• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERUBAHAN POSISI TIDUR PADA BAYI BARU LAHIR HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERUBAHAN POSISI TIDUR PADA BAYI BARU LAHIR HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN FOTOTERAPI TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERUBAHAN POSISI TIDUR PADA

BAYI BARU LAHIR HIPERBILIRUBINEMIA DENGAN

FOTOTERAPI TERHADAP KADAR BILIRUBIN TOTAL

Tina Shinta P

STIKes Santo Borromeus, Padalarang – Jawa Barat

Jl. Parahyangan Kav.8 Blok B No.1, Kota Baru Parahyangan, Jawa Barat – Indonesia, Email: tina_shinta@yahoo.com

ABSTRAK

Hiperbilirubinemia adalah manifestasi klinis yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh perubahan posisi tidur pada bayi baru lahir yang mengalami hiperbilirubinemia dan mendapat terapi berupa fototerapi terhadap rata-rata kadar bilirubin total. Peneliti menggunakan desain quasi experimental pre-post test with control group. Peneliti menggunakan sampel sebanyak 40 bayi. Sampel tersebut terdiri dari 20 bayi kelompok intervensi dan 20 bayi kelompok kontrol. Analisis perbedaan kadar bilirubin total pada kelompok kontrol dan intervensi menggunakan

Independent t test. Hasil penelitian yang didapatkan terlihat bahwa kadar bilirubin total dari kelompok

intervensi lebih cepat turun dibandingkan kadar bilirubin total dari kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan perubahan posisi tidur agar memperluas area tubuh yang terpajan dengan sinar fototerapi.

Kata kunci : bayi baru lahir, hiperbilirubinemia, fototerapi, perubahan posisi, bilirubin

ABSTRACT

Hyperbilirubinemia is a common clinical manifestation in newborns. The purpose of the study was to identify the effect of changes in sleep position in newborns who experienced hyperbilirubinemia and phototherapy form of therapy to the average total bilirubin levels. Researchers used a quasi-experimental design of pre-post test with control group. Researcher used a sample of 40 infants. The sample consisted of 20 infants intervention group and 20 control group infants. Analysis of differences in total bilirubin levels in the control group and the intervention using the Independent t test. Research results obtained shows that the total bilirubin level of intervention group fell faster than total bilirubin levels than the control group. The study recommends changes in sleeping position of the body in order to expand the area exposed to phototherapy light.

Key words: Newborn, hyperbilirubinemia, phototherapy, position exchange and bilirubin

PENDAHULUAN

Angka kematian bayi dan balita merupakan salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Tujuan keempat dari MDGs (Millenium Development Goals) menyatakan bahwa angka kematian bayi harus dapat diturunkan

tahun 2015 (BAPPENAS, 2010). Neonatus atau bayi baru lahir (BBL) merupakan suatu fase kehidupan lanjutan dari janin yang sebeumnya berasal dari intra uterin, sehingga keberadaannya dianggap unik (Kosim dkk., 2008). Keunikan bayi baru lahir

(2)

setiap bayi memiliki kebutuhan yang berbeda dan membutuhkan bantuan orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan bayi baru lahir tersebut terutama dalam proses adaptasi dengan lingkungan. (Kosim dkk., 2008).

Kebutuhan melakukan adaptasi pada manusia bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dikarenakan bila tidak terpenuhi dapat mengakibatkan kematian atau cacat seumur hidup (Alligood & Tomay, 2006) begitu pula pada bayi baru lahir. Kondisi cacat seumur hidup pada bayi baru lahir pada akhirnya akan menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan negara.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengupayakan tindakan strategis, salah satu upaya tersebut antara lain “Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promotif dan preventif” (Riskesdas, 2010). Upaya promotif dan preventif sangat berguna dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seluruh penduduk Indonesia baik tua, muda bahkan bayi baru lahir (Kosim dkk., 2008).

Bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi yang paling sering ditemukan. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang lahir akan datang kembali ke rumah sakit untuk dirawat pada minggu pertama kehidupannya disebabkan oleh hiperbilirubinemia (Kosim dkk., 2008).

Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhadap bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al., 2010). Pemberian fototerapi yang efektif merupakan faktor utama penanganan yang cepat dari hiperbilirubinemia (Modi & Keay, 1983). Efektifitas tindakan fototerapi antara lain ditentukan oleh panjang gelombang sinar lampu, kekuatan lampu (irradiance), jarak antara lampu dengan bayi, dan luas area tubuh bayi yang terpapar sinar lampu (Stokowski, 2006).

Sistem fototerapi mampu menghantarkan sinar melalui bolam lampu fluorescent, lampu quartz halogen, emisi dioda lampu dan matres optik fiber. Keberhasilan pelaksanaan tindakan keperawatan tergantung dari efektifitas fototerapi dan minimnya komplikasi yang terjadi (Stokowski, 2006).

(3)

Pemberi asuhan dalam memberikan fototerapi bertanggung jawab dalam memastikan keefektifan penghantaran sinar (irradiance), memaksimalkan kulit yang terpapar, menyediakan perlindungan dan perawatan mata, memperhatikan dengan baik terhadap pengaturan suhu, mempertahankan hidrasi yang adekuat, meningkatkan eliminasi serta mendukung adanya interaksi orang tua dan bayi (Stokowski, 2006).

Penelitian mengenai pengaruh pemberian posisi selama fototerapi terhadap kadar bilirubin sudah banyak dilakukan di berbagai negara. Shinwell., et al (2002) menyatakan bahwa kelompok bayi yang mendapat posisi terlentang menunjukkan tingkat penurunan bilirubin yang signifikan (p value=0,024) dengan waktu pemberian yang lebih singkat (p value=0,03) yaitu antara 19-37 jam pemberian.

Madani (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kadar bilirubin total apabila jarak pemberian fototerapi pada 20 cm dan 40 cm, tetapi kadar bilirubin menurun efektif melalui pemberian sistem lampu ganda yang digunakan dan selimut fiber optik. Berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Donneborg et al., (2010) bahwa penurunan bilirubin total tidak signifikan berhubungan dengan posisi selama pemberian fototerapi. Stokowski (2011) juga menyatakan bahwa frekuensi perubahan posisi untuk memperluas area kulit yang berbeda untuk terpapar fototerapi tidak menunjukkan peningkatan efektifitas dari pemberian fototerapi dengan lampu tunggal.

Kumar et al., (2010) dalam penelitiannya merekomendasikan penelitian selanjutnya bukan hanya membandingkan jarak dan kuatnya panjang gelombang cahaya yang digunakan pada fototerapi (irradiance), tetapi juga membandingkan luasnya area tubuh yang terpapar sinar fototerapi. Academy of Pediatrics (AAP, 2011) merekomendasikan bahwa luasnya area tubuh yang terpapar fototerapi dapat dipengaruhi oleh tidak proporsionalnya ukuran kepala. Selain itu, perubahan posisi tubuh bayi setiap 2-3 jam dapat memaksimalkan area yang terpapar cahaya dari fototerapi. AAP juga menyatakan bahwa luasnya area tubuh bayi yang terpapar cahaya membawa dampak pengobatan lebih baik dibandingkan dari banyaknya jumlah lampu yang digunakan.

(4)

Tenaga kesehatan dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mampu memberikan asuhan yang optimal pada bayi dengan memberikan posisi yang optimal saat fototerapi dan melakukan pemantauan kadar bilirubin sehingga dampak toksik dari hiperbilirubinemia dapat dihindari. Mengingat kondisi-kondisi di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

BAHAN DAN METODE

Peneliti menggunakan desain quasi eksperimental dengan pendekatan pre test-post test control group, dengan intervensi memberikan perubahan posisi setiap 3 jam pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia dan mendapat fototerapi. Sampel penelitian yang digunakan adalah bayi baru lahir yang mengalami hiperbilirubinemia dan mendapat penatalaksanaan hanya berupa fototerapi sejumlah 40 orang, yang dipilih secara purposive sampling.

Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah; bayi dengan jaundis fisiologis, tidak disertai dengan penyakit lain atau kelainan kongenital, bayi tidak dirawat di ruangan intensif dan orang tua bersedia bayinya menjadi responden.

Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juni 2012. Peneliti menggunakan lembar observasi dalam melakukan pengumpulan data. Lembar observasi terdiri dari data demografi, hasil laboratorium bilirubin awal dan akhir serta daftar jam pemberian posisi. Analisis bivariat yang digunakan yaitu paired t-test dan untuk mengetahui perbedaan kelompok intervensi dan kontrol menggunakan independent t test.

HASIL

Karakteristik bayi pada penelitian ini adalah jenis kelamin mayoritas laki-laki, umur bayi mayoritas kurang dari 7 hari, usia gestasi mayoritas bayi cukup bulan, berat badan bayi mayoritas antara 3000-3499 gram, mayoritas ibu dengan golongan darah O dan mayoritas bayi dengan golongan darah AB.

Rata-rata kadar bilirubin awal pada kelompok kontrol adalah 15,72 mg/dl dan pada kelompok intervensi 15,51 mg/dl. Rata-rata kadar bilirubin akhir pada kelompok kontrol adalah 8,19 mg/dl dan pada kelompok intervensi adalah 7,93 mg/dl.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada

(5)

kelompok kontrol saat sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok intervensi juga didapatkan ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak ditemukan perbedaan yang bermakna, hanya pada kelompok intervensi mengalami penurunan kadar bilirubin lebih cepat daripada kelompok kontrol.

PEMBAHASAN

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 40 responden, yang terdiri atas 20 kelompok intervensi dan 20 kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol, kadar bilirubin total awal terendah adalah 12.57 mg/dl sedangkan tertinggi adalah 20.54 mg/dl. Pada kelompok intervensi, kadar bilirubin total awal terendah adalah 12.28 mg/dl, tertinggi adalah 21.45 mg/dl. Analisis hasil dari karakteristik responden terlihat bahwa usia gestasi, jenis kelamin, golongan darah bayi, golongan darah ibu dan umur bayi mempengaruhi kadar bilirubin ibu.

Pada kelompok kontrol tedapat responden bayi prematur sebanyak

30%. Bayi prematur memiliki tingkat kematangan hepar yang kurang baik dalam melakukan metabolisme bilirubin dibandingkan bayi cukup bulan, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan bayi cukup bulan dalam melakukan metabolisme bilirubin di hepar.

Terdapat persamaan dan perbedaan data karakteristik responden yang dilakukan peneliti dan Shinwell (2002). Karakteristik responden pada penelitian yang dilakukan oleh Shinwell (2002) diantaranya adalah berat badan lahir, usia gestasi, usia saat memulai fototerapi serta jenis makanan bayi apakah itu ASI, PASI atau PASI dan ASI, jenis kelamin, kadar Hematokrit saat memulai fototerapi dan hasil tes Coomb’s. Penelitian tersebut bertujuan melihat perbedaan pengaruh perubahan posisi tidur terlentang dan bolak-balik (terlentang dan tengkurap) pada bayi hiperbilirubinemia terhadap kadar bilirubin total akhir dengan membandingkan antara kelompok bayi yang diberi posisi terlentang sebanyak 16 bayi dengan kelompok bayi yang diberi posisi bolak-balik sebanyak 14.

Hasil penelitian Shinwell (2002) didapatkan hasil kadar hematokrit saat dimulai fototerapi pada kelompok bayi

(6)

terlentang adalah 51±6 dan pada kelompok bayi yang diberi posisi bolak-balik adalah 51±7. Untuk hasil Coombs’ test positif didapatkan 2 dari 14 bayi pada kelompok terlentang dan 1 dari 16 bayi pada kelompok bolak-balik. Penelitian yang telah dilakukan tidak melakukan tes Coomb’s tetapi hanya memeriksa golongan darah ibu dan golongan bayi.

Hasil kadar bilirubin akhir pada kelompok bayi hiperbilirubinemia yang diberikan posisi bolak-balik sebesar 12.5±2mg/dl sedangkan pada kelompok bayi hiperbilirubinemia yang diberikan posisi terlentang adalah 12±1mg/dl. Intervensi pada penelitian ini berbeda dengan intervensi pada penelitian Shinwell et al (2002).

Intervensi yang dilakukan peneliti berbeda namun dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar bilirubin akhir juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia gestasi, jenis kelamin, golongan darah bayi dan ibu juga kemampuan anak untuk makan apapun jenisnya (ASI atau PASI) serta kemampuan tubuh dalam melakukan penguraian bilirubin agar mudah dikeluarkan tubuh baik melalui urine maupun melalui feses.

Peneliti melakukan uji kesetaraan karakteristik pada penelitian ini. Hasil uji kesetaraan untuk variabel usia gestasi, jenis kelamin, golongan darah bayi, golongan darah ibu, usia bayi dan berat badan lahir adalah tidak setara. Ketidaksetaraan tersebut dapat berarti bahwa kadar bilirubin dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

Nilai rata-rata lamanya bayi mendapat fototerapi pada kelompok kontrol adalah 66,04 jam sedangkan pada kelompok intervensi adalah 44,74 jam. Hal ini menunjukkan bahwa bayi hiperbilirubinemia pada kelompok kontrol memiliki hari rawat lebih panjang dibandingkan bayi hiperbilirubinemia pada kelompok intervensi.

Hasil penelitian yang dilakukan Shinwell (2002) didapatkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok bayi yang diberi posisi terlentang dan bolak-balik, hanya pada kelompok terlentang ditemukan lebih cepat mengalami penurunan kadar bilirubin. Hasil penelitian Shinwell tersebut sama dengan yang didapatkan peneliti bahwa pada hasil penelitian ini tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi hanya saja bahwa

(7)

bilirubin lebih cepat turun pada kelompok yang diberikan posisi miring kanan dan miring kiri.

Implikasi penelitian ini pada dunia keperawatan dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya dalam memberikan intervensi pada bayi hiperbilirubinemia yang mendapat fototerapi. Kadar bilirubin yang cepat turun akan menurunkan terjadinya komplikasi hiperbilirubinemia berupa kernikterus.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Karakteristik bayi pada penelitian ini adalah jenis kelamin mayoritas laki-laki, umur bayi mayoritas kurang dari 7 hari, usia gestasi mayoritas bayi cukup bulan, berat badan bayi mayoritas antara 3000-3499 gram, mayoritas ibu dengan golongan darah O dan mayoritas bayi dengan golongan darah AB.

Rata-rata kadar bilirubin awal pada kelompok kontrol adalah 15,72 mg/dl dan pada kelompok intervensi 15,51 mg/dl. Rata-rata kadar bilirubin akhir pada kelompok kontrol adalah 8,19 mg/dl dan pada kelompok intervensi adalah 7,93 mg/dl.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol saat sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada kelompok intervensi juga didapatkan ada perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi tidak ditemukan perbedaan yang bermakna, hanya pada kelompok intervensi mengalami penurunan kadar bilirubin lebih cepat daripada kelompok kontrol.

Saran

Saran bagi pelayanan kesehatan, mengingat usaha peningkatan kualitas asuhan keperawatan terutama peran perawat sebagai pemberi layanan kesehatan, perlu adanya standar operasional prosedur berupa perubahan posisi tidur pada bayi baru lahir hiperbilirubinemia dengan fototerapi.

Penerapan tindakan perubahan posisi bertujuan untuk meratakan area tubuh bayi yang terpapar sinar dari fototerapi. Penerapan dari standar operasional prosedur perubahan posisi perlu disosialisasikan kepada perawat-perawat ruangan.

(8)

Bagi institusi pendidikan penelitian ini juga dapat dijadikan evidence based practice dan memperkaya materi bacaan tentang pemberian posisi dalam memberikan asuhan keperawatan bagi bayi dengan hiperbilirubinemia.

Bagi penelitian selanjutnya diharapkan melanjutkan penelitian ini dengan membandingkan hasil kadar bilirubin total dari beberapa kelompok bayi hiperbilirubinemia yang diberikan intervensi perubahan posisi tidur berbeda dalam menurunkan kadar bilirubin total dengan sampel yang lebih besar dan area penelitian yang lebih luas.

KEPUSTAKAAN

Agarwal, B., Belde, A., Sakpal, Pramod., Khiste, R., & Ingale, P., (2011). Neonatal jaundice: A review. International Journal of Biomedical and Advance Research (IJBAR), 2 (10), 389-397.

Alligood, M. R. & Tomey, A. M., (2006). Nursing theory: Utilization and application. Third edition. Mosby, Elsevier. United States of America.

Alligood, M. R. & Tomey, A. M., (2006). Nursing theorists and their work. Sixth edition. Mosby, Elsevier. United States of America.

BAPPENAS. (2010). Laporan pencapaian tujuan pembangunan

milenium di Indonesia 2010. Jakarta, BAPPENAS.

Bhutani, V. K. & Committee on Fetus and Newborn. (2011). Phototherapy to prevent severe neonatal hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Paediatrics, 128 (1046), 1046-1052.

http://pediatrics.aappublications.org /content/128/4/e1046.full.html. Csoma, Z., Toth-Molnar, E., Balogh,

K., Polyanka, H., Orvos, H., Ocsai, H., & et al. (2011). Neonatal blue light phototherapy and melanocytic nevi: A twin study. Pediatrics, 128

(856), 856-864. http://pediatrics.aappublications.org

/content/128/4/e856.full.html. Dahlan, M. Sopiyudin., (2010). Besar

sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Demirel, G., Uras, N., Celik, I. H., Aksoy, H. T., Oguz, S. S., Erdeve, O., Erel, Ozcan., & Dilmen, U. (2010). Comparison of total oxidant/ antioxidant status in unconjugated hyperbilirubinemia of newborn before and after conventional and LED phototherapy: A prospective randomized controlled trial. Clin Invest Med, 33 (5), 335-341.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Manajemen terpadu balita sakit: Pengantar. Modul 1. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan: Panduan

(9)

melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Donneborg, M. L., Knudsen, K. B. & Ebbesen, F. (2010). Effects of infants’ position on serum bilirubin level during conventional phototherapy. Journal Compilation Foundation Acta Paediatrica, 99 (8), 1131-1134.

Fitzpatrick, Joyce J dan Whall, Ann L. (1989). Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application. Second Edition. Appleton dan Lange. USA

Hadi, S. (2003). Gastroenterologi. Edisi Ketujuh. Bandung: Alumni.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Essentials of pediatric nursing. Eight Edition. Canada: Mosby Elsevier.

James, S. R., & Ashwill, J. W. (2007). Nursing care of children: Principles and practice. Third Edition. Canada: Saunders Elsevier

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kosim, M. S., et all. (2008). Buku ajar neonatologi: Hiperbilirubinemia. Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Kumar, P., Srinivas, M., Malik, G. K., Chawla, D., Asho, K. D., Karthi, N., & et al. (2010, February). Light-emitting diodes versus compact flurorescent tubes for phototherapy in neonatal jaundice:

A multi-center randomized controlled trial. Indian Pediatrics, 47. 131-137.

Lemeshow,S., Hosmer Jr, D. W., Klar, J & Lwanga, S. K. (1997). Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Penerjemah: Dibyo Pramono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Liebert, M. A. (2010). ABM clinical protocol #22: Guidelines for management of jaundice in the breastfeeding infant equal to or greater than 35 weeks’ gestation. Breastfeeding Medicine, 5 (2), 87-93.

Ludington-Hoe, S. M., & Swinth, J. Y. (2000). Kangaroo mother care during phototherapy: Effect on bilirubin profile. Neonatal Network, 20 (5), 41-48.

Martiza, I. (2012). Ikterus. Dalam M. Juffrie, dkk (Penyunting). Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. (Jilid 1) (263-284). Jakarta: IDAI.

Madani, N. P. A. (2004). Effects of the different light-source distances from the skin surface in conventional phototherapy. IJMS, 29 (4), 189-191.

Maisels, M. J. & McDonagh, A. F. (2008). Phototherapy for neonatal jaundice. The New England Journal of Medicine, 358 (9), 920-928. www.nejm.org.

Mali, P. H., (2004). Nurse responsibilities in phototherapy. Nursing Journal of India, 95 (1). 19-20.

(10)

Mannel, R. (2006). Initiating breastfeeding and special considerations for the infant with hyperbilirubinemia: What the childbirth educator needs to know. International Journal of Childbirth Education, 21 (1), 11-13.

Mefford, L. C. (2004). A theory oh health promotion for preterm infants based on Levine’s Conservation Model of Nursing. Nursing Science Quarterly, 17 (3), 260-266.

Ministry of Health Malaysia. (2003, February). Clinical practice guideline: Management of jaundice in healthy terms newborns. April

20, 2012. http://

www.moh.gov.my/medical: http:// www.acadmed.org.my

Polit, D. F., & Beck, C. T., (2011). Essentials of nursing research: Appraising evidence for nursing practice. Seventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Sakha, S. H., & Gharehbaghi, M. M. (2010). Exchange transfusion in severe hyperbilirubinemia: an experience in northwest Iran. The Turkish Journal of Pediatrics, 52, 367-371

Shetty, P. A. (2003). A study of hyperbilirubinemia and the effect of phototherapy among full term newborns with a view to develop a nursing care protocol based on identified needs. Nursing Journal of India, 94, (7), 149-150.

Steiner, L. A., Bizzarro, M. J., Ehrenkranz, R. A & Gallagher, P. G., (2007). A decline in the

frequency of neonatal exchange transfusions and its effect on exchange-related morbidity and mortality. Pediatrics, 120, (27), 27-32.

Stokowski, L. A. (2006). Fundamentals of phototherapy for neonatal jaundice. Advances in Neonatal Care, 11 (5S): S10-S21. www.advancesinneonatalcare.org. Shinwell, E. S., Sciaky, Y & Karplus,

M. (2002). Effect of position changing on bilirubin levels during phototherapy. Journal of Perinatology, 22, 226-229. www.nature.com/jp

Yaseen, H., FRCPCH., Khalaf, M., Rashid, N., & Darwich, M. (2005). Does prophylatic phototherapy prevent hyperbilirubinemia in neonates with ABO incompatibility and positive coombs’ test? Journal of Perinatology, 25, 590-594.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh dokumen di ilmuti.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus

 Komite TI bertemu minimal 3 bulan sekali, selain pertemuan on demand yang dapat diselenggarakan sesuai kebutuhan berdasarkan permintaan dari Wakil Rektor I, atau unit

Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal. Peraturan Kepala BKPM Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara

Compute approximate absolute orientations using a robust, adaptively guided tree sampling procedure The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and

Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2011 tentang Retribusi

Sistem Informasi Kantor Urusan Agama Socah Bangkalan dapat menangani surat pernikahan, surat rujuk dan manipulasi data-data yang berhubungan dengan rumah tangga

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh yang signifikan dan secara bersama-sama antara variabel model pembelajaran open ended dan problem posing

Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti sehingga untuk menentukan ukuran sampel, peneliti berpedoman pada pendapat yang dikemukakan