• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dvt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dvt"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar belakangLatar belakang

Deep vein thrombosis mengacu pada gumpalan darah yang berkembang di Deep vein thrombosis mengacu pada gumpalan darah yang berkembang di dalam vena yang lebih besar - biasanya jauh di dalam kaki bagian bawah atau dalam vena yang lebih besar - biasanya jauh di dalam kaki bagian bawah atau  paha. DVT

 paha. DVT menyerang smenyerang sekitar ekitar setengah setengah juta juta orang Ameriorang Amerika ska setiap etiap tahun tahun dandan menyebabkan sampai 100.000 kematian. Bahayanya adalah bahwa bagian dari menyebabkan sampai 100.000 kematian. Bahayanya adalah bahwa bagian dari  pembekuan ini bisa pecah dan bergerak melalui aliran darah, di

 pembekuan ini bisa pecah dan bergerak melalui aliran darah, di mana ia dapatmana ia dapat menetap di paru-paru yang menyebabkan penyumbatan dalam aliran darah, menetap di paru-paru yang menyebabkan penyumbatan dalam aliran darah, kerusakan organ dan kematian. Deep Vein Thrombosis(DVT) merupakan kerusakan organ dan kematian. Deep Vein Thrombosis(DVT) merupakan  bekuan

 bekuan darah darah yang yang terbentuk terbentuk di di vena vena dalam, dalam, biasanya biasanya di di tungkai tungkai bawah.bawah. Kondisi ini cukup serius, karena terkadang bekuan tersebut bisa pecah dan Kondisi ini cukup serius, karena terkadang bekuan tersebut bisa pecah dan mengalir melalui peredaran darah ke organ-organ vital dan bisa menyebabkan mengalir melalui peredaran darah ke organ-organ vital dan bisa menyebabkan gangguan hingga kematian.

gangguan hingga kematian.

B.

B. Rumusan masalahRumusan masalah 1.

1. Apa yang dimaksud DVT ?Apa yang dimaksud DVT ? 2.

2. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien DVT ?Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien DVT ?

C.

C. TujuanTujuan 1.

1. Tujuan UmumTujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien stenosis

Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien stenosis pulmonal.pulmonal. 2.

2. Tujuan khususTujuan khusus

Mahasiwa/i dapat mengetahui dan menjelaskan : Mahasiwa/i dapat mengetahui dan menjelaskan : a)

a) Anatomi fisiologi DVTAnatomi fisiologi DVT  b)  b) Definisi DVTDefinisi DVT c) c) Etiologi DVTEtiologi DVT d) d) Patofisiologi DVTPatofisiologi DVT e)

e) Manifestasi Klinis DVTManifestasi Klinis DVT f)

(2)

g) Komplikasi DVT h) Penatalaksanaan DVT i) Asuhan keperawatan DVT

D. Manfaat

1. Mahasiwa/i dapat mengetahui tentang DVT

2. Mahasiwa/i dapat memahami asuhan keperawatan DVT

(3)

LANDASAN TEORI

A. Anatomi fisiologi

Vena merupakan pembuluh darah yang dilewati sirkulasi darah kembali menuju jantung sehingga disebut juga pembuluh darah balik. Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis dan mudah melebar. Sama seperti arteri , vena memiliki 3 lapis dinding yaitu tunika intima, tunika media dan tunika adventitia. Pada arteri lapisan yang tebal adalah tunika media sedangkan lapisan tebal pada vena adalah tunika adventitia , yang juga dikenal sebagai externa tunika. Ini adalah lapisan terluar dari pembuluh darah, yang menyediakan stabilitas struktural mirip lapisan tunika media di arteri. Sementara darah bergerak melalui arteri oleh aktivitas tunika media, pada vena menggunakan mekanisme yang berbeda yang disebut “pompa otot rangka”. Dalam pompa otot rangka, darah bergerak secara pasif melalui pembuluh darah oleh kontraksi otot rangka seluruh tubuh, yang memaksa darah untuk bergerak ke atas menuju jantung bukan penyatuan dalam tubuh extremeties rendah (tangan dan kaki). Kurang lebih 70% volume darah berada dalam sirkuit vena dengan tekanan yang relatif rendah. Kapasitas dan volume sirkuit vena ini merupakan faktor penentu penting dari curah jantung karena volume darah yang diejeksi oleh jantung tergantung pada alir balik vena.

