• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah buku Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangunan buku Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet ini dapat diselesaikan dengan baik. Wisma Atlet ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Derah Kabupaten Banyuwangi atas Pembangunan Derah Kabupaten Banyuwangi atas kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami serta kepada semua fihak yang telah mendukung serta kepada semua fihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan hasil terselesaikannya penyusunan laporan hasil penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan kekhilafan dalam penyusunan laporan ini

kekhilafan dalam penyusunan laporan ini

Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi pada masa-masa yang akan datang. Banyuwangi pada masa-masa yang akan datang.

Banyuwangi, 2013 Banyuwangi, 2013 Tim Penyusun Tim Penyusun

kata pengantar

kata pengantar

Hal Hal

(3)

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah karena atas rahmat, hidayah dan perkenan-Nya-lah buku Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangunan buku Laporan Akhir Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet ini dapat diselesaikan dengan baik. Wisma Atlet ini dapat diselesaikan dengan baik. Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan yang sebesar-besarnya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Derah Kabupaten Banyuwangi atas Pembangunan Derah Kabupaten Banyuwangi atas kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami kepercayaaan yang telah diberikan kepada kami serta kepada semua fihak yang telah mendukung serta kepada semua fihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan laporan hasil terselesaikannya penyusunan laporan hasil penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila penelitian ini. Kami juga memohon maaf apabila masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan masih banyak terdapat kekurang-sempurnaan dan kekhilafan dalam penyusunan laporan ini

kekhilafan dalam penyusunan laporan ini

Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan Semoga buku ini dapat menjadi masukan dan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan inspirasi bagi perbaikan dan pengembangan penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten penyelenggaraan pembangunan di Kabupaten Banyuwangi pada masa-masa yang akan datang. Banyuwangi pada masa-masa yang akan datang.

Banyuwangi, 2013 Banyuwangi, 2013 Tim Penyusun Tim Penyusun

kata pengantar

kata pengantar

Hal Hal

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.

1.1. Latar BelakangLatar Belakang... ... 11 1.2.

1.2. Maksud dan TujuanMaksud dan Tujuan... .. 11 1.2.1. 1.2.1. Maksud Maksud ... ... 11 1.2.2. 1.2.2. Tujuan Tujuan ... ... 11 1.3. 1.3. SasaranSasaran ... .. 22 1.4.

1.4. Referensi HukumReferensi Hukum... ... 22 1.5.

1.5. Lingkup KegiatanLingkup Kegiatan... ... 22 1.6.

1.6. KeluaranKeluaran... .. 33 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1.

2.1. Keolahragaan di IndonesiaKeolahragaan di Indonesia... ... 44 2.2.

2.2. Definisi Wisma AtletDefinisi Wisma Atlet... .. 66 2.3.

2.3. Tinjauan Mengenai RuangTinjauan Mengenai Ruang... ... 66 2.4.

2.4. Tinjauan KhususTinjauan Khusus... ... 77 2.4.1.

2.4.1. Tinjauan Tinjauan Terhadap Terhadap Istirahat Istirahat Atlet Atlet ... ... 77 2.4.2.

2.4.2. Faktor Faktor - - Faktor Faktor Yang Yang MempengaruMempengaruhi hi Kualitas Kualitas Istirahat Istirahat ... ... 99 2.4.3.

2.4.3. Tinjauan Tinjauan Mengenai Mengenai Desain Desain Ruang Ruang Kamar Kamar dan dan Perilaku Perilaku Atlet Atlet ... ... 99 2.4.4.

2.4.4. PerancangaPerancangan n Kamar Kamar ... ... 1111 2.5.

2.5. Perbandingan Beberapa Wisma AtletPerbandingan Beberapa Wisma Atlet... ... 1313 2.5.1.

2.5.1. Wisma Wisma Atlet Atlet Ragunan Ragunan ... ... 1313 2.5.2.

2.5.2. London London Athlete Athlete Village Village ... ... 1515 2.5.3.

2.5.3. Daegu Daegu Athlete Athlete Village Village ... ... 1616 BAB 3 METODOLOGI BAB 3 METODOLOGI 3.1. 3.1. PendekatanPendekatan... ... 1919 3.2. 3.2. MetodologiMetodologi... ... 1919 3.3.

3.3. Variabel dan IndikatorVariabel dan Indikator... ... 2020 3.4.

3.4. Kebutuhan Dan Sumber DataKebutuhan Dan Sumber Data... ... 2020 3.5.

3.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan DataTeknik Pengumpulan dan Pengolahan Data... 21... 21 3.6.

3.6. Teknik Analisis DataTeknik Analisis Data... ... 2121 BAB 4 ANALISIS KONDISI

BAB 4 ANALISIS KONDISI AWAL BIDANG KEOLAHRAGAANAWAL BIDANG KEOLAHRAGAAN 4.1.

4.1. Kondisi Umum KeolahragaanKondisi Umum Keolahragaan... ... 2424 4.2.

4.2. Potensi Keolahragaan Untuk PengembanganPotensi Keolahragaan Untuk Pengembangan... ... 2626 4.3.

4.3. Identifikasi Sarana Prasarana Olah Raga Yang Telah Ada dan Kebutuhan SaranaIdentifikasi Sarana Prasarana Olah Raga Yang Telah Ada dan Kebutuhan Sarana Prasarana dalam Pengembangan Keolahragaan

Prasarana dalam Pengembangan Keolahragaan... ... 3030 4.4.

4.4. Urgensi Pembangunan Wisma AtletUrgensi Pembangunan Wisma Atlet... ... 3434 BAB 5 ANALISIS KELAYAKAN LOKASI

BAB 5 ANALISIS KELAYAKAN LOKASI 5.1.

(5)

5.2. Analisa Penentuan Lokasi... 39

5.2.1. Konsep Pembangunan Wisma Atlet... 39

5.2.2. Potensi Pasar Industri Perhotelan ... 40

5.2.3. Penentuan Lokasi ... 45

5.3. Analisa Kebutuhan Fisik Bangunan... 55

5.3.1. Analisis Program Fungsi dan Program Ruang ... 56

5.3.2. Analisis Luasan Ruang ... 59

5.3.3. Analisis Hubungan Ruang ... 61

BAB 6 ANALISIS KELAYAKAN ASPEK SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN 6.1. Analisa Aspek Sosial Ekonomi... 65

6.2. Taksiran Dampak Lingkungan... 67

6.2.1. Dampak Lingkungan Tahap Pra Konstruksi ... 68

6.2.2. Tahap Konstruksi ... 68

6.2.3. Tahap Operasional ... 70

6.3. Arahan Pengelolaan Lingkungan... 72

6.3.1. Pendekatan Teknologi ... 72

6.3.2. Pendekatan Sosial-Ekonomi-Budaya... 74

6.3.3. Pendekatan Institusional... 76

BAB 7 ANALISIS KELAYAKAN KEUANGAN 7.1. Asumsi-asumsi ... 78

7.2. Perhitungan Cash flow Wisma Atlet tahun 2013-2022 ... 80

BAB 8 ANALISIS KELAYAKAN MODEL MANAJEMEN 8.1. Ketersediaan dan Kualitas Sumber Daya... 87

8.2. Model Pengelolaan... 88

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1. Kesimpulan... 90

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Agenda Olahraga di Kabupaten Banyuwangi ... 26

Tabel 2 Keberadaan Cabang-Cabang Olah Raga Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 .... 27

Tabel 3 Perolehan Medali PORPROV IV Madiun 2013 ... 28

Tabel 4 Lapangan Olahraga Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012 ... 30

Tabel 5 Jumlah Lapangan, Atlet dan Perbandingan Intensitasnya ... 31

Tabel 6 Perbandingan Penggunaan Lapangan ... 33

Tabel 7 Proyeksi PDB Dunia ... 40

Tabel 8 Faktor Penentu Lokasi Wisma Atlet ... 47

Tabel 9 Penentuan Ranking dengan Zero – One ... 47

Tabel 10 Ranking Kriteria ... 48

Tabel 11 Bobot Kriteria ... 48

Tabel 12 Penentuan Lokasi dengan Matriks Evaluasi ... 54

Tabel 13 Estimasi Kebutuhan Kamar ... 56

Tabel 14 Analisis Kebutuhan Ruang Wisma Atlet ... 57

Tabel 15 Analisis Luasan Ruang Fasilitas Penunjang ... 60

Tabel 16 Matrik identifikasi Dampak Potensial ... 71

Tabel 17 Weighted Average Cost of Capital Analysis (WACC) ... 79

Tabel 18 Perhitungan Cash Flow Wisma Atlet ... 81

Tabel 19Perhitungan Cash Flow Wisma Atlet Half Capacity ... 85

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kawasan Gelora Ragunan ... 14

Gambar 2 London Athlete Village ... 15

Gambar 3 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London ... 15

Gambar 4 Daegu Athlete Village ... 16

Gambar 5 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet Daegu ... 17

Gambar 6 Alur Pikir Kegiatan ... 20

Gambar 7 Alternatif Lokasi Wisma Atlet ... 35

Gambar 8 Perpsektif Tapak ... 50

Gambar 9 Fasilitas Umum Sekitar Lokasi ... 52

Gambar 10 Hubungan Ruang Secara Umum ... 61

Gambar 11 Hubungan uang di Dalam Cafetaria ... 62

Gambar 12 Hubungan Ruang di Dalam Ruang Briefing ... 63

Gambar 13 Hubungan Ruang dalam Ruang Serbaguna ... 63

Gambar 14 Hubungan Ruang di Dalam Poliklinik ... 64

Gambar 15 Hubungan Ruang di Dalam Hall of Fame ... 64

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Didalam sistem keolahragaan nasional, setiap warga negara mempunyai hak yang sama melakukan kegiatan olahraga, memperoleh pelayanan dalam kegiatan olahraga, memilih dan mengikuti jenis cabang olahraga yang sesuai dengan bakat dan minatnya, memperoleh pengarahan, dukungan, bimbingan, pembinaan dan pengembangan dan pengembangan dalam keolahragaan, menjadi pelakuolah raga dan mengembangkan industri olahraga.

