• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KLASIFIKASI KHASIAT FORMULA JAMU DENGAN METODE VOTING FEATURE INTERVAL 5 YUDA RISTYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM KLASIFIKASI KHASIAT FORMULA JAMU DENGAN METODE VOTING FEATURE INTERVAL 5 YUDA RISTYAWAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KLASIFIKASI KHASIAT FORMULA JAMU

DENGAN METODE VOTING FEATURE

INTERVAL 5

YUDA RISTYAWAN

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sistem Klasifikasi Khasiat Formula Jamu dengan Metode Voting Feature Interval 5 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Yuda Ristyawan

(4)

ABSTRAK

YUDA RISTYAWAN. Sistem Klasifikasi Khasiat Formula Jamu dengan Metode

Voting Feature Interval 5. Dibimbing oleh WISNU ANANTA KUSUMA dan

AZIZ KUSTIYO.

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang terdiri atas dedaunan, buah-buahan, akaran dan bahan-bahan alami lainnya. Jamu memiliki banyak variasi formula yang tersusun dari kombinasi ratusan tanaman obat sehingga proses klasifikasi formula jamu menjadi permasalahan yang menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah membuat sistem klasifikasi khasiat jamu berdasarkan komposisi tanaman menggunakan metode Voting Feature Intervals 5 (VFI5). Penelitian ini juga mencoba memberikan pembobotan pada tanaman penyusun formula jamu berdasarkan intensitas kemunculan tanaman pada bahan penyusun formula jamu tersebut. Hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan metode Partial Least Square Discriminant Anaysis (PLS – DA) dan metode Support Vector Machine (SVM). Metode VFI5 memiliki nilai akurasi yang sebanding dengan penelitian sebelumnya, yaitu sebesar 94%. Namun metode ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan PLS-DA dan SVM, yaitu memiliki waktu komputasi yang lebih cepat. Selain itu penelitian ini dapat digunakan untuk menemukan tanaman yang menyebabkan terjadinya kesalahan klasifikasi.

Kata kunci: Jamu, obat herbal, obat tradisional, klasifikasi, VFI5

ABSTRACT

YUDA RISTYAWAN. A Classification System for Jamu Efficacy Using Vector Feature Intervals 5. Supervised by WISNU ANANTA KUSUMA and AZIZ KUSTIYO.

Jamu is Indonesian traditional medicine consisting of foliage, fruits, roots and

other ingredients natural materials. Herbal medicine has variations of formula comprising a combination of hundreds of medicinal plants herbal formula so that the classification process is an interesting issue to be investigated. The purpose of this research is to create a classification system based on the composition of medicinal properties of plants using Voting Feature Intervals 5 (VFI5) method. This study also tried to generate the weights of each plant as the important information in the formula of Jamu. The weights are yielded based on the intensity of the occurencies of plant in Jamu ingredients. The results of this study will be compared to the previous studies using Partial Least Square – Discriminant Analysis ( PLS-DA ) and Support Vector Machine (SVM). The accuracy of the proposed method is 94% comparable to those of the previous studies using PLS-DA and SVM. However, the proposed method perform faster than those of using PLS-DA and SVM in term of computation time. In addition, this research can be used to find existing plants that cause incorect results in the classification process.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

pada

Departemen Ilmu Komputer

SISTEM KLASIFIKASI KHASIAT FORMULA JAMU

DENGAN METODE VOTING FEATURE

INTERVAL 5

YUDA RISTYAWAN

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)

Penguji:

(7)

Judul Skripsi : Sistem Klasifikasi Khasiat Formula Jamu Dengan Metode Voting

Feature Interval 5

Nama : Yuda Ristyawan NIM : G64100082

Disetujui oleh

Dr Wisnu Ananta Kusuma, ST MT Pembimbing I

Aziz Kustiyo, SSi MKom Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Buono, MSi MKom Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 sampai Juni 2014 ini adalah klasifikasi khasiat formula jamu, dengan judul Sistem Klasifikasi Khasiat Formula Jamu dengan Metode Voting Feature Interval 5.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Wisnu Ananta Kusuma, ST MT dan Bapak Aziz Kustiyo, SSi MKom atas bimbingannya, Bapak Dr Farit Mochamad Afendi, SSi MSi dan Bapak Sony Hartono Wijaya, SKom MKom yang telah memberikan data dan masukan ide untuk penelitian ini, serta Bapak Ahmad Ridha, SKom MSc yang telah memberi saran. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Aries Fitriawan yang telah memberikan saran dan bimbingan secara online sehingga membantu terselesaikannya penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua penulis Krismulyono dan Sulastri serta kakak penulis, Ardyan Ristanto atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Delly, Huda, Alfat, Gerry serta seluruh keluarga besar Ilkomerz 47 dan kakak angkatan Ilkomerz 46 yang tidak dapat penulis tuliskan satu demi satu yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

Besar harapan penulis agar laporan penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan dengan lebih baik lagi.

Bogor, Juni 2014

Yuda Ristyawan

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 3

Analisis Data 4

K-Fold Cross Validation 5

Algoritme Voting Feature Interval 5 5

Pelatihan Data Menggunakan VFI5 5

Klasifikasi Voting Feature Interval 5 6

Evaluasi dan Perbandingan Hasil 7

Percobaan I Evaluasi Algoritme VFI5 7

Percobaan II Evaluasi Algoritme VFI5 8

Percobaan I Pembobotan 8

Percobaan II Pembobotan 9

Implementasi 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Pembahasan 11

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Contoh data formula jamu 8

2 Contoh data formula jamu yang sudah merujuk pada vote VFI5 8 3 Perbandingan hasil akurasi algoritme VFI5 pada Data I dan Data II 10 4 Perbandingan hasil akurasi pembobotan pada Data I dan Data II 10

DAFTAR GAMBAR

1 Skema metode penelitian 3

2 Hubungan antara data jamu, komposisi tanaman, dan khasiat 4

3 Pseudocode algoritme pelatihan VFI5 6

4 Pseudocode algoritme klasifikasi VFI5 7

5 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Evaluasi

Algoritme VFI5 pada Data I 11

6 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Evaluasi

Algoritme VFI5 pada Data II 12

7 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Pembobotan VFI5

pada Data I 12

8 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Pembobotan VFI5

pada Data II 13

9 Perbandingan akurasi Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5 dan

Percobaan Pembobotan pada Data I 13

10 Perbandingan akurasi Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5 dan

Percobaan Pembobotan pada Data II 14

11 Perbandingan akurasi antara metode PLS-DA, SVM dan VFI5 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh vote VFI5 yang dapat menentukan tanaman yang sesuai

dengan suatu khasiat 17

2 Daftar tanaman berdasarkan khasiatnya yang merupakan hasil

pengklasifikasian menggunakan VFI5 18

3 Visualisasi hubungan antara tanaman dengan khasiatnya 22 4 Daftar formula jamu yang digunakan untuk mencoba sistem 23

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Jamu sebagai salah satu bentuk pengobatan tradisional, memegang peranan penting dalam pengobatan penduduk di negara berkembang. Diperkirakan sekitar 70%–80% populasi di negara berkembang memiliki ketergantungan pada obat tradisional (Wijisekera 1991; Mahady 2001). Khasiat jamu telah teruji oleh waktu, zaman dan sejarah, serta bukti empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun (Winarno 1997). Secara umum jamu dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek samping. Namun belum ada bukti ilmiah yang menjelaskan keterkaitan antar formula dan komposisi bahan bahan alami dengan khasiatnya. Berbeda dengan jamu, saat ini TCM (Traditional Chinese Medicine) memiliki dua fitur yang potensial dan berbeda yaitu dapat diprediksi dan sistematis. Pendekatan ini berbeda dengan metode tradisional “trial and error”. Pendekatan statistika ini dapat membuat proses penemuan obat diprediksi karena kemampuan komputasi pendekatan ini dan kapasitas untuk mengelola data yang besar. Selain itu pendekatan ini juga berbeda dari metode reduksionis dan dapat membuat penelitian sistematis formula herbal tercapai (Li dan Zhang 2013). Jamu sebagai jenis pengobatan yang sama dengan TCM akan diubah menuju arah baru moderinisasi obat herbal yang lebih sistematis dan ilmiah.

Pendekatan sistematis sudah dilakukan oleh Afendi et al. (2010) melalui penelitian menggunakan pendekatan statistika sehingga ditemukan suatu hubungan antara komposisi tanaman dan khasiatnya. Penelitian tersebut menghasilkan sebuah hipotesis bahwa sebuah formula jamu harus terdiri atas 4 tanaman, yaitu 3 tanaman pendukung (tanaman yang masing masing memiliki karakteristik analgesik, antimikroba, dan anti-peradangan) dan tanaman utama yang memiliki efek langsung dengan penyakit sehingga harus memiliki khasiat tertentu. Selanjutnya Afendi et al. (2012) melakukan penelitian lebih lanjut pada 3138 sampel jamu dan mengandung 1 sampai 16 sampel tanaman yang diambil dari 465 tanaman menggunakan metode Partial Least Squares Discriminant Analysis (PLS-DA) yang diklasifikasikan ke dalam 9 jenis efficacy atau khasiat. Klasifikasi menggunakan metode ini menunjukan variasi formula jamu dengan akurasi 5-fold cross validation sebesar 71.6%. Akurasi meningkat secara signifikan setelah dilakukan data cleaning (94.21%) (Afendi et al. 2012). Selanjutnya Fitriawan (2013) juga melakukan penelitian terhadap hubungan komposisi dan khasiat jamu menggunakan metode Support Vector Machine (SVM). Klasifikasi menggunakan metode ini menunjukkan bahwa akurasi metode SVM lebih rendah dibandingkan dengan metode PLS-DA pada data yang belum direduksi, yaitu sebesar 71%, tetapi memiliki akurasi yang lebih tinggi pada data yang telah direduksi, yaitu sebesar 95.34%.

Dari hasil pengujian, diperoleh bahwa bebrapa hasil prediksi khasiat dari kedua metode masih memberikan kesimpulan yang berbeda, sehingga irisan terhadap hasil dari kedua metode tersebut yang diimplementasikan pada aplikasi berbasis web Sistem Informasi Indonesia Jamu Herbs (SIIJAH), hanya

(12)

2

menginformasikan kandidat formula jamu dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah metode yang dapat memperkuat hasil prediksi khasiat sebuah formula jamu. Irisan yang terbentuk dari hasil prediksi ketiga metode tersebut dapat menginformasikan kandidat formula jamu yang lebih banyak. Dengan tiga metode, diperoleh empat kemungkinan irisan hasil prediksi, yaitu tiga irisan dari dua metode, dan satu irisan dari ketiga metode. Dengan demikian, diperoleh kandidat formula jamu untuk khasiat jamu yang lebih bervariasi.

Metode klasifikasi sangat beragam, salah satunya adalah Voting Feature

Interval 5. Algoritme VFI5 dipilih karena algoritme ini merupakan algoritme

klasifikasi dan kokoh terhadap fitur yang tidak relevan sehingga mampu memberikan hasil yang baik. Algoritme klasifikasi VFI5 merepresentasikan sebuah konsep yang mendeskripsikan konsep selang antar fitur. Hasil pengklasifikasian dengan menggunakan VFI5 pada penelitian ini akan dibandingkan dengan hasil dari metode PLS-DA yang diperoleh Afendi et al. (2012) dan hasil dari medote SVM yang diperoleh Fitriawan (2013). Oleh sebab itu, untuk melakukan perbandingan yang adil digunakan dataset yang sama seperti yang digunakan dalam penelitian Afendi et al. (2012) dan data pada penelitian Fitriawan (2013).

Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1 Apakah VFI5 mampu melakukan klasifikasi formula jamu?

2 Apakah metode VFI5 dapat menjadi metode alternatif dalam memberikan kepastian khasiat dari sebuah formula jamu?

3 Bagaimana akurasi VFI5 terhadap metode PLS-DA dan SVM?

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1 Menganalisis dan membuat sistem klasifikasi khasiat formula jamu berdasarkan komposisinya dengan metode Voting Feature Interval 5 (VFI5).

2 Membandingkan nilai akurasi antara metode SVM, metode PLS-DA serta metode VFI5.

3 Menjadi metode alternatif bagi sistem klasifikasi khasiat formula jamu yang berbeda dari metode yang sudah ada (PLS-DA, SVM).

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki sistem klasisfikasi dan penentuan khasiat formula jamu yang sudah ada yaitu Sistem Informasi Indonesia Jamu Herbs (SIIJAH). Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi suatu pemacu perkembangan pengobatan tradisional menjadi lebih baik lagi atau di kemas lebih modern.

(13)

3

Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1 Tanaman yang dikenali terbatas pada 465 jenis tanaman dari 3138 jamu hasil praproses dari penelitian sebelumnya (Afendi et al. 2010).

2 Data reduksi menggunakan data yang sama dengan penelitian sebelumnya, data ini terdiri atas 231 jenis tanaman dari 2748 jamu (Afendi et al. 2010). 3 Perhitungan peluang setiap tanaman terhadap setiap efikasi, dan akurasinya

dilakukan menggunakan pemograman PHP.

METODE

Sebuah metode dan rancangan penelitian sangat dibutuhkan pada penelitian ini agar penelitian ini menjadi penelitian yang baik. Alur kerja penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema metode penelitian

Klasifikasi Voting Feature Interval 5 Pelatihan Data menggunakan VFI5 Evaluasi Percobaan I Evaluasi algoritme VFI5 Percobaan II Evaluasi algoritme VFI5 Percobaan I Pembobotan Percobaan II Pembobotan Implementasi Analisis Data K-Fold Cross Validation Voting Feature Interval 5

(14)

4

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan data yang sama seperti yang digunakan pada penelitian Afendi et al. (2010) dan Fitriawan (2013) yaitu 3138 buah jamu yang terdaftar di Badan Pengawas obat dan Makanan (Badan POM) dan 465 jenis tanaman yang menyusun data formula jamu. Pada mulanya terdapat 6533 data jamu. Setelah melalui tahap praproses berupa penghapusan redudansi data sebanyak 1223 buah jamu maka diperoleh 5310 buah jamu. Namun sama dengan penelitian Afendi

et al. (2010) dan Fitriawan (2013), penelitian ini mengambil 3138 data jamu yang

dianggap mewakil data yang dibutuhkan untuk dianalisis, selanjutnya data ini disebut Data I. Penelitian ini juga menggunakan data yang sama dengan Fitriawan (2013) yang merupakan data yang telah direduksi melalui proses data cleaning yang didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya. Data ini terdiri atas 231 jenis tanaman dari 2748 jamu (Data II). Kedua data ini masing–masing tersebar ke dalam 9 jenis khasiat, yaitu urinary related problems (URI), disorder of apetite (DOA),

disorder of mood and behavior (DMB), gastrointestinal disorders (GST), female reproductive organ problems (FML), muskuloskeletal and connective tissue disorders (MSC), pain and inflammation (PIN), respiratory disease (RSP), dan wounds and skin infections (WND).

Representasi data jamu yang digunakan pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebuah formula akan memiliki kombinasi dari beberapa tanaman. Komposisi tanaman penyusun sebuah tanaman ditandai dengan nilai biner. Jika sebuah tanaman menyusun suatu formula maka akan diberi nilai 1, sebaliknya jika tanaman tersebut tidak menjadi penyusun sebuah formula, maka nilai tanaman tersebut ditetapkan sebagai 0. Tabel 1 menunjukan contoh fitur data jamu, J1 sampai JN mewakili sampel jamu dan P1 sampai Pk mewakili komposisi tanaman yang digunakan. Sebagai contoh, jamu J3 disusun oleh P1 dan P3 memiliki khasiat yang diwakili dengan khasiat ke-3 (disorder of mood and behavior).

(15)

5 K-Fold Cross Validation

Pelatihan data dilakukan menggunakan metode VFI5. Untuk mencari akurasi dari data latih digunakan metode K-Fold Cross Validation dengan nilai K sebesar 5. Pada seluruh data set yang ada dibagi menjadi 5 subset yaitu fold 1, fold 2, fold 3, fold 4, dan fold 5. Pembagian subset dilakukan secara merata dan diambil secara acak. Setelah pembagian subset, data akan dilatih secara berulang dan pada setiap pengulangan empat fold akan menjadi data latih, sedangkan satu fold akan menjadi data uji. Hal ini akan dilakukan terus menerus sampai semua subset atau fold berperan sebagai data uji dan data latih. Dalam setiap pengulangan akan dihitung nilai akurasi dan akurasi terakhir diperoleh dari nilai rata–rata akurasi setiap perulangan. Hal ini dilakukan untuk mencari nilai akurasi yang terbaik. Proses ini diterapkan pada kedua jenis data.

Algoritme Voting Feature Interval 5

Voting Feature Interval generasi 5 adalah algoritme klasifikasi non-incremental dan supervised yang merepresentasikan deskripsi sebuah konsep oleh

sekumpulan interval nilai-nilai fitur atau atribut. Klasifikasi instance baru dilakukan berdasarkan voting pada klasifikasi yang dibuat oleh nilai tiap-tiap fitur secara terpisah (Demiroz dan Guvenir 1997). Algortima VFI5 membuat interval yang berupa range atau point interval yang terdiri atas seluruh end point secara berturut-turut untuk setiap feature. Range interval terdiri atas nilai-nilai antara 2 end

point yang berdekatan namun tidak termasuk kedua end point tersebut. Keunggulan

algoritme VFI5 adalah algoritme ini cukup kokoh (robust) terhadap fitur yang tidak relevan namun mampu memberikan hasil yang baik pada real-world datasets yang ada. VFI5 mampu menghilangkan pengaruh yang kurang menguntungkan dari fitur yang tidak relevan dengan mekanisme voting-nya (Guvenir 1998).

Pelatihan Data Menggunakan VFI5

Proses pelatihan ini bertujuan mencari model yang akan digunakan untuk proses klasifikasi sehingga dihasilkan selang pada setiap fitur. Nilai-nilai dari fitur yang diberikan diwakili oleh sebuah selang. Sebuah selang fitur dapat dihasilkan jika end point pada selang diketahui terlebih dahulu. Fitur liniear dan fitur nominal memiliki cara yang berbeda dalam menemukan end point. End point pada fitur liniear dapat diketahui dengan cara mencari nilai maksimum dan minimum pada fitur tersebut untuk setiap kelas. Nilai nilai fitur liniear memiliki urutan dan dapat dibandingkan tingkatannya. Sebaliknya, fitur nominal memiliki nilai-nilai yang tidak memiliki urutan dan tidak dapat dibandingkan tingkatannya. Untuk menentukan end point pada fitur nominal dengan cara mencatat semua nilai yang berada pada fitur tersebut. Fitur nominal hanya menghasilkan point interval saja, sedangkan fitur linear, selangnya menghasilkan point interval dan range interval serta jumlah maksimal end point.

Setiap selang i dari sebuah fitur f dihitung jumlah instance pelatihan setiap kelas c yang jatuh pada selang i dan hasilnya disimpan sebagai interval_class_count [f,i,c]. Hasil dari proses ini merupakan vote kelas c pada selang i. jumlah instance

(16)

6

untuk setiap kelas c dapat berbeda-beda, sehingga dilakukan normalisasi pada vote kelas c untuk fitur f dan selang i, untuk menghilangkan efek perbedaan distribusi setiap kelas. Normalisasi dilakukan dengan cara membagi jumlah instance pelatihan setiap kelas c yang ada pada selang i sebuah fitur f dengan jumlah instance pada setiap kelas c, kemudian hasilnya disimpan sebagai interval_class_vote [f,i,c]. Nilai yang ada pada interval_class_vote[f,i,c] dinormalisasi kembali sehingga jumlah vote setiap kelas c pada selang i untuk fitur f sama dengan pseudocode Algoritme pelatihan VFI5 pada Gambar 3.

Klasifikasi Voting Feature Interval 5

Setiap kelas c diberi nilai awal nol karena pada awalnya semua fitur belum memberikan vote. Jika instance pengujian jatuh pada selang tertentu untuk setiap fitur f, selang i dicari. Sebuah fitur akan bernilai 0 apabila diasumsikan tidak memberikan vote. Hal tersebut dapat terjadi jika nilai suatu fitur dari instance pengujian hilang atau tidak diketahui. Setelah instance pengujian jatuh pada selang

i, maka semua vote setiap kelas c pada selang tersebut disimpan dalam sebuah

vektor <feature_vote[f,Ci], …., feature_vote[f,Cj], …, feature_vote[f,Ck]>,

feature_vote[f,Cj] merupakan fitur untuk kelas Cj dan k adalah jumlah kelas.

Nilai-nilai vote dari setiap fitur pada selang i dijumlahkan dalam vektor vote

<vote[Ci],…,vote[Ck]> ketika instance pengujian mendapat gilirannya. Kelas

train(TrainingSet): begin

for each feature f if f is linear

for each class c

EndPoints[f] = EndPoints[f] U find_end_points(TrainingSet,f,c); sort(EndPoints[f]);

for each end point p in EndPoints[f] form a point interval from end point p

form a range interval between p and next EndPoints ≠ p

else /* f is nominal */

form a point interval for each value of ffor each interval i on feature dimension f

for each class c

interval_class_count[f,i,c] = count_instances(f, i, c); for each interval i on feature dimension f

for each class c

interval_class_vote[f,i,c] =

interval_class_count[f,i,c] / class_count[c] normalize interval_class_vote[f,i,c];

/*such that Σc interval_class_count[f,i,c]=1*/ end.

(17)

7 prediksi akan diperoleh atau diramalkan dari kelas dengan jumlah vote terbesar. Gambar 4 merupakan pseudocode Algoritme klasifikasi VFI5.

Evaluasi dan Perbandingan Hasil

Percobaan Voting Feature Interval 5 dilakukan dengan beberapa cara atau perlakuan terhadap data uji setiap fold. Hal ini dilakukan karena ada beberapa perbedaan konsep antara algoritme pelatihan Voting Feature Iterval 5 dan logika peracikan formula jamu. Penelitian ini melakukan 2 jenis percobaan yaitu percobaan untuk mengevaluasi algoritme VFI5 dan percobaan pembobotan berdasarkan intensitas kemunculan tanaman pada data.

Percobaan I Evaluasi Algoritme VFI5

Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5 dilakukan untuk melihat kinerja algoritme VFI5 terhadap data jamu yang hanya terdiri atas nilai 0 dan 1. Percobaan ini terdiri atas 2 percobaan, yaitu percobaan I dan percobaan II. Percobaan I dilakukan untuk melihat kinerja algoritme VFI5. Artinya percobaan I menggunakan aturan algoritme VFI5 secara penuh. Pada percobaan I semua data akan merujuk pada tabel vote VFI5, baik itu tanaman yang bernilai 0 ataupun 1. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 3. Jamu J3 terdiri atas tanaman P1 yang bernilai 1, tanaman P2 dan P3 yang bernilai 0, dan seterusnya sampai Pk. Jika suatu tanaman bernilai 1 maka tanaman tersebut akan merujuk ke tabel vote VFI5 yang merupakan hasil voting interval 1 pada semua khasiat, sedangkan jika suatu tanaman bernilai 0, tanaman tersebut akan merujuk ke tabel vote VFI5 yang merupakan hasil voting interval 0 pada semua khasiat.

classify(e):

/*e is example to be classified*/ begin

for each class c

vote[c]=0 */sum of vote of class c*/ for each feature f

for each class c

feature_vote[f,c]=0

/*vote of feature f for class c*/ if f value is known

i= find_interval(f, ef)

feature_vote[f, c]=interval_class_vote[f,i,c] for each class c

vote[c]= vote[c] + (feature_vote[f, c] * w(f));

return class c with highest vote[c]; end

(18)

8

Tabel 1 Contoh data formula jamu

Jamu P1 P2 P3 ... Pk

J1 1 0 0 ... 1

Dari Tabel 1 yang merupakan data uji akan merujuk ke tabel vote VFI5 sehingga diperoleh hasil seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Contoh data formula jamu yang sudah merujuk pada vote VFI5

Khasiat P1 P2 P3 ... Pk Total E1 0 0.1 0.1 ... 1 28.3 E2 0 0.1 0.2 ... 0 25.3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . E9 0 0.1 0.1 ... 0 25.3

Setelah semua nilai di Tabel 1 telah merujuk pada tabel vote VFI5, semua nilai tanaman dijumlahkan sehingga diperoleh nilai total formula jamu pada setiap khasiat. Kemudian kita pilih nilai terbesar dari semua khasiat sehingga nilai terbesar itu menunjukKan khasiat dari formula jamu tersebut, dalam kasus ini nilai total E1 adalah yang terbesar sehingga formula jamu J1 memiliki khasiat khasiat 1. Pada tanaman P1 bernilai 0, hal tersebut bukan berarti bahwa tanaman P1 tidak dipilih, melainkan nilai pada tabel vote yang merupakan hasil voting nilai 1 ada yang bernilai 0.

Percobaan II Evaluasi Algoritme VFI5

Percobaan II menggunakan perlakuan yang sedikit berbeda dengan pelatihan I yaitu tidak merujuk pada tabel vote VFI5 yang bernilai 0 atau dapat dikatakan formula jamu hanya merujuk pada tabel vote VFI5 yang bernilai 1. Untuk pengambilan keputusan prediksi pada suatu formula, dilakukan menggunakan cara yang sama dengan percobaan I evaluasi algoritme VFI5.

Percobaan I Pembobotan

Percobaan ini menggunakan metode pembobotan. Bobot yang diperoleh merupakan nilai yang menunjukan intensitas kemunculan setiap tanaman pada semua formula jamu. Bobot diperoleh dengan menggunakan rumus 1:

𝑊𝑘 = ∑ 9 𝑖=1 ∑ ∑9 𝑖=1 231 𝑘=1 (1) Wk Pki Pki

(19)

9 Dimana Wk adalah bobot tanaman k, Pki adalah jumlah voting 1 pada tanaman

ke-k pada khasiat ke-i. Pada percobaan I pembobotan ini memiliki perhitungan yang hampir sama dengan percobaan evaluasi algoritme VFI5. Setelah semua tanaman merujuk ke tabel vote VFI5 yang merupakan hasil voting interval 1, kemudian dikalikan dengan bobot setiap tanaman. Setelah itu semua nilai tanaman dijumlahkan sehingga diperoleh nilai total formula jamu pada setiap khasiat dan kemudian cari nilai terbesarnya.

Percobaan II Pembobotan

Percobaan ini dilakukan dengan mengalikan hasil rujukan setiap tanaman pada tabel Normalisasi hasil voting interval 1 dengan bobot dan kemudian menjumlahkannya dengan nilai rujukan tabel Normalisasi hasil voting interval 0. Pelatihan ini dapat juga dituliskan mengggunakan rumus 2:

NRk=(R1k*Wk)+R0k

dimana nilai NRk adalah nilai rujukan tanaman ke-k, R1k adalah rujukan tabel

vote VFI5 pada interval voting 1 terhadap tanaman ke-k, dan R0k adalah rujukan tabel vote VFI5 pada interval voting 0 terhadap tanaman ke-k.

Implementasi

Implementasi sistem dilakukan dalam lingkungan pengembangan aplikasi perhitungan VFI5 terhadap jamu menggunakan bahasa pemograman PHP dan MySQL sebagai sistem manajemen basis data. Sistem yang dikembangkan memiliki fungsi untuk melakukan perhitungan klasifikasi VFI5 untuk memperoleh

vote setiap tanaman terhadap kelas khasiat, bobot setiap tanaman, dan akurasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pembuatan Sistem Perhitungan VFI5 Menggunakan PHP

Langkah awal dari penelitian ini adalah membuat program sederhana menggunakan PHP dan MYSQL untuk mengolah data yang digunakan. Data yang digunakan harus diolah sedemikian rupa menjadi format CSV untuk dapat dimasukan ke dalam database MySQL dan kemudian diolah menggunakan program sederhana pengolahan data menggunakan VFI5 berbasis PHP.

(20)

10

Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5

Percobaan evaluasi algoritme VFI5 dilakukan untuk menguji penerapan algoritme VFI5 terhadap konsep peracikan formula jamu. Hasil dari percobaan evaluasi algoritme VFI5 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan hasil akurasi algoritme VFI5 pada Data I dan Data II

Fold ke-

Data I Akurasi(%)

Data II Akurasi(%)

Percobaan I Percobaan II Percobaan I Percobaan II

Fold 1 50.0 53.5 94.0 86.7 Fold 2 52.1 51.1 91.6 89.1 Fold 3 56.2 52.4 89.5 86.9 Fold 4 58.4 52.5 92.4 89.3 Fold 5 57.9 55.8 92.2 88.2 Rata – Rata 54.9 53.1 91.9 88.0

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa percobaan I evaluasi algoritme VFI5 yang sepenuhnya menggunakan aturan algoritme VFI5 mempunyai hasil akurasi lebih baik dibandingkan percobaan II evaluasi algoritme VFI5 yang hanya menggunakan tabel vote VFI5 pada interval 1 saja.

Percobaan Pembobotan

Percobaan pembobotan ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis bahwa intensitas kemunculan suatu tanaman pada dataset dapat digunakan sebagai pembobotan awal. Pembobotan awal ini dilakukan karena data yang digunakan hanya berupa data 0 dan 1 sehingga penelitian ini mencoba menambahkan bobot pada setiap tanaman dengan harapan terjadi perubahan akurasi. Hasil dari percobaan pembobotan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan hasil akurasi pembobotan pada Data I dan Data II

Dari Tabel 4 dapat terlihat bahwa Percobaan I pembobotan yang melakukan pembobotan pada semua vote VFI5 lebih baik dibandingan percobaan II pembobotan yang hanya melakukan pembobotan pada vote interval 1 saja.

Fold ke-

Data I Akurasi(%)

Data II Akurasi(%)

Percobaan I Percobaan II Percobaan I Percobaan II

Fold 1 47.0 31.9 82.9 48.7 Fold 2 47.8 32.6 86.7 50.9 Fold 3 50.2 32.8 82.0 53.3 Fold 4 51.5 32.5 88.9 46.1 Fold 5 50.4 32.4 86.7 49.3 Rata – Rata 49.6 32.4 85.4 49.7

(21)

11 Klasifikasi VFI5

Penelitian ini menghasilkan vote VFI5 yang nantinya digunakan untuk melakukan prediksi pada sistem. Vote VFI5 pada interval 1 dapat digunakan sebagai acuan untuk mengelompokan tanaman yang sesuai dengan suatu khasiat. Nilai vote VFI5 yang memiliki akurasi 94% dapat dilihat di Lampiran 1. Daftar tanaman yang telah diklasifikasikan berdasarkan khasiatnya menggunakan VFI5 dapat dilihat di Lampiran 2.

Pembahasan Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5

Pada percobaan evaluasi algoritme VFI5 dapat terlihat bahwa pada hampir setiap fold percobaan I memiliki akurasi lebih baik daripada percobaan II untuk kedua jenis data (Data I dan Data II). Hal ini membuktikan bahwa hipotesis awal mengenai perbedaan antara konsep algoritme VFI5 dengan konsep peracikan jamu adalah salah. Pada algoritme VFI5 memiliki konsep melakukan voting pada setiap interval nilai (0 dan 1) kemudian melakukan perhitungan dengan merujuk pada vote setiap fitur pada setiap interval nilai. Sedangkan pada logika peracikan, sebuah tanaman akan memiliki nilai 1 pada data jikatanaman tersebut menyusun suatu formula jamu, sehingga secara logika jika menggunakan VFI5, kita hanya merujuk pada tabel vote VFI5 dengan interval 1 saja. Akan tetapi, pada penelitian ini telah dibuktikan bahwa konsep peracikan formula jamu tidak berlaku pada algoritme VFI5. 5 0 .0 % 5 2 .1 % 5 6 .2 % 5 8 .4 % 5 7 .9 % 5 3 .5 % 5 1 .1 % 5 2 .4 % 5 2 .5 % 5 5 .8 % 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% F O L D 1 F O L D 2 F O L D 3 F O L D 4 F O L D 5 A KU RA S I FOLD

Data I Percobaan I Evaluasi Agloritma VFI5 Data I Percobaan II Evaluasi Agloritma VFI5

Gambar 5 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Evaluasi Algoritme VFI5 pada Data I

P erba ndi nga n aku rasi Per cob aan I dan Per cob aan II Pe P erba ndi nga n aku rasi Per cob aan I dan Per cob aan II Pe Algoritme Algoritme

(22)

12

Percobaan Pembobotan

Percobaan pembobotan ini dapat terlihat bahwa percobaan I pembobotan memiliki akurasi lebih baik dibandingkan percobaan II pembobotan. Hal ini dikarenakan pembobotan pada percobaan I dilakukan di semua tabel vote baik pada interval 0 maupun interval 1. Ini berarti bahwa percobaan I pembobotan memiliki konsep yang sama dengan percobaan I evaluasi algoritme VFI5, namun yang membedakan pada percobaan I pembobotan semua vote dikalikan dengan bobot masing masing tanaman. sedangkan pada percobaan II pembobotan, bobot hanya dikalikan dengan vote VFI5 yang berinterval 1 saja sedangkan vote VFI5 yang berinterval 0 tidak dikalikan dengan bobot namun pada proses perhitungan VFI5,

vote interval 0 tetap digunakan.

9 4 .0 % 9 1 .6 % 8 9 .5 % 9 2 .4 % 9 2 .2 % 8 6 .7 % 8 9 .1 % 8 6 .9 % 8 9 .3 % 8 8 .2 % 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% F O L D 1 F O L D 2 F O L D 3 F O L D 4 F O L D 5 A KU RA S I FOLD

Data II Percobaan I Evaluasi Agloritma VFI5 Data II Percobaan II Evaluasi Agloritma VFI5

Gambar 6 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Evaluasi Algoritme VFI5 pada Data II

4 7 .0 % 4 7 .8 % 5 0 .2 % 5 1 .5 % 5 0 .4 % 3 1 .9 % 3 2 .6 % 3 2 .8 % 3 2 .5 % 3 2 .4 % 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% F O L D 1 F O L D 2 F O L D 3 F O L D 4 F O L D 5 A KU RA S I FOLD

Data I Percobaan I Pembobotan Data I Percobaan II pembobotan

Algoritme

Algoritme

Gambar 7 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Pembobotan VFI5 pada Data I P erba ndi nga n aku rasi Per cob aan I dan Per cob aan II Pe mb obo tan VFI 5 pad a Dat a II Algoritme

(23)

13

Perbandingan Hasil Percobaan Evaluasi AlgoritmeVFI5 Dengan Percobaan Pembobotan

Total percobaan yang dilakukan adalah 4 percobaan dengan rincian 2 percobaan untuk mengevaluasi algoritme VFI5 dan 2 percobaan yang lain pada percobaan pembobotan. Dari keempat percobaan tersebut percobaan I Evaluasi Agoritma VFI5 memiliki akurasi lebih baik dibandingkan 3 percobaan yang lain. Hal ini membuktikan bahwa algoritme VFI5 pada penelitian jamu ini tidak dipengaruhi oleh konsep awal peracikan formula jamu.

Selain itu percobaan Pembobotan memiliki hasil akurasi lebih rendah dibandingkan dengan hasil akurasi percobaan evaluasi algoritme VFI5. Hal ini

membuktikan bahwa pada penelitian ini intensitas kemunculan tanaman pada

dataset tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan pembobotan. Selain

8 2 .9 % 8 6 .7 % 8 2 .0 % 8 8 .9 % 8 6 .7 % 4 8 .7 % 5 0 .9 % 5 3 .3 % 4 6 .1 % 4 9 .3 % 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% F O L D 1 F O L D 2 F O L D 3 F O L D 4 F O L D 5 A KU RA S I FOLD

Data II Percobaan I Pembobotan Data II Percobaan II Pembobotan

5 0 .0 % 5 2 .1 % 5 6 .2 % 5 8 .4 % 5 7 .9 % 5 3 .5 % 5 1 .1 % 5 2 .4 % 5 2 .5 % 5 5 .8 % 4 7 .0 % 4 7 .8 % 5 0 .2 % 5 1 .5 % 5 0 .4 % 3 1 .9 % 3 2 .6 % 3 2 .8 % 3 2 .5 % 3 2 .4 % 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% F O L D 1 F O L D 2 F O L D 3 F O L D 4 F O L D 5 A KU RA S I FOLD

Data I Percobaan I Evaluasi Algoritma VFI5 Data I Percobaan II Evaluasi Algoritma VFI5 Data I Percobaan I Pembobotan Data I Percobaan II Pembobotan

Gambar 9 Perbandingan akurasi Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5 dan Percobaan Pembobotan pada Data I

Gambar 8 Perbandingan akurasi Percobaan I dan Percobaan II Pembobotan VFI5 pada Data II P erba ndi nga n aku rasi Per cob aan I dan Per cob P erba ndi nga n aku rasi Per cob aan I dan Per cob Algoritme Algoritme

(24)

14

itu pembobotan menggunakan intensitas kemunculan tanaman pada data set tidak bisa digunakan sebagai pengganti persentase komposisi tanaman pada setiap formula.

Klasifikasi VFI5

Klasifikasi tanaman yang dihasilkan oleh vote VFI5 dapat digunakan untuk digunakan sebagai acuan bagi para peneliti untuk menentukan tanaman yang cocok untuk setiap activity penyusun formula jamu (antiinflamantory, antibacterial,

analgesic, dan activity utama). Untuk mempermudah pengguna dalam melihat

tanaman sesuai khasiatnya, pada penelitian ini mencoba mengvisualisasikan tanaman yang sudah diklasifikasikan menggunakan perangkat lunak Gephi 0.8.2 beta sehingga diperoleh tampilan seperti Lampiran 3.

Dengan visualisasi ini, pengguna dengan mudah melihat khasiat yang terkait pada suatu tanaman. Dalam visualisasi ini terlihat setiap tanaman memiliki pola warna yang sesuai dengan khasiatnya masing-masing, serta apabila suatu tanaman memiliki beberapa khasiat, maka tanaman tersebut akan memiliki warna yang merupakan campuran dari warna khasiat-khasiatnya. Dilihat dari perbandingan hasil akurasi metode penelitian yang dilakukan Afendi et al. (2012) menggunakan PLS – DA dan metode SVM yang dilakukan Fitriawan (2013) pada Data I, metode VFI5 lebih rendah dibandingkan dengan metode lain. Pada Data I, metode PLS – DA memiliki akurasi 71.60% dan SVM memiliki akurasi 71% sedangkan metode VFI5 memiliki akurasi 54.91%. Akan tetapi pada Data II metode VFI5 memiliki akurasi yang tidak berbeda nyata yaitu sebesar 94% sedangkan metode PLS-DA 94.21 % dan metode SVM 95.34 %. Meskipun demikian, penelitian ini memiliki keunggulan tersendiri. Sistem pengolahan data yang digunakan (SIIJAH) dibuat sedemikian rupa sehingga pengguna dengan mudah dapat melakukan pelatihan data secara langsung untuk mendapatkan vote VFI5 yang baru. Tampilan antar muka pengolahan data lebih userfriendly sehingga pengguna tidak mudah menjadi bosan. Pada penelitian Afendi et al. (2012) menggunakan perangkat lunak R untuk

9 4 .0 % 9 1 .6 % 8 9 .5 % 9 2 .4 % 9 2 .2 % 8 6 .7 % 8 9 .1 % 8 6 .9 % 8 9 .3 % 8 8 .2 % 8 2 .9 % 8 6 .7 % 8 2 .0 % 8 8 .9 % 8 6 .7 % 4 8 .7 % 5 0 .9 % 5 3 .3 % 4 6 .1 % 4 9 .3 % 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% F O L D 1 F O L D 2 F O L D 3 F O L D 4 F O L D 5 A KU RA S I FOLD

Data II Percobaan I Evaluasi Algoritma VFI5 Data II Percobaan II Evaluasi Algoritma VFI5 Data II Percobaan I Pembobotan Data II Percobaan II Pembobotan

Gambar 10 Perbandingan akurasi Percobaan Evaluasi Algoritme VFI5 dan Percobaan Pembobotan pada Data II

(25)

15 mengolah data sehingga pengembang selanjutnya tidak bisa mengintegrasikan R dengan sistem SIIJAH sehingga membutuhkan hasil pengolahan dari perangkat lunak R. Sedangkan pada penelitian Fitriawan (2013) menggunakan libSVM yang bisa dikatakan sebagai metode blackbox karena pengembang selanjutnya tidak dapat melihat proses pembentukan model yang terjadi pada LibSVM.

Pengujian Prediksi Sistem

Untuk mengetahui hasil prediksi menggunakan metode VFI5, sistem yang dibuat telah dicoba untuk memprediksi 50 jenis formula jamu yang sama digunakan pada penelitian Fitriawan (2013). Formula jamu yang digunakan untuk mencoba sistem dapat dilihat pada Lampiran 3. Formula jamu tersebut diuji menggunakan

vote VFI5 yang dihasilkan dari pengolahan Data I dan Data II. Hasil prediksi masih

menampilkan hasil yang beragam untuk setiap jenis data. Hal ini dikarenakan jumlah data pada Data I dan Data II berbeda karena tanaman yang digunakan pada Data I tidak semuanya digunakan pada tanaman II.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini telah berhasil mengembangkan sistem klasifikasi khasiat jamu dengan menggunakan metode VFI5. Akurasi sistem yang dikembangkan ini adalah 94%, dapat disejajarkan dengan akurasi sistem klasifikasi formula jamu yang sudah dikembangkan sebelumnya, yaitu sistem yang menggunakan SVM (Fitriawan 2013) dan PLS-DA (Afendi et al. 2012). Selain itu, sistem formulasi jamu menggunakan metode VFI5 ini memberikan kemudahan dalam melakukan pelatihan data, sehingga pengguna dapat dengan mudah mengubah data latih. Penelitian ini juga berhasil mengelompokkan tanaman sesuai khasiat yang dimiliki oleh tanaman tersebut serta mengvisualisasikan klasifikasi tanaman tersebut. Pengelompokan tanaman ini dapat membantu peneliti untuk memilih kandidat formula jamu yang akan diuji dalam tahap selanjutnya, yaitu uji in vivo dan in vitro.

71.6% 71.0% 54.9% 94.2% 95.3% 94.0% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 90.0% 100.0% PLS-DA SVM VFI5 A k u rasi Metode Data I Data II

(26)

16

Saran Saran untuk penelitian selanjutnya:

1 Mencoba penelitian jamu menggunakan data yang lebih representatif yaitu data yang memiliki informasi komposisi setiap tanaman pada suatu formula sehingga apabila penelitian selanjutnya akan mencoba menggunakan VFI5 lagi, maka interval yang dimiliki akan lebih bervariasi

2 Lebih menitikberatkan pada bagian penelitian praproses data jamu bagi penelitian selanjutnya serta mencoba melakukan optimasi pada hasil klasifikasinya menggunakan Ant colony algorithm.

3 Melakukan pengujian in vivo dan in vitro pada hasil prediksi formula jamu yang dihasilkan pada metode VFI5 sehingga dapat dilihat akurasi prediksi dari metode VFI5

DAFTAR PUSTAKA

Afendi FM, Darusman LK, Hirai A, Amin MA, Takahashi H, Nakamura K, Kanaya S. 2010. System biology approach for elucidating the relationship between Indonesia herbal plants and the efficacy of jamu. Di dalam: Fan W, Hsu W, Webb GI, Liu B, Zhang C, Gunopulos D, Wu X, editor. 2010 IEEE

International Conference on Data Mining Workshops; 2010 Des 14; Sydney,

Australia. Sydney (AU): Conference Publishing Services.

Afendi FM, Darusman LK, Morita AH, Altaf-Ul-Amin M, Takahashi H, Nakamura K, Tanaka K, Kanaya S. 2012. Efficacy prediction of jamu formulations by PLS modeling. Curr Comput Aided Drug Des. 9(1):46-59. PubMed PMID: 23106776.

Demiröz G dan Güvenir HA. 1997. Classification by Voting Feature Intervals. http://www.cs.ucf.edu/~ecl/papers/demiros97classification.pdf. [Mei 2014]. Guvenir HA. 1998. A Classification Learning Algorithm Robust to Irrelevant

Features. http://www.cs.bilkent.edu.tr /techreports/1998/BU-CEIS-9810.ps.gz [Mei 2014].

Fitriawan A. 2013. Sistem Klasifikasi Khasiat Formula Jamu Dengan Metode

Support Vector Machine [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Li S, Zhang B.Traditional Chinese medicine network pharmacology:theory, methodology and application. Chinese Journal of Natural Medicines 2013, 11(2): 0110-0120 doi: 10.3724/SP.J.1009.2013.00110

Mahady GB. 2001. Global harmonization of health claim. J.Nutr. 131:1120S – 1123S.

Wijisekera ROB. 1991. Plant – derived medicines and their role in global health. Di dalam: Wijisekera ROB, editor. The Medicinal Plant Industry. Florida(USA):CRC Press. Hlm 1 – 18.

Winarno FG. 1997. Naskah Akademis Keamanan Pangan. Bogor(ID), Institut Pertanian Bogor.

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh vote VFI5 yang dapat menentukan tanaman yang sesuai dengan suatu khasiat

Efficacy E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 P0001 0.000 0.000 0.000 0.200 0.000 0.000 0.252 0.393 0.000 P0002 0.000 0.000 0.000 0.080 0.000 0.000 0.000 0.107 0.000 P0003 0.000 0.005 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0004 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.214 0.000 P0006 0.154 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0007 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.018 P0013 0.000 0.000 0.000 0.000 0.013 0.000 0.000 0.000 0.000 P0020 0.000 0.000 0.000 0.000 0.007 0.000 0.000 0.000 0.000 P0021 0.000 0.000 0.000 0.000 0.129 0.000 0.000 0.000 0.000 P0026 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.014 0.000 0.000 0.000 P0029 0.000 0.224 0.400 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0031 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0033 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.009 0.000 0.000 P0034 0.000 0.000 0.000 0.061 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0040 0.000 0.000 0.000 0.000 0.070 0.000 0.000 0.000 0.018 P0042 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.018 P0044 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.070 P0045 0.038 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.060 0.000 P0048 0.000 0.000 0.000 0.000 0.007 0.000 0.000 0.000 0.000 P0053 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.061 P0055 0.000 0.000 0.000 0.024 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0059 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.012 0.000 P0061 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.431 0.000 0.000 0.000 P0066 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.123 P0067 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.008 0.000 0.000 0.000 P0068 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.226 0.298 0.000 P0072 0.019 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 P0073 0.000 0.005 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

(28)

18

Lampiran 2 Daftar tanaman berdasarkan khasiatnya yang merupakan hasil pengklasifikasian menggunakan VFI5

Khasiat 1 : Urinary Related Problems Khasiat 2 : Disorder of Apetite Orthosiphon stamineus Strobilanthes crispus Sonchus arvensis Imperata cylindrica Phyllanthus urinaria Serenoa repens Plantago major Soya max Cucurbita pepo Merremia mammosa Zea mays Smilax zeylanica Pygeum africanum Solanum lycopersicum Paeonia suffruticosa Wolfiporia extensa Prunus cerasus Alisma orientalis Guazuma ulmifolia Parameria laevigata Murraya paniculata Zingiber purpureum Curcuma heyneana Punica granatum Rheum tanguticum Kaempferia pandurata Galla lusitania Theae sinensis Curcuma aeruginosa Cassia angustifolia Caesalpinia sappan Garcinia cambogia Laminaria japonica Polygonum multiflorum Crataegus pinnatifida Cassia fistula Terminalia catappa Litsea chinensis Phyllanthus acidus Khasiat 3 : Disorder Of Mood And

Behavior

Khasiat 4 : Gastrointestinal Disorders Valeriana javanica Zingiber purpureum Myristica fragrans Baeckea frutescens Carica papaya Eleutherococcus senticosus Polygala glomerata Ipomoea reptana Leucas lavandulifolia Brassica nigrae Melaleuca leucadendra Foeniculum vulgare Cocos nucifera Andrographis paniculata Morinda citrifolia Nigella sativa Clausena anisum-olens Curcuma aeruginosa Allium sativum Phaleria papuana Psidium guajava Momordica charantia Apium graveolens Olea europaea Symplocos odoratissima Pandanus conoideus Daucus carota Spirulina Magnolia officinalis Schisandra chinensis

(29)

19 Silybum marianum Syzygium cumini Pandanus amaryllifolius Citrus amblycarpa Grewia salutaris Euphorbia thymifolia Khasiat 5 : Female Reproductive Organ

Problems

Khasiat 6 : Muskuloskeletal And Connetive Tissue Disorders

Curcuma longa Parameria laevigata Piper betle Lepiniopsis ternatensis Punica granatum Coriandrum sativum Galla lusitania Kaempferia pandurata Quercus lusitanica Tamarindus indica Areca catechu Baeckea frutescens Nigella sativa Kaempferia angustifolia Pluchea indica Elephantopus scaber Terminalia bellirica Sauropus androgynus Nyctanthes arbor-tritis Curcuma zedoaria Ocimum sanctum Solanum verbacifolium Ligusticum acutilobum Phaseolus radiatus Psophocarpus tetragonolobus Elaeocarpus grandiflora Ficus deltoidea Tetranthera brawas Sesbania grandiflora Canangium odoratum Prunus persica Sparganium stoloniferum Garcinia atroviridis Cimicifuga racemosa Achillea santolina Artemisia cina Trifolium pratense Hemigraphis colorata Lantana camara Zingiber officinale Curcuma xanthorrhiza Piper retrofractum Kaempferia galanga Piper nigrum Zingiber aromaticum Languas galanga Myristica fragrans Eurycoma longifolia Panax ginseng Orthosiphon stamineus Syzygium polyanthum Zingiber zerumbet Oryza sativa Alpinia galanga Plantago major Cinnamomum sintok Massoia aromatica Cyperus rotundus Sonchus arvensis Equisetum debile Talinum paniculatum Dioscorea opposite Pimpinella pruatjan Sida rhombifolia Cola acuminata Panax pseudoginseng Pausinystalia yohimbe Cola nitida Justicia gendarussa Angelica sinensis Tribulus terrestris Atractylodis Macrocephala Euchresta horsfieldii Cordyceps sinensis Epimedium brevicornum Clematis chinensis Cibotium barometz Cistanches salsa

(30)

20

Spatholobus suberectus

Khasiat 7 : Pain And Inflammotion Khasiat 8 : Respiratory Disease Zingiber officinale Foeniculum vulgare Syzygium aromaticum Mentha arvensis Parkia roxburghii Cymbopogon nardus Cocos nucifera Blumea balsamifera Mentha piperita Graptophyllum pictum Helicteres isora Usnea misaminensis Alstonia scholaris Gaultheria punctata Curcuma zedoaria Gynura segetum Echinacea purpurea Carthamus tinctorius Panax pseudoginseng Moschosma polystachium Coleus scutellarioides Cinnamomum camphora Cinnamomum cassia Angelica sinensis Allium cepae Cinnamomum cullilawan Sanguisorba officinalis Commiphora myrrha Asarum sieboldii Zingiber officinale Typhonium flagelliforme Cinchona succirubra Pistacia lentiscus Sophora japonica Pinus merkusii Notopterygium incisum Rubia cordifolia Hedyotis corymbosa Zingiber officinale Glycyrrhiza uralensis Foeniculum vulgare Strobilanthes crispus Piper betle Syzygium aromaticum Mentha arvensis Clerodendron squamatum Kaempferia galanga Harpagophytum procumbens Blumea balsamifera Forsythia suspensa Clausena anisum-olens Citrus aurantium Plantago major Amomum compactum Echinacea purpurea Elephantopus scaber Merremia mammosa Piper cubeba Vitex trifolia Eriobotrya japonica Messua ferrea Costus speciosus Euphorbia hirta Illicium verum Prunus armeniaca Ceiba pentandra Abrus precatorius Nasturtium indicum Thymus vulgaris Fritillaria cirrhosa Borreria hispida Salix alba

Khasiat 9 : Wounds And Skin Infections Cocos nucifera Oryza sativa Andrographis paniculata Citrus aurantium Aloe vera

(31)

21 Hydrocotyle asiatica Santalum album Tinospora tuberculata Curcuma heyneana Citrus hystrix Strychnos ligustrina Cymbopogon nardus Rosa chinensis Pogostemon cablin Mentha piperita Vetiveria zizanioides Lavandula angustifolia Carica papaya Jasminum sambac Olea europaea Pluchea indica Trigonella foenum-graecum Cassia siamea Dioscorea opposite Aleurites moluccana Theobroma cacao Citrus sinensis Eclipta prostrata Canangium odoratum Melaleuca alternifolia Zanthoxylum acanthopodium Pachyrrhizus erosus Anacardium occidentale Aquilaria sinensis Elettaria speciosa Tagetes erecta Cassia alata Cucumis sativus Hibiscus sabdariffa Phyllanthus emblica Portulaca oleracea Vanilla planifolia Salvia coccinea

(32)

22

(33)

23 Lampiran 4 Daftar formula jamu yang digunakan untuk mencoba sistem

No. Jamu Tanaman

1 2 3 4

1 Jb0001 Tamarindus

indica Curcuma longa

Languas

galanga Piper betle

2 Jb0002 Piper retrofractum Terminalia bellirica Helicteres isora Notopterygium incisum

3 Jb0003 Mentha piperita Melaleuca alternifolia Syzygium cumini Zingiber officinale 4 Jb0004 Gaultheria

punctata Panax ginseng

Eclipta prostrata Commiphora myrrha 5 Jb0005 Zanthoxylum acanthopodium Commiphora myrrha Cola acuminata Panax pseudoginseng

6 Jb0006 Borreria hispida Terminalia bellirica Cinchona succirubra Solanum verbacifolium 7 Jb0007 Hydrocotyle

asiatica Syzygium cumini

Quercus

lusitanica Messua ferrea

8 Jb0008 Illicium verum Helicteres isora Notopterygium incisum Echinacea purpurea

9 Jb0009 Eriobotrya japonica Pistacia lentiscus Mentha arvensis Wolfiporia extensa

10 Jb0010 Sida rhombifolia Spatholobus suberectus

Canangium

odoratum Ocimum sanctum

11 Jb0011 Schisandra chinensis Crataegus pinnatifida Phellodendron chinense Parameria laevigata

12 Jb0012 Curcuma longa Piper nigrum Aloe vera Tamarindus indica

13 Jb0013 Apium graveolens Santalum album Zingiber officinale Canangium odoratum

14 Jb0014 Aloe vera Oryza sativa Trifolium pratense

Theobroma cacao

15 Jb0015 Nigella sativa Lavandula angustifolia

Foeniculum vulgare

Glycyrrhiza uralensis

16 Jb0016 Thymus vulgaris Punica

granatum Panax ginseng

Coriandrum sativum

17 Jb0017 Typhonium

flagelliforme Piper nigrum

Foeniculum

vulgare Plantago major

18 Jb0018 Psidium guajava Curcuma longa Alpinia

galanga Languas galanga

19 Jb0019 Melaleuca leucadendra Myristica fragrans Hydrocotyle asiatica Curcuma xanthorrhiza 20 Jb0020 Kaempferia pandurata Syzygium aromaticum Phaleria papuana Hibiscus sabdariffa

21 Jb0021 Theae sinensis Curcuma xanthorrhiza

Melaleuca

leucadendra Curcuma longa

22 Jb0022 Mentha piperita Garcinia atroviridis

Psidium guajava

Anacardium occidentale

23 Jb0023 Zingiber officinale Coriandrum sativum Phaleria papuana Garcinia atroviridis 24 Jb0024 Dioscorea opposite Anacardium occidentale Orthosiphon stamineus Morinda citrifolia

25 Jb0025 Curcuma longa Piper nigrum Tamarindus indica

Melaleuca leucadendra

26 Jb0026 Psidium guajava Curcuma longa Carica papaya Garcinia atroviridis

27 Jb0027 Tamarindus

indica Cassia alata

Phaleria papuana

Cymbopogon nardus

28 Jb0028 Psidium guajava Caesalpinia sappan

Orthosiphon

stamineus Languas galanga

29 Jb0029 Coriandrum sativum Morinda citrifolia Syzygium aromaticum Aquilaria sinensis 30 Jb0030 Guazuma ulmifolia Melaleuca leucadendra Orthosiphon stamineus Merremia mammosa 31 Jb0031 Amomum

compactum Aloe vera

Morinda citrifolia Tamarindus indica 32 Jb0032 Syzygium aromaticum Guazuma ulmifolia Melaleuca

leucadendra Cassia alata

(34)

24 1 2 3 4 33 Jb0033 Amomum compactum Orthosiphon stamineus Phaleria papuana Zanthoxylum acanthopodium 34 Jb0034 Amomum compactum Melaleuca leucadendra Languas galanga Andrographis paniculata

35 Jb0035 Orthosiphon stamineus Curcuma longa Morinda citrifolia Syzygium aromaticum

36 Jb0036 Guazuma

ulmifolia

Cinchona

succirubra Aloe vera

Phaleria papuana

37 Jb0037 Canangium

odoratum Piper betle

Curcuma xanthorrhiza

Melaleuca leucadendra

38 Jb0038 Mentha piperita Theae sinensis Daucus carota Psidium guajava

39 Jb0039 Orthosiphon

stamineus

Hydrocotyle asiatica

Melaleuca

leucadendra Cassia alata

40 Jb0040 Curcuma

xanthorrhiza

Syzygium aromaticum

Zingiber

officinale Psidium guajava

41 Jb0041 Aloe vera Phaleria papuana

Mentha piperita

Merremia mammosa

42 Jb0042 Psidium guajava Canangium odoratum Mentha piperita Hibiscus sabdariffa 43 Jb0043 Kaempferia pandurata Curcuma xanthorrhiza Melaleuca

leucadendra Curcuma longa

44 Jb0044 Phaleria papuana Piper betle Curcuma xanthorrhiza Zanthoxylum acanthopodium 45 Jb0045 Tamarindus indica Phaleria papuana Mentha

piperita Theae sinensis

46 Jb0046 Piper betle Psidium guajava Piper nigrum Mentha piperita

47 Jb0047 Phaleria papuana Mentha piperita Theae sinensis Daucus carota

48 Jb0048 Curcuma xanthorrhiza Syzygium aromaticum Zingiber officinale Morinda citrifolia

49 Jb0049 Aloe vera Mentha piperita Merremia

mammosa Psidium guajava

50 Jb0050 Psidium guajava Mentha piperita Theae sinensis Tamarindus indica

keterangan indeks prediksi

1 = urinary related problems (URI) 2 = disorder of apetite (DOA)

3 = disorder of mood and behavior (DMB) 4 = gastrointestinal disorders (GST)

5 = female reproductive organ problems (FML)

6 = muskuloskeletal and connective tissue disorders (MSC) 7 = pain and inflammation (PIN)

8 = respiratory disease (RSP)

(35)

25

Tampilan pemilihan efikasi dan jumlah formula

Tampilan pemilihan tanaman

Tampilan pengungahan file data uji dan data latih Lampiran 5 Screenshot tampilan aplikasi

(36)

26

Tampilan nilai vote dari setiap tanaman pada semua efikasi dan intervalnya

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul pada tanggal 7 November 1992 dari pasangan Krismulyono dan Sulastri. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Kebumen dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten praktikum Rangkaian Digital pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Penerapan Komputer pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif mengajar mata kuliah Fisika di responsi yang diselenggarakan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Kegiatan lain penulis adalah sebagai Ketua Redaksi majalah Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Pada bulan Juli-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Pusat Studi Biofarmaka IPB dalam pengembangan aplikasi Sistem Informasi Indonesia Jamu Herbs, yaitu sebuah aplikasi untuk meracik formula jamu menggunakan konsep komputasi dan statistika. Penulis juga pernah sebagai pemakalah di Seminar Nasional dan Rapat Tahunan IPB dalam memaparkan makalah yang berjudul Sistem Klasifikasi Khasiat Formula Jamu menggunakan metode VFI5.

Gambar

Gambar 1 Skema metode penelitian
Gambar 2  Hubungan antara data jamu, komposisi tanaman, dan  khasiat
Gambar 3 Pseudocode algoritme pelatihan VFI5
Gambar 4 merupakan pseudocode Algoritme klasifikasi VFI5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2014 tentang Standar Nasional PAUD. Kurikulum 2013 PAUD terdiri atas: 1) Kerangka Dasar Kurikulum; 2) Struktur Kurikulum; 3) Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak; 4)

Berdasarkan rencana operasi penambangan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dan biaya yang minimal PTBA melakukan kajianbiaya yang digunakan untuk mencapai

Untuk memperoleh gambaran mengenai seberapa besar laba yang diperoleh maupun tingkat kesehatan suatu perusahaan, dapat dilihat dari laporan keuangan.. Laporan keuangan

Sedangkan skor 5 (lima) sampai dengan 1 (satu) dari Sangat Tidak Setuju (STS) sampai dengan Sangat Setuju (SS) untuk pernyataan yang bersifat negatif. Elvinaro

6 Adapun prosedur pelaksanaan pembelajaran membaca notasi balok pada lagu “Burung Tantina” dengan menggunakan metode drill adalah sebagai berikut: pada tahap Persiapan

Telah terealisasi sistem kontrol otomatis untuk mengendalikan motor DC berbasis Fuzzy Logic (karakterisasi suhu dan jarak) dengan rentang input suhu dari 20-40ºC, jarak

[r]

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa Temperatur likuifikasi, waktu fermentasi dan kandungan gula pada pati sorgum sangat mempengaruhi