• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Risiko Teknologi Informasi Di Divisi Produksi PT. X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Risiko Teknologi Informasi Di Divisi Produksi PT. X"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Risiko Teknologi Informasi di Divisi Produksi PT.X

Stevie Pramudita¹, Adi Wibowo², Ibnu Gunawan³

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131

Surabaya 60236 Telp. (031) – 2983455

Fax. (031) – 8417658

Email : steve02_05@yahoo.co.id¹, adiw@petra.ac.id², ibnu@petra.ac.id³

ABSTRAK

PT. X merupakan suatu perusahaan yang bergerak di industri rokok. Dalam menjalankan proses bisnisnya, perusahaan ini menggunakan software, hardware, jaringan, dan mesin yang digunakan untuk proses produksi. Tetapi perusahaan kurang melakukan monitoring terhadap alat-alat IT di perusahaan sehingga bila terjadi masalah, proses perbaikan masalah tersebut menjadi terlambat, dan perusahaan tidak memiliki rencana bila terjadi bencana.

Pada skripsi ini dilakukan analisa risiko terhadap IT di perusahaan dan proses bisnis yang ada di perusahaan. Langkah-langkah dalam melakukan analisa risiko tersebut yaitu dengan menggunakan COBIT 4.1, ISO 31000 dan untuk perhitungan menggunakan Risk Rating Methodology OWASP.

Risiko-risiko yang ditemukan di perusahaan dari skala Critical-High yaitu tidak adanya Disaster Recovery Plan (DRP), hasil backup data disimpan diruangan yang sama dengan server utama, tidak adanya monitoring dalam mem-backup data, backup data hanya dilakukan secara onsite, tidak adanya pencatatat data yang di backup.

Respon yang akan diberikan kepada perusahaan yaitu perusahaan sebaiknya membuat DRP sehingga bila terjadi bencana data penting perusahaan tidak hilang, tempat untuk menyimpan hasil backup sebaiknya berbeda dengan server utama, perusahaan sebaiknya melakukan monitoring sewaktu mem-backup data, backup juga harus dilakukan secara offsite, dan seharusnya terdapat pencatatan data yang di backup sehingga bila data tersebut hilang maka data tersebut dapat dengan mudah di restore.

Kata Kunci:

Analisa Risiko, COBIT 4.1, ISO 31000, OWASP

ABSTRACT

PT. X is a tobacco company. In order to support its business processes, this company uses software, hardware, network and machines for production process. However, this company is lack of monitoring of IT tools so that when problems occur, the problem solving can be delayed, and it has no plans if disaster might happen.

This thesis assess IT risks and company’s business processes. This assessment uses COBIT 4.1 standard, ISO 31000, and for the calculation used Risk Rating Methodology OWASP.

Risks that have Critical-High scale are no Disaster Recovery Plan, backup result is stored in the same room with the main server, no monitoring in data backing up, data backup is just done in onsite technique, no backup data recording.

The responses to the company’s risk factors are that company

should make DRP so that when any disaster occurs, company’s

important data is not lost, backup storage should located, at different place than main server, company should backup process, and backup should be done by offsite technique, so when any data is lost, it can be easily restored.

Keywords:

Risk Analysis, COBIT 4.1, ISO 31000, OWASP

1. PENDAHULUAN

PT. X merupakan suatu perusahaan yang bergerak di industri rokok. Dalam menjalankan proses bisnisnya, perusahaan ini menggunakan software, hardware, jaringan, dan mesin yang digunakan untuk proses produksi. Tetapi perusahaan kurang melakukan monitoring terhadap alat-alat IT di perusahaan sehingga bila terjadi masalah, proses perbaikan masalah tersebut menjadi terlambat, dan perusahaan tidak memiliki rencana bila terjadi bencana.

Divisi Produksi di PT. X khususnya dalam mengatasi risiko IT belum pernah dilakukannnya analisa risiko yang dapat mengetahui risiko-risiko IT apa saja yang mungkin terjadi di perusahaan sehingga risiko-risiko tersebut dapat menghambat proses bisnis yang terjadi di perusahaan.

