• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VIII Aspek Teknis Per Sektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab VIII Aspek Teknis Per Sektor"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

Bab VIII

Aspek Teknis Per Sektor

Dalam aspek teknis per sektor ini menjabarkan mengenai rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatafn lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase.

8.1 Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari

(2)

pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

8.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

(3)

Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

8.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis Kabupaten Lamongan yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

(4)

Tabel 8.1

Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Lamongan

No Isu Strategis Keterangan

(1) (2) (3)

1 Pendidikan Kualitas pendidikan di Kabupaten Lamongan masih belum merata, terutama

disebabkan distribusi tenaga pendidik/guru yang tidak merata, kurangnya tenaga

administrasi di lembaga sekolah dan kurangnya sarana prasarana pendidikan. Isu

strategis lainnya dalam pembangunan di bidang pendidikan adalah masih kurangnya beasiswa yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin/tidak mampu dan kurangnya mutu pendidikan terutama masih dipengaruhi oleh kualitas SDM dari tenaga pendidik (guru).

2 Kesehatan Isu-isu strategis bidang kesehatan lainnya antara lain rendahnya kesadaran

masyarakat untuk berperilaku hidup sehat akibat terbatasnya aksesibilitas terhadap sumber air bersih dan keperluan sanitasi dasar secara konsisten; terbatasnya jaminan kesehatan kepada masyarakat kurang mampu; dan terbatasnya sarana dan prasarana kesehatan.

3 Tenaga Kerja Isu – isu strategis di bidang ketenagakerjaan lainnya antara lain, terbatasnya

kesempatan kerja, Kemampuan atau skill tenaga kerja yang tidak memadai, kurangnya modal dan sarana pemasaran untuk industri rumah tangga serta masih kurangnya investasi di Lamongan.

4 Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup

Isu-isu strategis di bidang lingkungan hidup antara lain, masih belum tercukupinya akses terhadap air minum yang layak kepada penduduk, belum terpenuhinya pengelolaan sumber daya air, belum terpenuhinya konversi terhadap keanekaragaman hayati, perlindungan hutan dan sumber mata air, belum meningkatnya fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS).

5 Pengembangan Wilayah

Isu-isu strategis di bidang pengembangan wilayah antara lain: Pusat perdesaan masih mampu dikembangkan untuk mendorong kawasan perdesaan masing-masing sehingga bsa menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL); Interaksi antara permukiman perdesaan dan permukiman perkotaan dapat ditingkatkan untuk mendorong keseimbangan penataan ruang; Kabupaten Lamongan akan memiliki sistem permukiman perkotaan, yang terdiri PKNp meliputi Perkotaan Lamongan; PKLp meliputi Perkotaan Brondong-Paciran, Perkotaan Babat, Perkotaan Sukodadi dan Perkotaan Ngimbang serta PPK adalah perkotaan kecamatan lain; Pengembangan PPL pada beberapa kawasan perdesaan; serta Pengembangan sentra kawasan agropolitan di Kecamatan Ngimbang.

6 Pertanian Isu-isu strategis di bidang pertanian lainnya antara lain, belum terpenuhinya

(5)

dan irigasi pertanian.

7 Perikanan dan Kelautan Isu-isu strategis di bidang perikanan kelautan lainnya antara lain, belum

terpenuhinya fasilitas untuk nelayan tradisional, penataan dan perlindungan ekosistem pesisir dan penyediaan benih berkualitas bagi pembudidaya.

8 Pemberdayaan

Perempuan dan

Keluarga Berencana

Isu-isu strategis di bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana antara lain, belum terpenuhinya partisipasi perempuan terhadap aktivitas pembangunan dan kemasyarakatan.

9 Pemerintahan yang

baik Kepemerintahan yang baik merupakan isu yang paling mengemuka dalam

teori dan praktek administrasi publik sesuai dengan perkembangan

paradigma dari rule government menjadi good governance. Dalam

membangun good governance bukan serta merta memperbaiki kondisi

instansi pemerintah, akan tetapi lebih penting adalah persoalan etika, sikap

dan perilaku. Dalam good governance tidak lagi pemerintah, tetapi juga

citizen, masyarakat dan terutama sektor usaha/swasta yang berperan.

10 Penyediaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air bersih yang layak untuk Kabupaten Lamongan khususnya di Kota Lamongan masih belum maksimal. Masih rendahnya pelayanan penyediaan air bersih berimpilkasi terhadap tidak terpenuhinya masyarakat Lamongan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di sektor rumah tangga, dan mahalnya biaya hidup karena bagaimanapun air merupakan komponen penting dalam memenuhi standar hidup yang baik. Kurangnya layanan air juga mempengaruhi persepsi orang luar untuk berinvestasi maupun tinggal di wilayah Kabupaten Lamongan khususnya untuk menumbuhkan pembangunan di sektor perumahan dan bisnis.

11 Pembangunan

Infrastruktur Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Lamongan sebenarnya sudah

baik, namun hal ini perlu ditingkatkan keberadaanya, khususnya untuk peningkatan jalan kabupaten dan pembangunan jalan desa yang sudah secara bertahap dilakukan pembangunan melalui berbagai program pembangunan. Masalah pembangunan jalan di Kabupaten Lamongan terkendala dengan cepatnya usia fisiknya karena struktur tanah yang mudah bergerak dan pada lokasi tertentu sering tergenang air, sehingga usia teknis menjadi lebih pendek.

(6)

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kabupaten Lamongan dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.

(7)

Tabel 8.2

Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan

Permukiman

No Perda/Pergub/Perwa/Perbub/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan Daerah

Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal

1 Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus

meningkat, sehingga kondisi

tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh

pada awal tahapan RPJMN

berikutnya.

2 Undang-undang No. 1 Tahun 201 Perumahan dan

Kawasan Permukiman

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan

perumahan dan kawasan

permukiman juga mencakup

penyelenggaraan perumahan

(butir c), penyelenggaraan

kawasan permukiman (butir d),

pemeliharaan dan perbaikan

(butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan

permukiman kumuh (butir f).

3 Undang-undang No. 20 Tahun 2011 Rumah Susun Pasal 15 mengamanatkan bahwa

pembangunan rumah susun

umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4 Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah

satunya terkait dengan

penanggulangan kemiskinan yang

diimplementasikan dengan

penanggulangan kawasan kumuh.

5 Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 Standar Pelayanan Minimal Bidang

Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

(8)

Tabel 8.3

Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Lamongan

No Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan Jumlah Rumah Permanen Jumlah Rumah

Semi Permanen Jumlah Penduduk

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Plaosan Kecamatan Babat 3,69 Ha

Kepadatan Bangunan sebesar 201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

2 Paloh Kecamatan Paciran 2,53 Ha

Kepadatan Bangunan sebesar >250 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

3 Sidokumpul Kecamatan Paciran 1,69 Ha

Kepadatan Bangunan sebesar 201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar >500

Jiwa/Ha

4 Walor Kelurahan Warulor

Kecamatan Paciran

3,4 Ha

Kepadatan Bangunan sebesar >250 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

5 Weru Kecamatan Paciran 1,47 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

>250 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

6 Waru Wetan Kecamatan Pucuk 11,91 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

7 Dusun Kucur, Kelurahan Sidomukto

Kecamatan Lamongan

1,09 Ha

Kepadatan Bangunan sebesar 201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

8 Rw.07 dan Rw.08 Gg.Kurma

Kelurahan Sukorejo Kecamatan Lamongan

4,4 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

9 Gg. Kalisari, Kelurahan

Tumenggungan Kecamatan

Lamongan

1,98 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

10 Rw.04 Kaliotik Kelurahan

Tumenggungan Kecamatan

Lamongan

1,66 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

201-249 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 201 - 499 Jiwa/Ha

11 Kauman RW V dan RW VI

Kelurahan Babat Kecamatan Babat

1,72 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

250-400 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 250 -650 Jiwa/Ha

12 RW 2 RT 2 dan RW 1 RT 2 Sogo

Kelurahan Sogo Kecamatan Sogo

11,05 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

250-300 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

(9)

Jiwa/Ha

13 RT 1 RW 4 Banaran Kecamatan

Babat

1,06 Ha Kepadatan Bangunan sebesar

30-50 Unit/Ha

- Kepadatan Penduduk pada

Lokasi sebesar 150-200 Jiwa/Ha

Tabel 8.4

Data Kondisi RSH di Kabupaten Lamongan

No Lokasi RSH Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kawasan Paciran 2014 - - Kurang Infrastruktur 2 Kawasan Deket 2015 - - Kurang Infrastruktur Tabel 8.5

Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Lamongan

No Lokasi Rusunawa Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada (1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kawasan Paciran 2014 Pemda - Sedang

2 Kawasan Deket 2015 Pemda - Sedang

3 Kawasan Lamongan 2014 Pemba - Sedang

Tabel 8.6

Data Program Perdesaan di Kabupaten Lamongan

No Program/Kegiatan Lokasi Volume/Satuan Status Kondisi

Infrastruktur

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian tanaman keras Solokuro,

Sekaran, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, - - lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta

(10)

Sarirejo, Modo, Mantup, Bluluk, Sukorame dan Sambeng aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau

hampir tidak ada

2 Perkebunan Solokuro, Sekaran, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, Sarirejo, Modo, Mantup, Bluluk, Sukorame dan Sambeng - - lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau

hampir tidak ada

3 Sebagian Hortikultura Solokuro,

Sekaran, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, Sarirejo, Modo, Mantup, Bluluk, Sukorame dan Sambeng - - lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau

hampir tidak ada

4 Pariwisata Solokuro, Sekaran, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, Sarirejo, Modo, - - lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas

(11)

Mantup, Bluluk, Sukorame dan Sambeng umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau

hampir tidak ada

5 Pengembangan lahan

kosong yang terletak

pada tengah

permukiman dan

sepanjang jalan utama

serta pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun Kecamatan Laren, Maduran, Karanggeneng, Kalitengah, Tikung, Karangbinangun dan Glagah - - Dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur

c. Kondisi Prasarana Jalan Lingkungan Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Sesuai dengan perkembangan kawasan yang memiliki pola linear dan mengelompok maka perkembangan lahan untuk pemukiman di kawasan perencanaan ini juga berkembang dari utara menyebar kearah selatan dengan mengikuti pola jalan, hingga ke wilayah hinterlandnya. Perkembangan pemukiman ini juga mempengaruhi tingkat intensitas bangunan, karakter pemukiman dan tingkat kesejahteraan penghuni yang menghuni masing-masing kawasan pemukiman.

Di Kawasan perumahan yang ada berupa perkampungan telah berkembang sejak lama dan pola pemukiman ini terus berkembang pada kawasan-kawasan disekitarnya. Kawasan pemukiman kampung ini memiliki tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan yang relatif tinggi. Dengan pola yang tumbuh secara tidak teratur karena dipengaruhi oleh lahan yang terbatas dan nilai lahan yang relatif tinggi.

KLB adalah nisbah antara total luas lantai bangunan terhadap kapling dimana bangunan itu berdiri. Dengan mendasarkan pada kondisi eksisting, kecenderungan perkembangan di lapangan, selanjutnya diusulkan konsep penataan KLB sebagai berikut :

(12)

• Dalam menghitung luas lantai dijumlahkan luas-luas lantai sampai batas dinding luar.

• Luas ruang beratap yang berdinding lebih dari 1,20 meter di atas lantai ruang tersebut dihitung penuh (100%).

• Luas ruangan beratap yang bersifat terbuka atau berdinding tidak lebih dari 1,20 meter di atas lantai ruang tersebut dihitung setengahnya (50%) selama tidak melebihi 10% dari luas denah dasar yang diperkenankan.

• Luas overstek yang tidak lebih dari 1,20 meter tidak dimasukkan dalam perhitungan luas lantai bangunan.

• Luas ruang yang berdinding lebih dari 1,20 meter di atas lantai ruang tersebut, tetapi tidak beratap diperhitungkan setengahnya (50%) selama tidak melebihi 10% dari luas denah yang diperkenankan sesuai dengan KDB yang ditetapkan, ruang selebihnya dihitung penuh (100%).

• Teras-teras yang tidak beratap yang berdinding tidak lebih dari 1,20 meter di atas lantai tersebut tidak diperhitungkan.

• Dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diperhitungkan dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50% dari KLB yang ditetapkan.

• Untuk bangunan parkir diperkenankan mencapai 150% KLB yang ditetapkan.

• Ram dan tangga terbuka dihitung setengahnya (50%) selama tidak melebihi 10% dari luas denah dasar yang diperkenankan sesuai dengan KDB yang ditetapkan.

(13)

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman antara lain:

Tabel 8.7

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Lamongan

No

Permasalahan Pengembangan

Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

(1) (2) (3) (4)

1 Kawasan Babat :

✓ Masih terjadi genangan di

beberapa titik di kawasan Babat akibat luberan Sungan

Bengawan Solo serta banjir kiriman dari bojonegoro

✓ Belum adanya pengelolaan

persampahan yang dapat mereduksi timbulan sampah

✓ Sebagian besar masyarakat yang

berada dekat dengan sungai Bengawan Solo, belum memiliki sistem sanitasi yang layak. Mereka menggunakan jamban yang tidak dilengkapi dengan septic tank dan sumur resapan. Limbah langsung dialirkan ke Sungai Bengawan Solo

✓ Limbah Cair belum memiliki

sistem permbuangan tersendiri, masih bercampur dengan sistem drainase

✓ Memanfaat kan air permukaan

dari sungai Bengawan Solo sebagai salah satu alternatif sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

✓ Pengelolaan sampah oleh

masyarakat, khususnya didaerah perkotaan dengan intensitas kegiatan yang relatif tinggi

✓ Pemenuhan kebutuhan dasar

dengan standar cukup tinggi , mengingat kawasan ini akan berkembang menjadi kawasan perdagangan dan skala regional

✓ Kawasan Babat merupakan simpul

transportasi yang memiliki stasiun dan rencana terminal tipe C

✓ Sebagian besar Kawasan Babat

sudah terlayani oleh perpipaan PDAM, meskipun

belum menjangkau ke seluruh pendu duk Kecamatan Babat.

✓ Adanya Sungai Bengawan Solo

yang dapat dijadikan

salah satu sumber air permukaan unt uk pemenuhan kebutuhan air bersih.

✓ Kawasan Babat sudah memiliki TPA

di Desa Pucakwangi yang mampu me layani >70% penduduk di wilayah ini , khususnya kawasan perkotaan.

2 Kawasan Kecamatan Lamongan dan

sekitarnya :

✓ Kondisi perpipaan PDAM masih b

elum mencukupi akibat pelayana n PDAM belum optimal. Sebagian besar penduduk yang belum terja ngkan oleh perpipaan PDAM dan HIPPAM, masih menggunakan air

✓ Penyediaan air bersih yang layak

melalui sistem perpipaan.

