• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian aspek ideasional dan interpretasi biografis karya foto Stephanus Setiawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian aspek ideasional dan interpretasi biografis karya foto Stephanus Setiawan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ASPEK IDEASIONAL

DAN INTERPRETASI BIOGRAFIS

KARYA FOTO STEPHANUS SETIAWAN

SKRIPSI

Bachtiar Firgiawan Wahono

NIM 1110554031

JURUSAN FOTOGRAFI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2016

(2)

KAJIAN ASPEK IDEASIONAL

DAN INTERPRETASI BIOGRAFIS

KARYA FOTO STEPHANUS SETIAWAN

TUGAS AKHIR

SKRIPSI

untuk memenuhi persyaratan derajat sarjana Program Studi Fotografi

Bachtiar Firgiawan Wahono

NIM 1110554031

JURUSAN FOTOGRAFI

FAKULTAS SENI MEDIA REKAM

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2016

(3)
(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan sebagai tanda bakti kepada Bapak dan Ibu yang tidak pernah lelah mendoakan yang terbaik bagi putranya,

serta sebagai tanda cinta kepada Kakak, Adik, seluruh keluarga, dan para sahabat yang telah memberikan semangat serta kasih sayang.

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Bachtiar Firgiawan Wahono

No. Mahasiswa : 1110554031 Program Studi : S-1 Fotografi

Judul Skripsi : Kajian Aspek Ideasional dan Interpretasi Biografis

Karya Foto Stephanus Setiawan

menyatakan bahwa dalam Skripsi Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun dan juga tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diteritkan oleh pihak lain sebelumnya, kecuali secara tertulis saya sebutkan dalam daftar pustaka.

Saya bertanggung jawab atas Skripsi Tugas Akhir saya ini, dan saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku, apabila di kemudian hari diketahui dan terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini.

Yogyakarta, 18 Januari 2016 Yang menyatakan

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Tak lupa, shalawat serta salam selalu dihaturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Sebagai salah satu persyaratan kelulusan meraih gelar sarjana seni di Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, penulis membuat karya tulis ilmiah sebagai Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Kajian Aspek Ideasional dan Interpretasi Biografis Karya Foto Stephanus Setiawan”.

Secara khusus, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang begitu besar kepada ayahanda Joko Wahono, S.Pd. M.A.P., dan ibunda Nur Latifah yang tidak pernah lelah berusaha secara lahir dan batin demi kesuksesan putranya. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada kakak Nurhana Azizia Latief, S.Sn., mas Mujiburrahman S.H.I., dan adik Achmad Fauzan Triguntur Tirtayudha, atas perhatian, semangat, doa, dan motivasi dengan caranya masing-masing agar penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini. Tak lupa juga, terima kasih banyak untuk Halimatussa’diah Aceh atas perhatian, bantuan, inspirasi, dan motivasi, serta doa yang senantiasa dipanjatkan oleh segenap keluarga.

Dalam pembuatan Tugas Akhir Skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, namun dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki, penulis berusaha menyelesaikan secara maksimal. Selama proses penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(7)

vi

1. Bapak Drs. Alexandri Luthfi R., M.S., Dekan Fakultas Seni Media Rekam, Intitut Seni Indonesia Yogyakarta;

2. Bapak Mahendradewa Suminto, M.Sn., Ketua Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Intitut Seni Indonesia Yogyakarta;

3. Bapak Oscar Samaratungga, S.E., M.Sn., Sekretaris Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam, Intitut Seni Indonesia Yogyakarta;

4. Bapak Irwandi, M.Sn., selaku dosen pembimbing I atas arahan topik penelitian, bimbingan, konsultasi, dan motivasi yang telah diberikan sehingga Tugas Akhir Skripsi ini bisa terwujud;

5. Bapak Kurniawan Adi Sapturo, S.I.P., M.A., Ph.D., selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, konsultasi, diskusi, motivasi, dan inspirasi yang telah membuat penulis mendapatkan ilmu dan pengalaman baru yang sangat bermanfaat dan sangat berharga dalam bidang penelitian;

6. Bapak Stephanus Setiawan E.FIAP, yang telah berkenan direpotkan untuk meluangkan waktu dan pikirannya untuk menjadi subjek dalam Tugas Akhir Skripsi ini;

7. Bapak Pamungkas Wahyu Setiyanto, M.Sn., selaku Cognate yang membantu penyempurnaan Tugas Akhir Skripsi ini;

8. Prof. Drs. Soeprapto Soedjono, M.F.A., Ph.D., yang telah memotivasi dan menjadi inspirasi bagi penulis untuk melakukan pengkajian fotografi sebagai Skripsi;

9. Ibu Zulisih Maryani, M.A., selaku dosen wali dan orangtua penulis di kampus yang senantiasa memberikan motivasi untuk belajar dengan sebaik-baiknya;

(8)

vii

10. Segenap Bapak dan Ibu dosen Jurusan Fotografi, yang telah membagikan ilmu yang bermanfaat selama menjalani perkuliahan. 11. Pak Edi, Mbak Enny, Mas Surya, Mas Pur, serta segenap sivitas

akademika Fakultas Seni Media Rekam, ISI Yogyakarta; 12. Teman-teman jurusan fotografi Angkatan 2011;

13. Harika Debiansyah, Rifqa Army, Fahmi Ulinuha, Cahya Achmad, Bayu Sanjaya, Eduardus “Cebe”, Yudho Priambodo, para sahabat dan teman baik penulis yang paling sering menjadi andalan di saat penulis membutuhkan bantuan.

14. Indra Guwenda, sebagai mentor, teman diskusi, rekan kerja, teman baik penulis yang sudah memberikan motivasi, inspirasi, dan pengalaman berharga sejak penulis masih bersekolah;

15. Seluruh anggota keluarga, sahabat, dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan untuk mewujudkan Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga Tugas Akhir Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua untuk lebih maju dalam berkesenian dengan lebih kreatif sehingga akan terwujud generasi yang lebih baik daripada sebelumnya.

Yogyakarta, 18 Januari 2016

(9)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii BAB I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Metodologi Penelitian ... 5 1. Desain Penelitian ... 5

2. Definisi Operasional Variabel ... 10

3. Populasi dan Cara Pengambilan Sampel ... 11

4. Teknik Pengumpulan Data ... 13

E. Tinjauan Pustaka ... 16

BAB II. LANDASAN TEORI ... 19

A. Metode Biografis ... 19

B. Teori Kritik Seni ... 21

BAB III. OBJEK PENELITIAN ... 23

A. Stephanus Setiawan ... 23

B. Karya-Karya Foto S. Setiawan ... 29

1. Karya Foto Setiawan Setelah Tahun 1994 ... 29

2. Karya Foto Setiawan Sebelum Tahun 1994 ... 44

BAB. IV ANALISIS DATA ... 50

A. Analisis Data ... 51

1. Faktor 01: Lingkungan Belajar ... 52

2. Faktor 02: Peristiwa Penting ... 55

3. Faktor 03: Prestasi ... 58

4. Faktor 04: Kebiasaan Pribadi ... 59

5. Faktor 05: Pandangan Pribadi ... 66

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 74

(10)

ix 2. First Time ... 76 3. Menyambut Waisak ... 77 4. Kabut Pagi ... 79 5. Pengharapan ... 81 6. Menghadap Hadirat-Nya ... 83 7. Aktivitas Pagi ... 84 8. Imlek ... 87 9. Circle ... 89

10. Crossing The Desert ... 90

11. Crossing The Desert 2 ... 93

12. Payung Fantasi ... 95 BAB V. PENUTUP ... 102 A. Kesimpulan ... 102 B. Saran-saran ... 103 KEPUSTAKAAN ... 105 LAMPIRAN ... 107 A. Lembar Kesediaan ... 108

B. Dokumen Pribadi Stephanus Setiawan: Biodata ... 109

C. Daftar Pertanyaan Wawancara ... 111

D. Lembar Coding Transkripsi Wawancara ... 119

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Alur Proses Penelitian ... 6

Gambar 2: Stephanus Setiawan ... 23

Gambar 3: Berkat #3 ... 30

Gambar 4: First Time ... 33

Gambar 5: Menyambut Waisak ... 34

Gambar 6: Kabut Pagi ... 36

Gambar 7: Pengharapan ... 38

Gambar 8: Menghadap Hadirat-Nya ... 39

Gambar 9: Aktivitas Pagi ... 40

Gambar 10: Imlek ... 42

Gambar 11: Circle ... 44

Gambar 12: Crossing The Desert ... 46

Gambar 13: Crossing The Desert 2 ... 47

Gambar 14: Payung Fantasi ... 48

(12)

xi

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji aspek ideasional dan interpretasi biografis karya foto Stephanus Setiawan. Aspek ideasional adalah bagaimana seorang fotografer

menyikapi fenomena alam dengan menemukan ‘sesuatu’ dan

mengungkapkannya dalam berbagai bentuk konsep, teori, dan wacana. Aspek ideasional ini juga merupakan pengimplementasian media fotografi sebagai wahana berkreasi dan menunjukkan ide serta jati diri seorang fotografer. Adapun interpretasi biografis adalah cara untuk mencari jawaban sebab-akibat mengapa fotografer menghasilkan karya dengan ciri tertentu dengan mempertimbangkan latar belakang kepribadiannya. Dengan demikian bentuk tampilan sebuah foto sesungguhnya berkaitan dengan latar belakang kehidupan pembuatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan peranan proses kehidupan Stephanus Setiawan dalam perwujudan karya-karya fotonya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk penyajian deskriptif atas fakta-fakta yang ditemukan. Setelah melalui proses observasi, wawancara dan penentuan sampel, karya-karya foto Stephanus Setiawan diteliti dengan pendekatan metode biografis. Pendekatan metode biografis berguna dalam menganalisis proses perkembangan Stephanus Setiawan untuk menemukan fakta-fakta yang memengaruhi proses penciptaan karya fotonya sehingga terlihat hubungan antara proses perkembangan karir Stephanus Setiawan dengan ide karya fotonya.

Kata kunci: aspek ideasional, interpretasi biografis, karya foto, Stephanus Setiawan.

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran fotografi dari masa ke masa mengalami perubahan-perubahan. Lambat laun fotografi yang tadinya sekadar alat bantu menggambar, berangsur-angsur punya fungsi yang sama seperti halnya sebuah lukisan. Hal ini berkembang karena adanya kesadaran manusia sebagai makhluk yang berbudi/ berakal yang memiliki kemampuan lebih untuk dapat merekayasa alam lingkungan kehidupannya. Hal ini merupakan alasan yang kuat untuk memungkinkannya tetap bertahan dan menciptakan ‘karya kehidupan’ sebagai ‘tanda’ eksistensinya di dunia ini. Dalam konteks wacana fotografi adalah bagaimana seorang fotografer menyikapi fenomena alam dengan menemukan ‘sesuatu’ dan mengungkapkannya dalam berbagai bentuk konsep, teori, dan wacana.1 Wacana fotografi dalam tataran ideasional ini juga merupakan

pengimplementasian media fotografi sebagai wahana berkreasi dan menunjukkan ide serta jati diri seorang fotografer. Jati diri tersebut sangat erat kaitannya dengan riwayat hidup senimannya, maka dari itu muncullah pemahaman tentang interpretasi biografis. Adapun interpretasi biografis adalah cara untuk menemukan jawaban sebab-akibat mengapa fotografer menghasilkan karya dengan ciri tertentu dengan mempertimbangkan latar belakang kepribadiannya.2 Dengan demikian bentuk tampilan sebuah foto

1 Soeprapto Soedjono, Pot-pourri Fotografi (Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2007),

hlm. 8

2 Terry Barrett, Criticizing Photographs: An Introduction to Understanding Images 3rd ed. (New

(14)

2

sesungguhnya berkaitan dengan latar belakang kehidupan pembuatnya. Ekspresi diri yang menciri dalam sebuah karya foto menjadi tujuan pencarian identitas pribadi seorang fotografer masa kini.3

Di Indonesia muncul banyak fotografer-fotografer kreatif yang secara intens menciptakan karya fotografi. Salah satu komunitas fotografi yang sudah dikenal sejak lama adalah “Salon Foto”. Dalam komunitas tersebut banyak fotografer-fotografer kelas nasional, bahkan internasional yang punya prestasi mentereng. Salah satu tokoh tersebut adalah Stephanus Setiawan.

Stephanus Setiawan adalah fotografer kelahiran Yogyakarta, 31 Maret 1952, yang punya segudang prestasi di kancah lomba foto nasional maupun internasional. Awal mula Setiawan terjun di bidang fotografi dimulai sejak dia berumur 12 tahun sebagai fotografer untuk liputan acara sekolah.4 Namun awal

perjalanan sesungguhnya adalah pada tahun 1970, saat dia memutuskan untuk menjadi anggota HISFA Yogyakarta.

Sejak saat itu dia sangat rajin berpameran yang diawali dengan pameran fotografi di Solo yang diselenggarakan oleh FOCUS (Foto Club Surakarta) pada tahun 1971 dan Salon Foto Indonesia tahun 1973. Berawal dari itu, sejak tahun 1975 hingga sekarang berbagai lomba foto nasional hingga internasional selalu diikutinya. Selama itu dia telah memenangkan ratusan lomba foto hingga mendapatkan 21 gelar kehormatan dalam dunia fotografi.5

Pada tahun 1980-1990 dia aktif dalam kegiatan Salon Foto/ Eksibisi foto yang dikoordinasi oleh FIAP (Federation Internationale de L’Art Photographique)

3 Soeprapto Soedjono, Pot-pourri Fotografi (Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2007),

hlm. 10

4 Dokumen pribadi Setiawan 5 Dokumen pribadi Setiawan

(15)

3

yang berada di Belgia, dan merupakan salah satu kegiatan seni foto dunia di bawah naungan UNESCO, serta kegiatan foto yang dikoordinasi oleh PSA (Photographic Society of America) yang berpusat di Amerika Serikat.

Dari berbagai prestasi yang mentereng tersebut, dia mendapat kesempatan untuk menularkan ilmunya dengan menjadi staf pengajar di beberapa perguruan tinggi, antara lain di Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta (1994-sekarang), Jurusan Komunikasi D-III Universitas Gadjah Mada, Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta serta Modern School of Design Yogyakarta. Khusus di FSMR ISI Yogyakarta, dia mengakui mulai merasakan adanya perubahan gaya foto yang mulai dipengaruhi kultur seni rupa dan mulai sejak itulah dia berpandangan bahwa fotografi juga bisa menjadi media berekspresi layaknya sebuah lukisan.

Berbicara tentang fotografi sebagai media menciptakan karya seni, kita harus mengingat bahwa karya foto merupakan produk dari seorang fotografer. Dengan kata lain, foto selalu merefleksikan sudut pandang yang spesifik, baik dari segi estetik, polemik, politik, atau ideologi.6 Jadi, penelitian ini membahas

karya-karya foto Setiawan yang kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menemukan hubungan antara ide penciptaan karya fotografinya dengan latar belakang yang memengaruhi Setiawan dalam berkarya.

Dipilihnya Stephanus Setiawan sebagai subjek penelitian adalah karena pengaruh yang cukup kuat dalam dunia fotografi, khususnya di Indonesia. Dengan segala prestasi dan karya-karyanya, Setiawan layak untuk dijadikan subjek penelitian. Selain itu, secara pribadi, penulis yang juga lahir dan besar

(16)

4

di Yogyakarta merasa perlu untuk mengetahui secara mendalam fotografer senior sarat prestasi yang masih berada dalam lingkup sekitar tempat tinggal penulis sebelum mengikuti perkembangan fotografi ke depannya. Terlebih lagi, Setiawan juga terbilang punya andil cukup besar atas berkembangnya Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, yang merupakan almamater dari penulis.

Dalam penelitian ini dipaparkan bahwa sebuah karya seni, dalam hal ini fotografi, sangat dipengaruhi oleh latar belakang pribadi seorang fotografer. Lebih jauh lagi diharapkan penelitian ini bisa berguna untuk menambah wawasan tentang pemahaman sebuah karya seni fotografi dan memahami sebuah potensi karya seni untuk bermetamorfosis dari sebuah ide menjadi sebuah mahakarya bernilai seni tinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah yang menjadi nilai estetis dari karya foto Stephanus Setiawan jika dilihat dari aspek ideasional?

2. Apa saja yang telah memengaruhi Stephanus Setiawan dalam menemukan sebuah ide yang dituangkan ke dalam karya fotografi?

3. Apakah yang menjadi karakter khas dalam karya foto Setiawan sebagai imbas dari proses perkembangan dalam karirnya?

(17)

5 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan nilai estetis pada tataran ideasional dari karya fotografi yang diciptakan oleh Stephanus Setiawan.

2. Meneliti dan mendeskripsikan hal apa saja yang telah memengaruhi Stepahnus Setiawan secara langsung maupun tidak langsung dalam menentukan sebuah ide yang kemudian dituangkan dalam karya fotografi. 3. Mendeskripsikan karakter karya foto Setiawan yang merupakan imbas

dari berbagai proses perkembangan dalam karirnya.

D. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan bentuk penyajian deskriptif atas fakta-fakta yang ditemukan. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7

Metode ini dirasa sesuai karena sasaran utamanya adalah manusia dengan segala kebudayaan dan kegiatannya.8

7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), hlm. 6

8 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Penerbit

(18)

6

Gambaran garis besar alur penelitian ini dalam bentuk bagan adalah seperti berikut:

Gambar 1: Alur proses penelitian

a. Observasi karya foto Stephanus Setiawan sekaligus wawancara mengenai proses kreatif maupun konsep di balik karya foto.

Langkah awal yang diambil dalam penelitian ini adalah observasi objek penelitian agar bisa menentukan sampel objek penelitian. Dalam observasi ini juga dilakukan wawancara dengan Setiawan untuk mencari tahu tentang proses kreatif karya foto yang dijadikan calon objek penelitian maupun fakta-fakta mengenai Setiawan yang mempengaruhi proses karirnya dalam dunia fotografi. Wawancara yang kemudian ditranskripsikan menjadi tulisan adalah kunci utama sumber informasi tentang calon objek penelitian karena sejauh ini belum banyak buku atau dokumentasi cetak yang membahas Setiawan maupun karya fotonya secara spesifik.

Observasi karya foto Setiawan sekaligus wawancara mengenai proses kreatif maupun konsep di balik karya foto

Penentuan sampel karya foto dengan teknikpurposive samplingyang dianalisis berdasarkan proses karir Setiawan

Analisis karya foto Setiawan untuk menemukan hubungan antara visual karya dengan proses karir, yang membuat karya foto Setiawan memiliki karakter yang khas

Penulisan laporan penelitian dalam bentuk tugas akhir skripsi

(19)

7

Untuk mengerucutkan materi, dalam metode biografis seringkali diambil berdasarkan spesifikasi materi biografis yang sudah dikelompokkan.9 Data yang didapat dari wawancara tersebut

kemudian dibuat pengelompokan materi yang disebut dengan faktor. Faktor tersebut digunakan untuk mempermudah pengidentifikasian materi dalam mencari nilai subjektivitas dari Setiawan yang berpengaruh besar terhadap proses kreatif karya-karyanya maupun proses karir Setiawan. Pembagian faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Lingkungan Belajar

Faktor ini adalah tentang hal-hal yang menyangkut cara-cara dan lingkungan Setiawan dalam menimba ilmu di bidang fotografi. Dalam faktor ini menunjukkan bagaimana proses Setiawan menekuni bidang fotografi sejak belajar secara otodidak, belajar fotografi secara non-formal, sampai akhirnya berada di lingkungan belajar yang lebih akademis di sebuah perguruan tinggi.

2. Peristiwa Penting

Faktor peristiwa penting maksudnya adalah titik-titik kronologi dalam karir Setiawan di bidang fotografi. Selama puluhan tahun berkarir, tentu saja banyak hal dilalui Setiawan. Data yang terdapat dalam wawancara tentang informasi ini antara lain awal mula Setiawan belajar fotografi secara otodidak,

9 Franco Ferarrotti, On the Science of Uncertainty: The Biographical Method in Social Research,

(20)

8

kemudian belajar fotografi di HISFA, hingga menjadi staf pengajar di FSMR ISI Yogyakarta.

3. Prestasi

Faktor ini berkaitan dengan hal-hal tentang prestasi di bidang fotografi yang pernah dicapai Setiawan selama sejak memulai karir di dunia fotografi. Prestasi yang dimaksud dalam faktor ini bukanlah mengenai 21 gelar fotografi yang pernah didapatnya, melainkan lebih pada suka-dukanya dalam mengejar prestasi tersebut karena bahasan itu lebih personal dan mampu menjadi pemicu dalam menemukan informasi yang subjektif. 4. Kebiasaan Pribadi

Faktor ini merupakan hal-hal yang telah menjadi kebiasaan Setiawan, baik kebiasaan dalam hal teknis pemotretan maupun kebiasaan sehari-hari. Berdasarkan kebiasaan pribadi ini diketahui hal-hal yang dapat memengaruhi Setiawan dalam menciptakan karya foto.

5. Pandangan Pribadi

Hampir sama seperti kebiasaan pribadi, hanya saja sifatnya lebih kepada aspek ideasional yang berkaitan dengan sudut pandang, selera dan ketertarikan khusus terhadap suatu hal. Dari faktor ini diketahui hal-hal yang membuat karya foto Setiawan mempunyai karakter yang khas, baik teknis maupun kontennya.

(21)

9

b. Penentuan sampel karya foto dengan teknik purposive sampling yang dianalisis berdasarkan proses karir Stephanus Setiawan.

Setelah observasi dan wawancara dilakukan, langkah selanjutnya adalah penentuan sampel karya foto yang dijadikan objek penelitian. Dengan teknik purposive sampling karya foto yang dipertimbangkan menjadi objek penelitian berdasarkan keterkaitan faktor visual dengan faktor-faktor yang ditemukan dalam wawancara. Keterangan lebih rinci lihat bagian ‘Populasi dan Cara Pengambilan Sampel’, di halaman 11.

c. Analisis karya foto Stephanus Setiawan untuk menemukan hubungan antara visual karya dengan proses karir, yang membuat karya foto Setiawan memiliki karakter yang khas.

Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah analisis karya foto Setiawan. Analisis dilakukan untuk mengupas karya foto Setiawan secara visual dan biografis berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, untuk menemukan hubungan antara hal-hal yang berkaitan dengan aspek ideasional dan interpretasi biografis dengan karya foto Setiawan yang sangat memengaruhi karakter visual karya-karyanya.

d. Penulisan Laporan Penelitian Dalam Bentuk Skripsi

Langkah terakhir adalah dengan menuliskan laporan penelitian. Laporan ini beserta bukti otentik berupa rekaman suara dari Setiawan serta transkripsi wawancara menjadi kunci untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah yang ada di awal penelitian. Dibuatnya laporan penelitian ini adalah sebuah upaya

(22)

10

untuk membuktikan bahwa seseorang yang menciptakan sebuah karya seni, dalam kasus ini karya fotografi, sangat erat dengan latar belakang pribadi penciptanya.

2. Definisi Operasional Variabel

Gagasan utama dari penelitian ini adalah membahas tentang keterkaitan suatu karya foto terhadap latar belakang fotografernya untuk membuktikan bahwa karakter foto dari seorang fotografer sangat bergantung pada kehidupan pribadinya. Sehingga variabel operasional yang menjadi inti dari penelitian ini adalah aspek ideasional dan interpretasi biografis.

Aspek ideasional adalah bagaimana seorang fotografer menyikapi fenomena alam dengan menemukan ‘sesuatu’ dan mengungkapkannya dalam berbagai bentuk konsep, teori, dan wacana.10 Aspek ideasional ini

juga merupakan pengimplementasian media fotografi sebagai wahana berkreasi dan menunjukkan ide serta jati diri seorang fotografer. Adapun interpretasi biografis adalah cara untuk mencari jawaban sebab-akibat mengapa fotografer menghasilkan karya dengan ciri tertentu dengan mempertimbangkan latar belakang kepribadiannya.11 Dengan demikian

bentuk tampilan sebuah foto sesungguhnya berkaitan dengan latar belakang kehidupan pembuatnya. Dua aspek pembahasan ini akan saling melengkapi karena latar belakang biografis akan berkaitan dengan pola

10 Soeprapto Soedjono, Pot-pourri Fotografi (Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2007),

hlm. 8

11 Terry Barrett, Criticizing Photographs: An Introduction to Understanding Images 3rd ed.

(23)

11

pikir seorang seniman yang pada akhirnya memengaruhi perwujudan karyanya.

Sebagai fotografer senior di Yogyakarta yang memulai karirnya sejak tahun 1970-an, sangat jelas bahwa Setiawan telah mengalami banyak proses dalam karirnya yang membentuk mentalitas dan karakternya seperti sekarang ini. Setiawan sendiri terhitung konsisten dengan gayanya dalam menciptakan karya foto, walaupun pada prosesnya juga tetap mengalami perkembangan. Bagaimanapun juga, konsistensi merupakan hal yang sangat fundamental dalam sebuah karir dan sudah pasti konsistensi berasal dari berbagai macam aspek yang saling melengkapi. Aspek-aspek tersebut sangat bergantung pada perjalanan karir Setiawan selama menyelami dunia fotografi. Sehingga informasi mengenai keterkaitan karya foto Setiawan terhadap latar belakangnya bisa menjadi bahasan yang menarik sebagai kajian fotografi.

Berhubung literatur yang membahas secara spesifik karya-karya foto Setiawan jumlahnya masih sangat terbatas, penelitian ini sangat mengandalkan informasi yang berasal dari wawancara langsung dengan Setiawan. Wawancara yang berlangsung kurang lebih lima kali pertemuan ini kemudian diubah menjadi sebuah transkripsi untuk memudahkan pengolahan informasi dalam penelitian ini.

3. Populasi dan Cara Pengambilan Sampel

Populasi yang diambil dalam penelitian ini karya-karya foto Setiawan yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu karya-karya yang dibuat setelah tahun 1994 dan karya-karya yang dibuat sebelum tahun 1994. Pengambilan rentang waktu tersebut berdasarkan salah satu fase

(24)

12

penting dalam karir fotografi Setiawan, yaitu masuk menjadi staf pengajar di jurusan fotografi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Fase ini menjadi penting bagi Setiawan karena sejak menjadi bagian dari FSMR ISI Yogyakarta, dia merasakan perubahan gaya dan cara pandang dalam menciptakan karya fotografi.

Populasi tersebut tidak dibatasi genre foto atau subject matter

tertentu. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah teknik purposive sampling yaitu sampel ditarik dengan sengaja karena alasan-alasan diketahuinya sifat-sifat sampel tersebut.12 Sampel karya foto yang diambil

adalah karya-karya foto yang diarsipkan sendiri oleh Setiawan yang disimpan dalam ruangan pribadi di kediamannya yang beralamatkan di Jalan Pangeran Mangkubumi (disebut juga Jalan Margo Utomo) No. 24, Yogyakarta, atau yang lebih dikenal masyarakat merupakan toko es krim “Tip-Top”. Karya-karya foto yang rata-rata berukuran 12R tersebut kemudian direproduksi satu per satu dengan alat pemindai foto. Ada juga satu karya foto yang direproduksi dari katalog Salon Foto Indonesia 1973. Khusus untuk foto yang sudah terbingkai, reproduksi foto dilakukan dengan pemotretan untuk menghasilkan kualitas reproduksi foto seoptimal mungkin.

Karya-karya foto Setiawan yang dijadikan sampel berjumlah 12 karya, dengan rincian 8 karya foto yang diciptakan setelah tahun 1994 dan 4 karya foto yang diciptakan sebelum tahun 1994 sebagai pembanding. Adapun alasan-alasan bagi penulis dalam mempertimbangkan memilih 12

12 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Edisi Ke 7 (Bandung: Tarsito, 1990),

(25)

13

karya ini untuk dijadikan sampel antara lain adalah faktor estetika visual yang konsisten, sehingga pembahasan yang didasarkan pada visual karya foto bisa dinilai cukup mewakili karya foto Setiawan secara keseluruhan. Selain itu juga dipilih karena faktor nilai konten foto yang memiliki kedekatan secara personal terhadap Setiawan, sehingga bisa dijadikan pemicu bagi Setiawan dalam wawancara untuk mengungkap alasan-alasan yang bersifat pribadi tentang pemilihan objek yang dia jadikan

subject matter dalam karya-karyanya. Terakhir, karya-karya yang memiliki perbedaan konsep pengaplikasian ide yang cukup signifikan, sehingga bisa dijadikan perbandingan gaya penyampaian ide saat Setiawan masuk FSMR ISI Yogyakarta dengan karya-karyanya di masa awal karir.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Mengingat belum banyak adanya jurnal, buku, maupun dokumentasi cetak yang membahas tentang riwayat hidup maupun karya foto Setiawan, maka informasi yang didapat dalam penelitian ini sangat bergantung pada proses wawancara. Dari sekian banyak wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan pada masing-masing wawancara berbeda-beda, antara lain wawancara riwayat secara lisan, wawancara terbuka, dan wawancara tak terstruktur.13

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini sebenarnya lebih dari lima kali, akan tetapi wawancara yang direkam atau dicatat

13Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

(26)

14

kemudian ditranskripsikan menjadi tulisan dilakukan sebanyak lima kali. Lima wawancara tersebut dilangsungkan pada tanggal 25 September 2015, 30 September 2015, 7 Oktober 2015, 18 November 2015, dan 25 November 2015.

Wawancara pertama membicarakan tentang proses perkembangan karir Setiawan sejak awal mula belajar fotografi hingga akhirnya ikut menjadi staf pengajar di jurusan fotografi FSMR ISI Yogyakarta. Maka, dalam wawancara pertama ini pendekatan yang dilakukan adalah wawancara riwayat secara lisan. Maksud dari wawancara ini ialah untuk mengungkapkan riwayat hidup, pekerjaannya, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan lain-lain. Wawancara ini dilakukan sedemikian rupa sehingga narasumber berbicara terus-menerus, sedangakan pewawancara mendengarkan dengan baik diselingi dengan sesekali mengajukan pertanyaan.14

Wawancara mengenai proses kreatif karya foto berlangsung pada wawancara kedua dan ketiga. Pada kesempatan wawancara kedua dan ketiga, pendekatan yang dilakukan adalah dengan wawancara terbuka. Wawancara terbuka merupakan wawancara yang narasumbernya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.15

Sedangkan wawancara keempat dan kelima lebih membicarakan tentang kehidupan Setiawan dalam keluarganya dan

14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), hlm. 189

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

(27)

15

pengalaman-pengalaman berharga selama berkarir di dunia fotografi. Berhubung topik yang dibicarakan pada wawancara keempat dan kelima lebih mengarah pada topik personal, untuk menghindari pemaksaan topik maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan wawancara tidak terstruktur karena wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan bahan baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara semacam ini menekankan perkecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal.16

b. Pustaka Laman

Pustaka laman merupakan data-data yang dikutip dari media elektronik, khususnya internet. Informasi dari pustaka laman ini sifatnya sebagai pelengkap informasi-informasi yang belum didapat dari wawancara maupun studi pustaka. Selain itu, pustaka laman juga digunakan untuk mengklarifikasi data yang didapat selama penelitian. Informasi yang didapat dari pustaka laman ini antara lain adalah informasi mengenai detail gelar kehormatan fotografi yang telah didapatkan oleh Setiawan, karena gelar-gelar tersebut adalah gelar non-akademik yang mungkin tidak diketahui orang awam. Sehingga pustaka laman dapat bermanfaat untuk menemukan detail informasi dari mana gelar tersebut diberikan dan apa saja kepanjangan dari gelar-gelar tersebut.

16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja

(28)

16 c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi data dari bidang keilmuan yang meliputi buku, majalah, artikel, jurnal dan data cetak yang memiliki hubungan dengan tema kajian fotografi yang dibahas.

Dokumen pribadi dari Setiawan berupa biodata membantu untuk mengetahui informasi singkat tentang Setiawan serta menjadi acuan untuk menjadi topik dalam wawancara.

Buku-buku yang membahas tentang Salon Foto Indonesia, seperti buku Fotografi Untuk Salon dan Lomba Foto karya R. M. Soelarko dan Refracted Visions karya Karen Strassler, membantu untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai Salon Foto Indonesia dan aktivitas para fotografer Salon Foto Indonesia yang juga dijadikan referensi dalam wawancara dengan Setiawan.

E. Tinjauan Pustaka

Sebagai pendukung dalam melengkapi penyusunan penulisan ini, sebagai suatu pertanggungjawaban ilmiah dalam karya tulis, digunakan buku-buku sebagai berikut:

Soeprapto Soedjono. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2007. Buku ini membahas fotografi secara detail. Mulai dari membahas sejarah fotografi, perkembangan fotografi, hingga teori-teori untuk menganalisis karya fotografi. Sangat layak dijadikan acuan utama dalam penelitian ini.

Franco Ferrarotti. 2003. On The Science of Uncertainty: The Biographic Method In Scientific Research. USA: Lexington Books. Buku tentang metode

(29)

17

biografis ini menjadi buku acuan utama untuk mencari tahu cerita di balik karya-karya Setiawan dan hal apa saja yang memengaruhi tataran ideasional Setiawan dalam menciptakan karya fotografi.

