• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan keterampilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan keterampilan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan keterampilan proses sains (KPS) yang dikembangkan dalam RPP Biologi Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis dan persentase keberadaan keterampilan proses sains dalam RPP Biologi Kelas X pada kegiatan lapangan dan kegiatan laboraturium. Keterampilan proses sains yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kaidah metode ilmiah, meliputi keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengorganisasi dan analisis data, menyusun kesimpulan dan mengkomunikasikan. Keterampilan yang dimaksud diatas merupakan keterampilan essensial yang dikuasai oleh peserta didik SMA kelas X.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data keberadaan keterampilan proses sains yang diperoleh dari hasil analisis dokumen RPP Biologi Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta. RPP yang diambil merupakan RPP buatan guru yang digunakan untuk pembelajaran Biologi kelas X di sekolah SMA Kota Yogyakarta yang telah menerapkan Kurikulum 2013, baik SMA negeri maupun swasta. Sekolah SMA di Kota Yogyakarta yang menjadi lokasi pengambilan sampel terdiri dari 4 SMA

(2)

47

Negeri dan 1 SMA Swasta yang telah menerapkan kurikulum 2013. Penelitian ini mengambil sampel RPP sejumlah 20 RPP yang terdiri dari RPP Biologi pada materi ruang lingkup biologi, plantae, protista dan fungi. RPP tersebut dipilih berdasarkan kelompok RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium dengan rincian yaitu 10 RPP kegiatan lapangan dan 10 RPP kegiatan laboraturium. Masing-masing RPP diberikan kode sesuai dengan kelompok materi (tabel pengkodingan terlampir). RPP yang telah dipinjam kemudian dianalisis oleh para panelis. Panelis dipilih berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. RPP dianalisis menggunakan instrumen analisis keterampilan proses sains yang telah divalidasi muka (Face Validity) oleh Ahli (Expert Judgemen) yaitu Dosen Pembimbing.

Jenis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan jenis analisis isi (content analyze) karena penelitian ini lebih menekankan pada isi/konten yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran RPP. Unit analisis pada penelitian ini berupa teks dalam langkah pembelajaran pada kegiatan inti RPP. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistika deskriptif untuk mengetahui keberadaan keterampilan proses sains ditinjau dari aspek materi pembelajaran dan jenis item keterampilan proses sains, serta mengetahui perbedaan keberadaan keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium Biologi SMA kelas X di wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini juga menggunakan analisis data kanonik menurut Krippendorf (2004:232) dengan rumus sebagai berikut:

(3)

48

Uji kanonik Krippendorf tersebut digunakan untuk mengetahui kehandalan data atau α (derajat kecocokan) data yang diperoleh dalam penelitian. Apabila koefisien α (kecocokan data) memiliki nilai lebih dari 0,7 (>0,7); maka data yang dikumpulkan dari ketiga panelis dapat dikatakan handal (Krippendorff, 2004:232). Berdasarkan hasil uji kanonik pada tabel derajat kecocokan (α) RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta (tabel terlampir), nilai α (derajat kecocokan) tertinggi yaitu 0,9424 pada RPP materi Protista dengan kode C5, sedangkan nilai α (derajat kecocokan) terendah yaitu 0, 8028 pada RPP materi Fungi dengan kode D3.

Berdasarkan tabel derajat kecocokan (α) RPP hasil uji kanonik dapat dilihat pula bahwa semua data analisis RPP menunjukkan nilai derajat kecocokan (α) lebih dari 0,7 (>0,7) sehingga keseluruhan data dikatakan handal, atau dengan kata lain instrumen penelitian yang digunakan reliable (instrumen penelitian mampu mengukur apa yang hendak diukur pada analisis konten RPP yaitu keberadaan keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP Biologi SMA kelas X di wilayah Kota Yogyakarta). Setelah diketahui bahwa data handal menurut uji kanonik Krippendorf, selanjutnya peneliti melakukan analisis statistika deskriptif untuk mengetahui keberadaan keterampilan proses sains dalam RPP dan perbedaan keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP kegiatan lapangan dengan RPP kegiatan

(4)

49

laboraturium Biologi kelas X di Kota Yogyakarta. Uji statistika deskriptif yang dilakukan adalah menggunakan program Microsoft Office Excel.

Berikut ini adalah tabel hasil uji deskriptif terhadap analisis keterampilan proses sains (KPS) dalam RPP Biologi SMA Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di wilayah Kota Yogyakarta.

1. Keberadaan KPS dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Wilayah Kota Yogyakarta

a. Keberadaan KPS dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Wilayah Kota Yogyakarta ditinjau dari Aspek Materi Pembelajaran

Hasil penelitian yang pertama yaitu untuk mengetahui keberadaan KPS ditinjau dari aspek materi pembelajaran dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Keberadaan KPS ditinjau dari Aspek Materi Pembelajaran dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta

Proses Sains Kode RPP

A B C D

Merumuskan masalah 3  3  3  4 

Merumuskan hipotesis 2  2  3  3  Merancang dan melakukan percobaan 3  2  2  2  Mengorganisasi dan menganalisis data 2  2  2  2 

Menyusun kesimpulan 3  3  3  3  Mengomunikasikan 4  4  4  4  Jumlah 17 16 17 18 Nilai maksimal 4 4 4 4 Rerata 3 3 3 3 Persentase(%) 70.83 66.67 70.83 75.00 STDEV 0.75 0.82 0.75 0.89 Keterangan: - Kode RPP:

1. RPP A: Materi Ruang Lingkup Biologi 2. RPP B: Materi Plantae

3. RPP C: Materi Protista 4. RPP D: Materi Fungi

(5)

50

Tabel 2 menampilkan keberadaan keterampilan proses sains dilihat dari aspek materi pembelajaran, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa keempat jenis RPP mengembangkan keterampilan proses sains dengan persentase yang berbeda-beda. Keterampilan proses sains paling banyak dikembangkan pada RPP D dengan persentase sebesar 75,00%. Selanjutnya diposisi kedua yaitu pada RPP A dan RPP C dengan persentase sebesar 70,83%; sedangkan yang paling sedikit mengembangkan keterampilan proses sains adalah RPP B dengan persentase sebesar 66,67%. Meskipun persentase menunjukkan hasil yang berbeda-beda, akan tetapi hasil persentasi tersebut hanya memiliki selisih sedikit sehingga perbedaan yang muncul dikatakan tidak nyata.

Hasil keberadaan KPS pada RPP Biologi kelas X dilihat dari aspek materi pembelajaran disajikan dalam grafik berikut ini:

Gambar 2. Keberadaan KPS ditinjau dari Aspek Materi Pembelajaran dalam RPP Biologi Kelas X di Kota Yogyakarta

Keterangan:

- Kode RPP:

1. RPP A: Materi Ruang Lingkup Biologi 2. RPP B: Materi Plantae 3. RPP C: Materi Protista 4. RPP D: Materi Fungi 3 3 3 4 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 0 5 10 15 20 A B C D Ju m la h   Keber ada an   KP S Kode RPP KPS 6 KPS 5 KPS 4 KPS 3 KPS 2 KPS 1

(6)

51 - Proses Sains

1. KPS 1: Merumuskan masalah 2. KPS 2: Merumuskan hipotesis

3. KPS 3: Merancang dan melakukan percobaan 4. KPS 4: Mengorganisasi dan menganalisis data 5. KPS 5: Menyusun kesimpulan

6. KPS 6: Mengomunikasikan

Berdasarkan Gambar 1 di atas maka terlihat jelas bahwa RPP D (RPP Fungi) memiliki jumlah keberadaan KPS tertinggi di antara RPP lainnya, sedangkan yang terendah adalah RPP B (RPP plantae).

b. Keberadaan KPS ditinjau dari Jenis Item KPS dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta

Hasil analisis data selanjutnya yaitu keberadaan per-item keterampilan proses sains yang terdapat dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta. Hasil yang diperoleh yaitu berupa perhitungan jumlah keberadaan dan persentase untuk setiap jenis item keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP.