Dalam skripsi ini dilakukannya analisa risiko IT perusahaan. Dengan menggunakan beberapa teori penunjang. Teori-teori yang dipakai yaitu ISO 31000 untuk mengetahui langkah-langkah dalam menganalisa risiko, COBIT 4.1. untuk memilih proses yang akan digunakan dalam menganalisa risiko di perusahaan, dan OWASP untuk melakukan analisa perhitungan score yang dapat mengetahui faktor risiko yang paling berbahaya atau berisiko yang akan dialami oleh perusahaan.

Dari teori-teori yang digunakan sehingga dapat menghasilkan faktor risiko yang paling berisiko untuk perusahaan dan respon-respon dalam mengatasi setiap risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.

(2)

2. LANDASAN TEORI

2.1 ISO 31000

ISO 31000 merupakan standart international pedoman penerapan manajemen risiko yang diterbitkan oleh International Organization for Standardization. Di dalam ISO 31000 terdapat 11 prinsip, 4 components dan 6 proses [2].

6 proses yang terdapat dalam ISO 31000 yaitu:  Communication and Consultation

Harus adanya konsultasi yang membahas tentang manajemen risiko agar mereka mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan manajemen risiko, dan mereka harus mempunyai dasar di mana keputusan dibuat dan alasan mereka mengapa tindakan tersebut harus dilakukan

Establishing the context

Saat membuat konteks untuk proses manajemen risiko, mereka perlu dipertimbangkan secara lebih rinci dan jelas khususnya bagaimana mereka berhubungan dengan lingkup proses manajemen risiko tertentu.

Risk Assessment

Proses dalam Risk Assessment yaitu:

o Risk Identification

Tahap awal dimana seorang analis harus bisa menghasilkan daftar lengkap risiko – risiko yang dialami sebuah perusahaan yang mungkin nantinya risiko tersebut dapat terulang kembali. Pada tahap ini risiko tersebut haruslah jelas karena risiko tersebut harus bisa dipilah apakah risiko tersebut dapat terus meningkat, apakah risiko tersebut dapat dicegah, dan apakah risiko tersebut dapat diatasi dengan segera atau risiko tersebut dapat diturunkan tingkat keseriusan risiko tersebut. Karena pada tahap ini, risiko tersebut bila setelah selesai di tahap identifikasi maka risiko tersebut akan dibawa ketahap analisis, maka dari itu informasi yang di dapat haruslah informasi yang relevan dan informasi tersebut harus up-to-date.

o Risk Analysis

Tahapan kedua dalam Risk Assessment, pada tahapan ini adalah tahap pengembangan dari risiko –

risiko yag telah ada di tahap Risk Identification. Pada tahap pengembangan ini perlu dilakukan evaluasi risiko apakah risiko ini perlu ditangani dengan segera atau bisa ditangani berikutnya. Dengan membuat tabel likelihood dan impact dari semua risiko yang ada.

o Risk Evaluation

Tahap risiko untuk membantu dalam membuat keputusan, berdasarkan hasil analisis risiko, tentang risiko yang membutuhkan penanganan dengan segera atau risiko tersebut bisa ditangani berikutnya, jadi pada tahapan ini seorang analis risiko akan memprioritaskan risiko mana yang harus didahulukan penangannya dan risiko mana yang nantinya bisa ditangani.

Risk Treatment

Risk Treatment adalah tahapan pemilihan apakah risiko dapat diterima atau ditolak, bila risiko tersebut diterima apakah ada penanganan yang secara mendalam lagi, bila risiko tersebut ditolak apakah ada risiko baru yang akan datang.

Monitoring and Review

Kemajuan aktual dalam melaksanakan rencana perlakuan resiko memberikan ukuran kinerja dan dapat dimasukkan ke dalam manajemen kinerja organisasi,

pengukuran dan pelaporan kegiatan internal dan eksternal. Pemantauan dan review dapat melibatkan pemeriksaan biasa atau pengawasan dari apa yang sudah ada atau bisa periodik.  Recording the risk management process

Aktivitas manajemen risiko harus dicatat, sehingga dari catatan tersebut dapat dijadikan perbaikan dari risiko–risiko yang ada.