Sistem vena khususnya pada ekstremitas bawah terbagi menjadi 3 subsistem:

1. Subsistem vena permukaan 2. Subsistem vena dalam

3. Subsistem penghubung (saling berhubungan)

Vena permukaan terletak di jaringan subkutan tungkai dan menerima aliran vena dari pembuluh-pembuluh darah yang lebih kecil di dalam kulit,  jaringan subkutan dan kaki. Sistem permukaan terdiri dari: Vena Safena Magna dan Vena Safena Parva. Vena Safena Magna merupakan vena terpanjang di tubuh, berjalan dari maleolus naik ke bagian medial betis dan paha, bermuara

(4)

ke Vena Femoralis tepat di bawah selangkangan. Vena Safena Magna mengalirkan darah dari bagian anteromedial betis dan paha. Vena Safena Parva  berjalan di sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju lutut,

mendapatkan darah dari bagian posterolateral  betis dan mengalirkan darah ke Vena Poplitea, titik pertemuan keduanya disebut Safenopoplitea. Diantara Vena Safena Magna dan Parva banyak didapat anastomosis, hal ini merupakan rute aliran kolateral yang memiliki peranan penting saat terjadi obstruksi vena.

B. Definisi

 Deep Vein Thrombosis (DVT)atau trombosis vena dalam yaitu sebagai kondisi timbunya trombus pada vena dalam. (Kapita Selekta Kedekteran, 2014)

 Deep Vein Thrombosis (DVT)  atau trombosis vena dalam adalah  penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di  bagian paha dan betis.

Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti lengan dan dapat menyebar hingga ke paru. DVT yang menyerang paru- paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari arteri paru dan

(5)

menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya bernama emboli paru ( pulmonary embolism/PE) danvenous thromboembolism (VTE).

C. Etiologi

Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang berperan dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding  pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut :

 Stasis vena

 Kerusakan pembuluh darah.  Aktivitas faktor pembekuan.

D. Patofisiologi

Trombosis adalah pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah, dalam hal DVT bekuan darah terjadi di pembuluh darah balik (vena) sebelah dalam, bisa terjadi terbatas pada sistem vena kecil saja namun juga bisa melibatkan pembuluh vena besar seperti Vena Iliaka atau Vena Kava.

Seperti dibahas sebelumnya, mekanisme yang mengawali terjadinya trombosis berdasar“trias Vircow” ada 3 faktor pendukung yakni:

 Adanya stasis dari aliran darah

 Timbulnya cedera pada endotel pembuluh darah  Pengaruh hiperkoagulabilitas darah

Stasis atau lambatnya aliran darah merupakan predisposisi untuk terjadinya trombosis, yang menjadi faktor pendukung terjadinya stasis adalah adanya imobilisasi lama yakni kondisi anggota gerak yang tidak aktif digerakkan dalam jangka waktu yang lama.

Imobilisasi lama seperti masa perioperasi atau akibat paralisis, dapat menghilangkan pengaruh dari pompa vena perifer, meningkatkan

(6)

stagnasi hingga terjadi pengumpulan darah di ekstremitas bawah. Terjadinya stasis darah yang berada di belakang katup vena menjadi faktor predisposisi timbulnya deposisi trombosit dan fibrin sehingga mencetuskan terjadinya trombosis vena dalam.

Cedera endotel meski diketahui dapat mengawali pembentukan trombus, namun tidak selalu dapat ditunjukkan adanya lesi yang nyata, pada kondisi semacam ini nampaknya disebabkan adanya perubahan endotel yang samar seperti akibat terjadinya perubahan kimiawi, iskemia atau anoksia, atau  peradangan. Penyebab kerusakan endotel yang jelas adalah adanya trauma langsung pada pembuluh darah, seperti akibat fraktur dan cedera pada jaringan lunak, tindakan infus intra vena atau substansi yang mengiritasi seperti kalium klorida, kemoterapi ataupun antibiotik dosis tinggi.

Hiperkoagulabilitas darah tergantung pada interaksi kompleks antara  berbagai variabel termasuk endotel pembuluh darah, faktor-faktor pembekuan dan trombosit, komposisi dan sifat-sifat aliran darah, sistem fibrininolitik intrinsik pada sistem pembekuan darah. Keadaan hiperkoagulasi bisa terjadi  jika terjadi perubahan pada salah satu dari variabel-variabel tersebut.

