• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pemodelan Efektivitas Komunikasi Interpersonal dalam rangka Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus : FTI UKSW)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Pemodelan Efektivitas Komunikasi Interpersonal dalam rangka Peningkatan Mutu Pendidikan (Studi Kasus : FTI UKSW)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

Analisa Pemodelan Efektivitas Komunikasi Interpersonal

dalam rangka Peningkatan Mutu Pendidikan

(Studi Kasus : FTI UKSW)

Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

Peneliti :

Chrestian Erasmus Kaomaneng 682008109

Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd Richard G. Mayopu, S.Sos., M.Si

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)

ii

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

1

Analisa Pemodelan Efektivitas Komunikasi Interpersonal dalam

rangka peningkatan mutu Pendidikan

(Studi Kasus : FTI UKSW)

1)Chrestian E. Kaomaneng., 2)Dharmaputra T. Palekahelu., 3) Richard G. Mayopu

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

E-mail:1)682008109@student.uksw.edu, 2)dharma.palekahelu@staff.uksw.edu,

3

)richard.mayopu@staff.uksw.edu Abstract

Interpersonal communication is a communication from our selves to the other and how somebody can build a relationship with people around. based on the average scale 1:38, this case is sufficient according to accreditation book guiding. this research aimed to know the factors tha influence the interpersonal communication with uses the descriptive method which describe individual phenomenon, the situation or certain groups.based on data tabulation, the conclusion is the location could be the influence of interpersonal communication effectiveness between the students and the lectures and the opposite,to clarify the highest process of communication is out of the work field, it means that the communnication level is more free in the outside of work filed, the other case in the observed is the emotional closeness in the hobby and also the ethnic, where communication pattern could be fine when we have a communication about each hobby and also the same culture can make communication go fluently, among the five interpersonal communication indicators are Openness, Empathy, Support, Positive Strait and Equality, tha owns the highest presentation is Positive Strait between the students and the lectures,and the opposite with the total sampel 54 respondens of lecturesand the total sample 96 respondets of students.

Keywords: Interpersonal communication, descriptive research, Modeling communication

Abstrak

Komunikasi Interpersonal merupakan komunikasi dari diri sendiri kepada orang lain, dan bagaimana seseorang dapat membangun relasi dengan teman di sekelilingnya. Berdasarkan skala perbandingan 1 : 38, hal ini dikatakan cukup dalam buku panduan akreditasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi Interpersonal dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu menggambarkan fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu. kesimpulan yang di dapat adalah faktor lokasi dapat menjadi pengaruh dari efektivitas komunikasi Interpersonal berdasarkan tabulasi data antara mahasiswa dan dosen dan juga sebaliknya, menyatakan tingkat tertinggi dari proses komunikasi adalah di luar ruagan kerja, artinya bahwa keleluasan lebih tinggi berkomunikasi di luar ruangan, hal lain yang di temukan dalam hasil pengamatan adalah faktor kedekatan emosional yaitu pada hobi dan juga etnis, di mana pola komunikasi yang berlangsung baik ketika berkomunikasi mengenai hobi masing-masing dan juga faktor sesama budaya yang membuat komunikasi dapat berjalan lancar. diantara kelima indikator komunikasi

Interpersonal, yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan, di antara kelima

indikator tersebut yang memiliki presentase tertinggi adalah sikap positif di antara dosen ke mahasiswa dan begitu juga sebaliknya dengan total sampel 54 dosen tetap dan 96 sampel mahasiswa.

Kata Kunci : komunikasi Interpersonal, penelitian deskriptif, pemodelan komunikasi

1)Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

2)Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 3

(9)

2

1. Pendahuluan

Komunikasi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan proses hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih dengan menggunakan media, lambang atau simbol yang memberikan informasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Komunikasi terjadi jika suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk nonverbal (nonkata-kata), tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya suatu simbol yang sama.

Komunikasi Interpersonal juga merupakan komunikasi dari diri sendiri kepada orang lain dan seseorang dapat membangun relasi antarpribadi dengan teman di sekelilingnya dan untuk menghindari ketidakjelasan suatu pesan yang disampaikan, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman terhadap sesama. Komunikasi Interpesonal adalah komunikasi yang mengambil tempat antara dua orang yang memiliki hubungan yang tidak dipungkiri. Komunikasi Interpersonal dapat terjadi antara anak dengan ayahnya, seorang pegawai dengan pegawai yang lainnya, dua saudara, seorang dosen dengan seorang mahasiswa dan lain sebagainya [1].

Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan di mana terdapat keharmonisan di dalam lingkungan Fakultas Teknologi Informasi (FTI). Adanya komunikasi memudahkan komunikan memahami maksud dari pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dapat mempengaruhi komunikan untuk bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan harapan komunikator. FTI yang memiliki 10 program studi termasuk Magister Sistem Informasi (S2),dan dalam hal ini peneliti mengambil data dari 9 program studi untuk di teliti hubungan komunikasi, kecuali Magister Sistem Informasi (S2). Data yang di peroleh adalah 68 dosen tetap dan 68 dosen tidak tetap. dan memiliki 2621 mahasiswa, pengambilan data di sekretariat Fakultas Teknologi Informasi, selasa (26/02/2014).

Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa

Tahun Mahasiswa 2006 3 2007 43 2008 110 2009 207 2010 515 2011 557 2012 578 2013 608 jumlah 2621

Pengambilan data dosen yang di ambil ialah jumlah dosen tetap karena dosen tetap memiliki ruangan di FTI. Berdasarkan jumlah dosen tetap dengan jumlah mahasiswa, maka skala perbandingan adalah 1:38.

(10)

3

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN AKREDITAS NASIONAL PERGURUAN TINGGI, Jakarta 2007. Dalam BUKU VI MATRIKS PENILAIAN PORTFOLIO AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI tertulis bahwa rasio Dosen dan Mahasiswa sangat baik jika skala 1:15 - 1:25, baik 1:26 – 1:35, cukup 1:36 – 1:45, Kurang 1:46 – 1:55, sangat kurang > 1:55. Dengan melihat skala perbandingan rasio dosen dengan mahasiswa, maka rasio di FTI berada pada skala cukup. Berdasarkan BAN-PT, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan Efektifitas Komunikasi lebih khususnya adalah komunikasi Interpersonal yang terjadi antara dosen dengan mahasiswa di FTI-UKSW dengan skala perbandingan 1:38 untuk menjadi bahan evaluasi kinerja hubungan komunikasi dan dapat membantu Fakultas dalam mengembangkan ilmu pendidikan di FTI.

2. KajianPustaka

Penelitian pertama yang di lakukan di Universitas Gunadarma, tentang “Hubungan Komunikasi Interpersonal antara Mahasiswa dan Dosen dengan

prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma”,

membahas tentang faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologi (yang bersifat rohaniah) sedangkan faktor eksternal terdiri dari lingkungan dan pertemanan[2].

Penelitian selanjutnya Penelitian lainnya tentang “Pengaruh gaya

kepemimpinan berorientasi tugas terhadap budaya organisasi dan kinerja organisasi P.T. BPR Indra Candra di kota Singaraja dan Mangupura dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung gaya kepemimpinan orientasi tugas terhadap budaya organisasi, pengaruh langsung budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, dan pengaruh langsung gaya kepemimpinan orientasi tugas terhadap kinerja organisasi” [3].

Berdasarkan penelitian yang sudah ada, pada penelitian pertama, Peneliti mengambil acuan untuk melihat hubungan efektifitas komunikasi Interpersonal dan faktor pendukung untuk meningkatkan prestasi Akademik dan proses Komunikasi Interpersonal. Pada penelitian kedua, peneliti mengambil cara menggunakan Path Analysis sebagai acuan teori dalam melakukan Analisis data pada skrispi ini.

Komunikasi antarpribadi atau Interpersonal adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Komunikasi tersebut dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis [4]. Path Analysis merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang inheren antar variabel yang di susun berdasarkan pengaruh variabel independen exogenous terhadap variabel independen endogenous [5].

Pentingnya suatu komunikasi Interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.

(11)

4

Aristoteles yang hidup pada saat komunikasi retorika sangat berkembang di Yunani, terutama ketrampilan orang membuat pidato pembelaan di muka pengadilan dan rapat-rapat umum yang dihadiri oleh rakyat. Atas dasar itu, Aristoteles membuat model komunikasi dengan tiga unsur, yakni : siapa (sumber), mengatakan apa (pesan) dan kepada siapa (penerima). Model ini dinilai sebagai model klasik atau model pemula komunikasi yang dikembangkan sejak Aristoteles.

