• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Program-Program Pengembangan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1.1 Program-Program Pengembangan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Penelitian

1.1 Program-Program Pengembangan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo

Program-program pengembangan pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo berdasarkan data hasil penelitian dilapangan meliputi 1). Religius, 2). Toleransi, 3). Disiplin, 4). Mandiri, 5). Peduli lingkungan.

a. Religius

Program-program pengembangan pendidikan karakter terkait dengan nilai religius dilakukan dengan berbagai kegiatan keagaman yang melibatkan semua warga sekolah. Kegiatan tersebut dapat di jelaskan berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut:

Kegiatan-kegiatan di bidang religius yang kita kembangkan pertama adalah sapa salam dan santun, kedua doa sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung, ke tiga adalah peringatan hari-hari besar islam di sekolah, melaksanakan kegiatan sholat rutin, yang berikut juga sholat jum’at bersama bagi yang muslim di sekolah, peringatan isra mi’raj dalam bentuk lomba-lomba seni baca al-qur’an bagi anak-anak dan yang terakhir ada memberantas buta huruf al-qur’an dikalangkan siswa. (/1.1/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa:

(2)

Kegiatan-kegiatan religius yang sering dilakukan oleh siswa yaitu sholat berjama’ah, sholat jum’at bagi laki-laki. dan pada saat tiba di sekolah siswa dibiasakan memberi salam dan mencium tangan guru piket. (/1.1/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh siswa yang pertama dalam rangka memperingati hari-hari besar agama kemudian sholat berjamaah misalnya sholat lohor, sholat jumat kemudian pada saat bulan suci ramadhan kami mengadakan pasantren-pasantren yang di isi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti lomba kaligrafi, lomba azan, lomba mengaji bagi siswa. (1.1/W/WKSKE/1.5.12)

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan religius yang dikembangkan berupa etika memberi dan menjawab salam, doa sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung, peringatan hari-hari besar islam di sekolah, melaksanakan kegiatan sholat rutin, sholat jum’at bersama bagi yang muslim di sekolah, peringatan isra mi’raj dalam bentuk lomba-lomba seni baca al-qur’an bagi anak-anak dan yang terakhir ada memeberantas buta huruf al-qur’an dikalangkan siswa.

Informasi ini didukung oleh Sekertaris Komite menjelaskan bahwa:

kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleh siswa yang pertama dalam rangkah memperingati hari-hari besar agama kemudian sholat berjama’ah, sholat jumat bagi laki-laki kemudian di adakan pada saat bulan suci ramadhan pasantren-pasantren yang di isi dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti lomba, lomba azan, lomba baca Al-Qur’an bagi siswa. (1.2/W/SK/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Siswa berdoa sebelum pembelajaran dimulai dan sholat dzuhur berjamaah di musholah”. (1.1/W/GPKn/5.5.12)

(3)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa:

Guru sebelum mengajar diawali dengan berdoa dan di tambahkan 5 menit untuk membaca surat-surat pendek Al-qur’an atau setidaknya doa belajar, jadi kebiasaan itu dilakukan setiap mengawali pembelajaran. serta memberikan salam dan mencium tangan kepada guru piket. (1.1/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa:

Untuk kegiatan riligius yang pertama kami lakukan yaitu sholat dzuhur berjama’ah, untuk laki-laki setiap hari jumat wajib untuk sholat di sekolah, mengadakan hari-hari besar keagamaan seperti isra mi’raj, maulid nabi, melaksanakan pengajian di sekolah. (1.1/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang menyangkut nilai religius yang dilaksanakan di sekolah antara lain Sholat berjama’ah, sholat jum’at bagi laki-laki, berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, 5 S ( Senyum, Sapa, Salam, Santun Salawat) yang terakhir memperingati hari-hari besar keagamaan.

b. Toleransi

Berhubungan dengan data tentang program-program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai toleransi dilakukan wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Nilai toleransi yang ditunjukan kepada siswa yaitu antar umat beragama kami saling berpartisipasi pada sesama, jika ada siswa yang mengalami musibah kita sama-sama meringankan beban mereka, membuat siswa mengerti memahami arti toleransi, menghargai dan menjunjung tinggi pendapat sikap dan tindakan orang lain sebagai motivasi untuk menerapkan nilai toleransi. (1.4/W/KS/23.5.12)

(4)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa:

Apabila sekolah membuat kegiatan-kegiatan keagamaan, kami juga mengikutsertakan non muslim dalam kepanitiaannya, apabila kami mengadakan acara walima non muslim juga kami wajibkan ikut dalam rangka membantu, mengumpulkan atau merancang dalam membuat walima. (1.4/W/WKSKU /1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Nilai toleransi selalu kami tunjukan kepada siswa-siswa agar saling menghargai antar umat beragama, siswa kami tidak membuat hal-hal yang dapat merugikan satu sama lain, serta siswa di himbau agar supaya bisa memahami keadaan sesamanya artinya tidak saling meremehkan atau bahkan mengagum-ngagumkan kelemahan maupun kelebihan dari pada siswa yang lain. (1.3/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa:

Kami harus menjadi contoh yang baik buat siswa untuk itu kami menanamkan nilai-nilai toleransi kepada siswa untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh siswa tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras golongan, status social, satus ekonomi, selalu menghargai pendapat orang lain, terutama saat diskusi di kelas, selalu memberikan solidaritas. (1.3/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa “saya selaku guru BK pada setiap memberikan pengarahan kepada siswa selalu menerapkan akhlak mulia, seperti menghargai antar umat beragama”. (1.2/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa:

(5)

Di kelas ada yang beragama muslin dan non muslim, jadi pada saat pelajaran agama akan dimulai yang non muslim di arahkan ke parpustakaan untuk membaca buku, kami juga di ajari bagaimana menghargai pendapat orang lain, saling membantu dan tidak membeda-bedakan agama lain. (1.3/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai toleransi yang ditunjukan guru kepada siswa agar mampu memahami sikap toleransi yaitu dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan himbauan bagaimana menghargai dan menjunjung tinggi pendapat sikap dan tindakan orang lain sebagai motivasi untuk menerapkan nilai toleransi, saling membantu tanpa membeda-bedakan agama dan suku dan guru menjadi contoh tauladan bagi siswa untuk itu guru harus memiliki karkater yang baik.

c. Disiplin

Berhubungan dengan data tentang program-program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai disiplin dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Disiplin yang kita terapkan disekolah yaitu disiplin waktu, disiplin berpakaian, tata tertib sekolah. Upaya yang kita lakukan adalah memantau langsung dan mengadakan evaluasi dilapangan dan memberikan penghargaan bagi siapa yang tidak perna melanggar disiplin sekolah agar siswa termotivasi untuk mematuhi aturan sekolah. (1.5/W/KS/23.5.12) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa:

Pertama disiplin seragam, siswa harus memakai seragam sesuai harinya, memakai sepatu harus warna hitam, atribut lengkap, jilbabnya harus sesuai yang dianjurkan sekolah. Upaya yang dilakukan pihak sekolah selalu memberikan himbauan kepada siswa untuk selalu mematuhi disiplin sekolah, mengadakan slogan-slogan membiasakan seluruh warga sekolah untuk melaksanakan disiplin atas kehendak sendiri, memberikan penguatan pada komitmen untuk melaksanakan disiplin dengan penuh tanggung jawab, pemberian motivasi kepada warga sekolah yang terbukti

(6)

patruh/taat pada disiplin baik pada siswa, guru, dan tenaga kependidikan dengan memberikan penghargaan,. (1.6/W/WKSKU /1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Disiplin yang diterapkan di sekolah yaitu disiplin waktu, Seragam, memakai sepatu harus berwarna hitam, atribut lengkap, jilbab sesuai yang di anjurkan sekolah. Disiplin adalah kunci dari modal kepribadian diri mereka di latih bagaimana menghargai waktu dengan sebaik-baiknya, tiba di sekolah sesuai waktu yang telah di tetapkan begitu juga pada saat pulang sekolah, mengikuti proses pembelajaran dengan aktif, melakukan segala sesuatu tepat pada waktunya artinya dengan kedisiplinan ini menjadi modal bagi mereka untuk mengembangkan diri mereka supaya bisa menjadi yang berguna tentunya di keluarga dan masyarakat. (1.5/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Sekertaris Komite menjelaskan bahwa “pertama dalam hal seragam, memakai sepatu harus warna hitam, atribut lengkap, jilbabnya harus sesuai yang di anjurkan sekolah, kemudian disiplin waktu” (1.5/W/SK/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Disiplin waktu, berpakaian dan tata tertib sekolah. Berbagai motivasi kita berikan agar mereka bisa belajar dan menerapkan sesuai dengan aturan-aturan yang ada di sekolah”. (1.4/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa :

Disiplin waktu, siswa diharapkan menghargai waktu, disiplin atribut sekolah, disiplin berpakaian. Upaya pihak sekolah lebih menekankan pada pembiasaan untuk menutup gerbang sekolah tepat jam 7, kemudian memberikan sangsi kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah, memberikan himbauan disetiap apel pagi agar siswa selalu disiplin. (1.4/W/GBK/28.5.12)

(7)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa :

Dalam ruang lingkup sekolah pelaksanaan tata tertib sudah cukup baik, memakai sepatu warna hitam, seragam sekolah harus menyesuaikan dengan hari, serta disiplin waktu. Upaya yang dilakukan pihak sekolah tidak hentinya memberikan himbauan-himbauan berusaha agar siswa-siswa bisa mengikuti tatatertib yang di berikan dari sekolah dan pembuatan slogan serta diberikan penghargaan bagi siswa yang mematuhi disiplin sekolah. (1.4/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa Disiplin yang diterapkan di SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu disiplin waktu, disiplin atribut sekolah, dan disiplin berpakaian. Serta upaya pihak sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa dengan cara memberikan himbauan-himbauan untuk siswa agar mematuhi peraturan sekolah, memberikan motivasi dan penghargaan bagi siswa yang mematuhi peraturan sekolah.

d. Mandiri

Berhubungan dengan data tentang program-program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai mandiri dilakukan wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan diperoleh informasi bahwa “Dalam mengembangkan nilai mandiri tentunya dibutuhkan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler misalnya kegiatan pramuka yang melati mereka bisa mandiri”. (1.8/W/ WKSKE /1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Kegiatannya seperti lomba cerdas cermat pada tahun 2011 SMK 1 mewakili profinsi ke tingkat nasional, kegiatan olahraga, paramuka”. (1.8/W/GPKn/5.5.12)

(8)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa “Kegiatan pramuka salah satu kegiatan yang nantinya bisa melati mereka agar mandiri”. (1.7/W/GBK/28.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap mandiri siswa dapat ditunjukan diberbagai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, dari kegiatan pramuka, cerdas cermat, melatih siswa-siswa agar mampu mandiri.

e. Peduli Lingkungan

Berhubungan dengan data tentang program-program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai peduli lingkungan dilakukan wawancara dengan kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Siswa dibiasakan masuk sekolah harus memungut sampah, kemudian kita juga mengadakan lomba-lomba pembuatan slogan-slogan peduli terhadap lingkungan,menanam pohon dilingkungan sekolah,kami selalu menghimbau kepada siswa-siswa agar selalu menjaga kebersihan. (1.8/W/KS/23.5.12) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Kita selalu mengingatkan kepada siswa disaat pembelajaran dan apel pagi di himbau agar selalu menjaga kebersihan, karena jika lingkungan kita sehat, maka kita pun akan nyaman untuk melaksanakan pembelajaran”. (1.11/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Sekolah kami perna meraih kejuaraan lingkungan dan mendapatkan penghargaan dari menteri lingkungan hidup, kami dihimbau agar siswa selalu peduli lingkungan dan ikut serta dalam hari-hari besar lingkungan. Pada saat memperingati hari peduli lingkungan, kita selalu mengadakan lomba membuat selogan-selogan atau himbauan-himbaun yang

(9)

berhubungan dengan lingkungan misalnya kami kemarin telah melakukan lomba pembuatan selogan yang peduli lingkungan misalnya selogan yang berifat mengajak contohnya lingkunganku, halamanku, alamku kemudian indah lingkunganku tentunya sehat sekolahku. (1.9/W/WKSKE /1.5.12) Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Peduli terhadap lingkungan penting bagi siswa, mereka belajar dalam ruangan yang bersih, kemudian begitu masuk ke halaman sekolah mereka di biasakan untuk mengangkat sampah”. (1.9/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa

Kami selalu menghimbau kepada siswa-siswa agar peduli lingkungan sehingga kita bisa belajar dengan baik. Salah satu bentuk kepedulian siswa terhadap lingkungan kami membuat lomba pembuatan selogan yang peduli terhadap lingkungan, banyak slogan-slogan yang terpajang di dinding-dinding sekolah. (1.8/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa :

SMK negeri 1 Gorontalo menerapkan peduli lingkungan dengan cara setiap siswa yang masuk pintu gerbang siswa wajib memungut sampah, mengadakan jumat bersih seperti kerja bakti. Kemarin kami mengadakan kegiatan pembuatan sologan, siswa-siwa yang ikut membuat slogan sendiri, membuat kata-kata dari insiatif mereka sendiri, yang mendapatkan juara 1 pada lomba kemarin yaitu siswa kelas 3 yang perna menjabat sebagai ketua osis. (1.8/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa di SMK Negeri 1 Gorontalo sangat peduli terhadap lingkungan dilihat dari berbagai kegiatan yang di buat oleh sekolah misalnya memungut sampah pada saat masuk dilingkungkan sekolah, mengadakan jumat bersih, dan memperingati hari-hari peduli lingkungan dengan pembuatan slogan-slogan dan menanam pohon.

(10)

1.2. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter Di SMK Negeri 1 Gorontalo

a. Religius

Berhubungan dengan data tentang pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai religius dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa

Pelaksanaan sholat dzuhur diawali dengan kultum yang diberikan oleh guru agama dan dilanjutkan sholat berjamaah, seluruh guru diwajibkan memulai pembelajaran dengan berdoa yang dipimpin salah satu siswa begitu juga selesai pembelajaran, untuk 5 S siswa diwajibkan pada saat masuk lingkungan sekolah senyum, sapa, salam, santun, salawat kepada guru piket, dalam kegiatan memperingati hari-hari besar keagamaan siswa biasanya mempersiapkan diri untuk mengikuti beberapa lomba yang kita adakan, seperti lomba adzan, lomba seni baca al-quran, (2.1/W/KS/23.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Sesuai dengan program yang diterapkan di SMK Negeri 1 Gorontalo seluruh siswa wajib untuk melaksanakan sholat dzuhur yang diawali dengan kultum terlebih dahulu, pada saat siswa memasuki lingkungan SMK 1 siswa mmberi salam dan mencium tangan guru piket setiap hari kami laksanakan, untuk memulai pembelajaran siswa dibiasakan berdoa agar dalam KBM siswa dapat memahami pelajran, dalam kegiatan isra mi’raj kami mengadakan berbagai kegiatan yang dapat melatih siswa agar lebih memahami nilai-nilai religius, sepertti lomba baca Al-Qur’an (2.1/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa:

