• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Anak Dengan Bblr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Anak Dengan Bblr"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Konsep Dasar

Konsep Dasar

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

A.

A.  Definisi  Definisi 

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat  badan kurang

 badan kurang atau sama atau sama dengan 250 dengan 250 gram (WHO, 196gram (WHO, 1961), sedangkan 1), sedangkan bayi denganbayi dengan  berat

 berat badan badan kurang kurang dari dari 1500 1500 gr gr termasuk termasuk bayi bayi dengan dengan berat berat badan badan lahir lahir sangatsangat rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan rendah. Pada kongres European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut:

definisi sebagai berikut:

-- PrePreterterin Infin Infant (bant (bayi kuayi kuranrang bulang bulan: mas: masa gesta gestasi kuasi kuranrang dari 26g dari 269 hari (39 hari (37mg7mg).). -- TerTerm infm infant (ant (baybayi cukui cukup bulp bulan: man: masa geasa gestastasi 25si 259-29-293 har93 hari (37 i (37 – 41 mg– 41 mg).).

-- PoPost test term infrm infanant t (b(bayayi i lelebibih h bubulalan, masn, masa a gegeststasasi i 25254 4 hahari atari atau u lelebibih h (4(422 mg/lebih).

mg/lebih).

Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan: Dengan pengertian di atas, BBRL dibagi atas dua golongan: 1.

1. PrPremematatururititas as mumurrni ni kukurarang ng dadari ri 37 37 hahari ri dadan n BB BB sesesusuai ai dedengngan an mmasasaa kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/ NKB-SMK).

SMK). 2.

2. DisDismatmatur, BB ur, BB kurkurang dari seharang dari seharusnusnya untuk masa gestaya untuk masa gestasi/si/kehakehamilmilan an akiakibatbat  bayi

 bayi mengalami mengalami retardasi retardasi intra intra uteri uteri dan dan merupakan merupakan bayi bayi yang yang kecil kecil untuk untuk  masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan  post term yang terbagi dalam :

 post term yang terbagi dalam :

* Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK). * Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK). * Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK). * Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK). * Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK). * Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK).

 B.

 B. Etiologi BBLREtiologi BBLR

1

1.. FFakakttor or iibbu u ::

-- RiRiwaywayat kat kelelahiahiraran prn premematatur sur sebebelelumumnynyaa -- PePerrdadarrahahan an ananttepepararttumum

-- MMaallnnuuttrriissii -- HHiiddrroommiioonn

-- PenPenyayakikit jat jantntunung/g/penpenyayakikit krt kronionis las laininnynyaa

-- UmuUmur ir ibu kbu kuraurang dng dari ari 20 t20 tahun ahun ataatau lu lebiebih dah dari ri 35 t35 tahuahunn -- JaJararak dk dua ua kehkehamamililan an yayang tng tererlalalu lu dedekatkat

(2)

2. Faktor Janin :

- Cacat bawaan

- Kehamilan ganda/gemili

- Ketuban pecah dini/KPD

3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah 4. Kebiasaan

5. Idiopatik 

C. Tanda-tanda bayi BBLR

a. BB < 250 gram, TB < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.

 b. Tanda-tanda neonatus :

1. Kulit keriput tipis, merah, penuh bulu-bulu halus (lanugo) pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak alam jaringan sub-kutan sedikit.

2. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari. 3. Bayi prematur laki-laki testis belum turun dan pada  bayi perempuan labia minora lebih menonjol.

c. Tanda-tanda fisiologis :

1. Gerak pasif dan tangis hanya merintih walaupun lapar,

lebih banyak tidur dan malas.

2. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermis.

D.  Penatalaksanaan BBLR

1. Pengaturan suhu

Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator 

maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi

dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34°C. Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat

dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan  pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan

sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin. 2. Pengaturan makanan/nutrisi

(3)

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini  berupa glukosa, ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit  berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.

Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk   bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan  berat lebih dari 1500 Gr.

Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam. 3. Mencegah infeksi

Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur   pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:

- Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi.

- Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang seorang bayi.

- Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang  berhubungan dengan bayi.

- Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.

- Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.

 E. Prognosis BBLR

Prognosis tergantung berat ringannya masalah prenatal, selain itu juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dam perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post – natal.

(4)

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BBLR 

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.

 b. Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan,

 pendidikan, alamat.

c. Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.

d. Riwayat penyakit sekarang.

e. Riwayat penyakit keluarga.

f. Riwayat penyakit dahulu.

2. Pemeriksaan fisik biologis

Ibu

- Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.

- Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu dan sekarang.

- Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian. - Riwayat penyakit ibu.

- Psikososial dan spiritual ibu.

- Riwayat perkawinan.

Bayi

- Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD < 30 cm.

- Inspeksi

1. Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura lebar.

2. Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan. 3. Kulit tipis, transparan dan mengkilap.

4. Rambut halus, tipis dan alis tidak ada. 5. Garis telapak kaki sedikit.

(5)

- Palpasi

1. Hati mudah dipalpasi. 2. Tulang teraba lunak.

3. Limpa mudah teraba ujungnya. 4. Ginjal dapat dipalpasi.

5. Daya isap lemah.

6. Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+). - Perkusi

- Auskultasi 1. Nadi lemah.

2. Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.

B. Diagnosa dan Rencana Keperawatan

1. Gangguan pemenuhan 02 berbanding dengan surfectan, pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang melengkung serta refleks batuk yang belum sempurna.

Tujuan : kebutuhan pernafasan dapat terpenuhi secara adekuat dengan kriteria:

- Bernapas dengan bebas dan lancar. - Tidak ada sianosis, warna kulit merah. - Tidak ada apnea, ataupun tachipnea.

- Frekuensi nafas dalam batas normal 40 – 60 X/menit. Pernafasan chegne stokes.

Intervensi :

- Beri rangsangan taktil sedini mungkin. - Observasi pernafasan setiap 5 menit. - Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi.

- Awasi perdarahan, monitor USG atau CT-Scan. - Terapi O22 Lt/menit.

- Kolaborasi obat-obatan.

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna, distensi abdomen, volume lambung berkurang, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak,

(6)

laktosa, vitamin yang larut dalam lemak berkurang, kerja spinkter esophagus teratur.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria: - Refleks menelan dan isap adekuat.

- Turgor kulit membaik, kulit lembut dan tidak lembab. - Mata tidak cekung.

- BAB dab BAK lancar. Intervensi :

- Berikan ASI dan PASI normal, bila tidak mungkin berikan  personde.

- Berikan ASI dalam jumlah besar dan relatif bertambah. - Monitor BB setiap hari.

- Observasi intake dan out put pagi. - Pemberian infus glukosa.

3. Gangguan regulasi suhu tubuh berbanding dengan evaporasi yang  berlebihan akibat berkurangnya jaringan lemak bawah kulit, permukaan kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dari PB, otot yang tidak aktif  atau kurang pergeseran. Produksi panas yang berkurang akibat kurangnya lemak dan pusat regulasi yang belum sempurna.

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal dan tidak hipotermi. Intervensi :

- Rawat bayi dalam inkubator bersuhu 34 - 35°C. - Pertahankan suhu lingkungan adekuat.

- Hindari bayi dimandikan.

- Monitor suhu tubuh setiap 15 menit.

4. Potensial infeksi berhubungan dengan rendahnya kadar Ig G, relatif   belum membentuk antibodi, daya fagositosis dan reaksi peradangan yang  belum baik.

Tujuan : tidak ada infeksi / bayi terhindar dari infeksi dengan kriteria: - Kulit bersih dan tidak lembab.

- Mata tidak ada kotoran.

- Kuku terpotong pendek dan bersih. - Rambut bersih.

