• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III.1 Sejarah Perusahaan

PT JMU merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi bahan-bahan kimia untuk minyak dan gas bumi. Didirikan pada tahun 2000 berdasarkan akte No. 40 tanggal 23 Desember 1999 oleh Notaris Abdullah Ashal, SH. Akte pendirian perusahaan ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada tanggal 8 Maret tahun 2000 dengan Surat Keputusan No. C5708.HT.01.01. Tahun 2000.

PT JMU telah terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan Tanda Daftar Perusahaan Perseroan No. 09.02.1.51.26676 tanggal 6 Januari 2004. Selain itu, PT JMU juga telah memperoleh Surat Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan No. 280100239 tanggal 7 Juli 2005.

Pada awal berdirinya, perusahaan ini berlokasi di Jl. Palmerah Barat RT 002/012 Kelurahan Palmerah Jakarta Barat, namun karena semakin berkembangnya usaha yang dijalankan, pada tahun 2002 perusahaan memindahkan lokasi usahanya di Kawasan Industri Modern Cikande, Jalan Modern Industri Nomor III, Cikande Serang.

PT JMU didirikan oleh empat orang yang sampai saat ini masih tercatat sebagai pemegang saham dengan jumlah keseluruhan saham yaitu 1.500 lembar saham dengan nilai nominal Rp 500.000,00 untuk setiap saham. Untuk lebih jelasnya, susunan pemegang saham PT JMU dan jumlah saham yang disetor dapat dilihat pada Tabel III.1.

(2)

Tabel III.1

Susunan Pemegang Saham PT JMU

Nama Pemegang Saham

Jumlah saham Nilai Nominal Saham Rupiah

Jumlah yang disetor

Jakaria Umar 350 lembar 500.000 Rp 175.000.000,00

Muhammad Ali 350 lembar 500.000 Rp 175.000.000,00

Titin Marsitin 150 lembar 500.000 Rp 75.000.000,00

Fatmah 150 lembar 500.000 Rp 75.000.000,00

Sumber: Company Profile PT JMU

Perusahaan ini memiliki sifat tertutup dan didirikan dengan jangka waktu yang tidak terbatas. Pada awalnya perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan bahan-bahan kimia. Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan berupaya agar usahanya dapat tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga dalam kurun waktu enam tahun, perusahaan telah memperluas ruang lingkup usahanya dalam bidang industri bahan-bahan kimia khusus untuk minyak dan gas bumi. Pesatnya perkembangan usaha perusahaan dilihat berdasarkan indikator berupa penjualan dan laba setiap tahunnya yang cenderung meningkat. Untuk lebih jelasnya, perkembangan usaha PT JMU dalam kurun waktu tahun lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel III.2 dan grafik dalam Gambar III.1.

(3)

Tabel III.2

Perkembangan Usaha PT JMU Periode 2001 sampai 2005 Tahun Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 Penjualan 300.256.147,36 5.005.624.897,32 15.223.652.431,25 27.267.750.292,04 60.694.698.753,52 Pembelian 268.234.568,65 3.244.114.565,35 9.653.234.115,82 23.344.451.201,27 44.450.940.802,86 Laba Bersih 121.447.856,48 564.121.322,32 1.236.554.872,58 774.017.473,62 7.363.005.646,69

Sumber: Company Profile PT JMU

0,00 20.000,00 40.000,00 60.000,00 80.000,00 100.000,00 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Da la m J u ta an R u p ia h Penjualan Pembelian Laba Bersih

Gambar III.1 Grafik Perkembangan Usaha PT JMU Periode 2001 sampai 2005

(4)

Sebagai produsen bahan-bahan kimia, PT JMU memiliki produk utama. Adapun produk-produk utama yang dihasilkan perusahaan diantaranya:

a. Corrosion Inhibitor, dengan kapasitas produksi 757.000 liter per tahun. b. Scale, dengan kapasitas produksi 568.000 liter per tahun.

c. Emulsion Breakers, dengan kapasitas produksi 1.500.000 liter per tahun.

III.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan atau hubungan antar bagian dan posisi dalam suatu perusahaan. Struktur organisasi yang baik harus dapat menggambarkan garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas agar aktivitas perusahaan dapat efektif dilaksanakan serta membantu perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap karyawannya. Selain itu adanya pemisahan fungsi yang tegas dan diintegrasikan satu sama lain, membuat efisiensi usaha dapat tercapai.