Tabel 3. Keberadaan KPS ditinjau dari Jenis Item KPS dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta

Proses Sains Kode RPP Jumlah

Nilai maksi mal Rera ta Persenta se (%) STDEV A B C D Merumuskan masalah 3  3  3  4  13 4 3 81.25 0.50 Merumuskan hipotesis 2  2  3  3  10 4 3 62.5 0.58 Merancang dan melakukan percobaan 3  2  2  2  9 4 2 56.25 0.50 Mengorganisasi dan menganalisis data 2  2  2  2  8 4 2 50 0.00 Menyusun kesimpulan 3  3  3  3  12 4 3 75 0.00 Mengomunikasikan 4  4  4  4  16 4 4 100 0.00 Keterangan: - Kode RPP:

1. RPP A: Materi Ruang Lingkup Biologi 2. RPP B: Materi Plantae

3. RPP C: Materi Protista 4. RPP D: Materi Fungi

(7)

52

Tabel 3 memperlihatkan bahwa jenis item keterampilan proses sains yang terdapat dalam keempat kelompok RPP adalah keterampilan merumuskan masalah (81,25%), merumuskan hipotesis (62,5%), merancang dan melakukan percobaan (56,25%), mengorganisasi dan menganalisis data (50%), menyusun kesimpulan (75%), dan terakhir mengkomunikasikan (100%).

Hasil yang diperoleh dari analisis data tiap item KPS ditampilkan melalui grafik keberadaan tiap item KPS dalam RPP Biologi Kelas X di Kota Yogyakarta berikut ini:

Gambar 3. Keberadaan KPS ditinjau dari Jenis Item KPS dalam RPP Biologi Kelas X di Kota Yogyakarta

Keterangan:

- Kode RPP:

1. RPP A: Materi Ruang Lingkup Biologi 2. RPP B: Materi Plantae 3. RPP C: Materi Protista 4. RPP D: Materi Fungi - Proses Ilmiah 1. KPS 1: Merumuskan masalah 2. KPS 2: Merumuskan hipotesis

3. KPS 3: Merancang dan melakukan percobaan 4. KPS 4: Mengorganisasi dan menganalisis data 5. KPS 5: Menyusun kesimpulan 6. KPS 6: Mengomunikasikan 3 2 3 2 3 4 3 2 2 2 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2 2 3 4 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 Jumlah   Ke b e ra daa n   KPS Keterampilan Proses Sains D C B A

(8)

53

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa keterampilan proses sains yang mempunyai persentase paling tinggi adalah keterampilan mengkomunikasikan, dengan kata lain keterampilan mengkomunikasikan ini telah dikembangkan oleh semua RPP yang diteliti, yang kedua adalah keterampilan merumuskan masalah, sedangkan keterampilan proses sains yang mempunyai persentase paling rendah adalah keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data.

2. Perbandingan Data Keberadaan KPS pada RPP Kegiatan Lapangan dan RPP Kegiatan Laboraturium

Penelitian ini menggunakan dua kelompok RPP yaitu kelompok RPP kegiatan lapangan dan laboraturium yang masing-masing terdiri dari 2 materi pembelajaran. Hasil yang diperoleh kedua kelompok tersebut disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

(9)

54

Tabel 4. Perbandingan data kelompok RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium Biologi Kelas X di Kota Yogyakarta

N o Kelompok  materi  Kod RPP  Proses Sains  Jum‐ lah  Rera ta  Persenta se(%)  1  Lapangan  A  3  2  3  2  3  4  17  3  70.83     B  3  2  2  2  3  4  16  3  66.67     Jumlah  33  6  137.50     Rerata  16.50  3  68.75     Persentase (%)  75. 00  50. 00  62. 50  50. 00  75. 00  100 .00    2  Laboraturi um  C  3  3  2  2  3  4  17  3  70.83     D  4  3  2  2  3  4  18  3  75.00     Jumlah  35  6  145.83     Rerata  18  3  72.92     Persentase (%)  87. 50  75. 00  50. 00  50. 00  75. 00  100 .00    Keterangan: - Kode RPP:

1. RPP A: Materi Ruang Lingkup Biologi 2. RPP B: Materi Plantae 3. RPP C: Materi Protista 4. RPP D: Materi Fungi - Proses Ilmiah 1. Merumuskan masalah 2. Merumuskan hipotesis

3. Merancang dan melakukan percobaan 4. Mengorganisasi dan menganalisis data 5. Menyusun kesimpulan

6. Mengkomunikasikan

Berdasarkan Tabel 4 maka dapat diperoleh informasi bahwa kelompok kegiatan lapangan yang terdiri dari dua RPP yaitu RPP A dan RPP B memiliki rerata persentase sebesar 68,75%; sedangkan kelompok kegiatan laboraturium yang terdiri dari RPP C dan RPP D memiliki rerata persentase sebesar 72,92%. Hasil tersebut mempunyai selisih yang tidak signifikan walaupun persentase

(10)

55

pada kelompok kegiatan laboraturium lebih tinggi dibandingkan kelompok kegiatan lapangan.

Tabel 4 juga menunjukkan bahwa keterampilan proses sains yang mempunyai persentase keberadaan paling tinggi pada kelompok RPP kegiatan lapangan adalah keterampilan mengkomunikasikan (100%), lalu yang paling rendah adalah keterampilan menyusun hipotesis dan mengorganisasi dan menganalisis data (50,00%). Pada kelompok RPP kegiatan laboraturium, keterampilan proses sains yang mempunyai persentase keberadaan paling tinggi juga masih sama dengan RPP kegiatan lapangan yaitu keterampilan mengkomunikasikan dengan persentase 100%, sedangkan yang paling rendah adalah keterampilan merancang dan melakukan percobaan serta keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data (50%). Kelompok RPP kegiatan laboraturium seharusnya mengembangkan keterampilan proses sains merancang dan melakukan percobaan dengan persentase yang tinggi, akan tetapi berdasarkan hasil diatas yang diperoleh justru sebaliknya yaitu justru memiliki persentase yang paling rendah dibandingkan dengan keterampilan proses sains yang lain.

(11)

56 B. Pembahasan

Penelitian mengenai analisis keberadaan keterampilan proses sains dalam RPP Biologi SMA Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta ini merupakan jenis penelitian analisis isi/konten. Data diambil dengan cara identifikasi. Kegiatan identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan keterampilan proses sains dalam RPP biologi kelas X. Keberadaan keterampilan proses sains disini ditinjau dari aspek materi pembelajaran dalam RPP dan jenis item keterampilan proses sains yang ada dalam RPP. Selain itu jumlah dan persentase keberadaan keterampilan proses sains juga digunakan untuk mengetahui perbedaan data keterampilan proses sains yang ada dalam RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium yang dibuat oleh guru kelas X.

1. Keberadaan Keterampilan Proses Sains dalam RPP Materi Biologi Kelas X di Wilayah Kota Yogyakarta

a. Keberadaan Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Aspek Materi Pembelajaran dalam RPP

Hasil analisis data yang tersaji dalam Tabel 2 dan Gambar 2 menunjukkan bahwa semua RPP yang diteliti telah mengembangkan keterampilan proses sains dalam kegiatan intinya. Meskipun demikian, setiap RPP yang diteliti mempunyai persentase terhadap jumlah keberadaan yang berbeda-beda. RPP yang mempunyai persentase tertinggi adalah RPP D yaitu RPP Fungi, selanjutnya diposisi kedua adalah RPP A (ruang lingkup biologi) dan RPP C (Protista), sedangkan yang terendah adalah RPP B yaitu RPP Plantae. Berikut ini

(12)

57

pembahasan pada masing-masing RPP berdasarkan urutan keberadaan keterampilan proses sains:

1) RPP Materi Fungi

Materi fungi mempunyai kompetensi dasar 3.6 yaitu menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis (Permendikbud no 69 tahun 2013). Untuk menguasai kompetensi tersebut maka diperlukan kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa melakukan kegiatan pengamatan/percobaan contohnya melalui kegiatan praktikum di laboraturium. Praktikum yang dilakukan dalam mempelajari materi fungi adalah seperti pengamatan jamur mikroskopi maupun jamur makroskopi, penelitian mengenai aktivitas fermentasi oleh jamur, dll. Karakteristik dari materi fungi adalah objek belajar fungi relative mudah didapatkan. Guru memanfaatkan contoh sampel jamur yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudahan dalam memperoleh bahan ajar fungi membantu guru merencanakan kegiatan pengamatan/percobaan melalui bentuk kegiatan praktikum di laboraturium, siswa pun juga lebih mudah dalam memahami materi ini karena bisa di refleksikan langsung dalam kehidupannya. Dengan kata lain pembelajaran materi fungi sangat mendukung untuk melatih keterampilan proses sains bagi siswa melalui kegiatan praktikum di laboraturium. Keterampilan

(13)

58

proses sains akan membantu siswa untuk melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur metode ilmiah.

Berdasarkan Tabel 2, hasil analisis data keberadaan keterampilan proses sains yang dikembangkan pada RPP materi fungi meliputi keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melakukan percobaan, mengorganisasi dan menganalisis data, menyusun kesimpulan dan mengomunikasikan. Dilihat dari kelengkapannya, ragam keterampilan proses sains yang muncul dalam RPP Fungi ini sudah menunjukkan hasil yang lengkap sesuai dengan item keterampilan proses sains yang diteliti, namun tiap item keterampilan proses sains tersebut menunjukkan persentase keberadaan yang berbeda-beda. Keterampilan mengomunikasikan menduduki persentase tertinggi dalam keberadaannya di RPP fungi. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi dasar 4.6 yaitu menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis (Permendikbud no 69 tahun 2013), sedangkan keterampilan proses sains yang terendah persentase keberadaannya adalah keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data. Guru belum maksimal dalam mengembangkan keterampilan ini karena hanya terbatas meminta siswa mencatat hasi percobaan dalam tabel dan menginterpretasikannya, belum

(14)

59

sampai pada tahap menghubungkan antar variable dalam hasil penelitian sebagaimana yang disampaikan oleh Towle (1989:21) sebagai salah satu indicator menganalisis data. Disisi lain menurut teori perkembangan kognitif Piaget, siswa kelas X telah memasuki tahap oprasional-formal yang sudah mampu berpikir kritis sehingga memungkinkan untuk menguasai keterampilan menghubungkan antar variable dalam penelitian (Santrock, 2009: 50). Meskipun demikian keberadaan item keterampilan proses sains dalam RPP fungi memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan RPP yang lain, hal itu dikarenakan sebagian besar keterampilan proses sains telah muncul dan sesuai dengan rumusan kegiatan pembelajaran dalam RPP guru yang menunjukkan bahwa pada pembelajaran materi fungi sangat mendukung untuk dikembangkannya keterampilan proses sains bagi siswa.

2) RPP Ruang Lingkup Biologi

RPP A adalah RPP Biologi Kelas X pada materi ruang lingkup biologi. Materi ini merupakan materi pertama (Bab I) untuk pembelajaran biologi kelas X. Ruang lingkup biologi merupakan materi yang memuat konsep-konsep dasar dari ilmu biologi seperti pengenalan mengenai metode ilmiah, cabang-cabang biologi, jangkauan ilmu biologi, keanekaragaman hayati, sampai dengan prinsip kerja dalam ilmu biologi.

(15)

60

Kompetensi dasar yang harus dicapai dari pembelajaran ruang lingkup biologi yaitu kompetensi dasar 3.1, memahami tentang ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari (Permendikbud no 69 tahun 2013). Kebanyakan guru menyampaikan materi ruang lingkup biologi hanya dengan metode pembelajaran di kelas saja, sementara untuk mengajarkan hal-hal dasar terkait biologi maka siswa perlu untuk diajak melihat langsung berbagai fakta yang diperoleh dari objek atau fenomena yang terjadi di alam. Kegiatan berupa observasi lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang dirasa cukup tepat dalam menyampaikan materi ini, terlebih ada salah satu konsep yaitu kenekaragaman hayati yang akan mudah dipahami oleh siswa jika siswa melihat langsung fakta yang terjadi di lingkungan. Hal itu sejalan dengan teori Djohar (2010: 7) yang menyatakan bahwa obyek biologi adalah fenomena nyata sehingga cara-cara eksploratif adalah cara yang tepat untuk mempelajarinya. Pembelajaran Biologi erat kaitannya dengan pemahaman konsep yang dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat diamati siswa karena biologi tidak hanya berupa sekumpulan konsep dan teori saja melainkan harus melakukan sesuatu, mengetahui, dan memecahkan masalah dalam mempelajarinya. Melalui kegiatan

(16)

61

pengamatan langsung di lingkungan sekitar sekolah, pembelajaran ruang lingkup biologi dapat mendukung untuk mengembangkan keterampilan proses sains.

Berdasarkan hasil penelitian, RPP ruang lingkup biologi yang dianalisis pada penelitian ini mempunyai struktur yang lengkap dan telah sesuai dengan kaidah Kurikulum 2013. Kegiatan inti dijabarkan dengan prinsip 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasi) secara urut dan detail. Keterampilan proses sains yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran RPP ruang lingkup biologi juga sudah lengkap yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengorganisasi dan menganalisis data, menyusun kesimpulan dan mengkomunikasikan. Keterampilan mengomunikasikan merupakan keterampilan yang paling tinggi keberadaannya dalam RPP ruang lingkup biologi, sedangkan yang terendah adalah keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data. Keterampilan proses sains tersebut dikembangkan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran interaktif yang dilengkapi dengan adanya kegiatan pengamatan langsung di lingkungan sekitar siswa sehingga siswa dapat memperoleh pengalamannya sendiri tentang ruang lingkup biologi.

(17)

62 3) RPP Materi Protista

Kompetensi dasar materi protista menurut Permendikbud No 69 Tahun 2013 tentang kurikulum SMA yaitu kompetensi dasar no 3.5, menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan protista berdasarkan ciri-ciri umum kelas dan perannya dalam kehidupan melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. Materi protista dikategorikan sebagai materi yang potensial untuk dilakukan dengan kegiatan laboraturium karena dalam hal mempelajarinya dibutuhkan kinerja dalam laboraturium, seperti misalnya untuk melihat protozoa membutuhkan alat-alat dan bahan yang tersedia di laboraturium, kemudian ada juga kegiatan membuat kultur paramecium, dll sehingga pantas bila materi protista ini lebih cocok diajarkan melalui kegiatan praktikum di laboraturium karena berkaitan dengan makhluk hidup mikroskopis. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang dapat membantu peserta didik dalam melakukan percobaan/pengamatan di dalam laboraturium.