Trombosis vena, apapun rangsangan yang mendasarinya, akan meningkatkan resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah. Dengan meningkatnya resistensi, pengosongan vena akan terganggu, menyebabkan  peningkatan volume dan tekanan darah vena. Trombosis bisa melibatkan kantong katup hingga merusak fungsi katup. Katup yang tidak berfungsi atau yang inkompeten mempermudah terjadinya stasis dan penimbunan darah di ekstremitas.

Dalam perjalanan waktu dengan semakin matangnya trombus akan menjadi semakin terorganisir dan melekat pada dinding pembuluh darah. Sebagai akibatnya, resiko embolisasi menjadi lebih besar pada fase-fase awal trombosis, namun demikian ujung bekuan tetap dapat terlepas dan menjadi emboli sewaktu fase organisasi. Selain itu perluasan trombus dapat membentuk ujung yang panjang dan bebas selanjutnya dapat terlepas menjadi emboli yang menuju sirkulasi paru-paru. Perluasan progresif juga meningkatkan derajat

(7)

obstruksi vena dan melibatkan daerah-daerah tambahan dari sistem vena. Pada akhirnya, patensi lumen mungkin dapat distabilkan dalam derajat tertentu atau direkanalisasi dengan retraksi bekuan dan lisis melalui system fibrinolitik endogen. Tetapi beberapa kerusakan residual tetap bertahan.

E. Manifestasi klinis

Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa 1.  Nyeri

Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis. Trombosis vena di daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan  bisa menjalar ke bagian medial dan anterior paha.

Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang enteng sampai hebat. Nyeri akan  berkurang kalau penderita istirahat di tempat tidur, terutama posisi tungkai

ditinggikan.

2. Pembengkakan/Oedema

Timbulnya edema disebabkan oleh sumbatan vena di bagian proksimal dan  peradangan jaringan perivaskuler. Apabila pembengkakan ditimbulkan oleh

sumbatan maka lokasi bengkak adalah di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh peradangan perivaskuler maka bengkak timbul pada daerah trombosis dan biasanya di sertai nyeri. Pembengkakan  bertambah kalau penderita berjalan dan akan berkurang kalau istirahat di

tempat tidur dengan posisi kaki agak ditinggikan. 3. Perubahan warna kulit

Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena  perubahan warna kulit di temukan hanya 17%-20% kasus. Perubahan warna

(8)

4. Sindroma post-trombosis.

Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena se bagai konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena besar. Keadaan ini mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding vena dalam di daerah betis sehingga terjadi imkompeten katup vena dan perforasi vena dalam.

Semua keadaan di atas akan mengakibatkan aliran darah vena dalam membalik ke daerah superfisilalis apabila otot berkontraksi, sehingga terjadi edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan berat bisa terjadi ulkus  pada daerah vena yang di kenai.

Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain adalah nyeri pada daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya berkuat (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga bawah. Trombosis vena dalam (DVT) menyerang pada pembuluh-pembuluh darah sistem vena dalam . Serangan awalnya disebut trombosis vena dalam akut, adanya riwayat trombosis vena dalam akut merupakan predisposisi terjadinya trombosis vena dalam berulang. Episode DVT dapat menimbulkan kecacatan untuk waktu yang lama karena kerusakan katup-katup vena dalam. Emboli paru adalah resiko yang cukup bermakna pada trombosis vena dalam.

Kebanyakan trombosis vena dalam berasal dari ekstremitas bawah,  banyak yang sembuh spontan dan sebagian lainnya menjadi parah dan luas

hingga membentuk emboli. Penyakit ini dapat menyerang satu vena atau lebih, vena di daerah betis adalah vena-vena yang paling sering terserang. Trombosis pada vena poplitea, femoralis superfisialis dan segmen-segmen vena iliofemoralis juga sering terjadi.

DVT secara khas merupakan masalah yang tidak terlihat karena biasanya tidak bergejala, terjadinya emboli paru dapat menjadi petunjuk klinis  pertama dari trombosis. Pembentukan trombus pada sistem vena dalam

(9)

dapat tidak terlihat secara klinis karena kapasitas system vena yang besar dan terbentuknya sirkulasi kolateral yang mengitari obstruksi.

Diagnosisnya sulit karena tanda dan gejala klinis DVT tidak spesif ik dan  beratnya keadaan tidak berhubungan langsung dengan luasnya penyakit.