Gambar 2.1 Model Komunikasi Aritoteles

Shannon dan Weaver mengamsumsikan bahwa sumber informasi

menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan. Suatu konsep yang penting dari model Shannon dan Weaver ini adalah gangguan, yakni setiap stimulus tambahan dan yang tidak dikehendaki dapat mengganggu kecermatan pesan. Gangguan-gangguan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan perilaku individu serta khalayak[6].

Gambar 2.2 Model komunikasi Interpersonal Shannon dan Weaver

Ada 5 sikap positif yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi Interpersonal. 5 sikap tersebut meliputi : 1) keterbukaan, ialah sikap yang dapat menerima masukkan dari orang lain, serta berkenan menyempaikan informasi penting kepada orang lain. 2). Empati, ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandainya menjadi orang lain. 3). Sikap mendukung, ialah masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. 4). Sikap positif, ialah pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi Interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. 5). Kesetaraan, adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menepatkan diri setara dengan partner komunikasi [7].

Gangguan atau Noise adalah tambahan apa pun ke sinyal yang tidak direncanakan oleh sumber informasi dan terjadi diantara proses transmisi dan penerimaan. Konsep gangguan telah diperluas untuk mencakup semua sinyal yang ditransmisikan namun tidak dikirim oleh sumber informasi, atau apa pun yang membuat sinyal yang sengaja dikirimkan sulit untuk diterima secara akurat [8].

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 945),mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda, kadar, taraf, atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb).

(12)

5

Sebagaimana yang kita ketahui di FTI sendiri yang mendapat akreditasi A (247/BAN-PT/Ak-VI/S/XII/2013)untuk progdi TI dan SI mendapat akreditasi A (017/BAN-PT/Ak-XV/S1/VI/2012). Diantara 9 Program studi yang ada di FTI terdapat 2 Program studi yang memiliki akreditasi A. Menurut Wirakartakusumah (1998) mengatakan untuk mencapai terselenggaranya pendidikan bermutu, dikenal dengan perlunya paradigma baru pendidikan yang difokuskan pada Otonomi yaitu hak-hak profesi yang mempunyai kekuasaan yang sah di dalam pendidikan, Akuntabilitas yaitu menuntut kesepadanan antara tujuan lembaga pendidikan tersebut dengan kenyataan dalam hal norma, etika dan nilai (values) termasuk semua program dan kegiatan yang dilaksanakannya, Akreditasi yaitu posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam menghasilkan produk atau jasa yang bermutu dan Evaluasi yaitu suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit kerja yang dievaluasi. [8].

3. Metodologi Penelitian

Pada tahap ini Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif, penelitian deskriptif (descriptive research) dimaksudkan untuk memontret fenomena individual, situasi atau kelompok tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk ekplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang di teliti. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya sehingga memberikan gambaran yang jelas tentang situasi–situasi lapangan apa adanya [9].

Pada proses pengumpulan data, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada sampel responden. Penelitian ini memakai data dari sampel dan hasil yang di peroleh diperluas yang untuk menggambarkan atau menyimpulkan karakteristik dari populasi. Populasi didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengamatan atau obyek yang menjadi perhatian kita. Populasi menggambarkan yang bersifat ideal atau teoritis. Jumlah dosen tetap di FTI 68 dosen, data yang di ambil adalah keseluruhan dosen tetap FTI karena jumlah dosen berada di bawah nilai 100 sehingga tidak diujikan.

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi perhatian kita. Sampel menggambarkan sesuatu yang bersifat nyata atau empiris. Sedangkan, cara pengambilan sampelnya dengan metode proporsional. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Yaro Yamane atau Slovin adalah sebagai berikut.

n = ܰ

ܰ. ݀ଶ+ 1

dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

d2 = ketepatan (ditetapkan 10%)

(13)

6 n = ܰ ܰ. ݀ଶ+ 1 = 2465 (2465). 0,1ଶ+ 1= 2465 25,65= 96 ݎ݁ݏ݌݋݊݀݁݊

Perhitungan jumlah sampel adalah 96 sampel responden, maka ditentukan jumlah masing-masing sampel pertahunnya dengan rumus :

ni =ܰ݅ ܰ . ݊

dimana : ni =jumlah sampel

n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut N= jumlah populasi seluruhnya

Maka hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut. Tabel 3.1 Data Sampel Mahasiswa