(7)

Intervensi :

- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

- Hindari kelelahan fisik dengan menyentuh seminimal mungkin. - Lakukan parasat dengan teknik aseptic.

- Batasi kontak langsung dengan bayi. - Observasi tanda-tanda infeksi.

- Kulit dan tali pusat terawat dan dibersihkan.

- Ciptakan lingkungan yang bersih dan sterilkan alat secara teratur. - Bersihkan tempat tidur bayi dengan menggunakan cairan antiseptic sekali seminggu.

5. Potensial kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tipisnya kulit dan kurang pergerakan.

Tujuan : disintegrasi kulit dapat dicegah. Intervensi :

- Batasi daerah genital dan sekitar setelah BAB dan BAK. - Seka tubuh bayi dengan air hangat jika memungkinkan. - Berikan baby oil pada kulit yang kering dan terkelupas.

- Beri talk secara merata, tidak tebal pada bagian tubuh yang terkena.

- Ganti popok setiap kali basah/kotor.

- Observasi tanda-tanda kemerahan, ruam popok, infeksi.

Daftar Pustaka

1. Mahdiyat, Iskandar, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak . FK  UI.

2. Pusdiknakes. 1984. Perawatan Bayi dan Anak. Depkes RI : Jakarta 3. Pusdiknakes. 1995.  Asuhan Keperawatan Anak dalam Konteks

(8)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. H DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

PENGKAJIAN DATA

A. BIODATA BAYI

 Nama : By. Ny. H.

Tanggal lahir bayi : 03 – 11 – 03 Tanggal pemeriksaan : 04 – 11 – 03 Jenis kelamin : Perempuan Berat badan lahir : 1700 gr   Pengukuran panjang :

- Panjang : 37 cm

- Lingkar kepala : OB: 29 cm, Os: 27 cm, OK: 24 cm - Lingkar dada : 25 cm

- Denyut jantung/menit : 130 /menit - Reguler/ Irreguler : Irreguler   - Respirasi : 60 X/menit - Temperatur aksila : 35,2°C

B. IDENTITAS ORANG TUA BAYI

- Nama ibu : Ny H. Umur : 20 tahun Pekerjaan : IRT Pendidikan : SD - Nama ayah : Bp. R   Umur : 21 tahun Pekerjaan : Buruh Pendidikan : SMP

(9)

Alamat : Jl. A. Yani km 6.800 Kertak Hanyar   MRS : 03 – 11 – 03

 No. RMK : 506312

Diagnosa sementara : BCB / KMK / SPT. BK  

C. KELUHAN UTAMA

Berat badan 1700 gr, suhu aksila 35,2°C, lingkar dada < 30 cm, LK < 33 cm

kesadaran CM.

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

BBLR, berak kurang aktif, menangis lemah, tanda vital: 140 X/menit untuk  denyut jantung, respirasi 50 X/menit, suhu 35,2°C. Berat badan 1700 gr, dan

dirawat dalam inkubator.

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ibu baru pertama kali melahirkan, tidak pernah abortus, keluarga belum pernah masuk Rumah Sakit, sosial ekonomi yang sangat rendah

F. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU / PERSALINAN

Pada tanggal 03 – 11 – 03, jam 11:00 WITA sehabis melahirkan ibu kejang (eklamasi), bayi lahir spontan tidak langsung menangis kuat, gerak tidak terlalu aktif, lalu dirujuk ke RS karena bayi BBLR. Riwayat antenatal: ibu tidak rajin memeriksakan kehamilan ke PKM dan mendapat TT.

G. PEMERIKSAAN FISIK BIOLOGIS

- Kepala : bayi tidak mengalami caput suecedenium dan cephal hematome, ubun-ubun dan sutura lebar, rambut halus, tipis & ada, tidak ada.

- Telinga : simetris, tidak megeuarkan sekret. - Mulut : sianosisΘ, mukosa bibir basah.

- Leher : massaΘ, gerak leher lemah.