Gejala-gejala dari DVT berhubungan dengan rintangan dari darah yang kembali ke jantung dan aliran balik pada kaki. Secara klasik, gejala-gejala termasuk:  Nyeri Bengkak Hangat dan Kemerahan. Sesak F. Pemeriksaan diagnosis

Untuk mendiagnosa penderita DVT dengan benar diperlukan  pemeriksaan dan evaluasi pada penderita secara hati-hati dan seksama, meliputi keluhan dan gejala klinis serta adanya faktor resiko terjadinya trombosis vena yang didapat pada penderita sebagaimana dijelaskan pada gambaran klinis di depan.

 Namun karena keluhan dan gejala klinis penyakit vena tidak spesifik dan sensitif untuk menegakkan diagnosis sebagai DVT maka perlu ditambah dengan metode-metode evaluasi noninvasif maupun invasif. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk mendeteksi dan mengevaluasi obstruksi atau refluks vena melalui katup-katup yang tidak berfungsi baik.

Selanjutnya ada pemeriksaan fisik yang bisa dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa trombosis vena dalam antara lain:

 Tes dari Homan ( Homan’s test ) yakni dengan melakukan dorsofleksi pada kaki maka akan didapatkan peningkatan rasa nyeri pada betis belakang.  Nilai diagnostik pemeriksaan ini rendah dan harus hati-hati karena bisa

(10)

 Tanda dari Pratt ( Pratt’s sign), dilakukan squeezing  pada otot betis maka akan timbul peningkatan rasa nyeri.

Setelah penderita dilakukan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang mengarah terjadinya DVT selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya:

 Pemeriksaan D-Dimer 

 D-dimer   merupakan tes darah yang digunakan sebagai tes penyaringan (screening) untuk menentukan apakah ada bekuan darah. D-dimer   adalah kimia yang dihasilkan ketika bekuan darah dalam tubuh secara berangsur-angsur larut/terurai. Tes digunakan sebagai indikator positif atau negatif. Jika hasilnya negatif, maka tidak ada bekuan darah. Jika tes D-dimer  positif,  bukan berarti bahwa terjadi trombosis vena dalam, karena banyak kasus-kasus lain mempunyai hasil positif (kehamilan, infeksi, malignansi). Oleh sebab itu, pengujian D-dimer  harus digunakan sebagai sarana skrening.   Doppler ultrasound 

Teknik Doppler dipakai untuk menentukan kecepatan aliran darah dan pola aliran dalam sistem vena dalam dan permukaan. Pola aliran vena normal ditandai dengan peningkatan aliran ekstremitas bawah selama ekspirasi dan menurun selama inspirasi. Pada obstruksi vena variasi pernafasan fasik tersebut tidak tampak. Terdapat sejumlah manuver yang dapat dipakai untuk membangkitkan pola aliran abnormal seperti manuver valsava dan kompresi vena. Bila didapat katup vena yang fungsinya tidak baik, saat dilakukan kompresi dengan manset pada tungkai akan meningkatkan tekanan di distal yang berakibat timbulnya refluks.

Pemakaian Doppler memungkinkan penilaian kualitatif katup pada vena dalam, vena permukaan dan vena penghubung, juga mendeteksi adanya obstruksi pada vena dalam maupun vena permukaan. Pemeriksaan ini sederhana, tidak invasif tetapi memerlukan teknik dan pengalaman yang  baik untuk menjamin akurasinya.

(11)

  Duplex ultrasonic scanning 

Pemakaian alat ini untuk mendapatkan gambaran vena dengan teknik  penggabungan informasi aliran darah Doppler intravaskuler dengan gambaran ultrasonic morfologi vena. Dengan teknik ini obstruksi vena dan refluks katup dapat dideteksi dan dilokalisasi.

  Pletismografi vena

Teknik ini mendeteksi perubahan dalam volume darah vena di tungkai. Teknik pletismograf.

 Venografi

Merupakan teknik yang dianggap paling dipercaya untuk evaluasi dan perluasan penyakit vena. Tetapi ada kelemahan mengingat sebagai tes invasif dibanding noninvasif yakni lebih mahal, tidak nyaman bagi  penderita, resiko lebih besar.