Hasil analisis data keberadaan keterampilan proses sains yang dikembangkan pada RPP materi protista menunjukkan bahwa keterampilan yang ada dalam RPP protista antara lain keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melakukan percobaan, mengorganisasi dan menganalisis data, menyusun kesimpulan dan mengomunikasikan. Menurut

(18)

63

kelengkapannya, item keterampilan proses sains yang muncul tersebut telah memenuhi semua item yang dianalisis. Keterampilan mengomunikasikan adalah keterampilan proses sains yang mempunyai persentase keberadaan paling tinggi, sedangkan keterampilan yang paling rendah justru adalah keterampilan merancang dan melakukan percobaan serta keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data. Hal itu dikarenakan hanya beberapa guru yang melakukan percobaan, sedangkan guru yang lain lebih memilih kegiatan pembelajaran di kelas dengan mengajak siswa menonton video atau gambar tentang jenis-jenis protista dan cara reproduksinya. Nuryani Rustaman (2003: 91) menyatakan bahwa dalam menyusun rancangan pembelajaran guru harus memperhatikan ketersediaan alat dan bahan yang akan digunakan. Apabila alat dan bahan yang dibutuhkan susah ditemukan, guru dapat menggunakan alternative metode pembelajaran yang lainnya. Pemilihan metode ceramah ini dapat dilatarbelakangi juga karena kegiatan praktikum tentang protista relative membutuhkan bahan/objek pengamatan yang sulit ditemukan. Metode seperti ini dirasa kurang tepat karena materi Protista yang disampaikan dengan metode ceramah membuat siswa mengganggap materi Protista merupakan materi yang susah karena muatan materi yang cukup padat, banyak hafalan dan membuat siswa lebih sulit merefleksikannya dalam pengalaman sehari-hari.

(19)

64

Tidak tercapainya indicator merancang dan melakukan percobaan ini menyebabkan RPP Protista menjadi RPP yang mempunyaai jumlah skor pengembangan keterampilan proses sains yang rendah. 4) RPP Materi Plantae

Salah satu cakupan dalam ilmu biologi adalah mempelajari seluk beluk tentang tumbuhan. Konsep tumbuhan atau dalam biologi dikenal dengan nama Plantae mempunyai bidang kajian yang sangat luas sehingga dibutuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu agar dapat mendukung tercapainya bidang kajian tersebut. Pada pembelajaran disekolah, guru berperan dalam penyampaian informasi mengenai tumbuhan kepada para peserta didik. Pemilihan metode dan media yang tepat turut menentukan jalannya proses pembelajaran menjadi efektif atau tidak. Tumbuhan sangat banyak diperoleh di sekitar kita, oleh karena itu dalam mempelajari tentang tumbuhan guru mengajak peserta didik untuk melihat dan berinteraksi langsung dengan tumbuhan-tumbuhan yang ada di sekitarnya, sebagaimana disampaikan Novi Nuryanti (2013: 12) dalam hasil penelitiannya bahwa pedoman pembelajaran sains, peserta didik akan dilatih untuk mempelajari dan memperoleh berbagai permasalahan dan persoalan yang menarik untuk dikaji dari lingkungan alam sekitar, dengan upaya tersebut peserta didik akan lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan pengetahuan serta wawasannya.

(20)

65

Sicillia (2016:45) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa mengamati/observasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan indera. Pengamatan yang hanya dilakukan menggunakan indera disebut pengamatan langsung, sedangkan pengamatan tidak langsung ialah pengamatan yang dilakukan dengan cara member perlakuan terlebih dahulu pada objek pengamatan agar gejala yang diamati dapat muncul, kemudian pengamatan dapat dilakukan. Berdasarkan teori tersebut maka kegiatan dalam RPP plantae dapat dikategorikan sebagai pengamatan langsung karena dalam rancangan kegiatan pembelajaran yang dituliskan oleh guru, siswa diminta untuk mengelompokkan keanekaragaman tumbuhan di lingkungan sekolah menggunakan langkah pengamatan langsung. Meskipun kegiatan pengamatan langsung, akan tetapi melalui kegiatan tersebut dikembangkan juga keterampilan proses sains bagi siswa.

Berdasarkan hasil analisis keberadaan item keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam RPP Biologi Kelas X diperoleh hasil keterampilan proses sains yang ada dalam RPP materi Plantae adalah sebagai berikut, keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merencanakan dan melakukan percobaan, mengorganisasi dan menganalisis data, menyusun kesimpulan dan mengomunikasikan. Keterampilan yang

(21)

66

mempunyai persentase keberadaan tertinggi adalah keterampilan mengomunikasikan. Menurut Rezba (1995:15) kemampuan kita dalam berkomunikasi dengan yang lainnya sangat dasar dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Keterampilan mengomunikasikan yang dimaksud disini adalah keterampilan dalam menyampaikan konsep dan pemahaman yang diperoleh peserta didik dari kegiatan pengamatan tumbuhan yang telah dilakukan di lapangan. Keterampilan proses sains yang masih rendah dalam keberadaannya adalah keterampilan merumuskan hipotesis dan keterampilan mengorganisasi data. Pada materi plantae, guru menyampaikan materi dengan mengajak siswa melihat langsung objek tumbuhan di alam sekitar sehingga disini tidak ada variable yang ditentukan karena kegiatan hanya bersifat eksploratif, dengan demikian bisa dimengerti kenapa keterampilan merumuskan hipotesis ini menjadi rendah dibanding yang lainnya. Di lain hal, keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data rendah karena siswa hanya memasukkan data dalam tabel pengamatan serta melakukan pengelompokkan data tumbuhan menurut klasifikasinya, sedangkan menurut teori dalam Towle (1996:21) ilmuan menganalisis data dalam banyak cara, termasuk menggunakan statistika, menginterpretasikan grafik, menentukan hubungan antar variable, membandingkan data dengan penelitian lain dan menentukan kemungkinan yang membuat kesalahan dalam

(22)

67

eksperimen. Secara keseluruhan data keberadaan item keterampilan proses sains dalam RPP materi plantae ini termasuk dalam kategori sebagian muncul dilihat dari persentase keberadaannya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh informasi bahwa tiap materi biologi mempunyai karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut berkaitan dengan jangkauan konsep dan informasi yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa, kebutuhan akan objek pengamatan/percobaan dan kompleksitas materi dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu berimbas pada peran guru dalam merencanakan proses pembelajaran yang sesuai untuk materi. Upaya guru tentunya tidak bisa dilepaskan dari tujuan pembelajaran untuk mewujudkan siswa mampu menguasai keterampilan proses sains sebagai dasar dalam pembelajaran ilmiah.