PT JMU menggunakan struktur organisasi garis yang memiliki enam departemen berdasarkan fungsinya masing-masing, dan setiap departemen dipimpin oleh seorang manajer. Dalam struktur organisasi ini, garis wewenang dan tanggung jawab bercabang untuk setiap tingkat pimpinan. Setiap atasan memiliki sejumlah staf, dimana masing-masing staf bertanggung jawab kepada atasannya. Struktur organisasi PT JMU dapat dilihat pada Gambar III.2.

(5)
(6)
(7)

Berikut ini akan diuraikan tugas dan wewenang dari masing-masing bagian yang terdapat di PT JMU:

• Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Rapat Umum Pemegang Saham merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam perusahaan. RUPS dilaksanakan di tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan usaha. Tugas dari RUPS adalah:

a. Merencanakan dan menetapkan kegiatan yang akan dilaksanakan perusahaan. b. Memilih dan menetapkan susunan kepengurusan perusahaan.

• Komisaris.

Syarat pengangkatan Komisaris PT JMU yaitu Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diangkat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Tugas dan wewenangnya adalah: a. Mengangkat dan memberhentikan direksi.

b. Mengawasi tindakan direksi dan pengurusnya.

c. Mengawasi jalannya perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam akte perusahaan.

• Direktur Utama.

Bertanggung jawab kepada komisaris, tugas dan wewenangnya adalah:

a. Memimpin perusahaan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan keuangan di bidang keuangan, operasional lainnya, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

b. Memberikan laporan kepada Komisaris mengenai hasil kerja untuk periode tertentu.

(8)

• Direktur.

Bertanggung jawab kepada Komisaris, tugas dan wewenangnya adalah: a. Membuat rencana kerja untuk tahun anggaran berikutnya.

b. Menggantikan serta mengambil alih tugas sementara Direktur Utama dalam hal Direktur Utama berhalangan.

c. Membuat laporan kepada Direktur Utama dan Komisaris mengenai hasil kerja periode tertentu.

• Asisten Direktur.

Bertanggung jawab kepada Direktur, tugas dan wewenangnya adalah: a. Menggantikan Direktur dalam hal Direktur berhalangan.

b. Membuat laporan kepada Direktur mengenai hasil kerja periode tertentu. • Manajer Marketing.

Bertanggung jawab kepada Direktur dan Direktur Utama, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan bawahannya dalam melakukan pemasaran produk perusahaan.

b. Ikut serta dalam kegiatan tender yang diikuti oleh perusahaan. • Manajer Human Resource Department (HRD).

Bertanggung jawab kepada Direktur dan Direktur Utama, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kinerja para pegawai perusahaan. b. Melakukan kontrol kehadiran karyawan.

(9)

• Manajer Produksi/Lapangan.

Bertanggung jawab kepada Direktur dan Direktur Utama, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Membuat perencanaan produksi dan bahan baku yang dibutuhkan. b. Membuat job order dan prosedur blending dalam pelaksanaan produksi. c. Melaksanakan pengawasan mutu dan pengawasan lingkungan.

Manajer Produksi/Lapangan membawahi: 1. Supervisor Stock Point and Maintanance. 2. Supervisor Logistik (Warehouse).

3. Supervisor Produksi.

4. Quality Control Supervisor. • Manajer Pembelian.

Bertanggung jawab kepada Direktur dan Direktur Utama, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab mengawasi pembelian yang dilakukan oleh bawahannya. b. Bekerjasama dengan manajer lain serta meminta saran dari Direktur atau

Direktur Utama dalam perencanaan pembelian. • Manajer Pengembangan Bisnis.

Bertanggung jawab kepada Direktur dan Direktur Utama, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan atas perkembangan perusahaan dari data yang ada. b. Mengumpulkan data untuk melakukan riset dan pengembangan perusahaan.

(10)

• Manajer Akuntansi.

Bertanggung jawab kepada Direktur dan Direktur Utama, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan untuk prosedur keuangan dan akuntansi perusahaan.

b. Menerima laporan yang berkaitan dengan pekerjaan administrasi, pajak, akuntansi dan keuangan.

c. Menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh manajemen.

Manajer Akuntansi membawahi: 1. Fungsi Akuntansi, terbagi menjadi:

a. Bagian Persediaan, yang bertanggung jawab : 1) Menentukan harga pokok persediaan.

2) Melakukan rekonsiliasi fisik persediaan dan membuat laporan persediaan.

b. Bagian Aktiva Tetap, yang bertanggung jawab: 1) Melakukan penyusutan aktiva tetap.

2) Membuat laporan posisi aktiva tetap. c. Bagian Rekonsiliasi, bertanggung jawab:

1) Melakukan rekonsiliasi bank.

