• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Posyantek Tekno Mitra Giri dalam Pemberdayaan Kelompok Usaha Kecil di Kecamatan Wonogiri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Posyantek Tekno Mitra Giri dalam Pemberdayaan Kelompok Usaha Kecil di Kecamatan Wonogiri)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN POSYANTEK (POS PELAYANAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Posyantek Tekno Mitra Giri dalam Pemberdayaan Kelompok Usaha Kecil di Kecamatan Wonogiri)

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika

Oleh:

DWI HAPSARI NUR AROFAH L 100 120 033

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERAN POSYANTEK (POS PELAYANAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Posyantek Tekno Mitra Giri dalam Pemberdayaan Kelompok Usaha Kecil di Kecamatan Wonogiri)

Abstrak

Pemberdayaan masyarakat menjadi aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah guna membantu proses pembangunan bangsa. Suatu perubahan yang dibutuhkan oleh masyarakat agar dapat merubah kondisi ekonomi, sosial mandiri dan memperoleh kesejahteraan hidup. Untuk melakukan pemberdayaan dibutuhkan pihak-pihak yang dapat mendukung proses perbaikan pada masyaraakat. Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (POSYANTEK) adalah lembaga kemasyarakatan berada di tingkat Kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi, promosi dan orientasi tentang Teknologi Tepat Guna (TTG). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskritif kualitatif, yaitu mendeskriptifkan fenomena secara faktual, sistematis dan akurat dengan didukung fakta-fakta yang ada dilapangan. Dalam penelitian ini yaitu ingin mendeskriptifkan peran komunikasi Posyantek dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui pemahaman dan penggunaan tentang TTG.Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman, yaitu tahap awal dengan pengumpulan informasai, reduksi data, penyajian dan terakhir penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan Posyantek cukup berhasil, yaitu pendekatan secara langsung serta membentuk kelompok yang mana terlihat dari antusias masyarakat yang mendapatkan sosialisasi program. Pemilihan kepala desa sebagai oponion leaders oleh Posyantek, memberi kemudahan bagi pemberdaya untuk masuk ke dalam lingkungan sosial masyarakat.

Kata kunci : Posyantek Tekno Mitra Giri, Komunikasi pembangunan, Pemberdayaan Masyarakat, TTG.

Abstract

The society empowerment is being the important aspect that should be cared by the government to assist the nation development process. It is aimportant change by society in order to change the economic, social, and life welfare. The empowerment needs parties to support the improvement process in society. The appropriate technology service post (POSYANTEK) is a organization in sub-district level with function to provide technical, information, promotion and orientation services on appropriate technology. This research uses descriptive qualitative approach, it describes phenomenon factually, systematically and accurately, it is supported by the real facts. This research wants to describe the appropriate technology service post (POSYANTEK) process in society empowerment effort through appropriate technology understanding and using. Data analysis uses analytical technique of Miles and Huberman model, its steps are information collection, data reduction, presentation and final conclusion. These results indicate that communication strategies Posyantek done quite successfully, namely the direct approach and form a group which is visible from enthusiastic people who get the socialization program. Oponion village elections as leaders by Posyantek, provide convenience for empowering to get into the social environment.

Keywords: Posyantek Tekno Mitra Giri, Development Communication, Society Empowerment, Appropriate Technology.

(6)

1. PENDAHULUAN

Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam suatu negara. Lemahnya aspek ekonomi, moral, budaya, sosial, serta kebijakan pembangunan yang belum merata menjadi penyebab kemiskinan. Kebijakan pembangunan yang tidak merata berdampak pada pembangunan nasional suatu negara, hal tersebut dikarenakan masih banyaknya daerah yang belum tersentuh oleh pembangunan, sehingga banyak masyarakat menderita kemiskinan (Anwas, 2014).

Pembangunan merupakan suatu proses terencana guna menciptakan suatu perubahan kearah yang lebih baik dengan cepat, serta dapat memberikan berbagai macam perubahan kemajuan dalam segala bidang aspek bagi masyarakat (Priatama, 2013). Riyadi dalam (Mardikanto & Soebiato, 2013), juga mendefinisikan pembangunan yaitu merupakan usaha atau proses perubahan, untuk tercapainya suatu tingkat kesejahteraan dan mutu hidup kelompok masyarakat atau individu didalamnya yang berkeinginan serta melaksanakan pembangunan. Pembangunan yang dimaksud yaitu pembangunan secara menyeluruh baik dari segi sosial, ekonomi, politik, keamanan dan pertahanan.

Pembangunan tidak hanya membantu memenuhi sarana dalam bentuk nyata seperti bangunan, jembatan, jalan ataupun bantuan sesaat yang diberikan pada masyarakat. Pembangunaan hendaknya juga memperhatikan kualitas sumber daya manusianya, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi mandiri dengan keterampilan yang dimiliki, secara tidak langsung akan membantu mereka keluar dari jerat kemiskinan (Anwas, 2014). Maka faktor utama dari kemiskinan juga terletak pada kualitas SDM suatu daerah, yang mana menjadi fokus perhatian penelitian ini. Perbaikan kualitas masyarakat dapat dilakukan dengan cara pemberdayaan pada masyarakat, dengan memberikan pengetahuan dan pelatihan agar mereka dapat mengembangkan diri.

Pemberdayaan merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya yang dimilik. Selain itu pemberdayaan juga merupakan suatu upaya mendorong masyarakat untuk mampu menjadi sosok utama dalam memanfaatkan lingkungannya guna mencapai suatu keberlanjutan untuk jangka panjang (Priatama, 2013).Seperti yang diungkapkan Santoso (2016) bahwa, pemberdayaan dengan kualitas masyarakatnya yang mandiri bisa menjadi sumbangan dalam kemajuan pembangunan nasional.

Pembangunan dengan berfokus pada pemberdayaan masyarakat juga masih terus diupayakan oleh pemerintah kabupaten Wonogiri, yang memiliki luas daerah 182 236, 0236 Ha. Luas wilayah yang rata-rata dipenuhi dengan bukit serta kondisi tanah yang relatif

(7)

berbatuan, menjadikan sulitnya usaha masyarakat dalam bidang pertanian dan perkebunan. Maka dari itu masih banyak masyarakat yang masuk dalam golongan penduduk miskin karena sulitnya mengembangkan usaha mandiri. Jumlah penduduk miskin yang ada di kabupaten Wonogiri dapat dilihat dalam tabel dibawah ini yang menunjukkan persentase jumlah penduduk miskin di kabupten Wonogiri.

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Wonogiri Tahun Jumlah Penduduk

Miskin Presentase Penduduk Miskin 2014 123,85 13, 09 2015 122,98 12,98 Sumber : BPS Wonogiri

Data tersebut menunjukkan beberapa tahun terakhir tingkat kemiskinan di Wonogiri tidak menunjukkan banyak perubahan. Tabel tersebut menunjukkan bahwa masih banyak penduduk miskin yang harus dibantu keluar dari kemiskinan. Walaupun belum bisa maksimal dalam penurunan tingkat kemiskinan, namundengan jumlah penduduk miskin tersebut pemerintah kabupaten Wonogiri berusaha untuk terus mengurangi presentase kemiskinan dengan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dalam berbagai bidang.

Salah satu program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten Wonogiri ialah melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPERMAS),yaitu instansi pemerintah yang berfokus pada perbaikan taraf hidup masyarakat dalam bidang ekenomi, pendidikan serta kesehatan masyarakat. Banyak progam yang dimiliki BAPERMAS dalam perbaikan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satunya ialah pada pemberdayaan yang mengikuti keputusan Menteri Dalam Negeri(MENDAGRI) nomer 20 tahun 2010, mengenai pemberdayaan masyarakat dengan penggunaan teknologi tepat guna. Serta mewajibkan pada setiap kecamatan di Indonesia membentuk lembaga sosial Posyantek (www.portal.mahkamahkonstitusi.go.id, 2016) Tujuan pembentukan lembaga tersebut ialah sebagai tangan panjang BAPERMAS agar dapat membantu masyarakat dalam meningkatan keterampilan, usaha, kemandirian dengan penggunaan Teknologi Tepat Guna (TTG), yang selanjutnya disingkat TTG.

Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (POSYANTEK) adalah lembaga kemasyarakatan di tingkat Kecamatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi, promosi dan orientasi tentang TTG.Posyantek Tekno Mitra Giri merupakan lembaga sosial yang berada di kecamatan Wonogiridan telah berdiri sejak tahun 2013. Pada tahun 2015 Posyantek Tekno

(8)

Mitra Giri memperoleh prestasi sebagai juara 1 lomba Posyantek tingkat nasional di Nangro Aceh Darussalam (www.suaramerdeka.com, 2016). Lembaga ini memanfaatkan teknologi buatan yang dapat membantu kegiatan usaha masyarakat di kecamatan Wonogiri, dengan tujuan meningkatkan keterampilan dan kemandirian masyarakatnya. Pentingnya penyebaran informasi menjadikan komunikasi sebagai salah satu aspek tercapainya keberhasilan pembangunan, khusnya dalam pemberdayaan masyarakat(Indardi, 2016). Informasi dalam penelitian ini ialah penyebaran pengetahuan mengenai TTG, yang dapat membantu masyarakat dalam optimalisasi produktivitas usaha. Seperti yang dikemukakan oleh (R, Suseno, Janu, & Badar, 2008) TTG merupakan gagasan yang cocok dalam memenuhi kebutuhan masyarakat berdasarkan aspek teknis, ekonomi, sosial, dan ramah lingkungan.Teknologi tepat guna merupakan teknologi buatan yang mudah digunakan dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, sehingga dapat mempermudah dalam produktivitas penggunanya (Sianipar et al., 2013).

Posyantek merupakan salah satu lembaga sosial yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan dalam lingkunan sosial dan perekonomian (Hishiyama, 2013). Posyantek Tekno Mitra Giri memfokuskan pemberdayaan masyarakat desa di wilayah kecamatan Wonogiri yang telah memiliki usaha kecil, dan masih memproduksi usaha dengan menggunakan tenaga manual. Melihat kondisi masyarakat lokalnya maka Posyantek membuat alat-alat yang dapat membantu produksi masyarakat, sehingga dapat mempermudah mereka dalam peningkatan produksi. TTG ialah teknologi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakannya (R et al., 2008).

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pemberadayaan masyarakat dengan TTG dapat menjaga pembangunan berkelanjutan. Penelitian dari (Rahmiyati, Andayani, & Panjaitan, 2015) menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan TTG dapat memperbaiki ekonomi serta meningkatkan produktivitas serta mutu produksi. Usaha memberdayakan masyarakat ialah langkah untuk memandirikan serta memampukan masyarakat sehingga akan muncul perubahan yang efektif. Dalam proses usaha tersebut maka diperlukan teknologi yang tepat serta relevan sesuai kebutuhan kelompok masyarakat. Ketidak tepatan teknologi yang diimplementasikan pada masyarakat akan menimbulkan masalah, karena tidak sesuai dengan kondisi lokasi pemberdayaan. Untuk keberlanjutan UMKM yang ada dibutuhkan pendampingan secara teknis dan non teknis, serta keterlibatan pemerintah ialah hal mutlak yang ada dalam pemberdayaan melalui TTG.

Dari penelitian diatas dapat dilihat, peran penggunaan TTG pada masyarakat, sebagai alat yang dapat menjaga pembangunan berkelanjutan dan dapat membantu dalam pembangunan

(9)

desa. Namun dalam penelitian terdahulu menunjukkan hasil, masih kurangnya fasilitator dan juga pendampingan dari pihak-pihak pemberdaya seperti pemerintah dan juga lembaga pemberdayaan. Dalam penelitiaan ini peneliti akan memfokuskan pada pihak pemberdaya yaitu Posyantek sebagai lembaga sosial, dalam meningkatkan kualitas masyarakat di kecamatan Wonogiri, khususnya kelompok yang telah memiliki usaha kecil.

Komunikasi sangat diperlukan dalam proses pemberdayaan yang melibatkan masyarakat, penentuan strategi komunikasi pemberdaya harus disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh (Hudri, Abdullah, & Sailillah, 2015) mengenai peranan komunikasi Badan Keswadayan Masyarakat dalam mensosialisasikan program nasional. Untuk keberhasilan program dibutuhkan pendeketan secara langsung, tatap muka dengan masyarakat sasaran. Pemberdaya melakukan komunikasi secara face to face pada masyarakat agar program yang diinginkan dapat diterima melalu penjelasan yang disampaikan. Selain itu diadakan juga pertemuan atau rembug warga, untuk memberikan penjelasan secara rinci dari program yang diadakan.

Pentingnya sebuah komunikasi dalam proses pemberdaya menjadikan peneliti ingin mengetahui lebih dalam, mengenai peran komunikasi Posyantek Tekno Mitra Giri dalam meningkatkan keterampilan, kemampuan, usaha hingga ekonomi kelompok usaha kecil di kecamatan Wonogiri. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran komunikasi LPM Posyantek Tekno Mitra Giri dalam pemberdayaan kelompok usaha kecil di kecamatan Wonogiri dengan penggunaan TTG ?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan teknis analisis Miles dan Huberman yaitu teknik analisis data yang dilakukan secara interaktif, dan memungkinkan peneliti untuk melakukan reduksi data, penyajian data hingga penarikan kesimpulan selama proses pengumpulan data yang dilakukan.Harapan dari penelitian ini dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya mengenai peran lembaga dalam memberdayakan masyarakat.

1.1 Komunikasi Pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat

Menurut Rogers komunikasi merupakan salah satu dasar dari perubahan sosial, yang mana dari dasar tersebut dapat mencapai sebuah perubahan yang mengarah pada pembangunan yang lebih baik. Maka komunikasi sering dipahami sebagai tindakan persuasif yang berkaitan dengan hal seperti pemberitahuan, membujuk, menerangkan, menjelaskan dan bahkan membandingkan (Dilla, 2007). Dalam konteks pemberdayaan, perspektif komunikasi pembangunan akan berfokus pada penciptaan ide dan pemberian motivasi yang bertujuan agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan (Harun & Ardianto, 2011).

(10)

Ada beberapa hal utama yang harus dilakukan dalam komunikasi pembangunan, yaitu dapat membuka pemahaman serta wawasan berpikir masyarakat sasaran. Selain itu dapat memberikan tambahan pengetahuan serta keterampilan sehingga dapat memberdayakan masyarakat secara menyeluruh (Dilla, 2007). Peran komunikasi sendiri dalam perubahan masyarakat ialah sebagai pengarah, penggugah dan dapat mengendalikan perubahan, sehingga perubahan akan tetap bermanfaat dan berlangsung teratur.

