• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESUME PERPAJAKAN : PAJAK PENGHASILAN BERSIFAT FINAL : ANDHIKA WAHYUDIONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESUME PERPAJAKAN : PAJAK PENGHASILAN BERSIFAT FINAL : ANDHIKA WAHYUDIONO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME PERPAJAKAN

JUDUL RESUME : PAJAK PENGHASILAN

BERSIFAT FINAL

DOSEN MATAKULIAH :

ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd., M.Pd

KELOMPOK 9

MAHASISWA :

LEXI RAMA MAHENDRA / 21201765

RINY WIDYA KUSUMAWATI / 21201753

ROMY ARDIYANTO / 21201741

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

BANYUWANGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PRODI ADM. PUBLIK

(2)

PAJAK PENGHASILAN BERSIFAT FINAL

1. Dasar Hukum PPN dan PPnBM

Di Indonesia, sebelum adanya Pajak Pertarnballan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-BM), Pajak Penjualan (PPn) untuk pertama kalinya diperkenalkan pada tahun 1950, kemudian dikukuhkan dalam bentuk UU pada tahun 1951 dengan nama UU PPn 1951. Dalam pelaksanaannya ternyata pajak penjualan ini mernpunyai banyak kekurangan yang mengakibatkan jenis pajak ini menjadi tidak efektif'dan tidak produktif. Ketidak efektifan jenis pajak ini karena PPn 1951 mengakibatkan beban pajak berganda dan bentuk peraturannya mit. Hal ini dapat dijelaskan karena pengenaan pajak yang diterapkan menggunakan ketentuan 9 macarn tarif yang berbeda atas 9 golongan barang, dimana setiap golongan memuat bermacam-macarn jenis barang yang berbeda pula. Sebagai contoh rnisalnya pajak dapat dikenakan atas bahan baku pada saat impor, kemudian dikenakan lagi pada satu atau beberapa tingkat produksi sampai penyerahan hasil produksi oleh pabrikan terakhir.

Karena keadaan yang demikian itu Pajak Penjualan diganti dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-Bm) yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1983, yang terakhir kali diubah dalam UU Nomor 11 Tahun 1994 tentang Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah.

Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) :

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007  Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1995 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010

 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 563/ KMK.03/2003  Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-08/PJ/2013

 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2013

 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-147/PJ./2006  Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-382/PJ./2002.

Dasar Hukum PPN dan PPnBM :

 UU no. 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas UU no. 8 tahun 1983 tentang PPN & PPnBM

 UU no. 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas UU no. 8 tahun 1983 tentang PPN & PPnBM.

 PP no. 143 th. 2000 tentang pelaksanaan UU PPN tahun 2000

 PP no. 144 th. 2000 tentang jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN.  PP no. 145 th. 2000 tentang kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenakan

PPnBM.

 PP no. 146 th. 2000 tentang impor/penyerahan BKP & JKP tertentu yang dibebaskan dari PPN.

 KMK no. 547 s.d. 554 & 567 s.d 570, 575 tahun 2000 & kmk no. 10, 11, 50 tahun 2001.

(3)

Lahirnya sistem Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah ini tentu saja mernbawa dampak positif dalam pelaksanaannya, antara lain:

a. Pajak Pertarnbahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah dalam pelaksanaannya bisa menghindari pengenaan pajak berganda.

b. Dalam ha1 ekspor, diberikan pengembalian beban pajak yang melekat pada waktu perolehan harga barang yang diekspor.

c. Dalam ha1 impor, jumlah pajak yang dipungut sarna dengan jumlah pajak yang dikenakan atas barang yang diproduksi di dalam negeri pada tingkat harga yang sama, karena itu menciptakan persaingan yang sehat untuk keuntungan konsumen. d. Penerapan sistem tarif yang lebih sederhana atas PPN dan PPn-BM dapat dengan

mudah melacak setiap bentuk penyelundupan pajak.

Pajak Pertambahan Nilai Barang dm Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah adalah dua macam pajak yang merupakan satu kesatuan sebagai pajak yang dipungut atas konsumsi dalam negeri. Perbedaan yang prinsipil antara Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah terletak pada sistem pemungutannya Pajak Pertambahan Nilai dapat dipungut berkali-kali dalam tingkatan produksi (M ulti

Stages). Sedangkan Pajak Penjualan Barang Mewah hanya dipungut sekali yaitu pada

saat barang mewah tersebut diserahkan dan dijual oleh pabrik yang menghasilkan atau pada waktu diimpor.

