu lintas kendaraan pengangkut alat dan material. Adapun cara untuk engurangi dampak tersebut adalah dengan cara :
1. Melakukan penyiraman dengan air, khususnya pada pekerjaan pematangan lahan yang dilakukan pada musim kemarau atau pada kondisi tanah kering.
2. Pembatasan kecepatan kendaraan pengangkut alat dan material misalnya tidak melebihi 20 km/jam saat memasuki lokasi kegiatan.
V-3
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
3. Peningkatan intensitas kebisingan
Dampak peningkatan intensitas kebisingan diperkirakan bersumber dari kegiatan mobilitas alat dan bahan/material serta pematangan lahan sehingga menyebabkan gangguan terhadap kenyamanan pendengaran, rencana pengelolaan dari dampak ini akan dilakukan antara lain dengan cara :
V-4 1. Pengaturan/penjadwalan pengngkutan alat-alat berat yang akan digunakan sedemikian
rupa sehingga tidak semua alatalat berat digunakan secara bersamaan.
2. Pelaksanaan kegiatan mobilisasi alat dan material dilakuakan siang hari, sehingga penduduk pada malam hari dapat beristirahat dengan tenang tanpa terganggu oleh kebisingan.
3. Teknis kendaraan keluar masuk akan dikonsultasikan dengan dishub, kepolisian dan lain-lain sehingga tidak mengganggu warga sekitar.
4. Peningkatan Air Larian (Run Off)
Dampak peningkatan air larian (run off) ini diperkirakan bersumber dari kegiatan pematangan lahan, pembuatan jaringan dan utilitas serta pembangunan sarana dan prasana Bengkel Motor. Adapun rencana pengendalian dampak pengendalian air larian (run off) akan dilakukan dengan cara :
1. Melaksanakan pengurugan lahan
2. Pembuatan saluran drainase darurat pada awal kegiatan sebelum konstruksi Bengkel Motor.
3. Konstruksi saluran air hujan direncanakan yang layak dengan sesuai keadaan topografi serta curah hujan setempat sehingga tidak merugikan banjir dan genangan dirumah warga sekitar,
4. Pembuatan kolam sedimentasi pada lokasi tertentu, untuk menampung air buangan dari kegiatan Pembangunan Bengkel Motor,
5. Mengoptimalisasi lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) dengan penanaman pohon-pohon sesuai dengan tempatnya.
6. Pembuatan sumur resepan
5. Penurunan kualitas air permukaan
Terjadinya Penurunan kualitas air permukaan diperkirakan merupakan dampak lanjutan dari adanya peningkatan laju air larian akibat kegiatan pembukaan, penyiapan dan pematangan lahan yang akan menyebabkan terjadinya pendangkalan di badan air penerima. Rencana pengelolaan dari dampak ini antara lain dengan melakukan :
V-5
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
1. Penataan air limpasan (saluran drainase darurat) dilokasi kegiatan sehingga dapat mengurangi kecepatan aliran air permukaan yang masuk kesaluran drainase sampai ke Badan Air Peneria,
2. Pengecekan dan pemeliharaan kelancaran pengaliran air disaluran desa, 3. Membuat sedimentasi dilokasi pembangunan.
V-6 6. Peningkatan Arus Lalu Lintas
Dampak penijkatan arus lalu lintas diperkirakan bersumber dari kegiatan keluar masuk kendaraan pengangkut alat dan material kelokasi kegiatan sehingga menimbulkan kemacetan lilu lintas dibandingkan sebelum adanya kegiatan proyek Bengkel Motor. Adapun rencana pengelolaan dampak ini antara lain :
1. Pengaturan atau penjadwalan kendaraan pengangkut alat dan material sehingga tidak dilakukan secara bersamaan ,
2. Menempatkan petugas lalu lintas yang ditempatkan dipintu masuk lokasi kegiatan untuk mengendalikan kendaraan keluar masuk kelokasi kegiatan dengan prinsip dasar pengaturan tetap mengutamakan kelancaran arus lalu lintas diruas jalan umum,
7. Kerusakan jalan
Dampak ini diperkirakan bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan bahan/material hal ini dapat menyebabkan ketidak nyamanan warga sekitar lokasi kegiatan sebagai pengguna /pemakai jalan tersebut. Adapun rencana penanggulangan atas dampak ini adalah :
1. Kendaraan operasioanl pembangunan yang melintas dari jalan akan disesuaikan denga rekomendasi dari pihak terkait (dishub, kepolisisan, dll)
2. Melakukan pembatasan beban kendaraan pengangkut material dan bahan agar tidak merusak jalan,
3. Melakukan pemeliharaan dan rehabilitasi secara berkala terhadap saluran drainase agar air larian pada turun hujan dapat mengair dengan baik sehingga usia jalan menjadi lebih lama,