2) Melakukan rekonsiliasi piutang dan hutang eksternal dan afiliasi. d. Bagian Pelaporan, bertanggung jawab:

1) Mempersiapkan laporan keuangan.

(11)

2. Fungsi Perpajakan.

Bagian perpajakan memiliki tanggung jawab sebagai berikut: 1) Melakukan penghitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. 2) Melakukan rekonsiliasi fiskal.

3) Melakukan pengisian SPT. 3. Fungsi Piutang, terbagi menjadi:

a. Bagian Invoice, bertanggung jawab atas:

1) Pemeliharaan data penjualan dengan menggunakan sistem yang ada. 2) Pemeliharaan data piutang.

b. Bagian Penagihan, bertanggung jawab atas: 1) Melakukan kontrol tagihan kepada customer. 2) Melakukan penagihan kepada customer. 4. Fungsi Hutang, bertanggung jawab untuk:

1) Memonitor Purchase Order yang terealisasi. 2) Menerima tagihan dari supplier.

3) Melakukan analisis jadwal pembayaran.

5. Fungsi Penerimaan dan Pengeluaran Bank, terbagi menjadi: 1) Membuat voucher bank masuk dan bank keluar.

2) Memelihara kontrol saldo catatan buku perusahaan dengan catatan bank.

6. Fungsi Electronic Data Processing (EDP), bertanggung jawab untuk: 1) Melakukan entry data ke program.

2) Modifikasi kelemahan dan pengembangan sistem akuntansi secara berkesinambungan.

(12)

III.3 Gambaran Sistem Yang Berjalan III.3.1 Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan digunakan sebagai dasar untuk mempermudah perusahaan dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Kebijakan akuntansi PT JMU diantaranya sebagai berikut:

a. Penyajian Laporan Keuangan.

Dasar penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual. Untuk laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung (indirect method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan.

b. Kas dan Setara Kas.

Kas dan setara kas terdiri dari kas kecil, kas besar, bank, dan deposito berjangka dengan masa kurang dari atau sama dengan tiga bulan. Selain deposito berjangka, penggunaannya tidak dibatasi oleh perusahaan dan penarikannya tidak dibatasi oleh bank.

c. Piutang Dagang.

Merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atas penyerahan barang dagang dengan masa jatuh tempo tertentu, besarnya sejumlah harga barang ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai, dicatat sebesar nilai Faktur Pajak meliputi pokok penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut perusahaan.

d. Piutang Jasa.

Merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atas penyerahan jasa. besarnya sejumlah total nilai jasa ditambah dengan Pajak Pertambahan Nilai, dicatat sebesar

(13)

nilai Faktur Pajak meliputi pokok penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut perusahaan.

e. Persediaan.

Terdiri dari bahan baku, barang jadi, dan perlengkapan kemasan (packing supplies) yang tersedia dan tersimpan di gudang perusahaan untuk diproduksi atau dijual kembali dalam kegiatan usaha normal. Persediaan dicatat dengan nilai perolehan atau nilai realisasi bersih.

f. Beban Dibayar Dimuka.

Beban Dibayar Dimuka dicatat sebesar nilai yang dibayarkan. Nilai ini dikreditkan saat terjadi penerimaan barang secara penuh atau diterimanya faktur dari pemasok dan telah dilakukan pelunasan.

g. Pajak Dibayar Dimuka.

Pajak dibayar dimuka dicatat sebesar nilai yang dilaporkan dan dibayarkan berdasarkan SPT Masa dan Surat Setoran Pajak (SSP) sesuai jenis pajak.

h. Penjualan.

Penjualan dicatat dengan dasar historis sebesar nilai jual barang yang tercantum dalam Faktur Pajak. Penjualan diakui segera setelah barang dikeluarkan dari gudang perusahaan dengan disertai terbitnya order pelanggan atas penyerahan barang tersebut. Transaksi dicatat berdasarkan kurs pajak tanggal Faktur Pajak. Perusahaan mengelompokkan penjualan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Penjualan eksternal dengan Pajak Pertambahan Nilai. 2. Penjualan eksternal tanpa Pajak Pertambahan Nilai.

(14)

4. Penjualan intercompany tanpa Pajak Pertambahan Nilai. i. Harga Pokok Penjualan.

Dicatat sebesar nilai historis dari pembelian bersih barang dagang berikut ongkos-ongkos yang timbul dalam perolehannya.

j. Pembelian.