2. Pengertian PPN dan PPnBM

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dipungut/dipotong oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi. Jadi setiap transaksi yang berhubungan dengan penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak, maka akan dikenakan PPN atas barang/jasa tersebut. Pengenaan PPN atas transaksi tersebut biasanya diikuti dengan pembuatan Faktur Pajak.

Akuntansi PPN & PPnBM merupakan pencatatan suatu transaksi penjualan dan pembelian barang dan atau jasa yang dikenakan pajak baik PPN maupun PPnBM. Pada perusahaan dagang dan perusahaan jasa, barang atau jasa ini dianggap sebagai komoditi yang diperjual-belikan, sehingga perusahaan harus mengakui harga perolehannya berdasarkan metode akuntansi yang berlaku secara umum. Pada bab ini akan lebih berfokus pada transaksi yang berkaitan dengan perusahaan di atas. Suatu transaksi yang berkaitan dengan penyerahan barang kena pajak selain dipungut pajak pertambahan nilai, namun juga dipungut pajak penjualan barang mewah (PPnBM). Berikut ini adalah jenis penyerahan Barang kena pajak yang dikenakan PPnBM sebagai berikut:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

2. Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah. Berbeda dengan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dikenakan hanya satu kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah oleh Pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor.

Pertambahan nilai adalah jurnlah antara biaya yang dikeluarkan dan tingkat laba yang diharapkan dalam suatu proses produksi. Artinya proses pertambahan nilai selalu timbul karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan mulai bahan baku menjadi barang setengah jadi sarnpai akhirnya menjadi barang jadi yang siap dijual dengan tingkat laba yang diharapkan. Seperti ilustrasi berikut ini; Seseorang pengusaha garmen ingin menjual produk berupa kemeja, maka pengusaha tersebut akan

(4)

memerlukan bahan baku berupa kain dan bahan pembantu lainnya untuk diproses menjadi produk yaug akan dijualnya. Dalam proses produksi tentu saja tidak lepas dari faktor-faktor

produksi seperti:

a. Harta tetap, dimana ada biaya penyusutan dari harta tetap tersebut. b. Modal, berkaitan dengan faktor bunga modal yang hams dibayarkan c. Tenaga kerja, berkaitan dengan pembayaran upah dan gaji

d. Biaya-biaya kantor dan laba yang diharapkan.

Karena adanya minimal 4 faktor produksi maka harga jual merupakan penambahan antara harga beli, biaya-biaya promosi dan tingkat laba yang diharapkan. Penambahan biaya produksi dan tingkat laba inilah yang sebenamya merupakan pertarnbahan nilai yang dipungut pajaknya. Dengan kata lain biaya-biaya yang dikeluarkan berupa penyusutan, bunga modal, gaji dan upah, biaya-biaya kantor dan tingkat laba yang diharapkan adalah unsur-unsur pertarnbahan nilai. Sehingga besarnya pertarnbahan nilai secara sederhana dapat kita ketahui dengan cara mencari selisih antara Harga Jual dengan Harga Beli suatu barang atau jasa.

Proses pengenaan PPN dapat dilihat dari contoh berikut ini: Seorang Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan usahanya akan dikenakan PPN dari barang dan jasa yang dibeli untuk keperluan usahhya. PPN atas barang dan jasa yang dibeli untuk keperluan usaha ini disebut Pajak Masukan.

Jika barang dan jasa yang dibeli tadi dijual kepada pihak lainnya, maka Pengusaha Kena Pajak dapat memungut Pajak Pertambahan Nilai dari orang yang membeli barang dan jasa. Barang atau jasa yang diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak lain itu merupakan keluaran, dan PPN yang dipungut merupakan Pajak Keluaran.

Untuk menmtung Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang, Pengusaha Kena Pajak harus menghitung selisih antara Pajak Keluaran dengan Pajak Masukan, yang secara sederhana dapat dirumuskan:

PPN = Pajak Keluaran - Pajak Masukan

Jika Pajak Keluaran ternyata lebih kecil dari Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Hak Pengusaha Kena Pajak yang dapat dirninta kembali atau dikompensasikan dengan jurnlah pajak yang terhutang dalam masa pajak berikutnya.

PPn-BM merupakan pungutan pelengkap atas pengenaan PPN. Dikatakan pelengkap karena pengenaan PPn-BM ini sifat pungutannya adalah pungutan satu kali pada sumbernya atas pembeli atau konsumen barang yang termasuk dalam kategori barang mewah. Barang mewah yang dirnaksudkan adalah barang yang dianggap merniliki daya kemampuan lebih tinggi sehingga wajar kalau dipungut pajak yang lebih tinggi.

Karakteristik PPN :  Pajak objektif  Pajak tidak langsung  Multi-stage tax

 Tidak menimbulkan pajak ganda  Menggunakan alat bukti faktur pajak  Bersifat netral

 Pajak atas konsumsi Karakteristik PPnBM :

 Bahwa barang tersebut bukan barang kebutuhan pokok  Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu

 Umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi  Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status

(5)

 Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat seperti minuman beralkohol

3. Objek Pajak

Objek PPN dan PPn-Bm

Secara umum dapat dikatakan yang menjadi obejk PPN dm PPnBM adalah "Penyerahan Barang atau Jasa" yang perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak dimanapun juga dimana dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah harga jual. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang begerak atau barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan, sedangkan yang dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak adalah orang atau badan dalam bentuk apapun yaug dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengirnpor barang, mengekspor barang, melakukan usah'a perdagangan atau melakukan usaha jasa.

2) Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha yang memilih menjadi Pengusaha Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dasar pengenaan pajaknya adalah pada jumlah harga jual. Yang dimaksud dengan Pengusaha yang memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PMPKP) adalah para eksportir dan pedagang yang menjual Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak.

3) Penyerahan jasa pembuatan, pemugaran, perbaikan bangunan konstruksi dan barang tidak bergerak lainnya yang dilakukan oleh pemborong/kontraktor/sub kontraktor kepada pihak manapun juga dalarn wilayah Republik Indonesia yang dasar pengenaan pajaknya adalah penggantian dari harga borongan atau termin pembayaran dari harga borongan. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenaikan PPN hanyalah jasa bangunan dan konstruksi dan barang tak bergerak lainnya yang dilakukan oleh pemborong/kontraktor/sub kontraktor termasuk didalamnya pengertian penyerahan jasa untuk kepentingan sendiri. 4) Impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh siapapun yang dasar pengenaan

pajaknya adalah nilai impor. Penyerahan barang mewah pada waktu impor mapun pada tingkat pabrikan, selain dikenakan PPN juga akan dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

5) Penyerahan lain-lain, seperti "masih direncanakan" akan adanya PPN atas Tanah yang termasuk dalam kategori tanall terlantar (lahan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha atau ekonomi).

6) Penyerahm Barang Kena Pajak yang dilakukan di Daerah Pabean Republik Indonesia dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya termasuk Pedagang Besar. Yang dimaksud dengan Pedagang Besar adalah pengusaha dengan nama dan bentuk apapun dalam usaha perdagangan yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan penyerahan Barang Kena Pajak kepada pihak manapun kecuali semata-mata melakukan penyerahan sebagai pedagang eceran, seperti yang diatur dalam Peraturan Pernerintah flo. 28 Tahun 1988.

7) Penyerahan Jasa Kena Pajak dilingkungan perusahaan atau pekerjaannya oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali : jasa pelayanan dan peraturan kesehatan, jasa pelayanan sosial, jasa pelayanan pos dan giro, jasa perbankan, asuransi, lembaga keuangan bukan bank, jasa di bidang keagamaan, jasa di bidang pendidikan, jasa di bidang kesenian yang tidak komersial, jasa penyiaran radio dan televisi, jasa angkutan laut dan darat, jasa angkutan udara luar negeri, jasa tenaga kerja dan penyediaan tenaga kerja, jasa perhotelan dan rumah

(6)

penginapan, jasa telepon umum/koin box seperti yang diatur dalam PP No. 28 Tahun 1988.

Pengecualian Objek PPN dan PPn-BM :

a. Jenis Barang Yang Tidak Dikenakan PPN dan PPn-BM

1). Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hail kehutanan yang dipetik langsung, diambil langsung, atau disadap langsung dari sumbemya.

2). Barang hasil peternakan, perburuan 1 penangkapan, atau penangkaran yang diambil langsung dari sumbernya.

3). Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan yang diambil langsung dari sumbernya.

4). Barang hasil pertarnbangan, penggalian dan pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.

5). Barang-barang kebutuhan pokok.

6). Makanan dan minuman yang disajikan di hotel. restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya.

7). Listrik, kecuali listrik perurnahan dengan daya di atas 6600 watt. 8). Saham, obligasi, dan surat-swat berharga sejenisnya.

9). Air bersih yang disalurkan melalui pipa.

b. Jenis Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN dan PPn-BM 1). Jasa di bidang pelayanan medik.

2). Jasa di bidang pelayanan sosial 3). Jasa di bidang pengiriman swat.

4). Jasa di bidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha untuk hak opsi. 5). Jasa di bidang keagamaan.

6). Jasa di bidang pendidikan. 7). Jasa di bidang kesenian. 8). Jasa di bidang penyiaran. 9). Jasa di bidang angkutan umum. 10). Jasa di bidang tenaga kerja. 11). Jasa di bidang perhotelan. 12). Jasa di bidang telekomunikasi.

Tentang Objek Pajak pasal 4 menyebutkan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.

2. Impor Barang Kena Pajak

3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 6. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

Ketika ada penyerahan/pemanfaatan barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean, maka perusahaan akan mencatat (asumsinya metode fisik):

Kas/Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

PPN xxx

Ketika ada pembelian barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean, maka perusahaan akan mencatat (asumsinya metode fisik):

Pembelian xxx

PPN xxx

(7)

Pada umumnya semua barang/jasa dikenakan pajak, namun ada pula beberapa barang/jasa yang tidak dikenakan pajak. Berikut ini adalah beberapa jenis barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya

2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya

4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Selain beberapa jenis barang yang tidak kena pajak pertambahan nilai, ada pula beberapa jenis jasa yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik 2. Jasa di bidang pelayanan social

3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko

4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi 5. Jasa di bidang keagamaan

6. Jasa di bidang pendidikan

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan 8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air; 10. Jasa di bidang tenaga kerja

11. Jasa di bidang perhotelan

12. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

13. Jasa penyediaan tempat parkir;

14. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; 15. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan

16. Jasa boga atau catering

Ketika perusahaan menjual barang/jasa yang tidak dikenakan pajak maka perusahaan akan mencatat:

Kas/Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

Ketika perusahaan menjual barang/jasa yang tidak dikenakan pajak maka perusahaan akan mencatat:

Pembelian xxx

Kas/Piutang Dagang xxx

Selain dikenakan pajak pertambahan nilai, barang yang tergolong mewah juga akan dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah. Berikut ini adalah Barang yang tergolong sangat mewah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan No 253 Tahun 2008 adalah sebagai berikut ini:

a. Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20.000.000.000,00 (dua puluh milyar rupiah)

b. Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000. 000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)

c. Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihanya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan luas bangunan lebih dari 500m2 (lima ratus meter pcrsegi)

d. Apartemen, kondominium, dll sejenisnya dengan harga jual atau pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) dan/atau luas bangunan lebih dari 400 m2 (empat ratus meter Persegi)

(8)

e. Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan, jeep, sport utility Vehicles (suv), multipurpose vahicls (mvp), minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc.

Ketika perusahaan melakukan penjualan barang yang tergolong mewah ini maka perusahaan akan mencatat:

Kas/Piutang Dagang xxx

Penjualan xxx

PPN xxx

PPnBM xxx

Ketika perusahaan melakukan pembelian barang yang tergolong mewah maka perusahaan akan mencatat (asumsinya metode fisik):

Pembelian xxx PPN xxx PPnBM xxx Kas/Piutang Dagang xxx  Objek PPN  Barang

◦ Barang yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak maupun tidak berwujud.

 Jasa

◦ Setiap kegiatan pelayanan berdasarkan ikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk pemesan.

 Objek PPnBM

 Selain dikenakan PPN, dikenakan juga Pajak Penjualan Atas Barang Mewah terhadap: ◦ Penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha Yang Menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabeaan dari kegiatan usaha atau pekerjaannya.

◦ Impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah. Kendaraan Yang Bibebaskan Dari PPnBM :

· Kendaraan CKD · Kendaraan sasis

· Kendaraan angkutan barang

· Kendaraan bermotor roda dua dengan isi silinder sampai 250 cc

· Ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan kebakaran, kendaraan tahanan kendaraan

· Angkutan umum

· Untuk protokoler kenegaraan sepanjang dananya dari APBN/APBD Prosedur Pembebasan PPnBM

· Wajib Pajak mempunyai SKB PPnBM, yaitu Surat Keterangan Bebas PPnBM yang dikeluarkan Dirjen Pajak

· SKB PPnBM diajukan kepada Dirjen Pajak melalui KPP

· Dirjen Pajak memberikan keputusan dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah surat permohonan diterima secara lengkap

· SKB PPnBM diterbitkan sebelum impor kendaraan bermotor atau penyerahan kendaraan bermotor.

(9)

Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan :

· Perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP · Perolehan BKP atau JKP tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. · Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor kecuali merupakan barang

dagang atau disewakan

· Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabeaan sebelum dikukuhkan sebagai PKP

· Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutannya Faktur Pajak Sederhana · Perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan

yang berlaku.

· Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabeaan yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan

· Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak.

· Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN.

Yang Termasuk Dihasilkan Pengusaha : · Merakit

· Memasak · Mencampur · Mengemas · Membotolkan

Tarif X Dasar Pengenaan Pajak : · Dasar Pengenaan Pajak: ◦ Harga jual

◦ Nilai penggantian ◦ Nilai impor.

4. Tarif Pajak PPN dan PPnBM a. Tarif PPN

Tarif PPN diatur dalarn pasal 7 UU No. 11 tahun 1994 sebagai berikut: 1) Tarif PPN 10%

2) Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%

3) Dengan Peraturan Pemerintah tarif PPN bisa diubah serendah- rendahnya 5% dan setinggi-tingginya 15%.

b. Tarif PPn-BM dan Kelompok Barang Mewah

Tarif PPn-BM diatur dalam pasal 8 UU No. 1 1 Tahun 1994 sebagai berikut: 1 ) Tarif PPn-BM adalah serendah-rendahnya 10% dan setingg-tingginya 50%. 2) Atas ekspor BKP yang tergolong mewah yang dikenakan pajak dengan tarif 0%. 3) Dengan Peraturan Pernerintah ditetapkan kelompok BKP tertentu yang dikenakan PPn-BM.

4) Macam dan jenis barang yang dikenakan PPn-BM atas BKP yang tergolong mewah diatur oleh Menteri Keuangan.

Karakteristik PPn-BM:

· PPn-BM merupakan pungutan di samping PPN

· PPn-BM hanya dipungut sekali, yaitu pada saat irnpor BKP yang tergolong mewah, atau atas penyerahan BKP yang tergolong mewah, yang dilakukan PKP Pabrikan.

· PPn-BM tidak bisa dikreditkan

· Eksportir yang rnengekspop BKP yang tergolong mewah dapat merninta kembali PPn-BM yang dibayar pada saat perolehannya.

(10)

Kelompok barang mewah saat ini (tahun 1999) terbagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok selain kendaraan bermotor dan kelompok kendaraan bermotor.

Kelompok barang rnewah saat ini terbagi atas 2 kelornpok, yaitu: a) Kelompok Barang Mewah Selain Kendaraan Bermotor

(1) Kelompok BM selain kendaraan bermotor yang terkena PPn-BM 10% : - Kepala susu atau susu yang duagi, mengandung tambahan gula atau pemanis lainnya, diberi aroma atau tidak, diberi rasa atau tidak, mengandung buah-buahan, biji-bijian, cocoa, atau tidak diberi yoghurt, kephu, kejy mentega, atau lemak atau minyak yang diperoleh dari susu yang dibotolkan atau dikemas.

- Air buah dm air sayuran, yang beluk meragi dan tidak mengandung alkohol, mengandung tambahan gula maupun tidak, mengandung aroma atau tidak serta dibotol dikemas.

- Minurnan yang tidak mengandung alkohol mengandung tambahan gula maupun tidak, mengandung aroma atau tidak, serta dibotolkan / dikemas, serat air soda yang dibotolkan /dikemas.

- Wangi-wangian, produk kecantikan untuk pemeliharaan kulit, tangan, kaki dan rarnbut serta prepmt rias lainnya.

- Alat rurnah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, mesin jual otomatis termasuk mesin penukar uang, dm pesawat - penerima siaran televisi.

- Hunian mewah, seperti rumah mewah, apartemen, kondorninium, town house dan sejenisnya.

(2) Kelompok BM selain kendaraan bermotor yang terkena PPN-BM 20% : - Semua jenis permadani selain yang termasuk dalam butir (3) dibawah. - Barang saniter dan perlengkapannya, kecuali yang terbuat dari plastik, seng atau semen.

- Alat fotografi, alat sinematografi, alat optik, alat perekam suara atau gambar, alat reproduksi suara atau gambar, media rekam, pesawat penerima dan pengirim suara, pesawat penerima siaran televisi dan bagiannya selain yang termasuk pada butir (1) di atas.

- Mesin pengatur suhu, pesawat pendingin dan pesawat pemanas selain yang termasuk dalam butir (I ) mesin setrika, mesin cuci, mesin pengering, pesawat elektromagnetik, pesawat cukur dan pesawat pemangkas rambut serta instrumen musik.

- Alat olah raga tertentu dan untuk permainan selain yang termasuk pada butir (3) di bawah. Kecuali yang dibuat di dalam negeri.

(3) Kelornpok BM selain kendaraan bermotor yang terkena PPn-Bm35% meliputi:

- Minuman yang mengandung alkohol

- Barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari kulit atau kulit tiruan, kecuali yang dibuat di dalam negeri.

- Permadani yang terbuat dari jenis bahan tertentu.

- Semua jenis alas kaki, kecuali yang dibuat di dalam negeri.

- Barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari kristal, batu pualam, granit dan atau onix.

- Barang-barang pecah belah kecuali yang dibuat di dalam negeri. - Barang-barang yang terbuat dari keramik kecuali yang dibuat di dalam negeri.

- Barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia dan atau batu mulia ddatau mutiara atau campuran daripadanya kecuali yang dibuat di dalam negeri.

(11)

- Pesawat udara kecuali yang dipergunakan untuk keperluan Negara dan angkutan urnurn.

- Kapal pesiar, bahtera dan kendaraan air tertentu kecuali untuk keperluan Negara dan angkutan umum.

- Peralatan dan perlengkapan olah raga golf, power boating gantole dan terbang layang, menyelam.

- Senjata api, senjata angin dm gas beserta peralatannya, kecuali untuk keperluan Negara.

- Barang-barang perabot rumah tangga dan kantor, kecuali yang dibuat di dalam negeri.

- Perlengkapan untuk permainan dalam ruangan di atas meja dan dalam tarnan hiburan untuk orang dewasa dan kanak-kanak.

b) Kelompok Barang Mewah Berupa Kendaraan Bermotor

(1) Kelompok BM berupa kendaraan bermotor yang terkena PPn-BM 20% :

- Kendaraan bermotor roda dua bersilinder 250cc atau kurang, kecuali yang dibuat di dalam negeri atau digunakan untuk kendaraan dinas TNVPOLRI serta untuk tujuan protokoler ke Negaraan.

- Kendaraan bermotor jenis sedan bersilinder 1600cc atau kurang dan jip, yang dibuat di dalam negeri dengan kandungan lokal lebih dari 605 serta kombi, minibus, van, dan pick up yang memakai bahan bakar bensin, kecuali untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan mum atau angkutan barang, untuk kendaraan dinas TNIPOLRI dan untuk tujuan protokoler ke Negaraan.

(2) Kelompok BM berupa kendaraan bermotor yang terkena PPn-BM :

25% adalah kendaraan bermotor jenis combi, minibus, van dan pick up yang memakai bahan bakar solar, kecuali untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan umum atau angkutan barang untuk kendaraan dinas TNYPOLRI dan untuk tujuan protokoler kenegaraan.

(3) Kelompok BM berupa kendaraan bermotor yang terkena PPn-BM 35% :

- Kendaraan bemotor roda dua bersilinder lebih dari 250cc, kecuali yang dibuat di dalam negeri atau digunakan untuk kendaraan dinas TNIPOLRI serta untuk tujuan protokoler kenegaraan.

- Kendaraan jenis bus, kecuali yang dibuat' di dalam negeri atau digunakan untuk kendaraan tahanan, kendaraan mum, untuk kendaraan dinas TNIPOLRI serta untuk tujuan protokoler kenegaraan.

- Kendaraan bermotor jenis sedan, station wagon dan jip, selain yang sudah termasuk butir (1) serta mobil balap dan caravan, kecuali untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan umum, untuk kendaraan dinas TNIPOLRI dan untuk tujuan protokoler kenegaraan.

Cara Menghitung PPN dan PPn-BM :

Ada dua metode dalam menglutung PPN, yaitu: a. Metode Langsung (Direct Substraction Method)

Cara ini sulit dilaksanakan

(12)

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada waktu pembelian Barang Kena Pajak, Penerirnaan Jasa Kena Pajak atau impor Barang Kena Pajak.

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.

Pengkreditan Pajak Masukan

1. Pajak Masukan dalarn suatu Masa Pajak dikrditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.

2. Dalam ha1 belum ada Pajak Keluaran dalarn suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan.

3. Apabila dalarn suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.

4. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dirnintakan kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

(13)

Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan

Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan bagi pengeluaran untuk:

a Pembelidimpor barang atau penerimaan jasa sebelurn pengusaha dikukuhkan menjadi PKP.

b. Pembelian barang dan pengeluaran biaya lain yang tilak mempunyai hubungan langsung dengan proses menghasilkan barang atau jasa kena pajak.

c. Pembelian atau pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi.

Dasar Pengenaan Pajak

Untuk menghitung besarnya PPN maupun PPnBM yang terutang atau yang harus dibayar, harus diketahui dulu mengenai dasar pengenaan pajak (DPP). Ada 5 dasar pengenaan pajak, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Harga Jual

Harga jual adalah semua nilai yang berupa uang termasuk semua biaya yang dikeluarkan oleh pembeli barang kena pajak dan telah dikurangi dengan potongan penjualan yang diberikan. Harga jual yang menjadi dasar pengenaan pajak biasanya harga jual netto (artinya setelah dikurangi potongan/diskon).

2. Nilai Penggantian

Nilai semua nilai yang berupa uang termasuk semua biaya yang dikeluarkan oleh pembeli jasa kena pajak. Nilai ini untuk menggantikan jasa yang telah diberikan oleh pengusaha kena pajak.

3. Nilai Impor

Nilai impor adalah semua nilai yang berupa uang termasuk semua biaya yang dikeluarkan oleh pembeli barang kena pajak dan pungutan lain berdasarkan ketentuan perundang-undangan kepabean. Nilai impor ini dihitung dengan menjumlahkan antara Cost/Harga Barang (C), Insurance/Jaminan (I), Freight/Biaya pengiriman (F) dan biaya-biaya kepabean lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabean. Nilai Impor = C + I + F + biaya lain

4. Nilai Ekspor

Nilai ekspor adalah semua nilai yang berupa uang mengenai harga produk yang diekspor tersebut atau sering disebut sebagai Harga Pokok Ekspor (HPE). Ada beberapa produk tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah seperti industri kelapa sawit.

(14)

5. Nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

Nilai lain ini ditetapkan ketika terdapat kesulitan dalam penentuan harga jual atau nilai penggantian atas produk. Dalam hal ini menteri keuangan dapat menetapkan dasar pengenaan pajaknya.

Berdasarkan Ps. 1 angka 17. Jo. KMK-567/KMK.04//2000 ada beberapa dasar pengenaa pajak berdasarkan nilai lain yang ditetapkan oleh menteri keuangan diantaranya adalah:

a. Untuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma bkp/jkp adalah harga jual/penggantian setelah dikurangi laba kotor

b. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata

c. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil ratarata per judul film

d. Untuk persediaan bkp yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang ppn atas perolehan aktiva tersebut dapat dikreditkan adalah harga pasar wajar

e. Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar

f. Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual

g. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan/pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

h. Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

i. Untuk jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

j. Untuk penyerahan yang dilakukan oleh pkp pedagang eceran adalah 20% x jumlah seluruh penyerahan barang dagangan.

Setelah diketahui dasar pengenaan pajaknya, baru bias kita menghitung besarnya PPN atau PPnBM terutang. Ada tiga metode/ cara menghitung PPN yaitu: 1. Metode Langsung

Metode langsung ini dengan cara mengalikan secara langsung tarif pajak pertambahan nilai dengan dasar pengenaan pajak. Hasil perkalian ini akan menghasilkan Pajak Masukan (PPN Masukan) atau Pajak Keluaran (PPN Keluaran). Pajak Masukan adalah pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak. Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak. Misalnya suatu produk harga jualnya sebesar Rp 10 juta tanpa diskon, maka besarnya PPN terutangnya sebesar : 10% X Rp 10 juta = Rp 1 juta. Jika transaksi ini adalah pembelian maka harus kita catat:

Pembelian 10,000,000

PPN Masukan 1,000,000

Kas/Piutang Dagang 11,000,000 2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung ini dengan cara mekanisme pengkreditan antara pajak masukan dan pajak keluaran. Apabila dalam suku Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besarbdaripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau

(15)

dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan unluk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Misalnya: Jika barang kena pajak yang dibeli seharga Rp 10 Juta dijual dengan harga Rp 15 Juta maka besarnya pajak yang terutang adalah:

PPN Masukan: 10% X Rp 10,000,000 = Rp 1,000,000 Dicatat: Pembelian 10,000,000 PPN Masukan 1,000,000 Kas/Piutang Dagang 11,000,000 PPN Keluaran : 10% X Rp 15,000,000 = Rp 1,500,000 Kas/Piutang Dagang 16,500,000 PPN Keluaran 1,500,000 Penjualan 15,000,000

Maka PPN terutang adalah = PPN Keluaran – PPN Masukan = Rp 1,500,000 – Rp 1,000,000 = Rp 500,000

Jadi kita mencatatnya :