- Badan : warna kemerahan, torax retraksi sternum & iga. tulang teraba lunak 

- Aktivitas : lemah, gerak kurang aktif, lemas.

(10)

- Ekstremitas : tidak terdapat edema & parese (-) kuku belum mencapai ujung jari.

- Mata : sulit membuka, ikterik  Θ, anemisΘ. - Hidung : tidak terdapat sekret.

- Anus : ⊕.

- Genital : labia minora lebih menonjol.

- Minum : bayi dipuasakan, cairan lewat infus. - Refleks : menghisap lemah.

- Kulit : turgor jelek, kulit dingin.

H. LABORATORIUM

Hasil lab tanggal 04 – 11 – 03. - Hb : 14,3 gr % - Leukosit : 5.600 mm3.

- Trombusit : 112.000 /mm3.

- GD : 0

- GDR : 35 mg/dl

I. PEMBERIAN OBAT SEKARANG

IVFD D 10 % 135 cc /5 tts/mikro. Ampicillin: 3 x 50 mg.

Gentamisin: 2 x 5. O2 : 2 l/m

(11)

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DO: suhu 35,6oC.

lingkar dada 25 cm. Menangis lemah. Kemampuan menghisap lemah. Gerak kurang aktif.

lemah. lingkar dada < 30 cm, LK < 33 cm DS: bayi dipuasakan. Refleks menghisap lemah. Turgor jelek.

Kurangnya jaringan lemak   bawah kulit.

Gangguan regulasi suhu tubuh.

2. DO: bayi dipuasakan. Refleks menghisap lemah.

Turgor jelek.

Refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna.

Gangguan  pemenuhan

kebutuhan nutrisi.

3. Rendah kadar Ig G dan relatif belum membentuk  antibodi.

Potensial infeksi.

4. Tipisnya kulit bayi dan kurang pergerakan. Kelembaban.

Potensial kerusakan integritas kulit.

(12)
(13)

ASUHAN KEPERAWATAN

 Nama : By. Ny. H No MR : 506312 Umur :01hari Ruang : Neonatologi Diagnosa : BBRL NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN RASIONALISASI TUJUAN INTERVENSI

1. Gangguan regulasi suhu tubuh b/d kurangnya  jaringan lemak dibawah

kulit ditandai: - Suhu 35, 6°C - Lingkar dada 25 cm. - Menangis lemah - Kemampuan menghisap lemah - Gerak kurang aktif 

Suhu tubuh dalam  batas normal dan tidak 

hipotermi dengan kriteria:

Suhu tubuh 36,5°C – 

37,2°C.

1. R 

awat bayi dalam inkubator   bersuhu 32 - 35°C.

2. P

ertahankan suhu lingkungan adekuat.

3. H

indari bayi dimandikan.

4. M

onitor suhu tubuh setiap  jam.

1. M

empertahankan suhu tubuh bayi.

2. A

gar tidak terjadi kehilangan  panas yang berlebihan.

3. M

emandikan bayi dengan hipotensi membahayakan. 4. M engetahui perkembangan /keadaan bayi. Askep BBLR 2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna.

Kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi dengan kriteria: Turgor kulit membaik. BAB dan BAK lancar.

1. Observasi intake dan output setiap hari.

2. Monitor bb setiap hari.

3. Kolaborasi pemberian infus.

1. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan kebutuhan nutrisi.

2. Membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik. 3. Ketentuan dukungan nutrisi

didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.

3 Potensial infeksi  berhubungan dengan

rendahnya kadar Ig G dan relatif belum membentuk  antibodi.

Infeksi tidak terjadi atau bayi terhindar dari infeksi dengan kriteria: Tanda-tanda infeksi sudah terlihat.

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. 2. Lakukan parasat dengan

teknik aseptic.