G. Komplikasi

Beberapa komplikasi DVT yang tidak segera ditangani selain penyakit emboli paru yang telah disebutkan sebelumnya adalah sindrom paska trombosis. Kondisi ini menyebabkan sumbatan pada salah satu pembuluh darah di paru.

H. Penatalaksanaan

DVT dapat dicegah dengan memulai pola hidup sehat, seperti olahraga ringan agar tubuh tetap bergerak dan sirkulasi darah tetap terjaga, pola diet sehat, mengurangi berat badan bagi penderita obesitas, serta jangan merokok.Bagi Anda yang memiliki risiko DVT dan merencanakan perjalanan  panjang, pastikan Anda telah memberitahukan rencana tersebut kepada orang terdekat maupun dokter. Pastikan juga Anda memiliki perlindungan kesehatan  perjalanan yang aktif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan berlangsung. Beberapa kegiatan yang sebaiknya dilakukan atau diperhatikan selama perjalanan, seperti perbanyak minum air putih dan sebisa mungkin hindari minuman beralkohol karena dapat menyebabkan

(12)

dehidrasi. Tindakan pencegahan lainnya bisa dilakukan dengan menghindari konsumsi pil tidur, perbanyak gerak badan dan tungkai, berjalan singkat jika memungkinkan, dan gunakan stocking  kompresi elastis.

 Pengobatan Deep Vein Thrombosis

Tujuan penatalaksanaan DVT pada fase akut adalah menghentikan  bertambahnya trombus, membatasi bengkak yang progresif pada tungkai, melisiskan atau membuang bekuan darah (trombektomi), mencegah disfungsi vena atau sindroma paska trombosis di kemudian hari, dan mencegah emboli. Obat yang utama adalah pemberian antikoagulan, pada hal-hal khusus bisa ditambahkan obat trombolitik, dilakukan trombektomi atau filter vena kava.

a) Antikoagulan

Unfractionated heparin  (UFH) merupakan antikoagulan yang sudah lama digunakan untuk penatalaksaan DVT pada saat awal. Mekanisme kerja utama heparin adalah meningkatkan kerja antitrombin III sebagai inhibitor faktor pembekuan dan melepaskan tissue factor pathway inhibitor   (TFPI) dari dinding pembuluh darah. Terapi ini diberikan dengan bolus 80 IU/Kg BB intravena dilanjutkan dengan infus 18 IU/kgBB/jam dengan pemantauan nilai  Activated Partial Thromboplastin Time  (APTT) sekitar 6 jam setelah bolus untuk mencapai target APTT 1,5-2,5 kali nilai kontrol. Sebelum memulai  pemberian heparin, APTT,  protrombin time (PT), dan jumlah trombosit harus diperiksa terutama pada pasien dengan risiko tinggi atau dengan gangguan hati atau ginjal.

 b) Terapi Trombolitik

Terapi ini tidak dianjurkan pada DVT karena risiko perdarahan intrakranial yang besar, kecuali kasus tertentu pada DVT dengan oklusi total, terutama pada trombosis di iliofemoral yang masif.10 Terapi ini  bertujuan untuk melisikan trombus secara cepat dengan cara mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Terapi ini umumnya hanya efektif pada fase awal dan penggunaanya harus benar-benar

(13)

dipertimbangkan secara baik karena mempunyai risiko perdarahan 3 kali lipat dibandingkan dengan terapi antikoagulan saja.

c) Trombektomi

Trombektomi dipertimbangkan dilakukan terutama pada pasien dengan trombosis iliofemoral akut yang kurang dari 7 hari dengan harapan hidup lebih dari 10 tahun.

d) Filter Vena Kava Inferior

Filter ini digunakan pada trombosis di atas lutut pada kasus dimana anti koagulan merupakan kontraindikasi atau gagal mencegah emboli  berulang.

e) Latihan Fisik

Latihan fisik yang mungkin direkomendasikan kepada pasien DVT adalah berjalan. Beristirahat dengan tungkai yang terangkat juga disarankan agar kaki berada lebih tinggi dari pinggang demi mengembalikan aliran darah dari betis.Alternatif pengobatan lain dapat  juga diberikan jika penggunaan obat antikoagulan tidak memberikan hasil yang sesuai bagi pasien.  Inferior vena cava filters  (IVC) ditempatkan pada pembuluh darah untuk menyaring gumpalan darah dan menghentikannya mengalir menuju jantung dan paru-paru. IVC dapat dipasang secara permanen atau dilepaskan setelah penggumpalan darah berkurang. Keduanya dilakukan dengan menggunakan prosedur operasi dengan bius lokal. IVC juga dapat digunakan pada pasien  penderita emboli paru dan pada kondisi cedera parah

(14)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan

1. ketidakefektifan pola nafas

Definisi : inspirasi dan ekspirasi yang tidak memberi ventilasi a dekuat.

