• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA

DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

6.1 Tinjauan Umum

Analisis debit banjir rencana saluran drainase adalah bertujuan untuk mengetahui debit banjir rencana saluran sekunder Bremi, saluran sekunder Meduri dan saluran primer Meduri. Sedangkan analisis dimensi saluran drainase adalah perencanaan penampang saluran sekunder Bremi, saluran sekunder Meduri dan saluran primer Meduri, sehingga didapatkan dimensi saluran (lebar dan tinggi saluran) serta slope minimum saluran.

Analisis dimensi saluran drainase ini terdiri dari analisis perencanaan dimensi saluran aliran uniform (seragam) pada kondisi MSL serta analisis non

uniform (tidak seragam) pada kondisi HWL dalam hal ini adalah backwater (air

balik).

6.2 Analisis Debit Banjir Rencana

Analisis debit banjir rencana menggunakan metode Rasional, hal ini disebabkan luas daerah tangkapan yang kecil. Analisis debit banjir terdiri dari analisis debit banjir saluran sekunder Bremi, saluran sekunder Meduri dan saluran primer Meduri. Analisis debit banjir rencana menggunakan V minimum, karena kemiringan dasar saluran yang sangat kecil.

6.2.1. Debit Banjir Rencana Saluran Sekunder Bremi

Data yang diperlukan untuk menghitung debit rencana saluran sekunder Bremi :

Luas (A) = 1.466,1 Ha

(2)

Koefisien Pengaliran (C) = 0.70

Jarak titik terjauh dari daerah hulu sampai titik yang ditinjau (Lt0) = 9,137 Km

Beda tinggi elevasi titik terjauh dengan elevasi titik yang di tinjau (D) = 3,521 m

Kecepatan minimum aliran sungai (Vmin) = 0.75 m/det

Intensitas curah hujan rencana = 56,277×tc−0,667 mm/jam

Inlet Time yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas

permukaan tanah menuju saluran drainase (t0). t0 = 56,7×L(t0)1,156×D0,385 (menit)

= 56,7×9,1371,156×3,5210,385 = 450,615 menit

= 7,510 jam

Conduit Time yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di

sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan dibagian hilir (td). td = min 60 V L × menit = 75 , 0 60 63 , 344 . 3 × = 74,325 menit = 1,238 jam

waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu aliran (tc)

tc = t0 + td

tc = 7,510 + 1,238 = 8,749 jam

Intensitas curah hujan saluran sekunder Bremi selama durasi tc. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah 5 tahunan

I5 th = 667 , 0 277 , 56 ×tc− mm/jam

(3)

= 56,277 × 8,749-0,667 = 13,245 mm/jam

Debit rencana saluran sekunder Bremi (Q) Q = 0,00278 × C × I × A m3/det

= 0,00278 × 0.70 × 13,245 × 1.466,1 = 37,788 m3/det 6.2.2. Debit Banjir Rencana Saluran Sekunder Meduri

Data yang diperlukan untuk menghitung debit rencana saluran sekunder Meduri :

Luas (A) = 1.871 Ha

Panjang Sungai (L) = 3.371,4 m

Koefisien Pengaliran (C) = 0.70

Jarak titik terjauh dari daerah hulu sampai titik yang ditinjau (Lt0)

= 8,919 Km

Beda tinggi elevasi titik terjauh dengan elevasi titik yang di tinjau (D) = 4,418 m

Kecepatan minimum aliran sungai (Vmin) = 0,75 m/det

Intensitas curah hujan rencana = 56,277×tc−0,667 mm/jam

Inlet Time yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas

permukaan tanah menuju saluran drainase (t0). t0 = 56,7×L(t0)1,156×D0,385 (menit)

= 56,7×8,9191,156×4,4180,385 = 401,547 menit

= 6,692 jam

Conduit Time yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di

sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan dibagian hilir (td). td = min 60 V L × menit = 75 , 0 60 4 . 3371 ×

(4)

= 74,920 menit = 1,248 jam

waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu aliran (tc)

tc = t0 + td

= 6,692 + 1,248 = 7,941 jam

Intensitas curah hujan saluran sekunder Meduri selama durasi tc. Intensitas curah hujan yang digunakan adalah 5 tahunan

I5 th = 667 , 0 277 , 56 ×tc− mm/jam = 56,277 × 7,941-0,667 = 14,129 mm/jam

Debit rencana saluran sekunder Meduri (Q) Q = 0,00278 × C × I × A m3/det

= 0,00278 × 0.70 × 14,129 × 1871 = 51,443 m3/det 6.2.3. Debit Banjir Rencana Saluran Primer Meduri

Data yang diperlukan untuk menghitung debit rencana saluran primer Meduri :

Luas (A) = 3.337,1 Ha

Panjang Sungai (L) = 1.634,83 m

Koefisien Pengaliran (C) = 0.50 Koefisien Pengaliran (C rata-rata) =

) ( )) ( ) ( ) (( 3 2 1 3 3 2 2 1 1 A A A C A C A C A + + × + × + × = 0,60

Kecepatan minimum aliran sungai (Vmin) = 0.75 m/det

Intensitas curah hujan rencana = 60,119×tc−0,667 mm/jam

Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran hilir ( t0) sama dengan waktu konsentrasi terbesar saluran hulu (t0 = tc maksimum daerah hulu)

(5)

t0 = 8,749 jam (tc saluran sekunder Bremi)

Conduit Time yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di

sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan dibagian hilir (td). td = min 60 V L × menit = 75 , 0 60 83 . 1634 × = 36,330 menit = 0,605 jam

Waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu aliran (tc)

tc = t0 + td

= 8,749 + 0,605 = 9,354 jam

Intensitas curah hujan saluran primer Meduri selama durasi tc. Intensitas curah hjan yang digunakan adalah 10 tahunan

I10 th = 667 , 0 119 , 60 ×tc− mm/jam = 60,119 × 9,354-0,667 = 13,531 mm/jam

Debit rencana saluran primer Meduri (Q) Q = 0,00278 × C × I × A m3/det

= 0,00278 × 0.60 × 13,531 × 3.337,1 = 75,319 m3/det

Kondisi saluran sekunder Bremi, saluran sekunder Meduri dan saluran primer Meduri saat ini (eksisting) hanya mampu mengalirkan debit yang kurang dari debit perencanaan, sehingga perlu direncanakan normalisasi sungai. Normalisasi sungai dilakukan untuk mengatasi banjir dengan cara memperbesar atau mendesaian ulang penampang. Desain penampang disini menggunakan

(6)

rumus Manning sehingga bisa menampung debit banjir yang ada. Untuk lebih jelasnya debit eksisting dan debit rencana dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 : Debit Eksisting dan Debit rencana

No Nama Saluran Debit Eksisting Debit Rencana 1. Primer Meduri 32 m3/det 75,319 m3/det 2. Sekunder Meduri 32 m3/det 51,443 m3/det 3. Sekunder Bremi 21 m3/det 37,788 m3/det (Sumber : BBWS Pemali juana dan Perhitungan)

6.3 Analisis Perencanaan Dimensi dan Slope Minimum Saluran

Analisis perencanaan dimensi dan slope saluran terdiri dari perencanaan penampang saluran sekunder Bremi, perencanaan penampang saluran sekunder Meduri serta perencanaan penampang saluran primer Meduri.

6.3.1 Sekunder Bremi

Data yang diperlukan untuk menghitung penampang saluran sekunder Bremi :

Debit banjir rencana (Q) = 37,788 m3/det Kemiringan dinding saluran (1 : m) = 2

Kecepatan minimum aliran (Vmin) = 0,75 m/det Luas penampang sungai Bremi (F)

F = Q/Vmin (m/det) = 37,788 / 0,75 = 50,384 m2

Luas penampang trapesium tunggal :

Gambar 6.1. : Saluran Penampang Tunggal

Untuk mencari dimensi B dan H digunakan trial and error (coba-coba)

H=4 m

B=5m 1

(7)

Menggunakan H = 4 m : F = (B + mH)×H (m/det) B = (F/H) – mH

= (50,384 / 4) – 2 . 4 = 4,60 m ~ 5,00 m

Keliling basah penampang saluran (P) P = B + 2H m2+1 (m)

= 5 + 2 . 4 22+ 1 = 22,889 m

Jari-jari hidrolis penampang saluran (R) R = F/P (m)

= 50,384 / 22,889 = 2,201 m

Kemiringan dasar saluran minimum (S) Menggunakan rumus dasar Manning :

Q = R S F n× × × 2 / 1 min 3 / 2 1 (m3/det) Smin =

(

)

2 3 / 2 ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ × × F R n Q =

(

)

2 3 / 2 50,384 201 , 2 030 . 0 788 , 37 ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ × × = 0,000177

6.3.2 Saluran Sekunder Meduri

Data yang diperlukan untuk menghitung penampang saluran sekunder Meduri :

Debi banjir rencana (Q) = 51,443 m3/det Kemiringan dinding saluran (1 : m) = 2

Kecepatan minimum aliran (Vmin) = 0,75 m/det Luas penampang saluran sekunder Meduri (F)

(8)

= 51,443 / 0,75 = 68,591 m2

Luas penampang trapesium tunggal :

Gambar 6.2. : Saluran Penampang Tunggal

Untuk mencari dimensi B dan H digunakan trial and error (coba-coba) Menggunakan H = 4 m :

F = (B + mH)×H (m/det) B = (F/H) – mH

= (68,591 / 4) – 2 . 4 = 9,15 m ~ 10,00 m

Keliling basah penampang saluran (P) : P = B + 2H m2+1 (m)

= 10,00 + 2 . 4 22 + 1 = 27,889 m

Jari-jari hidrolis penampang saluran (R) : R = F/P (m)

= 68,591 / 27,889 = 2,459 m

Kemiringan dasar saluran minimum (S) Menggunakan rumus dasar Manning :

Q = R S F n× × × 2 / 1 min 3 / 2 1 (m3/det) Smin =

(

)

2 3 / 2 ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ × × F R n Q =

(

)

2 3 / 2 68,591 459 , 2 030 . 0 443 , 51 ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ × × = 0,000152 H=4 m B = 10 m 1 m

(9)

6.3.3 Saluran Primer Meduri

Data yang diperlukan untuk menghitung penampang saluran primer Meduri :

Debi banjir rencana (Q) = 75,319 m3/det Kemiringan dinding saluran (1 : m) = 2

Kecepatan minimum aliran (Vmin) = 0,75 m/det Luas penampang sungai Meduri hilir (F)

F = Q/Vmin (m/det) = 75,319 / 0,75 = 100,426 m2

Luas penampang trapesium tunggal :

Gambar 6.3. : Saluran Penampang Tunggal

Untuk mencari dimensi B dan H digunakan trial and error (coba-coba) Menggunakan H = 4 m :

F = (B + mH)×H (m/det) B = (F/H) – mH

= (100,426 / 4) – 2 . 4 = 17,11 ~ 18,00 m

Keliling basah penampang saluran (P) P = B + 2H m2+1 (m)

= 18,00 + 2 . 4 22 +1 = 35,889 m

Jari-jari hidrolis penampang saluran (R) R = F/P (m) = 100,426 / 35,889 = 2,798 m H=4 m B = 18 m 1 m

(10)

Kemiringan dasar saluran minimum (S) Menggunakan rumus dasar Manning :

Q = R S F n× × × 2 / 1 min 3 / 2 1 (m3/det) Smin =

(

)

2 3 / 2 ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ × × F R n Q =

(

)

2 3 / 2 426 , 100 798 , 2 030 . 0 319 , 75 ⎭ ⎬ ⎫ ⎩ ⎨ ⎧ × × = 0,0001283

6.4. Analisis Backwater (aliran balik)

Backwater pada saluran primer Meduri, saluran sekunder Meduri dan

saluran sekunder Bremi terjadi pada saat air laut pasang. Pada perencanaan saluran ini didasarkan pada MSL (muka air rerata), sehingga pada kondisi air laut pasang akan terjadi backwater yang merupakan aliran non uniform (tidak

seragam)

Perhitungan backwater ini dimulai dari saluran primer Meduri kemudian

saluran sekunder Meduri dan saluran sekunder Bremi. Untuk perhitungan menggunakan metode direct step method (metode tahapan langsung). Untuk

memudahkan perhitungan, maka perhitungan back water disajikan dengan

menggunakan tabel. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran Tabel 6.1, Lampiran Tabel 6.2 dan Lampiran Tabel 6.3. Penjelasan masing – masing kolom lampiran tabel dapat dilihat di bawah ini :

Keterangan :

Kolom 1 : Nomor stasiun Kolom 2 : Jarak antar stasiun Kolom 3 : Debit rencana ( Q ) Kolom 4 : Elevasi dasar saluran Kolom 5 : Elevasi muka air

Kolom 6 : Tinggi air di saluran ( y ) Kolom 7 : Lebar saluran ( B )

(11)

Kolom 9 : Keliling penampang basah saluran ( P ) P = B + 2 ( y 1 m+ 2 )

Kolom 10 : Kecepatan air di saluran ( V ) V =

A Q

Kolom 11 : Tinggi Kecepatan air ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ g V 2 2

Kolom 12 : Tinggi tekanan ( H ) H = y + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ g V 2 2

Kolom 13 : Jari-jari Hidrolis ( R ) R =

P A

Kolom 14 : Kemiringan dasar saluran ( Sf ) Sf =

3 4 2 2 R V n

Kolom 15 : Kemiringan rata-rata dasar saluran ( Sf rata ) Sf rata = ( Sfi + Sfi+1 ) 0,5

Kolom 16 : Jarak antar stasiun ( dX ) Kolom 17 : ∆E = ( Sf rata × dX )

Kolom 18 : Tinggi tekanan ( H ) H = ΣH + ∆E

Kesimpulan dari hasil analisis backwater saluran Primer Meduri, saluran sekunder Meduri dan saluran sekunder Bremi yaitu pengaruh backwater sampai ke bagian hulu, karena kemiringan dasar sungai yang sangat kecil (landai)

Gambar

Tabel 6.1 : Debit Eksisting dan Debit rencana
Gambar 6.2. : Saluran Penampang Tunggal
Gambar 6.3. : Saluran Penampang Tunggal

Referensi

Dokumen terkait

Wireshark mampu menampilkan komunikasi antara bot, bot master , dan infected host dengan cukup jelas, dan dengan pemahaman terhadap RFC 2812, maka dapat diperoleh

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Kontoversi sejarah dan pelurusan sejarah adalah hal yang hangat dan terus menjadi isu dikalangan akademisi dan sejarawan pasca reformasi. Masa kelam sejarah dimasa orde baru

mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai di puskesmas mlarak kabupaten ponorogo, uji F yang dilakukan juga menunjukan bahwa semua variable

Daftar kelas jalan, dan Nilai Strategis Lokasi, Daftar Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR). Contoh Perhitungan Nilai Sewa dan Nilai Pajak Reklame, serta contoh Blanko SPTPD,

Pada perhitungan optimasi, tekanan optimum separator adalah sebesar 10.2 bar menghasilkan daya output turbin maksimal sebesar 131.54 MW dan efisiensi

Respons tanaman berupa hasil (bobot polong, bobot biji kering) baik per tanaman maupun per petak akibat perlakuan POC memberikan gambaran yang sama, yaitu

tanpa menyanggahnya, lebih pemeriksa mengajukan hal- hal yang dapat menimbulkan kesan pada yang diperiksa, bahwa pemeriksa tahu tentang keadaam sebenarnya yang