4. Menutup bak kendaraan pengangkut material dan bahan dengan terpal atau plastic agar material tidak terceer dijalan.
V-7
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Tahap Operasional Bengkel Motor pada tahap ini dampak yang akan timbul adalah :
1. Peningkatan intensitas Kebisingan
Dampak peningkatan intensitas kebisingan diperkirakan dari kegiatan test drive dan aktivitas kendaraan yang keluar masuk lokasi Auto 2000. Adapun upaya penanggulangan adalah sebagai berikut :
V-5 2. Pelaksanaan kegiatan bengkel motor dilakukan pagi hari/jam kerja bengkel dari pukul 08.00-18.00 WIB, sehingga penduduk pada malam hari dapat beristirahat dengan tenang tanpa terganggu oleh kebisingan.
2. Peningkatan arus lalu lintas
Dampak peningkatan arus lalu lintas diprakirakan bersumber dari kegiatan keluar masuk kendaraan kegiatan oerasional bengkel motor, sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas. Adapun rencana pengelolaan dampak ini antara ain :
1. Distribusi kendaraan yang melintas dilokasi kegiatan, mengenai jadwal kendaraan car carier keluar masuk akan dilakukan pada siang hari, tetapi mengenai jadwal tersebut akan disesuaikan dengan rekomendasi dari pihak tekait (dishub, kepolisian, dll) 2. Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Tulang Bawang/polantas
setempat apabila terjadi kemacetan lalu lintas,
3. Menempatkan petugas lalu lintas yang ditempatkan dipintu masuk lokasi kegiatan untuk mengendalikan kendaraan keluar masuk kelokasi kegiatan dengan prinsip dasar pengaturan tetap mengutamakan kelancaran arus lalu lintas diruas jalan umum,
3. Penanggulangan limbah
Limbah dari operasional Bengkel Motor, semua akan sesuai dengan rekomendasi BLHD, yaitu membuang limbah B3 pada tempatnya yang sudah dientukan (sesuai izin) seperti bak penampungan limbah B3 ketempat yang tidak seharusya.
Pengelolaan limbah B3 bengkel, terdiri dari:
a. Pewadahan
Pewadahan Pewadahan limbah B3 bengkel yang ada di lapangan masih belum sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal no.1 tahun 1995. Dimana untuk ketentuan umum kemasan yang digunakan yaitu harus kuat, tahan lama, tidak bocor dan tidak mudah berkarat. Selain itu kemasan yang digunakan harus tertutup untuk menghindari terjadinya paparan limbah B3 ke udara.
V-6
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Keadaan di lapangan untuk pewadahan hanya dilakukan untuk oli bekas, onderdil terkontaminasi dan botol bekas oli. Sedangkan untuk majun dan aki bekas tidak ada pewadahan khusus. Hal tersebut sangatlah tidak dianjurkan karena untuk limbah B3 haruslah memiliki wadah khusus yang berguna untuk mengamankan limbah B3 tersebut dan lingkungan sekitarnya. Selain itu untuk wadah limbah B3 harus dilengkapi dengan symbol dan label yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 tersebut.
V-7 b. Penyimpanan
Untuk penyimpanan limbah B3 yang ada di bengkel masih belum sesuai dengan Kep. Bapedal no.1 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. Untuk penyimpanan limbah B3 yang berada di luar bengkel tidak memiliki bangunan khusus penyimpanan, namun hanya diletakkan begitu saja di luar bengkel. Sehingga hampir semua drum oli bekas maupun tandon yang terletak di luar bengkel bercampur dengan air hujan.
c. Pengangkutan
Untuk penyimpanan limbah B3 yang ada di bengkel masih belum sesuai dengan Kep. Bapedal no.1 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. Untuk penyimpanan limbah B3 yang berada di luar bengkel tidak memiliki bangunan khusus penyimpanan, namun hanya diletakkan begitu saja di luar bengkel. Sehingga hampir semua drum oli bekas maupun tandon yang terletak di luar bengkel bercampur dengan air hujan.
Pengelolaan limbah B3 ini berguna untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 bengkel. Adapun analisa perancangan pengelolaan limbah B3 di bengkel, adalah:
a. Reduksi
Reduksi dilakukan untuk mengurangi jumlah timbulan limbah B3 bengkel dan mengurangi sifat bahaya dari racun yang dapat dilakukan. Usaha reduksi untuk limbah B3 bengkel yaitu :
1) Menggunakan kembali onderdil – onderdil bekas yang masih dapat digunakan kembali.
2) Menerapkan sistem K3 untuk menghindari terjadinya ceceran pelumas atau bahan bakar dari motor sehingga mengurangi penggunaan majun yang terkontaminasi.
V-8
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
b. Pewadahan dan Label
Pewadahan yang digunakan untuk limbah B3 bengkel yang sesuai dengan kategori limbah yang ada di bengkel yaitu mudah terbakar dan korosif adalah wadah yang memenuhi kriteria umum sebagai berikut :
1) limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda tidak boleh disimpan dalam satu kemasan untuk menghindari terjadinya pencampuran dari 2
V-7 sifat limbah B3 yang berbeda yang dapat mengakibatkan reaksi yang tidak diinginkan.
2) Kemasan limbah B3 harus terbuat dari bahan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 tersebut, tahan lama, tidak mudah berkarat, dan tidak bocor. Kemasan harus diganti apabila terdapat kerusakan atau kebocoran pada kemasan.
3) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan pada saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan ini dilakukan untuk mengirim limbah B3 bengkel ke pihak pengolah atau pemanfaat. Pada Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun dijelaskan bahwa pengangkut bisa dilakukan oleh penghasil limbah, namun untuk limbah B3 bengkel ini sebaiknya dilakukan oleh pihak pengolah atau pemanfaat limbah B3 bengkel tersebut. Pengangkutan harus disertai dengan manifest yang dimiliki oleh pihak pengangkut. Kendaraan pengangkut yang digunakan harus tahan lama, kuat dan mampu melindungi limbah B3 yang akan diangkut. Selanjutnya pengangkutan ini akan dibawa ke pihak pemanfaat atau pengolah limbah yang akan dibahas pada sub bab selanjutnya.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengangkutan limbah B3 adalah rute pengangkutan yang harus memperhatikan peraturan yang berlaku. Apabila peraturan mengenai trayek tidak ada maka pengangkut limbah B3 sebaiknya memilih jalan arteri yang jauh dari pemukiman guna menghindari terjadinya bahaya yang tidak diinginkan (Trihadiningrum, 2000).
Untuk memenuhi syarat lingkungan yang baik pihak bengkel mengelola limbah padat yang dilakukan antara lain memilah sampah plastik untuk didaur ulang yang salah satu caranya dengan membuat tempat sampah khusus plastik. Selaian daur ulang, kami juga akan menanam pohon-pohon ditempat yang sudah disesuaikan oleh standar perusahaan kami. Air limbah dari usaha perbengkelan mudah sekali terkontaminasi dengan berbagai kotoran seperti minyak, oli, gemuk, bahan bakar dan lain-lain. Untuk mengelola air limbah ini, upaya pertama yang harus dilakukan adalah dengan melakukan minimalisasi limbah dan pencegahan terjadinya kontaminasi air dengan bahan lain seperti oli, bahan bakar, gemuk dan lain-lain.
V-8
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Upaya ini dapat dilakukan dengan menghindari terjadinya kebocoran di selang air dan efisiensi pemakaian air dengan penggunaan kran yang mudah ditutup seperti kran model tembak atau penempatan kran yang mudah dijangkau. Langkah lainnya yang dapat ditempuh adalah dengan menghindari masuknya air hujan ke dalam
V-9 lingkungan kerja yang mengandung ceceran oli/minyak atau bahan bakar lainnya. Jika air hujan ini masuk ke dalam lingkungan kerja yang kotor, maka kotoran yang ada di lantai akan terlarut dan terbawa aliran air. Dengan demikian pencemaran akan menyebar mengikuti arah aliran yang ada.
Tata letak setiap unit kerja di bengkel sangat mempengaruhi kualitas air limbah buangannya. Tata letak yang baik tidak hanya akan memberikan kesan bengkel terlihat bersih dan rapi saja, tetapi juga akan menenkan jumlah limbah yang dihasilkannya. Untuk bengkel yang juga melayani cucian mobil, seharusnya menempatkan tempat/ruang cucian dekat dengan saluran pembuangan air dan terhindar dari kegiatan bongkar mesin ataupun penggantian oli. Dengan pemisahan ruangan tersebut, maka air bekas cucian tidak akan terkontaminasi oleh berbagai minyak/ oli maupun kotoran lainnya.
Jika berbagai upaya pengelolaan lingkungan seperti tersebut di atas telah dilakukan oleh bengkel, maka air limbah yang dihasilkan tidak banyak mengandung kontaminan. Kontaminan yang biasanya masih ada berupa padatan (kotoran) dan sedikit minyak, dengan demikian maka unit pengolahan air limbah yang diperlukan juga sederhana (tidak terlalu rumit dan mahal). Unit pengolahan yang diperlukan terutama adalah unit pengendapan untuk pemisahan kotoran dan unit pemisahan minyak berupa fat- pit (separator).
Mengingat usaha perbengkelan pada umumnya yang berupa usaha kecil dan menengah dan tingkat pencemaran air limbah bengkel yang telah mengikuti program pengelolaan lingkungan tidak terlalu berat maka disini akan diberikan contoh unit pengolahan limbah yang sederhana, sehingga sangat memungkinkan sekali untuk dibangun dan dioperasikan oleh semua bengkel yang ada.
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
V-10
V-11
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Prose s pe ng olah an limbah te rse but adalah se bag ai be rikut :
1) Pengelolaan limbah cair perbengkelan dimulai dari sumbernya, yang mana limbah yang mempunhyai karakteristik berlainan dipisahkan. Disini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok air hujan, limbah septic tank, dan limbah kegiatan bengkel.
2) Air hujan tidak memerlukan pengolahan, tetapi perlu dimasukan ke sumur resapan. Fungsi dari sumur resapan ini adalah dapat untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas air tanah. Jika setiap bangunan yang ada selalu menyediakan fasilitas sumur resapan, maka terjadinya krisis air (terutama di musim kemarau) dapat dihindarkan.
3) Limbah dari toilet perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Kandungan utama limbah toilet adalah bahan organik yang mudah didegradasi, oleh karena itu limbah toilet dapat diolah dengan sistem biologi. Secera sederhana limbah toilet dapat diolah dengan menggunakan sistem septic tank, seperti yang telah banyak diterapkan pada rumah tangga. Yang perlu diperhatikan hanya pada kontruksi septic tank tersebut, yang mana septic tank tidak boleh bocor. Kebocoran septic tank akan membuat berbagai bakteri patogen masuk ke dalam tanah an mencemari air tanah di sekitarnya.
4) Air limbah dari kegiatan perbengkelan perlu dipisahkan dari berbagai cairan lainnya, seperti oli, bahan bakar, gemuk dll. Air limbah ini yang mengandung padatan dan oli diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan (klarifier). Di bak pengendap ini kotoran akan mengendap sehingga akan terpisahkan dari air. Endapan yang terbentuk dapat diambil/diangkan secara periodik. Padatan tersebut kemudian dikeringkan dalam bak pengering, yang selanjutnya dapat dibakar dengan insenerator. Aliran bagian atas berupa air yang yang masih mengandung sedikit minyak.
5) Air yang mengandung minyak tersebut dialirkan melalui suatu fat-pit
(separator) untuk memisahkan minyaknya. Dengan mengalirkan limbah di separataor secara perlahan (flow rate rendah), maka minyak akan mengapung pada bagian atas, kemudian minyak ini dapat dipisahkan dari air dengan cara di secrap atau dialirkan dan ditampung. Minyak yang telah terpisahkan ini dapat dikumpulkan dengan menggunakan wadah untuk selanjutnya dapat dibakar dengan menggunakan insenerator. Pembakaran minyak dengan insenerator dapat dilakukan bersama limbah padat yang ada dengan cara dikirim ke perusahaan atau rumah sakit yang telah memiliki insenerator.
6) Di separator air akan berada di bagian bawah, kemudian air tersebut dialirkan ke bagian akhir separator melalui lubang pada bagian tengah. Air yang sudah tidak mengandung minyak ini dapat dialirkan ke saluran
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
pembungan umum yang berada di bagian akhir proses.
V-12 7) Pada bagian bawah separator dilengkapi dengan pipa-pipa pembuangan air, yang
berfungsi untuk pembersihan. Jika suatu saat diperlukan perbaikan dari alat (unit separator) maka air yang berada di dalam separator tersebut dapat dibuang melalui saluran ini.
8) Unit pengolahan limbah yang disajikan ini merupakan unit pengolahan yang
sederhana, dengan tujuan agar biaya pembangunan dan operasionalnya murah sehingga semua bengkel dapat mengolah limbahnya tanpa merasa dibebani biaya yang berarti. Untuk bengkel yang besar dan berstandar internasional diharapkan dapat menambah unit pengolahan dengan sistem lumpur aktif di akhir proses. Untuk pengelolaan lainnya prosesnya sama dengan unit yang disajikan ini, namun dapat menggunakan disaint yang lebih modern lagi.
4. Peningkatan Air larian (Run Off)
Dampak peningkatan air larian (Run off) ini diperkirakan bersumber dari penurunan kapasitas infiltrasi air tanah akibat berubahnya tata guna lahan yang diperkeras seperti parker kendaraan baru akan menggunakan paving blok sedangkan jalan keluar masuk kendaraan akan menggunakan aspal untuk bengkel motor. Adapun rencana pengendalian dampak peningkatan air larian (Run Off) akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pemeliharaan dan pengecekan drainase sehingga tidak terjadi genagnan,
2. Normalisasi saluran sampai kealiran sungai terdekat dan untuk normalisasi akan bekerjasama dengan dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi (ESDAPE) Bupati Tulang Bawang
3. Konstruksi saluran air hujan direncanakan yang layak denga sesuai keadaan topografi serta curah hujan setempat.
5. Timbulan Limbah Padat
Dampak terjadinya timbulan padat diperkirakan bersumber dari aktivitas bengkel motor, adapun rencana penanggulangan sampah dapat dilakukan dengan cara :
1. Menyediakan bak/wadah tempat penampungan sementara pada tempat yang mudah untuk diambil oleh dinas kebersihan Bupati Tulang Bawang,
V-13
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
2. Pengadan pekerja yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur sampah tersebut agar tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Bengkel pada umumnya juga menghasilkan limbah padat. Limbah padat dari perbengkelan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu limbah logam dan non logam. Limbah padat non logam dapat berupa ban bekas/karet, busa, kulit sintetis, kain lap bekas yang telah terkontaminasi oleh oli/pelarut, cat kering dll. Limbah
V-14 logam banyak terdiri dari berbagai potongan logam, mur/skrup, bekas ceceran pengelasan dan lain-lain.
Limbah padat usaha perbengkelan pada umumnya berupa limbah non organik yang dapat dimanfaatkan kembali atau untuk daur ulang. Agar usaha daur ulang atau pemanfaatan kembali ini dapat dilakukan dengan baik, maka diperlukan pengelolaan dan kerja sama dengan pihak lain pemanfaat barang bekas. Jika upaya ini dapat dilakukan berarti dapat mereduksi jumlah timbulan sampah dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah dapat menghemat sumber daya yang ada.
Gambar V-3 Limbah logam
Limbah logam sebaiknya dikumpulkan dalam suatu wadah tertentu dan dihindarkan terjadi kontak dengan air, terutama air hujan yang bersifat asam (kondisi asam air hujan akan mempercepat terjadinya korosi pada logam). Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi korosi yang lebih besar, sebab korosi terhadap logam akan merusak sifat-sifat dari logam yang ada sehingga akan menurunkan kualitas logam dan meningkatkan biaya daur ulang. Logam bekas yang masih dalam kondisi baik dapat didaur ulang dan dikirim ke perusahaan pengecoran logam lewat para pengumpul barang bekas atau langsung ke perusahaan pengecoran logam.
6. Pencemaran Udara
Limbah gas dari usaha perbengkelan berupa asap hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung senyawa hidro carbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida
V-15
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
(CO2), serta nitrogen oksida (Nox) pada kendaraan berbahan bakar bensin. Sedangkan pada kendaraan berbahan bakar solar, gas buangnya mengandung sedikit HC dan CO tetapi lebih banyak SO-nya.
Sumber pencemaran udara dari industri dan kendaraan bermotor ditimbulkan dari hasil pembakaan bahan bakar hidrokarbon, terutama bahan bakar yang mengandung timbel (Pb). Mengingat bahayanya yang begitu besar, pemerintah
V-16 bertekad untuk memasyarakatkan bensin tanpa timbel pada 1999, lebih cepat dari semula tahun 2003. Sudah seharusnya sebab dalam pemakaian bensin tanpa timbel, Indonesia masih kalah dengan negara ASEAN lainnya.
Seiring dengan menipisnya persediaan bahan bakar fosil serta hasil pembakarannya yang tak ramah lingkungan, bahan bakar seperti liquid petroleum gas (LPG) dan compressed natural gas (CNG), biodiesel (bahan bakar dari minyak kelapa sawit) menjadi alternatif yang patut dimasyarakatkan pemakaiannya. Apalagi LPG memiliki nilai oktan lebih tinggi, 102 - 104 RON (Requirement Octan Number), harga relatif lebih murah dibandingkan dengan bensin, serta tidak menimbulkan polusi dan akrab lingkungan.
Untuk keperluan pengujian emisi, sudah seharusnya jaringan bengkel resmi ATPM dilengkapi dengan alat penguji emisi. Alat penguji itu berupa gas analyzer untuk mengukur emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin, dan smoke tester untuk mengukur kepekatan asap dari kendaraan berbahan bakar diesel. Melalui alat tersebut, pemilik kendaraan bisa mengetahui kadar polutan dari knalpot kendaraannya. Jika ternyata melampaui ambang batas yang ditetapkan, akan dilakukan penyetelan mesin (tune up). Pemilik kendaraan akan memperoleh kartu yang berisi hasil pemeriksaan yang meliputi kadar CO (%), HC (ppm), CO2 (%), maupun O2 (%).
Karena salah satu penyebab timbulnya polusi udara dari kendaraan tersebut akibat kondisi penyetelan kendaraan yang kurang tepat, maka diperlukan bengkel-bengkel yang memiliki tenaga mekanik yang terampil dan dapat menguasai teknologi mesin dengan baik. Jika para tenaga mekanik dapat melakukan penyetelan kendaraan dengan baik, maka kendaraan dapat disetel dengan tepat sehingga komposisi bahan bakar dan udara dapat tepat dan pembakaran di mesin akan sempurna. Dengan kondisi kendaraan seperti ini timbulnya pencemaran udara dapat lebih ditekan lagi.
7. Pengelolaan Oli Bekas
Selama bertahun-tahun, minyak oli didaur ulang untuk digunakan kembali juga untuk melindungi serta menjaga lingkungan dari limbah minyak tersebut. Diperkirakan satu galon oli bekas potensial sekali untuk mengkotaminasi 1 juta galon air minum. Ditambah lagi oli bekas yang dibuang di muara sungai, danau dan anak sungai dapat mengancam kehidupan aquatic di tempat tersebut. Jika oli bekas tersebut di tangani dengan serius, dapat menghemat menggunaan oli tiap harinya.
V-17
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Daur ulang oli bekas dapat dilakukan di industri pengolahan pelumas bekas, yaitu industri yang kegiatannya memproses pelumas bekas dengan menggunakan teknologi tertentu untuk menghasilkan pelumas dasar. Minyak pelumas dasar merupakan salah satu bahan utama yang digunakan untuk bahan baku
V-18 proses/pabrikasi pelumas (blending) dalam pembuatan pelumas. Pelumas dasar ini dicampur dengan baham tambahan (aditif) sesuai formula tertentu untuk menghasilkan minyak pelumas baru.
Oli bekas harus ditampung dengan menggunakan alat penampungan khusus dan terhindar dari kotoran lainnya, sebab oli ini akan didaur ulang. Tercampurnya oli bekas dengan sampah lain akan menurunkan kualitasnya dan meningkatkan biaya untuk proses pemurniannya. Alat penampungan oli harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap karat dan tertutup rapat, bersih dan diberi label ‘OLI BEKAS’. Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan serta nyala api. Dalam jangka waktu tertentu oli bekas ini dapat dijual ke para pengumpul oli bekas yang selanjutnya akan dikirim ke perusahaan pengolah oli.
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Tabel V-1 Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Jenis Dampak Sumber Dampak Upaya Pengelolaan Lokasi Waktu Rencana Darurat
1. Tahap Pra Konstruksi
Pembebasan Lahan Kegiatan jual beli Memberikan kompensasi
harga yang sesuai, memberikan penyuluhan Masyarakat sekitar lokasi Sebelum kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan dan melakukan musyawarah dengan warga setempat 2. Tahap Konstruksi
a. Peluang Kerja dan usaha baru Aktivitas pembangunan konstruksi Perekrutan pekerja Pembukaan warung makan Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Perekrutan secara terbuka dan langsung b. Penurunan kualitas udara Aktivitas pembangunan konstruksi Melakukan penyiraman Pembatasan kecepatan udara Membersihkan material Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan c. Peningkatan intensitas kebisingan
Kegiatan mobilitas alat dan bahan/material
Pematangan lahan
Pengaturan/penjadwalan pengngkutan alat-alat berat Pengaturan jadwal kegiatan mobilisasi Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan d. Peningktan Air Larian (Run Off)
Kegiatan pematangan lahan, pembuatan jaringan dan utilitas serta
pembangunan sarana dan prasana Bengkel Motor
Melaksanakan pengurugan lahan Pembuatan saluran drainase darurat
Konstruksi saluran air hujan direncanakan yang layak Pembuatan kolam sedimentasi Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan e. Penurunan kualitas air permukaan
adanya peningkatan laju air larian akibat kegiatan
Penataan air limpasan (saluran drainase Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan
V-17
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Jenis Dampak Sumber Dampak Upaya Pengelolaan Lokasi Waktu Rencana Darurat
pembukaan, penyiapan dan pematangan lahan yang akan menyebabkan terjadinya pendangkalan di badan air penerima
darurat)
Pengecekan dan pemeliharaan kelancaran pengaliran air disaluran desa
f. Peningkatan Arus Lalu Lintas
kegiatan keluar masuk kendaraan pengangkut alat dan material kelokasi kegiatan
Pengaturan atau penjadwalan kendaraan Menempatkan petugas lalu lintas Melaksanakan semua rekomendasi kajian lalu
Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan
g. Kerusakan jalan kegiatan mobilisasi alat dan bahan/material Melakukan pembatasan beban kendaraan Melakukan pemeliharaan dan rehabilitasi secara berkala terhadap saluran drainase
Menutup bak kendaraan pengangkut material dan
Sekitar lokasi pembangunan Selama kegiatan konstruksi Menghentikan sementara kegiatan 3. Tahap Operasional a. Peningkatan intensitas Kebisingan
kegiatan test drive dan aktivitas kendaraan yang keluar masuk bengkel
Pembatasan kecepatan kendaraan pada saat keluar masuk bengkel motor
Pelaksanaan kegiatan bengkel dilakukan pagi hari/jam kerja bengkel
Sekitar lokasi bengkel Selama kegiatan bengkel
Segera melakukan penjadwalan
V-18
V-19
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Jenis Dampak Sumber Dampak Upaya Pengelolaan Lokasi Waktu Rencana Darurat
lalu lintas kendaraan kegiatan oerasional bengkel
car carier keluar masuk akan dilakukan pada siang hari Bekerjasama dengan dinas perhubungan Bupati Tulang Bawang/polantas setempat apabila terjadi kemacetan lalu lintas Menempatkan petugas bengkel pengaturan c. Penanggulangan limbah
Aktivitas bengkel dan pekerja Melakukan minimalisasi limba Pencegahan terkadinya kontaminasi air dengan bahan lain seperti oli, bahan bakar, gemuk dan
Sekitar lokasi bengkel Selama kegiatan bengkel
Segera menghentikan kegiatan
d. Timbulan Limbah Padat
Aktivitas bengkel dan pekerja Menyediakan bak/wadah tempat penampungan sementara
Pengadan pekerja yang bertugas untuk
Sekitar lokasi bengkel Selama kegiatan bengkel
Segera menghentikan kegiatan
e. Pencemaran Udara Aktivitas bengkel Dilengkapi dengan alat penguji emisi
Smoke tester untuk mengukur kepekatan asap dari kendaraan
Sekitar lokasi bengkel Selama kegiatan bengkel
Segera menghentikan kegiatan
V-20
V-21
Dokumen UKL-UPL
Pembangunan Bengkel
Jenis Dampak Sumber Dampak Upaya Pengelolaan Lokasi Waktu Rencana Darurat
Bekas digunakan kembali
Daur ulang oli bekas dapat dilakukan di industri pengolahan pelumas bekas, yaitu industri yang kegiatannya memproses pelumas bekas dengan
menggunakan teknologi