Dicatat dengan dasar historis sebesar nilai beli barang yang tercantum dalam Faktur Pajak. Transaksi dicatat sesuai dengan kurs pajak tanggal Faktur Pajak. Untuk pembelian impor transaksi yang menggunakan valuta asing dicatat berdasarkan kurs pajak tanggal terjadinya penerimaan barang. Perusahaan mengelompokkan pembelian menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Pembelian eksternal dengan Pajak Pertambahan Nilai 2. Pembelian eksternal tanpa Pajak Pertambahan Nilai 3. Pembelian intercompany dengan Pajak Pertambahan Nilai 4. Pembelian Impor

k. Beban.

Beban diakui sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (diakui secara akrual).

l. Beban Pajak.

Dicatat dengan dasar historis meliputi Pajak Masukan atas barang atau jasa untuk konsumsi, bunga atau denda pajak.

(15)

m. Taksiran Pajak Penghasilan.

Dicatat sebesar nilai yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku setelah mengoreksi pendapatan dan beban yang menjadi komponen laba sebelum pajak (Dasar Pengenaan Pajak) sesuai peraturan perpajakan yang berlaku. Kewajiban perpajakan perusahaan dipenuhi pada saat sebelum masa jatuh tempo.

III.3.2 Prosedur Perpajakan

Selama tahun 2005, kewajiban perpajakan yang dilakukan perusahaan diantaranya:

• Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

Sesuai dengan Pasal 21 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, maka perusahaan diwajibkan untuk memotong Pajak Penghasilan atas gaji yang dibayarkan perusahaan kepada karyawannya. Pajak Penghasilan Pasal 21 seluruhnya ditanggung oleh perusahaan.

• Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25.

Pembayaran PPh 25 (angsuran pembayaran pajak yang dilakukan setiap bulan oleh perusahaan berdasarkan ketentuan Pasal 25 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan) merupakan pembayaran di muka terhadap utang Pajak Penghasilan yang akan dihitung sendiri (self assesment) oleh perusahaan pada akhir tahun pajak.

• Pajak Pertambahan Nilai.

Pajak Pertambahan Nilai diterapkan di PT JMU dalam hal penyerahan atau perolehan Barang Kena Pajak, dengan cara mengalikan Dasar Pengenaan Pajak dengan tarif 10%. Faktur Pajak Standar dibuat oleh PT JMU sebagai bukti pungutan

(16)

pajak dalam melakukan penyerahan Barang Kena Pajak serta bukti pungutan pajak impor Barang Kena Pajak yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan pada setiap Masa Pajak dengan menggunakan sarana SPT Masa PPN.

Sistem perpajakan di PT JMU dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

1. Mengarsip secara sementara setiap dokumen pajak yang diterbitkan oleh perusahaan dan juga dokumen yang diterima dari pihak luar.

2. Membuat SPT Masa atau Tahunan untuk setiap jenis pajak sesuai dengan petunjuk umum pengisian SPT oleh Dirjen Pajak berikut pengisian SSP.

3. Membuat permintaan dana untuk pembayaran pajak sesuai SSP. 4. Melaporkan penyetoran pajak terhutang sesuai dengan SPT dan SSP.

5. Mengarsipkan secara permanen SPT berikut dokumen pajak pendukungnya.

6. Melakukan koreksi jika terjadi kekeliruan penyetoran pajak sesuai tata cara perpajakan yang berlaku.

III.4 Prosedur Pajak Pertambahan Nilai

PT JMU dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak berdasarkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak No. PEM-578/WPJ.07/KP.0103/2001 dari Kantor Pelayanan Pajak Serang dengan kode seri Faktur Pajak EHQDD-401. Nomor Pokok Wajib Pajak yaitu 01.961.833.9-401.001, dengan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) 35110 untuk industri kimia dasar kecuali pupuk. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 22 Oktober 2001.

PT JMU termasuk Subjek Pajak Pertambahan Nilai, karena PT JMU sebagai Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan dan perolehan Barang Kena Pajak.

(17)

Objek Pajak Pertambahan Nilai pada PT JMU dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan transaksi impor yaitu kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean.

Dalam sistem perpajakan khususnya sistem Pajak Pertambahan Nilai, fungsi yang terkait adalah:

1. Fungsi Piutang (Account Receivables).

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat nomor invoice dan membubuhkan paraf sebagai tanda bahwa invoice tersebut telah diperiksa oleh fungsi piutang. Setelah itu, fungsi piutang bertanggung jawab untuk membuat Faktur Pajak sebanyak dua rangkap lalu memeriksa kesesuaiannya berdasarkan invoice, delivery order, purchase order yang diterima di Permintaan Keluar Barang (PKB) Controller. Invoice, delivery order, purchase order kemudian diserahkan kepada fungsi penagihan (collection).