✓ Menyediakan instalasi pengolaha

n limbah ternak

✓ Kawasan Kecamatan Lamongan dan

sekitarnya sudah memiliki akses cuk up baik yang menghubungkan antar kelurahan/desa

✓ Jalan permukiman sudah ada dan >7

0% dalam kondisi baik

✓ Sudah memiliki TPA di Desa

(14)

sumur dan air telaga sebagai su mber air bersih

✓ Masih terdapat beberapa titik ge

nangan akibat kurang optimalnya fungsi saluran drainase

✓ Adanya pasar ternak di Kecamata

n Tikung menyebabkan timbulny a limbah ternak yang belum terke lola

Tikung yang mampu melayani > 70% penduduk Perkotaan

✓ Sudah memiliki sistem 3R dalam

mengurangi timblan sampah yang dikelola secara swadaya

oleh masyarakat.

✓ Sudah terjangkau jaringan perpipaan

PDAM dan HIPPAM

3 Kawasan Pucuk‐Sukodadi :

✓ Sebagian besar pemenuhan keb

utuhan air bersih penduduk ma sih dari air sumur dan air telag a

✓ Kawasan ini belum terjangkau

oleh pelayanan TPA, sehingga s ampah dikelola secara swadaya dengan sistem penimbunan ata u dibakar di pekarangan rumah

✓ Limbah rumah tangga grey

water belum memiliki saluran tersendiri, masih menyatu dengan

saluran drainase.

✓ Meningkatkan peran serta masyara

kat dalam pengelolaan persampaha n.

✓ Peningkatan pelayanan TPA Tamba

krigadung untuk menjangkau kawa san ini.

✓ Pemenuhan kebutuhan air bersih y

ang layak melalui perpipaan PDAM atau HIPPAM

✓ Jalan lingkungan sudah ada dengan ko

ndisi baik dan terintegrasi dengan jala n kolektor

✓ Sitem sanitasi baik karena sebagian be

sar masyarakat sudah memiliki jamba n dengan septictank dan sumur resapa n.

✓ Pada kawasan permukiman sudah me

miliki saluran drainase

4 Kawasan Brondong‐Paciran :

✓ Kurangnya kesadaran

masyarakat mengenai kebersihan

dan kesehatan sehingga masih ada masyarakat membuang sa mpah di tepi laut

✓ Kawasan permukiman yang lok

asinya dekat dengan laut, suda h memiliki jamban namun limb ahnya langsung dialirkan ke lau t.

✓ Grey water belum memiliki sal

uran tersendiri, masih bercamp ur dengan saluran drainase.

✓ Membentuk lembaga yang memba

wahi masyarakat dalam pengelolaa persampahan yang baik, menginga t kawasan ini merupakan kawasan strategis dan sangat berpotensi

✓ Penyediaan air bersih melalui jarin

gan perpipaan PDAM

✓ Penyediaan instalasi pengolahan

limbah karena kawasan ini merupakan kawasan dengan kepadatan yang tinggi.

✓ Kawasan ini sudah terlayani sistem p

(15)

Permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni kawasan permukiman perkotaan yang dapat diindikasikan juga sebagai Ibukota Kecamatan. Wilayah ini di dominasi kegiatan yang difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Sedangkan kawasan permukiman pedesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan sebagian diantaranya memiliki aksesibilitas yang kurang jumlah sarana dan prasarana penunjang terbatas pada pelayanan kecil.

Untuk wilayah kabupaten Lamongan berdasarkan tinjauan terhadap masterplan kawasan pemukiman (RP4D), rencana pemukiman dibagi kedalam empat tipologi pemukiman. topologi ini dilihat berdasarkan karakteristik perkembangan wilayah Kabupaten Lamongan. Adapun tipologi tersebut meliputi :

a. Kawasan pertanian/pegunungan, sebagian besar terdapat didaerah yang terletak dibagian selatan Kabupaten Lamongan.

Kawasan ini tumbuh dan berkembang karena tuntutan lahan mata pencaharian. cirinya adalah bahwa masyarakat yang memiliki mata pencaharian sejenis dan tempat kerja yang berdekatan mengelompok membentuk sebuah kampung.

b. Kawasan perkotaan, sebagian besar terdapat didaerah yang terletak dekat dengan jalan utama kabupaten (bagian tengah Kabupaten Lamongan).

Kawasan perkotaan ditandai dengan angka kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi dari kawasan lainnya, kondisi rumah umumnya udah baik (dinding permanen, lantai ubin/keramik, atap genteng), kepadatan bengunan sedang hingga tinggi, prasarana dan sarana lengkap dan bahkan sebagai penyangga daerah sekitarnya.

(16)

Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.

c. Kawasan potensial, terdapat pada daerah-daerah yang mempunyai kecenderungan perkembangan yang pesat dan umumnya terletak pada posisi strategis.

Kawasan ini berkembang/terbentuk karena potensi strategis kawasannya (terletak di jaringan jalan utama (jalur utama) regional serta cepat berkembang. hal tersebut terlihat dari angka pertumbuhan penduduk yang terus meningkat . angka pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, kondisi rumah umumnya sudah baik (dinding permanen, lantai ubin/keramik, atap genteng), kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prsarana dan sarana dapat dikatakan cukup dan terus melengkapi. Potensi terhadap perkembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih memungkinkan untuk perkembangan tersebut. Kawsan pesisir, sebagian besar terdapat di daerah yang terletak di bagian Utara Kabupaten Lamongan.

A. Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada. Luas kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Lamongan adalah 6.410,33 Ha atau 3,9 % dari luas wilayah kabupaten.

Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Lamongan terletak di wilayah pergunungan dataran tinggi dan dataran. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-masing.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian

(17)

hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini terdapat di Solokuro, Sekaran, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, Sarirejo, Modo, Mantup, Bluluk, Sukorame dan Sambeng. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kaswasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun. Kawasan perdesaan ini terletak di Kecamatan Laren, Maduran, Karanggeneng, Kalitengah, Tikung, Karangbinangun dan Glagah. Pada kawasan permukiman perdesaan yang ada di Kabupaten Lamongan yang didominasi oleh pertanian berbentuk kawasan agropolitan dan minapolitan.

A.1. Kawasan Agropolitan Kabupaten Lamongan

Agropolitan didefinisikan sebagai sebuah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agrobisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya (hinterland). Sistem agrobisnis merupakan pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak hanya usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agrobisnis hulu (penyediaan sarana pertanian), agrobisnis hilir (prosesing dan pemasaran hasil pertanian), dan jasa lainnya.

Konsep dasar pengembangan agropolitan adalah sebagai upaya menciptakan pembangunan inter-regional berimbang, khususnya dengan meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa (rural-urban linkage)

melalui pengembangan kawasan perdesaan yang terintegrasi di dalam sistem perkotaan secara fungsional dan spasial. Pengembangan ekonomi

(18)

masyarakat pedesaan diupayakan melalui optimalisasi sumberdaya lokal dengan pengembangan ekonomi dan investasi dibidang prasarana dan sumberdaya alam. Pengembangan ekonomi agropolitan harus lebih bertumpu pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis, dimana seluruh sub-sistem agribisnis (budidaya, sarana-prasarana produksi, pengolahan hasil, pemasaran, dan jasa) dibangun secara simultan dan harmonis.

Pemilihan kawasan Agropolitan melalui studi kelayakan atau analisa komoditas-komoditas unggulan yang mempunyai prospek yang paling tinggi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Atas dasar hasil kelayakan tersebut baru dipilih lokasi kawasannya. Pemilihan diarahkan kepada kawasan pertanian yang pengembangan komoditas unggulannya mempunyai keuntungan menghasilkan nilai tambah dan devisa yang besar. Budidaya komoditas unggulan yang sudah berkembang hendaknya diprioritaskan untuk didukung oleh sektor hilirnya (pengolahan hasil dan pemasarannya) sehingga nilai tambahnya meningkat. Pemilihan lokasi Agropolitan di Kabupaten Lamongan dikaji melalui (3) tiga pendekatan, yaitu :

1. Kawasan Agropolitan berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan.

2. Kawasan Agropolitan berdasarkan Peringkat Potensi Pertanian Kawasan (Analisa Kuantitatif).

3. Kawasan Agropolitan berdasarkan ketersediaan Infrastruktur (Analisa Kualitatif).

Dari analisa ketiga hal tersebut Kecamatan Ngimbang mempunyai potensi yang lebih unggul dibanding kesepuluh Kecamatan lainnya sehingga layak untuk ditetapkan sebagai Pusat Agropolitan di Kawasan Selatan Kabupaten Lamongan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Lamongan 2006-2016 ternyata Kecamatan Ngimbang ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Koridor VI yang meliputi Kecamatan Ngimbang, Bluluk, Sambeng, Mantup dan Sukorame.

(19)

perkembangan di bagian selatan Kabupaten Lamongan. Oleh karena itu Ngimbang diarahkan memiliki fungsi-fungsi kegiatan dalam lingkup regional sehingga arus barang dan modal dan manusia di wilayah Lamongan bagian selatan dapat terlayani dan terpenuhi di kecamatan/kota Ngimbang. Selain itu fungsi kota tersebut diharapkan dapat menunjang pengembangan kawasan untuk :

• Mengembangkan pasar regional sebagai sarana pemasaran sektor kegiatan produksi khususnya untuk wilayah Lamongan bagian selatan. • Mengembangkan fasilitas umum dengan skala regional seminal rumah

sakit umum dan rest area pada jalur kolektor primer Babat-Ngimbang. • Mengembangkan sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan

peternakan

• Melestarikan keberadaan hutan sebagai daerah tangkapan air sekaligus sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Lamongan dan konservasi air dan tanah.

Program pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Ngimbang di Kabupaten Lamongan akan dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu perencanaan selama 5 tahun. Setelah berakhirnya masa implementasi program yang dijabarkan tiap tahunnya dengan sebaik-baiknya, maka diharapkan Kawasan Agropolitan Ngimbang akan muncul sebagai kawasan pertanian andalan yang menjadi pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta komoditas ternak dengan menguasai pasar regional dan nasional. Wujud kawasan tersebut hendaknya didukung secara serius oleh masyarakat yang bertindak sebagai objek pembangunan yang berperan sebagai aktor dalam pelaksanaan pengembangan kawasan dan pemerintah sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat untuk mengembangkan kawasan.

Skenario pengembangan kawasan pada dasarnya ditetapkan bersadarkan beberapa pertimbangan sesuai dengan potensi, masalah, dan karakteristik kawasan, yaitu :

(20)

1. Tersedianya informasi lahan detail dalam bentuk Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam memandu pengembangan biofisik kawasan.

2. Pembekalan tentang sistem dan usaha agrobisnis yang berwawasan lingkungan melalui program peningkatan sumberdaya manusia.

3. Peningkatan jaringan jalan, fasilitas perekonomian, fasilitas pelayanan, dan faslitas umum yang mendukung pengembangan kawasan.

4. Memberdayakan kelembagaan sesuai fungsinya dan memperkuat permodalan dengan pendampingan yang intensif terhadap unit-unit usaha dalam masyarakat.

5. Memberikan kemudahan bagi kemitraan dan investor yang akan berperan dalam mengembangkan kawasan.

Hasil analisa potensi komoditas pertanian, baik tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura serta potensi peternakan dan potensi hutan yang didasarkan kemampuan lahan, partisipasi dan keinginan masyarakat dan pemerintah, dukungan sarana dan prasarana dan prospek pasar, maka dapat ditetapkan pusat-pusat Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) Tanaman Pangan

Berada di Desa Slaharwotan, Kakat Penjalinan, Lamongrejo, Munungrejo, Sendangrejo dan Ngimbang dengan pusat pengembangan di Desa Ngimbang.

2. Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) Tanaman Holtikultura

Berada di Desa Jejel, Ngasem Lemahbang, Lawak, Drujugurit, Tlemang, Girik dan Purwokerto dengan pusat pengembangan di Desa Jejel.

3. Wilayah Pengembangan Agribisnis (WPA) Tanaman Perkebunan

Berada di Desa Kedung Mentawar, Gagangtingan, Gebangangkrik, Durikedungrejo, Mendogo dan Purwokerto dengan pusat pengembangan di Desa Gebangangkrik.

Program pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Ngimbang di Kabupaten Lamongan akan dilakukan secara bertahap dengan jangka

(21)

waktu perencanaan selama 5 tahun. Setelah berakhirnya masa implementasi program yang dijabarkan tiap tahunnya dengan sebaik-baiknya, maka diharapkan Kawasan Agropolitan Ngimbang akan muncul sebagai kawasan pertanian andalan yang menjadi pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta komoditas ternak dengan menguasai pasar regional dan nasional. Wujud kawasan tersebut hendaknya didukung secara serius oleh masyarakat yang bertindak sebagai objek pembangunan yang berperan sebagai aktor dalam pelaksanaan pengembangan kawasan dan pemerintah sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan prima kepada masyarakat untuk mengembangkan kawasan.

Skenario pengembangan kawasan pada dasarnya ditetapkan bersadarkan beberapa pertimbangan sesuai dengan potensi, masalah, dan karakteristik kawasan, yaitu :

1. Tersedianya informasi lahan detail dalam bentuk Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam memandu pengembangan biofisik kawasan.

2. Pembekalan tentang sistem dan usaha agrobisnis yang berwawasan lingkungan melalui program peningkatan sumberdaya manusia.

3. Peningkatan jaringan jalan, fasilitas perekonomian, fasilitas pelayanan, dan faslitas umum yang mendukung pengembangan kawasan.

4. Memberdayakan kelembagaan sesuai fungsinya dan memperkuat permodalan dengan pendampingan yang intensif terhadap unit-unit usaha dalam masyarakat.

5. Memberikan kemudahan bagi kemitraan dan investor yang akan berperan dalam mengembangkan kawasan.

(22)

Tabel 4.8

Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Agropolitan Kabupaten Lamongan

No Permasalahan Pemecahan Masalah Arah Kebijakan Program Implementasi

1 Masih adanya sarana prasarana yang

penempatannya tidak berwawasan lingkungan

1. Perubahan, Penambahan dan

Pengembangan sarana dan Prasrana sesuai dengan RTRW yang

berwawasan lingkungan

1. Membuka aksesibilitas

wilayah, peningkatan fasilitas umum dan perekonomian yang menunjang

keberhasilan pengembangan kawasan agropolitan.

2. Pengembangan sarana

sarana dan Prasrana sesuai dengan RTRW yang berwawasan lingkungan.

3. Meningkatkan pembangunan

& infrastruktur desa dengan

pengadaan sarana dan

prasarana pertanian

4. Mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya alam, sarana prasarana pertanian melalui

optimalisasi lahan ,air irigasi, sumber air, pengembangnan komoditas prospektif pengembangan data akurat , pengembangan dan pemanfaatan teknologi.

I. PROGRAM PENGEMBANGAN

SARANA DAN PRASRANA PRODUKSI PERTANIAN

1. Peningkatan pasokan air baku

melalui

pembangunan/rehabilitasi saluran irigasi dan sumur-sumur bor

2. Pelatihan pengelolaan dan

perawatan Sarana dan Prasarana Irigasi

3. Membangun dan merehabilitasi

embung atau waduk dengan membendung sungai Lamongan

4. Mendata-data sumber air baku

yang ada kemudian Pengadaan Perencanaan Saluran Irigrasi

5. Pembangunan/rehabilitasi

kantor BPP/KKA

2 Terbatasnya sarana dan prasarana

dalam mendukung peningkatan

produktifitas, pengelolahan hasil dan pemasaran hasil pertanian, peternakan dan perikanan

2. Meningkatkan jumlah sarana dan

prasarana fasilitas umum yang menunjang keberhasilan

(23)

No Permasalahan Pemecahan Masalah Arah Kebijakan Program Implementasi

3 Kondisi Air baku terbatas

sehingga menyebabkan

tanaman pertanian tidak tercukupi kebutuhan airnya

Studi air baku

Konservasi air baku melalui kerja sama dengan Bapeda& Dinas Pekerjaan Umum

Pengadaan distribusi pupuk melalui BPP, Koperasi, dan Distributor pupuk

Penyediaan sumur pompa & seperangkat desel

Pemenuhan pengairan

lahan/penyaluran saluran irigasi Pembangunan Embung di Sumur Pompa dengan kerjasama dengan Dinas Pengairan

6. Bantuan Peralatan pengolahan

hasil Pertanian

7. Pembangunan/rehabiltasi pasar

8. Pengadaan Lumbung desa

9. Pembangunan /Perbaikan jalan

untuk akses pasar (jalan pasar desa dan jalan usaha tani)

10. Pengadaan alat dan mesin

Pertanina (ALSINTAN)

11. Pengadaan ruang pamer produk

unggulan

12. Pengadaan Gudang penyimpanan

hasil pertanian.

13. Sinergitas kios pupuk resmi dengan

kelompok Tani.

4 Pembangunan Infrastruktur

yang tidak merata

Meningkatkan pembangunan & infrastruktur desa dengan pengadaan sarana dan prasarana pertanian

5 Pemenuhan, pengadaan,

dan pendistribusian pupuk yang kurang memenuhi kebutuhan masyarakat

Penyuluhan dan Pengendalian hama melalui Balai Penyuluh Pertanian (BPP & PPL) , Dinas Perdagangan & Dinas Pariwisata

Meningkatkan Pemasaran hasil mengkudu dengan Penyuluhan

II. PROGRAM PENINGKATAN

PEMASARAN HASIL PRODUKSI

PERTANIAN

1. Pembangunan sarana dan

(24)

tentang kegunaannya

Adanya kerjasama dengan pihak swasta

Mengadakan simpan pinjam dalam pemenuhan & pengadaan pupuk

pertanian.

2. Promosi atas hasil produksi

pertanian.

3. Pembangunan pusat-pusat

penampungan produksi hasil

pertanian.

4. Pengelolaan informasi permintaan

pasar atas hasil produksi pertanian.

5. Penyuluhan kualitas dan teknis

kemasan hasil produksi pertanian.

6. Penyuluhan distribusi pemasaran

(25)

A.2. Kawasan Minapolitan

Pencanangan program Minapolitan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan langkah "political will" dari pemerintah untuk sektor kelautan dan perikanan. Namun kesuksesan untuk menaikkan produksi perikanan tergantung pada kebijakan pemerintah daerah

Pada 2014 Pemerintah (KKP) mentargetkan total volume produksi perikanan nasional meningkat menjadi 350% dari produksi saat ini (9 juta ton), yakni sebesar 31,5 juta ton. Target ini bisa dipenuhi dari usaha perikanan tangkap di laut sebesar 5,2 juta ton atau 80% dari

MSY (6,4 juta ton/tahun) mengikuti anjuran FAO’s Code of Conduct for

Responsible Fisheries (1995); 0,6 juta ton dari usaha perikanan tangkap di

perairan umum; dan 25,7 juta ton dari usaha perikanan budidaya.

Kemeterian Kelautan dan Perikanan akan memacu pertumbuhan perekonomian daerah dengan meningkatkan implementasi program minapolitan yang menjadi salah satu andalan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program Minapolitan dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan dan Perikanan merupakan sentuhan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Program ini diyakini dapat meningkatkan produksi perikanan karena KKP menargetkan produksi perikanan sebesar 12,26 juta ton pada 2011 dan 22,39 juta ton pada 2014. Sinergitas pusat-daerah harus dilakukan dalam tiga hal yaitu sinkronisasi tujuan, sinergi pola pembiayaan dan konsistensi pemerintah daerah dalam melaksanakan arahan kebijakan pemerintah pusat. Pelaksanaan program minapolitan memiliki tiga tujuan yaitu meningkatkan produksi serta kualitas, meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya serta pengolah ikan, dan mengembangkan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan untuk menggerakan ekonomi daerah.

(26)

Menurut UU Penataan Ruang No 26/2007, Minapolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi perikanan dan pengelolaan sumberdaya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem minabisnis. Kawasan sentra perikanan budidaya/tangkap (minapolitan) merupakan kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha minabisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya.

Kawasan sentra perikanan terdiri dari kota perikanan dan desa-desa sentra produksi perikanan yang ada disekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi pemerintah, tetapi lebih ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi kawasan yang ada.

Kriteria umum yang menjadi acuan dalam perencanaan pengembangan kawasan minapolitan adalah :

a)Penggunaan lahan untuk kegiatan perikanan harus memanfaatkan potensi yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestraian lingkungan

b)Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang utnuk dialih fungsikan

c) Kegiatan perikanan skala besa, baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian Amdal sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku

d)Kegiatan perikanan skala besar, harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat

e)Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan dan RTRW.

(27)

Sedangkan kriteria secara khusus adalah :

1)Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah

2)Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya

3)Memiliki keterkaitan kedepan (daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan) maupun kebelakang (suplai kebutuhan sarana produksi) dengan beberapa daerah pendukung.

4)Memiliki kemampuan untuk memelihara sumberdaya alam sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

5)Khusus untuk kegiatan perikanan budidaya, memiliki luasan areal budidaya eksisting minimal 200 ha.

Kabupaten Lamongan mempunyai potensi perikanan yang cukup besar. Potensi ini meliputi potensi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Dengan panjang pantai yang mencapai 47 km2, Kabupaten Lamongan mempunyai potensi perikanan laut yang cukup menjanjikan. Usaha penangkapan ikan laut di Kabupaten Lamongan terpusat di perairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran yang memiliki 5 (lima) Tempat Pendaratan Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat (Weru, Kranji, Brondong, Labuhan dan Lohgung). Dilihat dari produksinya paling tinggi adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang mencapai kurang lebih 100 ton/hari, dibandingkan dengan keempat pangkalan pendaratan ikan yang lain yaitu Weru, Kranji, Labuhan dan Lohgung yang hanya mencapai 10 ton/hari. Jumlah fishing base yang terdapat di Kabupaten Lamongan ada 16 buah lokasi, di Kecamatan Paciran ada 12 (dua belas)

(28)

yaitu : di Desa Weru Lor, Sidokumpul, Weru, Paloh, Sidokelar, Kemantren, Banjarwati, Kranji, Tunggul, Paciran, Kandang Semangkon, dan Blimbing. Sedangkan di Kecamatan Brondong ada 4 (empat) yaitu : Brondong, Sedayu Lawas, Labuhan, dan Lohgung. Diantara fishing base

tersebut 5 diantaranya juga merupakan pangkalan pendaratan ikan yaitu : Lohgung, Labuhan, Brondong, Kranji dan Weru.