Faktor resiko :

  perubahan kedalaman pernafasan   bradipneu

 ortopneu  dipneu

Faktor yang berhubungan :  keletihan otot pernafasan  keletihan

2. Gangguan perfusi jaringan

Definisi : penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler

Faktor yang berhubungan :

 Gangguan aliran arteri atau vena

 Ketidak sesuaian antara ventilasi dan aliran darah

Faktor resiko :

 Dyspnea

 Pengguanaan otot pernapasan tamabahan  Perubahan warna kulit

(15)

3. Resiko intoleran aktivitas.

Definisi : beresiko mengalami ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan Aktivitas kehidupan sehari –  hari yang harus atau yang di inginkan. Faktor yang berhubungan

 Masalah pernafasan  Masalah sirkulasi

 Status fisik kurang Bugar 

 Perubahan tekanan darah di eksremitas.

4.  Nyeri

Definisi : secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan.

Faktor yang berhubungan :

 Agen, injuri, ( biologi, kimia,fisik, psikologis )

Faktor resiko :

 Gangguan tidur

 Perubahan autonomic dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku)  Perubahan dalam nafsu makan dan minum

 Perubahan respon autonom seperti diaphoresis, perubahan tekanan

(16)

16

B. Penyimpangan KDM

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang  berperan dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding  pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi terjadinya

(17)

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah vena dalam. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Berdasarkan “Triad of Virchow”, terdapat 3 faktor yang  berperan dalam etiologi terjadinya trombosis pada arteri atau vena yaitu kelainan dinding  pembuluh darah, perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah. Trombosis vena adalah suatu deposit intra vaskuler yang terdiri dari fibrin, sel darah merah dan beberapa komponen trombosit dan lekosit. Etiologi terjadinya trombosis vena adalah sebagai berikut : Stasis vena, Kerusakan pembuluh darah, Aktivitas faktor pembekuan

.

B. SARAN

Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya tentang sistem kardiovaskuler.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

  Kapita Selekta Kedokteran, 2014, Edisi 4, Media Aesculapius, Jakarta  Corwin, Elisabeth.J 2009 , Patofisiologi, Edisi 3, EGC, Jakarta

 Herdman T. Heather, 2012.  Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014.

Jakarta, EGC

 http://documentslide.com/documents/makalah-blok-19-yolanda-dvt.html  http://www.alodokter.com/deep-vein-thrombosis

Referensi

Dokumen terkait

o Memahami macam perdaran darah berdasarkan panjang pendek jalur yang ditempuh. - Pembuluh Nadi (Arteri) - Pembuluh

Penyakit wasir atau ambien adalah salah satu penyakit gangguan kesehatan yang terjadi akibat pembengkakan pada pembuluh darah vena atau balik yang terjadi di

Sistem peredaran darah pada udang terdiri dari jantung, sejumlah arteri yang mengedarkan darah ke organ utama, tidak memiliki vena (pembuluh balik), dan terdapat sejumlah

Berdasarkan fungsinya, susunan pembuluh darah dapat digolongkan dalam 3 sistem yaitu sistem distribusi yang terjadi pada arteri, sistem pengumpulan yang terjadi pada vena dan

Pada sistem peredaran darah manusia ada dua yaitu sistem peredaran darah besar/sistemik (bilik kiri – aorta – pembuluh nadi – pembuluh kapiler – vena cava superior dan vena

11 Bantalan pada pasien hemorrhoid menunjukan perubahan yang signifikan diantaranya dilatasi vena, trombosis pembuluh darah, proses degeneratif pada serat kolagen dan jaringan

Sama halnya pada manusia,  Mus musculus  #uga mempunyai 5 #enis pembuluh darah, yaitu arteri ( pembuluh nadi ), kapiler  ( pembuluh halus ), dan vena ( pembuluh

Hal ini dapat terjadi karena penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, kolesterol, atau plak lemak stroke iskemik, atau akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan