• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK masing-masing berkisar antara: 18-20%, 8-10%, 14%, 2% dan 2%. Kata kunci : Pupuk, jeruk keprok, karakteristik tanah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK masing-masing berkisar antara: 18-20%, 8-10%, 14%, 2% dan 2%. Kata kunci : Pupuk, jeruk keprok, karakteristik tanah."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI PUPUK MAJEMUK UNTUK TANAMAN JERUK KEPROK BERDASARKAN KEBUTUHAN TANAMAN DAN

KARAKTERISTIK TANAH

(Formulation of Compound Fertilizers for Keprok Citrus Plant Based on Crop Requirement and Soil Characteristics)

Enggis Tuherkih, Djoko Santoso dan Joko Purnomo BALAI PENELITIAN TANAH BOGOR

ABSTRAK

Kesuburan tanah, jenis, dan jumlah pupuk yang diberikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat produksi dan kualitas jeruk keprok. Banyak jenis pupuk majemuk yang beredar masih bersifat umum dan belum spesifik tanah dan tanaman, sehingga diperlukan penelitian untuk membuat formulasi pupuk khusus untuk tanaman jeruk keprok. Formula pupuk majemuk disusun berdasarkan informasi sifat-sifat tanah dan kandungan hara daun pada sentra-sentra jeruk keprok di Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian adalah menyusun formula pupuk majemuk anorganik untuk jeruk keprok berdasarkan kebutuhan tanaman dan karakteristik tanah. Tahapan kegiatan: Desk work tentang pemupukan dan kebutuhan hara tanaman jeruk keprok, penyusunan formula pupuk, menentukan jenis bahan pupuk, komposisi, dan bahan carrier, pembuatan pupuk majemuk dan analisis di laboratorium. Hasil formulasi adalah telah tersusun 6 formula pupuk untuk tanaman jeruk keprok di tiga provinsi, yaitu masing-masing dua formula untuk setiap provinsi dengan kandungan hara N, P O , K O, Mg, dan S 2 5 2

masing-masing berkisar antara: 18-20%, 8-10%, 14%, 2% dan 2%. Kata kunci : Pupuk, jeruk keprok, karakteristik tanah.

ABSTRACT

Soil fertility, type and amount of fertilizer that applied on the crop are some of the factors which determining productivity and fruit quality. Many kind of compound fertilizers in the market are not specific for a crop and a soil type, therefore it is necessary to conduct some studies to make particular formulation for citrus. The formulations were arranged based on the soil characteristics and leaf nutrients at some Keprok production areas in East Java, North Sumatera and South Borneo. The research's goal was to arrange anorganic fertilizer formulation for Keprok based on crop requirement and soil characteristics. The steps were 1) desk work about the fertilizer application, and nutrient requirement, 2) fertilizer formula

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan buah jeruk makin meningkat sejalan dengan meningkatnya kualitas hidup dan jumlah penduduk. Salah satu sebab meningkatnya impor adalah menurunnya produktivitas jeruk antara tahun 1998 - 2000 yang berkaitan dengan krisis ekonomi dan kelangkaan pupuk. Pada tahun 2000 - 2003 produktivitas jeruk keprok telah mulai membaik, meskipun secara nasional masih termasuk rendah yaitu sekitar 20 t/ha/tahun (Departemen Pertanian, 2004).

Winarno (1987) mengemukakan bahwa salah satu sebab rendahnya produksi dan mutu buah jeruk adalah pemupukan yang belum memperhatikan tingkat kesuburan tanah. Pemupukan merupakan tindakan budidaya yang penting pada tanaman jeruk, di mana pelaksanaannya harus memperhatikan kaidah efektivitas dan efisiensi pemupukan, mengingat biaya pupuk cukup tinggi, yaitu 40-60% dari biaya pemeliharaan atau 15-20% dari biaya produksi. Banyak faktor yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pemupukan, diantaranya kondisi tanah dan iklim, jenis dan umur tanaman, produktivitas tanaman, jenis dan macam hara yang dikandung dalam pupuk dan sifat pupuk itu sendiri. Pemupukan yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan, produksi, mutu buah, dan kesehatan tanaman. Semakin besar pupuk nitrogen diberikan mengakibatkan semakin kecil ukuran buah, tetapi meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan. Pemberian pupuk P dapat meningkatkan sari buah, mengurangi rasa asam sehingga rasa buah lebih manis. Pemberian pupuk K dapat memperbesar ukuran buah dan mempertebal kulit buah (Supriyanto et al., 2003).

Penggunaan pupuk tunggal secara meluas telah banyak dilakukan petani baik untuk tanaman pangan, perkebunan, maupun hortikultura. Penggunaan pupuk tunggal pada tanaman perkebunan dan hortikultura jika dilakukan tidak bersamaan atau serempak dapat menyebabkan ketidak-seimbangan hara dalam tanah, jumlah hara yang diserap, penurunan produksi, dan kualitas hasil. Selain itu pengadaan pupuk sering tidak serentak, sehingga menyulitkan petani untuk aplikasinya.

Penggunaan pupuk majemuk dapat menutup hal-hal yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pupuk tunggal. Pupuk majemuk memiliki keunggulan antara lain lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasinya di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar hara yang dibutuhkan tanaman (Seetharaman et al., 1986). Untuk mendapatkan pupuk majemuk khusus tanaman jeruk perlu dibuat formula berdasarkan kebutuhan tanaman dan dengan memperhatikan tingkat produktivitas pohon jeruk, sifat dan status kesuburan tanah,

(3)

status hara dalam tanaman, kemampuan pupuk menyediakan hara, dan tingkat efisiensinya. Selain itu, formula pupuk yang dihasilkan mampu menyediakan hara tanaman sesuai dengan stadia perkembangan tanamannya.

Dosis pupuk ditentukan berdasarkan berbagai faktor yang meliputi: jumlah zat hara yang terbawa dalam buah jeruk waktu panen, zat hara yang terimmobilisasi dalam batang dan daun, zat hara yang difiksasi oleh tanah, dan kehilangan unsur-unsur hara akibat erosi dan aliran permukaan setelah pupuk diaplikasikan.

Tujuan penelitian adalah menyusun formula pupuk majemuk anorganik untuk jeruk keprok berdasarkan kebutuhan tanaman dan karakteristik tanah.

BAHAN DAN METODE 1. Studi Pustaka

Mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan hara dan rekomendasi pemupukan untuk tanaman jeruk keprok, serta informasi sifat-sifat tanah dan kandungan hara daun pada sentra-sentra jeruk keprok di Banyuwangi (Jawa Timur), Karo (Sumatera Utara), dan Barito Kuala (Kalimantan Selatan).

2. Penetapan atau penyusunan formula pupuk majemuk.

Formula pupuk majemuk disusun dengan memperhatikan jenis dan jumlah zat hara dalam tanah dan yang diperlukan oleh tanaman untuk mencapai target yang diharapkan.

3. Pemilihan bahan pupuk majemuk dan bahan bawaannya (carrier).

Bahan baku untuk pembuatan pupuk formula yang digunakan pada penelitian ini adalah: urea, ZA, SP-36, P-alam, KCl, H BO , MgSO , ZnSO dan CuSO .3 3 4 4 4

4. Analisis di laboratorium untuk mengukur kandungan hara dalam formula pupuk majemuk meliputi kadar air dan kandungan hara.

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Pustaka

Produksi yang tinggi dan berkelanjutan dari suatu lahan pertanian hanya dapat dicapai jika unsur-unsur hara yang diangkut ke luar dari lahan pertanian melalui panen (nutrient removal) dapat diganti atau ditambahkan kembali dalam bentuk pupuk. Disamping zat hara yang terangkut melalui panen, pupuk yang diberikan juga harus dapat menyediakan cukup zat hara untuk diserap oleh tanaman agar dapat tumbuh baik dan mencapai hasil yang ditargetkan (FFTC, 2003).

Dalam penyusunan formulasi pupuk untuk tanaman jeruk keprok diawali dengan pengumpulan data dan informasi untuk mempelajari hubungan status hara tanah di sentra-sentra produksi jeruk yaitu di Banyuwangi (Jawa Timur), Karo (Sumatera Utara), dan Barito Kuala (Kalimantan Selatan). Selain itu juga mengacu pada rekomendasi umum pemupukan tanaman jeruk (Lampiran 1), karena sampai saat ini belum tersedia dosis pemupukan anjuran yang spesifik lokasi dimana sebenarnya dosis pupuk sangat dipengaruhi oleh jenis tanah dan agroklimat. Disamping dosis pupuk, dalam pemupukan perlu diketahui jenis, kualitas, komposisi unsur-unsur hara, cara dan waktu pemberian yang tepat.

Kegiatan formulasi pupuk dimaksudkan untuk membuat satu jenis pupuk yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman tertentu akan semua jenis hara pada suatu lahan. Pupuk formula hanya mengandung hara yang kurang/tidak tersedia dalam tanah. Hara dengan ketersediaan yang lebih rendah dalam tanah diberikan dengan kadar lebih tinggi dalam komposisi pupuk formula. Dengan demikian pupuk formula adalah pupuk yang diperlukan dalam sistem pemupukan berimbang. Status ketersediaan hara dalam tanah dapat diketahui dari uji tanah atau analisis daun yang merupakan cara yang efektif untuk pemupukan sepesifik lokasi dibanding cara-cara lainnya. Pupuk yang mengandung hanya satu unsur hara primer disebut pupuk tunggal. Karena pupuk formula mengandung lebih dari satu jenis unsur hara, maka pupuk ini termasuk pupuk majemuk. Pada penelitian ini pencampuran bahan baku dilakukan secara fisik sehingga merupakan pupuk majemuk campuran (mixed/blended fertilizers). Pupuk majemuk yang pencampurannya merupakan reaksi kimia dari bahan bakunya disebut pupuk majemuk kompleks (complex/compound fertilizers).

(5)

Pemilihan Bahan Dasar Formulasi Pupuk

Formula pupuk yang dibuat akan didasarkan pada informasi kandungan dan status hara tanah, target produksi, stadia tanaman, dan sifat-sifat tanah. Selain itu perlu dipertimbangkan mutu bahan baku pupuk seperti kadar hara primer, kadar hara sekunder dan kelarutan haranya. Pada dasarnya pupuk yang bermutu tinggi memiliki kadar hara dan kelarutan yang tinggi pula, selain itu pupuk tidak boleh mengandung bahan berbahaya/beracun di atas kadar yang telah ditetapkan. Pada Lampiran 1 disajikan persyaratan pupuk anorganik berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 09 tahun 2003. Bahan baku pupuk formula dipilih berdasarkan jenis hara yang diperlukan, kadar hara makro primer, makro sekunder dan mikro, serta kelarutannya. Sifat-sifat lain yang perlu dievaluasi juga adalah pH, kompatibilitas antar bahan pupuk, dan sifat-sifat lainnya (higroskopis/penguapan) yang akan mempengaruhi mutu pupuk formula yang dihasilkan dan harganya. Kompatibilitas bahan baku pembuatan pupuk majemuk dapat dilihat pada Tabel 1.

Urea digunakan sebagai bahan baku pupuk sumber hara makro primer nitrogen, SP-36 sebagai sumber hara makro primer fosfor yang reaktif. P-alam sebagai sumber hara fosfor yang kurang reaktif (slow release) dan sumber hara mikro, KCl sebagai sumber hara makro primer kalium, H BO sebagai sumber hara mikro boron, MgSO sebagai sumber 3 3 4

hara makro sekunder magnesium dan belerang, ZnSO dan CuSO berturut-turut merupakan 4 4

(6)

Tabel 1. Petunjuk Pencampuran Bahan Baku Pupuk (Sumber: Jain et al., 1992).

(Guideline to Mix Fertilizer Components (Jain et al., 1992))

Pembuatan Formula Pupuk Majemuk

Berdasarkan studi pustaka tersebut maka disusun 6 jenis formula pupuk majemuk, yaitu masing-masing dua formula untuk setiap propinsi atau lokasi penelitian. Pada dasarnya keenam pupuk formula ini dibedakan dalam komposisi hara mengingat adanya perbedaan sifat-sifat tanah antara ketiga lokasi penelitian dan kecepatan larutnya (reaktifitas). Bahan baku pupuk dengan kelarutan rendah pada umumnya memiliki harga yang rendah pula. Uji mutu bahan pupuk dan bahan carrier dilakukan dengan analisis kimia di laboratorium. Selanjutnya komposisi dari pupuk formula yang dibuat dilakukan uji mutu di laboratorium, kadar air, bentuk pupuk dan ketahanan pupuk terhadap penyimpanan.

Komposisi hara dari pupuk formula yang diinginkan disajikan pada Tabel 2. Untuk membuatnya, bobot dari setiap jenis bahan baku yang akan dicampur dihitung berdasarkan kadar hara yang dikandungnya. Pupuk majemuk Formula 1 untuk Sumatera Utara adalah 18-10-14-0-2, dan pupuk majemuk untuk Jawa Timur dan Kalimantan Selatan adalah 18-8-14-2-2. Pupuk majemuk Formula 2 untuk Sumatera Utara memberikan kadar N lebih tinggi (20% N) dan P lebih rendah (8% P O ) dari Formula 1, karena selain N diberikan dalam 2 5

X

Dapat dicampur

Dapat dicampur tidak lama sebelum pemakaian Tidak dapat dicampur (karena alasan kimia)

KCl X X K2SO4 X X K,MgSO4 X X (NH4)2SO4 X X Ca,NH4NO3 X X X X X X Urea X X X X X X X X X X SP X X NH4H2PO4 X X Basic slag X P-alam X X CaCO3 X Bahan Baku Pupuk Formula K2 S O4 K ,M g S O4 (N H4 )2 S O4 C a ,N H4 N O3 U re a S P N H4 H2 P O4 B a si c sl a g P -a la m C a C O3 K C l

(7)

bentuk urea diberikan pula dalam bentuk NH sebagai (NH ) SO . Untuk semua daerah, 4 4 2 4

pupuk Formula 1 memiliki hara P dengan reaktifitas tinggi dan ditambahkan hara mikro boron (B), seng (Zn) dan tembaga (Cu), berturut-turut sebesar 0,2; 0,1 dan 0,1 %, Pupuk Formula 2 dirancang untuk melepaskan hara P secara terkendali dengan penggunaan sumber hara P dari P-alam, disamping itu, P-alam yang digunakan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hara mikro. Keenam pupuk formula dirancang untuk memiliki kadar kalium sebesar 14% K O, mengingat bahwa tanaman jeruk keprok memerlukan banyak 2

unsur hara K.

Tabel 2. Formula Pupuk Majemuk yang Dibuat untuk Tanaman Jeruk Keprok di Sumatera Utara, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

(Compound Fertilizers Formulation for Citrus Mandarin in North Sumatera, East Java, and South Borneo)

Hasil analisis keenam pupuk formula yang dihasilkan disajikan pada Tabel 3. Perbedaan kadar hara berkisar antara 0 hingga 4% untuk hara makro, sedangkan untuk hara mikro hanya berbeda pada pupuk Sumatera Utara Formula 1 untuk hara Zn (kurang 0,07% Zn). Perbedaan ini dapat diperbaiki dengan mengubah komposisi bobot bahan baku pupuk yang digunakan. Perbedaan kadar hara hasil analisis pupuk (kadar aktual) dengan kadar hara pupuk hasil formulasi (kadar berdasarkan perhitungan kandungan hara) disajikan pada Tabel 4. Lokasi (Propinsi) Formula Kandungan Hara (%) N P2O5 K2O Mg S B Cu Zn Sumatera Utara 1 18 10 14 2 0,2 0,1 0,1 2 20 8 14 2 Jawa Timur 1 18 8 14 2 2 0,2 0,1 0,1 2 18 8 14 2 2 Kalimantan Selatan 1 18 8 14 2 2 0,2 0,1 0,1 2 18 8 14 2 2 0,1

(8)

Tabel 3. Hasil Analisis Pupuk Formula untuk Tanaman Jeruk Keprok di Sumatera Utara, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

(Result of Fertilizer Formulation Analysis for Citrus Mandarin in North Sumatera, East Java and South Borneo)

Tabel 4. Perbedaan Kadar Hasil Analisis Pupuk dengan Formula Pupuk untuk Tanaman Jeruk Keprok di Sumatera Utara, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

(The Differences of Nutrient Levels In Some Fertilizer Formulation Based on fertilizer Analysis for Citrus Mandarin in North Sumatera, East Java and South Borneo)

Kadar air pupuk majemuk Jawa Timur formula 1 perlu sedikit diturunkan dengan pengeringan bahan baku. Kandungan Ca yang merupakan hara makro sekunder pangan P merupakan nilai pupuk majemuk ini, demikian pula unsur hara mikro Fe dan Mn (Tabel 5). Pupuk formula ini aman digunakan karena mengandung logam berat Pb dan Cd jauh dibawah ambang batas maksimum yang dipersyaratkan, yaitu 500 ppm Pb dan 100 ppm Cd (S.K. Menteri Pertanian No. 09 tahun 2003).

Lokasi (Propinsi) Formula Kandungan Hara (%) N P2O5 K2O Mg S B Cu Zn Sumatera Utara 1 14 12 15 0 5 0,2 0,1 0,03 2 19 10 14 0 3 Jawa Timur 1 20 9 14 1 3 0,2 0,1 0,1 2 18 10 11 1 3 Kalimantan Selatan 1 18 8 15 1 3 0,2 0,1 0,1 2 17 9 12 1 2 0,1 Lokasi (Propinsi) Formula Kandungan Hara (%) N P2O5 K2O Mg S B Cu Zn Sumatera Utara 1 -4 +2 +1 0 +3 0 0 -0,07 2 -1 +2 0 0 +1 Jawa Timur 1 +2 +1 0 +1 +1 0 0 0 2 0 +2 -3 +1 +1 Kalimantan Selatan 1 0 0 +1 +1 +1 0 0 0 2 -1 +1 -2 +1 0 0

(9)

Tabel 5. Hasil Analisis Beberapa Unsur Lainnya dari Pupuk Formula untuk Tanaman Jeruk Keprok di Sumatera Utara, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

(Result of Other Elements Analysis from Fertilizer Formulation for Citrus Mandarin in North Sumatera, East Java and South Borneo)

KESIMPULAN

1. Telah dihasilkan 6 formula pupuk majemuk untuk tanaman jeruk keprok masing-masing 2 pupuk formula di tiga propinsi yaitu Sumatra Utara, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan dengan kandungan hara N, P O , K O, Mg, dan S masing-masing berkisar 2 5 2

antara: 18-20%, 8-10%, 14%, 2% dan 2%.

2. Perbedaan kadar hara makro hasil analisis pupuk (kadar aktual) dengan kadar hara pupuk hasil formulasi berkisar antara -4% hingga 4% dan kadar hara mikro -0,07%. 3. Dalam pembuatan formula pupuk perlu dipertimbangkan mutu bahan baku pupuk

seperti kadar hara primer, kadar hara sekunder dan kelarutan haranya.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2003. Statistik Pertanian Indonesia.

Lokasi (Propinsi) Formula Kandungan Hara Air (%) Ca (%) Fe (%) Mn (%) Pb (ppm) Cd (ppm) Sumatera Utara 1 4,8 4 0,5 0,02 10 5 2 2,2 6 0,8 0,02 9 8 Jawa Timur 1 5,5 5 0,4 0,02 6 4 2 3,4 6 0,8 0,02 6 8 Kalimantan Selatan 1 3,7 4 0,5 0,02 6 4 2 3,2 7 0,5 0,02 8 9

(10)

Sarwono, B. 1986. Jeruk dan kerabatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Seetharaman, S., B, C. Biswas, S. Maheshwari and D, S. Yadav. 1986. Handbook on Fertilizer Usage. Sixth Edition. The Fertilizer Association of India. New Delhi. 285 pp.

Supriyanto. A., M.E. Dwiastuti, A. Triwiratno, O. Endarto, dan Suhariyono. 2003. Pengelolaan terpadu, kebun jeruk sehat: Startegi pengendalian penyakit CVPD. Panduan Teknis. Lolit Tanaman Jeruk dan Hortikultura Puslitbang Hortikultura Badan Litbang Pertanian.

Winarno, M. 1987. Program Penelitian Jeruk. Risalah Lokakarya Implementasi Rehabiltasi Jeruk. Batu, p: 34.

(11)

s P em u p u k an N P K u n tu k T an am an J er u k K ep ro k ( g /p o h o n /t ah u n ). K D o sa g e fo r K ep ro k (g /p la n t/ ye a r) ) B ( 1 9 8 6 ) d an S u p ri y an to e t a l. ( 2 0 0 3 ) D o si s P u p u k ( g /p o h o n /t a h u n ) P ro d u k si (k g /p h n /t h ) N ( U re a ) N ( Z A ) P2 O5 (S P 3 6 ) P2 O5 (T S P ) K2 O ( K C L ) K N O3 (Z K ) D o lo m it 1 1 (2 5 ) 1 0 ,8 -2 1 ,6 (3 0 -6 0 ) 3 0 -6 0 (5 0 -1 0 0 ) 2 2 ,5 -4 5 (5 0 -1 0 0 ) 2 1 ,6 -4 5 (6 0 -1 2 5 ) 1 2 0 -2 4 0 (2 0 0 -4 0 0 ) 4 5 -9 0 (1 0 0 -2 0 0 ) 4 5 -9 0 (1 2 5 -2 5 0 ) 2 4 0 -3 0 0 (4 0 0 -5 0 0 ) 6 7 ,5 -2 2 5 (1 5 0 -5 0 0 ) 6 3 -1 0 8 (1 7 5 -3 0 0 ) 1 8 0 -3 6 0 (3 0 0 -6 0 0 ) 1 8 0 -3 6 0 (4 0 0 -8 0 0 ) 7 2 -1 3 5 (2 0 0 -3 7 5 ) 1 8 0 -3 6 0 (3 0 0 -6 0 0 ) 5 0 -6 7 5 (1 0 0 0 -1 5 0 0 ) 1 3 5 -1 8 0 (3 7 5 -5 0 0 ) 2 4 0 -4 8 0 (4 0 0 -8 0 0 ) 5 0 -9 0 0 (1 0 0 0 -2 0 0 0 ) 1 8 0 -3 6 0 (5 0 0 -1 0 0 0 ) 2 4 0 -4 8 0 (4 0 0 -8 0 0 ) 5 0 -9 0 0 (1 0 0 0 -2 0 0 0 ) 4 5 0 -9 0 0 (1 0 0 0 -2 0 0 0 ) 3 0 0 -6 0 0 (5 0 0 -1 0 0 0 ) 5 0 -9 0 0 (1 0 0 0 -2 0 0 0 ) 4 5 0 -9 0 0 (1 0 0 0 -2 0 0 0 ) 3 6 0 -9 0 0 (6 0 0 -1 5 0 0 ) 5 0 -9 0 0 (1 0 0 0 -2 0 0 0 ) 2 2 5 -4 5 0 (6 2 5 -1 2 5 0 ) 7 2 0 -9 0 0 (1 2 0 0 -1 5 0 0 4 5 ( 1 0 0 ) 4 0 (2 0 0 ) 1 1 ,3 (2 5 ) 1 0 0 2 0 0 9 0 ( 2 0 0 ) 8 0 (4 0 0 ) 2 2 ,6 (5 0 ) 2 0 0 4 0 0 1 3 5 ( 3 0 0 ) 1 2 0 ( 6 0 0 ) 3 3 ,9 (7 5 ) 3 0 0 6 0 0 1 8 0 ( 4 0 0 ) 1 6 0 ( 8 0 0 ) 4 5 (1 0 0 ) 4 0 0 8 0 0 2 2 5 ( 5 0 0 ) 2 0 0 ( 1 0 0 0 ) 5 6 ,3 (1 2 5 ) 5 0 0 1 0 0 0 2 7 0 ( 6 0 0 ) 2 4 0 ( 1 2 0 0 ) 6 7 ,6 (1 5 0 ) 6 0 0 1 2 0 0 3 1 5 (7 0 0 ) 2 8 0 (1 4 0 0 ) 7 8 ,9 (1 7 5 ) 7 0 0 1 4 0 0 3 6 0 (8 0 0 ) 3 2 0 (1 6 0 0 ) 9 0 (2 0 0 ) 8 0 0 1 6 0 0 4 5 0 (1 0 0 0 0 ) 4 0 0 (2 0 0 0 ) 9 0 (2 0 0 ) 1 0 0 0 2 0 0 0 7 5 7 5 7 5 -1 5 0 1 5 0 1 5 0 -5 0 0 2 5 0 3 7 5 4 0 6 0 0 3 7 5 4 5 0 6 0 8 0 0 4 5 0 6 0 0 9 0 1 0 0 0 6 0 0 7 5 0 1 2 0 1 2 0 0 7 5 0 9 0 0 1 5 0 2 5 0 1 2 5 1 2 5 5 0 2 5 3 7 5 3 7 5 3 7 5 1 0 0 5 0

(12)

Lampiran 2. Persyaratan Teknis Mutu Pupuk NPK Padat Menurut SNI 02-2803-2000.

(Qualification of Solid NPK Quality Based on SNI)

No Jenis Hara Satuan Persyaratan Minimal Maksimal

1 Nitrogen total % N 6

-2 Fosfor larut dalam asam sitrat 2% % P2O5 6

-3 Kalium % K2O 6

-4 Jumlah kadar N, P2O5 dan K2O % 30

-5 Kadar air % - 2 6 Seng % Zn - 0,50 7 Boron % B - 0,25 8 Tembaga % Cu - 0,50 9 Mangan % Mn - 0,50 10 Molibden % Mo - 0,001 11 Kobal % Co - 0,002 12 Biuret % - 1 13 Arsen ppm As - 100 14 Merkuri ppm Hg - 10 15 Kadmium ppm Cd - 100 16 Timbal ppm Pb - 500

Sumber: 1) SK Mentan No: 09/Kpts/TP.2601/2003.

2) Petunjuk Teknis: Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan

Gambar

Tabel 1. Petunjuk Pencampuran Bahan Baku Pupuk (Sumber: Jain et al., 1992).
Tabel 2. Formula  Pupuk  Majemuk  yang  Dibuat  untuk  Tanaman  Jeruk  Keprok  di  Sumatera  Utara,  Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.
Tabel 4. Perbedaan  Kadar  Hasil  Analisis  Pupuk  dengan  Formula  Pupuk  untuk  Tanaman  Jeruk  Keprok di Sumatera Utara, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan.

Referensi

Dokumen terkait

Kadar kolesterol total tikus kelompok perlakuan setelah intervensi selai kacang dengan substitusi bekatul 30% mengalami penurunan 2.94±8.51 mg/dl namun tidak bermakna

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek jus buah jambu biji dosis 2 g/ 200 g BB tikus/hari sebanyak 3 ml/ tikus yang diberikan secara peroral (p.o) dapat menurunkan kadar

I n no event shall Cer t ified Lye be liable for any claim s, losses, or dam ages of any t hird part y or for lost profit s or any special, indirect , incident al, consequent

keterampilan sosial) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI pada mata. pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun

[r]

Peningkatan tekanan operasi akan mengurangi nilai variasi debit keluaran emiter dan koefisien variasi pembuatan sepanjang lateral, Kenaikan tekanan operasi akan meningkatkan

dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman berdasarkan Undang- undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman, yaitu mengalihfungsikan prasarana,

Plagioklas tersebar sebagai masa dasar berbentuk jarum dan batang berukuran antara 0,02 mm hingga 0,20 mm, dan fenokris berbentuk pelat- pelat tabular berukuran antara