2. Fungsi Penagihan (Collection).

Fungsi ini menerima Faktur Pajak, invoice, delivery order, purchase order yang berasal dari fungsi piutang. Bertanggung jawab untuk mengirimkan faktur pajak yang asli bersama dengan invoice, delivery order, purchase order kepada pelanggan yang telah dibubuhkan materai.

Faktur Pajak rangkap pertama diberikan kepada fungsi pajak sebagai dokumen bukti pemungutan pajak keluaran, dan Faktur Pajak rangkap kedua diarsipkan secara permanen berdasarkan nomor urut faktur.

3. Fungsi Pembelian.

Fungsi ini menerima invoice serta Faktur Pajak asli yang berasal dari penjual (pemasok). Fungsi ini bertanggung jawab untuk memeriksa kelengkapan data-data

(18)

yang terdapat dalam invoice, kemudian membubuhkan paraf sebagai tanda bahwa invoice telah diperiksa oleh fungsi pembelian. Faktur pajak asli yang diperoleh dari penjual (pemasok) kemudian diberikan ke fungsi pajak.

4. Fungsi Penerimaan dan Pengeluaran Bank.

Fungsi ini bertanggung jawab menerima dan memproses permintaan dana dari fungsi pajak berdasarkan Surat Setoran Pajak sebagai dasar pembuatan voucher. Pengeluaran dana tersebut dicatat dalam buku kontrol cek dan mencatat setiap voucher bank dalam buku bank. Fungsi ini juga mengarsip bukti setoran pajak berupa Surat Setoran Pajak lembar ke-1.

5. Fungsi Pajak.

Fungsi ini melakukan pengisian dokumen yang berhubungan dengan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai, seperti SPT Masa PPN, dan Surat Setoran Pajak (SSP). Fungsi ini juga melakukan penghitungan Pajak Keluaran, Pajak Masukan, dan Pajak Pertambahan Nilai kurang atau lebih bayar, dan melakukan pengarsipan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai.

6. Fungsi Akuntansi.

Fungsi akuntansi melakukan pencatatan berdasarkan invoice ke dalam buku besar dengan menggunakan media sistem akuntansi MAS atas Pajak Masukan yang dibayar kepada pemasok dan Pajak Keluaran yang harus disetorkan oleh perusahaan.

Informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:

1. Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk tertentu. 2. Jumlah nilai pembelian menurut jenis produk atau kelompok produk tertentu. 3. Nama, alamat, serta NPWP pembeli atau pemasok.

(19)

4. Kuantitas produk yang dibeli atau dijual.

5. Besarnya Pajak Keluaran yang dibayarkan perusahaan atau Pajak Masukan yang dipungut perusahaan.

6. Otorisasi pejabat yang berwenang.

Selain itu, dokumen yang digunakan dalam melaksanakan sistem perpajakan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu:

1. Faktur Pajak Standar.

Merupakan dokumen yang digunakan untuk mengetahui jumlah Pajak Masukan atau Keluaran, Barang Kena Pajak yang dijual atau dibeli, identitas Pengusaha Kena Pajak Penjual atau Pembeli, serta dapat berupa Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan. Surat Setoran Pajak (SSP) untuk impor Barang Kena Pajak.

2. Surat Tagihan (Invoice).

Merupakan dokumen yang berisi tentang rincian barang yang dibeli oleh pelanggan. Dalam hal transaksi penjualan, PT JMU mengirimkan surat tagihan asli kepada pembeli, sedangkan rangkap surat tagihan digunakan sebagai arsip. Dalam transaksi pembelian, PT JMU menerima surat tagihan asli dari pemasok atau penjual.

3. Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN).

Merupakan dokumen yang digunakan PT JMU sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran untuk suatu masa pajak. SPT Masa PPN ini nantinya disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.

4. Surat Setoran Pajak.

Dokumen yang digunakan oleh PT JMU untuk melakukan pembayaran atau penyetoran PPN yang terutang ke Kas Negara melalui kantor pos atau bank Badan

(20)

Usaha Milik Negara (bank persepsi). Menurut kebijakan fungsi Penerimaan dan Pengeluaran Kas/Bank dokumen tersebut merupakan dokumen internal yang berada di fungsi tersebut, tidak dapat diperlihatkan kepada pihak luar (eksternal). Oleh karena itu, dokumen tersebut tidak dapat diperoleh dan digunakan dalam melakukan penelitian ini.

5. Bukti Penerimaan Surat.

Dokumen yang diterima dari Kantor Pelayanan Pajak, sebagai bukti bahwa PT JMU telah menyampaikan SPT Masa ke Kantor Pelayanan Pajak tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha berada.

6. Buku Besar (Ledger).

Merupakan dokumen sumber yang memuat saldo penjualan dan pembelian, dan digunakan sebagai dasar pengisian dalam SPT Masa PPN beserta lampirannya.

Untuk lebih jelasnya, sistem Pajak Pertambahan Nilai yang diterapkan di PT JMU dapat dilihat pada (bagan alir) flowchart yang disajikan dalam lembar lampiran 1 sampai 5.

III.4.1 Faktur Pajak Standar

Dalam melakukan transaksi penjualan, PT JMU membuat dua rangkap Faktur Pajak Standar. Lembar pertama merupakan Faktur Pajak Masukan bagi pembeli Barang Kena Pajak, sedangkan lembar kedua merupakan Faktur Pajak Keluaran sebagai arsip PT JMU sebagai Pengusaha Kena Pajak penjual.

PT JMU seringkali melakukan transaksi penjualan dengan menggunakan valuta asing, sehingga Faktur Pajak yang digunakan adalah Faktur Pajak Standar bentuk baru berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-549/PJ./2000 tanggal 29

(21)

Desember 2000 jo Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-323/PJ./2001 tanggal 30 April 2001. Pembuatan Faktur Pajak Standar yang dilakukan PT JMU yaitu pada saat pembayaran atau selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya Masa Pajak.

Dari beberapa dokumen Faktur Pajak Standar, masih terdapat Faktur Pajak yang belum ditandatangani oleh pejabat yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Menurut keterangan dari pihak PT JMU, seringkali Faktur Pajak tercecer di bagian lain, dan Bagian Pajak cukup sulit untuk menelusurinya jika Faktur Pajak tersebut hilang atau rusak. PT JMU membuat Faktur Pajak Standar dengan menggunakan komputer, namun belum dilakukan penyimpanan data Pengusaha Kena Pajak baik penjual maupun pembeli, Dasar Pengenaan Pajak, maupun Pajak Masukan atau Pajak Keluaran dalam bentuk file komputer secara permanen oleh Bagian Pajak PT JMU.

III.4.2 Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai

Dalam melakukan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai, PT JMU menggunakan tarif tunggal yang diatur dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yaitu 10% dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak (Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain menurut Ketetapan Menteri Keuangan). Besarnya Pajak Pertambahan Nilai dapat dihitung dengan rumus:

Pajak Pertambahan Nilai = Tarif Pajak 10% x Dasar Pengenaan Pajak

1. Pajak Pertambahan Nilai untuk Penjualan/Penyerahan Barang Kena Pajak Saat pajak terutang yang diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang kemudian dijabarkan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 adalah pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.

(22)

Yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dalam penyerahan Barang Kena Pajak adalah harga jual. Bagi PT JMU, Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak ini merupakan Pajak Keluaran yang harus dipungut dari perusahaan lain dan harus disetor ke kas negara.

Contoh:

Pada tanggal 14 Desember 2005 PT JMU menjual Barang Kena Pajak secara tunai kepada PT IJP dengan total harga jual Rp 6.250.000,00. Pajak Pertambahan Nilai yang harus dipungut dan disetorkan adalah:

10% x Rp 6.250.000,00 = Rp 625.000,00.

2. Pajak Pertambahan Nilai atas Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan Contoh:

Pada tanggal 6 Desember 2005 PT JMU membeli Barang Kena Pajak secara tunai dari PT M Chem yang merupakan Pengusaha Kena Pajak dengan harga Rp 24.375.000,00. Faktur Pajak dibuat pada tanggal 6 Desember 2005 .Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan adalah:

10% x Rp 24.375.000,00 = Rp 2.437.500,00.

Pajak Pertambahan Nilai ini merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan karena penjual juga merupakan Pengusaha Kena Pajak.

3. Pajak Pertambahan Nilai atas Impor Barang Kena Pajak Contoh:

Pada bulan November 2005 PT JMU melakukan impor berupa 44.000 kg Ammonium Chloride dengan Pemberitahuan Impor Barang tanggal 29 November 2005. Cost In Freight (CIF) sebesar 7,260 USD, dan kurs yang berlaku saat itu adalah Rp 10.058,00/USD. Surat Setoran Pabean Cukai dan Pajak dalam rangka impor dibuat

(23)

tanggal 30 November 2005. Maka Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan oleh PT JMU adalah: CIF : 7,260 USD Kurs : Rp 10.058,00/USD DPP : Rp 73.021.080,00 PPN : 10% x Rp 73.021.080,00 = Rp 7.302.108,00

Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas impor Barang Kena Pajak ini merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Desember 2005.

4. Pengkreditan Pajak Masukan dengan Pajak Keluaran

Pada akhir masa pajak, PT JMU menghitung Pajak Pertambahan Nilai dengan cara melakukan pengkreditan Pajak Masukan (PM) dengan Pajak Keluaran (PK), dengan rumus:

Pajak Keluaran – Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan

Pada Masa Desember 2005, PT JMU melakukan penghitungan Pajak Pertambahan Nilai dengan cara pembetulan. Hal ini dilakukan karena adanya Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang belum dilaporkan di dalam Surat Pemberitahuan Masa Desember 2005. Perhitungan awal Pajak Pertambahan Nilai PT JMU, yaitu:

Pajak Keluaran Rp 430.026.634,00

Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pemungut PPN:

SSP telah diterima -

SSP belum diterima Rp 102.640.130,00 (-)

(24)

Pajak Masukan Impor Masa Pajak

yang sama -

Pajak Masukan Dalam Negeri Masa Pajak

yang sama Rp 266.553.584,00

Pajak Masukan Impor Masa Pajak

yang tidak sama Rp 7.302.108,00 Pajak Masukan Dalam Negeri Masa Pajak

yang tidak sama Rp 21.471.250,00 (+) Jumlah Pajak Masukan

yang Dapat Dikreditkan Rp 295.326.942,00

Pada Masa Pajak Desember 2005, perusahaan tidak melakukan pengelompokkan antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan yang tidak dapat dikreditkan. Dari penghitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan, maka Pajak Pertambahan Nilai PT JMU adalah:

Pajak Keluaran Rp 327.386.504,00

Jumlah Pajak yang dapat diperhitungkan: Jumlah Pajak Masukan

yang Dapat Dikreditkan Rp 295.326.942,00 Kompensasi kelebihan PPN

bulan lalu Rp 275.819.423,00 Rp 571.146.365,00 (-)

Pajak Lebih Bayar Rp 243.759.861,00

Pajak yang lebih dibayar tersebut dikompensasikan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang pada Masa Pajak berikutnya.

(25)

Dengan melakukan pembetulan pertama, maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilai pada PT JMU menjadi:

Pajak Keluaran Rp 558.396.776,30

Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pemungut PPN:

SSP telah diterima -

SSP belum diterima Rp 102.640.130,00 (-) Jumlah Pajak Keluaran dipungut sendiri Rp 455.756.646.30

Pajak Masukan Impor Masa Pajak

yang sama -

Pajak Masukan Dalam Negeri Masa Pajak

yang sama Rp 275.717.952,00

Pajak Masukan Impor Masa Pajak

yang tidak sama Rp 7.302.108,00

Pajak Masukan Dalam Negeri Masa Pajak

yang tidak sama Rp 53.506.450,00 (+)

Jumlah Pajak Masukan

yang Dapat Dikreditkan Rp 336.526.510,00

Setelah melakukan pembetulan, perusahaan tidak melakukan pengelompokkan antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan yang tidak dapat dikreditkan. Dari uraian perhitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan, maka Pajak Pertambahan Nilai PT JMU adalah:

(26)

Pajak Keluaran Rp 455.756.646,30 Jumlah Pajak Masukan

yang Dapat Dikreditkan Rp 336.526.510,00 Kompensasi kelebihan PPN

bulan lalu Rp 275.819.423,00 Rp 612.345.933,00 (-)

Pajak Lebih Bayar Rp 156.589.286,70

Pajak yang lebih dibayar tersebut dikompensasikan dengan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang pada Masa Pajak berikutnya.

III.4.3 Pengisian SPT Masa PPN

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak kepada selain pemungut Pajak Pertambahan Nilai, PT JMU melakukan pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan mengisi formulir 1195 lampiran A1. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak kepada pemungut Pajak Pertambahan Nilai, PT JMU melakukan pengisian formulir 1195 lampiran A3.

Untuk transaksi pembelian, PT JMU melakukan pengisian formulir 1195 lampiran B1 (Pajak Masukan yang dapat dikreditkan). PT JMU tidak melakukan pengisian SPT Masa PPN 1195 lampiran B4 (Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan). Setelah lampiran 1195 A1, 1195 A3, dan 1195 B1 telah diisi maka selanjutnya dilakukan rekapitulasi dengan mengisi formulir 1195 Induk untuk mengetahui Pajak Pertambahan Nilai yang kurang atau lebih dibayar.

