SEPAKAT
SISTEM PERENCANAAN, PENGANGGARAN, ANALISIS, PEMANTAUAN & EVALUASI KEMISKINAN TERPADU
#KebijakanKemiskinanBerbasisBuktiDiUjungJari
PANDUAN PENGGUNA
SEPAKAT
Sistem Perencanaan, Penganggaran, Pemantauan, Evaluasi
dan Analisis KemiskinanTerpadu
PANDUAN
PENGGUNA
SEPAKAT
UNTUK PESERTA
Sistem Perencanaan, Penganggaran, Pemantauan, Evaluasi
dan Analisis KemiskinanTerpadu
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kedeputian Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan
PANDUAN PENGGUNA
SEPAKAT
Sistem Perencanaan, Penganggaran, Pemantauan, Evaluasi
dan Analisis KemiskinanTerpadu
Pengarah : Pungky Sumadi
Editor : Maliki
Tim Penulis : Widaryatmo
Bambang Suharnoko S Ahmad Hariyadi Bahtiar Fitanto
Dianty Ayu Shintadewi Heracles Lang Maudytia Rismalasari P Mercoledi N. Nasiir Michelle Khoe Muhamad Chehafudin Muhamad Farhan Oki Sembiring Purri Andriaty Y. Heru S ISBN No. : 978-602-52841-6-8 Desain dan
isi Sampul : Tim KOMPAK
Diterbitkan oleh:
Direktorat PenanggulanganKemiskinan dan PemberdayaanMasyarakat KedeputianBidangKependudukandan Ketenagakerjaan
Kementerian PPN/Bappenas
Jl. Taman Suropati No. 2, Menteng, Jakarta Pusat www.bappenas.go.id
Cetakan Pertama, Desember 2020 Tidak untuk diperjualbelikan
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Tidak diperkenankan untuk mencetak,
memperbanyak dan lan sebagainya dalam bentuk apapun tanpa izi tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR
Saat ini, perkembangan teknologi mulai berkembang yang diterapkan di berbagai bidang seperti transportasi, makanan, perbankan sampai dengan akses usaha kecil menengah. Pada sektor pemerintahan, sistem informasi juga sudah mulai banyak digunakan untuk tujuan dan fungsinya masing-masing. Teknologi yang saat ini digunakan berdampak juga kepada proses bisnis yang semakin cepat danseamless.
Pemanfaatan teknologi di bidang penanggulangan kemiskinan dikembangkan oleh Bappenas guna memudahkan khususnya para perencana di pemerintah daerah maupun pusat dalam menganalisis kemiskinan hingga tahap perencanaan dan penganggaran. Sistem tersebut adalah Sistem Perencanaan, Penganggaran, Pemantauan, Evaluasi dan Analisis Kemiskinan Terpadu (SEPAKAT) yang hingga saat ini sudah digunakan oleh lebih dari 130 pemerintah daerah dan beberapa diantaranya telah memanfaatkan ke dalam dokumen perencanaan. Di antara banyak sistem lainnya, SEPAKAT mampu menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis bukti dan data sehingga kebijakan yang dirumuskan tepat guna dan tepat sasaran.
SEPAKAT digunakan dalam kesehariannya oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat untuk menganalisis hingga mendapatkan output perencanaan dan penganggaran serta monitoring dan
evaluasinya. Dalam pengguanaannya, pengguna mendapatkan pelatihan atau sosialiasasi dari Tim SEPAKAT agar nantinya dapat dengan mudah mengoperasikan SEPAKAT. Untuk mempermudah hal tersebut, Bappenas menyusun modul Panduan Pengguna SEPAKAT bagi pengguna SEPAKAT yang diantaranya adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi, dan juga stakeholder lainnya. Modul ini diharapkan dapat memudahkan pengguna dalam mengoperasikan SEPAKAT hingga nantinya dimanfaatkan secara optimal. Pada akhirnya, tujuan dari SEPAKAT untuk mempercepat penurunan kemiskinan hinggaZero Povertydapattercapai.
Kementerian PPN/Bappenas
Deputi Bidang Kependudukan danKetenagakerjaan Pungky Sumadi
Panduan Pengguna SEPAKAT iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... ... ii
1. Apa itu SEPAKAT? ... ..1
2. Mengapa SEPAKAT?... ...2
3. Target SEPAKAT? ... ...3
4. Keluaran/Capaian SEPAKAT ...4
5. Panduan Pengguna SEPAKAT...6
5.1. Beranda ... 6
5.2. Login... 7
5.3. Panduan Langkah Analisis Menggunakan SEPAKAT ... 8
5.3.1 Halaman Depan Modul Analisis... 8
5.3.2 Rangkuman (Highlight/Overview) ... 9
5.3.3 Memilih Modul Analisis...9
5.3.4 Memilih Indikator Analisis ... 11
5.3.5 Fitur Prioritisasi pada Modul Analisis... 13
5.3.6 Ringkasan Kemiskinan (Poverty Brief) ... 18
5.3.7 Dashboard Analisis...21
5.4. Panduan Langkah Perencanaan Menggunakan SEPAKAT ... 31
5.5. Panduan Langkah Penganggaran Menggunakan SEPAKAT... 40
5.5.1 Menu Penganggaran SEPAKAT ...41
5.5.2 Pendekatan Pagu Per Wilayah ... 42
5.5.3 Pendekatan Pagu Total ...45
5.5.4 Pendekatan Jumlah Kebutuhan ... 47
5.5.5 Belanja Tidak Langsung ... 50
5.5.6 Edit Nama Kegiatan ...53
5.6 Panduan Langkah Monitoring Menggunakan SEPAKAT...54
5.7 Panduan Langkah Evaluasi Menggunakan SEPAKAT ...58
BAB 1
Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Dalam era desentralisasi saat ini, peran Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan berbagai masalah kemiskinan menjadi kunci utama keberhasilan pengurangan kemiskinan di Indonesia. Salah satu aspek penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah bagaimana menciptakan perencanaan dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin dan dapat menyelesaikan akar masalah kemis-kinan. Meskipun penanggulangan kemiskinan telah masuk sebagai agenda di dalam visi dan misi pimpinan daerah, namun dalam perkembangannya sering terdapat kesenjangan antara visi dan misi tersebut dengan efektivitas pelaksanaan berbagai program dan kegiatan dalam pengurangan kemiskinan. Adanya kesenjangan ini antara lain disebabkan oleh: 1) kurangnya pemahaman dan kemampuan mengana-lisis konsep dan permasalahan kemiskinan; 2) lemahnya kualitas perumusan kebijakan dan desain implementasi program kemiskinan; serta 3) tidak atau belum ada dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).
Sebagaimana disebukan diatas bahwa belum disusunnya SPKD dapat menjadi penghambat koordinasi dan sinkronisasi program penanggulangan didaerah, dimana SPKD merupakan dokumen yang digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan daerah dibidang penanggulangan kemiskinan. Dalam kondisi ideal maka penyusunan SKPD dilaksanakan sebelum penyusunan RPJMD sehingga strategi penanggulangan kemiskinan akan dapat diarusutamakan dalam RPJMD. Dalam kondisi RPJMD telah disusun maka SPKD akan berfungsi dalam menjadi dokumen acuan koordinasi pemerintah daerah dan sinkronisasi perencanaan pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan yang di dalamnya sudah memuat visi dan misi bupati tentang penanggulangan kemiskinan yang telah dituangkan dalam RPJMD Disisi lain dalam upaya untuk percepatan penanggulangan kemiskinan, Bappenas telah meluncurkan aplikasi SEPAKAT (Sistem Perencanaan, Penganggaran, Monitoring dan Evaluasi Kemiskinan Terpadu) pada tahun 2018. SEPAKAT adalah aplikasi berbasis web untuk membantu proses perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi dalam rangka pengurangan kemiskinan secara cepat dan akurat. Dukungan SEPAKAT terhadap proses perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi ini juga mencakup penyusunan dokumen perencanaan di daerah, termasuk di dalamnya dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan Panduan Pemanfaatan SEPAKAT untuk penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) ini adalah:
Memberikan panduan pemanfaatan SEPAKAT untuk penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SKPD) kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota baik subtansif maupun teknis sehingga SPKD yang dihasilkan lebih berkualitas dan dapat menjawab persoalan penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan secara lebih akurat dan terukur.
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 3
Pendahuluan
LANDASAN HUKUM
SKPD merupakan dokumen yang sangat strategis bagi daerah dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan di daerah. Dokumen SKPD merupakan dokumen yang diamanatkan oleh berbagai peraturan perundangan sehingga pada bagian ini perlu mencantumkan dasar legal formal dari penyusunan SPKD sebagai sebuah dokumen yang menjadi bagian dalam penyusunan kebijakan.
Penyusunan SPKD merupakan amanat dari UU No. 17 /2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, yang kemudian diturunkan ke dalam Perpres No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), dan selanjutnya lebih eksplisit amanatkan dalam Permendagri Nomor 42/2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Secara keseluruhan acuan kebijakan mengenai SPKD dapat dicantumkan secara hirarkis dalam bagian ini, dan dapat dijelaskan secara singkat isi dari masing-masing peraturan perundangan tersebut yang isinya menyangkut kebutuhan penyusunan dokumen SPKD.
Aturan perundangan yang menjadi acuan kebijakan penyusunan SPKD antara lain: 1. UU 17/2003 tentang Keuangan Negara.
2. UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasioal. 3. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah.
4. UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 5. UU 11/2005 tentang pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya.
6. UU 17/2007 tentang RPJPN tahun 2005-2025. 7. UU 13/2011 tentang Fakir Miskin
8. Perpres 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 9. Inpres 3/2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
10. Kepres 10/2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat. 11. Permendagri 42/2010 tentang TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota.
12. Permendagri 13/2006 tentang Keuangan Daerah dan Perubahan Permendagri 21/2011 13. Perpres 8/2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024
Secara khusus, Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota menjelaskan mengenai TKPK dan SPKD melalui beberapa pasal sebagai berikut:
Pasal 1:
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah, yang selanjutnya disingkat SPKD, adalah dokumen yang digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan daerah di bidang penanggulangan kemiskinan dalam proses penyusunan RPJMD.
Pendahuluan
Pasal 2 ayat (1):
Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan percepatan penanggulangan Kemiskinan di kabupaten/kota.
Pasal 11 ayat (1) huruf a:
TKPK Kabupaten/Kota menyelenggarakan fungsi pengoordinasian penyusunan SPKD Kabupaten/Kota sebagai dasar penyusunan RPJMD Kabupaten/Kota di bidang penanggulangan kemiskinan.
Pasal 25 ayat (3) huruf a:
BAB 2
Proses Penyusunan,
Substansi dan
Outline
Proses Penyusunan, Substansi dan Outline SKPD
PROSES PENYUSUNAN
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 42 Tahun 2010, SPKD adalah dokumen strategis daerah yang digunakan sebagai dasar kebijakan pembangunan daerah pada bidang penanggulangan kemiskinan daerah yang dimuat dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Dalam kondisi ideal maka penyusunan SKPD dilaksanakan sebelum penyusunan RPJMD sehingga strategi penanggulangan kemiskinan akan dapat diarusutamakan dalam RPJMD. Dalam kondisi RPJMD telah disusun maka SPKD akan berfungsi dalam menjadi dokumen acuan koordinasi pemerintah daerah dan sinkronisasi perencanaan pembangunan dalam penanggulangan kemiskinan yang di dalamnya sudah memuat visi dan misi bupati tentang penanggulangan kemiskinan yang telah dituangkan dalam RPJMD.
SUBSTANSI DAN IKHTISAR PER-BAB
Strategi Penanggulangan Daerah (SPKD) merupakan dokumen perencanaan strategis jangka menengah yang secara khusus memberikan arahan dan strategi penanggulangan kemiskinan di daerah. Dokumen ini secara ideal terdiri atas beberapa bab dengan subtansi singkat sebagaimana uraian berikut.
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi landasan kebijakan mengenai peranan TKPK dan penyusunan dokumen SPKD (Perpres 15 dan Permendagri no 42). Selain itu perlu menjelaskan apakah dokumen SPKD mencantumkan landasan kebijakan secara terstruktur. mengenai penanggulangan kemiskinan. Bagian ini juga menjelaskan tujuan dan dan manfaat dari dokumen SPKD, yang kemudian dilanjutkan dengan sistematika penulisan dokumen SPKD
BAB II: KONDISI UMUM DAERAH
Bab ini berisi kondisi geografis dan demografis lalu kaitannya terhadap kondisi kemiskinan di daerah. Perlu menjelaskan informasi tentang administrasi wilayah, tingkat kesulitan akses terhadap jangkauan pelayanan publik mengingat kemiskinan sangat erat kaitannya terhadap ketersediaan sarana dan prasarana dasar di suatu daerah.
Selain itu perlu dijelaskan mengenai struktur, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi daerah dan bagaimana kondisi tersebut berpengaruh terhadap kondisi kemiskinan di daerah. Hal ini akan berkaitan erat dengan beban pengeluaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup.
BAB III: PROFIL KEMISKINAN DAERAH
Bab ini dapat dimulai dari penjelasan tentang definisi dan konsep kemiskinan. Konsep kemiskinan dapat mengacu pada buku atau hasil sebuah kajian dengan menyebutkan sumber dari definisi dan konsep kemiskinan yang dipakai. Bagian ini juga memberikan informasi mengenai kondisi kemiskinan konsumsi dengan memanfaatkan data makro yang bersumber dari data BPS dengan cara melakukan analisis
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 7
Proses Penyusunan, Substansi dan Outline SKPD terhadap data-data tersebut. Sehingga dapat digambarkan kondisi kemiskinan secara umum di daerah tersebut.
Mengingat kemiskinan adalah multidimensi, untuk itu analisis harus mencakup kemiskinan non konsumsi yang melibatkan semua bidang yang ada, seperti bidang ekonomi, infrastruktur dasar, pendidikan, kesehatan, ketenaga kerjaan, dan ketahanan pangan. Dengan begitu akan diperoleh informasi tentang masalah pada setiap bidang yang mempengaruhi kondisi kemiskinan daerah yang perlu diprioritaskan.
BAB IV: DETERMINAN KEMISKINAN
Bab ini ini menjelaskan tentang bagaimana menemukan akar masalah penyebab kemiskinan yang dihadapi pada setiap bidang atau sektor. Akar masalah tersebut dapat diperoleh melalui analisis dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan (supply side) dan aspek pemanfaatan (demand side). Akar kemiskinan akan menjadi rujukan utama dalam menganalisis isu strategis, merumuskan arah dan kebijakan hingga penyusunan program dan kegiatan yang akan menjawab akar kemiskinan tersebut.
BAB V: RELEVANSI DAN EFEKTIFITAS APBD
Bab ini berisi penjelasan tentang komposisi APBD berdasarkan Pendapatan dan Belanja. Lalu perlu menjelaskan tentang sumber Pendapatan daerah sehingga dapat dijelaskan tentang bagaimana Derajat Otonomi Fiskal dan Kapasitas Fiskal daerah. Selanjutnya penjelasan tentang komposisi Belanja daerah untuk melihat apakah selama ini daerah telah membelanjakan anggaran sesuai dengan prioritas yang tepat sesuai dengan masalah pada setiap bidang.
Setelah menjelaskan komposisi APBD, selanjutnya adalah melihat sejauh mana relevansi dan efektivitas APBD terhadap kondisi kemiskinan daerah tersebut dan kinerja penanggulangan kemiskinan yang telah dicapai.
BAB VI: KAJIULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN KOORDINASI
Bab ini beisi tinjauan kebijakan dan kelembagaan dilakukan untuk melihat kinerja penanggulangan kemiskinan di daerah yang sedang atau sudah dilakukan selama ini. Kinerja tersebut perlu dipetakan dan dibedah untuk melihat kesesuaian kebijakan berupa peraturan, program maupun kegiatan penanggulangan kemiskinan di daerah dengan isu kemiskinan yang menjadi masalah utama di daerah yang sudah dianalisis pada bab-bab sebelumnya.
BAB VII: ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH
Bab ini memuat rumusan isu strategis yang secara eksplisit menerangkan tentang masalah yang akan ditangani, intervensi yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan konteks dimana permasalahan terjadi. Bagian ini juga menjelaskan perumusan isu strategis yang dilakukan untuk setiap bidang yang menjadi prioritas masalah dari analisis profil kemiskinan daerah dan determinan masalah kemiskinan daerah. Dalam bagian Rencana Aksi Daerah (RAD) dipaparkan rencana program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang akan menjadi rujukan dalam implementasi penanggulangan kemiskinan di daerah.
Proses Penyusunan, Substansi dan Outline SKPD
BAB VIII: SISTEM MONITORING DAN EVALUASI
Bab ini akan menjelaskan tentang bagaimana sistem monitoring dan evaluasi dapat memastikan program terpantau dalam pelaksanaannya sehingga efektifitas program lebih terjamin. Selain itu perlu menjelaskan tentang siapa, bagaimana dan periode pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Apakah periode monitoring disesuaikan dengan Renja dan anggaran yang tersedia. Lalu selanjutnya menjelaskan tentang instrumen yang akan digunakan dalam proses monitoring dan evaluasi program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di daerah.
BAB IX: PENUTUP
Bab ini berisi uraian singkat harapan daerah dengan disusunnya dokumen SPKD terhadap penangulangan kemiskinan di daerah.
BAB 3
Metode dan
Pendekatan SEPAKAT
untuk Penyusunan
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
PENGANTAR SEPAKAT UNTUK PENYUSUNAN SPKD
SEPAKAT adalah aplikasi berbasis web untuk membantu proses perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi dalam rangka pengurangan kemiskinan secara cepat dan akurat. SEPAKAT menggunakan pendekatan berbasis bukti (evidence based approach) untuk proses perumusan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dengan demikian data, fakta dan analisa merupakan fondasi dalam penggunaan dan pemanfaatan SEPAKAT untuk perumusan berbagai kebijakan penanggulangan di daerah.
Tujuan SEPAKAT adalah:
1. Mempertajam rencana pembangunan dan anggaran daerah dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan;
2. Memanfaatkan data untuk kebutuhan perencanaan, penganggaran pembuatan kebijakan pembangunan yang inklusif dan pro-poor;
3. Otomatisasi proses perencanaan, penganggaran dan monitoring yang holistik, integratif, tematik dan spasial.
Secara singkat SEPAKAT terdiri atas beberapa modul sebagai berikut:
1. Modul Analisis: merupakan modul yang berfungsi untuk menganalisa data untuk kebutuhan diagnosa kemiskinan yang meliputi kemiskinan, ketenagakerjaan, pelayanan dasar, perlindungan sosial, perekonomian daerah dan anggaran daerah.
2. Modul Perencanaan: merupakan modul yang berfungsi untuk memberikan analisa perencanaan menggunakan pohon masalah dan menghasilkan opsi intervensi penanggulangan kemiskinan dengan penargetan sasaran dan lokasi yang spesifik.
3. Modul Penganggaran: merupakan modul yang berfungsi untuk analisa anggaran dan pengalokasian anggaran berdasarkan hasil analisa dari modul analisis dan modul perencanaan.
4. Modul Monitoring: merupakan modul untuk melihat kinerja penurunan kemiskinan daerah berdasarkan target daerah dalam dokumen RPJMD maupun berdasarkan target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
5. Modul Evaluasi: merupakan modul yang berfungsi untuk menilai performa penanggulangan kemiskinan daerah berdasarkan dekomposisi pertumbuhan dan redistribusi.
Kelima modul diatas masing-masing dapat dimanfaatkan untuk mendukung penyusunan SKPD sesuai dengan kebutuhan data dan analisa di tingkat daerah provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 11
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD Landasan dari analisa SEPAKAT adalah untuk menjawab lima pertanyaan terkait kemiskinan seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini:
GAMBAR 1. LIMA PERTANYAAN TERKAIT KEMISKINAN
Pengelompokan masalah dalam SEPAKAT berdasarkan lima pertanyaan kunci kemiskinan, antara lain: 1. Bagaimana kondisi masyarakat miskin dan rentan?
2. Apakah mereka bekerja? 3. Apakah mereka terlayani? 4. Apakah mereka terlindungi?
5. Apakah kebijakan dan kondisi fiskal cukup kondusif?
Bagaimana kondisi kemiskinan dan
kerentanan? Mengapa orang miskin dan rentan
tertinggal? Apakah mereka bekerja? Apakah mereka terlayani? Kebijakan dan manajemen fiskal kondusif? Pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja? Apakah mereka terlindungi?
1
5
2
3
4
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Dengan panduan pertanyaan kemiskinan di atas, pengguna atau pemerintah daerah dapat mengetahui apa saja permasalahan terkait kemiskinan yang terjadi didaerah berdasarkan pengelompokan yang terdiri dari kondisi kemiskinan, ketenagakerjaan, perlindungan sosial, kondisi ekonomi terkait pertumbuhan maupun kondisi fiskal. Dengan adanya informasi ini maka dapat diketahui secara lebih detil kondisi dan permasalahan daerah sehingga dapat dirumuskan arah kebijakan selanjutnya. SEPAKAT dapat digunakan untuk membantu penyusunan dokumen perencanaan baik yang bersifat jangka menengah termasuk SPKD.
Dalam kaitannya dengan penyusunan SPKD beberapa manfaat yang dapat diambil dari SEPAKAT adalah pengguna dapat mengetahui secara lebih jelas dan berbasiskan data fokus area yang perlu mendapatkan perhatian khusus, misalnya apakah dalam konteks kemiskinan dan ketimpangan apakah suatu daerah memiliki masalah dibidang pelayanan dasar, ekonomi atau kondisi kerentanan dibidang sosial. Kemudian berdasarkan analisis SEPAKAT dapat diketahui indikator mana saja yang masih bermasalah dan perlu mendapatkan penanganan khusus. Selanjutnya berdasarkan SEPAKAT dapat dirumuskan program atau kegiatan apa saja yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Keuntungan lainnya dari penggunaan SEPAKAT adalah, daerah sebagian besar data BPS untuk referensi Pemda terdapat di SEPAKAT, sudah terdapat rangkaian analisis yang dapat menggambarkan kondisi suatu daerah, dapat dilihat secara lebih jelas dimana letak permasalahan dan apa yang dapat dilakukan, kemudian dapat juga dilihat secara lebih detil berapa jumlah orang yang bermasalah berdasarkan data DTKS dan dimana mereka berada sampai ke level desa.
Setelah diketahui dimana mereka berada dan berapa jumah yang membutuhkan melalui SEPAKAT dapat dirumuskan kebutuhan anggaran yang dibutuhkan. Kemudian di atas itu semua adalah, setiap proses dalam SEPAKAT direkam dan disimpan ke dalam server, sehingga semua tercatat dan terukur dan dapat diakses setiap saat. Selain itu SEPAKAT memiliki fitur monitoring yang memungkinkan bagi Pemda untuk mengukur kinerja capaian baik dalam jangka waktu lima tahun maupun per-tahun. Informasi akan sangat berguna selain untuk mengukur capaian pembangunan Pemda tetapi juga membantu perumusan program atau kegiatan kedepannya.
PEMANFAATAN SEPAKAT UNTUK PENYUSUNAN SPKD
Dengan pendekatan perumusan kebijakan berbasis bukti, SEPAKAT dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketersediaan data, analisa dan dignosa kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan daerah secara komprehensif. Data-data yang tersedia dalam modul analisa dapat digunakan sebagai data dasar dalam penyusunan dokumen SKPD, sedangkan hasil-hasil analisa yang merupakan keluaran modul analisa dapat mendukung beberapa bab dalam dokumen SPKD. Demikian juga hasil analisa dan keluaran dari modul perencanaan, penganggaran, monitoring dan evaluasi dapat digunakan sebagai rujukan untuk penyusunan beberapa bab dalam SKPD.
Secara umum pemanfaatan SEPAKAT untuk penyusunan SPKD dan bagaimana pemanfaatan setiap modul untuk mendukung analisa dan penyusunan setiap bab dalam SPKD dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 13
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD GAMBAR 2. DIAGRAM PEMANFAATAN SEPAKAT UNTUK PENYUSUNAN SPKD
· Diagnosa kemiskinan
· Capaian indikator PK
· Prioritasi/Determinan
· Ringkasan Kemiskinan
· Analisa pertumbuhan dan distribusi
· Performa PK
· Analisa pohon masalah
· Opsi intervensi
· Data program dan kegiatan
· Analisa anggaran
· Alokasi anggaran
· Strategi capaian kinerja PK
· Prioritas area strategis
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA DOKUMEN: SPKD
Modul Analisis Modul Perencanaan Modul Penganggaran Modul Monitoring Modul Evaluasi
Bab II: Kondisi Umum
Bab III: Profil
Kemiskinan Bab IV: Determinan
Kemiskinan Bab V: Analisa APBD
Bab VI: Kajiulang Kebijakan Bab VII: Isu Strategis
dan RAD Bab VIII: Sistem
Monev Bab IX: Penutup Bab I: Pendahuluan
Berdasarkan diagram di atas, sangat jelas bahwa SEPAKAT dapat mendukung hampir di semua bab dalam dokumen SPKD. Modul analisis dapat mendukung analisa dan penyusunan bab II, III, IV dan V, sedangkan modul perencanaan dapat mendukung bab IV dan bab VII. Modul penganggaran secara khusus akan sangat bermanfaat untuk analisa dan penyusunan bab V terkait analisa APBD. Modul monitoring akan sangat berkontribusi dalam penyusunan bab VI, bab VII dan bab VIII, serta terakhir modul evaluasi yang dapat bermanfaat untuk penyusunan bab VII dan bab VIII.
Pemanfaatan SEPAKAT beserta contoh-contoh data, hasil analisa atau ouput lain yang dapat digunakan untuk menyusun SPKD per bab diuraikan sebagai berikut:
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
BAB II: KONDISI UMUM DAERAH
Sering dijumpai dalam banyak dokumen SKPD bahwa bab terkait kondisi umum daerah disampaikan hanya sebatas informasi deskriptif saja tentang letak geografis, luas wilayah, kepadatan penduduk, jumlah dan komposisi penduduk, iklim, dan sebagainya, namun tidak dianalisis kaitannya terhadap isu kemiskinn. Dalam dokumen SPKD kondisi umum daerah meliputi kondisi geografis, demografis, administrasi wilayah dan ekonomi, idealnya perlu dianalisis kaitannya dengan isu kemiskinan, sehingga akan menghasilkan informasi tentang karakteristik kemiskinan yang sesuai dengan kondisi umum daerah tersebut. Informasi ini berguna dalam menjelaskan dimana kemiskinan itu terjadi, bagaimana orang dapat menjadi miskin karena eksklusi geografis, ekonomi, dan sosial budaya.
Dengan dukungan SEPAKAT, bab terkait gambaran umum wilayah dapat difokuskan untuk memberikan gambaran umum yang relevan dengan kondisi kemiskinan di daerah. Beberapa data dan analisa dari modul analisa yang dapat digunakan untuk mendukung Bab II SPKD adalah:
• Memanfaatkan pohon penduduk dari modul analisa untuk mendapatkan infromasi dasar terkait ketenagakerjaan, jumlah penduduk bekerja, dan jumlah pengangguran berdasarkan berbagai kategori.
GAMBAR 3. DIAGRAM POHON KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan diagram pohon di atas dapat dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk sebesar 225.031 jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 1 %. Pengangguran di daerah ini didominasi oleh pemuda sebesar 66%.
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 15
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD • Memanfaatkan hasil analisa PDRB 5 tahun terakhir dari modul analisis untuk mendapatkan
gambaran kondisi ekonomi makro daerah terkait dengan sektor lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi, penyerapan lapangan kerja
GRAFIK 1. PERSENTASE PDRB BERDASAR SEKTOR LAPANGAN USAHA KAB. X TAHUN 2010-2016
Sumber: Susenas BPS, diolah SEPAKAT Bappenas
BAB III: PROFIL KEMISKINAN DAERAH
Profil kemiskinan daerah merupakan salah satu dasar perumusan masalah kemiskinan daerah dan penentuan target kebijakan dalam SPKD. Mengingat kemiskinan memliki karakteristik multidimensi dengan karakteristik lokal yang sangat kuat maka profil kemiskinan harus dapat menggambarkan persoalan kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan secara komprehensif.
Profil kemiskinan daerah menggambarkan bagaimana kondisi kemiskinan, ketimpa-ngan dan kerentanan daerah secara umum dengan melihat capaian setiap indikator utama pada kemiskinan moneter dan kemiskinan multidimensi. Indikator utama kemiskinan moneter diukur dari konsumsi yang meliputi persentasese penduduk miskin, jumlah penduduk miskin, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan. Ketimpangan dapat dapat disajikan dalam kurva insiden pertumbuhan dan rata-rata pengeluaran berdasar kelompok pendapatan, sedangkan kerentanan dapat digambarkan dari cakupan perlindungan sosial.
Mengingat kemiskinan bersifat multidimensi maka perlu menganalisis indikator utama kemiskinan non-konsumsi agar dapat mengetahui apa-apa saja masalah pada setiap bidang yang dihadapi oleh daerah yang mempengaruhi kondisi kemiskinan daerah secara umum. Kemiskinan multidimensi ini meiputi kemiskinan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar.
Profil kemiskinan daerah dapat dihasilkan melalui diagnosis kemiskinan berbasis SEPAKAT dengan panduan kerangka analisa sebagai berikut:
Melalui kerangka analisa SEPAKAT di atas, hasil diagnosa kemiskinan daerah akan dapat menjadi profil kemiskinan daerah dengan deskripsi kuantitatif dan kualitatif meliputi:
• Kondisi masyarakat miskin dan rentan, dilihat dari tingkat kemiskinan, ketimpangan dan kerentanannya.
• Kondisi ketenagakerjaan, terutama masyarakat miskin dan rentan
• Kondisi pelayanan dasar khususnya pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar • Kondisi perlindungan sosial, khususnya untuk masyarakat miskin dan rentan
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Dengan dukungan SEPAKAT, bab terkait profil kemiskinan daerah dapat difokuskan untuk memberikan gambaran komprehensif beberapa poin di atas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Memanfaatkan data kemiskinan dari Modul Analisis terkait kondisi kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan. Modul Analisis SEPAKAT menyediakan data dan analisa kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan yang relatif lengkap dan komprehensif. Data dan analisis dalam modul analisis terkait kemiskinan secara langsung dapat dimanfaatkan untuk mendukung peyusunan dokumen SPKD khususnya Bab III: Profil Kemiskinan sebagaimana diagram di bawah ini:
GAMBAR 4. DIAGRAM MODUL ANALISIS UNTUK PENYUSUNAN PROFIL KEMISKINAN
Contoh pemanfaatan SEPAKAT untuk data dan analisa terkait kondisi kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan sebagaimana di bawah ini:
GRAFIK 2. TINGKAT KEMISKINAN KAB. POLEWALI MANDAR TAHUN 2009-2018
Sumber: Susenas BPS 2018, diolah SEPAKAT Bappenas
· Kedalaman kemiskinan
· Keparahan kemiskinan
· Kurva insiden pertumbuhan
· Rata pengeluaran per kuintil
· Cakupan Jamsos
· Cakupan Jamkes
· Persentase kemiskinan
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul
Analisis Bab III: Profil Kemiskinan Kondisi Kemiskinan Kondisi Ketimpangan Kondisi Kerentanan 22.00 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 Persentase (%)
PROV. SULAWESI BARAT - KAB. POLEWALI MANDAR
Nasional Nasional Perkotaan Nasional Pedesaan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 17
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Grafik di atas menyajikan kondisi kemiskinan daerah yakni persentase penduduk miskin dalam kurun Tahun 2009-2018, yang menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan kabupaten ini masih jauh di atas angka nasional dan ada kecenderungan pelambatan penurunan kemiskinan.
Salah satu data yang dapat digunakan untuk menggambarkan ketimpangan adalah dengan grafik kurva insiden pertumbuhan sebagaimana contoh di bawah ini.
GRAFIK 3. KURVA INSIDEN PERTUMBUHAN KAB. POLEWALI MANDAR TAHUN 2008-2018
Sumber: Susenas BPS 2008-2018, diolah SEPAKAT Bappenas
Grafik di atas menyajikan ketimpangan antar kelompok pendapatan dalam desil, dimana 10% kelompok termiskin hanya tumbuh 0.73% dibandingkan dengan kelompok lainnya yang tumbuh lebih dari 1,55%.
• Memanfaatkan data ketenagakerjaan dari modul analisis terkait untuk analisa ketenagakerjaan khususnya masyarakat miskin dan rentan. Analisa ketenagakerjaan dalam SEPAKAT bersumber dari data Sakernas dan Susenas yang akan membantu untuk mendapatkan diagnosa terkait isu ketenagakerjaan khususnya bagi penduduk miskin dan rentan. Dukungan analisa SEPAKAT untuk penyusunan SPKD khususnya Bab II: Profil Kemiskinan, dalam isu ketenagakerjaan dapat terlihat sebagaimana diagram di bawah ini:
GAMBAR 5. MODUL ANALISIS DAN ISU KETENAGAKERJAAN
2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0 Termiskin 2 3 4 5 6 7 8 9 Terkaya 0,73 1,55 1,75 2,04 1,78 1,71 1,67 2,11 2,12 1,79
· Penduduk miskin per sektor pekerjaan; status pekerjaan, formalitas pekerjaan, dll
· Pendapatan rata-rata per sektor pekerjaan
· Persen dan jumlah pengangguran; umur, keterampilan, pendidikan
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul
Analisis Bab III: Profil Kemiskinan Ketenagakerjaan
penduduk miskin Kondisi pengangguran
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Contoh pemanfaatan modul analisis SEPAKAT untuk data dan analisa terkait kondisi ketenagakerjaan terutama untuk penduduk miskin s sebagaimana di bawah ini:
GRAFIK 4. SEKTOR PEKERJAAN PENDUDUK 15 TAHUN KE ATAS KAB. SAMPANG TAHUN 2017
Sumber: Sakernas BPS 2017, diolah SEPAKAT Bappenas
Berdasarkan sektor pekerjaan, 74,30% penduduk kuintil 1 dan 66,45 % penduduk kuintil 2 bekerja pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Secara total penduduk Kabupaten Bangkalan memang dominan bekerja di sektor pertanian diatas 50%, namun khusus untuk 20% termiskin, persentase penduduk bekerja di sektor ini lebih dari 70%.
GRAFIK 5. JUMLAH PENDAPATAN RATA-RATA PER-SEKTOR KAB. SAMPANG TAHUN 2017-2018
Sumber: Susenas BPS 2017-2018, diolah SEPAKAT Bappenas
Jumlah pendapatan rata-rata sektor pertanian pada Tahun 2017 mengalami sedikit peningkatan di tahun 2018, dari Rp 631,088 menjadi Rp 681,067,- Namun demikian sektor pertanian yang merupakan sektor dominan bagi penduduk miskin termasuk sektor dengan pendapatan rata-rata terkecil dibandingkan sektor lain.
• Memanfaatkan data dan analisis pelayanan dasar dari modul analisis SEPAKAT. Modul analisis SEPAKAT juga menyediakan data analisis terkait kondisi pelayanan dasar di daerah meliputi pelayanan dasar bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar. Pemanfaatan data dan analisa pelayanan dasar dari modul SEPAKAT untuk mendukung penyusunan dokumen SPKD Bab III: Profil Kemiskinan sebagaimana diagram di bawah ini:
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 19
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD GAMBAR 6. MODUL ANALISIS DAN ISU PELAYANAN DASAR
Contoh pemanfaatan modul analisis SEPAKAT untuk data dan analisa terkait kondisi pelayanan dasar pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar sebagaimana di grafik bawah ini:
GRAFIK 6. TINGKAT CAPAIAN PENDIDIKAN SMP KE ATAS KAB. POLEWALI MANDAR TAHUN 2018
Sumber: Susenas BPS 2018, diolah SEPAKAT Bappenas
Grafik di atas menyajikan data capaian pendidikan SMP ke atas di kabupaten ini masih relatif rendah yakni sebesar 52%, namun untuk penduduk kuintil 1 capaian pendidikan SMP ke atas baru sekitar 42%. Kondisi ini adanya ketimpangan capaian pendidikan sehingga diperlukan fokus dan perhatian khusus untuk peningkatan capaian pendidikan khususnya untuk masyarakat miskin dan rentan.
Contoh lain adalah pelayanan dasar sanitasi layak yang ditunjukkan dalam Grafik 5. Dalam grafik ini disajikan bahwa cakupan sanitasi layak relatif sudah baik dimana lebih dari 70% penduduk di kabupaten ini telah dapat mengakses sanitasi layak. Namun demikian terjadi ketimpangan yang sangat tinggi dimana penduduk kuintil 1 yang dapat mengakses sanitasi layak kurang dari 45%, dibandingkan dengan kuintil 5 yang cakupannya lebih dari 85%. Kondisi ini menunjukkan perlunya fokus dan perhatian khusus untuk peningkatan cakupan sanitasi khususnya untuk masyarakat miskin dan rentan.
· Pencapaian: APM, APK, capaian pendidikan, melek huruf, dll.
· Kesehatan: Salinakes, imunisasi, KB
· infrastruktur dasar: sanitasi, air minum, listrik, rumah layak huni
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul
Analisis Bab III: Profil Kemiskinan Kondisi layanan pendidikan Kondisi layanan ksehatan Kondisi layanan infrastruktur
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
GRAFIK 7. TINGKAT CAKUPAN SANITASI LAYAK KAB. POLEWALI MANDAR TAHUN 2018
Sumber: Susenas BPS, diolah SEPAKAT Bappenas
• Memanfaatkan informasi ringkasan kemiskinan pada modul analisa untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi kemiskinan daerah.
Salah satu fitur yang tersedia dalam SEPAKAT adalah fitur ringkasan kemiskinan. Fitur ini menyediakan informasi ringkas terkait kondisi kemiskinan suatu daerah dengan mengambil beberapa indikator dan penjelasan ringkas atas indikator tersebut.
Berikut ini adalah contoh ringkasan kemiskinan yang tersedia dalam SEPAKAT: GRAFIK 8. CONTOH RINGKASAN KEMISKINAN DALAM SEPAKAT
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 21
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
BAB IV: DETERMINAN KEMISKINAN
Bagian ini menjelaskan tentang bagaimana menemukan akar masalah penyebab kemiskinan yang dihadapi pada setiap bidang. Untuk melakukan analisa secara mendetil dapat dilakukan melalui serangkaian pertanyaan bertahap yang dapat menjawab penyebab dari suatu masalah. Dalamnya analisis dapat ditentukan dari tahapan pertanyaan. Memanfaatkan hasil anaslisa dalam modul perencanaan terkait dengan akar masalah.
Memanfaatkan data dan analisa pohon masalah pada modul perencanaan
Tree analysis atau sering disebut pohon masalah merupakan metode yang sering digunakan untuk memetakan anatomi sebab dan akibat untuk mencari penyebab suatu masalah. Dalam SEPAKAT, analisis pohon masalah ini digunakan untuk membantu dalam membentuk pola pikir yang lebih terstruktur dan berdasarkan fakta (data) untuk mencari penyebab dari suatu masalah kemiskinan yang sudah teridentifikasi dan menjadi prioritas. Pemanfaatan modul perencanaan untuk input penyusunan SKPD dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
GAMBAR 7. MODUL PERENCANAAN DAN ANALISA DETERMINAN KEMISKINAN
· Dimensi pendidikan: APM, lama sekolah, melek huruf
· Dimensi kesehatan: AKI, AKB, neonatal, akses layanan
· Dimensi infrastruktur dasar: sanitasi, listrik, air, rumah layak huni
· Ketenagakerjaan: pengangguran, penduduk idle
· Kemiskinan per sektor penghidupan
· Sosial kependudukan
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Analisis Bab IV: Determinan Kemiskinan Determinan kemiskinan pendidikan Determinan kemiskinan kesehatan Determinan kemiskinan infrastruktur dasar Determinan kemiskinan ketenagakerjaan Determinan kemiskinan sektor penghidupan Determinan kemiskinan sosial kependudukan
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Di bawah ini contoh analisa untuk determinan kemiskinan menggunakan metode analisa pohon masalah: Dalam Gambar 7 di bawah diberikan contoh analisa pohon masalah terkaitpenyebab sanitasi tidak layak adalah: Tidak memiliki jamban, tempat pembuatan akhir berupa lubang tanah dan tinggal di perumahan kumuh. Berdasarkan penyebab di atas, sistem merekomendasikan bahwa penyebab yang akan diatasi adalah Tidak memiliki jamban. Meski demikian, analisa penyebab masalah ini akan sangat tergantung dari kondisi dan situasi lokal yang dihadapi oleh masing-masing daerah.
GAMBAR 8. ANALISA POHON MASALAH SANITASI
Contoh lain pemanfaatan analisa pohon masalah untuk determinan kemiskinan bidang pendidikan sebagai berikut:
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 23
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Berdasarkan diagram pohon masalah di atas dapat dianalisa bahwa penyebab rendahnya Angka Partisipasi Murni (APM) SMP adalah: kurangnya biaya, lebih memilih bekerja, pernikahan dini, akses ke SMP sulit dan kekurangan tenaga pengajar. Melalui proses analisa yang dilaksanakan yang dilaksanakan oleh perencana dari Dinas Pendidikan diketahui bahwa penyebab utama rendahnya APM SMP adalah karena kurangnya biaya dan pernikahan dini. Dengan demikian melalui proses analisa pohon masalah ini kita dapat mengetahui bahwa determinan APM SMP rendah kabupaten ini adalah kurangnya biaya dan pernikahan dini. Yang perlu dipahami dari analisa pohon masalah bahwa determinan kemiskinan dalam analisa ini bersifat tematis yang penyelesaiannya dijawab dengan program atau kegiatan spesifik. GAMBAR 9. ANALISA POHON MASALAH PENDIDIKAN
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
BAB V: RELEVANSI DAN EFEKTIFITAS APBD
Bagian ini akan melihat sejauh mana relevansi dan efektifitas APBD terhadap kondisi kemiskinan daerah tersebut dan kinerja penanggulangan kemiskinan yang telah dicapai.
Memanfaatkan hasil pada modul perencanaan untuk mendapatkan analisa program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Analisa relevansi dan efektitiftas APBD merupakan salah satu bagian penting untuk menilai kinerja penanggulangan kemiskinan berdasarkan alokasi anggran yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Melalui analisa ini pemerintah akan mendapatkan gambaran ke depan mengenai fungsi,urusan, program, kegiatan dan OPD mana yang perlu mendapatkan perhatian dan fokus agar upaya penanggulangan kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan dapat berjalan dengan optimal. Pemanfaatan analisa APBD dalam modul analisis SEPAKAT untuk mendukung penyusunan SKPD khususnya Bab IV: Analisa Efektifitas dan Efisiensi APBD, dapat digambarkan dalam diagram sebagaimana berikut:
GAMBAR 10. MODUL PERENCANAAN DAN ANALISA EFEKTIFITAS PROGRAM DAN KEGIATAN KEMISKINAN
· Analisa per fungsi
· Analisa per urusan
· Analisa per OPD
· Analisa per program/kegiatan
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Perencanaan Bab V: Analisa Relevansi dan Efektivitas APBD Relevansi dan efektivitas per fungsi Relevansi dan efektivitas per urusan Relevansi dan efektivitas OPD Relevansi dan efektivitas per program/kegiatan
BAB VI: KAJIULANG KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DAERAH
Bab ini berisi tinjauan kebijakan dan kelembagaan dilakukan untuk melihat kinerja penanggulangan kemiskinan di daerah yang sedang atau sudah dilakukan selama ini. Dengan fokus melihat kinerja penanggulangan kemiskinan daerah maka kajiulang kebijakan ini dapat direfleksikan dari kinerja penanggulangan kemiskinan yang telah dicapai pemerintah daerah selama ini.
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 25
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Memanfaatkan hasil analisa pada modul monitoring dan evaluasi
Melalui modul monitoring dan modul evaluasi, SEPAKAT dapat mendukung penyusunan SKPD, dimana modul monitoring SEPAKAT diarahkan untuk melihat kinerja penanggulangan kemiskinan dalam kerangka RPJMD dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Pemanfaatan modul monitoring untuk penyusunan bab VII SPKD dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
GAMBAR 11. MONITORING DAN ANALISA KEBIJAKAN
Berikut adalah contoh pemanfaatan hasil monitoring SEPAKAT untuk mendukung SPKD terutama pada Bab VII: Kajiulang Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.
GRAFIK 9. MONITORING DAN ANALISA KEBIJAKAN
Berdasarkan hasil analisa monitoring pada Grafik 7, dapat dianalisa bahwa kinerja penanggulangan kemiskinan kabupaten diukur dari indikator persentase penduduk miskin ini relatif baik, diukur dari target kinerja yang telah ditetapkan dalam RPJMD. Namun demikian jika dikukur dari target kinerja SDGs maka capaian kabupaten ini masih sangat jauh dari capaian yang ditetapkan. Dengan demikian dapat dikajiulang terkait target kinerja penanggulangan yang yang harus ditetapkan sebagai standar agar daerah ini tidak tertinggal jauh dari daerah-daerah di sekitarnya.
· Analisa capaian kinerja PK
· Analisa indikator prioritas
· Analisa area strategis
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Monitoring Bab VI: Kajiulang Kebijakan Capaian kinerja PK RPJMD/SDG Indikator prioritas Area strategis prioritas
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
BAB VIII: STRATEGI, ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
DAERAH
Memanfaatkan data hasil prioritisasi dari Modul Analisis Untuk Referensi Dalam Penentuan Prioritas Intervensi
Di dalam modul analisis SEPAKAT tersedia menu Prioritisasi yang memberikan indikasi sektor dan indikator mana yang perlu mendapatkan prioritas. Dalam menu Prioritisasi juga diberikan informasi terkait kondisi ketimpangan antara kelompok kesejahteraan, sehingga dapat diketahui apakah penduduk miskin mengalami permasalahan lebih buruk daripada penduduk yang lebih sejahtera. Melalui menu prioritisasi, indikasi arah kebijakan untuk masing-masing bidang dapat diidentifikasi dan dijadikan salah satu referensi untuk perumusan arah kebijakan.
Pemanfaatan menu prioritisasi untuk mendukung penyusunan dokumen SPKD khususnya Bab VIII: Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut.
GAMBAR 12. MODUL ANALISIS DAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH · Prioritas bidang pendidikan · Prioritas bidang kesehatan · Prioritas bidang infrastruktur dasar · Prioritas bidang ketenagakerjaan
· Prioritas bidang sosial kependudukan
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Analisis
Bab VIII: Strategi, Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Daerah Prioritas kebijakan pendidikan Prioritas kebijakan kesehatan Prioritas kebijakan infrastruktur Prioritas kebijakan ketenagakerjaan Prioritas kebijakan kependudukan
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 27
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD Berikut ini adalah contoh prioritisasi untuk sektor pendidikan.
GRAFIK 10. PRIORITISASI UNTUK SEKTOR PENDIDIKAN
Dari gambar di atas dapat dianalisis bahwa untuk indikator capaian pendidikan SMA ke atas masih kuning sedangkan indikator APM SD telah hijau. Dengan demikian perlu ada prioritas daan fokus khusus untuk meningkatkan capaian pendidikan SMA ke atas, selain itu melalui data dukung diketahui juga masih terjadi ketimpangan yang cukup tinggi antara kelompok miskin dengan kelompok yang lebih sejahtera. Contoh lain dari prirotitasi adalah sebagai berikut
GRAFIK 11. PRIORITISASI UNTUK MULTISEKTOR
Berdasarkan dari diatas APM SMA dan Kepemilikan Jamian Kesehatan masih berwarna kuning dibandingkan dengan sanitasi layak yang telah berwarna hijau. Dengan demikian dalam hal prioritisasi maka APM SMA dan Kepemilikan Jamninan Kesehatan perlu mendapat prioritas lebih dibandingkan dengan sanitasi layak. Meskipun demikian tidak berarti indikator sanitasi tidak mendapatkan perhatian samasekali dikarenakan masih adanya ketimpangan antara kelompok penduduk miskin dengan kelompok pendidik yang lebih sejahtera.
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
Memanfaatkan hasil analisa pada Modul Monitoring SEPAKAT
Modul Monitoring merupakan modul untuk melihat kinerja penurungan kemiskinan daerah berdasarkan target daerah dalam dokumen RPJMD maupun berdasarkan target dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Pemanfaatan Modul Monitoring untuk penyusunan bab VIII terkait strategi, arah kebijakan dan program dapat dlihat dalam diagram sebagai berikut:
GAMBAR 13. PEMANFAATAN MODUL MONITORING UNTUK SISTEM MONITORING DAN EVALUASII
Berdasarkan diagram di atas maka modul monitoring dapat menghasilkan analisa terkait capaian kinerja penanggulangan kemiskinan, analisa indikator prioritas dan analisa area strategis prioritas. Berdasarkan analisa ini maka pilihan strategi dan arah kebijakan daerah dalam penanggulangan kemiskinan akan semakin terarah dikarenakan dukungan data dan analisa pada modul monitoring SEPAKAT.
Berikut ini adalah contoh pemanfaatan hasil analisa modul monitoring untuk mendukung penyusunan strategi dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah:
GRAFIK 12. PEMANFAATAN HASIL MONITORING UNTUK PENYUSUNAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
· Analisa capaian kinerja PK
· Analisa indikator prioritas
· Analisa area strategis
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Monitoring
Bab VII: Strategi Arah Kebijakan dan
Program PK Capaian kinerja PK RPJMD/SDG Indikator prioritas Area strategis prioritas
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 29
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD Dari rekap pencapaian indikator di atas terlihat bahwa indikator dinilai dengan warna hijau, kuning dan merah. Secara sederhana dapat dimaknai bahwa indikator yang harus diprioritaskan adalah yang berwarna merah. Rekap ini menunjukkan inditor mana saja yang harus menjadi prioritas ke depan sehingga strategi, arah kebijakan dan program harus difokuskan pada indikator-indikator tersebut.
Memanfaatkan Hasil Analisa pada Modul Evaluasi SEPAKAT
Modul evaluaisi dalam SEPAKAT dapat memberikan analisa terkait performa atau kinerja penurunan kemiskinan berdasarkan dekomposisi penurunan kemiskinan yakni efek pertumbuhan dan redistribusi. Melalui modul evaluasi ini dapat diketahui apakah pertumbuhan dan redistribusi berkontribusi positif terhadap penurunan kemiskinan di suatu daerah. Modul evauasi SEPAKAT juga menyediakan analisa clustering untuk memberikan gambaran performa daerah lain yang mempunyai karakteristik mirip dengan daerah yang dianalisis. Dengan hasil analisa ini akan dapat diidentifikasi strategi penanggulangan kemiskinan di masa mendatang berdasarkan efek pertumbuhan dan redistribusi suatu daerah.
Diagram pemanfaatan modul monitoring untuk penyusunan strategi, arah kebijakan dan progam dapat dilihat sebagaimana diagram di bawah ini:
GAMBAR 14. PEMANFAATAN MODIUL EVALUASI UNTUK STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Contoh pemanfaatan hasil modul evelasi SEPAKAT untuk penyusunan strategi dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan sebagai berikut:
Berdasarkan grafik 7 dapat dianalis bahwa penurunan kemiskinan di Kabupaten Pacitan terdorong dari efek pertumbuhan ekonomi sebesar -9,5 % poin, namun efek redistribusi berkontibusi negatif terhadap penurunan kemiskinan. Indikasi awal dari efek redistribusi yang tidak berkontribusi positif terhadap penurunan kemiskinan adalah alokasi anggaran untuk masyarakat miskin dan rentan kurang tepat guna dan kurang tepat sasaran. Indikasi lainnya adalah pemberian subsisi atau bantuan sosial kurang tepat sasaran. Dengan analisa ini maka strategi dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan ke depan harus memperhatikan soal pengalokasian anggaran dan subsidi atau bantuan sosial yang lebih tepat sasaran.
· Analisa dekomposisi penurunan kemiskinan
· Analisa clustering
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Evaluasi
Bab VIII: Sistem Monitoring dan Evaluasi Evaluasi dekomposisi PK Evaluasi PK berdasar cluster
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
GRAFIK 13. DEKOMPOSISI PENURUNAN ANGKA KEMISKINAN 2015-2018 KABUPATEN PACITAN
Memanfaatkan hasil analisa perencaaan dari Modul Perencanaan untuk perumusan program dan kegiatan
Salah satu ouput dari modul perencanaan adalah opsi intervensi yang dapat diterjemahkan dalam program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan daerah. Opsi intervensi ini dirumuskan secara konsisten dan berkesinambungan berdasarkan data yang dianalisa di modul analisis dan dilanjutkan dengan analisa lebih mendalam melalui pohon masalah. Dengan demikian program dan kegiatan keluran modul perencanaan dapat dijadikan salah satu rujukan dalam perumusan program pembangunan dalam dokumen SPKD. Berikut ini adalah contoh keluaran opsi intervensi pada modul perencanaan:
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 31
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD GAMBAR 15. KELUARAN OPSI INTERVENSI PADA MODUL PERENCANAAN
Dalam contoh diagram di atas, diketahui bahwa salah satu persoalan kabupaten ini terkait infrastruktur dasar adalah sanitasi yang kurang layak. Berdasarkan pohon masalah di atas, penyebab sanitasi tidak layak adalah: Tidak memiliki jamban, tempat pembuatan akhir berupa lubang tanah dan tinggal di perumahan kumuh. Berdasarkan penyebab di atas, sistem merekomendasikan bahwa penyebab yang akan diatasi adalah Tidak memiliki jamban sehingga opsi intervensi yang direkomendasikan adalah Pembangunan Sarana dan Prasarana Sanitasi.
BAB VIII: SISTEM MONIORING DAN EVALUASI
Memanfaatkan hasil analisa pada Modul Monitoring SEPAKAT
Salah satu tujuan bab ini adalah bagaimana sistem monitoring dan evaluasi dapat memastikan program terpantau dalam pelaksanaannya sehingga efektifitas program lebih terjamin. Salah satu kuncu pengembangan sistem monitoring dan evauasi ini adalah konsitensi ketersediaan data dan analisa yang dapat menggambarkan capaian kinerja, permasalahan dan rekomendasi yang dibutuhkan untuk perbaikan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di masa mendatang.
Dalam hal ini, salah satu ouput dari modul monitoring adalah memberikan gambatan atas capaian kinerja, indikator prioritas dan area strategis yang harus menjadi fokus perhatian. Dengan demikian modul monitoring SEPAKAT secara langsung dapat dimanfaatkan sebagai sistem monitoring SPKD. Berikut ini adalah diagram pemanfaatan modul monitoring SEPAKAT untuk mendukung penyusunan dan pelaksanaan monitoring SPKD.
Diagram pemanfaatan Modul Moniitoring untuk penyusunan Bab VIII terkait sistem monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD
GAMBAR 16. PEMANFAATAN MODUL MONITORING TERKAIT SISTEM MONITORING DAN EVALUASI
Berikut ini adalah contoh pemanfaatan hasil analisa modul monitoring untuk mendukung penyusunan strategi dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah:
GRAFIK 14. CONTOH PEMANFAATAN HASIL ANALISA MODUL MONITORING UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Dari rekap pencapaian indikator di atas terlihat bahwa indikator dinilai dengan warna hijau, kuning dan merah. Secara sederhana dapat dimaknai bahwa indikator yang harus diprioritaskan adalah yang berwarna merah. Rekap ini menunjukkan indikator mana saja yang perlu untuk dimonitor secara terus menerus dan perlu mendapatkan perhatian untuk perbaikan di masa mendatang.
Memanfaatkan Hasil Analisa pada Modul Evaluasi SEPAKAT
Modul evaluaisi dalam SEPAKAT dapat memberikan analisa terkait performa atau kinerja penurunan kemiskinan berdasarkan dekomposisi penurunan kemiskinan yaknii efek pertumbuhan dan redistribusi. Melalui modul evaluasi ini dapat dikertahui apakah pertumbuhan dan redistribusi berkontribusi positif terhadap penurunan kemiskinan di suatu daerah. Modul evauasi SEPAKAT juga menyediakan analisa clustering untuk memberikan gambaran performa daerah lain yang mempunyai karakteristik mirip dengan daerah yang dianalisis.
Diagram pemanfaatan Modul Monitoring untuk penyusunan sistem monitoring dan evaluasi ini dapat dilihat sebagaimana diagram di bawah ini:
· Analisa capaian kinerja PK
· Analisa indikator prioritas
· Analisa area strategis
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Monitoring
Bab VIII: Sistem Monitoring dan Evaluasi Capaian kinerja PK RPJMD/SDG Indikator prioritas Area strategis prioritas
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 33
Metode dan Pendekatan SEPAKAT untuk Penyusunan SPKD GAMBAR 17. PEMANFAATAN MODUL MONITORING UNTUK PENYUSUNAN SISTEM MONEV
Contoh pemanfaatan hasil modul evelasi SEPAKAT untuk evaluasi pelaksaaan strategi penanggulangan kemiskinan daerah sebagai berikut:
GRAFIK 15. DEKOMPOSISI PENURUNAN KEMISKINAN2015-2018 KABUPATEN PACITAN
Berdasarkan grafik ini dapat dianalis bahwa penurunan kemiskinan di Kabupaten Pacitan terdorong dari efek pertumbuhan ekonomi sebesar -9,5 % poin, namun efek redistribusi berkontibusi negatif terhadap penurunan kemiskinan. Indikasi awal dari efek redistribusi yang tidak berkontribusi positif terhadap penurunan kemiskinan adalah alokasi anggaran untuk masyarakat miskin dan rentan kurang tepat guna dan kurang tepat sasaran. Indikasi lainnya adalah pemberian subsisi atau bantuan sosial kurang tepat sasaran. Dengan hasil evaluasi ini maka strategi dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan ke depan harus memperhatikan soal pengalokasian anggaran dan subsidi atau bantuan sosial yang lebih tepat sasaran.
· Analisa dekomposisi penurunan kemiskinan
· Analisa clustering
MODUL SEPAKAT OUTPUT: DATA/ANALISA INPUT: SPKD DOKUMEN: SPKD
Modul Evaluasi
Bab VIII: Sistem Monitoring dan Evaluasi Evaluasi dekomposisi PK Evaluasi PK berdasar cluster
BAB 4
Kerangka Kerja dan
Pelaksanaan
Kerangka Kerja dan Pelaksanaan
ALUR DAN TAHAPAN
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 42 Tahun 2010, penyusunan SPKD di daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang pengkoordinasian penyusunannya menjadi tugas dan fungsi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) provinsi dan kabupaten/kota. Penyusunan dokumen SPKD ini sebaiknya melalui proses konsultasi dan uji publik dengan melibatkan Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Swasta dan pemangku kepentingan lainnya. Secara teknis untuk memudahkan TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengkoordinasikan penyusunan SPKD, TKPK dapat membentuk Tim Khusus Penyusun SPKD yang terdiri dari lintas SKPD, tim ini dapat dikuatkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah
PELAKSANAAN
Berikut ini adalah salah satu rancangan rencana kerja dan tatawaktu penyusunan dokumen SPKD di daerah menggunakan SEPAKAT.
No Kegiatan Utama Waktu Penanggung Jawab
1 Rakor TKPK penyusunan SPKD dan
pelatihan SEPAKAT 1 minggu Bappeda/Sekretariat TKPK 2 Penulisan draft TSPKD 4 minggu Tim teknis penyusunan SPKD 3 Workshop penulisan draft SPKD 1 minggu Bappeda/Sekretariat TKPK 4 Penulisan lanjutan draft SKPD hasil
worksop penulisan 6 minggu Tim teknis penyusunan SPKD 5 Lokakarya konsultasi publik SPKD
dan 1 minggu Bappeda/Sekretariat TKPK
6 Wokshop finalisasi draft SPKD 1 minggu Tim teknis penyusunan SPKD 7 Finalisasi dokumen SPKD 2 minggu Bappeda/Sekretariat TKPK Uraian masing-masing kegiatan dijelaskan sebagai berikut:
RAPAT KOORDINASI TKPK
Rapat koordiansi TKPK Kabupaten dilaksanakan dalam bentuk pemaparan dari narasumber dan diskusi tanya jawab terkait program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten, sosialisasi kebijakan dan strategi penanggulangan kemiskinan nasional, dan kebijakan daerah dalam penanggulangan kemiskinan. Kegiatan ini diikuti oleh tim TKPK, kepala OPD kunci penanggulangan kemiskinan, perwakilan masyarakat sipil, dan parapihak yang relevan dengan penanggulangan kemiskinan di kabupaten.
Panduan Pemanfaatan SEPAKAT
untuk Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) 37
Kerangka Kerja dan Pelaksanaan
PELATIHAN SEPAKAT
Kegiatan pelatihan SEPAKAT akan diselenggarakan selama 2,5 hari secara efektif dengan rincian sebagai berikut:
Pada hari ke-1, semua peserta akan mendapatkan materi pengantar SEPAKAT dan modul analisis, dilanjutkan dengan praktek untuk modul analisis menggunakan aplikasi SEPAKAT menggunakan data Kabupaten Polewali Mandar, Login dan password SEPAKAT akan disampaikan kepada seluruh peserta pelatihan. Sebelum dimulai pemaparan materi, para peserta akan melaksanakan pre-test untuk mendapatkan gambaran awal pemahanan peserta atas materi pelatihan.
Pada hari ke-2, para peserta mempelajari prioritiasi dan poverty brief, dilanjutkan dengan modul perencanaan dan modul penganggaran. Para peserta akan mempraktekkan modul perencaan dan penganggaran disesuaikan dengan analisa yang telah dibuat dalam modul analisis. Untuk memperkuat pemahaman dan ketrampilan peserta dalam pemanfaatan SEPAKAT, peserta akan dibagi dalam beberapa kelompok untuk melaksanakan analisis, merancang program, kegiatan dan merancang anggaran penanggulangan kemiskinan berdasarkan aplikasi SEPAKAT.
Pada hari ke-3, peserta akan mempresentasikan hasil kerja per kelompok untuk mendapatkan gambaran tingkat pemahaman dan ketrampilan peserta dalam memanfaatkan aplikasi SEPAKAT. Pada sesi akhir akan dilaksanakan post-test untuk mengetahui peningkatan pemahaman peserta atas keseluruhan materi.
Hasil utama pelatihan SEPAKAT untuk penyusunan SKPD adalah: Draft diagnosa kemiskinan Kabupaten, sebagai input dalam penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).
WORKSHOP PENULISAN DRAFT SPKD
Workshop Penulisan draft SKPD ini merupakan kelanjutan dari pelatihan SEPAKAT, tujuannya adalah: untuk mendiskusikan, merumuskan dan menuliskan diagnosa kemiskinan daerah sebagai salah satu rujukan dalam penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Di samping itu workshop ini juga akan membahas dan merumuskan outline dan subtansi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
Hasil utama dari kegiatan ini adalah:
1. Diagnosa kemiskinan Kabupaten, sebagai input dalam penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD).
2. Draft outline dan subtansi SPKD terutama Bab II: Kondisi Umum Daerah, Bab III: Profil Kemiskinan Daerah dan Bab IV: Prioritas Intervensi Kebijakan
Kerangka Kerja dan Pelaksanaan
PENULISAN LANJUTAN DRAFT SPKD HASIL WORKSHOP PENULISAN
Berdasarkan hasil workshop penulisan draft SPKD, proses penyusunan dokumen SPKD dilanjutkan dengan penulisan lanjutan. Tujuan utama dari proses ini adalah menghasilkan draf dokumen SPKD dengan alur dan tata penulisan yang telah disepakati dalam workshop penulisan. Dari poses ini setidaknya dapat dihasilkan draft SPKD untuk seluruh bab.
LOKAKARYA/KONSULTASI PUBLIK SPKD
Kegiatan ini merupakan kegiatan konsultasi publik yang bertujuan untuk mensosialisasikan draft SPKD dan mendapatkan review dan input atas draft SPKD yang telah disusun. Hasil utama dari kegiatan ini adalah hasil review dan input parapihak atas draft SPKD yang telah disusun.
WORKSHOP FINALISASI DRAFT SPKD
Kegiatan workshop finalisasi draft SPKD yang bertujuan untuk mendiskusikan dan merumuskan hasil-hasil konsultasi publik sebagai input finalisasi dokumen SPKD. Hasil utama dari kegiatan ini final outline dan final draft SPKD berdasarkan review dan input parapihak dalam konsultasi publik.
FINALISASI DOKUMEN SPKD
Finalisasi dokumen SPKD merupakan tahap akhir dari kegiatan peyusunan dokumen SPKD. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan seluruh subtasni dan teknis penulisan dokumen SPKD telah sesuai dengan rencana penulisan dokumen. Dalam tahap ini sekaligus dilaksanakan editing teknis untuk memastikan format penulisan telah sesuai dengan dan tidak ada kesalahan penulisan dokumen.
BAB 5
Penutup
Kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan merupakan isu yang sangat penting dan telah menjadi agenda bersama baik di tingkat global, nasional, maupun lokal. Dengan demikian sudah seharusnya isu-isu ini dijadikan salah satu agenda prioritas dalam rencana strategis pembangunan nasional maupun pembangunan daerah provinsi dan kabupaten/kota. Strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan, ketimpangan dan kerentanan telah disusun oleh pemerintah, namun dalam implementasinya pemerintah daerah merupakan ujung tombak yang akan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan kemiskinan. Inovasi, akselerasi dan kolaborasi merupakan kata kunci kesuksesan penurunan kemiskinan, pengurangan ketimpangan dan antisipasi kerentanan.
Sebuah cara yang tepat dalam membuat analisis dan merumuskan permasalahan kemiskinan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang lebih efektif. Dalam konteks penyusunan dokumen Strategi Penanggulangan Kemisnan Daerah (SPKD), analisa dan rumusan permasalahan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik wilayah merupakan merupakan kunci dalam penyusunan kebijakan, program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dapat menjawab kebutuhan daerah.
Buku Panduan Pemanfaatan SEPAKAT untuk penyusunan SPKD ini merupakan salah satu upaya untuk membantu pemerintah daerah khususnya, dan pihak-pihak lain seperti masyarakat, organisasi masyarakat sipil serta LSM dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan isu-isu strategis kemiskinan di daerah yang dituangkan dalam sebuah dokumen SPKD.
Diharapkan dengan tersusunnya dokumen SPKD yang baik akan membantu daerah dalam mencapai target penangulangan kemiskinan sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen rencana pembangungan daerah (RPJMD), nasional (RPJMN) dan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.