Perkembangan olahraga di Kabupaten Banyuwangi saatini berkembang sangat pesat. Beberapa event olahraga baik nasional maupun internasional telah dilaksanakan di Kabupaten Banyuwangi. Penyelenggaraan event olahraga tersebut tidak hanya memberikan manfaat dari sisi prestasi olahragawan daerah saja tetapi juga memberikan efek dari sisi pariwisata (lebih dikenal dan kunjungan wisatawan meningkat) yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap bidang ekonomi.

Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga, pembinaan bibit atlet sejak dini dan juga merealisasikan kebijakan pengembangan keolahragaan nasional yakni melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana olahraga maka dirasa perlu bagi Kabupaten Banyuwangi untuk membangun Wisma Atlet. Untuk itu, pada tahun anggaran 2013 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan melakukan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet.

1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemangku kebijakan dan pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah

1. Memperoleh gambaran mengenai kondisi pengembangan kelolahragaan di Kabupaten Banyuwangi;

2. Memperoleh gambaran atas rencana pembangunan Wisma Atlet, terutama gambaran kelayakan aspek teknis, ekonomis, finansial, lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan. 3. Mendapatkan bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pengambil

keputusan dan pihak-pihak terkait untuk mewujudkan pembangunan Wisma Atlet yang layak.

(9)

1.3. Sasaran

Untuk mencapai tujuan pekerjaan, beberapa sasaran yang diharapkan tercapai dari pekerjaan ini adalah :

a. Menunjang peningkatan akses dan kualitas pembangunan keolahragaaan di Kabupaten banyuwangi

b. Tersedianya gambaran yang lengkap tentang pembangunan wisma atlet dari sisi lokasi, kebutuhan sarana dan prasarana serta unsur lainnya.

c. Diperoleh rekomendasi kelayakan secara teknis, ekonomis, finansial, lingkungan dan aspek sosial pembangunan wisma atlet di Kabupaten Banyuwangi.

1.4. Referensi Hukum

1. Undang-UndangNomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional 2. Undang-UndangNomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

3. Undang-UndangNomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

4. Undang No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4702);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pekan dan Kejuaraan Olahraga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4703);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan Olahraga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 37, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4704);

9. Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2010 tentang Program Indonesia Emas. 10. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.

332/Kpts/M/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Negara

1.5. Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet meliputi :

a. Analisis mengenai existing condition pembangunan bidang keolahragaan di Kabupaten Banyuwangi, meliputi

1) Identifikasi permasalahan pembangunan di bidang keolahragaan 2) Identifikasi potensi keolahragaan untuk pengembangan

(10)

3) Identifikasi sarana prasarana olah raga yang telah ada dan kebutuhan sarana prasarana dalam pengembangan keolahragaan

b. Analisis Kelayakan Wisma Atlet, meliputi:

1) Analisis kesesuaian dengan rencana tataruang(land use)

2) Analisis penentuan lokasi dengan mempertimbangkan aksesibilitas, lokasi sarana prasarana olah raga yang telah ada, kondisi topografi dan lingkungan sekitar

3) Analisis kebutuhan sarana dan prasarana fisik wisma atlet yang mempertimbangkan rencana cakupan, event olah raga yang akan diikuti dan diselenggarakan, jenis cabang olahraga yang telah dan akan dikembangkan dengan mengacu dari kajian kebutuhan sebagai tempat pembinaan dan pengembangan atlet (program fungsi dan program ruang);

4) Analisis dampak sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan (eksternalitas) yang meliputi:

a) Identifikasi masalah sosial, ekonomi dan budaya yang akan timbul pada saat pra, pembangunan dan pasca pembangunan, dan rumusan alternatif pemecahannya

b) Identifikasimultiplayer effect  yang akan timbul akibat pembangunan 5) Analisis pembiayaan (finansial) dengan mempertimbangkan perkiraan kebutuhan dana investasi pembangunan awal serta operasional dan pemeliharaan serta alternatif sumber pembiayaan

6) Analisis managemen pengelolaan

c. Rekomendasi Kelayakan Wisma Atlet, meliputi: 1) Rekomendasi Lokasi

2) Rekomendasi Kelayakan Teknis Pembangunan

3) Rekomendasi Kelayakan dari sisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan

4) Rekomendasi finansial

5) Rekomendasi manajemen pengelolaan 6) Pembuatan blockplan Wisma Atlet 1.6. Keluaran

Keluaran dari pekerjaan ini antara lain:

a. Terlaksananya study kelayakan pembangunan wisma atlet

b. Tersedianya Dokumen Studi Kelayakan Pembangunan Wisma Atlet di Kabupaten Banyuwangi

(11)

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Keolahragaan di Indonesia

Olahraga adalah serangkaian gerak yang teratur dan terencana untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Pengertian ini memiliki makna filosofis dan jika dikaji bersama akan memberikan sedikit bayangan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan untuk membangun dan mengedepankan olahraga itu sendiri. Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang dikenal sebagai kegiatan terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status, sosial, budaya, atau derajat di masyarakat (Harsono, 2008: 2). Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Supandi (1998: 5) bahwa asas olahraga bagi semua orang (sport for all) kini makin memasyarakat. Dengan demikian, saat ini olahraga telah merasuk kesetiap lapisan masyarakat sebagai bagian dari budaya manusia. Dengan katalain, olahraga dilakukan bagi semua orang tanpa memandang jenis ras, kepercayaan, politik dan geografi.

Di dalam olahraga terdapat slogan men sana in corpora sano, yang berarti hidup tidak hanya membutuhkan badan yang sehat, melainkan juga jiwa yang sehat. Oleh karena itu, kita perlu memahami pentingnyaberolahraga untuk menjaga

kesehatan.Upaya meningkatkan derajat kesehatan dilakukan dengan

melaksanakan aktivitas fisik atau aktivitas dalam berbagai cabang olahraga. Kegiatan tersebut merupakan sebagian kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari yang seharusnya dapat meningkatkan kebugaran. Selain itu, olahraga  juga dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi (Janet B. Parks, 1990: 2). Dari penjelasan tersebut nampaklah bahwa olahraga telah menjadi komitmen bersama untuk diyakini sebagai salah satu instrument dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik.

Hak tiap warga negara untuk berolahraga merupakan kebutuhan bernilai universal, yang harus terfasilitasi secara lebih memadai. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional memformulasikan secara tegas bahwa tiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan olahraga tanpa ada diskriminasi; tiap warga negara berhak memilih dan mengikuti  jenis olahraga yang diminati; tiap warga negara berhak memperoleh pelayanan berolahraga untuk mencapai derajat kesehatan dan kebugaran jasmani serta mendapatkan bimbingan prestasi bagi yang berbakat; pemerintah wajib memberikan dukungan dana, ruang terbuka, dan tenaga keolahragaan guna mewujudkan pembangunan olahraga. (Suara Merdeka, 10 September 2011).

(12)

Arah pembangunan olahraga selama ini lebih fokus pada upaya meraih kemajuan prestasi secara instan. Artinya, menganggap prestasi adalah lambang sebuah gengsi yang pemerolehannya cukup dilakukan dalam sekejap melalui berbagai cara. Masyarakat, bahkan telanjur mencitrakan bahwa olahraga itu identik dengan perlombaan dan pertandingan untuk meraih kemenangan yang diwujudkan dalam bentuk medali atau penghargaan bentuk lain. Citra itu tidak sepenuhnya salah, namun ketika proses penyederhanaan pandangan mengenai olahraga tidak dibarengi dengan wawasan tentang bagaimana seharusnya olahraga itu dibangun maka nilai olahraga tidak akan membaik pada masa yang akan datang. Strategi apapun yang hendak diterapkan dan bentuk manajemen pembangunan seperti apa yang akan digunakan maka orientasi pembangunan tidak boleh secara instan hanya memfokus pada satu lingkup olahraga saja. Kebutuhan akan instrumen yang standar untuk menilai kemajuan pembangunan olahraga makin mendesak untuk dipenuhi seiring dengan arah kebijakan pembangunan nasional dari pola sentralistik ke desentralisasi. Dengan kewenangan baru yang dimiliki, daerah/kota dapat berkompetisi memajukan pembangunan olahraga. Orientasi baru dalam melihat keberhasilan pembangunan olahraga daerah/kota, kini telah dirintis bahkan telah diujicobakan di beberapa propinsi, yakni melalui sebuah pengkajian indeks pembangunan olahraga yang dikenal dengansport development index (SDI).

Indeks Pembangunan Olahraga atau Sport Development Indeks  (SDI) merupakan indeks gabungan 4 (empat) dimensi dasar pembangunan olahraga, yaitu: partisipasi, ruang terbuka, kebugaran, dan sumber daya manusia. Dimensi partisipasi merujuk pada banyaknya anggota masyarakat suatu wilayah yang melakukan kegiatan olahraga. Dimensi ruang terbuka merujuk padaluasnya tempat yang diperuntukkan untuk kegiatan berolahraga bagi masyarakat dalam bentuk lahan dan/atau bangunan. Ruang terbuka ditentukan berdasarkan kriteria: a) digunakan untuk kegiatan berolahraga; b) sengaja dirancang untuk kegiatan berolahraga, dan c) dapat diakses oleh masyarakat luas. Dimensi kebugaran jasmani merujuk pada kesanggupan tubuh untuk melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dimensi sumber daya manusia merujuk pada jumlah pelatih olahraga, guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), dan instruktur olahraga dalam suatu wilayah tertentu. Pada Tahun 2006, SDI (Sport Development Index) Nasional sebesar 0,280. Nilai indeks ini termasuk dalam kategori rendah (norma SDI: 0,800 – 1 tinggi; 0,500 – 0,799 menengah; 0 – 0,499 rendah). Angka

0,280 dapat diartikan, bahwa tingkat kemajuan pembangunan olahraga berdasarkan indikator yang diukur melalui komponen-komponen di dalam SDI sebesar 30%; (3) Permasalahan olahraga nasional saat ini adalah bagaimana menjawab tantangan untuk meningkatkan prestasi olahraga pada tingkat

(13)

nasional dan internasional, sebagaimana yang diamanatkan pasal 27 ayat 1 UU No. 3 Tahun 2005, yaitu pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga di tingkat daerah, nasional, dan internasional. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya upaya pembibitan atlet unggulan, belum optimalnya penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesehatan olahraga dalam rangka peningkatan prestasi, serta terbatasnya jumlah dan kualitas tenaga keolahragaan. Dengan demikian, tenaga keolahragaan, olahragawan, serta organisasi olahraga di Indonesia harus dapat menciptakan pola-pola pembinaan prestasi yang menerapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga modern serta standardisasi komponen-komponen pendukung pada pembinaan prestasi olahraga.

2.2. Definisi Wisma Atlet

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian wisma (wis.ma) adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor, kumpulan rumah, kompleks perumahan, permukiman. Peruntukan wisma adalah jenis peruntukan lokasi tanah atau lahan yang dapat didirikan bangunan untuk penggunaan rumah atau tempat tinggal. Sedangkan menurut Peraturan Organisasi Aeromodelling Indonesia (2010), atlet adalah olahragawan baik laki-laki maupun perempuan yang melatih kemampuan secara khusus untuk bersaing dalam pertandingan yang melibatkan kemampuan fisik, kecepatan atau daya tahan.

Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian atlet (at.let) adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan). Berdasarkan jurnal "Kampung Atlet di Surabaya" (2008), wisma atlet adalah penggabungan dari pengertian atlet dan wisma, sehingga dapat disimpulkan bahwa wisma atlet merupakan sarana hunian/tempat tinggal/kompleks perumahan yang diperuntukkan bagi olahragawan ketika akan mengikuti pertandingan atau pemusatan pelatihan. 2.3. Tinjauan Mengenai Ruang

Arsitektur adalah kristalisasi dari pandangan hidup sehingga arsitektur bukan semata-mata teknik dan estetika bangunan atau terpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok seperti ranah keteknikan, seni, atau sosial. The fine spirit  (F.L.Wright), memberi arti bahwa arsitektur bukanlah sekedar benda statis atau sekumpulan objek fisik yang kelak akan lapuk. Mempelajari arsitektur berarti juga mempelajari hal-hal yang tidak kasatmata sebagai bagian dari realitas, realitas yang konkret dan realitas yang simbolik.

(14)

Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan antara dunia pikir yang ideal dan dunia nyata, atntara the transcendent ideal dan the transient, corruptible physical state sehingga dalam perancangan arsitektur selalu meliputi kedua hal ini. Pemenuhan kebutuhan di satu sisi juga harus diimbangi dengan keberhasilan pemenuhan kebutuhan di sisi lain. Arsitektur berperan dalam mewadahi dan menata aktivitas dan perilaku manusia dalam relasi dan interaksinya dengan orang lain. Sebelum merancang sebuah ruang untuk berbagai kegiatan manusia, harus dipahami terlebih dahulu tentang perilaku mereka. Ruang harus menjadi perhatian perancang dan mungkin menjadi aspek yang paling berpengaruh pada tahap analisa dalam merancang penyelesaian sebuah masalah desain.

Tubuh manusia yang berupa daging berbungkus kulit, tidak mampu menembus dinding yang masif. Lalu bagaimana cara kita mencapai keinginan kita yaitu menembus dinding? Tentu saja dengan membuat lubang pada dinding. Pintu dipasang untuk membedakan jenis ruang atau menjaga privasi. Dengan demikian,  jelas fungsi arsitektur adalah mengakomodasi kebutuhan tubuh kita. Arsitektur adalah pengalaman ruang bagi tubuh manusia. Ini yang dipahami Traceurs dan sering dilupakan oleh para arsitek. Traceurs mencoba mengubah paradigma itu dan memberi pemaknaan baru mengenai arsitektur. Traceur memandang arsitektur sebagai 'rintangan' yang harus dilalui oleh tubuh mereka sendiri. Arsitektur adalah sarana pembelajaran bagi tubuh manusia agar menjadi lebih baik secara fisik dan mental.

Ruang dalam arti luas adalah suatu bagian dimana berbagai komponen-komponen lingkungan hidup bisa menempati dan melakukan proses lingkungan hidupnya. Dengan demikian, dimana pun terdapat suatu komponen, berarti disitu telah terdapat ruang. Sedangkan pengertian ruang yang lebih sempit berasal dari bahasa Latin spatium yang berarti ruangan atau luas(extent) dan bahasa Yunani yaitu tempat (topos) atau lokasi(choros)dimana ruang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti pejal, massa dan volume, dekat dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya dengan kata oikos yang berarti ruangan (room). Dalam pemikiran Barat, Aristoteles mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah.

2.4. Tinjauan Khusus

2.4.1. Tinjauan Terhadap Istirahat Atlet

Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, agar diperoleh latihan yang efektif pada atlet dan juga dalam upaya untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi pertandingan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya adalah atlet harus berada dalam keadaan sepenuhnya relaks, diperlukan istirahat yang

(15)

cukup agar tetap sehat dan kuat. Istirahat yang cukup sama pentingnya dengan komitmen untuk berlatih keras. Tanpa istirahat, maka kondisi fisik dan mental para atlet dapat terganggu. Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas).

Menurut Dr. Edlund (2010) ada beberapa jenis istirahat aktif, antara lain : 1. Sosialisasi

Ini didefinisikan sebagai menghabiskan waktu bersama teman dan hubungan dan bahkan mengobrol dengan rekan-rekan. Menurut penelitian terbaru, sosialisasi membantu manusia terhindar dari kanker, melawan penyakit menular dan kemudahan depresi serta mengurangi resiko kematian akibat serangan jantung. Hanya mengobrol dengan teman-teman telah terbukti mengurangi tingkat hormon stres dan memberikan manfaat hormonal dan psikologis.

2. Istirahat Mental

Salah satu ide dari pentingnya istirahat mental adalah untuk mendapatkan kondisi 'khusyuk' pada suatu hal yang sederhana. Membaca buku dapat dikategorikan sebagai istirahat mental.

3. Istirahat Fisik

Cara terbaik untuk melakukan istirahat fisik ini adalah dengan tidur. Tidur berasal dari kata bahasa latin "somnus" yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran. Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001) Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton 1981 : 679).

Perilaku istirahat atlet dibagi menjadi 2, yaitu perilaku istirahat untuk cabang olah raga beregu/kelompok dan cabang olahraga individu. Berdasarkan sejumlah penelitian Weiberg dan Gould (dalam buku Dasar-Dasar Psikologi Olahraga, 2000) mengutip beberapa laporan hasil penelitian tentang atlet sebagai berikut:

Atlet yang bermain dalam olahraga beregu cenderung lebih ekstrovert, dan lebih dependen (menggantungkan diri pada orang lain). Sedangkan Humara (dalam buku Psikologi Olahraga Prestasi, 2008) menyatakan bahwa olahraga yang bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan cabang olahraga beregu.

Dari penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa atlet dalam olahraga beregu dapat beristirahat dalam kamar yang dapat menampung orang yang lebih banyak dibanding dengan atlet olahraga individual karena atlet dalam olahraga beregu cenderung menggantungkan diri pada orang lain dan cenderung ekstrovert. Agar para atlet dapat beristirahat dengan nyaman, kamar atlet akan dirancang menjadi 2 tipe, yaitu kamar untuk atlet beregu dan kamar atlet individual.

(16)

2.4.2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Istirahat

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi istirahat seseorang menurut Kozier (1993) adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan (fatigue), gaya hidup, stress psikologis, alkohol dan stimulant, diet, merokok, motivasi, sakit, dan medikasi. Sedangkan menurut Potter dan Perry (1993) faktor yang mempengaruhi istirahat individu meliputi keadaan sakit fisik, obat dan zat, gaya hidup, pola tidur, stres emosional, lingkungan, latihan dan kelelahan, dan asupan kalori. Sementara itu menurut Craven dan Hirnle (2000) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi istirahat individu meliputi kebutuhan (need); lingkungan, hubungan kerja shift, nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi, latihan dan termoregulasi, kewaspadaan (vigilance), kebiasaan dan gaya hidup, sakit, medikasi dan zatkimia, dan kondisi alam perasaan(mood).

Dari teori-teori di atas, dapat dilihat bahwa faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi istirahat seseorang. Menurut Loo dalam buku Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, lingkungan diklasifikasikan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik menyangkut dimensi. tempat, densitas, serta suasana suatu ruang atau tempat (warna, susunan perabot, dll). Dalam hal ini akan dibahas tentang lingkungan fisik berupa kamar yang mempengaruhi kualitas istirahat atlet.

2.4.3. Tinjauan Mengenai Desain Ruang Kamar dan Perilaku Atlet

Desain dalam kamus bahasa Indonesia berarti sebagai rancangan. Desain kamar merupakan perancangan serta perencanaan atau penyusunan tata ruang di dalam kamar. Manusia membentuk ruang, ruang membentuk manusia. "People modify the spaces they live in, in turn are modified by them''',, (Edward Soja, 2005 dalam buku Arsitektur, Komunitas Dan Modal Sosial), hal ini memiliki arti bahwa manusia membentuk dan menggubah ruang, dan kemudian ruang juga akan membentuk dan menggubah manusia.

Menurut Halpern, perilaku manusia termasuk bentuk-bentuk respon psikologis, relasi, dan interaksi sosialnya, merupakan suatu produk dari upaya mempersepsi lingkungan, termasuk lingkungan binaan seperti wisma. Artinya, tata ruang dalam suatu bangunan, khususnya wisma, secara teoritik memiliki pengaruh terhadap tumbuhnya berbagai perilaku manusia, termasuk dalam interaksi social dan aktivitas bersama guna memecahkan persoalan bersama dan untuk kemanfaatan bersama.

Dalam arsitektur, fungsi selalu dihubungkan dengan program bangunan, menyangkut persyaratan ruang, yang didasarkan atas fungsi ruang dan kecocokannya dengan konteks bangunan. Program misalnya akan memperlihatkan bentuk-bentuk dan ukuran ruang, siapa yang menggunakan

(17)

ruang tersebut dan berapa lama, serta hubungan antar ruang yang menggambarkan tatanan sosial yang mungkin tercipta dalam bangunan tersebut (Frederic A. Jules, 1979).

Dalam proses desain diperlukan perencanaan dalam penataan ruang atau sering disebut dengan zoning. Untuk menyamakan persepsi maka terlebih dahulu perlu disampaikan beberapa definisi tentang apa yang dimaksud dengan zona dan zoning. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik yang spesifik. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.

Dalam kaitannya dengan manusia, hal paling penting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian ruang tersebut. Pengaruh ruang-ruang tersebut terhadap perilaku pemakainya cukup jelas, karena pemakai melakukan kegiatan tertentu di masing-masing ruang tersebut. Sesuai dengan fungsinya, ruang-ruang tersebut diharapkan mempunyai bentuk, perabot, dan kondisi ruang tertentu. Ruang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel. Masing-masing perancangan fisik ruang tersebut mempunyai variabel independen yang berpengaruh terhadap perilaku pemakainya. Variabel tersebut adalah ukuran dan bentuk, perabot dan penataannya, warna serta unsur lingkungan ruang (suara, temperatur, dan pencahayaan).

Berdasarkan buku Psikologi Arsitektur dan Arsitektur dan Perilaku Manusia maka disimpulkan bahwa ada beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dalam membentuk sebuah ruang fisikal :

a. Antropometri

Antropometri sering disebut juga faktor-faktor manusiawi (human factor). Menurut Grandjean dalam buku Psikologi Arsitektur, data antropometri digunakan untuk menentukan spesifikasi dimensi fisik ruang, dalam hal ini adalah kamar, perabotan, peralatan sampai ke pemakaiannya. Prinsipnya adalah memantaskan atau menyamankan manusia dan untuk menghindari ketidakcocokan fisik antara dimensi desain dengan dimensi pemakai.

b. Privasi

Irwin Altman menyatakan model pengaturan diri manusia secara konseptual, dimana manusia menganggap ruang personal dan territorial menjadi mekanisme utama untuk mendapatkan privasi. Privasi sebagai kemampuan untuk memisahkan diri orang lain, serta adanya ukuran-ukuran fisik dari ruang untuk mendapatkan privasi.

• Ruang Personal (personal space)

Manusia mempersepsikan ruang di sekitarnya lengkap dengan isinya dan tidak berdiri sendiri. Jika isi ruang itu adalah manusia lain, orang langsung akan membuat suatu jarak tertentu antara dirinya dan orang lain, dan

(18)

 jarak tersebut sangat ditentukan oleh kualitas hubungan antar orang yang bersangkutan.

Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang personal ini merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang. Dengan tidak adanya ruang personal, dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak aman, stress, adanya ketidakseimbangan, komunikasi yang buruk, dan segala kendala pada rasa kebebasan. Jadi, ruang personal berperan dalam menentukan kualitas hubungan seorang individu dengan individu lainnya.

• Teritorialitas(Territoriality)

Seperti halnya ruang personal, teritorialitas merupakan perwujudan "ego" seseorang karena orang tidak ingin diganggu atau dapat dikatakan sebagai perwujudan dari privasi seseorang.

Teritori dibagi dalam beberapa golongan, salah satunya adalah teritori primer. Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau sudah mendapat izin khusus. Teritori ini dimiliki oleh perseorangan atau sekelompok orang yang juga mengendalikan penggunaan teritori tersebut secara relatif tetap, berkenaan dengan kehidupan sehari-hari ketika keterlibatan psikologis penghuninya sangat tinggi. Misalnya, ruang tidur.

c. Kesesakan dan Kepadatan(Crowding and Density)

Bentuk lain dari persepsi terhadap lingkungan adalah kesesakan (crowding). Stokols (dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia, 2004) menyatakan bahwa kepadatan adalah kendala keruangan (spatial constraint). Sementara itu, kesesakan adalah respons subjektif terhadap ruang yang sesak. Kesesakan dan kepadatan saling berhubungan, semakin banyak jumlah manusia berbanding luasnya ruangan, makin padatlah keadaannya.

2.4.4. Perancangan Kamar

Kamar tidur merupakan area yang paling pribadi. Seiring perkembangan zaman, kamar tidur tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur. Sehingga mengubah yang terstruktur menjadi bentuk-bentuk baru dari pola yang tradisional dan standar. Kamar tidur saat ini bisa dijadikan juga sebagai tempat untuk menghabiskan waktu senggang. Berdasarkan literatur yang bersumber dari buku maupun internet, dalam perancangan ruang kamar, hal-hal detail yang harus diperhatikan adalah :

a. Ukuran dan Proporsi

Faktor manusia, dalam hal ini atlet, merupakan pengaruh utama terhadap bentuk, proporsi dan skala ruang maupun perabot yang akan digunakannya.

(19)

Untuk memberikan kegunaan dan kenyamanan, semuanya itu harus dirancang lebih dahulu agar mampu merespon atau berhubungan dengan dimensi pengguna ruang tersebut, jarak ruang yang diperlukan oleh pola gerakan, dasar aktivitas yang dilakukan.

b. Tempat Tidur dan Meja

Tempat tidur bersama (bunk bed) menggunakan ruang vertikal untuk tingkat tidur yang bertumpuk. Permukaan meja dan penyimpanan juga dapat digabungkan ke dalam sistem. Penggunaan sistem ini dapat membuat kamar lebih efisien dan efektif.

c. Lemari Pakaian

Lemari built-in dapat membantu menjaga garis ruangan tetap bersih dan menghindari kekacauan.

d. Pintu dan Jendela

Pintu menentukan jalur pergerakan dan menetapkan aksesibilitas zona-zona tertentu. Letak pintu berhubungan dengan peletakkan perabot di dalam kamar, sebisa mungkin hindari pintu berhadapan langsung dengan tempat tidur karena bermasalah dalam hal privasi.

 Jendela

Ukuran, bentuk, dan penempatan jendela mempengaruhi integritas visual permukaan dinding dan rasa lingkup yang diberikan. Jendela dapat dipandang sebagai area terang di dalam dinding atau bidang gelap di malam hari. Ventilasi serta cahaya matahari masuk melalui jendela. Semakin besar dan semakin tinggi jendela, semakin banyak cahaya matahari yang masuk. Memasukkan cahaya matahari juga dapat menimbulkan efek buruk ke dalam bangunan, yaitu akan membawa panas dan silau bagi penghuni ruang, akan tetapi dapat disiasati dengan overstek atau penggunaan awning pada jendela.

 Bentuk ruang

Bentuk persegi ruang tidak memiliki arah yang lebih disuka atau dominan. Persegi adalah figur yang stabil dan damai ketika bersandar pada salah satu sisinya, tetapi menjadi dinamis ketika berdiri pada salah satu sudutnya. Meskipun kejelasan dan stabilitas wujud persegi dapat menghasilkan monotonitas visual, variasi dapat diberikan dengan meragamkan ukuran, proporsi, warna, tekstur, penempatan, atau orientasinya. Bentuk ruang yang dibatasi oleh dinding, lantai dan plafond memberi rasa terlindung, orang yang mendiami atau memandang sebuah ruang akan menilainya menurut seleranya sendiri. Interpretasi yang muncul bisa timbul kesan luas, tetapi juga bisa timbul kesan sempit. Bentuk ruang akan mempengaruhi psikis dari pemakai ruangan, hal ini dapat dengan memakai bentuk-bentuk dinamis agar menarik, disamping itu disesuaikan karakter kegiatan didalamnya. Bentuk dan susunan

(20)

interior ruang menentukan kesan yang timbul. Bentuk ruang yang sederhana terdiri dari empat dinding, lantai dan langit-langit. Bentuk ruang semacam itu jelas dan memberi kesan ke arah vertical serta horisontal, menyempit atau membebasluaskan. Ruang yang tidak tinggi atau lebar akan terasa menyesakkan, sebaliknya ruang yang terlalu tinggi akan menyebabkan kita merasa kecil dan tertelan oleh ruang tersebut. (Sumber : Wilkening, Fritz, Tata Ruang, Kanisius, Yogyakarta, 1987 hal 42).  Kebisingan

Suara yang terlalu keras akan berpengaruh buruk bagi seseorang. Suara  juga dapat mengganggu privasi seseorang, misalnya di sebuah kamar hotel terdengar dengan jelas suara-suara dari kamar sebelah atau jika letak ruang tidur berdekatan dengan jalan, sehingga dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

 Penghawaan

Penghawaan dalam bangunan dibagi menjadi 2, yaitu penghawaan alami dan buatan. Sistem yang paling baik digunakan untuk merancang sistem sirkulasi udara (penghawaan) yang alami adalah dengan sistem ventilasi silang (cross ventilation), pada sistem ventilasi silang sirkulasi udara diatur sedemikian rupa agar bisa mengalir dari satu titik ventilasi udara menuju titik ventilasi udara lain, dan begitu sebaliknya. Dengan adanya perbedaan tekanan didalam dan diluar bangunan, maka aliran udara tidak akan 'terjebak' di dalam ruang, yang menyebabkan terasa pengap dan panas.

2.5. Perbandingan Beberapa Wisma Atlet

2.5.1. Wisma Atlet Ragunan

Gelora Ragunan berlokasi di Jalan Harsono RM, Pasar Minggu,Jakarta Selatan dibangun pada tahun 1973 dan diperuntukkan sebagai :

1 Tempat penampungan bagi para atlet DKI Jakarta dalam pembinaan prestasi olahraga.

2 Pusat Pendidikan dan Pembinaan olahraga bagi pelajar-pelajar berprestasi dalam olahraga.

3 Training Centre bagi atlet-atlet Nasional sebelum mengikuti event-event Internasional.

4 Tempat penataran organisasi olahraga serta badan-badan fungsional lainnya pada waktu-waktu tertentu dalam peningkatan Program Kerja Olahraga.

(21)

Gambar 1 Peta Kawasan Gelora Ragunan

Pada kawasan Gelora Ragunan terdapat Wisma Atlet, yang terdiri dari 3 lantai dimana pada lantai 1 terdiri dari 20 kamar untuk wanita, lantai 2 terdiri dari 26 kamar untuk pria, dan lantai 3 terdiri dari 26 kamar untuk pelatnas. Pencapaian ke Gelora Ragunan ini dapat dikatakan tidak terlalu mudah karena sedikitnya kendaraan umum yang masuk ke dalam kawasan ini. Hal tersebut dirasakan oleh beberapa atlet yang tinggal di wisma ini, mereka mengatakan bahwa sulit untuk berpergian dengan menggunakan kendaraan umum.

Wisma ini juga menyediakan kamar untuk disewakan sehingga masyarakat umum  juga bisa menetap di wisma ini. 1 kamar tidur diisi oleh 2-4 orang, dilengkapi dengan ranjang susun, kamar mandi, AC, meja, lemari pakaian. Untuk pintu pada kamar wisma atlet ragunan ini menggunakan swing door dengan ukuran tinggi 2,4m dan lebar 85cm dan juga terdapat 2 buah jendela dengan ukuran tinggi 2m dan lebar 50cm, dilengkapi pula beberapa bovenlicht kecil.

(22)

2.5.2. London Athlete Village

Gambar 2 London Athlete Village

(Sumber : http://www.thisislondon.co.uk)

Perkampungan atlet London ini didirikan untuk digunakan pada event Olimpiade 2012. Pada perkampungan atlet ini terdapat fasilitas-fasilitas serta hunian untuk para atlet sebanyak 2400 unit yang terbagi dalam 14 bangunan, tiap bangunan memiliki 10 lantai. Luasan kamar tersebut tidak kurang dari 12m2, 1 kamar diisi oleh 2 orang atlet. Total tempat tidur pada penginapan atlet tersebut adalah 16.900 buah, 10.500 untuk atlet-atlet, 6.400 untukteam officials.

Gambar 3 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London

(23)

2.5.3. Daegu Athlete Village

Perkampungan atlet Daegu berlokasi di Yulha 2 Housing Development District, Dong-gu, luas lahan yang dipakai untuk hunian atlet sebesar 49.975m2. Menurut Mr.Young Soo Kim, Direktur Daegu Athlete Village, kondisi fisik dan mental atlet-atlet adalah kunci dari acara perlombaan internasional para atlet-atlet. Oleh karena itu, perkampungan atlet harus memiliki ruang yang nyaman.

Hal utama dalam perkampungan atlet ini adalah kenyamanan. Perkampungan atlet Daegu berlokasi di depan sungai dan tingkat kepadatan kendaraan pun rendah. Sebagai tambahan, tidak hanya akomodasi tetapi ada 20 fasilitas penunjang yang disediakan untuk para atlet, seperti salon, bank, laundry, kantor pos, dll. Penginapan untuk para atlet akan dibagi menjadi 4 gaya yang berbeda; ada 528 unit di 9 bangunan dimana tersedia sebanyak 2.032 kamar.

Gambar 4 Daegu Athlete Village

(Sumber :  http://daegu2011.blogspot.com)

Diperkirakan sebanyak 3.500 atlet dan 930 staff dapat tinggal disana. Dalam kamar atlet tersebut tidak hanya tersedia tempat tidur dan meja, tetapi disediakan juga lampu untuk membaca, coffee pot, microwaves, meja, dan juga sofa sehingga atlet-atlet dapat beristirahat dengan nyaman.

(24)

Gambar 5 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet Daegu

(Sumber :  http://daegu2011.blogspot.com/2011)

Dari beberapa contoh wisma atlet diatas dapat dibandingkan sebagai berikut:

Item

Wisma Atlet

Ragunan London Daegu

Bentuk segiempat segiempat segiempat

Perabot Tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas

Tempat tidur, lemari,nakas

Tempat tidur,lampu untuk membaca, coffee pot, microwaves, meja, sofa Tipe Kamar adanya perbedaan kamar

atlet cabang olahraga individu dan beregu, perbedaan kamar pria dan wanita

adanya perbedaan kamar antar pria dan wanita

adanya perbedaan kamar atlet cabang olahraga individu dan beregu, antar pria dan wanita

Kapasitas 2-4 orang 2 orang 1-2 orang

Ukuran Kamar ± 4m x 6,5m ± 3m x 4m ± 4m x 5m

Pintu Swing door 200cm x 85cm Ada Ada

(25)

Secara umum, perbandingan wisma atlet dengan wisma umum adalah sebagai berikut :

Wisma

Wisma Atlet Wisma Umum

Perabot Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas

Secara umum, tempat tidur, lemari, meja kerja dan kursi, nakas, TV, sofa/tempat duduk.

Bentuk Segiempat Segiempat

Tipe Kamar memiliki beberapa macam tipe kamar, adanya perbedaan kamar berdasarkan cabang olahraga dan  juga perbedaan gender

memiliki beberapa macam tipe kamar dengan berbagai daya tampung, tidak ada perbedaan kelompok kamar, biasanya untuk hunian sementara keluarga atau keperluan bisnis.

Pintu swing door swing door

(26)

BAB 3

METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

3.1. Pendekatan

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan. Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai. Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.

3.2. Metodologi

Adapun pendekatan yang digunakan untuk menganalisa kelayakan pendirian Wisma Atlet adalah pendekatan ekonomi, lingkungan, dan pendekatan sosial. Pendekatan ekonomi digunakan untuk menilai kelayakan pendirian Wisma Atlet ditinjau dari aspek finansial, pasar serta manajemen. Adapun pendekatan lingkungan dimanfaatkan untuk menganalisis sejauh mana keberadaan Wisma Atlet akan berdampak pada lingkungan sekitarnya dan bagaimana cara mengantisipasi atau meminimalkan kondisi negatif yang akan muncul. Sedangkan pendekatan sosial digunakan untuk mencermati sejauhmana kehidupan sosial kemasyarakatan terpengaruh oleh adanya Wisma Atlet tersebut. Dalam studi ini unit analisisnya adalah Wisma Atlet itu sendiri. Adapun alur pikir kegiatan yang menjadi landasan prosedur kegiatan ini disajikan dalam diagram alir sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

(27)

Gambar 6 Alur Pikir Kegiatan 3.3. Variabel dan Indikator

Variabel dan indikator yang digunakan dalam studi ini dikelompokkan berdasarkan jenis analisis kelayakan yang digunakan, yaitu :

1. Analisis kelayakan teknis, yang meliputi variabel lokasi (topografi dan geografis), kapasitas/daya tampung atlet, kebutuhan tenaga kerja, fasilitas air, fasilitas listrik, transportasi, dan lain-lain.

2. Analisis kelayakan finansial, dengan variabel jumlah/kebutuhan investasi untuk tanah dan bangunan, peralatan dan biaya pemasangannya, perawatan serta biaya-biaya lainnya, biaya tetap, biaya tidak tetap, dan sumber pembiayaan. 3. Analisis kelayakan lingkungan meliputi aspek-aspek kedekatan dengan

pemukiman penduduk, jalur transportasi, dan tempat pembuangan limbah. 3.4. Kebutuhan Dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari nara sumber yang antara terdiri dari atas :

1. Pejabat Pemerintah terkait (Bupati, BAPPEDA, Institusi pemerintah dan swasta yang membidangi olahraga dan kepemudaan, dll), untuk mengetahui kebijakan yang diambil dalam pendirian Wisma Atlet.

(28)

2. Tokoh Masyarakat dan pemangku kepentingan, untuk mengetahui respons dan feedback   masyarakat, sehubungan dengan adanya rencana pendirian Wisma Atlet tersebut.

3. Pengusaha/Distributor Peralatan olahraga, untuk mendapatkan informasi mengenai harga peralatan yang akan digunakan Wisma Atlet.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan publikasi yang diterbitkan oleh instansi terkait dan berhubungan langsung dengan studi ini.

3.5. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Studi ini dibagi dalam dua tahap pengumpulan data. Tahap pertama di fokuskan kepada aktivitas desk research yang meliputi telaah pustaka dan pencarian data sekunder. Tahap kedua akan memfokuskan pada pencirian data primer melalui wawancara mendalam(indepth interview) dengan nara sumber terpilih baik dari kalangan pejabat pemerintahan, maupun masyarakat. Adapun teknik pengolahan data didasarkan kepada aspek-aspek analisis kelayakan yang antara lain :

1. Aspek Kelayakan Teknis, melalui teknik analisis deskriptif terhadap variabel-variabel yang telah ditentukan.

2. Aspek Kelayakan Finansial, melalui Net Present Value (NPV), Internal Rate of Returns (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio.

3. Aspek Kelayakan Lingkungan diterapkan secara deskriptif untuk mengetahui dan mengukur kemanfaatan dan kerugian yang diprediksi akan muncul dengan adanya fasilitas Wisma Atlet.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam studi ini adalah : 1. Teknik Analisis Deskriptif yang meliputi,

 Kecenderungan (trend) / animo masyarakat;  Perkembangan keolahragaan;

 Dampak lingkungan.

 Kecenderungan lain yang bersifat tipikal

2. Teknik Analisis Kelayakan Teknis dan Lokasi, yang mencakup :  Analisis kelayakan lokasi

Teknik analisis yang digunakan untuk pemilihan lokasi pembangunan Wisma Atlet menggunakan metode kuantitatif subyektif penilaian alternatif lokasi, dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria pemilihan lokasi. Penentuan kriteria pemilihan lokasi berdasarkan hasil kajian pustaka. Kriteria-kriteria tersebut diberi bobot (skor) dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai dengan 3. Nilai 3 untuk bobot terkuat dan nilai 1 untuk bobot terlemah. Pembobotan masing-masing faktor ini akan digunakan sebagai dasar dalam memberikan penilaian terhadap setiap alternatif lokasi pembangunan Wisma Atlet. Untuk

(29)

analisis mengggunakan teknik pembobotan Zero-One. 3. Teknik Analisis Kelayakan Finansial

Analisa kelayakan keuangan merupakan analisa dari berbagai aspek yang saling berkaitan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar prospek usaha Perseroan setelah diversifikasi usaha, serta untuk mengukur tingkat pengembalian (return) yang diperoleh dari jumlah investasi yang ditanamkan. Terdapat beberapa indikator untuk dapat mengetahui kelayakan usaha suatu proyek yang digunakan dalam Laporan Studi Kelayakan ini, diantaranya adalah Net Present Value ("NPV"), Internal Rate of Return ("IRR") dan Benefit Cost Ratio ("BCR").

Berikut adalah langkah yang digunakan untuk menghitung indikator-indikator kelayakan usaha:

a. Membuat proyeksi Laporan Keuangan sampai periode berakhirnya usaha;

b. Membuat perkiraan Free Cash Flow yaitu proyeksi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan setelah dikurangi dengan pajak, ditambahkan kembali biaya depresiasi dan amortisasi, dikurangi dengan perubahan modal kerja dan perubahan biaya modal;

c. Menentukan discount factor Perseroan dengan menggunakan metode Weighted Average Cost of Capital   (WACC) perusahaan pembanding dimana discount factor yang digunakan telah mempertimbangkan tingkat pengembalian dan risiko pasar;

d. Menilai risiko dan menentukan cost of capital sebagai discount factor terhadap arus kas yang akan diperoleh di masa datang;

e. Menghitung present value dari arus kas yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Setelah kelima langkah tersebut, maka dapat ditentukan nilai indikator kelayakan sebagai berikut:

f. NPV merupakan nilai dari total investasi yang dikeluarkan pada awal periode setelah ditambahkan arus kas bersih yang akan diterima oleh Perseroan setiap tahun sampai akhir tahun periode proyek. Dengan membandingkan antara total investasi yang dikeluarkan pada awal periode proyek dan total arus kas yang akan diterima setiap tahun, maka dapat diketahui apabila proyek tersebut menghasilkan NPV positif maka proyek ini layak dikerjakan, apabila menghasilkan NPV negatif maka proyek ini tidak layak dikerjakan;

(30)

Rumus yang digunakan untuk penilaian NPV adalah :

g. IRR merupakan nilai tingkat pengembalian investasi pada saat discount factor Perseroan sama dengan 0, yang artinya tingkat pengembalian dan risiko dari total investasi pada saat ini adalah sama dengan tingkat pengembalian dan risiko dari pasar. Sehingga apabila IRR proyek lebih besar dari WACC, maka proyek ini layak dikerjakan dan apabila IRR proyek lebih kecil dari WACC maka proyek ini tidak layak dikerjakan; Formula persamaan untuk menghitung nilai IRR adalah :

h. BCR merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah dari investasi yang dilakukan pada awal periode perusahaan. Nilai tambah yang didapat dari investasi diperhitungkan dengan membagi total investasi proyek pada awal periode dengan jumlah arus kas yang dihasilkan selama periode berjalannya proyek. Apabila BCR yang dihasilkan dari suatu proyek sama dengan 1 (satu), maka arus kas dari proyek setiap tahun tidak menghasilkan nilai tambah, apabila BCR lebih besar dari 1 (satu), maka nilai arus kas yang dihasilkan dari proyek setiap tahun menghasilkan nilai tambah bagi Perseroan sedangkan apabila BCR lebih kecil daripada 1 (satu), maka nilai arus kas yang dihasilkan dari proyek setiap tahun tidak menghasilkan nilai tambah bagi Perseroan. Dalam menganalisis BCR suatu proyek maka kelayakan usaha dapat dinilai layak apabila nilai BCR lebih besar dari 1 (satu).

(31)

BAB 4 ANALISIS KONDISI AWAL BIDANG KEOLAHRAGAAN

4.1. Kondisi Umum Keolahragaan

Olahraga adalah serangkaian gerak yang teratur dan terencana untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Pengertian ini memiliki makna filosofis dan jika dikaji bersama akan memberikan sedikit bayangan tentang hal-hal apa yang akan dilakukan untuk membangun dan mengedepankan olahraga itu sendiri. Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik yang dikenal sebagai kegiatan terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan, kesenangan dan kesempatan, tanpa membedakan hak, status, sosial, budaya, atau derajat di masyarakat (Harsono, 2008:2). Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Supandi (1998:5) bahwa asas olahraga bagi semua orang (sport for all) kini makin memasyarakat. Dengan demikian, saat ini olahraga telah merasuk kesetiap lapisan masyarakat sebagai bagian dari budaya manusia. Dengan katalain, olahraga dilakukan bagi semua orang tanpa memandang jenis ras, kepercayaan, politik dan geografi.

Hak tiap warga negara untuk berolahraga merupakan kebutuhan bernilai universal, yang harus terfasilitasi secara lebih memadai. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional memformulasikan secara tegas bahwa tiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan olahraga tanpa ada diskriminasi; tiap warga negara berhak memilih dan mengikuti  jenis olahraga yang diminati; tiap warga negara berhak memperoleh pelayanan berolahraga untuk mencapai derajat kesehatan dan kebugaran jasmani serta mendapatkan bimbingan prestasi bagi yang berbakat; pemerintah wajib memberikan dukungan dana, ruang terbuka, dan tenaga keolahragaan guna mewujudkan pembangunan olahraga. (Suara Merdeka, 10 September 2011). Secara umum tujuan pembangunan keolahragaan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa (Pasal 4). Pembangunan keolahragaan dilaksanakan melalui: (a) penyelenggaraan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi; (b)pembinaan dan pengembangan olahraga; (c)penyelenggaraan kejuaraan olahraga; (d)pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga; (e)pembinaan, pengembangan, dan pengawasan olahraga profesional; (f) peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana olahraga; (g)pendanaan keolahragaan; (h)pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan; (i) peran

(32)

serta masyarakat dalam kegiatan keolahragaan; (j)pengembangan kerja sama dan informasi keolahragaan; (k) pembinaan dan pengembangan industri olahraga; (l) penyelenggaraan akreditasi dan sertifikasi;(m) pencegahan dan pengawasan terhadap doping; (n)pemberian penghargaan; (o) pelaksanaan pengawasan; dan (p)evaluasi nasional terhadap pencapaian standar nasional keolahragaan.