Sedangkan pemberdayaan masyarakat merupakan konsep utama yang menjadi perhatian setelah banyak program pembangunan ekonomi yang gagal. Maka konsep ini menjadi harapan bagi pertumbuhan ekonomi yang memadai bagi masyarakat. Unsur utama pemberdayaan ialah pemberian kewenangan dan pengembangan kapasitas diri masyarakat oleh pihak yang memiliki power, yaitu pemerintah atau instansi sosial (Soetomo, 2015). Maka pemberdayaan berkaitan erat dengan pemerintah atau instansi sosial sebagai pemberdaya, dan masyarakat yang menjadi tokoh utama yang diberdayakan. Ada beberapa tahap yang dilakukan untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat : Pertama, seleksi lokasi untuk menetapkan wilayah pemberdaayaan danbertujuan untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Kedua, sosialisasi pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk menciptakan komunikasi serta dialog dengan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman akan program pemberdayaan. Ketiga, proses pemberdayaan yaitu adanya kajian akan sumber daya alam serta manusia yang terdapat pada wilayah pemberdayaan. Sehingga setelah melihat kelebihan yang ada maka pemberdaya dapat membentuk dan mengembangkan kelompok masyarakat dan kemudian diberikan pelatihan melalui kegiatan pemberdayaan yang telah dirancang (Triyono, Purworini, & Murti P, 2016).

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses memiliki kekuatan yang cukup dan memungkinkan individu untuk memiliki daya yang besar dalam pengambilan keputusan sendiri, demi tercapainya kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan terjadi melalui beberapa tahapan, yaitu penyadaran kepada sasaran yang diberdayakan bahwa mereka dapat keluar dari ketidakberdayaan melalui kapasitas. Pengkapasitasan yaitu pemberian kapasitas pada individu atau kelompok untuk menerima daya berupa pelatihan, pembinaan, seminar dan sejenisnya. Pemberian daya yaitu kekuasaan, atau peluang yang diberikan sesuai dengan kecakapan yang telah dimiliki oleh individu atau kelompok yang diberdayakan (Maryatun & Lasa, 2009).

Untuk mempengaruhi masyarakat agar dapat menerima ide atau gagasan pembangunan, para pelaku pemderdayaan menerapkan teori difusi inovasi yaitu suatu komunikasi khusus yang berkaitan erat penyebarannya ide-ide atau gagasan baru. Ide atau gagasan baru tersebut

(11)

merupakan pesan, yang disampaikan oleh pemberdaya yaitu komunikator kepada komunikan, yaitu masyarakat sasaran. Kemudian ide atau gagasan itu dikomunikasikan melalui saluran tertentu kepada anggota suatu sistem sosial dengan jangka waktu tertentu (Prastyanti, 2013). Dalam jangka waktu tersebut, masyarakat dapat menerima ataupun menolak untuk mengadaptasi inovasi baru yang disebarkan.Hal tersebut kembali kepada pengetahuan serta pemahaman yang diperoleh oleh masyarakat untuk menerima inovasi baru yang diterima. Inovasi sebagai temuan baru dapat berupa informasi, gagasan, atau benda baru yang berakibat terjadinya perubahan sosial dalam penyebarannya di tengah masyarakat (Khusnawati & Prasetyo, 2016).

Selain itu dalam pemberdayaan dibutuhkan opinin leader yaitu ialah seseorang yang secara non-formal dapat mempengaruhi sikap atau tindakan dari orang lain, baik mereka sebagai orang yang mencari informasi (opinion seeker), atau mereka hanya sebagai penerima informasi secara pasif (opinion recipient). Seseorang ini dapat didefinisikan sebagai pemimpin pendapat atau pemuka masyarakat (Manopo, 2013). Peran opinion leader adalah sebagai perantara atau penerjemah berbagai informasi yang diperolehnya dari luar dan kemudian disebarkan pada masyarakat, sehingga secara tidak langsung luas penyebaran informasi pada masyarakat juga tergantung pada opinion leader (Bagus, 2015).

1.2 Komunikasi Kelompok dalam Pembangunan

Proses penyampaian pesan inovasi tersebut membentuk sebuah komunikasi dalam kelompok, karena adanya interaksi langsung lebih dari 3 orang didalamnya. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam (Daryanto & Raharjo, 2016), komunikasi kelompok merupakan suatu interaksi langsung atau tatap muka, tiga orang atau lebih agar dapat berbagi informasi atau penyelesain masalah, sehingga bisa mencapai keinginan dan tujuan yang diinginkan. Selain itu dengan komunikasi kelompok dapat dengan mudah mempengaruhi atau mengajak anggota lainnya untuk menerima atau menolak suatu ide maupun informasi yang diterima.

Komunikasi kelompok terlihat dalam proses diskusi, seminar, ceramah dan sejenis lainnya, dimana dalam proses tersebut logika berpikir komunikan memiliki peranan penting dalam proses komunikasi ini. Hal tersebut karena komunikan dapat melakukan penilaian tentang kelogisan informasi yang disampaikan oleh komunikator, dan proses komunikasi ini lebih bersifat dialogis. Tanggapan atau feedback akan terjadi secara langsung, baik berupa pertanyaan ataupun sanggahan terhadap pesan yang disampaikan komunikator (Muaripin, 2015).

(12)

2. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan metode ini karena ingin menjelaskan atau mendeskriptifkan fenomena secara faktual, sistematis dan akurat dengan didukung fakta-fakta yang ada dilapangan.Hal tersebut yaitu dalam mendeskriptifkan proses peran Posyantek dalam upaya pemberdayaan masyarakat melalui pemahaman dan penggunaan Teknologi Tepat Guna (TTG) (Bungin, 2015)

Objek dalam penelitian ini ialah pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberdayaan. Maka dari itu peneliti mengambil 7 informan yaitu pengurus Posyantek Tekno Mitra Giri sebagai agen pemberdayaan, dan diantaranya ialah ketua posyantek, dan tiga pengurus Posyantek, selain itu juga dari tiga orang dari kelompok usaha kecil masyarakat. Pemilihan sampel tersebut ditetepakan karena peneliti memiliki kriteria sendiri, yaitu ketua Posyantek yang memahami secara keseluruhan mengenai Posyantek dan program pemberdayaan. Serta pengurus Posyantek merupakan kepala bidang pelayanan TTG, kemitraan, pengembangan, yang membantu terlaksananya program Posyantek. Kelompok usaha kecil yang dipilih ialah kelompok usaha kecil yang telah lama bergabung dan baru bergabung. Kelompok pertama ialah pembuat tahu yang bergabung tahun 2013, kelompok kedua ialah penyulingan air yang bergabung tahun 2014. Kelompok ketiga ialah pembuatan karak tanpa boraks, yang telah bergabung tahun 2015. Pemilihan tersebut untuk mengetahui manfaat apa yang telah dirasakan semenjak menerima sosialisasi dari Posyantek. Melalui pemilihan sampel tersebut menunjukkan bahwa peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bertujuan agar mendapatkan data yang berlimpah serta relevan sesuai dengan tema penelitian. Dalam penelitian ini lebih mengutamakan informasi, data dan sampling yang dapat menjelaskan fenomena secara mendalam, dan tidak memerlukan populasi atau sampling yang banyak untuk menjelaskan fenomena yang akan diteliti(Yin, 2011).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan data primer dan sekunder, data primer adalah data utama yang diperoleh langsung di lapangan, dan sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah wawancara mendalam (in depth interview), dan semi terstruktur, dimana peneliti langsung bertatap muka dengan informan untuk memperoleh data lengkap topik penelitian. Selain wawancara peneliti juga melakukan observasi non participant,yaitu peneliti secara langsung mengamati di lapangan untuk mendapatkan data dan informasi penguat hasil penelitian. Observsi pertama yang dilakukan peniliti pada bulan Maret 2016-Mei 2016, dan berlanjut pada bulan September 2016-Oktober 2016. Sedangkan data sekunder adalah data kedua yang diperoleh dari banyak sumber dan

(13)

sebagai pendukung sumber primer. Sumber data sekunder yang digunakan pada penelitian ini ialah berasal dari dokumentasi foto, buku, jurnal, dan internet sebagai penguat informasi yang diperoleh dari informan (Kriyantono, 2010)

Untuk validitas data menggunakan Triangulasi sumber yaitu membandingkan tingkat kepercayaan atas informasi yang diperolehan dari sumber berbeda. Teknik validitas ini memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi terlebih dahulu di Posyantek Tekno Mitra Giri, kemudian melakukan wawancara untuk melengkapi observasi terdahulu. Selanjutnya data yang diperoleh, dikonfirmasi, dideskripsikan, dan dikategorikan pandangan yang sama, berbeda, dan yang spesifik dari sumber data tersebut. Terakhir peneliti menarik kesimpulan dari uji data yang dilakukan (Bungin, 2015).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. Menurut (Pujileksono, 2015) model analisis Miles dan Huberman yaitu teknik analisis data yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Teknik analisis ini memungkinkan peneliti untuk melakukan reduksi data, penyajian data hingga penarikan kesimpulan selama proses pengumpulan data yang dilakukan.

3. PEMBAHASAN

3.1 Peran Komunikasi Posyantek dalam Pemberdayaan Kelompok Usaha Kecil a. Sosialisasi Sebagai Bentuk Komunikasi dalam Pemberdayaan

Sosialisasi merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk menyampaikan sebuah informasi atau program baru yang bertujuan agar dapat diketahui oleh masyarakat luas. Tujuan dari sosialisasi dalam pemberdayaan adalah untuk menciptakan komunikasi antara pemberdaya dan masyarakat yang diberdayakan, agarpemberdaya dengan mudah dapat memberikan informasi mengenai suatu informasi atau program, yang mana hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan tujuan program pembangunan.Begitu juga yang dilakukan oleh Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri, untuk memberi informasi dan mengenalkan manfaat penggunaan TTG pada masyarakat maka mereka mensosialisasikan alat-alat TTG. Maka untuk mempermudah proses sosialisasi tersebut, terlebih dahulu Posyantek telah menentukan masyarakat sasarannya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh informan pertama selaku Ketua Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri, sebagai berikut:

“Jadi program Posyantek sendiri itu kita mensosialisasikan alat-alat TTG, dengan masuk kedalam masyarakat paling tidak masyarakat yang sudah punya kegiatan atau usaha kecil. Jadi masyarakat yang punya kegiatan terus kita

(14)

arahkan dan terus kita perkenalkan alat-alat yang dapat membantu usahanya” (ketua Posyantek, 28 Oktober 2016).

Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri mulai dikenal oleh sebagian besar masyarakat melalui sosialisasi yang dilakukan, yaitu dengan masuk ke desa-desa dan melakukan penjelasan kepada masyarakat yang memiliki kegiatan usaha kecil tentang TTG. Sosialisasi pada dasarnya adalah penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program(Sankarto & Iskak, 2008). Posyantek sebagai agen pemberdayaan sekaligus sebagai fasilitator dijelaskan oleh (Fernández, Vidueira, Díaz, & De, 2015), fasilitator merupakan point penting karena mereka akan terlibat langsung dalam proses pemberdayaan kelompok-kelompok kecil, dengan melakukan pendekatan juga memberikan semangat bagi masyarakatnya.

Sosialisasi atau pemasyarakatan program adalah tahapan penting dalam program pengembangan masyarakat(Arbi, 2016). Kegiatan sosialisasi tidak hanya menyampaikan informasi tentang TTG dan jasa layanannya, tetapi juga mencari dukungan dari berbagai kelompok masyarakat untuk melakukan perbaikan kondisi ekonomi mereka. Agar layanan Posyantek sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka mereka membangun dialog dengan masyarakat mengenai kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang dapat dilayani oleh pengurus Posyantek. Sebuah dialog yang terbentuk antara pemberdaya dan masayarakat yang diberdayakan merupakan salah satu konsep dari komunikasi partisipatif, yaitu adanya transaksi antara pengirim pesan dan penerima pada satu waktu yang sama, sehingga dapat berbagi pemahaman akan pesan yang disampaikan. Maka dengan adanya dialog yang terbangun, Posyantek mengetahui kondisi masyarakat dan apa saja yang dibutuhkan oleh kelompok usaha kecil untuk mengembangkan usaha mereka. Jadi dengan adanya proses sosialisasi masyarakat mengetahui bahwa Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri merupakan lembaga kemasyarakatan yang berfungsi memberikan pelayanan teknis, informasi, promosi dan orientasi tentang TTG di kecamatan Wonogiri.

Sasaran awal program kegiatan Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri adalah masyarakat yang mempunyai usaha kecil, hal ini dilakukan agar masyarakat yang mempunyai usaha tersebut dapat bekerja lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan TTG, sehingga hasil produksi usaha akan semakin mengalami peningkatan. Penentuan kelompok usaha kecil merupakan usaha pemberdaya dalam pemanfaatan sumber daya dan juga keterampilan masyarakat, sehingga kegiatan yang dirancang akan lebih terorganisir. Menjadikan kelompok

(15)

usaha kecil sebagai sasaran kegiatan posyantek, agar dapat memperbaiki dengan cepat permasalahan ekonomi masyarakat di desa. Usaha kecil yang ada di desa diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan ekonomi, urbanisasi, serta pembangunan tidak merata. Sehingga kelompok usaha kecil dan menengah memiliki peran penting dalam perbaikan pembangunan serta peningkatan produktivitas usaha (Gunawan, 2014)

Dalam proses sosialisasi tersebut Posyantek sebagai komunikator melakukan pendekatan pada masyarakat baik secara interpersonal maupun kelompok, agar dapat diterima kehadiran serta program yang akan dikenalkan pada masyarakat (Jones, 2013). Dalam proses tersebut membentuk sebuah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih, dimana mereka memiliki tujuan untuk mendapatkan sebuah feedback dari komunikannya (Utomo, 2015). Maka dapat terlihat komunikasi yang terjadi dalam kelompok tersebut bukan hanya searah, dimana masyarakat secara aktif juga memberikan feedbackdari penyampaian Posyantek, seperti yang diungkapkan oleh informan ketiga :

“ya kan kita itu datang dan menjelaskan pada mereka tentang Posyantek dan juga TTG, biar lebih paham kita langsung praktek em jadi tidak hanya bicara. Setelah mereka mendengarkan penjelasan kita itu langsung senang dan pada semangat ya buat tanya-tanya sampai kadang waktu itu kurang” (pengurus Posyantek, 11 Oktober 2016).

Penyebaran informasi yang dilakukan oleh Posyantek dengan pengenalan tentang Posyantek dan penjelasan mengenai TTG pada masyarakat, serta langsung memberikan contoh dalam penggunaannya dapat diterima dengan baik oleh kelompok masyarakat. Komunikasi yang terjadi dalam proses ini menunjukkan bahwa adanya dampak sosialisasi yang disampaikan oleh Posyantek cukup berhasil. Terlihat dari ketertarikan masyarakat dengan memberi pertanyaan atas informasi yang disampaikan oleh Posyntek. Sosialisasi dapat dikatakan berhasil dengan adanya feedback dari masyarakat, yang dianggap sebagai komunikasi timbal balik dan menandakan penerimaan program dari pemberdaya (Nurdin, Cangara, & Sultan, 2014). Posyantek dalam penyampaian pesandikatakan berhasil, karena masyarakat sasaran bisa memberikan pertanyaan yang menandakan adanya pemahaman akan pesan yang telah disampaikan oleh Posyantek. Terlebih penyampaian pesan didukung dengan praktek yang menjadikan pesan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

b. Media Sosialisasi Posyantek Tekno Mitra Giri

Untuk mendukung proses penyebaran pesan Posyantek menggunakan beberapa media agar dapat melakukan komunikasi dengan skala yang lebih luas yaitu, melalui jejaring sosial seperti facebook. Cara ini cukup efektif karena perkembangan saat ini menjadikan

(16)

masyarakat lebih mengenal teknologi komunikasi yang ada, hal ini didukung pendapat informan keempat selaku pengurus Posyantek sebagai berikut:

“Jadi sosialisasi bisa secara langsung ya artinya kita sosialisasi di tingkat masyarakat,kita juga menggunakan media massa seperti blog, dan facebook . Hal ini ternyata bisa dirasakan ketika ada orang yg mencari informasi tentang Posyantek, ada beberapa tamu dari luar kota, ternyata mereka mengetahui kita dari media sosial tersebut” (pengurus Posyantek, 26 Oktober 2016)

Banyak cara yang telah dilakukan oleh Posyantek Tekno Mitra Giri dalam mengenalkan program dan TTG, yaitu dengan memanfaatkan media. Salah satunya ialah dengan menggunakan media social,yang dianggap sebagai media paling cepat dalam memberikan informasi, karena perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat. Salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini ialah facebook, melalui facebook maka Posyantek dapat dengan mudah menyampaikan informasi mengenai TTG. Paham yang sama diutarakan oleh (Rumyeni, Lubis, & Yohana, 2015) perkembangan teknologi komunikasi menjadikan masyarakat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi yang diinginkan. Media sosial khususnya yang memuat informasi dari berbagai wilayah hingga belahan dunia, menjadi alasan penggunaan media sosial. Facebook adalah salah satu media yang banyak digunakan untuk mengenal seseorang atau menjadi media bertukar informasi.

Selain facebook media lain yang digunakan oleh Posyantek ialah selebaran atau brosur, seperti yang diungkapkan oleh informan ketiga, yaitu :

“ Ya jadi..untuk yang dapat mengakses internet Posyantek menggunakan blog dan facebook, sedangkan yang belum bisa menggunakan internet Posyantek menggunakan brosur” (pengurus Posyantek, 11 Oktober 2016).

Media merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyebaran informasi pada masyarakat. Banyak media yang dapat digunakan untuk membantu penyebaran informasi oleh pihak pemberdaya, sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Bisa menggunakan buku, brosur, film, poster dan lain sebagainya tergantung dari kebutuhan pihak pemberdaya (Triyono et al., 2016). Penyampaian maksud dan tujuan dari suatu program terdapat pada brosur yang disebarkan oleh Posyantek. Pemilihan brosur sebagai salah satu media komunikasi sosialisasi Posyantek karena melihat dari keadaan masyarakatnya yang tidak semua bisa mengakses internet. Media sosialisasi ini dapat dikatakan sebagai media pendukung selain diadakannya pertemua secara langsung.

(17)

Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri sebagai lembaga yang bergerak dalam pelayanan dan informasi tentang TTG, mempunyai program untuk mensosialisasikan alat-alat TTG kepada masyarakat. Sosialisasi bukan hanya sebagai media pengenalan namun juga sebagai pemantik guna menumbuhkan minat dan ketertarikan mereka akan TTG. Perlu sebuah cara yang efektif agar masyarakat makin dekat dengan TTG, hal ini sebagaimana disampaikan informan kedua selaku pengurus Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri sebagai berikut:

“Posyantek tekno mitra giri melakukan pelatihan, pembinaan, pendampingan (pengurus Posyantek, 26 Oktober 2016).

Salah satu cara yang efektif agar masyarakat semakin mengenal TTG adalah dengan memberikan pelatihan, dan melakukan pembinaan serta pendampingan. Pelatihan, pembinaan dan pendampingan merupakan keberlanjutan dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Posyantek. Kegiatan tersebut melibatkan sekelompok masyarakat yang sama-sama memiliki keinginan untuk mendapatkan pelatihan. Berkumpulnya masyarakat yang tertarik akan program Posyantekmelakukan proses komunikasi kelompok, dimana mereka memiliki keinginan yang sama untuk mendapatkan pengetahuan baru serta pelatihan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan usaha yang dimiliki. Training atau pelatihan adalah tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang anggota dalam melaksanakan pekerjaan tertentu (Kamil, 2012). Kegiatan pelatihan dilakukan untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat tentang penggunaan alat tepat guna, kemudian pembinaan dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang pengelolaan usaha dengan menggunakan TTG dan pendampingan dilakukan dalam setiap usaha untuk mencapai keberhasilan usaha.

Maka dengan memberikan pelatihan dan pembinaan kepada kelompok masyarakat pelaku usaha, mereka akan lebih mengenal TTG sehingga kegiatan produksi berjalan efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya. Selain memberikan pelatihan dan pembinaan, hal yang lebih penting lagi dilakukan oleh Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri adalah melakukan pendampingan terhadap usaha yang mereka lakukan. Seperti yang diungkapkan oleh informan keempat bahwa:

“Ya itu tadi kegiatan pelatihan, pendampingan tadi ya, misalnya ya, masyarakat membutuhkan alat TTG ini ya. Kalau kita kan pendampingan misalnya ternyata alat ini belum bisa dioprasikan oleh masyarakat terus kemudian alat ini tidak cocok spesifikasinya nah itu kita terus lakukan pendampingan sampai kemudian kita arahkan hingga mereka bisa menggunakannya. Misalnya oh produk ini kurang begini, jadi kita arahkan jadi lebih baik” (pengurus Posyantek, 26 Oktober 2016) .

(18)

Pendampingan merupakan bentuk program dari Posyantek dalam upaya meningkatkan produksi parapelaku usaha, serta menjadikan kegiatan usaha yang dilakukan menjadi lebih baik dengan adanya masukan-masukan yang diberikan oleh pengurus dari setiap proses produksi. Pendampingan merupakan salah satu strategi dalam menentukan keberhasilan program Posyantek. Pendamping hadir sebagai agen pemberdaya yang membantu serta terlibat langsung dalam rangka mengoptimalkan kelompok usaha. Maka pemerintah memberikan kebijakan terhadap balai besar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial untuk meningkatkan kemampuan pendamping kelompok usaha bersama melalui dunia pendidikan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas (Nurhasanah, Kamil, & Saepudin, 2016). Kehadiran TTG terkadang membuat masyarakat masih belum mampu menggunakannya secara optimal, sehingga membutuhkan pendambingan dari para pengurus Posyantek.

Peran pengurus Posyantek terlihat sebagai fasilitator dalam upaya menyusun rencana-rencana pembangunan usaha, hal ini ditandai dengan pengurus Posyantek melakukan inisiatif untuk mengupayakan pembangunan dan upaya pencarian solusi terhadap persoalan yang ada dalam kelompok masyarakat. Menurut(Sianipar, Yudoko, Adhiutama, & Dowaki, 2013) ada tiga tahap dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu memberikan alat untuk masyarakat setempat, mengajari mereka bagaimana menggunakan dan memelihara dengan metode yang lebih baik, dan juga mengajarkan mereka bagaimana untuk membuatnya dengan dirinya sendiri, menyesuaikan fungsi berdasarkan kondisi yang diperlukan. Upaya ini akan mempertahankan pembangunan berkelanjutan, memberdayakan masyarakat setempat. Ketika orang luar meninggalkan mereka, masyarakat setempat akan mempertahankan pembangunan berkelanjutan oleh dirinya sendiri.

Hal tersebut didukung dengan terlihatnyaa keberhasilan dalam pemanfaatan TTG sangat dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Wonogiri, diantaranya adalah meningkatkan pengetahuan tentang alat sekaligus penggunaan TTG bagi masyarakat dalam meningkatkan produksi, sebagaimana disampaikan informan kelimakelompok masyarakat sebagai berikut:

“Manfaatnya ya banyak sekali ya, pengetahuan tentang mesin terus cara bagaimana produksi makanan itu dengan baik dan benar, terus cara pemasarannya.Menggunaakanalat dari posyantek saya lebih cepat, lebih mudah, lebih efisien waktu dan tenaga saya. Selain itu yang jelas saya dapat tambahan penghasilan ya, jadi pemasukan saya semakin bertambah”(Pembuat Tahu, 26 Oktober 2016).

Pemberian infromasi atau pengetahun baru pada masyarkat, sekaligus adanyaa pelatihan, pembinaan dan pendampingan merupakan bentuk usaha dalam mencapai keberhasilan program Posyantek dan usaha masyarakat. Sehingga dengan adanya pelatihan, pembinaan

(19)

dan pendampingan usaha yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan dengan baik dan segala bentuk permasalahan yang ada dapat didiskusikan bersama untuk mencari pemecahan masalah yang tepat.Menurut (Suharto, 2009) memaparkan bahwa pendampingan adalah interaksi dinamis antara kelompok masyarakat untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti, merancang program perbaikan kehidupan ekonomi, mobilisasi sumberdaya setempat, memecahkan masalah sosial, menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan, menjalin kerja sama dengan pihak lainya yang sesuai dengan konteks pemberdayaan masyarakat.

Segala program kegiatan yang dilakukan oleh Posyantek, yaitu dari pelatihan, pembinaan dan juga pendampingan memberikan ruang bagi Posyantek dan kelompok usaha kecil untuk saling berkomunikasi. Sehingga dengan mudah kelompok usaha kecil menerima informasi secara langsung dan dapat dipahami. Seperti yang diungkapkan oleh informan ketiga :

“yaa..kalau kegiatan gitu ya mba, masyarakat itu pasti ngajak diskusi, dari cara penggunaan alat terus kadang minta dikasih pelatihan membuat pangan gitu” (pengurus Posyantek, 11 Oktober 2016).

Kegiatan kelompok yang dilakukan oleh Posyantek dengan kelompok masyarakat menjadi alat yang dapat membantu Posyantek dalam penerimaan ide-ide baru oleh masyarakat. Sekaligus menjadi ajang untuk berdiskusi, sehingga Posyantek mengetahui apa yang menjadi kebutuhan kelompok binaan. Diskusi merupkan proses komunikasi, dimana pengirim pesan dan penerima pesan saling berinteraksi dalam suatu waktu yangg mana pada akhirnya dapat berbagi makna yang sama (Satriani, Muljono, & Lumintang, 2011). Dalam proses tersebut kelompok binaan menerima informasi baru yang dapat membantu mereka dalam penyelesain masalah pengolahan pangan dan produksi. Pengumpulan informasi tersebut menurut Follet dalam (Littlejohn, 2009) merupakan salah satu langkah kreatif dalam penyelesain masalah organisasi atau komunitas, yaitu dengan mengumpulkan informasi dari para ahli. Maka komunikasi kelompok yang telah dilakukan oleh Posyantek berampak positif terhadap kelompok binaan, karena mereka mau membuka diri dengan selalu menanyakan hal yang masih belum dipahami dalam sebuah diskusi.

d. Difusi Inovasi dalam Komunikasi Pembangunan

Kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh lembaga sosial atau pemerintah dapat berjalan baik, dengan adanya dukungan melalui komunikasi yang tepat untuk dapat mempengaruhi masyarakat. Komunikasi tersebut merupakan usaha untuk penerimaan program pembangunan yang telah dirancang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakatnya. Dalam

(20)

penerimaan hal baru bagi masyarakat tersebut, maka dibutuhkan waktu yang cukup lama, untuk mereka dapat mengambil keputusan, menerima atau menolak hal baru tersebut. Hal baru disini dapat dikatakan sebuah inovasi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Posyantek memberikan inovasi baru sebagai solusi kebutuhan masyarakat, yaitu dengan alat yang direkayasa dan dikenalkan pada masyarakat. Namun disini TTG tidak selalu bermakna alat, seperti yang diungkapkan informan pertamasebagai berikut :

“Jadi ya mba teknologi itu tidak selalu tentang alat, tapi juga ilmu eh atau pengetahuan baru. Jadi kami juga memberikan inovasi baru pada masyarakat atau kelompok-kelompok itu. Yaa contohnya saja pembuatan rambak ya mba itu kami kasih tau bahan-bahan yang aman dalam pembuatannya” (ketua Posyantek, 28 Oktober 2016).

Inovasi TTG yang ditawarkan Posyantek pada masyarakat tidak selalu berbentuk alat, namun juga sebuah metode atau pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat. Agar tersampaikan solusi dan program yang dimiliki oleh Posyantek pada kelompok usaha kecil, maka pemberdaya melakukan pendekatan langsung. Pendekatan secara interpersonal juga dilakukan oleh Posyantek agar inovasi tersebut dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh informan kedua, sebagai berikut :

“Jadi untuk mensosialisasikan TTG tersebut, setiap anggota dengan perlahan secara interpersonal, mengenalkan alat yang sekiranya dapat membantu dalam usaha produksi” (Pengurus Posyantek, 26 Oktober 2016).

Pendekatan secara personal dengan mudah dapat memberikan pemahaman kepada masyrakat akan manfaat penggunaa TTG, dimana Posyantek dengan mudah mengajak dan mempengaruhi masyarakat untuk menerima inovasi baru. Seperti yang diungkapkan oleh (Satriani et al., 2011), bahwa melakukan pendekatan dengan komunikasi akan memberikan dampak lebih mendalam, karena dapat mengajak serta mempengaruhi sikap masyarakat untuk menerima informasi tersebut. Posyantek dengan malakukan pendekatan secara personal, memberikan dampak dapat meluasnya pemahaman akan TTG dengan cepat pada masyarakat. Sehingga masyarakat juga cepat menerima inovasi baru yang disampaikan oleh Posyantek.

Komunikasi menjadi kunci keberhasilan Posyantek dalam menyampaikan pesan pemberdayaan, sehingga masyarakat dapat menerima perubahan yang ditawarkan oleh posyantek. Perubahan merupakan hal baru yang masyarakat masih belum memahaminya, maka proses penyebaran atau pendefusian inovasi baru pada masyarakat sangat ditekankan. Hal tersebut dikarenakan difusi inovasi membutuhkan waktu dalam penerimaan oleh

(21)

masyarakat yang diberdayakan. Mendukung dari pernyataan diatas, informan pertama menyatakan bahwa :

“ Jadi setelah diadakan sosialisasi, masyarakat yang dapat menerima penyampaian kami, kemudian menghubungi kami untuk minta diberikan pelatihan” (Ketua Posyntek, 28 Oktober 2016)

Difusi inovasi sendiri menurut (Prastyanti, 2013), adalah proses dimana penyebaran informasi baru, baik itu ide, produk ataupun jasa yang akan disebarkan pada masyarakat. Dalam proses tersebut masyarakat memiliki rentan waktu untuk dapat langsung menerima dan mengadaptasi secara langsung atau bahkan menolak. Maka penting bagi pemberdaya untuk memperhatikan kesesuaian pesan atau inovasi yang ingin disampaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Dalam hal tersebut posyantek telah mempetakan kepada kelompok-kelompok usaha kecil yang menjadi sasaran kegiatan posyantek. Mereka memberikan informasi dalam pengolahan makanan dengan bahan yang aman. Seperti yang diungkapkan oleh informan keenam, sebagai berikut :

“Manfaatnya bagus, setelah pelatihan dengan Posyantek dapat pengetahuan baru ya karena bahannya diganti dengan yang lebih baik, tidak pakai obat gendar lagi. Terus makin berkembang gitu usaha saya, jadi lebih banyak yang beli. Kan saya itu dulu usaha kecil-kecilan saja dirumah, terus abis dapat pelatihan dari posyantek jadi banyak yang beli karak saya. Kadang belum sempat kasih dipasar sudah habis dirumah dulu soalnya itu yang beli pada langsung datang atau ada juga yang pesen terus diantarkan. Penghasilan jelas lebih banyak ya dari yang dulu belum kenal posyantek, ya paling tidak itu ekonomi ya lumayan meningkat”(pengusaha karak beras, 24 Oktober 2016).

Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya program yang dilakukan oleh Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri adalah, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pola produksi yang lebih baik dan benar. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan dari pembangunan, dimana masyarakat dapat menerima pengetahuan baru yang bermanfaat bagi dirinya dalam meningkatkan perekonomian, seperti usaha kecil pada tingkat rumah, sehingga penghasilan masyarakat semakin mengalami peningkatan. Bukan hanya pengetahuan baru yang didapat namun, dengan pemanfaatan TTG tersebut masyarakat memperoleh efisiensi pada waktu dan tenaga yang dikeluarkan dalam proses produksi. Teknologi tepat guna dapat difungsikan dalam pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan potensi lokal. Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna seringkali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu. Teknologi tepat guna bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan mata pencaharian masyarakat dengan sumber daya yang terbatas (Lissenden,

(22)

Maley, & Mehta, 2013). Semua itu dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi,sosial dan kebudayaan masyarakat. Pembangunan tidak hanya berbentuk fisik, namun juga non fisik. Pembangunanfisikyaitu pembangunan yang dapat dilihat hasilnya secara nyata, sepertibangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain sebagainya. Sedangkanpembangunan non-fisik merupakan pembangunan sumber daya manusia denganmemberdayakan masyarakat melalui status pemulihan ekonomi masyarakat(Santoso & Amanda, 2016).

Pemberian informasi baru tersebut secara perlahan membantu perubahan dalam ekonomi masyarakat kelompok usaha kecil karena secara mandiri mereka bisa mengadaptasi informasi tersebut. Maka penyebaran informasi dan pengadaptasian tersebut dapat membantu kegiatan produksi kelompok usaha kecil, seperti yang dinyatakan oleh (Khusnawati & Prasetyo, 2016), difusi teknologi tepat guna berfungsi sebagai solusi dalam pengoptimalan produksi serta peningkatan pemasaran.

e. Opinion Leaders dalam Proses Komunikasi Pembangunan dan Pemberdayaan

Untuk bisa masuk ke dalam kelompok masyarakat Posyantek membutuhkan orang yang berpengaruh disetiap daerah yang akan didatangi. Keikutsertaan kepala desa ataupun orang yang dihormati didaerah tersebut sangat berpengaruh pada kegitan yang akan dilakukan Posyantek, karena mereka yang dapat menjembatani antara Posyantek dan masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh informan kedua :

“Ya kita sebelum masuk ke masayarakat itu memberikan surat ke kepala desa agar bisa menggumpulkan warganya untuk kita beri pengenalan dan penjelasan TTG” (pengurus posyantek, 26 Oktober 2016)

Pemilihan kepala desa sebagai opinion leaders oleh Posyantek, karena dianggap sebagai tokoh yang memiliki power dalam mengumpulkan masyarakat. Dalam proses tersebut terlihat kepala desa berperan sebagai pendukung proses sosialisasi Posyantek mengenai TTG pada masyarakat. Kehadiran kepala desa dan tokoh masyarakat dapat memberikan kemudahan bagi Posyantek untuk tersampaikannya program pemberdayaan yang telah disusun untuk perbaikan kondisi masyarakat. Kepala desa ataupun tokoh masyarakat menjadi opinion leader yang membantu penyebaran informasi dari pihak pemberdaya kepada masyarakat, karena mereka mendapatkan kepercayaan dari masyarakatnya. Sehingga bisa dikatakan opinion leader menjadi faktor penting yang membantu orang luar untuk pemberian informasi dan pemberdayaan pada masyarakatnya (Manopo, 2013). Tokoh masyarakat menjadi media promosi bagi kelompok luar yang ingin masuk dalam lingkungan masyarakat, karena dari

(23)

mereka keinginan dan tujuan pemberdaya dapat tersampaikan dengan cepat pada masyarakat (Satriani et al., 2011).

4. KESIMPULAN

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa kurangnya fasilitator dan juga pendampingan dari pihak-pihak pemberdaya seperti pemerintah dan juga lembaga pemberdayaan guna pembangunan berkelanjutan. Sedangkan dalam penelitian ini Posyantek sebagai lembaga pemberdaya telah menjalankan perannya sebagai fasilitator dengan memberikan pelatihan, pembinaan dan pendampingan cukup baik. Terlihat dari manfaat yang dirasakan oleh kelompok usaha kecil yang mendapatkan pelatihan, pendampingan dan pembinaan. Sedangkan pada penelitian terdahulu, kurangnya fasilitaor dalam proses pemberdayan dengan menggunakan TTG, menjadi kendala yang dihadapi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pada penelitian ini menunjukkan peran pemberdaya sebagai fasilitator dapat mengoptimalkan penggunaan TTG untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan produktivitas.

Peran komunikasi yang terlihat dalam penelitian terdahulu dengan melakukan pertemuan untuk mensosialisasikan program cukup berhasil. Sama halnya dengan yang dilakukan Posyantek dalam mensosialisasikan proramnya, melalui pertemuan dengan mengumpulkan masyarakat di balai desa. Namun Posyantek melakukan pendekatan lebih dekat dengan adanya keberlanjutan dari proses sosialisasi dengan melakukan diskusi dalam pelatihan, pendampingan, dan pembinaan. Munculnya antusias masyarakat yang menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasi Posyantek menandakan berperannya komunikasi dalam pembangunan. Pesan yang tersampaikan cukup baik itulah yang menjadikan terlaksanya segala program pelatihan, pendampingan daan pembinaan yang dirancang oleh Posyantek. Dampak dari program pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh Posyantek Tekno Mitra Giri telah dapat meningkatkan pengetahuan, kemandirian dan ekonomi, terutama pada produktivitas dan keterampilan dalam menjalankan usaha. Walau terhambat oleh pandangan awal yang negatif dari masyarakat akan kedatangan posyantek dalam kelompok mereka, namun seiring dengan pemahaman yang diberikan maka program yang dilakukan oleh Posyantek Tekno Mitra Giri Wonogiri berhasil dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Selain itu pemilihan kepala desa atau tokoh masyarakat sebagai opinion leaders membantu Posyantek untuk masuk dan mensosialisasikan TTG pada masyarakat, menjadi salah satu faktor pendukung komunikasi pembanggunan.

(24)

PERSANTUNAN

Junal penelitian ini dapat terselesaikan berkat dukungan serta motivasi dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Joko Sutarso, S.E, M.Si selaku pembimbing atas waktu, saran, dan motivasi kepada peneliti dalam menyusun jurnal ini. Terimakasih kepada pengurus dan anggota binaan Posyantek Tekno Mitra Giri kecamatan Wonogiri, atas ketersediaan waktu dan tempat untuk dapat melakukan penelitian ini. Terkhusus untuk kedua orang tua yang tanpa lelah memberikan motivasi dan masukan untuk peneliti selama proses penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anwas, O. M. (2014). Pemberdayaan Masyarakat di Era Global (kedua). Bandung: Alfabeta. Arbi, A. (2016). Governmental Communication Strategies in Socializing Waste Management.

International Journal of Social Science and Humanity, 6(8). http://doi.org/10.7763/IJSSH.2016.V6.726

Bagus, G. (2015). Opinion Leader Dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi. Jurnal Kajian Ilmu Komunkasi, 10.

Bungin, B. (2015). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Daryanto, & Raharjo, M. (2016). Teori Komunikasi. Yogyakarta: Gava Media.

Dilla, S. (2007). Komunikasi Pembangunan (pertama). Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Fernández, M. J., Vidueira, P., Díaz, J. M., & De, V. L. (2015). Empowerment Evaluation in

Spain : The Critical Friend Role in Working with Rural Communities.Procedia - Social and Behavioral Sciences, 191, 984–989. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.483 Gunawan, B. (2014). Proses Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Melalui Penerapan

Teknologi Tepat Guna. Universitas Negeri Semarang.

Harun, R., & Ardianto, E. (2011). Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial Perspektif Dominan, Kaji Ulang dan Teori Kritis. Jakarta: Rajawali Pers.

Hishiyama, R. (2013). Sustainable Empowerment Models for Rural Pastoral Communities in Kenya. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 85, 432–442.

http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.08.372

Hudri, Abdullah, M. M., & Sailillah, M. S. (2015). Peranan Komunikasi Badan Keswadaya Masyarakat Dalam Mensosialisasikan Program Nasional Pemberdayaam Masyarakat Mandiri Perkotaan di Kota Banjarmasin. Jurnal Komunikasi, Bisnis Dan Manajemen, 2, 29–40.

(25)

Indardi. (2016). Pengembangan Model Komunikasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Agraris, 2(2). http://doi.org/10.18196/agr.2128

Jones, T. (2013). Community Capital and The Role Of The State : An Empowering Approach To Personalisation. Journal Compilation, 7, 153–167.

http://doi.org/10.3351/ppp.0007.0003.0004

Kamil, M. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.

Khusnawati, E., & Prasetyo, Y. E. (2016). Difusi dan Adopsi Teknologi Tepat Guna Pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah : Observasi Pada Kegiatan IPTEKDA LIPI di Kabupaten Subang. Seminar Nasional IENACO, 1, 753–760.

Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Lissenden, J., Maley, S., & Mehta, K. (2013). An era of Appropriate Technology : Evolutions , Oversights and Opportunities. Journal Of Humanitarian Engineering, 3(1), 24–35. Littlejohn, S. W. (2009). Teori Komunikasi Theories Of Human Communication. Jakarta:

Salemba.

Manopo, G. J. (2013). Opinion, Peranan Dalam, Leader Masyarakat, Partisipasi Menunjang, Untuk Eceng, Bersih Danau, Gondok. Acta Diurna, I(I).

Mardikanto, T., & Soebiato, P. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik (kedua). Bandung: Alfabeta.

Maryatun, & Lasa, H. . (2009). Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat (Studi Kasus: Kecamatan Turi dan Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman). Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, V.

Muaripin, I. (2015). Peran Komunikator Pada Komunikasi Kelompok Dalam Penanaman Nilai Keimanan.

Nurdin, I., Cangara, H., & Sultan, I. (2014). Audit Komunikasi Terhadap Program Sosialisasi Pembanunan T / L 150 KV Maros-Sungguminasa Berdasarkan Surat Keputusan General Manager PT . PLN ( Persero ) Pikitring. Komunikasi KAREBA, 3(1).

Nurhasanah, S., Kamil, M., & Saepudin, A. (2016). Pelatihan Pendampingan Sosial dalam Meningkatkan Kemampuan Fasilitas Program Kelompok Usaha Bersama (Studi

Deskripsi Pelatihan Pendamping Sosial KUBE di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung). Pedagogia : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2.

Prastyanti, S. (2013). Difusi Inovasi Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat. Acta Diurna, 9.

(26)

Priatama, D. (2013). Strategi Komunikasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( Lpm ) Dalam Sosialisasi Program Pembinaan Masyarakat Di Kelurahan Loa Bakung Kota Samarinda. Ejournal Ilmu Komunikasi Fisip Unmul, 1(2), 70–84.

Pujileksono, S. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans Publishing. R, D., Suseno, T., Janu, R. I., & Badar, A. M. (2008). Peran Teknologi Tepat Guna Untuk

Masyarakat Daerah Perbatasan. Sosioteknologi, 13(April), 329–333.

Rahmiyati, N., Andayani, S., & Panjaitan, H. (2015). Model Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna di Kota Mojokerto. Ilmu Ekonomi & Manajemen, 2(2).

Rumyeni, Lubis, E. E., & Yohana, N. (2015). Penggunaan Media Sosial Facebook Sebagai Media Komunikasi dan Interaksi di Kalangan Siswa Sekolah. Jurnal Ilmu Komunikasi, 6.

Sankarto, B. S., & Iskak, P. I. (2008). Strategi Sosialisasi dan Promosi Unit Pelayanan Informasi Pertanian Kabupaten. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaninan,

Departemen Pertanian: Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Per. Argiculture, 2.

Santoso, & Amanda, R. (2016). Pelaksanaan Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) Dalam Pembangunan di Kelurahan Rawa Makmur Samarinda. eJournal Ilmu Administrasi Neara, 4(2), 4013–4026.

Satriani, I., Muljono, P., & Lumintang, R. (2011). Komunikasi Partisipatif Pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga (Studi Kasus di RW 05 Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor). Komunikasi Pembangunan, 9(2).

Sianipar, C. P. M., Yudoko, G., Adhiutama, A., & Dowaki, K. (2013). Community Empowerment Through Appropriate Technology: Sustaining The Sustainable Development. Procedia Environmental Sciences, 17, 1007–1016.

http://doi.org/10.1016/j.proenv.2013.02.120

Soetomo. (2015). Pemberadayaan Masyarakat : Mungkinkah Muncul Antitesisnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, E. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Reflika Aditama.

Triyono, A., Purworini, D., & Murti P, M. (2016). Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat di Masyarakat Gunung Kemukus Kabupaten Sragen Melalui Komunikasi Pembangunan. KomuniTi, 3, 108–118.

(27)

Utomo, N. S. (2015). Manajemen Komunikasi Eksternal ( Manajemen Komunikasi PT . Semen Indonesia ( PERSERO ) Tbk Dalam Proses Pembangunan Pabrik Semen di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang ). Komuniti, VII, 63–67.

Yin, R. K. (2011). Qualitative Research from Start to Finish. New York: The Guilford Press. www.suaramerdeka.comdiakses pada15 Mei 2016 pukul 11.45 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, karakter kandungan pati yang dicari menggunakan metode pendugaan pati gravimetri, tidak dapat digunakan untuk kriteria seleksi pada genotipe dengan potensi

Penelitian tersebut menunjukan selain latar belakang kehidupan orang tua, hubungan atau interaksi antara orang tua dengan putra – putrinya, tingkat pendidikan orang tua

Akan tetapi pemberian FLS segar 15% sudah nyata menyebabkan FCR yang lebih jelek dari kontrol, meskipun jumlah konsumsi bahan kering dan PBB tidak berbeda nyata (P>0,05)

Silloin, kun opiskelija lähtee ihan uutta juttua tekemään, niin heidän päässään pyörii paljon asioita, että hän vois oppia just sen jutun, että olisi hyvä, että juuri siihen

Seseorang yang menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor semestinya sudah cukup membantu untuk pencegahan terhadap terjadinya karies gigi, hanya saja perlu diperhatikan

Pada Perairan Tanjung Kalian, sesuai dengan nilai sudut gelombang pecah yang dihasilkan maka pada musim barat dan musim peralihan I mempunyai nilai sudut gelombang pecah

Sebagai bagian dari sastra lisan yang berbentuk puisi (puisi lama), mantra merupakan sebuah bahan mentah yang berpotensi dan menarik untuk diolah menjadi bahan

Merupakan produk pembiayaan BRI Syariah untuk usaha kecil nominal pembiayaan berkisar 25 – 75 juta, dengan tenggang waktu antara 6 – 36 bulan.Pembiayaan ini menggunakan