3. Batasi kontak langsung dengan bayi.

4. Observasi tanda-tanda infeksi.

5. Kulit dan tali pusat dirawat dan dibersihkan.

6. Berikan terapi sesuai

1. Mengurangi resiko infeksi nasokomial kepada bayi. 2. Melindungi bayi dari infeksi. 3. Meminimalkan terjadinya

infeksi.

4. Mengetahui adanya indikasi infeksi.

5. Potensial entri organisme ke dalam tubuh.

(14)

2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan refleks menghisap dan menelan yang belum sempurna.

Kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi dengan kriteria: Turgor kulit membaik. BAB dan BAK lancar.

1. Observasi intake dan output setiap hari.

2. Monitor bb setiap hari.

3. Kolaborasi pemberian infus.

1. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan kebutuhan nutrisi.

2. Membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik. 3. Ketentuan dukungan nutrisi

didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.

3 Potensial infeksi  berhubungan dengan

rendahnya kadar Ig G dan relatif belum membentuk  antibodi.

Infeksi tidak terjadi atau bayi terhindar dari infeksi dengan kriteria: Tanda-tanda infeksi sudah terlihat.

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan. 2. Lakukan parasat dengan

teknik aseptic.

3. Batasi kontak langsung dengan bayi.

4. Observasi tanda-tanda infeksi.

5. Kulit dan tali pusat dirawat dan dibersihkan.

6. Berikan terapi sesuai

1. Mengurangi resiko infeksi nasokomial kepada bayi. 2. Melindungi bayi dari infeksi. 3. Meminimalkan terjadinya

infeksi.

4. Mengetahui adanya indikasi infeksi.

5. Potensial entri organisme ke dalam tubuh. Askep BBLR indikasi. 4. Potensial kerusakan integritas kulit  berhubungan dengan

tipisnya kulit dan kurangnya pergerakan.

Disintegrasi kulit dapat dicegah.

1. Bersihkan genital dan sekitar setelah BAB dan BAK.

2. Beri talk secara merata pada kulit bagian tebal bagian tubuh yang tertekan. 3. Ganti popok setiap kali

 basah dan kotor. 4. Observasi tanda-tanda

kemerahan dan infeksi.

1. Menurunkan kontaminasi kulit membantu dalam menurunkan eksudat.

2. Meminimalkan resiko terjadinya iritasi.

3. Memberikan perlindungan tambahan pada kulit yang halus. 4. Mengenal adanya kerusakan

(15)

indikasi. 4. Potensial kerusakan

integritas kulit  berhubungan dengan

tipisnya kulit dan kurangnya pergerakan.

Disintegrasi kulit dapat dicegah.

1. Bersihkan genital dan sekitar setelah BAB dan BAK.

2. Beri talk secara merata pada kulit bagian tebal bagian tubuh yang tertekan. 3. Ganti popok setiap kali

 basah dan kotor. 4. Observasi tanda-tanda

kemerahan dan infeksi.

1. Menurunkan kontaminasi kulit membantu dalam menurunkan eksudat.

2. Meminimalkan resiko terjadinya iritasi.

3. Memberikan perlindungan tambahan pada kulit yang halus. 4. Mengenal adanya kerusakan

integritas kulit.

Askep BBLR

Implementasi Keperawatan

NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI TANDA TANGAN 1

13-11-03 12.00

I

1. Mengkaji tanda vital dan keadaan umum klien.

2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang penyakitnya.

3. Mengajarkan cara menurunkan suhu tubuh yang sederhana.

a. Kompres dingin pada daerah dahi  bila panas.

 b. Memberi minum banyak pada anak. c. Memakai pakaian tipis dan menyerap

(16)

Implementasi Keperawatan

NO. DIAGNOSA IMPLEMENTASI TANDA TANGAN

1 13-11-03

12.00

I

1. Mengkaji tanda vital dan keadaan umum klien.

2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang penyakitnya.

3. Mengajarkan cara menurunkan suhu tubuh yang sederhana.

a. Kompres dingin pada daerah dahi  bila panas.

 b. Memberi minum banyak pada anak. c. Memakai pakaian tipis dan menyerap

keringat.

d. Menjaga sirkulasi udara dan kesejukan udara.

