• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Besaran dibagi dalam dua kategori, pertama, besaran skalar yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai/besar saja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Besaran dibagi dalam dua kategori, pertama, besaran skalar yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai/besar saja."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Besaran dibagi dalam dua kategori, pertama, besaran skalar yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai/besar saja. Kedua, adalah besaran vektor, yaitu besaran Fisika yang selain memiliki nilai, juga bergantung pada arah. Definisi vektor seperti ini sudah kita kenal sejak SMU. Definisi ini sebetulnya tidaklah cukup, karena arus listrik misalnya, memiliki nilai dan juga arah, akan tetapi kuat-arus bukanlah besaran vektor. Dengan demikian diperlukan definisi yang lebih lengkap untuk vektor sebagai berikut:

“Besaran vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah serta dapat memenuhi aturan-aturan operasi matematika vektor”.

Aturan-aturan operasi Matematika untuk vektor akan dijelaskan dalam bagian berikutnya. Dalam kehidupan sehari-hari volume air, massa benda, temperatur, banyak mahasiswa, waktu,temperatur dan lain lain merupakan contoh-contoh besaran skalar yang tidak bergantung arah dan hanya memiliki nilai/besar (magnitude), artinya dari arah manapun kita mengukurnya nilainya tetap sama, sedangkan hal-hal seperti kecepatan aliran sungai, gaya gravitasi, medan listrik adalah beberapa besaran yang tidak hanya mempunyai nilai tapi juga bergantung arah, maksud dari bergantung pada arah adalah bahwa nilai dari besaran tadi dapat berubah pada arah yang berbeda. Arah, dalam operasi vektor didefinisikan lebih khusus adalah sudut yang dibentuk terhadap sumbu x positif atau arah timur dengan arah putaran berlawanan jarum jam (Counter Clock Wise /CCW) Pengategorian besaran ke dalam dua jenis ini tidak semata-mata untuk tujuanklasifikasi, akan tetapi nantinya sangat berguna dalam perhitungan dan operasi matematika,dan juga bermanfaat dalam menjelaskan sifat-sifat sebuah besaran fisika. Dibandingkan dengan besaran skalar, besaran vektor memiliki banyak keunikan dankompleksitas dalam sifatnya, sehingga memerlukan pembahasan tersendiri yang(biasanya) terangkum dalam suatu kajian ANALISIS VEKTOR. Untuk tujuan itulah dalam awal kuliah Fisika Dasar, akan diberikan pengantar singkat analisis vektor.

Vektor adalah serangkaian instruksi matematis yang dijabarkan dalam bentuk, garis, dan bagian-bagainl ain yang saling berhubungan dalam sebuah

(2)

dibawah ini) kualitasnya tetap. Contoh file vektor adalah .wmf, swf , cdr dan .ai. Dan sering dipakai dalam membuat logo, animasi, ilustrasi, kartun, clipart dsb.

Besaran skalar adalah besaran yang mempunyai besar tetapi tanpa arah, seperti massa, panjang, waktu, suhu dan sebarang bilangan riil. Skalar dinyatakan oleh huruf-huruf biasa seperti dalam aljabar elementer. Operasi-operasi dalam skalar mengikuti aturan-aturan yang sama seperti halnya dalam aljabar elementer.

Aljabar Vektor adalah operasi-operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian yang lazim dalam aljabar dari bilangan-bilangan atau skalar-skalar, dengan definisi yang sesuai, dapat diperluas kedalam aljbar dari vektor-vektor.

Hukum-hukum aljabar vector, jika A, B dan C adalah vektor-vektor dan

m dan n skalar-skalar, maka

1. A + B = B + A Hukum Komutatif untuk Penjumlahan 2. A + (B + C) = (A +B) + C Hukum Asosiatif untuk Penjumlahan

3. mA = Am Hukum Komutatif untuk Perkalian

4. m (nA) = ( mn ) A Hukum Asosiatif untuk Perkalian

5. ( m + n ) A = mA + Na Hukum Distributif

6. m (A + B) = mA + mB Hukum Distributif B. Rumusan Masalah

1. Ada berapa jenis - jenis Perkalian Triple?

2. Ada berapa Hukum – Hukum Pada Perkalian Triple? C. Tujuan Penyusunan

1. Memahami materi analisis vektor tentang jenis – jenis perkalian triple.

2. Membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan dengan perkalian triple berdasar pada hukum – hukum perkalian triple.

D. Manfaat Penyusunan

1. Guru, sebagai bahan masukan dalam menggunakan strategi pembelajaran yang berguna dalam meningkatkan mutu pembelajaran matematika serta motivasi siswa.

2. Siswa, sebagai pengalaman belajar yang menyenangkan dan menstimulus kecerdasan siswa untuk membantu pemahaman konsep matematika.

3. Penulis, sebagai pengalaman dan wawasan yang akan menjadi bekal sebagai calon guru matematika.

BAB II

PEMBAHASAN PERKALIAN TRIPLE 1. Jenis – Jenis Perkalisn Triple

(3)

Ada tiga jenis perkalian Triple (Triple Product), yaitu:

i. (A ∙ B)C ,yang merupakan vektor, sebab A ∙ B skalar sedangkan C adalah vektor.

ii. A ∙(B × C) ,yang merupakan skalar, sebab A vektor sedangkan B × C juga vektor.

iii. A ×(B ×C) ,yang merupakan suatu vektor, sebab A suatu vektor dan B × C juga vektor.

Hasil perkalian A ∙(B × C) disebut “Hasil Kali Triple Skalar” yang dituliskan dengan

[

ABC

]

kadang-kadang tanda kurung pada A ∙(B × C) sering dihilangkan jadi cukup

ditulis dengan A ∙ B ×C .

Hasil perkalian A ×(B ×C) disebut “Hasil Kali Triple Vektor”. Untuk perkalian ini

tanda kurung tidak boleh dihilangkan, sebab A ×(B ×C) dan (A × B)× C memberikan vektor-vektor yang (berlainan.

2. Hukum - Hukum Pada Perkalian Triple a. Hukum 1

(A ∙ B)C ≠ A(B ∙ C) Bukti:

Untuk membuktikannya kita harus mencari hasil perkalian dari masing-masing (A ∙ B)C dan A(B ∙C) . (A ∙ B)C=

(

(

A1i+A2j+A3k

)

(

B1i+B2j+B3k

)

)

(

C1i+C2 j+C3k

)

C (¿¿1i+C2 j+C3k) ¿(A1B1+A2B2+A3B3)¿ A1B1C3+A2B2C3+A3B3C3 ¿

(

A1B1C1+A2B2C1+A3B3C1

)

i+

(

A1B1C2+A2B2C2+A3B3C2

)

j+¿ )

(4)

A(B ∙ C)=

(

A1i+A2j+A3k

)

(

(

B1i+B2j+B3k

)

(

C1i+C2j+C3k

)

)

¿

(

A1i+A2j+A3k

)

(B1C1+B2C2+B3C3)

¿

(

A1B1C1+A1B2C2+A1B3C3

)

i+

(

A2B1C1+A2B2C2+A2B3C3

)

j+

(

A3B1C1+A3B2C2+A3B3C3

)

k Dari perkalian diatas dapat dilihat bahwa hasil dari (A ∙ B)C ≠ A(B ∙ C)

b. Hukum 2 i. A ∙(B ×C)=B ∙(C × A)=C ∙(A × B) Bukti : Berdasar hukum A ∙ B ×C=

|

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

Menurut salah satu teorema dari determinan yang menyatakan bahwa pertukaran dua buah baris dari sebuah determinan mengubah tandanya, sehingga :

|

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

=−

|

B1 B2 B3 A1 A2 A3 C1 C2 C3

|

=

|

B1 B2 B3 C1 C2 C3 A1 A2 A3

|

= ´B∙( ´C ×A´)

|

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

=−

|

C1 C2 C3 B1 B2 B3 A1 A2 A3

|

=

|

C1 C2 C3 A1 A2 A3 B1 B2 B3

|

=C ∙(A × B)

ii.

|

A ∙(B ×C)

|

=¿ isi paralelepidedum dengan rusuk-rusuk A , B dan C

c. Hukum 3 Jika : A=A1i+A2j+A3k B=B1i+B2j+B3k C=C1i+C2 j+C3k n A h C B

(5)

Maka : A ∙ B ×C=

|

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

Bukti : A ∙(B ×C)=A ∙

|

i j k B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

¿

(

A1i+A2j+A3k

)

[(

(

B2C3

)

i+

(

B3C1

)

j+

(

B1C2

)

k

)

−(

(

B2C1

)

k+

(

B3C2

)

i+

(

B1C3

)

j)

]

¿

(

A1i+A2j+A3k

)

[

(

B2C3−B3C2

)

i+

(

B3C1−B1C3

)

j+

(

B1C2−B2C1

)

k

]

¿A1

(

B2C3B3C2

)

+A2

(

B3C1B1C3

)

+A3

(

B1C2B2C1

)

¿

|

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

d. Hukum 4 i. A ×(B× C)=(A ∙C)B−(A ∙ B)C ii. (A × B)× C=(A ∙C)B−(B ∙C)A Bukti : i. A ×(B× C)=A ×

|

i j k B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

B ¿ (¿2C3i+B3C1j+B1C2k¿)−(B3C2i+B1C3j+B2C1k) ¿ ¿A ׿ B ¿ (¿2C3B3C2¿)i+

(

B3C1B1C3

)

j+(B1C2B2C1)k ¿ ¿

(

A1i+A2j+A3k

)

׿

(6)

¿

|

i j k A1 A2 A3 B2C3B3C2 B3C1B1C3 B1C2B2C1

|

(

(

A2B1C2−A2B2C1

)

i+

(

A3B2C3−A3B3C2

)

j+(A1B3C1−A1B1C3

)

k

)

−(A3B3C1−A3B1C3

)

i+

(

A1B1C2−A1B2C1

)

j+(A2B2C3−A2B3C2)k ¿ ¿ ¿

(

A2B1C2A2B2C1A3B3C1+A3B1C3

)

i+

(

A3B2C3A3B3C2A1B1C2+A1B2C1

)

j+

(

A1B3C1A1B1C3A2B2C3+A2B3C2

)

k (A ∙C)B−(A ∙ B)C=

(

A1C1+A2C2+A3C3

) (

B1i+B2 j+B3k

)

−(A1B1+A2B2+A3B3)(C1i+C2j+C3k) ¿(

(

A1B1C1+A2B1C2+A3B1C3

)

i+

(

A1B2C1+A2B2C2+A3B2C3

)

j+

(

A1B3C1+A2B3C2+A3B3C3

)

k)−(

(

A1B1C1+A2B2C1+A3B3C1

)

i+

(

A1B1C2+A2B2C2+A3B3C2

)

j+

(

A1B1C3+A2B2C3+A3B3C3

)

k)¿ ¿

(

A2B1C2A2B2C1A3B3C1+A3B1C3

)

i+

(

A3B2C3A3B3C2A1B1C2+A1B2C1

)

j+

(

A1B3C1A1B1C3A2B2C3+A2B3C2

)

k Dari hasil diatas dapat dibuktikan bahwa A ×(B× C)=(A ∙C)B−(A ∙ B)C

karena hasil dari keduanya sama.

e. Hukum 5

A ×(B× C)(A × B)× C

f. Hukum 6

Jika A , B dan C sebidang , maka A ∙(B ×C)=0

CONTOH SOAL : 1. Diketahui : A=2i−3 j B=i+jk C=3ik Tentukan A ∙(B × C) Penyelesaian :

(7)

A ∙(B ×C)=

|

2 −3 0 1 1 −1 3 0 −1

|

¿4

Atau dengan cara lain :

A ∙(B ×C)=(2i−3j)

|

1 1i jk1 3 0 −1

|

¿(2i−3j)(−i−2j−3k)

¿(2)(−1)+(−3)(−2)+(0) (3)

¿4

2. Jika A=i−2j−3k , B=2i+jk dan C=i+3j−2k . hitunglah a. A ∙(B ×C) b. (A × B)(B ∙ C) Penyelesaian : a. A ∙(B ×C)=(i−2j−3k)((2i+jk)×(i+3j−2k)) ¿(i−2j−3k)

|

2 1i jk1 1 3 −2

|

¿(i−2j−3k)

(

(−2ij+6k)−(−3i−4j+k)

)

¿(i−2j−3k)(i+3j+5k) ¿(1−6−15)=−20 b. (A × B) (B ∙ C)=(

(

A1i+A2 j+A3

)

×

(

B1i+B2j+B3k

)

)(

(

B1i+B2j+B3k

)

(

C1i+C2j+C3k

)

) ¿

|

i j k 1 −2 −3 2 1 −1

|

((2i+jk)(i+3j−2k)) ¿((2i−6j+k)−(−3ij−4k))(2+3+2) ¿(5i−5j+5k)(7) ¿35i−35j+35k

(8)

3. Carilah volume sebuah Paralelepipedum yang sisi-sisinya dinyatakan oleh A=2i−3 j+4k , B=i+2jk ,C=3ij+2k Penyelesaian: V.paralelepipedum A ∙(i(+B ×C2 j−)=(k)×2(i3−i3−jj++42kk))¿ ¿(2i−3j+4k)

|

1i 2jk1 3 −1 2

|

=(2i−3j+4k)((4i−3jk)−(1i+2j+6k)) ¿(2i−3j+4k)(3i−5j−7k) ¿6+15−28 ¿|−7|=7 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan

Yang terpenting dalam Perkalian Triple adalah kita harus paham hukum-hukum tentang Perkalian Triple yaitu:

a. (A ∙ B)C ≠ A(B ∙ C)

(9)

c.

|

A ∙(B ×C)

|

=¿ isi paralelepidedum dengan rusuk-rusuk A , B dan C d. A ∙ B ×C=

|

A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3

|

e. A ×(B× C)=(A ∙C)B−(A ∙ B)C (A × B)× C=(A ∙C)B−(B ∙ C)A f. A ×(B× C)(A × B)× C

g. Jika A , B dan C sebidang , maka A ∙(B ×C)=0 2. Saran

 Sebaiknya dalam mempelajari materi analisis vektor tidak terpaku pada satu sumber referensi saja, sehingga harus mengacu lebih dari satu sumber referensi.

 Dalam mempelajari Analisis Vektor lebih ditekankan pada pemahaman konsep dasar terlebih dahulu sehingga mempermudah dalam pemahaman materi tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

(a) Sebuah gambaran umum dari pesawat yang menekankan karakteristik fisik yang mungkin memiliki pengaruh pada saat pendaratan darurat di air, evakuasi, dan dalam prosedur

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui peran Dinas Sosial Kabupaten Bone dalam menanggulangi kemiskinan Perspektif Undang-Undang Nomor 11 Tahun

perbedaan yang tidak nyata pada keefisienan serapan nitrogen antara tanaman yang diberi mulsa dan yang tidak diberi mulsa, namun dapat dilihat adanya kenaikan persentase N yang

Dengan citra ( bitmap ) yang ditangkap webcam saat barang yang masuk terdeteksi sensor proximity , program flowstone dalam komputer akan mendeteksi warnanya dengan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak usia 1-3 tahun berdasarkan BB/U mempunyai status gizi normal (97,6%) dan berdasarkan TB/U yang mempunyai status

Penelitian ini ditujukan untuk dapat mengetahui efisiensi dan kinerja dari Thermoelectric sebagai sumber arus listrik dengan memanfaatkan media panas dari gas buang pada

 Merupakan penimbunan dari hormon somatotrof dalam tubuh.  Hormon ini dihasilkan selama masa pertumbuhan sampai dengan masa pubertas, setelah melewati mas pubertas,

adalah lebih mulia baginya untuk menanggung sedikit kerugian dengan membayarnya lebih daripada harga sepatutnya. c) Dalam melunaskan hutang, seseorang mesti bermurah hati