• Teknik Analisa Data

Pada prinsipnya analisis data kualitatif di lakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) [10], mencakup 3 kegiatan yang bersamaan :

Gambar 3.1 Teknik Analisa Data

1. Reduksi data

Reduksi merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan pentransformasikan data kasar dari lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

No Tahun Populasi Sampel

1 2013 608 24 26 2 2012 578 22 24 3 2011 557 22 24 4 2010 515 20 22 5 2009 207 8 0 Total 2465 96 Reduksi data Penyajian data Penarikan kesimpulan

(14)

7

mengorganisasi sehingga interprestasi bisa di tarik. Dalam proses reduksi ini peneliti mencari data yang benar-benar valid.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Penyajian data juga merupakan bagian dari analisis, bahkan mencakup pula reduksi data. Pada tahap ini hal-hal yang serupa dikelompokkan menjadi kategori atau kelompok satu, kelompok dua, kelompok tiga dan seterusnya. Dalam tahap ini peneliti juga melakukan penyajian (display) data secara sistematik.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. dalam penelitian ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkat sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, dan langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian yang di ujikan.

Tabel di bawah ini adalah operasional variabel yang mempermudah peneliti untuk pengolahan dan menganalisis data berdasarkan indikator.

Tabel 3.2 Operasional Variabel

4. Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini berisi pembahasan dan pemaparan mengenai hasil dari analisis yang di peroleh. Berdasarkan data jumlah dosen tetap adalah 68 dosen dan data sampel dari mahasiswa adalah 96 Mahasiswa, kuisioner yang berhasil di dapat adalah 54 kuisioner dari dosen dan 96 kuisioner dari mahasiswa. Pada pengisian identitas terdapat 45 responden yang mngisi identitas berikut pemaparannya.

Variabel Indikator Konsep

4,9,15,17 Keterbukaan Dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain

6,7,16,19 Empati Merasakan apa yang di rasakan orang lain berdasarkan sudut pandang orang tersebut

1,3,5,14 Sikap mendukung

masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya komunikasi 2,10,11,12 Sikap

Positif

pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi Interpersonal memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangka dan curiga

8,13,18,20 Kesetaraan Kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan.

(15)

8

Tabel identitas responden

• Umur

Tabel 4.1 Presentase Umur

No Umur Dosen Mahasiswa

n Presentase n Presentase 1 < 19 0 0 3 3,1 2 19 - 23 0 0 72 75 3 24 - 28 6 13,3 21 21,9 4 28 > 39 86,7 0 0 Total 45 100 96 100

Menunjukan bahwa jumlah responden dari dosen sebagian besar berada pada usia > 28 tahun yaitu sebanyak 39 responden dengan presentase (86,7%) dan paling sedikit responden dari dosen pada usia 24-28 tahun yaitu sebanyak 6 responden dengan presentase (13,3%). Pada responden dari mahasiswa sebagian besar berada pada usia 19-23 tahun yaitu sebanyak 72 responden dengan presentase (75%) dan yang paling sedikit responden dari mahasiswa pada usia < 19 tahun sebanyak 3 responden dengan presentase (3,1%).

• Jenis kelamin

Tabel 4.2 Presentse Jenis Kelamin

no jenis Dosen Mahasiswa

kelamin n Presentase n Presentase

1 laki-laki 33 73,3 55 57,2

2 perempuan 12 26,7 41 42,7

Total 45 100 96 100

Menunjukan bahwa jumlah responden dari dosen sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu 33 responden dengan presentase (73,3%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu 12 responden dengan presentase (26,7%). Dan pada mahasiswa jumlah jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 55 responden (57,2%) dan jenis kelamin perempuan 41 responden (42,7%).

Pada tabel-tabel indikator yang akan di ambil adalah nilai rata-rata dari setiap indikator. Hal ini untuk melihat apakah efektifitas komunikasi

Interpersonal sudah berjalan efektif atau belum dari melihat nilai rata-rata,

berikut rumus untuk mengetahui nilai rata-rata :

ߤ =∑ݔ ܰ =

ݔ1 + ݔ2 + ݔ3 + ⋯ ܺ݊ ܰ

Ket : ∑x : jumlah dari skor-skor (nilai-nilai) yang ada N : Banyaknya skor-skor itu sendiri

(16)

9

Terdapat 5 indikator di bawah ini yang menggambarkan efektivitas komunikasi adalah sebagai berikut :