Permendikbud No.81a tahun 2013, menyatakan bahwa RPP dikembangkan guru menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus, dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. Pernyataan tersebut juga dijelaskan oleh Nuryani Rustaman (2003: 90) yang menyatakan bahwa guru memperhatikan beberapa hal dalam merumuskan kegiatan pengalaman belajar yang tepat bagi siswa, yaitu antara lain karakteristik konsep yang diajarkan, kesiapan siswa, dan fasilitas yang tersedia. Karakteristik konsep yang

(23)

68

dimaksud adalah tuntutan dan tuntunan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Sebagai contoh, konsep evolusi yang berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu yang sangat lama, memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti-bukti evolusi. Sebagai arahan, guru dapat memperhatikan bagaimana saran atau arahan yang diberikan oleh rumusan kurikulum. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut, maka dapat diperoleh informasi bahwa dalam penyusunan RPP guru mempertimbangkan beberapa hal terkait dengan karakteristik konsep, kondisi siswa dan kondisi fasilitas pembelajaran yang ikut berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kondisi tersebut ikut berpengaruh terhadap pengembangan item KPS dalam rumusan RPP yang dibuat oleh guru.

Berbanding terbalik dengan teori diatas, pengaruh karakteristik konsep materi biologi terhadap keberadaan KPS belum dapat terlihat secara signifikan dalam hasil penelitian ini, hal itu dikarenakan berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dari keempat materi dalam RPP memunculkan keterampilan proses sains dengan perbedaan nilai persentase keberadaan yang sedikit. Hasil tersebut juga berarti bahwa, penyusunan RPP berpegang pada aturan yang tercantum dalam Permendikbud tentang standar penyusunan RPP yaitu penyusunan rancangan pembelajaran dengan mengedepankan tercapainya pendekatan ilmiah dan keterampilan proses sains melalui

(24)

69

kegiatan 5M (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan) , dengan kata lain keberadaan keterampilan proses sains dalam pembelajaran suatu konsep didasari tujuan untuk mencapai bentuk kegiatan yang sesuai dengan aturan Permendikbud tersebut.

Keterampilan proses sains dapat dikuasai siswa dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah secara berkesinambungan. Dilanjutkan oleh Sicilia (2016: 51) dalam hasil penelitiannya bahwa pada dasarnya keterampilan terbentuk dari adanya pengulangan-pengulangan yang dilakukan oleh setiap individu. Keterampilan tersebut akan semakin berkembang bila terus diasah dan dilatih, sehingga dalam menguasai keterampilan proses sains siswa perlu untuk senantiasa dibiasakan melakukan kegiatan pengamatan/percobaan sesuai dengan prinsip dalam pendekatan ilmiah.

b. Keberadaan Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Jenis Item Keterampilan Proses Sains

Setiap RPP yang diteliti mempunyai hasil persentase yang berbeda-beda pada keberadaan tiap item keterampilan proses sains yang dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis yang ditampilkan pada Gambar 3 maka item keterampilan proses sains yang paling banyak muncul adalah keterampilan mengomunikasi, dilanjutkan dengan keterampilan merumuskan masalah, keterampilan menyusun kesimpulan, keterampilan merumuskan hipotesis, keterampilan

(25)

70

merancang dan melakukan percobaan, serta yang paling sedikit adalah keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 2 Lampiran 53 menyatakan bahwa, Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Proses sains menurut Permendiknas tersebut adalah keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali, dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Selain teori tersebut dalam rumusan kegiatan Kurikulum 2013 menghendaki adanya kegiatan berbasis pendekatan ilmiah. Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau inforsmasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta (Permendikbud No 65 Tahun 2013). Berdasarkan dua teori tersebut, dalam pengertian sains sebagai suatu proses dikembangkan secara berjenjang atau bertahap. Maka seharusnya proses sains yang paling awal dikembangkan adalah mengamati hingga yang paling terakhir adalah mengomunikasikan.

(26)

71

Oleh karena itu, mengamati merupakan keterampilan yang paling banyak dimunculkan dalam kegiatan pembelajaran guru, akan tetapi hasil penelitian menunjukkan sebaliknya dimana proses sains yang paling banyak dimunculkan dalam RPP adalah mengomunikasikan.

Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Sependapat dengan pernyataan tersebut, Rezba, et al (2010: 4) juga mengungkapkan bahwa mengkomunikasikan hasil penelitian/pengamatan dapat melalui kegiatan presentasi dengan uraian secara langsung maupun uraian tertulis dalam bentuk laporan, karya tulis ilmiah dan artikel/jurnal ilmiah. Keterampilan mengomunikasikan yang diukur dalam penelitian ini merupakan kemampuan mengomunikasikan siswa dalam bentuk lisan dan tertulis. Keterampilan mengomunikasikan menjadi keterampilan yang paling banyak dikembangkan dalam RPP biologi Kelas X di Kota Yogyakarta karena semua guru telah merumuskan kegiatan mengomunikasikan yang meminta siswa untuk menyampaikan hasil pengumpulan data dalam bentuk persentasi dan laporan tertulis. Keterampilan mengomunikasikan muncul dalam kegiatan inti RPP pada rumusan kegiatan mengomunikasi, hal tersebut terlihat dari contoh kalimat berikut ini:

(27)

72

- Guru mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok sesuai pengamatan ke depan kelas (mengomunikasikan secara lisan)

- Kemudian siswa mempresentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelompok mengenai cirri khusus, cirri umum, dan klasifikasi jenis protista secara klasikal di depan kelas

- Siswa diminta menyusun laporan hasil pengamatan dan diskusi kelompok (mengomunikasikan secara tertulis)

Keterampilan mengomunikasikan ini termasuk keterampilan yang cukup mudah dilatih karena kegiatannya dirasa juga lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan kegiatan menalar lainnya. Hal itulah yang dapat dijadikan alasan yang mendasari keberadaan keterampilan mengomunikasi yang lebih tinggi dibandingkan keterampilan lain.

Posisi kedua item keterampilan proses sains yang paling banyak dikembangkan adalah keterampilan merumuskan masalah. Sebelum merumuskan masalah, maka peserta didik melakukan observasi awal terlebih dahulu. Observasi ini ditujukan agar peserta didik mampu mengamati fakta atau fenomena yang terjadi pada suatu keadaan tertentu. Pada kegiatan observasi inilah keterampilan mengamati siswa dimunculkan. Menurut Rezba (2010:27), kegiatan observasi merupakan tahap awal yang penting dilakukan dalam melaksanakan langkah metode ilmiah. Hasil observasi akan digunakan sebagai dasar dalam melatih rasa keingintahuan siswa untuk merumuskan persoalan dan mengembangkan keterampilan proses sains lainnya. Maka dalam mencapai keterampilan merumuskan masalah,

(28)

73

siswa melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk menemukan fakta atau fenomena, siswa mengidentifikasi persoalan yang muncul dari fakta atau fenomena yang ditemukan, lalu merumuskannya dalam bentuk kalimat tanya sesuai dengan struktur rumusan masalah. Meskipun keterampilan merumuskan masalah bukan keterampilan yang paling banyak dimunculkan dalam RPP Biologi Kelas X, akan tetapi hasil yang terlihat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa guru telah memunculkan keterampilan merumuskan masalah ini dalam RPP. Keterampilan merumuskan masalah muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan mengamati dan menanya, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

- Guru membimbing peserta didik mengamati air rendaman jerami, air kolam dan air got/comberan secara makroskopis. Peserta didik mengamati secara makroskopis sampel macam-macam air yang disajikan oleh guru (observasi langsung terhadap objek)

- Guru memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang pengamatan yang dilakukan (menyusun rumusan masalah). Pertanyaan yang diharapkan muncul dari siswa yaitu seperti:

1) Organism apakah yang terdapat dalam sampel air kolam, air got, dan air rendaman jerami tersebut?

2) Termasuk dalam kelompok organism apakah yang terdapat pada masing-masing sampel air tersebut?

- Siswa mengajukan pertanyaan kritis sesuai dengan pendapatnya. Guru memberikan umpan balik pertanyaan dari siswa untuk dijawab oleh siswa yang lainnya (mengkomunikasi rumusan masalah melalui diskusi)

(29)

74

Ketiga, keterampilan proses sains yang paling banyak dikembangkan adalah keterampilan menyusun kesimpulan. Menyusun kesimpulan merupakan proses yang menggambarkan kesimpulan berdasarkan fakta atau alasan dari suatu persepsi yang benar (Towle, 1989: 21). Persepsi benar diperoleh dari penafsiran data hasil penelitian. Menyusun kesimpulan menjadi kegiatan yang penting karena turut menentukan bagaimana konsep yang akan diperoleh oleh peserta didik di akhir kegiatan pembelajaran. Dalam metode ilmiah kegiatan menyusun kesimpulan dilakukan setelah kegiatan mengamati, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan percobaan serta menganalisis data. Keterampilan menyusun kesimpulan muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan mengasosiasi hasil penelitian, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

- Melakukan diskusi gambar protista hasil pengamatan sesuai dengan kelompok (melakukan kegiatan diskusi kelompok untuk menyusun kesimpulan)

- Melakukan deskripsi ciri khusus yang dimiliki pada masing-masing gambar protista

- Membandingkan ciri khusus yang dimiliki pada masing-masing gambar protista hasil pengamatan dengan berbagai kajian literature. Kemudian melakukan identifikasi protista dari cirri khusus berdasarkan hasil pengamatan dan kajian literature (melakukan generalisasi terhadap ciri umum protista berdasarkan pengamatan dan diskusi)

- Membuat kesimpulan tentang ciri umum protista dan pengelompokan protista berdasarkan hasil pengamatan, diskusi

(30)

75

kelompok dan kajian literature melalui diskusi kelas (menarik kesimpulan)

Keterampilan proses sains dengan urutan keberadaan selanjutnya adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variable, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Rumusan hipotesis akan mengungkapkan cara melakukan suatu upaya dalam pemecahan masalah karena biasanya dalam rumusan hipotesis terkandung cara untuk mengujinya (Nuryani Rustaman, 2005: 80). Keterampilan merumuskan hipotesis merupakan salah satu keterampilan proses sains dasar yang seharusnya sudah dimiliki oleh peserta didik kelas X yang telah masuk dalam fase perkembangan kognitif oprasional formal dimana seorang anak sudah dapat berpikir logis dan kritis selayaknya sudah dapat bersikap secara konseptual dan dapat berpikir hipotesis (Izzaty, dkk (2008: 35), maka dari itu diharapkan guru telah melatih siswa untuk menguasai keterampilan merumuskan hipotesis dengan maksimal. Keterampilan merumuskan hipotesis muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan menanya dan mengumpulkan data, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

- Guru memberikan umpan balik pertanyaan dari siswa untuk dijawab oleh siswa yang lainnya (membimbing siswa berdiskusi tentang permasalahan yang ditemukan)

- Siswa mengajukan dugaan sementara mengenai permasalahan yang hendak diteliti (merumuskan hipotesis)

(31)

76

Nilai persentase keberadaan keterampilan merumuskan hipotesis ini masih lebih rendah dibandingkan keterampilan mengomunikasikan, merumuskan masalah dan menyusun kesimpulan, akan tetapi berdasarkan hasil analisis data guru juga telah mengembangkan keterampilan ini dengan cukup baik dalam rancangan proses pembelajaran yang akan dilakukan. Jumlah yang masih rendah disebabkan karena beberapa guru belum merumuskan secara tersirat dalam RPP mengenai perintah kepada siswa untuk merumuskan hipotesis.

Keterampilan proses sains yang menduduki urutan selanjutnya dalam keberadaannya yaitu keterampilan merancang dan melakukan percobaan. Merancang dan melakukan percobaan dalam metode ilmiah merupakan suatu langkah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara menguji dan membuktikan hipotesis atas adanya suatu gejala yang muncul. Pengumpulan data dapat berupa kegiatan observasi terhadap lingkungan sekitar (eksplorasi) dan juga dapat berupa kegiatan praktikum dalam laboraturium (eksperimen). Menurut Rezba (2010: 5) dalam melaksanakan percobaan, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan permasalahan, menyusun hipotesis, dan menentukan desain penelitian. Penyelidikan ilmiah dapat mempermudah dalam memahami mengapa sesuatu dapat terjadi. Keterampilan ini sangat penting untuk dikuasai oleh peserta didik agar dapat mencapai salah satu kompetensi dasar dalam proses pembelajaran biologi. Keterampilan merancang dan

(32)

77

melakukan percobaan muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan mengumpulkan data, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

- Guru mengarahkan siswa untuk melakukan pengamatan secara mikroskopis.

- Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok

- Guru membimbing siswa untuk terlibat aktif dalam pengamatan dan jika ada kesulitan dalam pengamatan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa meliputi:

1) Mengamati secara mikroskopis sampel (air kolam, air got, air rendaman jerami dan kultur jamur air) sesuai dengan kelompok dengan menerapkan perilaku ilmiah

2) Menggambar hasil pengamatan protista dalam LKS

3) Mendeskripkan masing-masing ciri khusus yang dimiliki masing-masing gambar protista

(guru telah menyiapkan petunjuk percobaan berupa LKS, sehingga siswa hanya tinggal mengikuti langkah-langkah percobaan dalam LKS saja)

Rendahnya persentase keberadaan yang diperoleh dalam hasil penelitian disebabkan karena tidak tercapainya sub item merancang design percobaan oleh peserta didik. Peserta didik belum diberikan kesempatan oleh guru untuk merancang percobaannya sendiri, melainkan hanya tinggal melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk dan langkah yang telah disusun oleh guru. Hal tersebut tentunya disusun oleh guru dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu,keterbatasan alat dan bahan percobaan

(33)

78

serta alasan lainnya yang membuat guru belum maksimal dalam melatih siswa untuk merancang percobaannya sendiri.

Keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data yang dikembangkan dalam RPP Biologi Kelas X di Kota Yogyakarta memiliki urutan terakhir dengan persentase keberadaan terendah diantara keterampilan lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa guru masih kurang mengembangkan keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data pada rancangan kegiatan RPP. Pada prinsip metode ilmiah, keterampilan ini menjadi keterampilan agar siswa mampu mengolah data yang diperoleh dari penelitian untuk selanjutnya dapat diinterpretasikan dan digunakan untuk menemukan suatu kesimpulan. Rendahnya nilai persentase keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data ini disebabkan karena dilihat dari rumusan kegiatan RPP, guru baru sebatas meminta peserta didik untuk menyusun data dalam tabel dan menafsirkan makna data dari tabel. Kegiatan guru tersebut belum menunjukkan criteria pengembangan keterampilan mengorganisasi dang menganalisis data yang baik, seperti yang dijelaskan menurut Towle (1989: 20) yang menyatakan bahwa ilmuan menganalisis data dalam banyak cara, termasuk menggunakan statistika, menginterpretasi grafik, menentukan hubungan antar variable, dan membandingkan data dengan penelitian lain. Selanjutnya hasil analisis dapat menentukan data yang reliable dan data yang menolak hipotesis penelitian. Dibandingkan dengan teori Towle

(34)

79

tersebut, maka keterampilan ini belum dikembangkan dengan baik sebagai bentuk dari mewujudkan langkah metode ilmiah yang berupa kegiatan analisis data dalam proses pembelajaran. Meskipun demikian, keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data muncul dari kegiatan inti RPP pada bagian rumusan kegiatan mengumpulkan data dan mengasosiasi hasil penelitian, contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

- Menggambar hasil pengamatan protista dalam LKS (memasukkan data hasil penelitian dalam tabel).