PPN Keluaran 1,000,000

PPN Masukan 1,500,000

Hutang PPN 500,000

3. Metode Lainnya

Metode lain yang sering digunakan adalah Norma Penghitungan Penghasilan Neto baik yang belum maupun yang sudah dapat melaksanakan pembukuan. Untuk PKP pedagang eceran yaitu 2% dari total omset penjualan/penyerahan seperti yang telah dijelaskan di atas. 1. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pedagang Eceran dengan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, sebesar 80% (delapan puluh persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan Pengusaha Kena Pajak selain Pedagang Eceran, sebesar 70% (tujuh puluh persen) dikalikan dengan Pajak Keluaran. Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak, sebesar 40% (empat puluh persen) dikalikan dengan

Pajak Keluaran. Misalnya: Toko Glory menjual pakaian untuk konsumen di Blok M Square dengan omzet penjualan setahun Rp 800 juta. Dalam menghitung penghasilan neto untuk Pajak Penghasilan Joshua pemilik Toko Glory menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Selama bulan September 2008 omzet penjualannya adalah Rp 150 juta dan membeli bahan dagangannya sebesar Rp 80 juta. Penghitungan PPN atas Toko Glory untuk bulan September 2008 adalah sebagai berikut:

(16)

Jika Menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Peredaran Usaha Usaha = Rp 150.000.000

Pajak Keluaran 10% x Rp 150.000.000 = Rp 15.000.000 Pajak Masukan 80% x Rp 15.000.000 = Rp 12.000.000

PPN Kurang Bayar = Rp 3.000.000

Jika Menggunakan Mekanisme Umum

Peredaran Usaha Usaha = Rp 150.000.000 Pajak Keluaran 10% x Rp 150.000.000 = Rp 15.000.000 Pembelian Rp 80.000.000

Pajak Masukan 10% x Rp 80.000.000 = Rp 8.000.000

PPN Kurang Bayar = Rp 7.000.000

Dalam pengkreditan masukan dengan pajak keluaran, tidak semua pajak masukan dapat dikreditkan dengan pajak keluaran. Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah sebagai berikut:

1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan

4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

5. Perolehan barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti pungutannya berupa Faktur Pajak Sederhana

6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan

7. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan

8. Perolehan Barang Kena Pajakatas Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

9. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang diketemukan pada waktu dilakukannya pemeriksaan.

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

5. Penyetoran dan Pelaporan PPN Cara Menyetorkan PPN dan PPn-BM :

1. Selambat-lambatnya tanggal 15 bulan Takwim berikutnya. Jika tanggal 15 hari libur, penyetoran dilakukan hari kerja berikutnya.

2. Untuk impor, penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya, kecuali yang dipungut pada tanggal 3 1 Maret harus disetor pada hari itu juga.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Bohari, 1995, Pengantar Hukum Pajak, Edisi Pertarna, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Buku Petunjuk Pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT

MASA PPN) Formulir 1 1 95 - Larnpiran I11 Keputusan Direktur Jenderal

Pajak No. KP. 12/PJ/1995.

Buku Petunjuk Pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT

MASA PPN) Bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran Yang Menggunakan Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak - Formulir 1 195

PE - Larnpiran IV Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KP. 12PJ11995 Endang Kiswara, 2004, “ Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003

Mulyadi, 2006, “ Perpajakan” Salemba, Edisi 4

Sukarji, Untung, 1 995, Pajak Pertambahan Nilai: Buku Panduan Kursus Brevet

A , B , C , Karya Mandiri, Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 6 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.

MITRAINFO – Jakarta – 2000

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dapat dipertegas bahwa pemerintah telah menjalankan perannya sesuai dengan kapasitasnya sebagai regulator untuk melakukan intervensi dalam pasar dan dunia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi morfometri dari Rajungan yang meliputi panjang karapas, lebar karapas, dan berat tubuh serta mengetahui aspek

Parfum Laundry Aceh Tengah Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI PANGSA PASAR PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Keperluan

Anda akan melihat bahwa Anda harus menggunakan literatur untuk menjelaskan penelitian Anda - setelah semua, Anda tidak menulis tinjauan literatur  hanya untuk memberitahu pembaca

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada para informan penulis, yakni Juanico Soares, Yustina Soares, Aniceto Benigno Soares, dan Constantino Soares yang telah dengan

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB hingga triwulan III-2016, Pembentukan Modal Tetap Bruto menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,38 poin, diikuti

Tujuan strategis Kemendiknas tahun 2010--2014 dirumuskan berdasarkan jenjang layanan pendidikan dan sistem tata kelola yang diperlukan untuk menghasilkan layanan

Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu.Dalam penelitian ini akan dilakukan rancang bangun