2.2 COBIT 4.1

Control Objective for Information and Related Technology (CobiT). CobiT 4.1 adalah model standart pengelolahan IT yang mendapatkan pengakuan luas, dikembangkan oleh Information Technology Governance Institute (ITGI) dari Information System Audit and Control Association ( ISACA ). Dalam CobiT 4.1 terdapat 4 domain dan terdapat 34 proses. 4 domain yang terdapat dalam CobiT yaitu : (1). Plan and Organize, (2). Acquisition and Implementation, (3). Delivery and Support, (4). Monitoring and Evaluation [5].

Dari proses di Cobit 4.1. proses yang diambil oleh penulis yaitu Delivery and Support (DS) 3 dan Delivery and Support (DS) 4. Dalam DS 3 terdapat 5 Control Objective yaitu:

Performance and Capacity PlanningFuture Performance and CapacityIT Resources AvailabilityMonitoring and Reporting

Dalam DS 4 terdapat 10 Control Objective yaitu:IT Continuity Framework

IT Continuity PlansCritical IT Resources

Maintanance of the IT Continuity PlanTesting of the IT Continuity PlanIT Continuity Plan Training

Distribution of the IT Continuity PlanService Recovery and ResumptionOffsite Backup Storage

Post Resumption Review

2.3 Kriteria Penilaian Risiko Berdasarkan

Analisa Risiko di Perpustakaan Universitas

Kristen Petra

Penilaian risiko didapatkan dari hasil perkalian nilai likelihood dan nilai impact. Untuk mendapatkan nilai likelihood dan impact dari setiap faktor risiko, maka dibutuhkan kriteria-kriteria untuk menilai nilai dari setiap risiko yang ada [1]. Kriteria yang digunakan untuk menilai likelihood yaitu :

1. Skill Level

Skill Level dapat menjadi ukuran dalam terjadinya suatu risiko yang terjadi di perusahaan. Hal ini digunakan untuk mengukur seberapa tinggi yang dimiliki oleh staff IT jika adanya threat agent yang mencoba untuk menerobos sistem keamanan yang ada. 2. Management and Stakeholder Support

Dukungan dari beberapa pihak agar pengetahuan terhadap risiko agar dapat diaplikasikan.

3. Teamwork

Teamwork mengukur seberapa solid tim tersebut dalam melakukan pencegahan risiko bila risiko tersebut terjadi.

4. Project Management

Project Management diukur seberapa mampuhkah project management untuk menangani risiko yang ada.

(3)

5. Awareness

Adanya kesadaran dengan semua pihak terhadap risiko yang terjadi dan adanya tindakan untuk meminimalkan risiko tersebut agar risiko tersebut tidak terjadi lagi.

Kriteria yang digunakan untuk menilai impact yaitu : 1. Confidentiality

Confidentiality yaitu jika terjadi masalah banyak layanan yang mengalami gangguan. Gangguan-gangguan yang mungkin bisa terjadi yaitu data rusak, kerahasiaan data tidak terjaga bahkan data yang dimiliki oleh perusahaan bisa hilang.

2. Integrity

Adanya kesinambungan antara alat-alat IT dengan keperluan bisnis yang ada. Semakin tidak cocoknya alat-alat IT dengan kepentingan bisnis, semakin tinggi risiko yang harus di tanggung oleh perusahaan.

3. Availability

Availability yaitu mengukur seberapa banyak layanan yang tidak tersedia akibat terjadinya risiko tersebut bila risiko tersebut terjadi di perusahaan

4. Accountability

Accountability yaitu mengukur seberapa jauh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam meminimalkan risiko tersebut. 5. Layanan

Mengukur seberapa parah dampak terhadap layanan ketika risiko tersebut terjadi. Bila layanan menjadi lebih buruk maka dampak yang diterima perusahaan menjadi lebih besar.