Pelaksanaan nilai religius pada saat saya memulai pembelajaran saya memanggil salah satu siswa untuk memimpin do’a sebelum belajar begitu juga pada saat siswa selesai KBM, pada saat sholat dzuhur akan dimulai siswa mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru agama setelah itu dilanjutkan sholat. (2.1/W/GPKn/5.5.12)

(11)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa :

kami diwajibkan sholat dzhur di sekolah, kita dihimbau guru untuk selalu melaksanakan sholat jadi kami sebelum pelaksanaan sholat deberikan kultum oleh guru agama. Pada saat masuk lingkungan sekolah kami menerapakan 5 S, senyum, sapa, salam, santun dan salawat kepada guru piket, di SMK Negeri 1 Gorontalo kami seluruh guru diwajibkan pada saat memulai pembelajaran diawali dengan berdoa begitu juga selesai pembelajaran, dalam kegiatan memperingati hari-hari keagamaan kita biasanya mengadakan lombah baca ayat Al-Qur’an, bagi siswa yang belum tahu mengaji kita juga memberantas buta huruf Al-Qur’an dikalangkan siswa. (2.1/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan kegiatan nilai religius sebagai berikut, sholat dzuhur diawali dengan kultum yang dibawakan oleh guru agama dan dilanjutkan sholat berjamaah, seluruh guru diwajibkan memulai pembelajaran dengan berdoa yang dipimpin salah satu siswa begitu juga selesai pembelajaran, siswa diwajibkan pada saat masuk lingkungan sekolah senyum, sapa, salam, santun, salawat kepada guru piket, dalam kegiatan memperingati hari-hari besar keagamaan siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba-lombah, seperti lomba adzan, lomba seni baca al-quran .

b. Toleransi

Berhubungan dengan data tentang pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai toleransi dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Cara yang dilakukan selalu mengajarkan kepada siswa agar saling menghargai satu dengan yang lainnya, saling membantu tanpa membeda-bedakan agama. saling bertukar pendapat. kegiatan yang biasa siswa lakukan yaitu jika ada diantara siswa mengalami musibah seperti orang tua

(12)

meninggal, maka dari pihak osis meminta sumbangan kepada siswa-siswa lainnya guna meringankan beban mereka. (2.3/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Siswa bekerja sama dengan baik, pada saaat pembuatan acara-acara keagaman mereka semua ikut berpartisipasi didalamnya”. (2.2/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Kami mayoritas islam tentunya dari agama lain mereka menghargai teman-teman mereka yang islam yang melaksanakan sholat kemudian yang berikutnya pada saat kegiatan-kegiatan agama lainya misalnya ada sosialisasi mereka turut berpartisipasi bersama-sama. (2.3/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa:

Siswa kami selalu saling menghargai antar umat beragama, saya selalu ajarkan kepada siswa, sebagai guru PKN saya selalu menjelasakan bagaimana bertoleransi dengan agama lain, mereka harus bisa menghargai agama keristen maupun agama islam karena dalam beragama kita harus saling menghargai. (2.3/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa :

Untuk masalah yang saya dapatkan selama ini belum ada antara siswa saling menghina agama satu dengan agama lainnya, kami selalu mengajarkan siswa bagaimana menghargai pendapat orang lain, saling menyapa dan membantu tidak membeda-bedakan agama lain, (2.3/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa :

(13)

Kita selalu diajarkan bagaimana menghargai pendapat orang lain, menghargai pemeluk agama lain, contoh kegiatan yang biasanya kita lakukan pengurus osis meminta sumbangan-sumbangan kepada siswa untuk meringankan atau membantu siswa mengalami musibah seperti orang tua siswa meninggal, jadi di sini siapapun dia agama apa pun mereka kita tidak berpatokan hanya agama islam saja yang bisa diberi bantuan. (2.3/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan nilai toleransi di sekolah sudah ditunjukan siswa dengan berbagai cara, seluruh guru selalu mengajarkan siswa-siswa agar menghargai pemeluk agama lain, menghargai pendapat orang lain, saling membantu jika ada salah seorang siswa mengalami musibah, ikut berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan.

c. Disiplin

Berhubungan dengan data tentang pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai disiplin dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Di SMK Negeri 1 Gorontalo melaksanakan disiplin pada setiap harinya, disiplin adalah kunci utama dari keberhasilan. akan tetapi masih ada juga guru belum disiplin kembali dari karakter ini, kita menerapkan kepada siswa untuk selalu disiplin tapi pada kenyataannya kita sebagian besar juga tidak disiplin, disiplin itu harus juga berbarengan dengan guru. Kami tidak memberikan sangsi fisik kepada siswa, tapi sangsi yang merupakan pembinaan-pembinaan, jika siswa terlambat harus mengisi absen yang sudah disediakan oleh guru piket. (2.5/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa:

Siswa diberikan hukuman jika melanggar disiplin sekolah misalnya berhubungan dengan nilai, akan dikurangi jika siswa selalu melanggar disiplin sekolah, dilihat dari point-point pelanggaran mereka, tapi biasanya kami sering memberikan sangsi berupa pembinaan seperti membaca

(14)

ayat-ayat Al-qur’an yang pendek. mereka biasanya kalau terlambat mengisi absen terlambat yang diberikan guru piket. (2.5/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Kami melaksanakan disiplin setiap hari, sekarang siswa sudah mendekati akhir semester jadi sedikit menghambat terkontrolnya disiplin dengan baik. Alhamdulillah dalam tahun ini dengan adanya program pendidikan karakter nilai disiplin kita sudah terapkan, baik menyampaikan pada saat di kelas maupun pada saat upacara bendera. Sangsi yang kita berikan kepada siswa mengarah ke yang positif atau membina seperti membaca aya-ayat pendek sebelum dipersilakan masuk, mengisi apsen terlambat, kalau sangsi secara fisik kami tidak berlakuakan disini (2.5/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa:

Setiap hari siswa melaksanakan disiplin, kadangkala dikelas ada siswa yang terlambat biasanya saya tidak masukkan dalam pembelajaran, saya selalu berikan arahan agar siswa selalu disiplin dari segala hal yang berkaitan dengan perlunya kedisiplinan. Kami akan memberikan sangsi bagi siswa yang melanggar peraturan sekolah, hukumannya berupa mengisi absen terlambat, membaca ayat-ayat pendek (2.5/W/GPKn/5.5.12) Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa

Disiplin sekolah memang sudah seharusnya dilaksanakn setiap hari, karena disiplin itu penting bagi siswa. Sangsi bagi siswa yang terlambat di beri pembinaan-pimbinaan, tapi kita lihat tingkat keterlambatannya, jika siswa terlambat 5 menit kita masih ada toleransi, sangsi yang bentuk fisik kami tidak berikan, sangsi yang sering kita berikan yaitu membaca ayat ayat pendek, artinya sangsi berupa nilai yang mendidik, berbagai macam yang diterapkan guru piket untuk membina siswa-siswa yang sering melanggar disiplin sekolah. (2.5/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa:

(15)

Disiplin sekolah kami laksanakan setiap hari, karena disiplin mempunyai pengaruh kuat dalam kehidupa kami sebagai siswa untuk ke masa yang akan datang. Kadang guru tidak hadir dalam pembelajaran biasanyan kami diberikan tugas oleh guru. Kalau siswa terlambat hukumannya membaca ayat-ayat pendek setelah itu diarahkan kepada guru kemudian disilahkan duduk. Nanti pada saat kenaikan semester di lihat dari perilaku siswa maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan nilai disiplin di SMK Negeri 1 akan berdampak kenilai mereka masing-masing. (2.5/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas Gorontalo dilaksanakan setiap hari, karena disiplin adalah kunci dari keberhasilan siswa, untuk itu pihak sekolah berupaya untuk selalu menerapkan disiplin dibarengi dengan guru-guru yang ada di sekolah agar lebih maksimal hasilnya. Hukuman yang diberikan pihak sekolah yaitu pembinaan-pembinaan seperti membaca ayat-ayat pendek dan di SMK Negeri 1 Gorontalo tidak diberlakukan sangsi fisik untuk siswa, hanya akan berdampak ke nilai masing-masing siswa jika selalu melanggar disipli sekolah tersebut.

d. Mandiri

Berhubungan dengan data tentang pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai mandiri dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Penerapan nilai mandiri pada kegiatan akademik di cantumkan dalam RPP dan Silabus, untuk kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan pramuka adalah salah satu contoh dimana siswa dilatih untuk bagaimana agar bisa mandiri, melakukan kegiatan sendiri tanpa memberi beban kepada orang lain,kegiatan wirausaha, kegiatan yang kita laksanakan kemarin yaitu pameran, siswa masing-masing menunjukkan keahlian-keahlian mereka dalam bidang masing-masing, satu persatu siwa menjelaskan kepada pengunjung, terlihat bahwa siswa-siswa sudah menunjukan kemandirian mereka dalam mempromosikan keahlian mereka. (2.7/W/KS/23.5.12) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa:

(16)

Penerapan nilai mandiri dalam kegiatan akademik di cantumkan dalam RPP dan Silabus diadakan sosialisasi perangkat pembelajaran yang dapat membentuk kemandirian siswa, kegiatan-kegiatan diluar sekolah sebenarnya intinya untuk melatih agar siswa-siswa biasa mandiri, contohnya kegiatan pramuka, dimana siswa dilatih membuat simpul, memasak, dan berbagai kegiatan lainnya. (2.6/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan pada saat ekstrakulikuler berbasis dalam karakter bagimana pembentukan jiwa siswa agar bisa sesuai dengan yang di harapkan sekolah karena semuanya harus menjurus ke karakter dengan adanya karakter yang baik, moral yang baik tentunya membuat diri siswa bisa berhasil, kami mengadakan kegiatan-kegiatan ekstarakulikuler dibidang olaraga maupun kesenian, pramuka DKRR. (2.7/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Dari kegiatan pramuka, siswa dilatih untuk bagaimana bisa mandiri dengan berbagai kegiatan didalamnya, ada beberapa siswa yang sudah berhasil mereka membuktikan bahwa siswa sudah bisa mandiri” (2.7/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa :

Penerapan nilai mandiri pada kegiatan akademik di cantumkan dalam RPP dan Silabus, kami mengerjakan tugas sendiri, kegiatan ekstrakurikuler berperan aktif dalam kemandirian siswa banyak kegiatan-kegiatan yang bisa menunjukan kemandirian siswa contohnya kegiatan kepramukaan, kegiatan cerdas cermat, olahraga kemarin kami mendapat juara lombah basket, biasanya kami di berikan formulir untuk mengembangkan bakat di kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan ekstrakurikuler melatih kita untuk bagaimana bisa mandiri tanpa menyusahkan orang lain (2.7/W/KO/5.5.12) Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mengembangkan pelaksanaa nilai mandiri pada

(17)

kegiatan akademik di cantumkan dalam RPP dan Silabus, untuk kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pramuka, olahraga, kewirausahan, dan banyak kegiatan lainnya yang ditunjukan siswa untuk bisa mandiri tanpa menyusahkan orang lain.

e. Peduli Lingkungan

Berhubungan dengan data tentang pelaksanaan program pendidikan karakter dalam nilai Peduli lingkungan dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Dalam pelaksanaan peduli lingkungan siswa sudah mlaksanakan, tetapi kita tetap mengadakan sosialisasi, dan secara periodik kita melaksanakan misalnya lomba kebersihan kelas, lombah kebersihan kantin, lombah kebersihan ruang kerja, jadi lombah-lomba itu hanya merangsang bapak dengan ibu atau parah siswa untuk melaksanakn kegiatan itu. (2.9/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Biasanya siswa kalau sudah melihat sampah, tanpa ditegur, mereka sudah mengangkat sampah”, (2.8/W/WKSKU /1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa “Pada saat siswa masuk sekolah siswa sudah memungut sampah yang ada dilingkungkan sekolah, dan membuang sampah pada tempatnya. setiap harinya siswa melaksanakan peduli terhadap lingkungan” (2.9/W/WKSKE/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Sekertaris komite yang mendukung pengembangan pendidikan karakter melalui iuaran menjelaskan bahwa:

(18)

Dalam hal peduli lingkungan biasa kita melombakan pembuatan slogan-slogan, konstribusi komite sekolah ini adalah pemikiran-pemikiran bagaimana caranya agar sekolah ini bisa berkembang lewat konstribusi masyarakat dalam bentuk bantuan sekolah ini lewat iuran-iuran komite. (2.6/W/SK/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Siswa sudah melaksanakan, dalam kebersihan lingkungan siswa selalu peduli terhadap lingkungan bersih, siswa mengangkat sampah disaat masuk sekolah”. (2.9/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa

Di SMK Negeri 1 Gororntalo sudah memiliki pasword-pasword, pada saat masuk sekolah siswa langsung mengangkat sampah dan sudah disediakan tempat-tempat sampah, serta mereka diarahkan untuk membuat slogan-slogan misalnya disiplin membuang sampah pada tempatnya, hargai pemakaian air, Allhamdulillah dari jumlah 2000 lebih siswa hampir semua sudah melaksanakan. (2.9/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa “Kami sudah melaksanakannya, karena disaat siswa masuk lingkungan sekolah, siswa wajib mengangkat sampah yang ada dilingkungan sekolah, dan siswa di SMK sangat mengutamakan kebersihan”. (2.9/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan nilai peduli lingkungan sudah dilaksanakan seluruh siswa pada saat siswa masuk di lingkungan sekolah siswa sudah wajib mengangkat sampah dan di SMK Negeri 1 Gorontalo sangat mengutamakan kebersihan lingkungan.

(19)

1.3. Dampak Program Pendidikan Karakter Di SMK Negeri 1 Gorontalo a. Religius

Berhubungan dengan data tentang Dampak program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai religius dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Dampak dari nilai religius yaitu sekarang siswa-siswa sudah terbiasa salam sapa santun kepada guru piket, siswa sudah lebih banyak yang sholat, dalam kegiatan-kegiatan religius siswa hampir keseluruhan ikut dalam memperingati, memang saya sadari juga karena jumlah kita sangat banyak jadi untuk penerapan 100% memang belum terlihat. (3.1/W/KS/23.5.1) Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Dampak dari kegiatan religius, siswa sudah bertambah banyak yang sholat berjama’ah,sampai berapa set untuk bergantian sholat, intinya siswa sudah menyadari kegiatan-kegiatan tersebut penting untuk dilaksanakan”. (3.1/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Siswa sudah lebih banyak yang melaksanakan sholat berjama’ah tanpa di paksakan, saat memasuki sekolah mereka mengucapkan salam dan mencium tangan guru piket, berdoa sebelum melakukan aktivitas kegiatan belajar mengajar, ikut dalam memperingati hari-hari besar keagamaan. (3.1/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Dampaknya siswa sudah melaksanakan kegiatan religius seperti sholat berjama’ah, tanpa di beritahukan lagi”. (3.1/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa “Tanpa dibentak, di

(20)

teriak-teriaki di kelas, siswa sudah datang untuk melaksanakan sholat berjamaah, allhamdulillah siswa-siwa kita sudah menyadari sendiri”. (3.1/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa “Bisa lebih mengingat Tuhan, lebih rajin untuk sholat karena jika kita melaksanakan sholat kita bisa dibukakan pikiran untuk lebih lancar menggikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah”. (3.1/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak dari nilai religius sudah terlihat walaupun belum 100%, sudah bnyak perubahan yang ditunjukan siswa mulai dari sapa, salam, santun kepada guru, berdoa pada saaat memulai dan mengakhiri pembelajaran, tanpa dipaksakan siswa sudah melaksanakan sholat berjama’ah.

b. Toleransi

Berhubungan dengan data tentang Dampak program-program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai toleransi dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa “Dampak dari nilai religius siswa-siswa sudah saling menghargai satu sama lain tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama lain”. (3.2/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Siswa sudah saling membantu baik dari kegiatan-kegiatan mereka masing-masing, mereka saling bekerja sama untuk saling membutuhkan” (3.2/W/WKSKU/1.5.12)

(21)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa “Siswa mengetahui bagaimana cara saling bertoleransi antar umat beragama lainnya”. (3.2/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Dampak toleransi setiap ada orang tua siswa yang meninggal itu siswa-siswa bekerja sama meminta sumbangan dari kelas-kelas untuk diberikan kepada siswa yang mengalami musibah” (3.2/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa

Kalau toleransi kita patut syukuri yang non muslim mereka kalau ada kegiatan-kegiatan keagaamaan ceramah-ceramah dalam hari-hari besar mereka juga ikut berpartisipasi di dalamnya, mereka saling bertukar pikiran sailing membantu, saling menjalin silaturahmi antar siswa dan guru. (3.2/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa “Kami bisa saling menghargai sesama teman, bertukar pendapat saat diskusi, saling membantu di saat memeriahkan hari-hari keagamaan”. (3.2/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak dari nilai toleransi yaitu siswa sudah saling membantu dalam memeriahkan acara-acara kegagamaan, saling menghargai pendapat saat diskusi, tanpa membeda-bedakan pemeluk agama lain.

(22)

c. Disiplin

Berhubungan dengan data tentang dampak program-program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai disiplin dilakukan wawancara dengan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum diperoleh informasi bahwa “Sebelum adanya pendidikan karakter siswa kami masih banyak yang kuraag disiplin, baik dari atribut pakaian, datang ke sekolah terlambat, tetapi sekarng allhamdulillah sudah agak berkurang”. (3.3/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Siswa yang melanggar disiplin itu sudah agak berkurang sehingganya sebagian besar siswa sudah baik dalam disiplin, jadi untuk keseluruhanya kami belum di katakan sudah disiplin tetapi masih ada juga yang melanggar, tahun ini kami sudah tegakkan dan allhamdulillah hasilnya sudah membaik. (3.3/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Sudah sekitr 95% yang disiplin, masih ada juga yang terlambat mungkin ada factor kehujanan, terkena musibah, tidak mempunyai uang, rumah siswa terlalu jauh yang memyebabkan siswa terlambat”. (3.3/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa “Dari sekian jumlah pelanggaran-pelanggaran mungkin ada tapi hanya sedikit siswa yang masih terlambat. (3.3/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa “Kalau disiplin yang tadinya tidak mau mendengar sekarang

(23)

sudah lebih baik dengan adanya karakter bangsa tentang kedisiplinan kami bisa lebih tertib, bisa mematuhi aturan-aturan yang di berikan oleh sekolah”. (3.3/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak dari nilai disiplin tentunya sangat baik dengan adanya pendidikan karakter yang sudah diterapkan disekolah khususnya disiplin hampir 95% siswa sudah bisa melaksanakan disiplin dengan baik,dan siswa sudah bisa datang kesekolah tepat jam 7.

d. Mandiri

Berhubungan dengan data tentang dampak program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai mandiri dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa “Siswa sudah mampu mengerjakan tugas mereka sendiri-sendiri, sudah bisa mencari uang dengan berwirausaha, membuat krepek dari jagung”. (3.4/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Dampak mandiri sudah terlihat dari siswa-siswa yang bisa mengerjakan tugas sendiri”. (3.4/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa “Siswa sudah mampu membuka usaha kecil-kecilan, bahkan ada yang sehari-harinya di sekolah mereka jualan untuk menambah uang jajan mereka, mengerjakan PR”. (3.4/W/WKSKE/1.5.12)

(24)

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa:

Terlihat dari siswa-siswa yang sudah bisa mengerjakan PR mereka dan juga banyak siswa yang berjualan di lingkungan sekolah serta siswa sudah terhindar dari sikap bergantung kepada orang lain dalam melaksankan berbagai kegiatan yang diadakan pihak sekolah”. (3.4W/GPKn/5.5.12) Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa “Bisa lebih mandiri dan mengembangkan bakat-bakat yang kita punya. mandiri dalam mengerjakan PR yang diberikan guru” (3.4/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak dari nilai mandiri di SMK Negeri 1 Gorontalo sudah terlihat siswa-siswa dapat mengembangkan bakat-bakat mereka, nilai mandiri dapat membantu siswa untuk bisa berwirausaha, dan mengerjakan PR sendiri tanpa melibatkan atau menyusahkan orang lain.

e. Peduli Lingkungan

Berhubungan dengan data tentang Dampak program pengembangan pendidikan karakter dalam nilai peduli lingkungan dilakukan wawancara dengan Kepala sekolah diperoleh informasi bahwa:

Kita dalam peduli lingkungan selalu bersosialisasikan kepada anak-anak dengan penataan lingkungan dengan baik, dan sudah terlihat lingkungan SMK negeri 1 gorontalo bersih dan siswa mempunyai kesadaran diri untuk menjaga dan peduli terhadap lingkungan (3.5/W/KS/23.5.12)

Informasi ini dikonfirmasikan kembali dengan salah seorang informan Wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa “Siswa sudah menyadari arti dari kebersihan lingkungan, jadi mereka setiap masuk sekolah

(25)

sudah memungut sampah tanpa diperintah oleh guru piket”. (3.5/W/WKSKU/1.5.12)

Setelah itu dikonfirmasikan kembali dengan informan Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan menjelaskan bahwa:

Siswa yang tadinya tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan sekarang mereka sudah bisa peduli dan tau betapa pentingnya lingkungan yang bersih, siswa bisa belajar dengan baik dan siswa sudah mempunyai dasar, bagaimana cara melestarikan lingkungan bahkan ini membawa dampak kepada siswa di masyarakat nantinya. (3.5/W/WKSKE/1.5.12)

Informasi ini didukung oleh Sekertaris komite yang berperan penting dalam pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter menjelaskan bahwa “dampak positifnya misalnya di sekolah ini setiap yang masuk pasti akan terkesan dengan kebersihanya kemudian yang paling bagus di sini setiap hari wc-wc di sini bersih” (3.5/W/SK/5.5.12).

Informasi ini didukung oleh Guru Pendidikan kewarganegaraan menjelaskan bahwa “Lingkungan sudah lebih bersih, siswa bisa lebih membudidayakan peduli terhadap lingkungan”. (3.5/W/GPKn/5.5.12)

Informasi ini didukung oleh Guru Bimbingan Konseling yang menangani siswa-siswa yang bermasalah menjelaskan bahwa

Siswa sudah memiliki kesadaran sendiri, mereka pada saat masuk di lingkungan sekolah semuanya memungut sampah tanpa diberitahukan lagi, kalau ada sampah dikelas mereka akan bersihkan terlebih dahulu dan dilanjutkan proses pembelajaran. (3.5/W/GBK/28.5.12)

Informasi ini didukung oleh Ketua Osis yang mewakili seluruh siswa menjelaskan bahwa “Kalau peduli lingkungan dampak yang di dapat siswa-siswa itu lebih peduli dengan lingkungannya, siswa mengangkat sampah tanpa

(26)

diberitahu oleh guru, siswa sudah tau betapa pentingnya peduli terhadap lingkungan”. (3.5/W/KO/5.5.12)

Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh beberapa informan diatas dapat disimpulkan bahwa dampak nilai peduli lingkungan yaitu siswa sudah bisa menyadari sendiri betapa pentingnya untuk peduli terhadap lingkungan, tanpa diarahkan oleh guru piket, siswa sudah menggakat sampah dengan sendirinya.

2. Temuan Dalam Penelitian

2.1 Program Pengembangan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo

2.1.1 Program Nilai Religius

Temuan program nilai religius meliputi: etika memberi dan menjawab salam, doa sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung, peringatan hari-hari besar islam di sekolah, melaksanakan kegiatan sholat rutin diawali dengan kultum, sholat jum’at bersama bagi yang muslim di sekolah, peringatan isra mi’raj dalam bentuk lomba-lomba seni baca al-qur’an bagi anak-anak dan yang terakhir adalah program pemeberantasan buta huruf al-qur’an dikalangkan siswa

2.1.2 Program Nilai Toleransi

Temuan program nilai toleransi meliputi : kerja sama dalam kegiatan keagamaaan seperi kegiatan walima, saling menghargai pendapat disaat diskusi kelas, membuat siswa mengerti memahami arti toleransi, menghargai dan menjunjung tinggi pendapat sikap dan tindakan orang lain sebagai motivasi untuk menerapkan nilai toleransi.

(27)

2.1.3 Program Nilai Disiplin

Temuan program nilai disiplin meliputi : Disiplin waktu, disiplin kelas, disiplin atribut sekolah, berpakaian seperti harus memakai seragam sekolah menyesuaikan hari, sepatu harus berwarna hitam, jilbab harus sesuai dengan ketentuan sekolah, upaya pihak sekolah dalam meningkatkan disiplin siswa dengan cara memberikan himbauan-himbauan untuk siswa agar mematuhi peraturan sekolah, memberikan motivasi dan penghargaan bagi siswa yang mematuhi peraturan sekolah.

2.1.4 Program Nilai Mandiri

Temuan program nilai mandiri dalam kegiatan ekstrakurikuler meliputi :, seperti kegiatan pramuka, PMI, cerdas cermat, olahraga, wirausaha, kesenian melatih siswa-siswa agar mampu mandiri.

2.1.5 Program Nilai Peduli Lingkungan

Temuan program nilai peduli lingkungan meliputi : memungut sampah pada saat masuk dilingkungan sekolah, jumat bersih, memperingati hari-hari peduli lingkungan dengan pembuatan slogan-slogan dan menanam pohon untuk mencegah kerusakan alam.

Temuan diatas diperjelas dengan diagram berikut ini :

Gambar 4.1. Diagram konteks Program Pendidikan Karakter SMK Negeri 1

Gorontalo. Program Toleransi Program Mandiri Program Religius Program Disiplin Program Peduli Lingkungan Program Pengembangan Pendidikan Karakter

(28)

2.2 Pelaksanaan Program Pengembangan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo

2.2.1 Program Nilai Religius

Temuan pelaksanaan kegiatan religius berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa sholat dzuhur diawali dengan kultum yang dibawakan oleh guru agama dan dilanjutkan sholat berjamaah, seluruh guru diwajibkan memulai pembelajaran dengan berdoa yang dipimpin salah satu siswa begitu juga selesai pembelajaran, siswa diwajibkan pada saat masuk lingkungan sekolah senyum, sapa, salam, santun, salawat kepada guru piket, dalam kegiatan memperingati hari-hari besar keagamaan siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba-lombah, seperti lomba adzan, lomba seni baca al-quran.

2.2.2 Program Nilai Disiplin

Temuan pelaksanaan disiplin berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara peneliti bahwa belum semua melaksanakan disiplin baik disiplin atribut berpakaian, maupun disiplin waktu, terlihat masih banyak siswa dan guru yang terlambat tidak datang tepat jam 7 disebabkan siswa sudah mendekati akhir semester dan mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian. Hukuman yang diberikan pihak sekolah yaitu pembinaan-pembinaan seperti membaca ayat-ayat pendek, dan tidak diberlakukan sangsi fisik untuk siswa, hanya akan berdampak ke nilai masing-masing siswa jika selalu melanggar disipli sekolah tersebut.

2.2.3 Program Nilai Mandiri

Temuan pelaksanaan mandiri berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa Penerapan nilai mandiri dalam kegiatan akademik di cantumkan dalam RPP dan Silabus diadakan sosialisasi perangkat pembelajaran

(29)

yang dapat membentuk kemandirian siswa, dalam kegiatan wirausaha belum semua siswa bisa berwirausaha karena mengingat di SMK Negeri 1 gorontalo ada 9 program keahlian, yang biasanya berwirausaha hanya jurusan pemasaran, jadi untuk kegiatan ekstrakurikuler ada beberapa kegiatan yang tidak melibatkan seluruh siswa untuk melatih kemandirian mereka, hanya siswa-siwaa yang terpilih dan mewakili sekolah.

2.2.4 Program Nilai Peduli Lingkungan

Temuan pelaksanaan peduli lingkungan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa SMK Negeri 1 Gorontalo sangat memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan, pihak sekolah tidak hentinya memberikan motivasi kepada siswa, baik kepala sekolah, guru-guru, siswa dan staf tatausaha jika melihat sampah mereka langsung memungut, berbagai slogan-slogan terpajang di berbagai gedung serta terlihat seluruh lingkungan sekolah bersih.

(30)

Temuan diatas diperjelas dengan diagram berikut ini :

Gambar 4.2. Diagram konteks pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter di SMK N 1 Gorontalo

2.3 Dampak Program Pengembangan Pendidikan Karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo

2.3.1 Program Nilai Religius

Temuan dampak program nilai religius berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa sudah terlihat walaupun belum 100%, sudah bnyak perubahan yang ditunjukan siswa mulai dari sapa, salam, santun kepada guru, berdoa pada saaat memulai dan mengakhiri pembelajaran, tanpa dipaksakan siswa sudah melaksanakan sholat berjama’ah.

Pelaksanaan program pengembangan pendidikan karakter Implementasi nilai religius Implementasi nilai toleransi Implementasi nilai disiplin Implementasi nilai mandiri Implementasi nilai peduli lingkungan Pengembangan Karakter Siswa

(31)

2.3.2 Program Nilai Toleransi

Temuan dampak program nilai toleransi berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa siswa sudah saling membantu dalam memeriahkan acara-acara kegagamaan, saling menghargai pendapat saat diskusi, tanpa membeda-bedakan pemeluk agama lain.

2.3.3 Program Nilai Disiplin

Temuan dampak program nilai disiplin berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa sudah baik dengan adanya pendidikan karakter yang sudah diterapkan disekolah khususnya disiplin hampir 95% siswa sudah bisa melaksanakan disiplin dengan baik,dan siswa sudah bisa datang kesekolah tepat jam 7.

2.3.4 Program Nilai Mandiri

Temuan dampak program nilai mandiri berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa siswa-siswa yang sudah bisa mengerjakan PR mereka dan juga banyak siswa yang berjualan di lingkungan sekolah serta siswa sudah terhindar dari sikap bergantung kepada orang lain dalam melaksankan berbagai kegiatan yang diadakan pihak sekolah

2.3.5 Program Nilai Peduli Lingkungan

Temuan dampak peduli lingkungan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa siswa sudah bisa menyadari sendiri betapa pentingnya untuk peduli terhadap lingkungan, tanpa diarahkan oleh guru piket, siswa sudah menggakat sampah dengan sendirinya.

(32)

Gambar 4.3. Diagram konteks dampak program pengembangan pendidikan karakter di SMK N 1 Gorontalo

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Program-program pengembangan pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo

Program-program pengembangan pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo nilai utama yang dikembangkan meliputi 1) religius: sikap dan perilaku yang patut dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain, 2) toleransi: sikap dan tindakan menghargai perbedaan agama, suku, etnis pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya, 3) disiplin: tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan, 4) mandiri: tindakan yang menunjukan kebiasaan, perilaku dan sikap yang tidak bergantung kepada orang lain terhadap penyelesaian tugas-tugasnya, 5)

DAMPAK PROGRAM PENDIDIKAN KARAKTER

Program Nilai Religius Program Nilai Toleransi Program Nilai Disiplin Program Nilai Mandiri Program Nilai Peduli Lingkungan SISWA BERKARAKTER

(33)

peduli lingkungan: sikap dan tindakan yang selalu mencegah lingkungan alam sekitarnya dan mengembangkan uapaya-upaya memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.

Hal ini didukung oleh pendapat Samani (2011:52), bahwa pendidikan karakter memiliki nilai-nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yang terdiri dari: 1). Religious, 2). Jujur, 3), toleransi, 4). Disiplin, 5). Kerja keras, 6). Kreatif, 7). Mandiri, 8). Demokratis, 9). Rasa ingin tahu, 10). Peduli lingkungan.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib.Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

(34)

a. Religius

Nilai religius yang terpajang dalam rencana program aksi pendidikan karakter di SMK Negeri 1 Gorontalo Sikap dan perilaku yang patut dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain, Ceramah dan penguatan tentang perintah dan larangan agama.

Berdasarkan temuan peneliti dalam program nilai religius meliputi etika memberi dan menjawab salam, doa sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung, peringatan hari-hari besar islam di sekolah, melaksanakan kegiatan sholat rutin, sholat jum’at bersama bagi yang muslim di sekolah, peringatan isra mi’raj dalam bentuk lomba-lomba seni baca al-qur’an bagi anak-anak dan yang terakhir adalah program pemeberantasan buta huruf al-qur’an dikalangan siswa.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Menurut Nurohman (2012) Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Hal ini dipertegas oleh pendapat Kusuma (2011), bahwa para guru harus mampu mengarahkan anak didiknya menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mampu melaksanakan perintah-Nya, dan mampu pula menjauhkan segala larangan-Nya. Orang yang bertakwa akan sadar-sesadarnya bahwa dirinya hanya hamba Tuhan yang harus bertanggungjawab dengan apa yang telah dilakukannya di dunia. Kegiatan seperti tadarus dan sholat berjamaah

(35)

adalah merupakan contoh dari kegiatan meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa.

b. Toleransi

Nilai Toleransi yang di terapkan SMK Negeri 1 Gorontalo yaitu sikap dan tindakan menghargai perbedaan agama, suku, etnis pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dengan dirinya

Berdasarkan temuan peneliti program nilai toleransi yang diterapkan SMK Nergei 1 Gorontalo yaitu kerja sama dalam kegiatan keagamaaan seperti kegiatan walima, saling menghargai pendapat disaat diskusi kelas, mengadakan penggalangan dana bagi siswa yang tetimpah musibah seperti orang tua siswa meninggal.

Hal ini di dukung pendapat Suherman (2012), toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya

Hal ini dipertegas oleh Kusuma (2011) bahwa Siswa harus dilatih agar mampu bertoleransi dengan baik kepada orang lain. Toleransi harus dipupuk sejak dini, apalagi kepada hal-hal yang bernuansa Suku, agama, Ras, dan antar golongan (SARA). Perlu tolerasi yang tinggi agar mampu memahami kalau kita berbeda tetapi hakekatnya tetap satu juga. Toleransi antar umat beragama adalah salah satu bentuk toleransi yang paling jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

(36)

c. Disiplin

Disiplin yaitu tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai peraturan dan ketentuan yang ada di sekolah. Berdasarkan Temuan peneliti dalam program nilai disiplin yaitu disiplin waktu, disiplin kelas, disiplin atribut sekolah, berpakaian seperti, harus memakai seragam sekolah menyesuaikan hari, sepatu harus berwarna hitam, jilbab harus sesuai dengan ketentuan sekolah

Disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan senang hati, Dictonary of Education dalam Mulyasa (2009:191) dikemukakan bahwa discipline (school) adalahthe maintenance of conditions conducive to the efficient achievement of the school’s functions. Berdasarkan defenisi tersebut, disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika guru, kepala sekolah dan staf, serta siswa yang tergabung dalam sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.

Menurut Kusuma (2011) Para guru harus mampu menamkan disiplin yang tinggi kepada para peserta didiknya. Kedisiplinan harus dimulai pada saat masuk sekolah. Budaya tepat waktu harus ditegakkan. Siapa yang terlambat datang ke sekolah harus terkena sanksi atau hukuman sesuai dengan peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah. Siswa harus diajarkan disiplin, dengan demikian dia kan terbiasa disiplin dalam kehidupannya. Contoh yang paling mudah adalah tepat waktu. Siswa harus dididik untuk mampu tepat waktu.

(37)

d. Mandiri

Mandiri tindakan yang menunjukan kebiasaan, perilaku dan sikap yang tidak bergantung kepada orang lain terhadap penyelesaian tugas-tugasnya, dalam program aksi SMK Negeri 1 Gorontalo untuk kegiatan mandiri diadakan sosialisasi dan pengambilan komitmen pembiasaan mandiri, implementasi pembiasaan perilaku mandiri serta motivasi dan evaluasi hasil.

Temuan peneliti dalam program nilai mandiri dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung potensi akademik siswa yaitu seperti kegiatan pramuka, PMI, cerdas cermat, olahraga, wirausaha, kesenian melatih siswa-siswa agar mampu mandiri.

Didukung oleh pendapat Aqib (2011:71), bahwa kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan kompetensi akademik yaitu pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat antra lain, pembinaan kreativitas, keterampilan, kewirausahaan, pembinaan kepribadian unggul seperti melaksanakan upacara bendahara, melaksanakan kegiatan pramuka.

e. Peduli Lingkungan

Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) 1 Gorontalo program aksi yang akan diterapkan yaitu sosialisasi dan pengambilan komitmen tentang kepedulian kebersihan, implementasi kepedulian akan kebersihan serta motivasi dan evaluasi.

Berdasarkan temuan peneliti terhadap program nilai peduli lingkungan yaitu memungut sampah pada saat masuk dilingkungan sekolah, jumat bersih, memperingati hari-hari peduli lingkungan dengan pembuatan slogan-slogan dan menanam pohon.

(38)

Mengacu pada temuan di atas Tomi (2010), mengatakan bahwa peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

2. Pelaksanaan Program Pendidikan karakter Di SMK Negeri 1 Gorontalo

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai“the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu

(39)

perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkangranddesignpendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan.Grand designmenjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam : Olah Hati(Spiritual and emotional development), Olah Pikir(intellectual development),Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development),dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu padagrand designtersebut.

a. Religius

Dalam program aksi SMK Negeri 1 Gorontalo terlihat bahwa seluruh warga sekolah mampu memahami dan menjalankan nilai religius sebagai suatu budaya yang dimiliki secara utuh dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan situasi ditempat

Berdasarkan temuan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan religius bahwa sholat dzuhur diawali dengan kultum yang dibawakan oleh guru agama dan dilanjutkan sholat berjamaah, seluruh guru diwajibkan memulai pembelajaran dengan berdoa yang dipimpin salah satu siswa begitu juga selesai pembelajaran, siswa diwajibkan pada saat masuk lingkungan sekolah senyum, sapa, salam,

(40)

santun, salawat kepada guru piket, dalam kegiatan memperingati hari-hari besar keagamaan siswa mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba-lomba, seperti lomba adzan, lomba seni baca al-quran.

Didukung pendapat Hasyim dalam Rangga (2012), nilai religius ini merupakan nilai yang menjadi landasannya dalam bersikap. Dalam berbagai tulisan dan pemikirannya, KH Abdul Wahid Hasyim selalu mengkaitkan dengan keagamaan (Islam). Posisinya sebagai ulama mempertegasnya nilai karakter religius tersebut. Nilai ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Sudrajat bahwa Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujudinsan kamil.

b. Toleransi

Program rencana aksi SMK Negeri 1 gorontalo sebagai berikut, apresiasi bagi yang sudah menunjukan kebiasaan bertoleransi, dan teguran lisan atau pemanggilan bagi warga sekolah yang melanggar batas-batas toleransi, toleransi mulai berkembang dan mulai terbiasa bagi seluruh warga sekolah. Membuat siswa mengerti memahami arti toleransi, menempatkan perbedaan agama, suku, etnis sebagai acuan menerapkan toleransi, menghargai menjunjung tinggi pendapat orang lain sebagai motivasi untuk menerapkan nilai toleransi.

Pelaksanaan nilai toleransi di sekolah sudah ditunjukan siswa dengan berbagai cara, seluruh guru selalu mengajarkan siswa-siswa agar menghargai

(41)

pemeluk agama lain, menghargai pendapat orang lain, saling membantu jika ada salah seorang siswa mengalami musibah, ikut berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan.

Pellokila (2012), berpendapat bahwa toleransi antar umat beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai, menghormati, menolong, mengasihi, dan lain-lain. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain; menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain; tidak merusak tempat ibadah; tidak menghina ajaran agama orang lain; serta memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Di samping itu, maka agama-agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi keagamaan dengan baik sehingga terciptanya suasana rukun dalam hidup dan kehidupan masyarakat serta bangsa.

Hal ini di dukung pendapat Sudrajat (2010), bahwa nilai toleransi yaitu menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

c. Disiplin

Program aksi SMK Negeri 1 Gorontalo menguraikan program disiplin memberikan penghargaan pada warga sekolah yang telah melaksanakan disiplin dengan baik dan selalu mengadakan sosialisai dan implementasi pembahasan disiplin. Memonitoring pelaksanan program menyusun item-item perbaikan pada system pelaksanaan jika ada kendala yang dihadapi, melaksanakan disiplin berdasarkan pembiasaan atas azas patuh dan taat pada ketentuan dan peraturan

(42)

yang berlaku. Terlaksananya disiplin sebagai wujud budaya warga sekolah yang terjadi dengan sendirinya.

Berdasarkan temuan peneliti dalam pelaksanaan disiplin berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara peneliti bahwa belum semua melaksanakan disiplin baik disiplin atribut berpakaian, maupun disiplin waktu, terlihat masih banyak siswa dan guru yang terlambat tidak datang tepat jam 7 disebabkan siswa sudah mendekati akhir semester dan mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian. Hukuman yang diberikan pihak sekolah yaitu pembinaan-pembinaan seperti membaca ayat-ayat pendek, dan tidak diberlakukan sangsi fisik untuk siswa, hanya akan berdampak ke nilai masing-masing siswa jika selalu melanggar disipli sekolah tersebut

Shofan (2011), mengatakan bahwa mendisiplinkan siswa merupakan usaha yang terus menerus. Orang tua harus sabar dalam menggali sifat disiplin ini pada anaknya. Untuk membuat penerapan disiplin ini mengena pada siswa dan agar efeknya berlangsung selamanya, maka hal berikut penting diperhatikan: Konsisten dalam memutuskan sesuatu atau mengatakan sesuatu. Menetapkan aturan-aturan terpenting dan konsekuensinya akan membuat siswa terbiasa dengan prinsip dan nilai-nilai. Kedua, hindari perkataan yang mencela anak. Seringkali keinginan untuk mencela dilakukan orang tua tanpa di sadari. Seakan komentar itu sudah otomatis keluar jika mendengar hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan

Di dukung oleh pendapat Shofan (2011), bahwa hukuman dengan disiplin berbeda. Disiplin itu self awarnes, dibutuhkan perjalanan yang panjang untuk menemukan nilai.Dalam disiplin ada ruang untuk mengembangkan diri. Jika si

(43)

anak yang diberikan hukuman menerima sebagai proses pembelajaran, dan si anak mau melakukan dalam proses belajar maka ini baik. Apapun perbuatannya dan tindakannya jika dilakukan dengan cinta dan si anak merasakan cinta dan melakukannya dengan cinta, maka itu tidak menjadi masalah. Tapi jika si anak tidak merasakan cinta dan kasih sayang di dalamnya, malah sebaliknya tertekan, takut, maka dampaknya pasti tidak baik. Karenanya, penting bagi guru menciptakan peluang bagi anak melakukan “sesuatu yang baik” agar dapat diberi dorongan positif, misalnya pujian. Kebutuhan dasar setiap orang termasuk peserta didik adalah untuk diterima, dihargai, dipahami, dan merasa bernilai. Maka bila kita memperlakukan seseorang secara positif dengan penuh penghargaan, sudah pasti peserta didik dibantu mengalami nilai diterima dan dihargai. Perasaan inilah yang mendorong kemampuan pengembangan seseorang untuk lebih kreatif dan berani mengambil inisiatif.

d. Mandiri

Implementasi pembiasaan hidup mandiri di SMK Negeri 1 Gorontalo sudah mulai terbiasa dan perangkat pembelajaran yang dapat membentuk kemandirian siswa sudah tersusun oleh masing-masing guru, pemajangan slogan tentang pentingnya hidup mandiri, sosialisasi pengambilan komitmen warga sekolah mengenai pembiasaan hidup mandiri bagi warga sekolah, sosialisasi dan implementasi perangkat pembelajaran yang dapat membentuk kemandirian siswa

Temuan pelaksanaan mandiri berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti bahwa Penerapan nilai mandiri dalam kegiatan akademik di cantumkan dalam RPP dan Silabus diadakan sosialisasi perangkat pembelajaran

Gambar

Gambar 4.2.  Diagram  konteks  pelaksanaan  program pengembangan pendidikan  karakter di SMK N 1 Gorontalo
Gambar 4.3.  Diagram  konteks  dampak program pengembangan pendidikan  karakter di SMK N 1 Gorontalo
Gambar 4.3. Diagram konteks Program Pengembangan Pendidikan Karakter     Siswa di SMK N 1 Gorontalo

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan adalah dengan mengembangkan usaha jamur merang pada skala yang lebih besar lagi guna untuk mendapatkan hasil produksi

Berbeda dengan user, selain juga dapat melakukan input peminjaman dan pengembalian admin memiliki tampilan menu yang lebih lengkap karena admin memiliki akses untuk

Zona hambat adalah zona jernih di sekitar sumuran yang disebabkan karena berkurangnya atau tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri uji karena perlakuan cairan kultur,

Saling memahami (mutual understanding) adalah kondisi yang pastinyadiinginkan oleh siapa saja, termasuk dalam konteks berkeyakinan. Memang tidak bisa dipungkiri,

Hasil penelitian menunjukan tanaman yang diberi pupuk hayati dengan dosis 100% rekomendasi nyata lebih tinggi dan lebih banyak jumlah daun pada 5 MST serta

Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara jenis FMA dan dosis pupuk NPK yang digunakan sehingga dapat disimpulkan (1) respon bibit kelapa sawit terhadap

pertanian yang ada serta memiliki peran yang penting dalam mendukung strategi dari kementerian pertanian dalam mensukseskan pembangunan pertanian. Adapun visi BPPKP

Pada variabel sikap menunjukan bahwa santriwan dan santriwati memiliki pola tidur yang berbeda-beda setiap pribadi masing-masing, mayoritas santri kelas XI MA