• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Standar Dokumen Pengadaan Jasa Konsultansi Badan Usaha

(dengan Prakualifikasi)

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA

MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

LATAR BELAKANG

Kemiskinan dan ketertinggalan pembangunan di kawasan perdesaan selama ini disebabkan oleh adanya kecenderungan pembangunan yang bersifat urban bias. Sebagai akibatnya, terjadi kecenderungan aliran sumberdaya (transfer netto) dari wilayah perdesaan kekawasan perkotaan secara besar-besaran dengan disertai derasnya proses (speed up processes) migrasi penduduk secara berlebihan dari wilayah perdesaan ke kawasan kota-kota besar yang menyebabkan kota-kota utama mengalami urbanisasi berlebihan ( over-urbanization). Ditinjau dari pembangunan makro, maka pola pembangunan yang terjadi menghasilkan pola yang tidak berimbang dan sering terjebak dalam keterkaitan yang bersifat eksploitatif yang melemahkan dan menciptakan kerusakan sumberdaya sosial, sumberdaya alam dan lingkungan di perdesaan dan daerah.

Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan menghasilkan kemiskinan di perdesaan, dan proses urbanisasi yang tidak terkendali semakin mendesak produktifitas lahan pertanian. Berdasarkan fakta tersebut maka telah ditegaskan dalam Program Nasional bahwa sasaran pokok pembangunan diantaranya adalah menurunnya jumlah penduduk miskin serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga; dan sasaran kedua adalah berkurangnya kesenjangan antar wilayah yang tercermin dari meningkatnya peran perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perdesaan.

Salah satu program nasional dalam kebijakan Revitalisasi Pertanian adalah Program Pengembangan Agribisnis.Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup usaha di bidang agribisnis hulu, on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya. Program tersebut mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan dan diyakini merupakan

(2)

alternatif pembangunan perdesaan melalui urban-rural linkages untuk mencegah urban bias.

Pengembangan Agropolitan adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function center) yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis pertanian (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan (regional income).

Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.

Konsep dasar pengembangan Agropolitan adalah upaya menciptakan pembangunan inter-regional berimbang, khususnya dengan meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa (rural-urban linkage) yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang terintegrasi di dalam sistem perkotaan secara fungsional dan spasial. Pengembangan ekonomi masyarakat lokal/perdesaan sangat penting, dengan diupayakan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal melalui pengembangan ekonomi komunitas, investasi social capital dan human capital, investasi di bidang prasarana dan sumberdaya alam (natural capital). Pengembangan agropolitan dilakukan dengan disertai upaya peningkatan capacity building di tingkat masyarakat maupun di tingkat pemerintahan agar menjamin manfaat utama dapat dinikmati masyarakat lokal.

Dalam rangka mengembangkan kawasan agropolitan diperlukan adanya rencana induk/Master plan pengembangan kawasan agropolitan oleh masing-masing kabupaten/kota. Peran pemerintah pusat lebih diarahkan pada memfasilitasi.

Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya

(3)

keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Dijelaskan pula pada pasal 26 bahwa rencana tata ruang kawasan perdesaan merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten yang dapat disusun sebagai instrumen pemanfaatan ruang untuk mengoptimalkan kegiatan pertanian, yang dapat berbentuk kawasan agropolitan.

Tahun Anggaran 2013, lokasi kawasan agropolitan yang akan disusun masterplannya adalah Kabupaten Aceh Barat Daya. Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota yang berada di bawah wilayah administrasi Provinsi Aceh. Posisi geografis Aceh Barat Daya sangat strategis dibanding kabupaten lain, karena berada di bagian barat Provinsi Aceh yang menghubungkan lintasan koridor barat dengan berbatasan langsung laut lepas (Selat Hindia), menjadi hilir dari sungai-sungai besar yang mengalir ke perairan lepas serta mempunyai topografi yang sangat fluktuatif, mulai dari datar (pantai) sampai bergelombang (gunung dan perbukitan).

Nilai strategis dari kabupaten ini adalah bahwa sebagian wilayah utara merupakan perbukitan dan wilayah selatan didominasi oleh kawasan pesisir pantai. Dalam kebijakan draf RTRW Aceh, Kota Blangpidie yang menjadi ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) dan dua pusat permukiman lainnya yaitu Kecamatan Babahrot dan Kecamatan Manggeng ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan promosi (PKLp) dan juga ditetapkan jaringan jalan nasional yang membentang disepanjang sisi pantai barat yang merupakan jalan lintas barat Sumatera.

Pemanfaatan ruang di Kabupaten Aceh Barat Daya sebagian besar masih menunjukan penggunaan lahan pedesaan (rural) yang ditandai dengan masih luasnya areal non terbangun berupa lahan pertanian baik berupa sub sektor pertanian sawah maupun sub sektor pertanian lahan kering. Secara umum pemanfaatan lahan di kabupaten Aceh Barat Daya sangat produktif namun masih didominasi oleh hutan, sedangkan lahan yang telah dibudidayakan terbatas pada kegiatan pertanian berupa sawah, ladang dan kegiatan permukiman penduduk.

Kondisi penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri masih didominasi hutan yang memiliki luas sekitar 129.218,03 Ha atau sekitar

(4)

68,66 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya, yang terdiri dari hutan lindung dan Taman Nasional Gunung Leuser. Sedangkan sisanya diperuntukan untuk permukiman (perkampungan), lahan pertanian, perkebunan dan untuk aktifitas budidaya pertanian campuran lainnya.

Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki potensi pertanian yang cukup besar, sehingga arah pengembangan ruang salah satunya adalah diprioritaskannya wilayah pertanian yang berbasis agropolitan. Wilayah di Kabupaten Aceh Barat Daya yang menjadi sentra pertanian antara lain adalah Kecamatan Babahrot dan Kuala Batee.

Subsektor Tanaman Bahan Pangan merupakan salah satu andalan sektor pertanian. Subsektor ini mencakup tanaman padi (sawah dan ladang), jagung, kacang kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Selain pertanian tanaman pangan, di Kabupaten Aceh Barat Daya juga terdapat perkebunan dengan komoditas antara lain kelapa sawit, karet, kopi, cengkeh, pala, pinang, kakao, sagu dan nilam.

Sesuai dengan potensi kabupaten, dalam draf RTRW Kabupaten Aceh Barat Daya ditetapkan tujuan Penataan Ruangnya adalah terwujudnya ruang Kabupaten Aceh Barat Daya yang hijau, asri, produktif, dan berkelanjutan pada peningkatan potensi unggulan daerah dibidang pertanian, perkebunan, perikanan, industri, pertambangan dan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan kelestarian alam dan mitigasi kebencanaan, dengan kebijakanpengelolaan lahan pertanian yang meliputi: a. mengembangkan lahan sawah pada kawasan yang sesuai;

b. menata lahan pertanian;

c. mengembangkan kawasan agropolitan; dan

d. menetapkan fungsi lahan pangan pertanian berkelanjutan.

Dan sesuai dengan Keputusan Bupati Aceh Barat Daya Nomor 752/358/2012 tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Aceh Barat Daya, disebutkan bahwa lokasi pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan Babahrot dengan komoditas unggulan padi, kakau, palawija, pala, karet dan sawit.

(5)

MAKSUD DAN TUJUAN MAKSUD

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai pembinaan teknis Provinsi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya dalam menyusun Masterplan Kawasan Agropolitan yang merupakan rencana pengembangan kawasan yang bersifat komprehensif dan multisektor yang memuat terutama rencana struktur kawasan dengan pusat kegiatan & hinterland-nya, pengembangan sistem infrastruktur, pengembangan sistem usaha agribisnis, juga memuat ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan.

TUJUAN

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki acuan dalam

mengarahkan berbagai kegiatan pembangunan daerah dalam

mengembangkan kawasan agropolitan, yang saat ini telah menjadi program pembangunan nasional berbasis kompetensi pertanian yang melibatkan berbagai pihak dari kalangan lintas sektoral dan lintas kelembagaan.

SASARAN

Sasaran dari kegiatan ini adalah:

a. Tersusunnya Masterplan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Aceh Barat Daya.

b. Tersusunnya Rancangan Qanun.

c. Terselenggarakannya konsultasi publik dan FGD. NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA

Pengguna jasa untuk kegiatan ini adalah Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh.

SUMBER PENDANAAN

Untuk pelaksanaan pekerjaan identifikasi ini diperlukan biaya lebih kurang Rp. 250.000.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk PPN yang dibiayai oleh dana APBA Tahun 2013.

(6)

LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DAN DATA PENUNJANG a. Lingkup Kegiatan

Lingkup Kegiatan ini, adalah :

1) Pengumpulan data dan informasi terkait untuk memperoleh gambaran kondisi awal wilayah dan potensi di bidang pertanian dan agribisnis, serta untuk memperoleh data sebagai bahan analisis.

2) Identifikasi dan analisis, tahapan ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran potensi pengembangan, prospek dan kebutuhan

pengembangan kawasan.

3) Pengembangan sknario, adalah merupakan tahap perumusan hasil analisis dan menjelaskan langkah-langkah utama yang perlu dikembangkan untuk dapat mencapai tujuan berjalannya sistem usaha agribisnis di kawasan agropolitan. Pengembangan skenario perlu disusun sebagai awal perumusan rencana, dan sebagai bahan pelaksanaan konsultasi publik.

4) Konsultasi publik, perlu dilakukan untuk memperoleh kesamaan visi dan misi pengembangan kawasan agropolitan, disamping sebagai pelaksanaan kewajiban peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang, sehingga masyarakat luas dapat ikut terlibat secara aktif sejak awal tahap perencanaan.

5) Perumusan masterplan atau RTR Kawasan Agropolitan yang terdiri dari muatannya terdiri dari :

- Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Kawasan Agropolitan - Rencana Struktur Ruang kawasan yang meliputi sistem pusat

kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan.

- Rencana Pola Ruang Kawasan agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya

- Arahan pemanfaatan ruang kawasan yang berisi indikasi program utama yang bersifat interdependen antardesa.

- Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Kawsan Agropolitan yang berisi arahan peraturan zonasi kawasan, arahan ketentuan perijinan.

(7)

b. Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kabupaten Aceh Barat Daya dan khususnya adalah pada kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan yaitu Kecamatan Babahrot dan Kecamatan Kuala Batee. c. Data dan Fasilitas Penunjang

Data penunjang yang disediakan oleh Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh adalah data produk – produk rencana tata ruang dan referensi tentang agropolitan.

METODOLOGI

a. Kegiatan dilaksanakan secara kontraktual. b. Tahapan-tahapan kegiatan, meliputi:

- Persiapan

- Survey lapangan dan instansi

- Identikasi, analisa, pengembangan skenario melalui serangkaian FGD dan konsultasi publik.

c. Melakukan konsultasi ke Kementerian PU (Dirjen Cipta Karya) dan Kementerian Pertanian untuk mensinergikan kegiatan kegiatan di kementerian tersebut, dengan melibatkan provinsi dan kabupaten.

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan kegiatan kontraktual ini selama 6 (enam)bulan.

TENAGA AHLI

Pelaksanaan pekerjaan ini membutuhkan jenis keahlian, persyaratan serta jumlah tenaga yang memadai (tingkat pendidikan dan pengalaman kerja profesional).

a. Tenaga Ahli Perencana Wilayah & Kota (Ketua Tim)

Mempunyai sertifikat keahlian dalam perencanaan wilayah & kota atau bidang planologi dengan jumlah Orang Bulan sebesar 6 OB. Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Perencanaan Wilayah & Kota. Srata I (S1)

(8)

lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus Ujian Negara. Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim selama 5 (lima) tahun pekerjaan. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.

b. Tenaga Ahli Pertanian

Mempunyai keahlian dalam menilai peluang komoditas unggulan untuk dijadikan peluang bisnis atau bidang pertanian dengan jumlah Orang Bulan sebesar 4 OB. Anggota Tim disyaratkan seorang Sarjana Pertanian Strata I (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara. Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai anggota tim selama 4 (empat) tahun pekerjaan.

c. Tenaga Ahli Sistem Informasi Geografis

Menguasai sistem informasi geografis dan mempunyai sertifikat keahlian bidang pemetaan akan lebih diutamakan dengan jumlah Orang Bulan sebesar 4 OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Geografi / Geodesi / Planologi atau sarjana lainnya yang mempelajari GIS. Srata I (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara. Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman selama 4 (empat) tahun pekerjaan. Tenaga Ahli tersebut tugas utamanya adalah survey, mendigitasi kawasan, dan membatu pekerjaan ketua tim.

d. Tenaga Pendukung - Sekretaris 1 orang

- Operator Komputer 1 orang - Tenaga Survey 4 Orang

(9)

KELUARAN

Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini, adalah : a. Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Aceh Barat Daya b. Rancangan Qanun

c. Proseding. MANFAAT

Pemerintah Daerah memiliki acuan pembangunan dalam mengembangkan kawasan agropolitan sehingga kelak ada manfaatnya dalam :

1) Masuknya investasi sektor swasta baik PMA maupun PMDN ke kawasan agropolitan.

2) Terdapatnya paradigma baru di jajaran dinas teknis terkait dan pemerintah daerah, dimana dalam pengembangan kawasan agropolitan, akan selalu merujuk pada Master Plan dan berbagai regulasi terkait. 3) Terjadi proses sosialisasi Master Plan secara baik kepada semua pihak

yang berkepentingan dalam pelaksanaan program agropolitan.

4) Tidak terjadi konversi lahan pertanian maupun lahan konservasi alam yang menyalahi ketentuan RTRWN, RTRWP, RTRWK, dan Master Plan

agropolitan secara signifikan yang berkaitan dengan rencana pengembangan agropolitan di suatu wilayah.

5) Tidak terjadi benturan dan kesimpangsiuran di tataran teknis atas model pengelolaan ruang dan kawasan suatu wilayah.

PELAPORAN

Jenis laporan yang harus diserahkan adalah :

a. Laporan Pendahuluan, bobotnya 20 % dari total pekerjaan.

Laporan ini berisi metodologi bagaimana pekerjaan dilaksanakan, rencana kerja, mobilitasi tenaga ahli dan pelaporan.

Laporan harus diserahkan pada bulan pertama (bulan ke 1), sebanyak 5 eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.

b. Laporan Antara, bobotnya 15 % dari total pekerjaan.

Laporan ini berisi: gambaran kondisi awal wilayah dan potensi di bidang pertanian dan agribisnis, serta untuk memperoleh data sebagai bahan analisis. Data dan informasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : data umum kawasan, dan data ekonomi / sistem agribisnis.

(10)

Laporan harus diserahkan pada bulan kedua (bulan ke 2), sebanyak 10 eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.

c. Laporan Draft Akhir,bobotnya 20 % dari total pekerjaan.

Laporan ini berisi: gambaran potensi pengembangan, prospek dan kebutuhan pengembangan kawasan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis terhadap kondisi yang ada sekarang, kecenderungan perkembangan ke depan, dan antisipasi perkembangan yang akan terjadi di masa depan dengan memperkuat berbagai kebutuhan pengembangan. Hasil dari analisis ini kemudian diuji validitasnya melalui sebuah forum

konsultasi publik I untuk memastikan secara faktual di lapangan apakah

hasil analisis tersebut sesuai dengan harapan dan langkah masyarakat pelaku agribisnis dan apakah rencana penyusunan master plan yang akan dibuat itu sinergi dan tidak tumpang tindih dengan arahan RTRW kabupaten dan program lainnya.

Laporan harus diserahkan pada bulan ketiga (bulan ke 3), sebanyak 10 eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.

d. Laporan Akhir ,bobotnya 15 % dari total pekerjaan.

Laporan ini berisi: perumusan hasil analisis dan menjelaskan langkah-langkah utama yang perlu dikembangkan untuk dapat mencapai tujuan berjalannya sistem usaha agribisnis di kawasan agropolitan. Pengembangan skenario perlu disusun sebagai awal perumusan rencana, dan sebagai bahan pelaksanaan konsultasi publik II.

Laporan harus diserahkan pada bulan keempat (bulan ke 4), sebanyak 10 eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.

e. Executiive Summary, bobotnya bersamaan dengan selesainya rancangan qanun dan proseding adalah 30 % dari total pekerjaan.

Penyusunan masterplan kawasan agropolitan harus memperhatikan : a. Rencana pengembangan kawasan merupakan hasil konsultasi publik b. Memuat rencana tata ruang sebagai wadah berbagai aktivitas yang

dikembangkan yaitu sistem usaha agribisnis dan jasa pendukung, juga memuat rencana non fisik ruang seperti rencana pengembangan komoditi, SDM, kelembagaan, dan sistem pengaturan.

c. Mengacu pada Undang-Undang Penataan Ruang, perumusan rencana disesuaikan dengan pasal 51 yaitu memuat struktur ruang, pola ruang,

(11)

arahan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. d. Memerinci rencana sistem prasarana sarana agribisnis secara lintas

sektor.

Rumusan konsep Master plan harus dilengkapi peta-peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 25.000 sampai dengan 1 : 50.000.

Laporan harus diserahkan pada bulan kelima (bulan ke 5), sebanyak 10 eksemplar dan CD sebanyak 2 keping, yang merupakan gabungan dari keseluruhan laporan.

f. Rancangan Qanun Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Aceh Barat Daya

Laporan harus diserahkan pada bulan keenam (bulan ke 6), sebanyak 10 eksemplar.

g. Proseding

Laporan harus diserahkan pada bulan keenam (bulan ke 6), sebanyak 2 eksemplar.

KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN

Pemilik data dan hasil kegiatan ini adalah Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh.

Seluruh hasil pekerjaan baik berupa hard copy ataupun soft copy yang berisikan data/informasi, laporan, peta digital, atau hasil kajian lainnya akan menjadi milik pemberi kerja sepenuhnya dan harus diserahkan kepada pemberi kerja pada saat penyerahan dokumen Laporan. Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya pada hari kerja terakhir dari minggu yang dijadualkan sebagai periode penyerahan laporan tersebut. Penyalinan dan penggunaan data/informasi yang terkait dengan pekerjaan ini harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Pengguna Jasa, Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

(Grudem 1994, 634-648.) Tähti 5 uskonnon oppikirjassa tuodaan esille enkeleiden tehtävä systemaattisen teologian kanssa linjassa, kun kerrotaan, että enkelit ovat Jumalan

Remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil

Dari hasil penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian yang didapatkan terdapat kesinambungan bahwa VCO dapat menurunkan kadar kolesterol total, hal ini didapatkan dari

Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan tepung kacang hijau yang berasal dari suhu pengeringan 65 o C dalam pembuatan cookies bayi, namun

No Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Bentuk Soal Jml Soal 1 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan

Jaringan kerja menunjukan jaringan proyek yang harus diselesaikan, urutan secara logis, keterkaitan antara suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya,dan waktu penyelesaian

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sampai saat ini, sehingga dengan kemampuan dan semangat yang penulis

RENCANA PEMBELAJARAN/SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) 1. Nama Diklat : Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan 100 2. Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta