• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Dedi Muhtadi Kepala Biro Harian Kompas Jawa Barat HP:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Dedi Muhtadi Kepala Biro Harian Kompas Jawa Barat HP:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : Dedi Muhtadi

Kepala Biro Harian Kompas Jawa

Barat

E-mail:

dedi.muhtadi@kompas.com

HP: 0811142815

 Artikel merupakan pergulatan pemikiran dari seorang ahli atas masalah yang sedang berkembang di masyarakat. Suratkabar termasuk harian KOMPAS, merasa perlu

menyediakan ruang tersendiri guna menampung pergulatan pemikiran yang muncul di

masyarakat, dan diharapkan bisa berdampak bagi yang lain. KOMPAS menempatkan artikel sebagai intellectual exercise (asah intelektual).

(2)

Rubrik artikel di KOMPAS bukan dimaksudkan untuk mencari nama, pun bukan dimaksudkan untuk (maaf) mencari uang. Maka artikel yang dimuat di harian KOMPAS, diharapkan ditulis oleh ahlinya. Untuk itu, kepada para penulis, diharapkan juga mengirimkan riwayat hidup dan keahlian atau kompetensinya. Dengan

demikian, KOMPAS bisa melihat dengan jelas, kompetensi seseorang ketika menuliskan artikelnya.

1. Opini nasional di halaman 6-7. Umumnya

menyangkut isu politik, ekonomi, dan sosial.

2. Opini nasional menyangkut bidang-bidang

khusus/teknis: pendidikan kebudayaan di halaman Humaniora (halaman 14), atau seksi tiga untuk bidang-bidang lain seperti teknologi, kesehatan, dll.

3. Opini kesenian/kebudayaan di KOMPAS

(3)

1.Pada mulanya adalah ―Ide‖.

Tentukan ide terlebih dahulu. Ide itu harus baru.

Ide itu harus menggugah pikiran

2.Yang paling utama, ide itu harus orisinal.

Ide bisa berasal dari riset atau hasil perenungan mendalam.

Plagiarisme—baik sebagian maupun menyeluruh--ditolak keras di KOMPAS. Plagiat akan diblacklist! Tulisannya akan

dikembalikan.

3.Motivasi utama menulis bukan mencari honor,

tetapi ingin membuka cakrawala pemikiran (intellectual exercise!). Perajin artikel dihindari.

4.Kompetensi penulis diharapkan sesuai dengan

(4)

 1. Pertama-tama, tentukan tema yang akan ditulis. Amat diharapkan tema yang akan diulas terkait

dengan kompetensi yang dimiliki penulis. Perumusan masalah atau tema (sebelum mengetik) itu penting. Dari perumusan tema atau masalah itu, akan

kelihatan rangkaian gagasan yang tertuang dalam judul serta kalimat-kalimat pada alinea awal. Amat diharapkan tema berkait dengan masalah yang sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat.

 2. Referensi: Referensi amat diperlukan guna mendukung tema yang akan diluncurkan.

 3. Bahasa: gunakanlah bahasa yang sederhana dan logis. Sedapat mungkin hindari pemakaian bahasa Inggris yang terlalu banyak.

 1. Bagaimana memasukkan/merangkum referensi yang ada ke dalam tulisan, dan bagaimana meramunya. Jangan sampai ide terasa melompat-lompat.

 2. Dalam menulis, gunakan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar, termasuk istilah-istilah, idiom, pemakaian bahasa asing dan sebagainya.

(5)

 Seusai menulis artikel, baca kembali isi seluruh artikel, baru dikirim. Pembacaan ulang itu

penting, guna menghindari loncatan gagasan, menemukan kalimat yang tidak

―jalan/nyambung‖ dan lain-lain. Apakah

penggunaan bahasa asing sudah ditulis dengan benar?

 Mulailah menulis.

 Tuangkan ide utama dalam lead atau kepala

tulisan.

 Ketika pembaca membaca lead tersebut,

langsung tertangkap ide yang ingin disampaikan penulis.

 Penjelasan atau eksplorasi ide ditempatkan di

tengah tulisan. Alinea terakhir adalah kesimpulan.

 Gunakan bahasa yang tidak akademis, terlalu

ilmiah, karena pembaca KOMPAS berlatar

belakang aneka ragam, mulai berpendidikan SD sampai guru besar.

(6)

 Satu artikel hanya untuk satu media. Jangan mengirim satu artikel ke banyak media. KOMPAS akan mem-black list yang bersangkutan

 Jika ingin memuat di media lain, diharapkan menarik artikel yang dikirimkan ke KOMPAS

 1. Artikel harus asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, pun bukan sekadar rangkuman

pendapat/buku orang lain. Apabila sebuah artikel terbukti merupakan plagiasi, maka kepada penulis bersangkutan akan ―di black-list‖ paling cepat satu tahun.

(7)

 2. Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain. Selain itu, artikel yang sama, dalam waktu bersamaan dikirim ke media atau penerbitan lain. Kasus ini sering terjadi. Penulis mengirim artikel yang sama ke media lain. Ada semacam ―kebanggaan‖ bila artikel yang sama dari penulis yang sama bisa dimuat di banyak media. Tetapi bagi KOMPAS yang menilai artikel sebagai bagian dari intellectual exercises, cara-cara seperti itu tidak bisa dibenarkan. Kepada mereka, KOMPAS akan memberi ―hadiah‖ grounded selama tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, setahun, atau selamanya.

 3. Topik yang diuraikan atau dibahas merupakan sesuatu yang aktual, relevan, dan (sedang

menjadi) pembicaraan hangat di masyarakat.  4. Substansi yang dibahas menyangkut

kepentingan umum, bukan kepentingan komunitas tertentu. Hal ini dilandasi pengertian umum,

Harian KOMPAS adalah media umum, bukan koran partai, bukan majalah vak atau jurnal dari disiplin ilmu tertentu.

(8)

 5. Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik informasi, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.

 6. Uraian yang disajikan bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena yang berkembang di masyarakat.

 7. Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.

Mengapa? Jangan sampai penulis yang satu menjadi lokomotif bagi penulis yang lain.

 8. Penyajian artikel menggunakan bahasa populer/luwes, mudah dipahami pembaca yang heterogen dengan latar belakang pendidikan beragam.

 9. Penyajian artikel tidak berkepanjangan. Panjang tulisan untuk:

 Artikel A, panjang 5.000 – 5.300 characters with

space (sekitar 700 kata)

 Artikel B, panjang 4.500 – 5.000 characters with

space (sekitar 600 kata)

 Artikel C, panjang 4.000 – 4.500 characters with

(9)

1. Topik/tema kurang aktual

2. Argumen dan pandangan bukan hal baru 3. Cara penyajian berkepanjangan

4. Cakupan terlalu mikro atau lokal

5. Pengungkapan dan redaksional kurang

mendukung

6. Konteks kurang jelas

7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer 8. Uraian terlalu sumir

9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah 10. Sumber kutipan tidak jelas

11. Terlalu banyak kutipan 12. Diskusi kurang berimbang 13. Alur uraian tidak runut

14. Uraian tidak membuka pencerahan baru 15. Uraian ditujukan kepada orang

16. Uraian terlalu datar

(10)

 Mulailah belajar menulis artikel dengan menulis Surat Pembaca

 Beberapa penulis artikel memulai dengan cara menulis Surat Pembaca

 Surat Pembaca berisi masukan kepada KOMPAS, atau komplain/masukan atas pelayanan publik seperti jalan, listrik, kartu kredit, dll

 Surat Pembaca dan artikel harus disertai alamat yang jelas, nomor telepon, dan fotokopi KTP atau identitas lain. Untuk pengiriman email, KTP bisa di-scan atau dikirim bersama hard copy

 Pengiriman artikel (Opini) dan Surat Pembaca dapat dilakukan melalui e-mail

(opini@kompas.co.id atau opini@kompas.com)

(11)

Judul Terlambat Masih Lebih Baik

 Oleh A Tony Prasetiantono (halaman 6, 16 April 2013)

 Isu pemangkasan subsidi bahan bakar minyak benar-benar telah menjadi ‖momok‖ bagi pemerintah. Buktinya, kebijakan ini semula akan dibahas dan diputuskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat kabinet di Istana Cipanas, akhir pekan lalu (13-14 April 2013). Namun, entah kenapa, pemerintah kembali menundanya.

 Pemerintah selalu punya alasan untuk menahan harga BBM bersubsidi. Mereka mencari momentum yang tepat. Masalahnya, apakah memang benar ada ‖kemewahan‖ momentum seperti itu?

 Sebenarnya, pemerintah sudah terlambat menaikkan harga BBM. Momentum terbaik memotong subsidi BBM adalah tahun lalu ketika inflasi dapat ditekan rendah menjadi 4,3 persen. Kini situasinya sudah berbeda. Tanpa disangka, harga hortikultura menyodok sehingga inflasi year on year kini 5,9 persen. Namun, terlambat menaikkan harga BBM masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

 Tahun 2012, subsidi BBM—baik yang dikonsumsi langsung oleh kendaraan

maupun digunakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)—sudah menembus Rp 300 triliun pada 2012. Berarti, subsidi sudah mencapai 20 persen dari volume APBN sebesar Rp 1.500 triliun. Tahun ini diperkirakan subsidi akan meningkat menjadi Rp 320 triliun dari volume APBN Rp 1.600 triliun. Jika terus dibiarkan, tahun depan subsidi akan melebihi Rp 350 triliun, bahkan mengarah ke Rp 400 triliun! Mengerikan.

Arya Wiguna, Eyang Subur, dan Youtube

 Oleh Ignatius Haryanto (halaman 6, 10 Mei 2013)

 Katakanlah orang-orang Indonesia itu kreatif atau jahil. Namun, kreativitas sejumlah orang itu tadi sebenarnya menunjukkan suatu pemberontakan diam-diam atas tayangan media massa yang kerap melebih-lebihkan berbagai gejala yang ada.

 Perseteruan panas Adi Bing Slamet dengan Eyang Subur telah berminggu-minggu memakan waktu dan mengisi segmen infotainmen di berbagai media. Entah sudah berapa ratus jam aneka segmen disuguhkan menggambarkan perseteruan keduanya.

 Belakangan muncul seorang Arya Wiguna yang mengaku sebagai korban ‖ajaran Eyang Subur‖. Lepas dari benar tidaknya ‖ajaran Eyang Subur‖, menarik melihat bagaimana inisiatif dilakukan beberapa orang yang mengedit, memberi komposisi baru, dan mengunggah sejumlah video pendek dengan dasar perseteruan Adi Bing Slamet-Arya Wiguna-Eyang Subur ini. Aneka video pendek ini bertumpu pada konferensi pers Arya Wiguna yang meluapkan kekesalan kepada Eyang Subur dengan cara amat dramatis.

(12)

Mengakhiri Subsidi BBM

 Oleh Montty Girianna (halaman 7, 4 Mei 2013)

 Undang-undang mengamanatkan pemerintah untuk menyediakan energi, termasuk BBM.

 Selain menjamin ketersediaannya, pemerintah juga ditugaskan menyediakan BBM dengan harga terjangkau. Karena itu, pemerintah melakukan dua kebijakan bersamaan, yakni membuka keran impor BBM dan memberlakukan harga BBM bersubsidi. Namun, akhir-akhir ini kedua kebijakan ini cukup berat untuk tetap dipertahankan.

 Selain ketergantungan terhadap impor BBM semakin tinggi, subsidi BBM pun membengkak. Ini memengaruhi postur APBN secara negatif. Mau tak mau pemerintah harus memperhitungkan kembali kebijakan ini dan secara bertahap melepaskan harga BBM bersubsidi ke harga pasar. Namun, opsi ini terkendala kemungkinan gejolak sosial.

 Akhir tahun lalu, pemerintah didesak menaikkan harga BBM dan mengurangi subsidi BBM. Namun, desakan itu tak cukup kuat untuk menghilangkan kekhawatiran gejolak sosial yang mungkin terjadi sehingga pemerintah kembali memberlakukan harga BBM bersubsidi. Pada tahun berjalan ini, subsidi BBM dipatok Rp 193,8 triliun dan subsidi listrik Rp 78,6 triliun sehingga total subsidi energi Rp 272,4 triliun, sekitar 18 persen dari belanja APBN. Adapun impor BBM diproyeksikan 30 juta-32 juta kiloliter atau 46-48 persen dari total konsumsi nasional.

Referensi

Dokumen terkait

menjalankan tugas audit kepegawaian sebagaimana tersebut dalam Anak Lampiran 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan antar variabel satu dengan yang lain. Variabel terikat, variabel bebas dan variabel bebas

armigera seperti pada Gambar 2, kerusakan kuncup bunga dan buah pada kedua perlakuan tidak berbeda nyata (Gambar 5). Karena kerusakan buah tidak berbeda nyata, maka produksi

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

Judul : Pola Budaya Matrilineal dalam Politik (Studi Kasus Keterwakilan Perempuan di DPRD Sumatera Barat Tahun 2014)..

Salah satu alasannya adalah eksternalitas dan free ridding – kekuatan pasar tidak bias memberikan perusahaan full social benefits terhadap keputusan produksi informasi

The research was aimed at improving students’ grammar mastery in using simple past tense through songs.. The method of the research was Classroom Action Research which was

Dengan adanya rehabilitasi sebagai upaya depenalisasi ini adalah suatu kebijakan yang terkait untuk menekan angka narapidana yang kebanyakan adalah pecandu narkotika,