Irwandi, M. Fajar Apriyanto. 2012. Membaca Fotografi Potret: Teori, Wacana, dan Praktik. Yogyakarta: Gama Media. Buku ini membahas tentang analisis fotografi potret melalui teori, wacana, dan praktik. Meskipun yang dibahas dalam penelitian ini bukanlah foto potret, buku ini membantu dalam membaca foto pada bab pembahasan karya.

Edmund Burke Feldman. 1992. Varieties of Visual Experience: Fourth Edition. New York: Harry N. Abrams, Inc.

Gene Markowski. 1984. The Art of Photography: Image and Illusion. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Dua buku tersebut membantu menjadi referensi dalam mengupas karya foto secara teoretis dalam penelitian ini.

Karen Strassler. 2010. Refracted Visions: Popular Photography and National Modernity in Java. Durham & London: Duke University Press. Buku ini membahas tentang perkembangan awal dan pengaruh fotografi dalam masyarakat khususnya di tanah Jawa, karena di Indonesia fotografi menjadi populer karena adanya andil dari fotografer amatir maupun profesional yang ada di pulau Jawa. Selain itu adanya komunitas Salon Foto Indonesia, di mana Setiawan juga terlibat di dalamnya, punya pengaruh kuat membuat fotografi menjadi populer pada waktu itu. Dari buku ini bisa dijadikan acuan untuk informasi mengenai Setiawan berdasarkan kisah-kisah mengenai Salon Foto yang ada di dalam buku ini.

R. M. Soelarko. 1978. Fotografi Untuk Salon dan Lomba Foto. Bandung: PT. Karya Nusantara. Dalam buku ini membahas tentang seluk beluk Salon Foto

(30)

18

Indonesia mulai dari sejarah, prosedur lomba, hingga kriteria foto yang punya peluang memenangi lomba foto. Dengan begitu dalam buku ini membahas juga tips dan trik memotret a la Salon Foto dari Prof. R. M. Soelarko yang notabene juga merupakan mentor Setiawan semasa awal belajar fotografi. Dari fakta tersebut bisa dijadikan tolok ukur apa saja materi-materi fotografi yang pernah dipelajari oleh Setiawan dari Prof. R. M. Soelarko.

Tubagus P. Svarajati. 2013. PHōTAGōGóS: Terang-Gelap Fotografi Indonesia. Semarang: Penerbit Suka Buku. Dalam penelitian ini, jika diibaratkan sebuah film, bisa jadi buku ini adalah “tokoh antagonis”. Buku ini membahas berbagai wacana dalam dunia fotografi Indonesia, salah satunya adalah tentang Salon Foto Indonesia, di mana Setiawan merupakan tokoh penting dalam komunitas tersebut. Memang, dalam buku ini tidak membahas tentang Setiawan. Akan tetapi bahasan dengan sudut pandang yang menentang Salon Foto bisa dijadikan referensi yang menarik sebagai bahan wawancara dengan Setiawan. Dengan begitu bisa mendorong Setiawan untuk mengeluarkan argumennya mengenai perwujudan karya fotonya.

Sayangnya, sejauh ini penulis belum menemukan tinjauan pustaka yang secara spesifik membahas riwayat hidup Setiawan maupun yang membahas tentang karya-karya fotonya. Dalam buku ‘Refracted Vision’ Setiawan memang disebutkan di salah satu babnya, juga karya fotonya yang berjudul “Payung Fantasi” (gambar 14, hlm. 48) dimasukkan dalam buku tersebut. Akan tetapi tetap tidak ada pembahasan yang lebih spesifik tentang Setiawan.

Gambar

Gambar 1: Alur proses penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang mendasar dalam pelestarian lahan “teba” adalah pertambahan penduduk yang terus meningkat dan tuntutan kebutuhan ekonomi, sedangkan pendapatan penduduk

mura>bah{ah di Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah Ben Iman Lamongan adalah menggunakan metode keuntungan flat sehingga sebagian anggota merasa keberatan dalam

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada reaksi elektrolisis. Reaksi oksidasi atau reduksi yang terjadi tergantung pada nilai potensial reduksi standar masing- masing zat yang

Saat ini yang umum digunakan adalah PLTS dengan menggunakan Accu (AKI) baik yang basah maupun yang kering/gel sebagai sumber daya dan sebuah Unit

Siswa mampu mengungkapkan makna secara tertulis sesuai dengan tujuan komunikasinya dengan struktur wacana dan fitur-fitur bahasa yang lazim digunakan dalam budaya bahasa

Hasil yang diperoleh dari pengujian umpan adalah tikus pohon lebih menyukai gabah dibandingkan dengan sawit, beras, dan jagung.. Untuk pengujian umpan vs rodentisida, diperoleh

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK Mutiara menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman 6 MST, jumlah daun 6 MST,