• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

MANAJEMEN JALAN ANGKUT TAMBANG PT. VALE INDONESIA

Jalan angkut tambang pada PT. Vale Indonesia memiliki standard tersendiri dalam konstruksi, pemakaian material, hingga pemeliharaannya. Standard tersebut dihasilkan dari beberapa faktor, mulai dari tipe kendaraan yang sering melewati jalan tambang, iklim dan cuaca yang mempengaruhi, kestabilan tanah, aspek keselamatan, dan sebagainya. Bab ini akan menjelaskan tentang standard-standard jalan angkut tambang yang terdapat pada PT. Vale Indonesia.

PT.Vale Indonesia mengklasifikasikan jalan seperti pada gambar sebagai berikut:

Gambar 3.1. Klasifikasi Jalan PT. Vale Indonesia

Jalan pada PT. Vale Indonesia terbagi atas 2, yaitu Main Haul Road (MHR) dan Public Road. MHR adalah jalan lalu lintas pengangkutan material tambang (OB/waste/Rom/SSP/Civil) yang dihitung dari + 100 m dari loading point/dumping point (disposal/Scr. Station/backstop). Sedangkan Public Road adalah jalan yang digunakan untuk umum.

MHR pada aktivitasnya terbagi atas 2, yaitu jalan permanen dan jalan sementara. Jalan permanen adalah semua jalan tambang aktif

(2)

yang terus menerus akan digunakan selama ada aktifitas penambangan. Misalnya jalan pengangkutan Screening Station Product dari Screen Station no 11 ke Wet Ore Stockpile no 3 (WOS no W#3). Jalan tetap atau permanen berumur lebih dari tiga bulan produksi.

Gambar 3.2. Main Haul Road PT. Vale Indonesia

Jalan permanen ini dibagi atas 2 jenis, yaitu jalan tambang aktif dan jalan tambang non-aktif. Jalan tambang aktif adalah semua jalan tambang yang telah terjadwal di dalam rencana penambangan (Plan Short Term Planning) dalam kurun waktu tiga bulan produksi. Sedangkan jalan tambang non-aktif adalah semua jalan tambang yang tidak terjadwal di dalam rencana penambangan (Plan Short Term Planning) dalam kurun waktu tiga bulan produksi.

Jalan sementara adalah semua jalan tambang aktif yang digunakan sementara atau bersifat tidak terus-menerus digunakan. Jalan ini bersifat menggantikan jalan tetap atau permanent. Secara normal penggunaan jalan sementara adalah maksimum 3 bulan dari selesainya pembuatan jalan sementara tersebut dan / atau ada informasi lain yang menunjang selama jalan sementara ini digunakan,

(3)

misalnya ada emergency recovery atau investigasi kecelakaan karena terjadinya kecelakaan di bagian jalan tetap tersebut.

3.1. STANDARD JALAN ANGKUT TAMBANG PT VALE INDONESIA 3.1.1. Spesifikasi Desain

Jalan angkut tambang pada PT Vale Indonesia memiliki standard sendiri dalam konstruksinya. Standard konstruksi jalan angkut tambang PT. Vale Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.  Jalan angkut tambang memiliki lebar 22 meter. Lebar ini didapatkan dari lebar kendaraan terbesar yang akan melewati jalan angkut yang dikali dengan 3, kemudian ditambahkan 4 meter lagi.

 Super-elevasi jalan angkut tambang ada 2 tipe, yaitu typical #1 dengan double cross fall dan typical #2 dengan single double cross fall.

- Typical #1 yaitu tipe super-elevasi untuk badan jalan dengan kemiringan 3% dari center line.

- Typical #2 yaitu tipe super-elevasi untuk tikungan jalan dengan kemiringan 3% pinggir jalan.

Typical #1

Typical #2

(4)

Road grade jalan angkut adalah maksimal ketinggian sebesar 12 % untuk panjang jalan 900 meter.

Gambar 3.4. Ilustrasi road grade standard

Safety berm pada jalan angkut setinggi 1,5 meter dengan perbandingan slope 1.5 : 1. Untuk jalan di dekat tebing, pada konstruksinya kemiringan sebesar 1 : 1.5.

Gambar 3.5. Standard ketinggian Berm Tabel 3.1. Design Specification

Specification Detail

Running Width 22 meter

Slope See PTI Manual of Slope Stability

(5)

cross fall 3%

- Typical #2, single cross fall 3%

Road Grade Maximum 12 % for 900 m length

Safety Berm 1.5 m height, slope 1.5:1

3.1.2. Road Material

Material yang digunakan dalam konstruksi jalan angkut tambang biasa disebut civil material. Civil material ini tidak hanya digunakan untuk konstruksi jalan saja, melainkan untuk konstruksi lainnya seperti pondasi bangunan. Ada 3 jenis civil material yang digunakan, yaitu slag, reject material, dan quarry.

Slag

Slag adalah limbah buangan dari industri pengolahan nikel berbentuk liquid panas yang kemudian mengalami pendinginan sehingga membentuk batuan alam yang terdiri dari slag padat dan slag berpori. Berdasarkan bentuknya slag nikel dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu high, medium dan low slag. Slag nikel yang masuk kategori high diperoleh dari proses pemurnian di converter berbentuk pasir halus bewarna coklat tua, sedangkan kategori medium dan low slag diperoleh lewat tungku pembakaran (furnace). Atas dasar kebijakan PT.Vale Indonesia, maka slag dimanfaatkan sebagai lapisan material untuk pembuatan akses jalan tambang dan sebagai material untuk meningkatkan daya dukung tanah. Hal ini dilakukan karena lemahnya daya dukung tanah yang ada untuk operasi alat berat dan dump truck dalam proses penambangan.

(6)

Gambar 3.6. Material Slag  Reject Material

Reject material adalah material-material (batu/boulder) yang menjadi pengotor dalam kegiatan penambangan/dalam pengambilan ROM. Reject material ini merupakan hasil pemisahan dengan menggunakan grizzly bar pada screening station. Secara umum ada beberapa ukuran reject yang dihasilkan oleh screening station. Material reject yang dihasilkan dari screening station berupa +18” , +4”, +2”. Selain dari hasil screening station, ada juga reject yang merupakan keluaran dari kiln berupa reject dryer +1”. Berdasarkan ukuran dan pemanfaatannya, hanya reject +4”, +2” dan reject dryer yang digunakan sebagai material civil. Hal ini disebabkan oleh ukuran reject +18” yang terlalu besar dan persentase pemakaian yang kecil untuk dipakai sebagai material civil. Sebenarnya reject +18” ini bisa digunakan lagi dengan cara memperkecil ukuran batunya dengan mesin crushing, namun karena hal ini dinilai tidak ekonomis, maka reject +18” kebanyakan hanya di buang begitu saja atau dijadikan sebagai dasar untuk landasan disposal.

(7)

Gambar 3.7. Reject Material  Quarry

Quarry adalah istilah untuk jenis bedrock. Bedrock ini merupakan batuan beku yang terdapat di bawah lapisan saprolite. Batuan ini sangat baik dalam pelapisan jalan angkut tambang Karena sifatnya yang kuat dan kompak.

Gambar 3.8. Quarry Material

Jalan angkut tambang PT. Vale Indonesia dibuat dengan 4 lapisan, yaitu:

(8)

Lapisan ini merupakan lapisan dasar tanah asli. Lapisan tanah dasar ini harus memiliki CBR > 3%. Besar CBR ini sudah termasuk tekanan yang diberikan bila alat seperti dozer dan hauling berlalu-lalang.

Sub Base Course

Lapisan ini merupakan lapisan setelah sub grade. Pada lapisan ini, material yang dipakai adalah material quarry kualitas medium dengan CBR sebesar 30%.

Base Course

Lapisan ketiga yaitu base course. Lapisan ini memakai material good quality quarry dengan CBR 50%.

Surface Course

Lapisan terakhir yaitu surface course. Lapisan ini adalah lapisan di permukaan jalan angkut. Pada lapisan ini, material yang digunakan adalah crushed rock ukuran AP25 dan slag yang dicampur dengan iron cap. Pada tabel dapat dilihat material dan lapisan-lapisan jalan angkut tambang.

Tabel 3.2. Lapisan Jalan Tambang dan Materialnya

Layer Description

Surface Course - AP50 (Crushed Rock), slag mixed with iron cap, etc. - CBR 85% (bearing

capacity 700 kPa) Base Course - good quality of quarry

- CBR 50% (bearing capacity 400 kPa)

Sub Base Course - Medium quality of quarry - CBR 30% (bearing

capacity 250 kPa)

Sub Grade - CBR sub grade should be 3% (increase by traffic load or dozer)

- CBR < 3% should be treated as special case (need further analysis)

(9)

Ketebalan jalan pada PT. Vale Indonesia dibedakan atas 3 jenis. Perbedaan ini berdasarkan pada umur pemakaian jalan angkut tambang tersebut.

 Class #1

Merupakan jalan angkut tambang dengan umur pemakaian lebih dari 1 tahun dan penggunannya sangat sering. Ketebalan jalan ini adalah 2 meter dengan top dressing sebesar 0,3 meter AP50. Sisanya adalah ballast material dengan tebal 1,7 meter dengan menggunakan material quarry.

 Class #2

Merupakan jalan angkut tambang dengan umur pemakaian 3 – 12 bulan dan pemakaian yang sangat rutin. Ketebalannya adalah 1,5 meter dengan tebal top dressing adalah 0,2 meter AP 50 dan 1,3 meter merupakan ballast material dengan menggunakan material quarry.

 Class #3

Merupakan jalan angkut dengan umur pemakaian kurang dari 3 bulan. Ketebalan 1,5 meter dengan top dressing ukuran 20 cm slag yang dicampur dengan iron cap . Sisanya yaitu ballast material dengan tebal 1,3 meter dengan menggunakan material quarry. Berikut merupakan tabel ketebalan jalan angkut tambang.

Tabel 3.3. Deskripsi Ketebalan Jalan

Description Class #1 Class #2 Class #3 Definition Primary road,

road would be in place for more than one year having high usage Secondary road, road planned to be used to develop compartments in a hill and would be used for 3-12 Basic road, used within a bench and would be used for less than 3 months

(10)

months only, but with high usage

Total Thickness 2 m 1.5 m 1.5 m

Top Dressing 0.3 m AP50 0.2 m AP50 20 cm slag screened mixed with iron cap

Ballast Material 1.7 m quarry material

1.3 m quarry material

1.3 m quarry material

3.2. STANDARD PEMELIHARAAN JALAN ANGKUT TAMBANG PT. VALE INDONESIA

PT. Vale Indonesia memiliki standard pemeliharaan jalan angkut tambangnya sendiri. Standard ini dibuat berdasarkan pada aspek konstruksi, manajemen, lingkungan, dan kesehatan dan keselamatan kerja.

3.2.1. Pemeliharaan Standard

Kegiatan pemeliharaan dibagi atas 2 bagian pemeliharaan, yaitu Drainage Maintenance dan Road Maintenance.

Drainage Maintenance. Pada MHR pemeliharaan drainase dilakukan sebulan sekali. Sedangkan Acces Road dilakukan seminggu sekali.

Road Maintenance. Pada MHR pemeliharaan jalan dilakukan seminggu sekali. Sedangkan Acces Road dilakukan setiap hari. Tabel 3.4. Tabel Waktu Pemeliharaan Jalan Angkut

Description MHR Acces Road

Drainage maintenance

Monthly Weekly Road Maintenance Weekly Daily

Overlay -

(11)

Pemeliharaan awal jalan tambang adalah kegiatan yang dilakukan setelah jalan tambang dibuat. Langkah-langkah pemeliharaan awal jalan tambang adalah:

 Kegiatan pemeliharaan diawali dengan membagi jalan menjadi beberapa segmen sesuai dengan rencana PM check.

 Penyelesaian segmen pertama bila identifikasi performa jalan telah dilakukan.

 Penyelesaian segmen kedua pada rencana PM check selanjutnya. Pada saat yang sama, penebaran surface material dan kegiatan Grading dilakukan untuk segmen pertama.

 Begitu seterusnya.

3.2.2. Pertimbangan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Keselamatan Kerja

1. Identifikasi potensi bahaya

Identifikasi potensi bahaya-bahaya sekitar jalan tambang yang kemungkinan sewaktu-waktu dapat terjadi. Hal ini dilakukan agar bahaya-bahaya terhadap lingkungan dan diri karyawan dapat diketahui sehingga dapat dihindari. Hal-hal itu antara lan:  Menabrak

 Tertabrak  Terbentur  Menyenggol

 Tertanam/terperosok

 Tertimpa atau tertimbun tanah longsor  Tergelincir karena jalan licin

 Operator jatuh dari ketinggian  Operator terjepit

 Terpapar debu

 Terpercik atau tertimpa material muatan yang jatuh  Tertimpa, terpukul, tertusuk kayu

2. Alat pelindung diri

Perlengkapan alat pelindung diri dan alat bantu lainnya harus digunakan/disiapkan sebagai berikut:

 Pakaian kerja standard mining  Sepatu standard safety

 Helmet, kacamata, dust masker, penutup telinga standard safety

 Alat pemadam ringan pada setiap alat/kendaraan  Rompi yang dilengkapi dengan scot light

(12)

3. Inspeksi jalan

Inspeksi dilakukan untuk pemenuhan standard pemeliharaan jalan dan pembuatan rencana pemeliharaan jalan dengan jadwal:

 Jalan tambang aktif setiap seminggu sekali atau setelah hujan lebat

 Jalan tambang non aktif setiap sebulan sekali 3.2.3. Prosedur-prosedur

1. Persiapan-persiapan

Safety coordinator harus memastikan bahwa stok rambu-rambu demarkasi tersedia di kantor harapan meliputi : red cone, tanda kesempatan, papan peringatan awal dan pita isolasi area.

 Semua kendaraan light vehicle yang bekerja di tambang harus diperlengkapi rambu kesempatan (segitiga) 2 buah.  Shift coordinator road maintenance dan mine civil harus

memastikan tersedianya minimum 2 redcone pada alat-alat perbaikan jalan seperti motor grader dan compactor.

 Shift coordinator atau pengawas yang ditugaskan harus melakukan pemeriksaan jalan yang akan dikerjakan.

 Memberi instruksi kepada operator alat perbaikan jalan tentang apa yang harus dikerjakan secara efektif dan efisian termasuk persyaratan pemasangan rambu untuk pemeliharaan minor atau mayor.

 Melaporkan pencapaian kerja setiap shift dan mengkonfirmasikan kepada shift berikutnya untuk dilanjutkan.

2. Pengiriman Material

 Operator dozer/grader/ shovel / shift coordinator mengirim berita melalui radio ke mining base untuk meminta material civil (quarry/reject slag/crushed rock). Ikuti prosedur komunikasi radio.

Mining base mengirim pesan melalui layar MMS kepada operator truck untuk mengangkut material civil sesuai permintaan.

 Bila truck tidak diperlengkapi dengan MMS maka shift coordinator memerintahkan secara langsung operator truck untuk memandu truck jika diperlukan. Ikuti prosedur parkir

(13)

kendaraan sebelum berkomunikasi dengan operator truck. Jarak parkir posisi paralel/samping minimal 6 meter di sisi kiri kabin truck atau jarak parkir posisi seri/segaris minimal 8 meter (1 kali panjang truck) di depan truck. Dilarang parkir di sebelah truck atau sebelah sisi kanan dari truck. Jarak memandu truck 30 m – 50 m.

 Setelah truck sampai ke daerah yang dituju operator dozer/grader/shovel/ mengarahkan lokasi tongkang material civil. Truck dilarang melakukan manuver dan mundur

sebelum berkomunikasi dengan operator

shovel/grader/dozer tentang lokasi tongkang. Ikuti proses maju mundur tongkang dump truck.

3. Pemeliharaan Daerah Loading point dan Disposal

Daerah loading point dan disposal adalah daerah yang meliputi jalan dengan radius/jarak 50 m dari loading point atau dumping point.

 Pemeliharaan loading point atau disposal dilakukan dengan bulldozer selama aktifitas penambangan atau penimbunan berlangsung.

 Material yang digunakan untuk pemeliharaan loading point adalah material quarry atau reject +4” -18” untuk subbase/base dan material slag untuk permukaan loading point/disposal.

 Jika lokasi loading point dan dumping point sedang diperbaiki oleh bulldozer maka semua aktifitas loading, hauling dan manuver truck harus berhenti sampai aktifitas perbaikan selesai. Operator bulldozer harus melakukan komunikasi dengan operator shovel dan truck terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan loading point atau dumping point. Operasi loading dan hauling dapat dilanjutkan setelah operator dozer mengkomunikasikan ke operator shovel dan truck tanda perbaikan selesai. Ikuti prosedur pendorongan material dengan bulldozer.

4. Pemeliharaan loading dan dumping area dapat dilakukan dengan grader dan compactor dengan ketentuan sebagai berikut:

(14)

 Jika pemeliharaan area berada dalam radius 30 meter dari loading point/dumping point maka semua aktifitas loading, hauling dan manuver truck harus berhenti sampai aktifitas perbaikan selesai. Operator grader/kompaktor harus melakukan komunikasi dengan operator shovel dan truck terlebih dahulu sebelum melakukan perbaikan loading point/dumping point. Operasi loading dan hauling dapat dilanjutkan setelah operator grader/kompaktor mengkomunikasikan ke operator shovel dan truck tanda perbaikan selesai. Iktui prosedur pengoperasian grader dan compactor.

 Jika pemeliharaan area berada antara radius 30 meter – 50 meter dari loading point/dumping point maka harus ditempatkan 2 unit rambu peringatan awal yang dipasang di depan dan belakang jalan yang diperbaiki dengan dipandu oleh shift coordinator atau seseorang yang ditunjuk sebagai petugas untuk mengatur lalu-lintas.

5. Pemeliharaan Jalan Angkutan Utama ( Main Haul Road)

Standar penggunaan jenis material untuk pemeliharaan permukaan jalan adalah:

 Material surface jalan yang digunakan untuk pemeliharaan jalan dengan umur kurang dari 3 bulan menggunakan material slag dengan campuran iron cap sebagai pengikat. Jalan yang dimaksud adalah jalan pit tiap level penambangan.

 Sedangkan untuk jalan dengan umur lebih dari 3 bulan dengan frekuensi penggunaan tinggi menggunakan material crushed rock ukuran AP50.

 Dengan memepertimbangkan resiko bahaya dan pekerjaan praktis di lapangan maka standard penempatan tanda peringatan awal diatur dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan pemeliharaan jalan tambang yang terbagi atas pemeliharaan minor dan pemeliharaan mayor.

Standard umum penempatan rambu peringatan awal adalah sebagai berikut:

(15)

 Standard rambu peringatan awal untuk pemeliharaan minor jalan tambang adalah 2 unit red cone dengan tinggi antara 0,75 meter – 1,25 meter.

 Standar rambu peringatan awal untuk pemeliharaan mayor jalan tambang adalah 2 papan peringatan dengan tinggi antara 0,75 meter – 1,25 meter.

 Perbaikan jalan harus dilakukan pada salah satu sisi jalan sedangkan sisi jalan yang lain dalam kondisi aman digunakan untuk lalu-lintas kendaraan tambang.

 Perbaikan jalan lebih dari setengah sisi jalan harus diperlengkapi dengan 2 papan peringatan awal dan petugas pengatur lalu-lintas.

 Perbaikan jalan di tikungan dengan jarak pandang kurang dari 50 meter harus diperlengkapi 2 papan peringatan yang dipasang sebelum tikungan dan penempatan 2 petugas pengatur lalu-lintas.

 Perbaikan jalan di persimpangan jalan harus diperlengkapi dengan 2 papan peringatan dan penempatan petugas pengatur lalu-lntas.

Pemeliharaan minor di antaranya:

Grading pembersihan lumpur sisi jalan kurang dari 100 meter.

Grading material civil untuk permukaan atas jalan (re-surfacing) dengan panjang kurang dari 50 meter atau material civil kurang dari 100 ton (+ 1 load muatan truck 777D).

Grading untuk pemeliharaan parit jalan dengan panjang kurang dari 100 meter.

 Memotong atau mencukur jalan dengan blade grader dengan panjang jalan kurang dari 100 meter.

Pemeliharaan mayor di antaranya:

 Menggaru (ripping) sisi jalan dengan alat grader atau bulldozer.

 Penggalian atau penggantian material lunak untuk subbase/ base jalan.

(16)

Grading material civil jalan (re-surfacing) dengan panjang jalan lebih dari 50 meter.

Grading jalan dengan panjang jalan lebih dari 100 meter.  Pemuatan dan pengangkutan material lumpur jalan.  Pembuatan parit atau penataan tanggul dengan backhoe.  Pemasangan culvert memotong jalan tambang aktif.

Gambar

Gambar 3.1. Klasifikasi Jalan PT. Vale Indonesia
Gambar 3.2. Main Haul Road PT. Vale Indonesia
Gambar 3.3. Ilustrasi Typical #1 dan Typical #2
Gambar 3.4. Ilustrasi road grade standard
+6

Referensi

Dokumen terkait

4.000.000,- (empat juta rupiah ) seorang anak bernama : xxxxxx berada dalam hadhanah Termohon dan Pemohon dibebani untuk memberikan biaya hidup/pendidikan anak

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KOTA BANDUNG..

Pengawet yang banyak dijual dipasaran dan digunakan untuk mengawetkan barbagai bahan makanan adalah benzoat, yang biasanya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau

Tumbuhan asing yang ditemukan di kawasan hutan TNGGP juga berasal dari kawasan yang berbatasan atau berdekatan dengan kawasan ini, namun diduga ada beberapa spesies yang berasal

Dalam penyelengaraan sistem transportasi yang terpadu diperlukan sarana dan prasarana transportasi (perhubungan) yang memadai dan baik dengan mempertimbangkan

Saat QR code sudah terpindai dan aplikasi berhasil memindai marker tersebut, maka akan muncul instruksi untuk menekan tombol yang tampil pada layar, instruksi ini hanya akan

Demografis Masyarakat (lingkungan masyarakat dimasjid dan musholla). Masyarakat merupakan sarana pendidikan non formal. Pendiddikan non formal yang sangat relevan dalam

Sugiyama Surya Perkasa dapat berkembang menjadi perusahaan yang lebih berkompeten dari tahun sebelumnya untuk itulah penelitian ini diberi judul “ANALISIS PENGARUH EMOTIONAL