Arah pembangunan olahraga selama ini lebih fokus pada upaya meraih kemajuan prestasi secara instan. Artinya, menganggap prestasi adalah lambang sebuah gengsi yang pemerolehannya cukup dilakukan dalam sekejap melalui berbagai cara. Masyarakat, bahkan telanjur mencitrakan bahwa olahraga itu identik dengan perlombaan dan pertandingan untuk meraih kemenangan yang diwujudkan dalam bentuk medali atau penghargaan bentuk lain. Citra itu tidak sepenuhnya salah, namun ketika proses penyederhanaan pandangan mengenai olahraga tidak dibarengi dengan wawasan tentang bagaimana seharusnya olahraga itu dibangun maka nilai olahraga tidak akan membaik pada masa yang akan datang. Strategi apapun yang hendak diterapkan dan bentuk manajemen pembangunan seperti apa yang akan digunakan maka orientasi pembangunan tidak boleh secara instan hanya memfokus pada satu lingkup olahraga saja. Di tengah masyarakat saat ini mulai terlihat peningkatan aktifitas keolahragaan. Data Susenas menunjukkan bahwa persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang melakukan kegiatan olahraga sendiri tercatat pada tahun 2003 sebesar 30,6% menjadi 26,9% pada tahun 2006 dan pada tahun 2009 menjadi 21,76. Pada tahun 2012 angka ini meningkat cukup signifikan menjadi 24,99 persen.

Arah kebijakan pengembangan keolahragaan di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2010-2015 secara eksplisit masuk kedalam misi yang ketiga yaitu mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya dengan arah kebijakan meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan dan menumbuhkan budaya olah raga.

Dinas Pemuda dan Olahraga sebagaileading sector  urusan pemuda dan olahraga kemudian menjabarkannya dalam program pembangunan sebagai berikut:

1. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga 2. Program Pembinaan Pemuda dan Olahraga

3. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan

4. Program Peningkatan Upaya Pertumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda

5. Program Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba 6. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga.

(33)

Program pembangunan keolahragaan ini diwujudkan dengan kegiatan pembangunan berupa pembinaan keolahragaan termasuk pembinaan atlet, penyediaan sarana dan sarana olahraga dan berbagai program pengembangan keolahragaan lain yang terkait. Sebagai

4.2. Potensi Keolahragaan Untuk Pengembangan

Bidang keolahragaan di Kabupaten Banyuwangi saat ini tumbuh dengan pesat antara ditandai oleh banyaknya even olahraga baik yang berskala lokal, regional, nasional maupun internasional. Even berskala internasional yang rutin diselenggarakan antara lainTour de Ijen. Lomba balap sepeda Banyuwangi Tour de Ijen  yang digelar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada 7-9 Desember 2012 lalu diikuti sebanyak 115 atlet yang tergabung dalam tim profesional dari 16 negara. Negara yang meramaikan Banyuwangi Tour de Ijen antara lain Australia, Belanda, Jerman, Inggris, Iran, Irlandia, China, Singapura, Thailand, Malta, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru dan Filipina. Lomba balap sepeda Banyuwangi Tour de Ijen telah resmi terdaftar dalam agenda rutin Organisasi Balap Sepeda Internasional (UCI). Selain sebagai even olahraga Banyuwangi Tour de Ijen diharapkan menjadi promosi publik yang dapat memberikan dampak positif bagi Kabupaten Banyuwangi, sekaligus untuk membangun sebuah kesan bahwa Banyuwangi menjadi destinasi utama wisata internasional.

Selain itu even internasional lain yang diselenggarakan adalah Red Island International Surfing Competition 2013 yang diselenggarakan pada bulan mei 2013 dan diikuti oleh Kompetisi akan diikuti oleh kurang lebih 192 peselancar dari 20 negara dan akan dihadiri oleh kurang lebih 10.000 orang yang meliputi penonton dan pendukung acara serta memperebutkan hadial total USD 4.600 (sumber: http://banyuwangiredislandsurfing.com).

Adapun beberapa even olahrga yang diselenggarakan di Kabupaten Banyuwangi antara lain:

Tabel 1 Agenda Olahraga di Kabupaten Banyuwangi

No Nama Kegiatan Skala

1. Tour de Ijen Internasional

2. Red Island International Surfing Competition Internaional 3. Pekan Olahraga Pelajar Daerah (2014) Regional

4. Pekan Olahraga SD dan MI Regional

(34)

No Nama Kegiatan Skala 6. Kejurda Bulu Tangkis Regional (Jawa Bali)

7. Kejurda Sepakbola Regional (Jawa Bali)

8. Kejurda Balap Sepeda Regional (Jawa Bali)

9. Liga Premier Indonesia Nasional

10. Pro Liga Volley Ball Nasional

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi

Selain itu dalam rangka pengembangan keolahragaan; Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Pemuda dan Olahraga serta Koni secara aktif memberikan pembinaan kepada cabang-cabang olahraga yang ada. Pembinaan tidak saja ditujukan pada atlet namun juga kepada pelatih dan wasit serta menyediaan sarana olahraga. Berdasarkan data Dinas Pemuda dan Olahraga terdapat 26 cabang olahraga yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi.

Beberapa cabang olahraga yang memiliki atlet terbanyak antara lain bola volley sebanyak 24.280 atlet 6 diantaranya berstatus atlet nasional, cabang olahraga sepakbola dengan atlet sebanyak 8.450 atlet dan 2 diantaranya atlet nasional. Atlet nasional terbanyak diisi oleh cabang olahraga atletik dengan 9 atlet. Cabang olahraga selam juga memiliki 6 atlet kelas nasional. Adapun keberadaan Cabang Olahraga di Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Keberadaan Cabang-Cabang Olah Raga Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012

NO CABANG OR PELATIH WASIT ATLET JUMLAH

CLUB LK RG NAS JML LK RG NAS JML LK RG NAS JML

1 Atletik 24 6 1 31 - 63 31 94 538 13 9 560 26 2 Sepeda 20 4 24 35 - - 35 592 5 3 600 48 3 Basket 128 10 3 141 27 2 - 29 1.400 20 2 1.422 141 4 Billiard 60 4 64 21 - - 21 925 - - 925 96 5 Bola Volley 826 10 11 847 70 25 12 107 24.250 24 6 24.280 839 6 Bulutangkis 426 7 - 433 94 5 1 100 8.434 14 2 8.450 872 7 Catur 18 6 - 24 15 - - 15 1.912 6 2 1.920 24 8 Drum Band 54 3 1 58 19 - - 19 3.696 50 4 3.750 182 9 Judo - - 2 2 - - 1 1 39 15 1 55 2 10 Karate 34 - - 34 17 3 - 20 527 - - 527 20 11 FKTI 7 4 1 12 20 4 1 25 1.147 14 2 1.163 17 12 Menembak 1 2 3 2 - - 2 21 5 1 27 2 13 Panahan 2 1 - 3 2 - - 2 42 - - 42 3 14 Panjat Tebing 16 - - 16 16 - - 16 400 - - 400 16

(35)

NO CABANG OR PELATIH WASIT ATLET JUMLAH CLUB 15 Pencak Silat 33 4 3 40 40 5 1 46 5.127 15 1 5.143 33 16 Angkat Besi Dan Berat 17 1 - 18 17 1 - 18 593 7 - 600 17 17 Renang - - 0 45 - - 45 1.521 80 3 1.604 32 18 Senam Artistik 50 15 3 68 33 - - 33 4.495 5 - 4.500 34 19 Selam 2 - - 2 19 - - 19 120 - - 120 1 20 Sepakbola 270 6 2 278 37 9 - 46 4.288 26 6 4.320 272 21 Sepak Takraw 28 - - 28 12 - - 12 238 - - 238 25 22 Taekwondo 26 2 - 28 6 - - 6 150 2 - 152 14 23 Tenis 11 1 - 12 30 - - 30 1.559 1 - 1.560 156 24 Tenis Meja 48 6 - 54 27 - - 27 7.602 - - 7.602 27 25 Tinju 3 - - 3 6 - - 6 45 - - 45 3 26 Wushu - 2 - 2 3 - 1 4 13 22 - 35 2

Keterangan : LK Lokal, RG Regional, NAS Nasional

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi secara aktif terlibat dalam even olahraga regional dan nasional serta internasional. Pada Pekan Olahraga Provinsi IV yang diselenggarakan di Madiun tahun 2013, Kabupaten Banyuwangi mengirimkan 217 atlet untuk mengikuti kompetisi pada 23 cabang olah raga (Cabor) Porprov. Cabang olahraga unggulan dalam even tersebut antara lain yakni atletik, wushu, taekwondo, panjat tebing, voli pantai dan silat. Adapun hasil perolehan medali dalam Porprov IV tersebut adalah:

Tabel 3 Perolehan Medali PORPROV IV Madiun 2013

No Kota Emas Perak Perunggu

1 Surabaya 105 99 75 2 Kota Kediri 36 30 27 3 Kota Malang 37 21 35 4 Kab.Malang 28 28 55 5 Sidoarjo 26 23 45 6 Gresik 25 17 23 7 Lamongan 14 14 10 8 Blitar 11 12 15 9 Kab.Pasuruan 11 12 21 10 Banyuwangi 6 12 14 11 Pasuruan 8 5 12

(36)

No Kota Emas Perak Perunggu 12 Ponorogo 5 8 5 13 Lumajang 5 5 11 14 Tuban 5 4 13 15 Jombang 3 7 11 16 Pamekasan 3 7 7 17 Blitar 5 3 6 18 Batu 3 7 6 19 Kab.Mojokerto 3 4 12 20 Tulungagung 2 8 8 21 Jember 5 1 9 22 Probolinggo 3 4 5 23 Mojokerto 5 0 7 24 Ngawi 4 3 3 25 Kab.Probolinggo 3 4 5 26 Bojonegoro 2 5 7 27 Madiun 2 8 14 28 Magetan 3 1 7 29 Nganjuk 3 1 7 30 Pacitan 1 3 1 31 Kab.Kediri 1 1 7 32 Pacitan 1 2 2 33 Kab.Madiun 0 4 2 34 Bondowoso 2 0 1 35 Trenggalek 1 1 2 36 Sumenep 0 1 6 37 Bangkalan 0 1 1 38 Situbondo 0 0 2

Sumber : KONI Provinsi Jawa Timur

Pada even tersebut Kabupaten Banyuwangi berada pada posisi 10 dengan perolehan 6 emas, 12 perak dan 14 perunggu. Posisi ini lebih baik dibandingkan Porprov III yang berada pada posisi 15. Selain Porprov masih banyak even olahraga yang diikuti oleh atlet Kabupaten Banyuwangi.

(37)

4.3. Identifikasi Sarana Prasarana Olah Raga Yang Telah Ada dan Kebutuhan Sarana Prasarana dalam Pengembangan Keolahragaan

Sarana dan prasarana keolahragaan di Kabupaten Banyuwangi yang telah ada saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Lapangan Olahraga Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012

No Cabang Olahraga LAPANGAN Semi Permanen Permanen Gelanggang Olahraga Jumlah 1 Atletik - 2 - 2 2 Sepeda - 2 - 2 3 Basket 96 28 - 124 4 Billiard - 96 - 96 5 Bola Volley - 1.213 1 1.214 6 Bulutangkis - 823 3 826 7 Catur - 5.214 - 5.214 8 Drum Band - 125 - 125 9 Judo - 1 - 1 10 Karate - 16 - 16 11 Fkti 17 3 - 20 12 Menembak - 2 - 2 13 Panahan - 3 - 3 14 Panjat Tebing - 16 - 16 15 Pencak Silat 13 20 - 33

16 Angkat Besi Dan Berat 10 4 3 17 17 Renang 22 1 - 23 18 Senam Artistik 10 24 - 34 19 Selam 1 - 1 20 Sepakbola 214 2 - 216 21 Sepak Takraw 25 - 25 22 Taekwondo - 14 - 14 23 Tenis 47 5 - 52 24 Tenis Meja - 1.267 - 1.267 25 Tinju - 3 - 3 26 Wushu - 2 - 2

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan jumlah lapangan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah atlet yang ada maka intensitas penggunaan sebagai berikut:

(38)

No Cabang OR Jumlah Club Sp P Go Jml Lk Rg Nas Jml Atlet/ Lap. Club/ Lap. Atlet /Lap. Permanen Club /Lap. Permanen 1 Atletik - 2 - 2 538 13 9 560 26 280 13 280 13 2 Sepeda - 2 - 2 592 5 3 600 48 300 24 300 24 3 Basket 96 28 - 124 1.400 20 2 1.422 141 11 1 51 5 4 Billiard - 96 - 96 925 - - 925 96 10 1 10 1 5 Bola Volley - 1.213 1 1.214 24.250 24 6 24.280 839 20 1 20 1 6 Bulutangkis - 823 3 826 8.434 14 2 8.450 872 10 1 10 1 7 Catur - 5.214 - 5.214 1.912 6 2 1.920 24 0 0 0 0 8 Drum Band - 125 - 125 3.696 50 4 3.750 182 30 1 30 1 9 Judo - 1 - 1 39 15 1 55 2 55 2 55 2 10 Forki/ Karate - 16 - 16 527 - - 527 20 33 1 33 1 11 Fkti 17 3 - 20 1.147 14 2 1.163 17 58 1 388 6 12 Menembak - 2 - 2 21 5 1 27 2 14 1 14 1 13 Panahan - 3 - 3 42 - - 42 3 14 1 14 1 14 Panjat Tebing - 16 - 16 400 - - 400 16 25 1 25 1 15 Pencak Silat 13 20 - 33 5.127 15 1 5.143 33 156 1 257 2

16 Angkat Besi dan Berat 10 4 3 17 593 7 - 600 17 35 1 150 4

17 Renang 22 1 - 23 1.521 80 3 1.604 32 70 1 1.604 32 18 Persani 10 24 - 34 4.495 5 - 4.500 34 132 1 188 1 19 Selam 1 - 1 120 - - 120 1 120 1 0 0 20 Sepak Bola 214 2 - 216 4.288 26 6 4.320 272 20 1 2.160 136 21 Sepak Takraw 25 - 25 238 - - 238 25 10 1 0 22 Taekwondo - 14 - 14 150 2 - 152 14 11 1 11 1 S t u d i K e l a y a k a n W i s m a A t l e t |32 No Cabang OR Lapangan Atlet Jumlah Club Perbandingan Sp P Go Jml Lk Rg Nas Jml Atlet/ Lap. Club/ Lap. Atlet /Lap. Permanen Club /Lap. Permanen 23 Pelti 47 5 - 52 1559 1 - 1.560 156 30 3 312 31 24 Tenis Meja - 1267 - 1.267 7.602 - - 7.602 27 6 0 6 0 25 Tinju - 3 - 3 45 - - 45 3 15 1 15 1 26 Wushu - 2 - 2 13 22 - 35 2 18 1 18 1

(39)

23 Pelti 47 5 - 52 1559 1 - 1.560 156 30 3 312 31

24 Tenis Meja - 1267 - 1.267 7.602 - - 7.602 27 6 0 6 0

25 Tinju - 3 - 3 45 - - 45 3 15 1 15 1

26 Wushu - 2 - 2 13 22 - 35 2 18 1 18 1

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi, data diolah

S t u d i K e l a y a k a n W i s m a A t l e t |33

Berdasarkan tabel tersebut beberapa cabang olahraga yang intensitas penggunaannya tinggi dapat diurutkan sebagai berikut (urutan menggunakan acuan jumlah atlet per lapangan permanen) :

Tabel 6 Perbandingan Penggunaan Lapangan

No Cabang OR

Perbandingan Atlet/ Lap. Club/

Lap. Atlet /Lap. Permanen Club /Lap. Permanen 1 Sepak Bola 20 1 2.160 136 2 Renang 70 1 1.604 32 3 Fkti 58 1 388 6 4 Pelti 30 3 312 31 5 Sepeda 300 24 300 24 6 Atletik 280 13 280 13 7 Pencak Silat 156 1 257 2 8 Persani 132 1 188 1

9 Angkat Besi dan Berat 35 1 150 4

10 Judo 55 2 55 2 11 Basket 11 1 51 5 12 Forki/ Karate 33 1 33 1 13 Drum Band 30 1 30 1 14 Panjat Tebing 25 1 25 1 15 Bola Volley 20 1 20 1

Gambar

Gambar  1 Peta Kawasan Gelora Ragunan
Gambar  3 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet London
Gambar 4 Daegu Athlete Village
Gambar  5 Kamar Atlet di Perkampungan Atlet Daegu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat memberikan masukan-masukan dan bantuan terhadap guru yang kurang mengerti terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 dan mendukung setiap kegiatan olahraga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari aktivitas pelambatan senesen dan berat kering lateks pada pohon karet yang terserang KAS dan responnya terhadap

Penerimaan pasien adalah melakukan kegiatan pada TPPRI yang mempunyai fungsi untuk melayani pendaftaran kepada seluruh pasien Rawat Inap yang akan mendapatkan pelayanan medis

JADWAL TES UJIAN CPNS STAIN TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH TAHUN 2018.. LOKASI UJIAN : UNIVERSITAS

Dukungan Keluarga yang Diterima oleh Pasien dengan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Mangunsari Salatiga, Milka binuf, Arwyn Weynand Nusawakan, Agus Fitrianto,

Hasil uji BNJ pada perbedaan jenis ikan diperoleh kesimpulan bahwa antara dendeng asap ikan bandeng dan tenggiri tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap nilai kadar

Pada pertemuan 3 ini guru sudah mengalami peningkatan dengan melakukan beberapa aspek yang sebelumnya belum dilakukan pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, aspek tersebut adalah

Berkaitan dengan pengilhaman, Cornelius Van Til mengatakan bahwa jika sebagai orang berdosa manusia tidak memiliki Alkitab yang terilhamkan secara mutlak, maka manusia