- Melakukan diskusi gambar protista hasil pengamatan sesuai dengan kelompok (menganalisis data melalui kegiatan diskusi kelompok).

Secara keseluruhan RPP Biologi kelas X di Kota Yogyakarta telah mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan prinsip metode ilmiah, hal itu dilihat dari kelengkapan semua keterampilan yang muncul telah sesuai dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah. Salah satu teori yang menjelaskan rangkaian langkah dalam metode ilmiah adalah teori menurut Brum & McKane (1989: 10) yang terdiri dari: (a) pengamatan/observasi, (b) formulasi hipotesis yang dapat di uji secara induktif, (c) eksperimen secara deduktif lengkap dengan penetapan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, (d) analisis hasi eksperimen, (e) menarik kesimpulan, (f)menerima, menolak, atau memodifikasi hipotesis untuk dikembangkan menjadi teori dan hukum, dan (g) publikasi hasil penelitian. Dilihat dari urutan persentase keberadaan tiap item keterampilan proses sains, hasilnya

(35)

80

menunjukkan bahwa guru belum mengembangkan item keterampilan proses sains secara merata sebab setiap item keterampilan proses sains mempunyai persentase keberadaan yang berbeda-beda. Sund dan Trowbridge (1973: 190) menyatakan bahwa ragam keterampilan proses sains dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat kesulitan dalam masing-masing ragam keterampilan proses sains. Berdasarkan teori tersebut maka dapat dimengerti bahwa setiap item keterampilan proses sains tidak harus selalu dikembangkan dalam rumusan RPP dengan keberadaan yang tinggi karena setiap item mempunyai tingkat kesulitan tersendiri. Secara keseluruhan keberadaan item keterampilan proses sains dalam RPP biologi kelas X yang diteliti telah menunjukkan hasil yang baik, meskipun urutan persentase keberadaannya belum dapat sesuai dengan urutan langkah metode ilmiah. Penelitian ini hanya terbatas untuk melihat urutan frekuensi keberadaan per-item keterampilan saja, sehingga belum dapat digunakan untuk melihat urutan yang sesuai dengan langkah metode ilmiah. Dijelaskan dalam teori bahwa berdasarkan sistematika dalam metode ilmiah, urutan atau tahapan-tahapan dalam setiap langkah kegiatan disusun secara urut mulai dari tahap awal (observasi) hingga tahap akhir (mengomunikasikan) (Schulter, 1926: 137).

(36)

81

2. Perbandingan hasil analisis data pada kelompok RPP kegiatan lapangan dengan RPP kegiatan laboraturium

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat perbandingan data keberadaan keterampilan proses sains pada RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium. Kelompok RPP kegiatan laboraturium memiliki persentase keberadaan yang lebih besar dibandingkan RPP kegiatan lapangan. Hasil tersebut dimungkinkan karena dalam kegiatan laboraturium, siswa melakukan aktivitas-aktivitas yang lebih banyak dan membutuhkan keterampilan kerja yang cukup banyak pula dibandingkan dengan kegiatan lapangan. Oom Romlah (2009: 3) menyatakan bahwa beberapa jenis keterampilan laboratorium yang dapat dilatihkan kepada siswa adalah, diantaranya: mencuci, membilas, dan mengeringkan alat gelas; mengambil dan menuangkan bahan dan bahan cair; membaui suatu bahan; melarutkan, mengocok, menyaring; melakukan pengukuran massa dan volume; melakukan titrasi; menyediakan atau membuat preparat dan menggunakan mikroskop; menggunakan berbagai peralatan seperti, higrometer, evaporimeter, salinometer, dan banyak lagi.

Banyaknya keterampilan-keterampilan yang semestinya dilakukan oleh siswa tersebut dalam kegiatan laboraturium, membuat siswa berlatih untuk lebih fokus dan menggunakan kemampuan berpikir ilmiahnya dengan baik. Berbeda dengan kegiatan lapangan, siswa mengamati langsung objek, fakta atau fenomena yang sudah tersedia di lingkungan sekitarnya tanpa melakukan suatu perlakuan yang rumit terlebih dahulu. Kegiatan lapangan juga membutuhkan peralatan yang lebih sedikit

(37)

82

dibandingkan dengan kegiatan laboraturium. Djohar(1991:17) menyatakan bahwa dalam pendekatan belajar sebenarnya sangat memungkinkan kita menggunakan objek persoalan yang ada di lingkungan terdekat anak didik, contohnya adalah lingkungan halaman sekolah, kebun sekolah, dan area-area lainnya yang dapat dijangkau oleh siswa.

Alasan selanjutnya yang mendasari munculnya keterampilan proses sains yang lebih bnyak pada RPP kegiatan laboraturium dibandingkan dengan RPP kegiatan lapangan dijelaskan melalui teori White (1996: 768) yang menyatakan bahwa proses belajar mengajar Biologi tentu akan semakin berhasil dengan ditunjang kegiatan laboratorium, siswa dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah dan dapat mengembangkan sikap ilmiah serta menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah. Oleh karena itu, kegiatan laboratorium sangat melekat dengan adanya penemuan konsep melalui suatu kegiatan percobaan. Berdasarkan teori tersebut bukan berarti bahwa kegiatan lapangan tidak mampu melatih kemampuan berpikir ilmiah siswa, akan tetapi kegiatan lapangan lebih menekankan pada kemampuan siswa menemukan konsep dari fakta-fakta yang terlihat dalam kegiatan observasi.

White (1996: 9) juga menekankan akan adanya cukup bukti bahwa laboratorium mempromosikan pemahaman yang lebih baik, beberapa kelebihan dari kegiatan laboraturium yaitu mewujudkan metode ilmu pengetahuan, abstraksi, dan proses dengan baik, membuat informasi mudah diingat, dan mengungkapkan hubungan antar topic-topik masalah.

(38)

83

Pendidik perlu mempertimbangkan situasi di laboratorium agar dapat mencapai tujuan dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Biologi akan lebih bermakna jika ditunjang dengan kegiatan laboraturium. Siswa akan lebih aktif dan tanggap dalam melakukan kegiatan pembelajaran sebab di dalam kegiatan laboraturium menuntut siswa agar mampu menguasai berbagai keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk jalannya praktikum dalam laboraturium. Pada pelaksanaannya, kegiatan praktikum dalam laboraturium membutuhkan ketelitian dan kecermatan siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kegiatan eksplorasi di lapangan, sebab dalam kegiatan lapangan siswa hanya perlu mencermati dan melatih focus pada saat pengamatan langsung terhadap objek, fakta atau fenomena yang sudah tersedia tanpa membutuhkan perlakuan khusus seperti yang dilakukan saat kegiatan praktikum di laboraturium. Kemampuan siswa dalam menjalankan kegiatan laboraturium dan kegiatan lapangan tersebut merupakan wujud dari keterampilan proses sains yang menjadi tujuan dari pencapaian kompetensi ilmiah siswa. Berdasarkan alasan yang telah dipaparkan diatas maka sangat mungkin apabila guru mengembangkan keterampilan proses sains dalam RPP kegiatan laboraturium dengan lebih detail daripada keterampilan proses sains dalam RPP kegiatan lapangan sebagaimana yang diperoleh dalam hasil penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian, persentase keberadaan keterampilan proses sains pada RPP laboraturium memiliki hasil yang lebih besar

(39)

84

dibandingkan RPP lapangan, namun perbedaannya dikatakan tidak signifikan karena selisih yang hanya sedikit. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru telah mengembangkan keterampilan proses sains baik dalam RPP laboraturium maupun dalam RPP lapangan. Selisih yang tidak nyata tersebut membuat hasil penelitian belum dapat memperlihatkan adanya perbedaan keberadaan keterampilan proses sains pada jenis RPP kegiatan lapangan dan RPP kegiatan laboraturium. Selain itu baik rancangan kegiatan lapangan ataupun kegiatan laboraturium sama-sama memiliki sifat yang potensial dalam upaya mengembangkan keterampilan proses sains. Keduanya bisa digunakan untuk melatih siswa berpikir ilmiah.