Dalam melakukan pengisian SPT Masa PPN, PT JMU belum melakukan pengisian dan menyampaikan lampiran SPT Masa PPN secara lengkap. SPT Masa PPN PT JMU Desember 2005, dapat dilihat pada halaman 75 sampai 82

(27)

III.4.4 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Keluaran yang dipungut dan disetor ke Kas Negara oleh PT JMU maupun Pajak Masukan yang dibayarkan melalui Pengusaha Kena Pajak penjual untuk Masa Pajak Desember 2005, dilaporkan dengan sarana SPT Masa PPN. Menurut perusahaan, ternyata masih terdapat Pajak Keluaran maupun Masukan yang belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN Desember 2005. Untuk itu, PT JMU melaporkan Pajak Pertambahan Nilainya kembali dengan menggunakan SPT Masa Pembetulan I. SPT Masa PPN Desember 2005 awal dilaporkan pada tanggal 19 Januari 2006, dan SPT Masa Pembetulan Desember 2005 dilaporkan pada tanggal 20 Februari 2006.

Atas SPT Masa PPN yang salah dan SPT Masa Pembetulan Desember 2005 yang telah dilaporkan, PT JMU telah menerima Bukti Penerimaan Surat dari Kantor Pelayanan Pajak Serang.

III.5 Akuntansi Pajak Pertambahan Nilai

Selama bulan Desember 2005, dalam melakukan transaksi penjualan atau pembelian, PT JMU mencatat ke dalam pembukuan dengan menggunakan prisip akrual. PT JMU mengelompokkan prosedur pencatatan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Akuntansi atas Pajak Masukan

Pada bulan Desember 2005, seluruh Pajak Masukan oleh PT JMU diperlakukan sebagai Pajak masukan yang dapat dikreditkan.

Contoh pencatatan atas transaksi pembelian (Pajak Masukan Dapat Dikreditkan): Pada bulan Desember 2005, PT JMU membeli barang persediaan berupa 2.500 kg Citric Acid Monohydrate dari PT LMP dengan total harga Rp

(28)

23.750.000,00. PPN 10% Rp 2.375.000,00. Pembayaran dilakukan pada tanggal 22 Desember 2005. Faktur pajak standar langsung dibuat.

Jurnalnya sebagai berikut:

Pembelian Rp 23.750.000,00

Pajak Masukan Rp 2.375.000,00

Kas Rp 26.125.000,00

b. Akuntansi atas Pajak Keluaran

Yaitu pencatatan Pajak Keluaran atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh PT JMU.

Contoh pencatatan transaksi yang terjadi dalam pelaksanaan akuntansi Pajak Pertambahan Nilai Keluaran di PT JMU:

PT JMU menjual barang pada bulan November 2005 berupa 5 drum Mutual Solvent kepada PT IJP dengan total harga sebesar Rp 7.250.000,00. Pajak Pertambahan Nilai 10% yaitu Rp 725.000,00. Faktur Pajak Standar dibuat pada saat pembayaran yaitu tanggal 7 Desember 2005. Jurnalnya sebagai berikut:

Kas Rp 7.975.000,00

Penjualan Rp 7.250.000,00

(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Gambar

Tabel III.1
Gambar III.1 Grafik Perkembangan Usaha  PT JMU   Periode 2001 sampai 2005
Gambar III.2 Struktur Organisasi PT JMU

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar iodium dari sampel urin sesaat pada semua rentang waktu pengambilan sampel urin dalam sehari dengan kadar

Inventory di pelabuhan bongkar selama planning horizon dapat dilihat pada lampiran 5, dimana selama planning horizon (T= 7 hari) tidak terdapat depot yang kritis (di bawah

k terjadi p arna-warna lama yaitu olan elema ngi bentuk g tertentu (m bentuk ran logo dapa mpadupada ubahan Tip (Sumber: D kesamaan ggunaan fo ar huruf ( gkan logo b o baru lebih

 Meminta penjelasan Pimpinan KPK terkait dengan penanganan kasus yang dilakukan oleh KPK terhadap kasus-kasus yang menarik perhatian masyarakat dan nilai kerugian

1) Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak dimanapun juga dimana dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah harga jual. Yang dimaksud dengan Barang Kena

Melihat berbagai hasil evaluasi yang baik dari pelaksanaan program manajemen pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui pelayanan keperawatan kesehatan jiwa

Berdasarkan hasil uji duncan/uji lanjut dari hasil sidik ragam pengaruh penambahan pupuk kompos terhadap berat basah total tanaman menunjukkan bahwa perlakuan dengan

juga kepada kami semua yang ada di situ, “Apa yang Aku katakan ini benar sekali: Kalian akan melihat langit terbuka dan ‘malaikat-malaikat § 1:35 kami Kebanyakan ahli tafsir