• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus Kabupaten Mojokerto)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus Kabupaten Mojokerto)"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBERDAYAAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) (STUDI KASUS KABUPATEN MOJOKERTO). SKRIPSI Disusun Oleh : Mia Retno Prahesti 105020107111014. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi. JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2014.

(2)

(3)

(4)

(5) RIWAYAT HIDUP. Nama. : Mia Retno Prahesti. TempatTanggalLahir. : Mojokerto, 31 Oktober 1992. NIM. : 105020107111014. Jurusan. : Ilmu Ekonomi. Kosentrasi. : Keuangan Negara dan Daerah. Alamat. : Dsn Sumbersari Ds. Kesiman Kec. Trawas Kab. Mojokerto. RiwayatPendidikan : 1. TK Dharma Wanita Kesiman 2. SD Negeri Tamiajeng 3. SMP Negeri 1 Trawas 4. SMA Negeri 1 Puri 5. S1 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya PengalamanPenelitian : 1. Sebagai editor dalam penelitian “Program Keluarga Harapan (PKH)” yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. PengalamanOrganisasi : 1. Sebagai Staf Pendidikan dan Bahasa di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi periode 2010 – 2011 2. Sebagai Kepala Divisi Acara “E-Journey” periode 2011 – 2012 3. Sebagai Staf Divisi Acara “Transformer” periode 2011 – 2012.

(6) UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhanahu waTa’ala yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus Kabupaten Mojokerto)” dengan penuh ketercapaian lainnya. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari campur tangan berbagai pihak. Untuk itulah penulis ingin berterima kasih sebesar-besarnya dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak terkait. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Eddy Suprapto, SE.,ME selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan dukungan, arahan dan bimbingannya selama penyusunan dan penulisan skripsi. Kepada segenap tim penguji yang menguji adrenalin, penulis ucapkan terima kasih yang luar biasa. Teruntuk Bapak Dr. Susilo, SE.,MS dan Bapak Dr. Rachmad Kresna Sakti, SE.,MSi terima kasih atas segala saran, kritikan dan koreksinya sebagai tim penguji dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Bapak Dwi Budi Santoso, SE., MS., Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini, serta kepada seluruh dosen Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah senantiasa memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan.

(7) selama mengikuti perkuliahan serta menjadikan kami lebih berguna dengan ilmu yang telah diberikannya kepada kami. Tak lupa penulis berterima kasih kepada seluruh staf TU khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi yang telah banyak membantu dan mengurusi segala administrasi. Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada Bapak H. Yovie Widianto, selaku Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Mojokerto. Terima kasih atas ketersediaan jasmani dan rohani dalam membantu demi kelancaran penelitian dalam penyelesaian skripsi ini. Cinta dan dukungan berupa moril maupun materiil dari kedua orang tua penulis terkasih. Terima kasih atas segala yang telah dilakukan demi penulis, dan terima kasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang selalu mengiringi tiap langkah penulis. Terima kasih kepada Ayah Ayono dan Ibu Kariyati yang senantiasa memberikan kasih sayang sepanjang masa sehingga penulis bisa sampai ke titik ini. Kepada Dr. Ir. H. Joyo Winoto, MSc., Ph.D yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil. Terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan sampai saat ini. Kepada sahabat terbaik, teman terbaik, kakak terbaik, dan lelaki masa depan Abdul Qohar Zakky Yazid yang senantiasa ada untuk memberikan dukungan, melantunkan doa serta mengusahakan segala macam bantuan terkait penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas semangat yang diberikan selama ini, yang selalu bawel ketika penulis malas menyelesaikan skripsi. Empat tahun sudah setia menemani penulis dan memberikan cinta dan kasih sayangnya yang begitu tulus. Semoga kelak kita akan hidup bersama selamanya. Kepada sahabat – sahabat Jurusan Ilmu Ekonomi 2010 terutama Okta Rosalinda, Ortina Rezki, Indah Rahmawati, Kartika Ayu Megasari, Erlinda Nordiana dan Qusnul Khotimah, terima kasih atas segala ukiran hati bertemakan persahabatan yang tulus murni sepanjang masa pendidikan di Jurusan Ilmu Ekonomi sejak awal hingga terselesainya pendidikan. Terimakasih.

(8) atas segala canda tawa dan tangisan haru serta bahagia yang telah dibagi dan turut dirasa. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Sebagai manusia biasa tentunya penulis masih memiliki banyak kekurangan pengetahuan dan pengalaman pada topic yang diangkat dalam skripsi ini, begitu pula dalam penulisannya yang masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis akan sangat senang jika menerima berbagai masukan dari para pembaca baik berupa kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan – penulisan skripsi di masa yang akan datang. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesar – besarnya bagi para penuntut ilmu dan pengajar, baik dalam bangku perkuliahan, penelitian, guna membina generasi muda penerus bangsa yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Akhirnya kepada Allah-lah penulis memohon agar usaha ini dijadikan sebagai amal shalih dan diberikan pahala oleh-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga hari akhir, Aamiin.. Malang, Juli 2014. Mia Retno Prahesti.

(9) Motto : Hidup bukan hanya soal menentukan pilihan. Hidup adalah tanggung jawab terhadap apa yang akan atau telah menjadi pilihan kita. (ami ben chusainy).

(10) Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus Kabupaten Mojokerto). Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tinggi kepada : 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya 2. Bapak Eddy Suprapto, SE., ME selaku dosen pembimbing 3. Bapak Dr. Susilo, SE., MS dan Bapak Dr. Rachmad Kresna Sakti, SE., MSi selaku dosen penguji 4. Bapak Ayono dan Ibu Kariyati yang selalu memberikan semangat dan memanjatkan doa untuk penulis 5. Bapak Dr. Ir. H. Joyo Winoto, MSc., Ph.D yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil 6. Abdul Qohar Zakky Yazid yang senantiasa ada untuk memberikan semangat dan melantukan doa untuk penulis. 7. Ortina Rezki, Indah Rahmawati, Kartika Ayu Megasari, Qusnul Khotimah, Okta Rosalinda dan Erlinda Nordiana yang selalu memberikan semangat satu sama lain 8. Teman – teman kos Dinoyo Permai 43 Lita Arianti, Desy Rachmawaty, Rila Amelia Zulfa, Tia, Mumtaz, MbakRisa..

(11) Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.. Malang, 24 Juni 2014. Penulis.

(12) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................ iv RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... vi MOTTO . ................................................................................................................ vii KATA PENGANTAR . ........................................................................................... viii DAFTAR ISI . ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL . ................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR . ............................................................................................. xi ABSTRAKSI . ........................................................................................................ xii. BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 9 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 10 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 11 2.1 Pemerintah Daerah ................................................................................. 11 2.1.1 Pengertian Pemerintah Daerah ................................................. 11 2.1.2 Kewenangan Pemerintah Daerah ............................................. 12 2.1.3 Desentralisasi ........................................................................... 14 2.2 Otonomi Daerah ...................................................................................... 18 2.2.1. Pengertian Otonomi Daerah................................................... 18. 2.2.2. Tujuan Otonomi Daerah ......................................................... 20. 2.2.3. Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Otonomi Daerah ................ 21. 2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Otonomi Daerah ............. 23.

(13) 2.3 Pemberdayaan ........................................................................................ 24 2.3.1 Pengertian Pemberdayaan………………………………………... 24 2.3.2 Tahapan Pemberdayaan.. ......................................................... 26 2.3.3 Strategi Pemberdayaan ............................................................ 29 2.4 Usaha Kecil dan Menengah..................................................................... 33 2.4.1 Pengertian dan Kriteria Usaha Kecil Menengah ...................... 33 2.4.2 Karakteristik Usaha Kecil dan Menengah ................................ 36 2.4.3 Masalah-Masalah yang Dihadapi Usaha Kecil Menengah ....... 37 2.4.4 Kelebihan dan kelemahan Usaha Kecil dan Menengah .......... 40. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 45 3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 45 3.2 Fokus Penelitian ...................................................................................... 45 3.3 Lokasi dan Situs Penelitian...................................................................... 47 3.4 Sumber Data ........................................................................................... 47 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 48 3.6 Teknik Analisis ........................................................................................ 50 3.7 Keabsahan Data...................................................................................... 51. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 54 4.1 Hasil Penenlitian ...................................................................................... 54 4.1.1 Gambaran Umum Pemerintah Kabupaten Mojokerto ................... 54 4.1.1.1 Kondisi Geografis ............................................................. 54 4.1.1.2 Kondisi Demografis .......................................................... 60 4.1.1.3 Kondisi Perekonomian dan Potensi Daerah Kabupaten Mojokerto ......................................................................... 63 4.1.1.4 Kondisi Infrasturktur Daerah ............................................. 64 4.1.2 Gambaran Umum Lembaga Sektor Industri Kecil dan UKM ……. 65 4.2 Penyajian Data Fokus Penelitian ............................................................. 69 4.2.1 Arah Kebijakan Pembangunan Daerah ......................................... 69 4.2.1.1 Kebijakan Umum .............................................................. 69 4.2.1.2 Kebijakan Bidang Ekonomi............................................... 70 4.2.2 Potensi Usaha Kecil dan Menengah ............................................. 74.

(14) 4.2.3 Strategi Pemerintah Kabupaten Mojokerto Dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah.................................. 84 4.2.4 Faktor Penghambat dan Pendukung ............................................. 89 4.3 Pembahasan ........................................................................................... 95 4.3.1 Potensi Usaha Kecil dan Menengah di Kabupaten Mojokerto ....... 95 4.3.2 Strategi Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah .......................................................... 98 4.3.3. Faktor Penghambat dan Pendukung ............................................ 103. BAB V PENUTUP .................................................................................................. 109 5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 109 5.2 Saran ...................................................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 113 LAMPIRAN.

(15)

(16) ABSTRAKSI Penelitian ini didasarkan pada fenomena yang terjadi yaitu jumlah Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Mojokerto semakin meningkat tiap tahunnya.Namun Usaha Kecil Menengah dihadapkan berbagai permasalahan yang bersumber dari kelemahan Usaha Kecil Menengah itu sendiri.Maka dari itu perlu adanya pemberdayaan dari pemerintah daerah agar Usaha Kecil Menengah tersebut menjadi usaha yang tangguh, mandiri, berdaya saing tinggi, dan tumbuh berkembang secara berkelanjutan pada setiap tahunnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan pemerintah daerah seperti penciptaan iklim usaha yang kondusif dan penguatan potensi yang dimiliki pengusaha dan pengrajin dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi Usaha Kecil Menengah, menjadikan usaha yang tangguh, mandiri, berdaya saing tinggidan berkembang secara berkelanjutan pada setiap tahunnya.. Kata Kunci: Usaha Kecil Menengah, Pemberdayaan.

(17) BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah.Kekayaan alam tersebut membentang dari sepanjang nusantara baik itu yang terkandung di dalam lautan yang mengelilingi hampir sebagian besar wilayah Indonesia, dan juga di wilayah daratannya. Dengan potensi kekayaan alam yang dimiliki tersebut, sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 bahwa seluruh kekayaan alam yang melimpah tersebut dikelola dan diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia seluruhnya dengan dasar terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan kondisi masyarakat. yang. adil. dan. makmur. tersebut. salah. satunya. adalah. melaksanakan. pembangunan.Pembangunan merupakan “suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembenahan bangsa” (Siagian, 1990, h. 2-3).Pembangunan pada negara berkembang seperti Indonesia ini mempunyai tantangan yang besar dengan adanya arus globalisasi pada saat ini. Perkembangan tersebut dapat ditengarai dari adanya upaya perubahan dari negara agragris menuju negara industri.Secara umum usaha kecil menengah (UKM) sebagai suatu komponen yang paling penting dalam perekonomian suatu bangsa.Hal ini mempunyai nilai strategis yang dapat memberikan sumbangan besar apabila dilihat dari struktur ekonomi bangsa Indonesia termasuk sebagai negara yang mengalami transisi, yaitu peralihan dari struktur ekonomi agraris menuju struktur ekonomi yang industrialis..

(18) Dalam menghadapi tantangan perkembangan global diperlukan adanya pembangunan pada berbagai sektor.Pengembangan sektor industri dianggap sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.Usaha kecil menengah (UKM) ditetapkan sebagai prioritas dalam pembangunan untuk mendukung bidang ekonomi. Adapun hal-hal yang berkaitan dengan pengaturan dan pelaksanaan serta perlindungan terhadap perkembangan industri di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang perindustrian.Dalam Undang-Undang ini dikemukakan bahwa industri memegang peranan yang penting, oleh karena itu perlu dikembangkan secara seimbang, terpadu dan berkesinambungan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif 2. Mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam 3. Mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya manusia 4. Mendayagunakan secara optimal seluruh sumber dana yang tersedia Beberapa. hal. diatas. merupakan. langkah. dasar. pemerintah. dalam. rangka. mengembangkan industri yang ada. Perwujudan perekonomian yang potensial diantaranya dapat diwujudkan melalui pembangunan usaha kecil menengah (UKM) yang kuat dan tangguh.Hal ini dikuatkan dengan kenyataan bahwa selama krisis ekonomi yang melanda Indonesia, tidak menyebabkan usaha kecil menengah (UKM) mengalami keterpurukan sebagaimana halnya dengan industri besar.Di tengah kondisi ekonomi nasional yang terpuruk dan terbelakang akibat krisis ekonomi, justru usaha kecil menengah (UKM) terbukti tumbuh lebih pesat daripada industri besar. Setelah krisis moneter pada tahun 1997, usaha kecil menengah (UKM) semakin mengemuka sebagai penguat perkonomian Indonesia pasca krisis, termasuk di Jawa Timur.Industri kecil dan usaha kecil menengah (UKM) diyakini tahan terhadap gejolak moneter,.

(19) khususnya nilai tukar rupiah, mampu menyerap tenaga kerja, dan memberikan sumbangan yang berarti terhadap nilai tambah output. Sebelum krisis moneter, sumbangan terhadap nilai tambah output di dominasi oleh sektor non – UKM atau yang banyak disebut dengan konglomerat yang sekarang ini masih dianggap tidur, belum bangkit atau melarikan dana besarbesaran ke luar negeri. Inilah cikal bakal dari kemampuan usaha kecil menengah (UKM) yang mampu bersaing dengan industri yang mempunyai skala lebih besar. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan usaha kecil menengah (UKM) mampu bertahan dari gempuran persaingan dengan industri besar.Hal-hal tersebut disebabkan karena usaha kecil menengah (UKM) bergerak pada pasar yang terpecah. Usaha kecil menengah (UKM) menghasilkan produk yang mempunyai elastisitas pendapatan yang tinggi, memiliki heterogenitas yang tinggi dan usaha kecil menengah (UKM) ini tergabung dalam sentra industri, serta usaha kecil menengah (UKM) diuntungkan oleh kondisi geografis untuk membuat produk yang dihasilkan memperoleh proteksi alami, karena pasar yang dilayani tidak terjangkau oleh inovasi produk-produk industri yang berskala besar. Pembangunan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) sangat diperlukan karena mempunyai peran yang cukup signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertimbangan lain yang menyebabkan penting dan mendesaknya pengembangan usaha kecil menengah (UKM) adalah : 1. Usaha kecil menengah (UKM) sudah saatnya diberikan kepercayaan dalam pembangunan perekonomian nasional, karena telah mampu menunjukkan peran strategisnya sebagai pengaman perekonomian nasional 2. Pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) akan langsung terkait dengan upaya perbaikan kehidupan masyarakat luas yang semakin memburuk akibat krisis ekonomi.

(20) Menurut Saleh Afif (Irianto, 1996, h. 10), “Industri kecil berperan penting dalam menjawab tantangan-tantangan pembangunan yaitu dalam perluasan tenaga kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah jumlahnya, peningkatan penghasilan masyarakat secara lebih merata dan peningkatan ekspor”. Oleh karena itu usaha kecil menengah (UKM) perlu untuk ditingkatkan atau dikembangkan.Hal ini juga diperkuat oleh pendapat E.F. Schumacher (Irianto, 1996, h. 26) bahwa “Perusahaan dengan skala kecil merupakan sebuah solusi bagi penyediaan masalah-masalah ekonomi di dunia saat ini, karena perusahaan kecil mempunyai manajemen yang fleksibel atau tidak kaku dank arena sifat inilah yang menjadi kekuatan utama dari industri kecil”. Keberadaan usaha kecil menengah (UKM) tidak dapat dihapuskan ataupun dihindarkan dari masyarakat bangsa saat ini.Karenda keberadaannya sangat bermanfaat dalam hal pendistribusian pendapatan masyarakat.Selain itu juga mampu menciptakan kreatifitas yang sejalan dengan usaha untuk mempertahankan dan mengembangkan unsur-unsur tradisi dan kebudayaan masyarakat setempat.Ini merupakan ciri khas dari sifat dan keberadan usaha kecil menengah (UKM) yang mampu bersinergi dengan kondisi sosial kultural masyarakat setempat.Sehingga dengan demikian tradisi dan kebudayaan yang ada tidak hilang dan tetap mengakar kuat, karena tradisi dan kebudayaan merupakan asset kekayaan yang perlu dilestarikan dan dipertahankan. Pada sisi yang lain, usaha kecil menengah (UKM) mampu menyerap tenaga kerja dalam skala yang besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran. Industri yang berkembang di masyarakat terutama masyarakat pedesaan dapat mengurangi tingkat urbanisasi dan migrasi ke kota. Sehingga hal ini akan mengurangi pula berpindahnya tenaga-tenaga potensial masyarakat desa ke kota. Dan juga akan mengurangi ataupun menghindarkan tingkat kesenjangan masyarakat kota dan pedesaan dalam hal penyediaan lapangan kerja. Dari sinilah terlihat bahwa keberadaan industri.

(21) kecil yang bersifat padat karya, menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah dipahami mapu menjadi sebuah wadah bagi masyarakat untuk bekerja. Namun selain keberadaan usaha kecil menengah (UKM) yang menguntungkan tersebut, banyak pula kendala yang dihadapi, bahkan dapat berdampak pada kondisi terburuk bahwa usaha kecil menengah (UKM) ini mengalami gulung tikar. Adapun beberapa kendala atau tantangan yang sering dihadapi tersebut menurut Kuncoro (2003, h. 316-317) adalah sebagai berikut : 1.. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. 2.. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalan terhadap sumber-sumber permodalan. 3.. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen SDM. 4.. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). 5.. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan. 6.. Pembinaan yang telah dilaksanakan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil menengah (UKM) Beberapa kendala sebagaimana tersebut diatas inilah yang memerlukan perhatian yang. lebih dari pemerintah melalui Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan agar usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Sehingga keberadaan usaha kecil menengah (UKM) perlu untuk diberdayakan. Peran serta pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) sangatlah diperlukan agar usaha kecil menengah (UKM) ini dapat berkembang lebih pesat.Pemberdayaan ini ditujukan agar sektor ini dapat berperan sebagai sumber penghasilan yang cukup bagi pemilik usaha dan bagi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaannya.Karena jika dalam hal.

(22) ini ditangani secara sungguh-sungguh, usaha kecil menengah (UKM) ini dapat menjadi sumber penghasilan atau pendapatan yang potensial. Atas dasar inilah sektor industri, terutama usaha kecil menengah (UKM) perlu ditangani dan dibina secara lebih serius oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi dan UMKM. Upaya ini pada dasarnya ditujukan untuk memberdayakan pengusaha kecil agar usahanya dapat berkembang dan semakin maju, sehingga dapat berdampak pada pemerataan tingkat kesejahteraan, khususnya bagi para pengusaha kecil itu sendiri dan umumnya bagi masyarakat. Untuk menjadikan usaha kecil menengah (UKM) yang mandiri dan tangguh diperlukan adanya kebijaksanaan yang mendukung hal tersebut.Selama ini kebijakan pemerintah yang diterapkan adalah kebijaksanaan kebijakan top down.Kebijakan ini kurang efektif dalam pelaksanaannya karena pemerintah pusat tidak mengetahui potensi yang dimiliki daerah.Tentu saja hal ini menghambat perkembangan usaha kecil menengah (UKM) itu sendiri. Untuk itu pemerintah perlu mengganti dengan kebijakan bottom up. Usaha kecil menengah (UKM) akan dapat menentukan usahanya sendiri dan akan mampu menghasilkan produk yang mempunyai unggulan komperatif yang pada akhirnya dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis baik di pasar domestik maupun internasional. Perlu adanya penumbuhan iklim usaha yang kondusif melalui program kemitraan, program pembinaan, kebijaksanaan dari masing-masing instansi pemerintah harus mendukung pembangunan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM). Pelaksanaan programprogram tersebut berkaitan erat dengan peran instansi daerah dalam memberdayakan usaha kecil menengah (UKM). Mengingat pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) ini sangatlah penting, terutama pada perekonomian masyarakat menengah ke bawah di pelosok daerah (kabupaten/kota), maka kebijakan yang diambil oleh pemerintah melalui Dinas Koperasi dan UMKM lebih mengacu pada strategi pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM). Adapun.

(23) strategi pemberdayaan tersebut tertuang dalam RenstraPemerintah Kabupaten/Kota yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Pemberdayaan. (empowerment). pada. awalnya. timbul. dari. adanya. paradigma. pembangunan yang menempatkan negara terlalu dominan dalam melaksanakan pembangunan (Soetrisno, 1995).Pemberdayaan merupakan salah satu strategi atau paradigma pembangunan yang diimplementasikan dan dikembangkan dalam kegiatan pembangunan, terutama di negaranegara sedang berkembang. Paradigma pemberdayaan ini berupaya untuk mengubah kondisi yang serba sentralistis ke situasi yang lebih otonomi dengan cara memberi kesempatan pada kelompok miskin untuk merencanakan dan kemudian melaksanakan program pembangunan yang mereka pilih sendiri. Kartasasmita (1996), mengemukakan bahwa pemberdayaan secara praktis merupakan : “Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat yang akan berakibat meningkatkan produktivitas rakyat.Sehingga baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat dapat pula ditingkatkan produktivitasnya.Dengan demikian, rakyat dan lingkungannya mampu secara partisipatif menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah ekonomis. Pada akhirnya, rakyat miskin atau yang berada pada posisi belum termanfaatkan secara penuh potensinya, akan meningkat bukan hanya ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya. Dengan demikian pemberdayaan tidak saja menumbuhkembangkan nilai tambah ekonomis, tetapi juga nilai tambah sosial dan budaya.” Tujuan dari pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) ini sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 antara lain : 1. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah 2. Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan ekspor.

(24) 3. Peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional. Dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM), pemerintah memiliki tugas dan peran yang sangat penting. Tugas dan peran tersebut diantaranya adalah menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui penetapan perundangundangan dan kebijakan, melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) bersama-sama dengan masyarakat, menyediakan pembiayaan bekerja sama dengan lembaga keuangan serta memfasilitasi kemitraan usaha kecil menengah (UKM). Pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) pada dasarnya ditekankan pada upaya untuk menciptakan pemerataan kesempatan kerja dan berusaha, melestarikan seni budaya, modernisasi masyarakat desa, memperkuat struktur industridan meningkatkan ekspor nasional. Dengan adanya pengembangan ini, diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan nantinya diharapkan dapat berkembangnya usaha kecil menengah (UKM) kearah yang lebih maju dan mandiri.. Perkembangan jumlah usaha kecil menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto dalam 5 tahun. Tabel 1.1 :Perkembangan Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto Tahun. 2009. 2010. 2011. 2012. 2013. Jumlah. 32.062. 58.966. 96.219. 129.488. 155.411. Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Mojokerto.

(25) Dengan adanya kebijakan otonomi daerah seperti halnya daerah-daerah lain, Kabupaten Mojokerto sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi usaha kecil menengah (UKM) cukup banyak yang terdaftar di sektor industri dan harus mampu mengembangkan potensi tersebut. Dimana jika potensi ini dikelola dan dikembangkan dengan baik maka akan dapat menjadi komoditi dan sumber perekonomian yang potensial untuk masa yang akan datang. Karena jika ditinjau secara fisik dari bentuk industri skala besar yang ada belum mampu mengakomodir terhadap lapangan kerja yang ada bagi para warga masyarakat dan kapasitas barang produksinya pun belum mampu memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian daerah.Sedangkan wujud usaha kecil menengah (UKM) yang berkembang dan tersebar tersebut merupakan potensi usaha industri daerah selain sektor agraris yang menjadi sumber perekonomian warga. Sebagaimana. permasalahan. usaha. kecil. menengah. (UKM). pada. umumnya,. berdasarkan informasi dari Dinas Koperasi dan UMKM setempat, identifikasi masalah usaha kecil menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto antara lain kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan usaha industrinya, kurangnya sarana dan prasarana, masalah permodalan serta kurangnya akses pemasaran produk. Untuk itulah pemerintah daerah setempat melalui Dinas Koperasi dan UMKM bertanggung jawab sepenuhnya atas berbagai kegiatan industri yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam hal peningkatan kemajuan sektor industri dan kontribusi perekonomian dari sektor ini. Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut diatas, maka penulis dalam penelitian ini tertarik untuk mengambil judul :“Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) (Studi Kasus Kabupaten Mojokerto)”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :.

(26) 1. Bagaimana upaya Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam rangka pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) ?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan berbagai upaya Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam rangka pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) 2. Untuk mengetahui dan mendeksripsikan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto.. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari adanya penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Manfaat Teoritis Untuk. menerapkan. ilmu. yang. selama. ini. diperoleh. di. bangku. kuliah. dan. mempraktekkannya sesuai dengan kondisi yang ada.Penelitian ini dapat menambah wawasan, khususnya mengenai usaha kecil dan menengah (UKM) yang ada di Kabupaten Mojokerto. 2. Manfaat Praktis.

(27) a) Media referensi bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian terkait dengan usaha kecil menengah(UKM) sehingga dapat memberikan gambaran, menambah wawasan, pengetahuan dan informasi kepada peneliti lain sebagai salah satu acuan atau pedoman dalam penulisan b) Bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi pembuat kebijakan terutama pemerintah daerah dalam rangka pengembangan usaha kecil menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto.. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah 2.1.1. Pengertian Pemerintah Daerah Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, pemerintah. daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas perbantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Pemerintah daerah terdiri dari Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.Sedangkan DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang juga sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah..

(28) Pemerintah daerah seringkali diistilahkan sebagai local government. Josef R. Kaho (Jimung, 2005, h.40) mendefinisikan local governmentadalah : “Bagian dari pemerintah suatu negara atau bangsa yang berdaulat yang dibentuk secara politis berdasarkan undang-undang yang memiliki lembaga atau badan yang menjalankan pemerintahan yang dipilih masyarakat daerah tersebut, dan dilengkapi dengan kewenangan untuk membuat peraturan, memungut pajak serta memberikan pelayanan kepada warga yang abadi dalam wilayah kekuasaannya”. Sedangkan menurut Hoessin (Muluk, 2005, h.10) mengemukakan bahwa local government merupakan konsep yang mengandung 3 arti, yaitu : 1. Berarti pemerintah lokal yang seringkali dipertukarkan dengan local authority yang mengacu pada organ atau badan pemerintah 2. Mengacu pada pemerintahan lokal yang dilakukan pemerintah lokal (mengacu pada fungsi) 3. Bermakna daerah otonom. Secara historis, istilah local government di Indonesia pernah dikenal dengan daerah swatantra, yang sekarang ini dikenal dengan pemerintah daerah.Pemerintahan umum pusat di daerah pada masa kemerdekaan disebut pamong praja. Pemerintahan khusus pusat di daerah dalam keseharian disebut jawatan di daerah atau dinas vertical. Jadi pemerintaha lokal tidaklah sama dengan pemerintahan daerah. Pemerintahan lokal meliputi pramong praja, jawatan vertikal dan pemerintahan daerah. Perlu diketahui pula bahwa dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban (sebagai daerah otonom) untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2.1.2. Kewenangan Pemerintah Daerah.

(29) Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan, pemerintah daerah mempunyai kewenangan.Adapun kewenangan pemerintah daerah dalam hal ini adalah menjalankan otonomi yang seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi dan tugas perbantuan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah pusat meliputi : 1. Politik luar negeri 2. Pertahanan 3. Keamanan 4. Yustisi 5. Moneter dan fiskal nasional 6. Agama. Dalam penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah, diselenggarakan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.Adapun hubungan antar susunan. pemerintahan. tersebut. meliputi. hubungan. antar. provinsi. dengan. provinsi,. kabupaten/kota dengan kabupaten/kota atau provinsi dengan kabupaten/kota. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.Untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Sedangkan urusan yang bersifat pilihan merupakan urusan secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi :.

(30) 1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan 2. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang 3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum 5. Penanganan bidang kesehatan 6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial 7. Penanggulangan masalah sosial lintas Kabupaten atau Kota 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas Kabupaten atau Kota 9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah termasuk dalam lintas Kabupaten atau Kota 10. Pengendalian lingkungan hidup 11. Pelayanan pertahanan termasuk lintas Kabupaten atau Kota 12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan 14. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas Kabupaten atau Kota 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten atau Kota 16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. 2.1.3. Desentralisasi Desentralisasi secara principal di Indonesia dalam bentuk desentralisasi perundangan. (regeling) dan pemerintahan (bestuur).Desentralisasi tersebut diatur dalam pasal 18 UndangUndang Dasar Tahun 1945. Namun demikian, desentralisasi dari sudut asal usul bahasa berasal dari bahasa latin yaitu “de” atau lepas dan “centrum” atau pusat sehingga desentralisasi berarti melepaskan diri dari pusat. Hal ini berarti bahwa adanya kewenangan dari bagian atau bawahannya untuk melaksanakan sesuatu yang diserahkan dari pusat dengan tetap adanya hubungan pusat dengan bagian atau bawahannya. (Supriatna, 1996, h.1).

(31) Di dalam arti ketatanegaraan yang dimaksud desentralisasi itu adalah pelimpahan kekuasaan pemerintahan dari pusat kepada daerah-daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Desentralisasi juga adalah cara atau sistem untuk mewujudkan asas demokrasi, yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta dalam pemerintahan negara. Menurut J.H.A. Logeman desentralisasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu : 1. Dekonsentrasi. (deconcentratie). atau. “ambtelijke. decentralisatie”. yaitu. pelimpahan. kekuasaan dari alat perlengkapan negara tingkatan atas kepada bawahannya guna melancarkan pekerjaan di dalam melaksanakan tugas pemerintahan; 2. Desentralisasi ketatanegaraan atau “staatkundige decentralisatie” yang sering juga disebut desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan perundangan dan pemerintahan (reglende en bestuurende bevoerheid) kepada daerah otonom di dalam lingkungannya. Di dalam desentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu (perwakilan) ikut serta di dalam pemerintahan dengan batas wilayah daerah masing-masing. (Supriatna, 1996, h.1) Selanjutnya ada juga yang menyebutkan definisi desentralisasi dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu kelompok Anglo Saxon dan kelompok Kontinental. a. Kelompok Anglo Saxon Kelompok Anglo Saxon dalam Kaho (Jimung, 2005, h. 29) mendefinisikan desentralisasi sebagai “Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat yang ada di daerah disebut dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonomi daerah yang disebut devolusi”. Devolusi diartikan sebagai pemberian sebagian kekuasaan yang diserahkan kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaan sepenuhnya untuk mengambil keputusan, baik secara politis maupun secara administratif..

(32) Sementara itu menurut Corolie Bryant dan Louis G. With (Jimung, 2005, h.29) menegaskan bahwa desentralisasi adalah “Transfer kekuasaan yang dapat dibedakan ke dalam desentralisasi administrasi dan desentralisasi politik”. Desentralisasi administrasi merupakan pendelegasian wewenang pelaksanaan yang diberikan kepada pejabat pusat ditingkat lokal.Sebaliknya desentralisasi politik adalah pemberian. kewenangan. dalam. membuat. keputusan. dan. pengawasan. tertentu. terhadapsumber-sumber daya yang diberikan kepada badan-badan pemerintah regional dan lokal, dengan tujuan untuk pemberdayaan lokal. b. Kelompok Kontinental Menurut R. Tresna (Jimung, 2005, h.30) membedakan desentralisasi atas dua bagian, yaitu. :. “Amtalijke. Decentralitie”. (desentralisasi. jabatan). atau. dekonsentrasi. dan. “Staatskundige Decentralitie” (desentralisasi ketatanegaraan) yang dibagi lagi ke dalam desentralisasi territorial dan desentralisasi fungsional. Desentralisasi jabatan adalah pemberian atau penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan semata.Sedangkan desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di dalam lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara. Sebaliknya menurut Amran Muslimin (Jimung, 2005, h.30) tidak memasukkan dekosentrasi sebagai salah satu jenis dari desentralisasi, desentralisasi dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : 1. Desentralisasi politik, yakni pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat yang meliputi hak mengatur dan mengurus kepentingan rumah tangga sendiri bagi badanbadan politik di daerah-daerah yang dipilih oleh rakyat dalam daerah-daerah tertentu..

(33) 2. Desentralisasi fungsional adalah pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk mengurus segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat, baik terikat maupun tidak pada suatu daerah tertentu. 3. Desentralisasi kebudayaan adalah pemberian hak kepada golongan-golongan minoritas dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri, seperti mengatur pendidikan, agama dan sebagainya. Menurut Ryaas Rasyid (Yudhoyono, 2001, h.20) mendefinisikan desentralisasi yaitu adanya pelimpahan wewenang dari tingkat atas organisasi kepada tingkat bawahnya secara hirarkis. Sedangkan Rondinelly (Yudhoyono, 2001, h.20) menjelaskan bahwa : “Desentralisasi dapat dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundangundangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintahan dari pemerintah (pusat) kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada kelompok-kelompok fungsional atau organisasi non pemerintahan atau swasta.” Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang Pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah, mengenai alasan-alasan ini The Liang Gie (Kaho, 2005, h. 8-9) menyatakan sebagai berikut : 1. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan (game teory). Desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani..

(34) 2. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. 3. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat, pengurusannya diserahkan untuk daerah. 4. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan dan latar belakang sejarahnya. 5. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut. 2.2 Otonomi Daerah 2.2.1. Pengertian Otonomi Daerah Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani (autos = sendiri) dan (nomous = undang-. undang) yang berarti pengundangan sendiri (zelfwetgeving). Menurut perkembangan sejarah pemerintahan di Indonesia, otonomi selain mengandung arti “perundangan” (regeling), mengandung arti pula “pemerintahan” (bestuur). Otonomi dapat diartikansebagai : (a) Rakyat atau masyarakat setempat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan melakukan pengawasan atas jalannya pemerintahan (b) Pemerintah atau pemegang kekuasaan politik akan lebih responsif dan akomodatif terhadap tuntutan rakyat, lebih bertanggung jawab dan transparan dalam menjalankan kekuasaannya.

(35) (c) Pemerintah rela berbagi kekuasaan dengan rakyat atau berbagai komponen dalam masyarakat (d) Terbuka kesempatan untuk saling belajar dan saling mengoreksi ke arah penyelenggaraan good and clean governance (e) Rakyat dan aparat pemerintah harus lebih aktif dan kreatif mencari jalan untuk memajukan kehidupan bersama (f) Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta pengelolaan sumber daya daerah hendaklah menjadi lebih efisien dan efektif. Widjaja (2002, h.76) mengartikan otonomi daerah sebagai berikut : “Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan” Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pada prinsipnya luasnya atau batasnya rumah tangga sesuatu daerah itu dapat ditinjau dari 2 (dua) sudut, yaitu :.

(36) 1. Dari sudut teritorium, luasnya kekuasaan otonomi sesuatu daerah otonom itu terbatas sampai wilayahnya saja, diluar batas wilayahnya, daerah otonom tidak mempunyai kekuasaan meskipun terhadap seseorang penduduknya sendiri, akan tetapi berada diluar batas daerahnya 2. Dari sudut materie, maka isi dan luas rumah tangga daerah itu tergantung dari sistem rumah tangga yang digunakan. (Supriatna, 1996, h.3) Jadi secara universal otonomi daerah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Daerah memiliki kewenangan untuk membuat kebijakannya sendiri tanpa intervensi dari pihak luar 2) Daerah memiliki kewenangan untuk memilih dan menentukan pimpinan daerahnya 3) Daerah memiliki kewenangan penuh mengelola keuangannya dalam membiayai kegiatan rumah pemerintahannya 4) Lembaga daerah memiliki supremasi terhadap eksekutif daerah. Diberikannya hak dan kekuasaan perundangan dan pemerintahan kepada badan-badan otonomi seperti provinsi, kabupaten atau kota maka badan-badan tersebut dengan inisiatifnya sendiri dapat mengurus rumah tangganya dengan mengadakan peraturan-peraturan daerah yang tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dasar atau peraturan perundangan yang lebih tinggi dan mampu menjalankan penyelenggaraan kepentingan-kepentingan umum. Berdasarkan definisi-definisi di atas, bahwa otonomi daerah merupakan hak dan kewajiban daerah-daerah otonom untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Dengan adanya otonomi daerah tersebut segala urusan daerah menjadi kewenangan penyelenggara pemerintah daerah. 2.2.2. Tujuan Otonomi Daerah.

(37) Tujuan diberikan otonomi daerah adalah untuk memperlancar pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di daerah termasuk di dalamnya dalam rangka pembangunan nasional. Menurut Widjaja (2002, h. 76) tujuan otonomi adalah mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan kepada pemerintah daerah adalah antara lain menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan antara pemerintah dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Memberikan otonomi kepada daerah, khususnya Kabupaten/Kota ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan masyarakat di daerah, memberikan peluang pendidikan politik dalam rangka peningkatan kualitas demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan publik di daerah, dan pada akhirnya diharapkan pula dapat terciptanya cara pemerintahan yang baik (good governance). 2.2.3. Prinsip- Prinsip Penyelenggaraan Otonomi Daerah Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip ekonomi seluas-luasnya dalam arti daerah. diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah. Pada penjelasan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa selain prinsip otonomi seluas-luasnya juga diterapkan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab..

(38) “Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional”. Prinsip yang sama tentang pelaksanaan otonomi daerah juga diungkapkan dalam Kansil dan Kansil (2004, h.8) adalah prinsip Otonomi Nyata dan Bertanggung Jawab, yakni dijelaskan sebagai berikut : “Prinsip otonomi yang Nyata berarti pemberian otonomi kepada daerah hendaknya berdasar pertimbangan, perhitungan tindakan, dan kebijaksanaan yang benar-benar dapat menjamin bahwa daerah yang bersangkutan nyata-nyata mampu mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan prinsip otonomi yang Bertanggung Jawab berarti bahwa pemberian otonomi daerah itu benar-benar sesuai dengan tujuannya, yaitu : 1. Lancar dan teraturnya pembangunan di seluruh wilayah bangsa 2. Sesuai atau tidaknya pembangunan dengan pengarahan yang telah diberikan 3. Sesuai dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa 4. Terjaminnya keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah 5. Terjaminnya pembangunan dan perkembangan daerah.”.

(39) Dari pernyataan diatas bahwa prinsip penyelenggaraan otonomi daerah adalah prinsip otonomi. seluas-luasnya. dalam. artian. kewenangan. daerah. untuk. mengurus. urusan. pemerintahannya sendiri diluar urusan Pemerintah Pusat, selain itu prinsip yang digunakan prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab yang ditujukan untuk mencapai kesejahteraan rakyat tetapi tetap terjaminnya hubungan yang serasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain prinsip tersebut, hal yang mendasar dari diberikannya otonomi kepada daerah adalah. dengan. tujuan. agar. daerah-daerah. berorientasi. pada. pembangunan,. yaitu. pembangunan dalam arti luas yang meliputi semua segi kehidupan dan penghidupan.Dengan demikian otonomi daerah boleh condong merupakan kewajiban daripada hak.Hal ini berarti bahwa daerah berkewajiban melancarkan jalannya pembangunan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab sebagai sarana untuk mencapai tujuan nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2.2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Otonomi Daerah Untuk dapat melaksanakan tugas otonomi dengan sebaik-baiknya ada beberapa faktor. dan syarat yang perlu mendapat perhatian. Kaho (2005, h.66) beranggapan bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah : a. Manusia pelaksananya harus baik b. Keuangannya harus cukup baik c. Peralatannya harus cukup dan baik d. Organisasi dan manejemennya harus baik Faktor pertama yaitu manusia pelaksananya harus baik merupakan faktor yang paling esensial dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena manusia merupakan subyek dalam aktivitas pemerintahan. Manusia yang merupakan pelaku dan penggerak proses.

(40) mekanisme dalam sistem pemerintahan agar dapat berjalan dengan sebaik-baiknya yakni sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Mekanisme sistem pemerintahan baik daerah maupun pusat akan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang dikehendaki apabila manusia sebagai subyek yang menggerakkan baik pula. Pengertian baik disini meliputi : 1) mentalitasnya / moralitasnya baik dalam arti jujur, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya dan dapat bersikap sebagai abdi masyarakat, 2) memiliki kecakapan / kemampuan tinggi untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Faktor kedua adalah keuangan yang baik.Faktor keuangan penting dalam setiap kegiatan. pemerintahan,. karena. setiap. kegiatan. pemerintahan. selalu. membutuhkan. biaya.Semakin besar jumlah uang yang tersedia maka semakin banyak kemungkinan kegiatan yang dapat dilaksanakan.Selain itu semakin baik pengelolaannya maka semakin berdaya guna pemakaian uang tersebut. Pentingnya pengelolaan keuangan daerah karena pengendalian keuangan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan yang ditempuh untuk mewujudkan kemakmuran daerah tersebut dan anggaran yang merupakan alat utama pada pengendalian keuangan daerah harus tepat dalam bentuk dan susunannya dengan memuat rancangan yang didasarkan pada pandangan ke depan yang lebih bijaksana. Dengan demikian unttuk menciptakan pemerintahan daerah yang baik dan dapat melaksanakan otonomi daerah maka faktor keuangan ini mutlak diperlukan. Faktor ketiga adalah peralatan yang cukup dan baik. Peralatan yang baik (praktis, efisien dan efektif) jelas diperlukan bagi terciptanya suatu pemerintahan yang baik, seperti alatalat kantor, alat-alat komunikasi, transportasi dan sebagainya. Peralatan yang baik tergantung pula pada kondisi keuangan yang dimiliki serta kecakapan manusia atau aparat yang menggunakannya..

(41) Faktor keempat adalah organisasi dan manajemen yang baik. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi dalam arti struktur yaitu susunan yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta segenap pejabat, kekuasaan, tugasnya dan hubungannya satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan tertentu.Sedangkan yang dimaksud manajemen adalah proses manusia yang menggerakkan tindakan dalam usaha kerjasama sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Dengan demikian untuk dapat melaksanakan otonomi daerah dengan baik maka diperlukan organisasi dan manajemen pemerintahan daerah yang baik pula.Manajemen pemerintahan daerah yang baik tergantung pada kepala daerah dalam menggerakkan peralatan seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang. 2.3 Pemberdayaan 2.3.1. Pengertian Pemberdayaan Konsep pemberdayaan merupakan paradigm baru dalam pembangunan masyarakat. yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan pembangunan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Prijono dan Pranarka (1996, h.34) memberikan makna pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat negara regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi, dan lain-lain. Friedmann (1992) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan atau empowerment muncul karena adanya premis mayor yaitu kegagalan dan harapan.Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan.Sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, persamaan antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Pemberdayaan atau empowerment sebagai alternatif pembangunan pada intinya adalah memberikan tekanan pada otoritas.

(42) pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumber daya pribadi, langsung atau melalui partisipasi demokrasi dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung, tetapi akan sangat tidak realistis jika kekuatan ekonomi dan struktur di luar civil society diabaikan. Pemberdayaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 adalah usaha yang dilakukan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Jadi dapat disimpulkan bahwa memberdayakan mengandung makna mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, dan memperkuat posisi tawar (bargaining) lapisan bawah (masyarakat) terhadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.Dan yang lebih mengetahui kondisi dan potensi dari warganya adalah pemerintah itu sendiri, dalam hal ini adalah pemerintah daerah masing-masing.Sebelum diterapkannya otonomi daerah, kebijakankebijakan yang diterapkan daerah-daerah merupakan produk dari kebijakan yang ada di pusat, disamaratakan. Padahal situasi, kondisi serta potensi yang dimiliki tiap-tiap daerah tidaklah sama dengan yang ada di pusat. Oleh karena itu setelah adanya otonomi daerah, maka diharapkan dapat lebih memacu proses pembangunan yang ada karena sudah paham akan potensi daerahnya masing-masing, begitu pula kebijakan pemberdayaan industri kecil dan usaha kecil menengah (UKM). Dengan demikian, para pengusaha kecil dan menengah dapat ikut ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan peningkatan usahanya. Pemberdayaan merupakan bagian dari pembangunan dan saling memiliki keterkaitan. Dalam setiap proses pembangunan akan terjadi juga proses pemberdayaan masyarakat,.

(43) khususnya masyarakat pengusaha industri kecil dan menengah. Ini dimaksudkan agar nantinya masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang baru. Pembangunan akan berkembang secara dinamis berdasar kemampuan dan kekuatan masyarakat sendiri, dalam rangka menumbuhkan usaha industrinya. Bila masyarakat telah tumbuh dan berdaya, maka pembangunan akan berakar kuat pada rakyat, sehingga akan makin kuat dan kokoh menyangga pembangunan serta perekonomian di bangsa ini.. 2.3.2. Tahapan Pemberdayaan Upaya pemberdayaan menurut Kartasasmita (1996, h. 24) dilakukan melalui 3 arah,. yaitu : 1. Menetapkan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia atau masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, pemberdayaan adalah usaha untuk membangun daya itu dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berusaha untuk mengembangkannnya. 2. Memperkuat daya atau potensi yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Penguatan ini meliputi langkah-langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai masukan, surat pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. 3. Memberdayakan mengandung arti melindungi, dalam proses pemberdayaan harus mampu mencegah yang lemah menjadi semakin lemah, karena kurang berdaya dalam menghadapi pihak-pihak yang kuat. Oleh karena itu perlindungan dan pemihakan kepada masyarakat yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan. Dengan demikian untuk menciptakan masyarakat yang berdaya, perlu adanya pemihakan pertumbuhan ekonomi.

(44) kerakyatan yang. diarahkan langsung. pada akses rakyat. kepada sumber. daya. pembangunan disertai penciptaan peluang-peluang bagi masyarakat di lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dan memperkuat daya saing ekonomi. Ketiga arah pemberdayaan diatas berpangkat pada 2 sasaran utama, yaitu : 1. Untuk melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan 2. Untuk memperkuat posisi masyarakat dalam struktur kekuasaan. (Sumodiningrat, 1996) Untuk mewujudkan sasaran tersebut diperlukan suntikan modal usaha, penguatan institusi, pembangunan prasarana dasar.Hal ini terkait pula dengan penciptaan kesempatan kerja dan peluang usaha yang memberikan kesejahteraan yang memadai bagi masyarakat. Untuk sampai pada ketiga sasaran diatas maka proses pemberdayaan masyarakat industri kecil dan usaha kecil menengah (UKM) dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Inisial yaitu pemberdayaan dari pemerintah, oleh pemerintah, dan untuk pemerintah 2. Partisipatoris yaitu pemberdayaan dari pemerintah bersama masyarakat, dan untuk rakyat 3. Emansipatoris yaitu pemberdayaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan didukung oleh pemerintah. (Prijono dan Pranarka, 1996, h.2) Pada tahap ketiga ini, masyarakat sudah dapat menemukan eksistensi dirinya, sehingga dapat melakukan pembaruan-pembaruan dalam mengaktualisasikan diri atau emansipatoris, kegiatan pemberdayaan masyarakat industri kecil dan usaha kecil menengah (UKM) telah mencapai puncaknya dan untuk merealisasikannya diperlukan 2 (dua) persyaratan pokok (Kartasasmita, 1996, h.104), yaitu : 1. Perencanaan. pembangunan,. dimana. perencanaan. pembangunan. yang. berwajah. pemberdayaan masyarakat adalah yang mengarah pada strategi dasar pemberdayaan.

(45) masyarakat yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan, dan strategi ini memiliki 3 (tiga) arah, yaitu : a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat b. Pemantapan ekonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta masyarakat c. Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budidaya yang bersumber pada peran masyarakat lokal. 2. Pelaksanaan program pembangunan yang berwajah pemberdayaan masyarakat memiliki ciri antara lain : a. Kegiatan yang dilakukan harus terarah dan menguntungkan masyarakat lemah b. Pelaksanaan harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, dimulai dari pengenalan apa yang dilakukan c. Karena masyarakat lemah sulit untuk bekerja sendiri-sendiri, akibatnya kekurangan keberdayaannya,. maka. upaya. pemberdayaan. masyarakat. menyangkut. pula. pengembangan kegiatan bersama (cooperative) dalam kelompok yang dapat dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal d. Mengerahkan partisipasi yang luas dari masyarakat untk turut serta membantu dalam rangka kesetiakawanan sosial, disini termasuk keikutsertaan orang-orang setempat yang telah maju dan anggota masyarakat yang mampu lainnya, organisasi masyarakat termasuk LSM, Perguruan Tinggi dan sebagainya.. 2.3.3. Strategi Pemberdayaan Berbagai pendekatan yang mungkin dapat diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil. dan menengah (UKM) yang antara lain : 1. Upaya pemberdayaan yang terarah atau pemihakan kepada yang lemah.

(46) 2. Pendekatan kelompok untuk memudahkan dalam pemecahan masalah secara bersamasama 3. Pendampingan,. selama. proses. pemberdayaan. yang. dilakukan. oleh. pendamping. (pendamping, lokal, teknis, dan khusus). Yang berfungsi sebagai fasilitator, komunikator, ataupun dinamisator serta membentuk kelompok, mencari solusi atas masalah yang dihadapi (Kartasasmita, 1996, h. 107) Konsep pemberdayaan apabila dikaji lebih mendalam terdapat muatan dasar yang terdiri dari : a. Growth Strategy, dimana dalam pelaksanaan pembangunan lebih diarahkan pada strategi pembangunan dan perhitungan GNP dalam menilai keberhasilan suatu negara. b. Employment Program, yang lebih banyak melihat pada analisa tenaga kerja. c. Basic Need Strategy, yang lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Pemberdayaan atau empowerment dapat dilaksanakan dengan menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu : 1. The Welfare State Pendekatan ini mengarah pada pendekatan manusia dan bukan untuk memperdaya masyarakat dalam menghadapi proses politik, tetapi justru untuk memperkuat keberdayaan masyarakat yang dilatarbelakangi kekuatan potensi lokal masyarakat. 2. The Development Approach Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pembangunan untuk meningkatkan. kemampuan. sebagai. akibat. dari. proses. politik. memberdayakan masyarakat untuk mengatasi ketidakberdayaannya. 3. The Empowerment Approach. dan. berusaha.

(47) Pendekatan ini melihat bahwa kemiskinan sebagai akibat dari proses politik dan berusaha memberdayakan serta melatih masyarakat untuk mengatasi ketidakberdayaan masyarakat. Pelaksanaan pemberdayaan yang baik memerlukan suatu strategi yang baik pula. Hal ini perlu dilakukan agar nantinya selama proses kegiatan berlangsung materi-materi yang akan disampaikan dapat diterima secara utuh dan memberikan respon positif bagi para pengusaha dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber daya yang dimiliki. Parsons et.al.dalam Suharto (2006, h.66) menyatakan bahwa pada umumnya proses pemberdayaan dilakukan secara kolektif. Namun demikian, tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual, meskipun pada gilirannya strategi inipun tetap berkaitan dengan kolektivitas dalam arti mengaitka klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Sedangkan strategi yang akan diterapkan dalam upaya pemberdayaan industri kecil dan usaha kecil menengah (UKM) menurut Sjaifudin (1995, h. 66-75) adalah sebagai berikut : 1. Srategi Peningkatan Kemampuan Finansial Berkembangnya beberapa model penguatan finansial bagi usahawan kecil akhir-akhir ini menunjukkan telah semakin menguatnya komitmen pemerintah, upaya pemerintah tersebut terwujud dengan membantu pengembangan usaha kecil melalui “penyertaan modal sementara” 2. Pengembangan Pemasaran Pada era pasar bebas dimana dunia menjadi tanpa batas (borderiess) terdapat penyatuan pasar domestik dengan pasar internasional, hal ini merupakan peluang, tantangan, dan sekaligus ancaman bagi usaha kecil. Terdapat 3 (tiga) cara strategi pemberdayaan pemasaran, yaitu :.

(48) a. Meningkatkan akses usaha kecil kepada pasar Caranya adalah menciptakan pola hubungan produksi sub kontrak dan promosi. Pola keterkaitan (vertikal) subkontrak lebih diprioritaskan bagi usaha-usaha industri.Pola subkontrak ini memberi manfaat positif bagi usaha kecil karena secara ekonomis usahausaha kecil menjadi subkontraktor memperoleh jaminan pasar dan kontinuitas produksi. Pola ini juga memecahkan masalah kelangkaan bahan baku, kadang-kadang juga modal. b. Proteksi pasar Bentuk proteksi dalam hal ini melalui konsumsi. Sekitar 10% dari total anggaran pemerintah digunakan untuk mengkonsumsi produk-produk buatan usaha kecil. Selanjutnya penutupan sektor usaha tertentu dari investasi seperti ekspor tekstil dan tekstil diprioritaskan bagi industri kecil. Hal ini patut dipertanyakan mengenai seberapa jauh peluang keterbatasan penguasaan teknologi dapat menjadi hambatan untuk bersaing di pasar internasional, terlebih dengan diterapkannya standarisasi produk (ISO 9000), property right serta ecolabeling. Seberapa besar keuntungan yang akan diraih oleh usaha kecil serta beban biaya yang harus ditanggungnya belum jelas. c. Menggeser Struktur Pasar Monopoli menjadi Bersaing Langkah ini sangat strategis mengingat kendala utama usaha kecil untuk berkembang selama ini adalah pasar, modal bukanlah kendala utama mereka. Alternatif yang ditawarkan disini antara lain penghapusan proteksi infant industries mendorong terciptanya iklim persaingan dan reorientasi lembaga koperasi ke arah bisnis. Dalam konteks ini fungsi kontrol sangat diperlukan. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia Diharapkan dapat terjadi melalui perbaikan sistem pendidikan formal, peningkatan keterkaitan dunia pendidikan dengan pasar kerja melalui sistem pemagangan (link and match).

(49) serta pemberian insentif bagi pertumbuhan pusat-pusat penelitian dan pengembangan untuk pengembangan SDM dan teknologi. 4. Strategi Pengaturan dan Pengendalian a. Pengaturan dan Perijinan Secara formal dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur dan memantau perkembangan usaha kecil.Ada 4 (empat) jenis perijinan yang harus dipenuhi untuk mendirikan usaha kecil yaitu ijin tempat usaha, (kelayakan usaha, lokasi serta dampak terhadap kesehatan dan lingkungan), ijin usaha industri, serta ijin perdagangan.Pada lokasi tertentu usaha kecil tidak wajib memiliki SITU. Namun sertifikasi masih tetap harus dipenuhi antara lain melalui Surat Bebas Ijin Tempat Usaha (SBITU) untuk usaha kecil yang berlokasi di LIK (Lokasi Industri Kecil) serta surat tanda pendaftaran industri kecil untuk sentra-sentra industri. b. Perencanaan Tata Ruang Mewujudkan gagasan untuk lebih memperhatikan kepentingan usaha kecil melalui: (1) pelibatan kepentingan usaha kecil dalamperencanaan kota, (2) proses konsultasi sebagai mekanisme untuk mendapatkan masukan dari pihak-pihak yang berkepentingan, (3) pengakuan sungguh-sungguh terhadap peran dan fungsi usaha kecil bagi lingkungan masyarakat kota. c. Fungsi Kelembagaan Dalam hal institusi, reorganisasi di Dinas Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Dalam Negeri serta BAPPENAS adalah merupakan inisiatif untuk mengembangkan usaha kecil serta terpadu dan berjangka panjang yang sejalan dengan upaya untuk mengentaskan kemiskinan. Bidang pembinaan, pengawasan dan pengembangan industri kecil dilebur ke dalam struktur vertikal (subsektor) memberi peluang bagi swasta maupun lembaga.

(50) non pemerintah lainnya untuk terlibat dalam pengembangan usaha kecil secara bersama-sama. Dengan. memperhatikan. strategi-strategi. yang. dipaparkan. diatas,. maka. diharapkan upaya pemberdayaan industri kecil dan usaha kecil menengah (UKM) akan dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.. 2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.4.1. Pengertian dan Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM). a. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (1,2,3,4) menjelaskan tentang Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar, yaitu : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. 4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah,.

(51) yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di Indonesia No.3/9/Bkr, tanggal 17 Mei 2001 usaha kecil adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak dari Rp. 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 milyar rupiah, milik Warga Negara Indonesia, berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan, atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Dari semua pengertian yang berkaitan dengan usaha mikro, kecil dan menengah yang disampaikan diatas, pada dasarnya definisi mengenai usaha kecil berkaitan dengan halhal seperti volume penjualan per tahun dan nilai asset diluar tanah dan bangunan. b. Kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki kriteria dalam mencapai suatu usaha. Kriteria – kriteria Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain : 1. Usaha Kecil, merupakan usaha yang memiliki sifat wirausaha dan mampu menerima pekerjaan yang sifatnya subkontrak. Mempunyai karyawan maksimal 10 orang. 2. Usaha Menengah, merupakan usaha yang memiliki jiwa wirausaha dan mampu melakukan pekerjaan untuk menuju usaha besar. Mempunyai karyawan kurang dari 20 orang..

(52) Kriteria umum Usaha Kecil dan Menengah (UKM) antara lain : 1. Bahan baku mudah diperoleh; 2. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih teknologi; 3. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun; 4. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak; 5. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal / domestic dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor; 6. Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni budaya daerah setempat; 7. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat secara ekonomis menguntungkan. Sedangkan kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada Bab IV pasal 6 ayat (1,2,3), yaitu : 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)..

Gambar

Tabel 1.1 :Perkembangan Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.1 :Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Mojokerto
Gambar 4.1 :Peta Wilayah Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.3 :Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Mojokerto  Tahun 2009 (ha)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat berdasarkan tiap tingkat kemampuan siswa (atas, menengah, bawah), pembelajaran Reciprocal Teaching memberikan peningkatan terbesar komunikasi matematis

1) Suspects, mencakup semua orang yang mungkin akan membeli jasa atau barang perusahaan. 2) Prospects, adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa

Hasil analisa lithofasies dan petrofisik ini diharapkan dapat digunakan sebagai arah pengembangan sumur lapangan “HAFUZA” sehingga eksploitasi cadangan hidrokarbon

kontribusi yang baik pada kinerja ekonomi perusahaan, yang didukung oleh hasil. temuan penelitian (Luciana dan wijayanto 2007) bahwa

Kemudian harga K ini disubstitusikan ke persamaan (g), sehingga diperoleh bentuk persamaan arus pada rangkaian apabila saklar ditutup adalah :.. Rangkaian seperti di

Berdasarkan pembelajaran siklus I, masih terdapat banyak kekurangan- kekurangan yang harus diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus berikutnya. Perbaikan

Terjadi interaksi antara varietas dan konsentrasi larutan hara, konsentrasi larutan hara yang baik untuk varietas Tosakan adalah 6 ml/L, hal tersebut ditunjukkan oleh

Misalnya, terdapat butir soal pada studi TIMSS yang menggunakan stimulus mengenai subway (keretaapi bawah tanah) yang tidak familiar bagi anak Indonesia. Sedangkan studi