2. 13-11-03

12.00

II

1. Memberikan pendidikan kesehatan sederhana tentang pentingnya pemenuhan nutrisi bagi anak.

2. Menganjurkan untuk memberi makan dalam porsi kecil tapi sering.

3. Menyediakan makanan dalam keadaan hangat, tidak terburu-buru dan ditemani. 4. Kolaborasi melanjutkan pemberian infus

RL: 13 tts/ m (makro). 3.

13-11-03 12.00

III

1. Memberikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan.

2. Melakukan message (mengelus) daerah nyeri jika klien dapat mentoleransi sentuhan.

3. Memberikan kompres hangat pada

(17)

daerah nyeri sesuai kebutuhan.

4. Memberikan aktivitas hiburan yang tepat seperti mainan.

5. Menganjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang.

4. 04-11-03

15.00

IV

1. membersihkan genital dan sekitar setelah BAB dan BAK.

2. memberi talk secara merata pada kulit tidak terlalu tebal bagian tubuh yang tertekan.

3. mengganti popok setiap kali basah dan kotor.

4. mengobservasi tanda kemerahan dan iritasi.

Catatan Perkembangan

(18)

Hari/Tanggal

Diagnosa

Data Perkembangan

Selasa 04-11-03

17.00

I

O: Suhu 36,4°C

Menangis masih lemah Gerak kurang aktif  Menghisap masih lemah. A: Masalah teratasi sebagian.

P : Pertahankan intervensi yang ada. Selasa

04-11-03

17.00

II

O: BB : 1700 gr 

Intake : infus : 120 cc

Output : BAK : 45 cc/hari :BAB : 19 cc/hari : IWL : 16,8 cc

80,8 cc Infus terpasang: D10 %: 5 tetes/menit.

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi yang ada. Selasa 04-11-03 17.00

II

O: Ampicilin 3 x 50 mg Gentamin 2 x 5 mg (sudah diberiikan) A: Masalah teratasi

P :Mempertahankan intevensi yang ada.

Selasa 04-11-03

17.00

IV

O: Tanda iritasi dan kemerahan tidak  terlihat.

Genital dan sekitar bersih. A: Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi yang ada.

(19)

Rabu 05-11-03 14.00

V

O: Nafas/respirasi : 3 – 5 x/menit Suhu/ temperatur : 35,6 HR : 89 x/menit

Bayi dalam keadaan apnea dan tidak  teratur, terjadi sklerema.

A: Gangguan pemenuhan oksigen

sehubungan dengan surfactan,

 pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna.

P : - Berikan rangsangan taktil sedikit mungkin.

- Melakukan nafas buatan. - Terapi oksigen 2 liter/menit

- Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi.

- Observasi pernafasan setiap 5 menit.

- Kolaborasi obat-obatan⇒RJP

E : Jam 19.00 bayi meninggal.

Referensi

Dokumen terkait

kematian pada semua umur setelah Stroke dan Hipertensi 1. Salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler adalah dislipidemia, yang merupakan kelainan metabolisme

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tanah laut Nomor 8 tahun 2005 tentang retribusi Pasar dan Sewa Toko, Kios, Los, Bak Pasar

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERKAP NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 28 SEPTEMBER 2010..

[r]

Namun demikian, dari skripsi dan buku yang penulis sebutkan di atas, tidak ada satupun yang sama persis dengan yang penulis teliti, karena belum ada yang secara gamblang

4.14 Rekapitulasi Tanggapan Pelanggan tentang Store Atmosphere pada Restoran Bertema Lokal Riung Sari, Raja Sunda dan Manjabal 2 di Kota Bandung ……… 78 4.15 Tanggapan

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

There is a great tendency for older people to avoid visiting a health center regularly either for checking their health status or getting medication if the availability,