Secara umum produksi hasil tangkapan perikanan di wilayah Kabupaten Lamongan, Laut utara Jawa Timur sebagai berikut :

1. Produksi ikan permukaan didominasi oleh jenis ikan layang, yaitu mencapai 24,48 %, produksi ikan dasar di dominasi oleh ikan Kuningan sebesar 20,55 %, produksi ikan karang di dominasi oleh ikan bambangan sebesar 3,52%, produksi cumi-cumi sangat rendah yaitu: sebesar 0,74%, begitu pula untuk produksi udang yang mencapai 0,28%.

2. Komposisi produksi ikan-ikan permukaan (pelagis) mencapai 51,14% yang tidak jauh beda dengan produksi ikan dasar (demersal), sehingga aktifitas dan lapangan kerja usaha perikanan pelagis dan demersal di perairan Laut Jawa keduanya memegang peranan penting terhadap perolehan produksi ikan, lapangan kerja dan pendapatan nelayan.

3. Dengan tersedianya bahan baku industri, dari jenis ikan yang cukup, sekalipun relative bervariasi, maka perikanan laut di wilayah Kabupaten Lamongan, Laut utara Jawa Timur menunjukkan tipe perikanan multi spesies yang sebenamya.

Potensi budidaya perikanan air payau tersebar disepanjang pantai utara Kabupaten Lamongan pada Kecamatan Paciran dan Brondong dengan luas areal kurang lebih 1.380,05 ha. Kegiatan budidaya yang dikerjakan adalah usaha budidaya udang vannamei, udang windu, bandeng dan kerapu. Budidaya udang vannamei

(29)

merupakan pencanangan program revitalisasi budidaya perikanan untuk menumbuh kemnangkan produksi udang sebagai komoditas ekspor.

Sedangkan luas areal budidaya di Kabupaten Lamongan adalah 24.092,14 Ha yang terdiri dari tambak payau(1.379,7 Ha), sawah tambak (22.370,84Ha) dan Kolam (341,6Ha). Areal budidaya jenis sawah tambak tersebar di 17 Kecamatan yang sebagian besar berada pada wilayah tengah Kabupaten Lamongan, sedangkan areal tambak tersebar di 2 Kecamatan yang semuanya berada wilayah Lamongan bagian utara atau pesisir untuk budidaya air tawar atau kolam tersebar di 19 Kecamatan.

Selain budidaya yang dilakukan di air payau, Kabupaten Lamongan juga mempunyai wilayah bonorowo yang biasanya digunakan untuk budidaya ikan dan tanaman padi, atau yang biasan disebut dengan sawah tambak. Jenis ikan yang biasa dibudidayakan adalah ikan bandeng, tawes, ikan mas, udang windu, udang vannamei, nila mujair dan lele.

Distribusi pemasaran komoditi hasil perikanan di Kabupaten Lamongan dilakukan melalui pasar lokal dan pemasaran antar kota. Komoditi hasil perikanan yang dipasarkan melalui pasar lokal antara lain, ikan – ikan segar dan ikan – ikan yang diolah secara tradisional. Dalam 10 tahun terakhir, jenis ikan segar yang didistribusikan masuk ke Kabupaten Lamongan lebih rendah dibanding jumlah ikan yang didistribusikan ke luar daerah, menunjukan bahwa jumlah permintaan ikan dari daerah luar daerah Lamongan lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah permintaan ikan dari daerah Lamongan.

Untuk menunjang pemasaran lokal maupun di luar daerah Lamongan, diperlukan sarana dan prasarana pemasaran yang memadai, Melalui pemasaran yang baik nantinya akan turut mendorong para nelayan, pembudidaya ikan dan para pelaku industri pengolahan

(30)

perikanan untuk dapat menaikan produksinya. Sarana dan prasarana yang dimaksud antaralain adanya pasar umum, TPI beserta peralatan penunjang lainya yaitu Cold Box, garam, Dry Ice dan lain – lain. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Kabupaten Lamongan memilki empat buah Tempat Pelalangan Ikan (TPI), yaitu TPI Brondong, TPI Kranji, TPI Weru, TPI Lohgung yang kedudukannya menyokong perkembangan pemanfaatan sumberdaya laut di Kabupaten Lamongan.

Permasalahan Budidaya Perikanan di Kawasan Minapolitan Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan

1. Sarana Dan Prasarana a. Jalan Produksi

b. Saluran Pasok Dan Saluran Buang ( Inlet Dan Outlet ) Menyatu c. Saluran Irigasi Menyempit Dan Dangkal

d. Pematang Tambak Pendek e. Pintu Air Tambak

2. Proses Produksi

a. Teknologi Masih Tradisional b. Mutu Benih Rendah

c. Pengolahan Lahan Jarang Dilakukan

Lokasi Kegiatan Minapolitan di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan

(31)

Pengadaan Sarana dan Prasarana PPM (Pusat Pengelolaan Minapolitan)

Sarana dan prasarana penunjangnya meliputi infrastruktur lokasi sawah tambak, gudang, kantor, gedung pengolahan hasil, lahan parkir, dan warung, serta fasilitas ruangan untuk pendidikan dan pelatihan pembudidaya udang vannamei. Pemilihan lokasi PPM merupakan hasil dari pendekatan partisipatif berbagai pihak serta survei lokasi langsung yang digunakan untuk menentukan skor kelayakan wilayah yang digunakan untuk lokasi PPM. Berikut rencana lokasi PPM di Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan yang mempunyai kelayakan berdasarkan lokasi kegiatan minapolitan (sawah tambak) yaitu di Desa Soko Kecamatan Galagah Kabupaten Lamongan.

karangbinangun glagah deket sarirejo tikung lamongan turi kalitengah karanggeneng laren solokuro paciran brondong maduran sekaran pucuk sukodadi sugio babat kedungpring modo bluluk sukorame ngimbang sambeng mantup kembangbahu Kabupaten Gresik Minapolis Hinterland Kawasan Minapolitan ( m i n a p o l i s ) glagah karangbinangun deket turi kalitengah lamongan sarirejo tikung KABUPATEN GRESIK 115°0'0"E 115°0'0"E 114°0'0"E 114°0'0"E 113°0'0"E 113°0'0"E 112°0'0"E 112°0'0"E 7°0'0"S 7°0'0"S 8°0'0"S 8°0'0"S 9°0'0"S 9°0'0"S !!! !!! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! !! !!! !!! !!! !!! !!! !!! !!! !!! !! ! !!! !!! !! ! !!! !!! !!! !!! !!! ! !! !!! !!! !!!!!! !!!!!! !!! ! !! !!! !!! !!! !!! !!! !!! !

(32)

664500 ,0 0 0 0 0 0 664500 ,0 0 0 0 0 0 664625 ,0 0 0 0 0 0 664625 ,0 0 0 0 0 0 664750 ,0 0 0 0 0 0 664750 ,0 0 0 0 0 0 664875 ,0 0 0 0 0 0 664875 ,0 0 0 0 0 0 665000 ,0 0 0 0 0 0 665000 ,0 0 0 0 0 0 665125 ,0 0 0 0 0 0 665125 ,0 0 0 0 0 0 665250 ,0 0 0 0 0 0 665250 ,0 0 0 0 0 0 9218400 ,0 00 00 0 9218400 ,0 00 00 0 9218500 ,0 00 00 0 9218500 ,0 00 00 0 9218600 ,0 00 00 0 9218600 ,0 00 00 0 9218700 ,0 00 00 0 9218700 ,0 00 00 0 9218800 ,0 00 00 0 9218800 ,0 00 00 0 9218900 ,0 00 00 0 9218900 ,0 00 00 0 9219000 ,0 00 00 0 9219000 ,0 00 00 0 9219100 ,0 00 00 0 9219100 ,0 00 00 0 9219200 ,0 00 00 0 9219200 ,0 00 00 0 M AS T E R P L AN M IN AP O L IT AN B E RB AS IS P E RI K ANA N B UDI D A YA K AB U P A T E N L AM O NG AN P et a Lo ka si R en ca na P ro je ct M an ag eme nt U ni t ( P M U )

µ

60 0 60 1 20 1 80 2 40 30 M et er s P E M E R IN T A H D A E R A H K A B U P A T E N L A M O N G A N Ba d a n Pe re n c a n a a n Pe mb a n g u n a n D a e ra h ( B A P P E D A ) K ET ER A N G A N ja la n l a in n y a s a w a h t a m b a k s u n g a i J a la n u ta m a re n c a n a PM U b a n g u n a n /p e m u k im a n In se t P e ta K a b u p at e n L a m o n g a n S um be r : 1) Ci tra G eo E ye M ap Dat a 2 01 1 2) P eta RB I B ao su rta na l 3) S ur ve i l ap an ga n M ei 2 01 1 jala n s ok o-t an gg ulr ejo ja la n s o k o -t a n g g u lr e jo K A R A N G A G U N G G a m b a r 8 .6 Pet a Ve k to r R e n ca n a Lo k a si PPM D i K eca m a ta n G la g a h K a b u p a ten La m o n g a n G a m b a r 8 .8 Pet a C itra R enc a n a Pem b a g ia n F u n g si La h a n PPM D i K eca m a ta n G la g a h K a b u p a ten La m o n g a n

(33)

664500 ,0 0 0 0 0 0 664500 ,0 0 0 0 0 0 664625 ,0 0 0 0 0 0 664625 ,0 0 0 0 0 0 664750 ,0 0 0 0 0 0 664750 ,0 0 0 0 0 0 664875 ,0 0 0 0 0 0 664875 ,0 0 0 0 0 0 665000 ,0 0 0 0 0 0 665000 ,0 0 0 0 0 0 665125 ,0 0 0 0 0 0 665125 ,0 0 0 0 0 0 9218500 ,0 00 00 0 9218500 ,0 00 00 0 9218600 ,0 00 00 0 9218600 ,0 00 00 0 9218700 ,0 00 00 0 9218700 ,0 00 00 0 9218800 ,0 00 00 0 9218800 ,0 00 00 0 9218900 ,0 00 00 0 9218900 ,0 00 00 0 9219000 ,0 00 00 0 9219000 ,0 00 00 0 9219100 ,0 00 00 0 9219100 ,0 00 00 0 9219200 ,0 00 00 0 9219200 ,0 00 00 0 M AS T E R P L AN M IN AP O L IT B E RB AS IS P E RI K ANA N B UDI K AB U P A T E N L AM O NG AN P et a Lo ka si R en ca na P ro je ct M an ag eme nt U ni t ( P M U )

µ

50 0 50 1 00 1 50 25 P E M E R IN T A H D A E R A H K A B U P A T E N L A M O N G A Ba d a n Pe re n c a n a a n Pe mb a n g ( B A P P E D A ) K ET ER A N G A N In se t P e ta K a b u p at e n L a m o n g a n S um be r : 1) Ci tra G eo E ye M ap Dat a 2 01 1 2) P eta RB I B ao su rta na l 3) S ur ve i l ap an ga n M ei 2 01 1 jala n s ok o-t an gg ulr ejo ja la n s o k o -t a n g g u lr e jo K A R A N G A G U N G re n c a n a PM U 664500 ,0 0 0 0 0 0 664500 ,0 0 0 0 0 0 664625 ,0 0 0 0 0 0 664625 ,0 0 0 0 0 0 664750 ,0 0 0 0 0 0 664750 ,0 0 0 0 0 0 664875 ,0 0 0 0 0 0 664875 ,0 0 0 0 0 0 665000 ,0 0 0 0 0 0 665000 ,0 0 0 0 0 0 665125 ,0 0 0 0 0 0 665125 ,0 0 0 0 0 0 9218500 ,0 00 00 0 9218500 ,0 00 00 0 9218600 ,0 00 00 0 9218600 ,0 00 00 0 9218700 ,0 00 00 0 9218700 ,0 00 00 0 9218800 ,0 00 00 0 9218800 ,0 00 00 0 9218900 ,0 00 00 0 9218900 ,0 00 00 0 9219000 ,0 00 00 0 9219000 ,0 00 00 0 9219100 ,0 00 00 0 9219100 ,0 00 00 0 9219200 ,0 00 00 0 9219200 ,0 00 00 0 M AS T E R P L AN M IN AP O L IT AN B E RB AS IS P E RI K ANA N B UDI D A YA K AB U P A T E N L AM O NG AN P et a Lo ka si R en ca na P ro je ct M an ag eme nt U ni t ( P M U )

µ

50 0 50 1 00 1 50 2 00 25 M et er s P E M E R IN T A H D A E R A H K A B U P A T E N L A M O N G A N Ba d a n Pe re n c a n a a n Pe mb a n g u n a n D a e ra h ( B A P P E D A ) K ET ER A N G A N In se t P e ta K a b u p at e n L a m o n g a n S um be r : 1) Ci tra G eo E ye M ap Dat a 2 01 1 2) P eta RB I B ao su rta na l 3) S ur ve i l ap an ga n M ei 2 01 1 jala n s ok o-t an gg ulr ejo ja la n s o k o -t a n g g u lr e jo K A R A N G A G U N G re n c a n a PM U

(34)

6 6 4 6 2 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 6 2 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 7 1 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 7 1 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 8 0 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 8 0 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 8 9 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 8 9 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 9 8 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 4 9 8 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 5 0 7 0 ,0 0 0 0 0 0 6 6 5 0 7 0 ,0 0 0 0 0 0 92 18 70 0 ,0 00 00 0 92 18 70 0,0 00 00 0 92 18 80 0 ,0 00 00 0 92 18 80 0,0 00 00 0 92 18 90 0 ,0 00 00 0 92 18 90 0,0 00 00 0 92 19 00 0 ,0 00 00 0 92 19 00 0,0 00 00 0 92 19 10 0 ,0 00 00 0 92 19 10 0,0 00 00 0 M AS T E R P L AN M IN AP O L IT AN B E RB AS IS P E RI K ANA N B UDI D A YA K AB U P A T E N L AM O NG AN P et a R en ca na Pe mb ag ia n Fu ng si L ah an P MU K ec am at an G la ga h K ab up at en L amo ng an

µ

30 0 30 60 90 1 20 15 M et er s P E M E R IN T A H D A E R A H K A B U P A T E N L A M O N G A N Ba d a n Pe re n c a n a a n Pe mb a n g u n a n D a e ra h ( B A P P E D A ) K ET ER A N G A N S um be r : 1) Ci tra G eo E ye M ap Dat a 2 01 1 2) P eta RB I B ao su rta na l 3) S ur ve i l ap an ga n M ei 2 01 1 p a rk ir re s to ra n g e d u n g p e la ti h a n k a n to r d a n s h o w ro o m (p e m a s a ra n ) w o rk s h o p kurang lebih 120 m eter ja la n so ko - t a nggu lrejo

B. Kawasan Permukiman Perkotaan

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari kawasan perkotaan dengan perkembangan dan

G a m b a r 8 .8 Pet a C itra R enc a n a Pem b a g ia n F u n g si La h a n PPM D i K eca m a ta n G la g a h K a b u p a ten La m o n g a n

(35)

kondisi yang sangat beragam. Luas kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Lamongan adalah 4.273,55 Ha atau 2,6 % dari luas wilayah kabupaten.

Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Lamongan ini, rencana penataan dan pengembangannya sebagai berikut :

1. Seiring dengan pengembangan Perkotaan Lamongan sebagai ibukota Kabupaten Lamongan, maka permukiman di perkotaan Lamongan ini akan meningkat pesat, sehingga perlu peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan penyediaan Kasiba-Lisiba Mandiri. Pada setiap kawasan permukiman disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman yang layak dan nyaman untuk dihuni;

2. Pengembangan perkotaan Paciran – Brondong sebagai kawasan strategis kabupaten dengan kegiatan utama sebagai kegiatan perekonomian skala regional, yaitu industri, transportasi, dan pariwisata. Pengembangan perkotaan lain yang prioritas pengembangan adalah kawasan perkotaan Babat, Sukodadi, Ngimbang, Pucuk, dan Turi.

3. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;

4. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan, pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih;

5. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan drainase dan pematusan, pelayanan jaringan

(36)

listrik, telepon, air bersih dan sistem sanitasi yang baik. Kawasan opermukiman baru harus menghindari pola enclove; serta

6. Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno, bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara; Selanjutnya bangunan dapat dialih fungsikan asalkan tidak merusak bentuk dan kondisi bangunannya. 7. Sebagian besar perumahan di Kabupaten Lamongan dibangun

sendiri oleh masyarakat (individu). Adapun untuk perumahan dengan skala massal hanya ada di Lamongan dan Paciran. 8. Berdasarkan aspek penataan dan perwajahan bangunan, di

sepanjang jalan-jalan utama pada kawasan-kawasan perkotaan yang ada di Kabupaten Lamongan didominasi oleh deretan bangunan dengan tipe moderen, sedangkan pada kawasan perdesaan yang ada di Kabupaten Lamongan umumnya didominasi oleh bangunan-bangunan dengan tipe rumah kampung.

9. Type Rumah modern

Type Rumah kampung 10.

(37)

11.TypeRumah kampung di perkotaan

Di beberapa kawasan tertentu, seperti di daerah sepanjang Jalan Raya Babat – Bojonegoro (Kecamatan Babat) karakter bangunan didominasi oleh tipe bangunan kolonial (lihat Gambar 3.4) dan di daerah sekitar Blimbing (Kecamatan Paciran) karakter bangunan yang tampak, terbentuk oleh perletakan bangunan yang rapat dengan jalan, tanpa garis sempadan dan tipe bangunan mayoritas adalah bangunan modern.

Type Rumah kampung di perkotaan

(38)

Permukiman perdesaan baik yang memiliki bentuk kompak ataupun menyebar umumnya memiliki pusat pengembangan masing-masing yang sangat potensial mendorong perkembangan kawasan perdesaan yang ada, serta terdapat banyak perdesaan yang mampu mendorong perkembangan perdesaan dalam skala yang lebih luas.

Tumbuhnya kawasan permukiman perkotaan baru yang mempunyai indikasi perkembangan pesat karena adanya potensi alami maupun potensi ekternal (akses). Sehingga semula kawasan tersebut mempunyai fungsi sebagai kawasan permukiman perdesaan cenderung beralih fungsi menjadi kawasan permukiman perkotaan. Kawasan tersebut antara lain meliputi desa-desa di Kecamatan Pucuk dan Kecamatan Sukodadi yang terletak antara Kota Lamongan dan Kecamatan Babat (serta kecamatan lainnya).

8.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Masalah utama dalam bidang perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Lamongan adalah kebutuhan fasilitas perumahan di perkotaan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sementara itu ketersediaan lahan di wilayah perkotaan menjadi semakin langka. Kelangkaan ini telah menyebabkan semakin mahalnya harga lahan di wilayah perkotaan. Adanya kelebihan permintaan terhadap lahan perumahan di wilayah perkotaan ini telah menyebabkan kenaikan harga lahan perumahan yang luar biasa di wilayah perkotaan. Tingginya harga lahan perumahan di wilayah perkotaan telah mendorong masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk tinggal di kawasan pinggiran kota yang jauh dari tempat kerja. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya transportasi, waktu tempuh, dan pada akhirnya akan menurunkan mobilitas dan produktivitas masyarakat. Menengah ke bawah tersebut.

Sedangkan sebagian masyarakat tetap berupaya untuk tinggal di kawasan yang tidak jauh dari pusat aktivitas ekononomi, sehingga

(39)

menyebabkan ketidak-teraturan tata ruang kota dan dapat menumbuhkan kawasan kumuh baru di perkotaan. Masalah ini diperparah dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan pertambahan penduduk di perdesaan, yang disebabkan karena fenomea urbanisasi aktif, yaitu berpindahnya penduduk desa ke wilayah perkotaan, terutama di wilayah kumuh perkotaan.

Keterbatasan kemampuan pemerintah daerah merupakan hambatan utama bagi penyediaan kawasan pemukiman penduduk yang layak di Kabupaten Lamongan. Karena itu pemerintah daerah harus didorong untuk menjadi motor dalam mengkondisikan penduduk agar dapat memahami pentingnya menjaga lingkungan permukiman mereka secara swadaya.

Selain itu pemerintah daerah juga harus mengupayakan penyediaan kawasan permukiman beserta fasilitas inftrastruktur yang memadai, terutama di wilayah hinterland di sekitar pusat pertumbuhan di pinggiran wilayah perkotaan. Hal ini diharapkan akan terjadi pemerataan dalam hal ketersediaan area perumahan dan permukiman antar wilayah di Kabupaten Lamongan, sehingga akan mengurangi ketimpangan kepadatan penduduk antar wilayah diperkotaan dan perdesaan.

Pemerintah daerah juga harus mampu mendorong inovasi teknologi yang dapat diadaptasikan kepada lingkungan perumahan dan permukiman serta melakukan penyebarannya. Hal ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman. Melihat adanya keterbatasan keuangan daerah, maka pemerintah daerah juga diharapkan mampu mendorong minat investor untuk membangun kawasan perumahan dan permukiman sederhana yang sehat beserta fasilitas pendukungnya bagi masyarakat luas.

Tabel 8.9

Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini didukung oleh Skinner (2004) dan Kallapur (1994) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap earning response coefficient, namun

algoritma C4.5 Uji coba bertujuan membandingkan performa algoritma C4.5 dengan algoritma AHP- TOPSIS sebagai sistem pendukung keputusan proses seleksi penerima

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dari observasi dan wawancara penulis Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional engklek dapat

Dari data yang dikumpulkan selama masa penelitian disimpulkan bahwa cacat dominan yang sering terjadi dengan nilai RPN tertinggi disebabkan antara lain karena beberapa faktor

Sesuai dengan Board Manual BNBR, Dewan Komisaris sebagai Organ Perusahaan berugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat

Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari; (d) siswa melakukan pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan

Perancangan sistem keamanan akses pintu menggunakan face recognition ini mengacu berdasarkan blok diagram pada gambar 3. Dimana untuk bagian input terdiri keypad agar

Kurs juga sangat berpengaruh terhadap ekspor nilai tukar lainnya merupakan harga suatu mata uang dari suatu negara yang di ukur atau dinyatakan dalam mata uang