Selanjutnya pada kedua kelompok RPP kegiatan lapangan dan kegiatan laboraturium, jenis item KPS yang dikembangkan masih sama. Item KPS yang diteliti telah dikembangkan semua dalam kedua kelompok RPP tersebut meskipun mempunyai persentase keberadaan yang berbeda. Item keterampilan proses sains yang mempunyai persentase keberadaan tertinggi pada RPP kegiatan lapangan yaitu keterampilan mengomunikasikan, sedangkan yang terendah yaitu keterampilan mengorganisasi dan menganalisis data. Lalu, untuk RPP kegiatan laboraturium keterampilan proses sains yang mempunyai persentase keberadaan tertinggi yaitu keterampilan mengomunikasi, dan yang terendah yaitu keterampilan merancang dan melakukan percobaan serta menganalisis data. Hasil ini tidak sesuai dengan perkiraan awal pada penelitian, bahwa seharusnya RPP kegiatan laboraturium memunculkan

(40)

85

keterampilan merancang dan melakukan percobaan yang tinggi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam teori menurut Gabel (1994: 99-107) bahwa kegiatan laboraturium terutama praktikum mengandung beberapa tujuan pokok. Tujuan tersebut antara lain adalah membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam IPA kepada siswa serta mengatasi miskonsepsi pada siswa karena siswa memperoleh konsep berdasarkan pengalaman yang nyata. Kegiatan laboraturium juga dapat mengembangkan kemampuan dasar siswa dalam melakukan eksperimen layaknya seorang scientist. Berdasarkan teori tersebut maka seharusnya dalam merancang kegiatan pembelajaran di laboraturium, guru lebih menekankan pada pengembangan keterampilan merancang dan melakukan percobaan agar siswa lebih mahir dan terlatih untuk senantiasa melakukan percobaan/eksperimen sesuai dengan prinsip dalam pendekatan ilmiah.

Menurut peneliti ada dua alasan yang menyebabkan hasil yang tidak sesuai pada RPP kegiatan laboraturium tersebut, diantaranya yaitu guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk merancang dan melakukan percobaannya secara mandiri melainkan hanya memberikan petunjuk berupa LKS dimana siswa tinggal mengikuti prosedur yang telah disediakan guru dalam LKS sehingga salah satu indicator keterampilan merancang dan melakukan percobaan tidak terpenuhi. Alasan berikutnya, pada RPP kegiatan laboraturium ini beberapa guru tidak melakukan kegiatan praktikum didalam laboraturium, melainkan hanya melaksanakan

(41)

86

kegiatan pembelajaran di dalam kelas dengan kegiatan berupa diskusi bersama membahas materi yang disampaikan melalui media video atau gambar, kemudian siswa diminta menganalisis hal-hal terkait materi dalam video atau gambar yang disajikan oleh guru. Kegiatan tersebut kurang efektif dalam mengembangkan keterampilan proses sains siswa karena pada dasarnya dalam mempelajari sains siswa perlu diajak melakukan pengamatan langsung untuk meningkatkan pengalaman sains yang didapatkan. Hal itu sejalan dengan teori White (1996: 766-770) yang menyebutkan bahwa siswa lebih mudah memahami konsep melalui kegiatan praktikum di laboraturium daripada hanya mempelajarinya di kelas. Melalui kegiatan praktikum konsep-konsep yang dipelajari menjadi lebih bermakna sehingga dapat lebih mudah dingat dan dipahami. Selain itu kegiatan praktikum cenderung meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa dalam mempelajari ilmu sains. Oleh karena alasan itulah hasil keberadaan keterampilan merancang dan melakukan percobaan pada rpp laboraturium ini menjadi rendah.

Setiap metode pembelajaran yang dijalankan oleh guru mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Baik metode pembelajaran yang menggunakan kegiatan laboraturium ataupun kegiatan lapangan, keduanya memiliki sifat dan karakteristik tersendiri yang perlu disesuaikan dengan materi, kondisi siswa, kondisi lingkungan dan factor lainnya agar kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan baik. Selain itu guru diharapkan lebih terampil dalam mengemas kegiatan pembelajaran agar menjadi lebih

(42)

87

menarik, lebih efisien dan lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan, salah satu upaya yang harus dilakukan oleh guru adalah lebih memperhatikan mengenai pengembangan keterampilan proses sains dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran biologi menjadi lebih bermakna.

Gambar

Tabel 2. Keberadaan KPS ditinjau dari Aspek Materi Pembelajaran dalam  RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta
Tabel 2 menampilkan keberadaan keterampilan proses sains dilihat  dari aspek materi pembelajaran, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa  keempat jenis RPP mengembangkan keterampilan proses sains dengan  persentase yang berbeda-beda
Tabel 3. Keberadaan KPS ditinjau dari Jenis Item KPS   dalam RPP Biologi SMA Kelas X di Kota Yogyakarta   Proses Sains  Kode RPP
Tabel 3 memperlihatkan bahwa jenis item keterampilan proses  sains yang terdapat dalam keempat kelompok RPP adalah keterampilan  merumuskan masalah (81,25%), merumuskan hipotesis (62,5%),  merancang dan melakukan percobaan (56,25%), mengorganisasi dan  men
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) Mengetahui karakteristik keluarga dan pengetahuan gizi ibu pada keluarga nelayan; (2) Menganalisis konsumsi zat gizi

warna dapat diletakkan pada pintu utama, pada simpul-.. BAB II Pariwisata, Ruang dan Arsitektur Kontekstual Jawa II‐13 simpul yang menarik atau ditempat persimpangan jalan

Metode analisa data yang digunakan untuk melihat hubungan antara Pengaruh Pengawasan Perusahaan Daerah Pasar Bermartabat Kota Bandung dengan Efektivitas

SELAMAT DATANG Jemaat yang dikasihi oleh Yesus Kristus, Presbiter dan Pelayan Firman yang melayani hari ini mengucapkan selamat hari Minggu dan selamat beribadah,

Ukuran-ukuran pada masing - masing perspektif harus diseimbangkan antara ukuran output dan ukuran kepastian (penggerak kinerja), antara ukuran - ukuran objektif

Setelah proses akuisisi citra dan pre-processing, untuk mendapatkan hasil citra pola sidik bibir akan dilakukan tahapan identifikasi citra seperti diagram alir yang ditunjukkan

Namun para pengadopsi (pengguna) awal C++ menemukan walaupun program dalam C akan melebihi suatu program C++ dalam banyak kasus, waktu untuk pengembangan lebih lanjut

Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan tentang musik iringan tari Jepin Langkah Penghibur Pengantin yang berhubungan dengan fokus penelitian, yaitu bagaimana bentuk