Kriteria penilaian risiko diatas berdasarkan Analisa Risiko di Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Berikut kriteria impact berdasarkan OWASP.

2.4 Kriteria Penilaian Risiko Berdasarkan

OWASP

Berikut merupakan salah satu kriteria impact berdasarkan OWASP [6]. Berikut kriteria impact yang digunakan.

1. Financial Damage

Mengukur seberapa parah dampak risiko karena adanya kerugian keuangan perusahaan yang nantinya akan berdampak pada profit perusahaan

Gambar 1 Overall Likelihood [6].

Gambar 2 Overall Impact [6].

Gambar 3 Likelihood and Impact Levels [6].

Gambar 4 Overall Risk Severity [6].

3. PENILAIAN RISIKO

3.1

Penentuan Kriteria Penilaian Risiko

Tabel 1. Penentuan Kriteria Penilaian Risiko

Kriteria

Sumber

Keterangan*

Skill Level Analisa Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Sesuai dengan sumber. Management and Stakeholder Support Pengembangan analisa berdasarkan ITRISK ASSESSMENT DI PERPUSTAKAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA. Definisi : Dukungan dari beberapa pihak agar pengetahuan terhadap risiko agar dapat diaplikaskan - Management and Stakeholder Support mendukung dan menyetuji adanya kebijakan penanganan suatu risiko yang terjadi (1). - Management and Stakeholder Support mendukung adanya pencegahan risko tetapi management hanya menganggap sebagian kecil pentingnya penanganan suatu risiko yang terjadi (4). - Management and Stakeholder Support mendukung adanya pencegahan risiko tetapi management kurang menganggap pentingnya

(4)

penanganan suatu risiko yang terjadi. (6) - Management and Stakeholder Support tidak mendukung dan menyetujui bahkan mempersulit untuk dilakukannya pencegahan penanganan suatu risiko (9). *(1), (4), (6), (9) yaitu score di tiap-tiap kriteria. Teamwork Analisa Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Sama dengan sumber. Project Management Analisa Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Sama dengan sumber. Awareness Pengembangan analisa berdasarkan IT RISK ASSESSMENT DI PERPUSTAKAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA. Definisi : Adanya kesadaran dengan semua pihak terhadap risiko yang terjadi dan adanya tindakan untuk

meminimalkan risiko tersebut agar risiko tersebut tidak terjadi lagi. - Adanya kesadaran untuk melakukan tindakan pencegahan agar risiko tersebut berkurang (1). - Adanya kesadaran akan tetapi minimnya tindakan untuk mencegah risiko tersebut terjadi (3). - Kecilnya kesadaran dan minimnya tindakan yang dilakukan untuk mencegah risiko tersebut terjadi (5). - Tidak adanya kesadaran dan dorongan untuk meminimalkan risiko tersebut (9). *(1), (3), (5), (9) yaitu score di tiap-tiap kriteria. Integrity Analisa Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Sesuai dengan sumber. Confidentiality Analisa Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Sesuai dengan sumber. Availability Pengembangan analisa berdasarkan IT RISK ASSESSMENT DI PERPUSTAKAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA. Definisi : mengukur seberapa banyak layanan yang tersedia akibat terjadinya risiko tersebut bila risiko tersebut terjadi di perusahaan. - Semua layanan tetap tersedia sekalipun risiko tersebut terjadi (1). - Semua kecil layanan saja yang tidak berfungsi akibat dari risiko tersebut (5). - Sebagian besar layanan yang tidak dapat berfungsi bila risiko tersebut terjadi. (7). - Hampir sebagian besar layanan tersebut tidak berfungsi ketika risiko tersebut terjadi (9). *(1), (5), (7), (9) yaitu score di tiap-tiap kriteria. Accountability Analisa Perpustakaan Universitas Kristen Petra. Sesuai dengan sumber.

(5)

Layanan / Service Pengembangan analisa berdasarkan IT RISK ASSESSMENT DI PERPUSTAKAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA. Mengukur seberapa parah dampak terhadap layanan ketika risiko tersebut terjadi. Bila layanan menjadi lebih buruk maka dampak yang diterima perusahaan menjadi lebih besar. - Tidak adanya dampak terhadap layanan bila risiko tersebut terjadi (1). - Hanya sebagian kecil saja layanan yang terganggu atau terkena dampak bila risiko tersebut terjadi (7). - Hampir semua layanan yang terganggu sehingga fungsi kerja menjadi menurun (9). *(1), (7), (9) yaitu score di tiap-tiap kriteria. Financial Damage Pengembangan

analisa berdasarkan OWASP Mengukur seberapa parah dampak risiko karena adanya kerugian keuangan perusahaan yang nantinya akan berdampak pada profit perusahaan. - Kerugian yang diterima perusahaan tidak berdampak pada perusahaan (1). - Kerugian yang diterima perusahaan berdampak kecil pada profit perusahaan (4). - Kerugian yang diterima perusahaan berdampak besar pada profit perusahaan (6). - Kerugian yang diterima perusahaan dapat menyebabkan perusahaan bangkrut (9). *(1), (4), (6), (9) yaitu score di tiap-tiap kriteria.

3.2 Risk Severity

Pada Risk Severity akan diambil 10 tertinggi dari Risk Factors berdasarkan nilai dari Risk Severity yang tertinggi.

Tabel 2. Risk Severity berdasarkan urutan

Rank No. Risiko Risk

Severity Level Overall Level 1. 13. Tidak adanya monitoring dalam mem-backup data. 31.886 MH High 2. 14.

Hasil backup data disimpan di ruangan yang sama dengan server utama.

30.346 MH High

3. 7. Tidak adanya Disaster

Recovery Plan. 27.152 MH High

4. 12.

Proses backup hanya disimpan di pita tape dan harddisk lain.

22.830 MH High

5. 15.

Tidak adanya

pencatatan data yang di

backup, hanya dilakukannya proses backup. 22.310 MH High 6. 2. Proses monitoring hanya dilakukan setiap pagi hari sewaktu memasuki jam kerja

17.788 MM Medium

7. 5.

Tidak adanya

pelaporan secara rutin tentang performa dan kapasitas IT

16.745 MM Medium

8. 3.

Tidak adanya aplikasi dalam menanggulangi kinerja bandwidth bila terjadi lonjakan kapasitas. 16.075 MM Medium 9. 4. Divisi IT tidak menghitungkan kerugian finansial akibat alat-alat IT tidak sesuai

14.574 HL Medium

10. 11.

Tidak adanya

pencegahan masalah agar masalah tersebut tidak berlanjut.

(6)

3.3 Risk Respose Planning

Risk Response Planning merupakan bagaimana cara perusaahaan harus beraksi terhadap risiko tersebut. Dari risiko yang ada, maka dapat disimpulkan Risk Response Planning yang disarankan, Berikut adalah 10 contoh Risk Response

Tidak adanya monitoring dalam mem-backup data. Risk Severity : High

Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Sesuai standart ISO 22313 sebaiknya perusahaan melakukan monitoring terhadap setiap proses yang ada berada di perusahaan.

Hasil backup data disimpan di ruangan yang sama dengan server utama.

Risk Severity : High Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk faktor risiko tersebut yaitu sebaiknya hasil backup disimpan di ruangan yang berbeda dengan server utama. Minimal di tiga tempat yang berbeda sehingga bila terjadi gangguan seperti kebakaran, maka data-data penting perusahaan dapat terselamatkan sehingga proses bisnis dapat berjalan dengan lancar.

Sesuai dengan standart NIST 800-34 dikatakan tempat penyimpanan hasil backup harus berada di ruangan yang berbeda dengan server utama sehingga data-data penting perusahaan dapat lebih aman.

Tidak adanya Disaster Recovery Plan. Risk Severity : High

Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk menghadapi perusahaan karena tidak adanya Disaster Recovery Plan yaitu seharusnya perusahaan membuat rencana bila terjadi gangguan-gangguan seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, tsunami sehingga bila bencana tersebut terjadi perusahaan mempunyai respon yang tanggap dalam mengatasi bencana tersebut.

Sesuai standart NIST 800-34 perusahaan harus membuat rencana untuk mengatasi bencana yang ada seperti kebakaran, gempa bumi, tsunami, banjir dan perusahaan harus mempunyai rencana recovery bila bencana tersebut selesai sehingga proses bisnis yang terjadi di perusahaan dapat berlangsung secara terus-menerus.

Proses backup hanya disimpan di pita tape dan harddisk lain. Risk Severity : High

Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Proses backup hanya dilakukan secara onsite data-data penting perusahaan disimpan di media harddisk dan pita tape, seharusnya proses backup juga terjadi secara offsite yaitu proses penyimpanan data-data penting perusahaan di dalam cloud seperti dropbox, google drive, sehingga data-data penting perusahaan menjadi lebih aman dan proses bisnis dapat berjalan dengan lancar.

Sesuai dengan standart ISO 22313 proses backup juga harus dilakukan secara offsite sehingga data-data penting perusahaan tersebut menjadi lebih aman dari masalah yang ada seperti kebakaran, banjir, tsunami, gempa bumi.

Tidak adanya pencatatan data yang di backup, hanya dilakukannya proses backup

Risk Severity : High Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk mengatasi risiko tersebut adalah sebaiknya perusahaan melakukan pencatatan data-data penting apa saja perusahaan yang di backup, sehingga bila terjadi masalah maka data tersebut dapat dengan mudah ditemukan, sehingga data penting tersebut dapat dengan mudah di restore. Sesuai dengan standart ISO 22313 perusahaan sebaiknya melakukan pencatatan data setelah dilakukannya monitoring sehingga data tersebut menjadi lebih aman.

Proses monitoring hanya dilakukan setiap pagi hari sewaktu memasuki jam kerja

Risk Severity : Medium Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon terhadap risiko ini proses monitoring hanya dilakukan pagi hari tidak menjadi masalah, akan tetapi sebaiknya jika proses monitoring hanya dilakukan pada pagi hari maka perusahaan sebaiknya mempunyai aplikasi yang dapat memberikan pesan kepada staff IT jika terjadi kerusakan atau gangguan pada alat-alat IT sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan dengan cepat.

Sesuai dengan standard NIST 800-34 perusahaan dapat mengintall suatu software yang dapat mengatasi masalah lonjakan kapasitas dengan cara memberikan peringatan kepada staff IT bila terjadinya lonjakan seperti mengirimkan email kepada staff IT.

 Tidak adanya pelaporan secara rutin tentang performa dan kapasitas IT

Risk Severity : Medium Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk risiko ini adalah divisi IT haruslah memberikan pelaporan secara rutin dengan management tentang performa dan kapasitas IT.

Sesuai dengan standart ISO 22313 setiap karyawan sebaiknya memberikan pelaporan kepada management tertinggi tentang performa dan kapasitas IT.

 Tidak adanya aplikasi dalam menanggulangi kinerja bandwidth bila terjadi lonjakan kapasitas.

Risk Severity : Medium Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk risiko tersebut yaitu perusahaan sebaiknya menambahkan suatu aplikasi yang dapat mengetahui bila terjadi lonjakan kapasitas bandwidth sehingga karyawan atau staff IT dapat mengetahui lonjakan kapasitas tersebut. Sesuai dengan standard NIST 800-34 perusahaan dapat mengintall suatu software yang dapat mengatasi masalah lonjakan kapasitas dengan cara memberikan peringatan kepada staff IT bila terjadinya lonjakan seperti mengirimkan email kepada staff IT.

Divisi IT tidak menghitungkan kerugian finansial akibat alat-alat IT tidak sesuai

Risk Severity : High Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk menghadapi risiko tersebut yaitu perusahaan harus memperhitungkan setiap kerugian akibat alat-alat IT tidak sesuai.

Sesuai standart ISO 22313 setiap perusahaan sebaiknya menghitungkan kerugian finansial akibat alat-alat IT tidak sesuai..

(7)

 Tidak adanya pencegahan masalah agar masalah tersebut tidak berlanjut.

Risk Severity : High Risk Response : Lessen

Latar Belakang Pemilihan Risk Response :

Respon untuk mengatasi masalah ini yaitu sebaiknya perusahaan memberikan pencegahan terhadap respon yang terjadi sehingga masalah yang di timbulkan tidak terjadi secara terus-menerus.

Sesuai dengan ISO 22313 suatu organisasi harus meminimalisir risiko yang ada sehingga risiko tersebut tidak terjadi secara terus-menerus.

4. KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Risiko-risiko dalam bidang IT yang mungkin terjadi selama berjalannya proses bisnis dan tindakan mitigasi yang dapat dilakukan oleh PT. X adalah :

Tidak adanya monitoring dalam mem-backup data.

Response: Lessen dengan menggunakan standard ISO 22313 sebaiknya perusahaan melakukan monitoring terhadap setiap proses yang ada di perusahaan.

 Hasil Backup data disimpan di ruangan yang sama dengan server utama.

Response: Lessen dengan menggunakan standard NIST SP 800-34 setiap karyawan harus mempunyai peran dan tanggung jawab dalam memberikan respon yang baik dalam setiap masalah yang ada, sehingga jika dengan adanya respon yang baik, masalah tersebut dapat terselesaikan.  Tidak adanya Disaster Recovery Plan

Response: Lessen sesuai standard NIST 800-34 perusahaan harus membuat rencana untuk mengatasi bencana yang ada seperti kebakaran, gempa bumi, banjir, tsunami dan perusahaan harus mempunyai rencana recovery bila bencana tersebut selesai sehingga proses bisnis yang terjadi di perusahaan dapat berlangsung secara terus-menerus.  Proses backup hanya disimpan di pita tape dan harddisk

lain.

Response: Lessen sesuai standard ISO 22313 proses backup juga harus dilakukan secara offsite sehingga data penting perusahaan menjadi lebih aman bila terjadi masalah seperti kebakaran, banjir, gempa bumi.

Tidak adanya pencatatan data yang di backup, hanya dilakukannya proses backup

Response: Lessen, sesuai standard ISO 22313 perusahaan harus melakukan pencatatan data setelah dilakukannya monitoring sehingga data tersebut menjadi lebih aman.Proses monitoring hanya dilakukan setiap pagi hari sewaktu

memasuki jam kerja.

Response: Lessen, proses monitoring hanya dilakukan pada pagi hari tidak menimbulkan masalah akan tetapi sesuai standard NIST SP 800-34 perusahaan dapat meng-install software yang dapat mengatasi masalah dengan cara memberikan peringatan kepada staff IT bila terjadi masalah dengan cara mengirimkan email kepada staff IT.

 Tidak adanya pelaporan secara rutin tentang performa dan kapasitas IT.

Response: Lessen, sesuai standard ISO 22313 setiap karyawan sebaiknya memberikan pelaporan kepada managemen tertinggi tentang performa dan kapasitas IT.

 Tidak adanya aplikasi dalam menanggulangi kinerja bandwidth bila terjadi lonjakan kapasitas.

Response: Lessen dengan memilih standar NIST 800-34 perusahaan dapat menginstall suatu software yang dapat mengatasi masalah lonjakan kapasitas dengan cara memberikan peringatan kepada staff IT bila terjadi masalah dengan cara mengirimkan email kepada staff IT.

 Divisi IT tidak menghitungkan nominal kerugian finansial akibat alat-alat IT tidak sesuai.

Response : Lessen, dengan memilih standard ISO 22313 setiap perusahaan sebaiknya menghitungkan kerugian finansial akibat alat-alat IT tidak sesuai.

 Tidak adanya pencegahan masalah agar masalah tersebut tidak berlanjut.

Response : Lessen, sesuai standard ISO 22313 suatu organisasi harus meminimalisir risiko yang ada sehingga risiko tersebut tidak terjadi secara terus-menerus.

 Terlambatnya respon yang ditunjukkan bila divisi-divisi lain mengalami gangguan.

Response: Lessen, sesuai dengan standard NIST 800-34 setiap karyawan harus mempunyai peran dan tanggung jawab dalam memberikan respon yang baik dalam setiap masalah yang ada, sehingga jika dengan adanya respon yang baik, masalah tersebut dapat dengan selesai terselesaikan

 Tidak adanya pelatihan karyawan tentang alat-alat IT yang baru.

Response : Lessen, sesuai standart ISO 22313 perusahaan harus memberikan pelatihan dalam bentuk apapun kepada karyawan sehingga dengan adanya pelatihan tersebut dapat meminimalkan risiko tersebut terjadi.

 Tidak adanya framework dalam menyusun tentang perencanaan teknologi informasi

Response: Lessen, sesuai dengan standard ISO 38500 dijelaskan bahwa perusahaan harus menerapkan 6 prinsip agar bisnis tetap berlangsung. 6 prinsip yang harus dimiliki perusahaan yaitu responsibility, strategy, acquisition, performance, conformance, human behaviour.

Tidak adanya framework dalam menyusun teknologi informasi untuk meningkatkan performa dan kapasitas IT Response: Lessen, sesuai dengan standard ISO 38500 dijelaskan bahwa perusahaan harus menerapkan 6 prinsip agar bisnis tetap berlangsung. 6 prinsip yang harus dimiliki perusahaan yaitu responsibility, strategy, acquisition, performance, conformance, human behaviour.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Chrisdiyanto, I (2013). IT Risk Assessment di perpustakaan Universitas Kristen Petra. Surabaya.

[2] Draft International Standard. (2008). ISO/DIS 31000 : Risk Management-Principles and Guidelines on Implementation. [3] Draft International Standard (2011). ISO/DIS 22313 :

Sociental security–Business continuity management system –Guidance.

[4] International Standard (2008). ISO/IEC 38500: Corporate governance of information technology.

[5] IT Governance Institute. (2007). Cobit 4.1. USA:ISACA [6] OWASP Risk Rating Methodology. (2008). The OWASP Risk Rating Methodology. Retrieved Sept. 17, 2013, from https://www.owasp.org/index.php/OWASP_Risk_Rating_M ethodology

(8)

Gambar

Gambar 2 Overall Impact [6].
Tabel 2. Risk Severity berdasarkan urutan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran dari filter yang diusulkan dengan kerugian masukan yang kecil, ukuran yang kecil dan padat, dan stopband yang sangat lebar lebih dari 12fo dengan level

Dengan adanya aplikasi registrasi dan inventarisasi koleksi ini, Museum Teknoform dapat memudahkan mengelola data koleksi museum dalam satu database terpusat, melakukan

Suatu penelitian yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (1999:20) dan Chermiss (1998:91) terhadap beberapa subjek penelitian dalam beberapa perusahaan maka hasil yang didapat

Ini menunjukkan bahwa dalam setiap acara adat yang dilakukan seperti maanta marapulai di Kenagarian Lubuk Alai Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat nilai budaya

Hal ini menunjukkan nilai signifikansi 0,272 yang menandakan korelasi antara kadar triasilgliserol darah dengan kadar hs-CRP tidak signifikan, sedangkan untuk nilai

Pengeringan dengan metode oven drying dengan perlakuan pendahuluan perendaman dalam asam sitrat dan larutan maltodekstrin berpotensi untuk mendapatkan pewarna bit merah

Berkaitan fungsi bimbingan dan konseling islami membantu individu yang mengalami kecemasan akan dibimbing, diarahkan agar menyadari yang dialami, kemudian dapat

Berdirinya Pura Majapahit tidak bisa dilepaskan kaitanya dengan tiga buah kerajaan yakni Mengwi, Jembrana dan Blambangan.Ketiga kerajaan inilah yang nantinya mendirikan