1) Keterbukaan

Total jumlah responden dari dosen tetap adalah 54 sampel responden. Tabel 4.3 keterbukaan dari sudut pandang dosen ke mahasiswa

Menggambarkan bahwa responden dosen lebih dominan memilih “Sering” dengan total frekuensi (f) = 90. Dari hasil di atas, dosen sudah meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan mahasiswa. Menurut Informan1 : ”saya sudah mengajak mahasiswa untuk berkomunikasi dengan

saya di dalam ruangan tapi mahasiswanya yang tidak mau datang”. Hal ini di

lakukan dosen ketika terdapat masalah dalam perkuliahan dengan mahasiswa yang bersangkutan. Tabel berikutnya adalah pandangan mahasiswa ke dosen dengan indikator keterbukaan. Jumlah sampel dari mahasiswa adalah 96 sampel responden.

Tabel 4.4 keterbukaan dari sudut pandang mahasiswa ke dosen

Menggambarkan bahwa responden mahasiswa lebih dominan memilih “Cukup” dengan total frekuensi (f) = 138. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa lebih cenderung cukup terbuka untuk berkomunikasi dengan dosen di dalam ruangan. Menurut informan2 lebih memilih cukup adalah : ”saya

jarang berkomunikasi dengan dosen, lebih enak ngobrol di luar” alasannya

merasa kaku ketika berkomunikasi di dalam ruangan.

Berdasarkan temuan di atas, maka peneliti akan menggambarkan dalam bentuk grafik. Berikut tampilannya.

No SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var4 15 27,8 34 62,9 4 7,4 1 1,9 0 0 2 Var9 19 35,2 21 38,9 8 14,8 5 9,3 1 1,9 3 Var15 10 18,5 26 48,1 16 29,6 2 3,7 0 0 4 Var17 4 7,4 9 16,7 17 31,5 20 37 4 7,4 Jumlah 48 88,9 90 166,6 45 83,3 28 51,9 5 9,3 Rerata 12 22,2 22,5 41,7 11,3 20,9 7 13 1,2 2.2 No SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var4 23 23.9 47 48.9 22 22.9 3 3.1 1 1 2 Var9 8 8.3 20 20.3 38 39.6 24 25 6 6.2 3 Var15 0 0 16 16.7 40 41.7 31 32.3 9 9.4 4 Var17 4 4.2 9 9.4 38 39.6 28 29.2 17 17.7 Jumlah 35 36.5 92 95.8 138 143.7 86 89.6 33 34.4 Rerata 8.8 9.1 23 23.9 34.5 35.9 21.5 22.4 8.3 8.6

1 ) informan1 : dosen tetap FTI, pengambilan data di dalam ruangan kerja dosen

tersebut

(17)

10

Grafik 4.1Indikator Keterbukaan

Berdasarkan grafik di atas keterbukaan dosen ke mahasiswa lebih terbesar adalah 41,7% dengan total sampel dari dosen adalah 54 responden dengan total frekuensi 90, mengatakan bahwa sudah sering mengajak mahasiswa untuk berkomunikasi khususnya di dalam ruangan. Dan tingkat nilai keterbukaan mahasiswa ke dosen lebih dominan memilih “Cukup” adalah 35,9% dengan total sampel pada mahasiswa adalah 96 sampel responden, dengan alasan jarang berkomunikasi dengan dosen artinya tidak ada keterbukaan dengan dosen, sehingga mahasiswa sering terlambat mendapatkan informasi.

2) Empati

Tabel 4.5 Empati dari sudut pandang dosen ke mahasiswa

No SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var6 32 59,3 20 37 2 3,7 0 0 0 0 2 Var7 19 35,2 28 51,8 6 11,1 1 1,8 0 0 3 Var16 15 27,8 22 40,7 15 27,8 2 3,7 0 0 4 Var19 13 24 24 44,4 12 22,2 4 7,4 1 1,8 Jumlah 79 146,2 94 174 35 64,8 7 12,9 1 1,8 Rerata 19,8 36,6 23,5 43,5 8,8 16,3 1,7 3,1 0,3 0,5

Menunjukan bahwa responden dosen lebih dominan memilih “Sering” dengan total frekuensi (f) = 94. Dari hasil di atas menggambarkan bahwa proses perkuliahan membuat dosen menjadi mengerti bagaimana kemampuan dari mahasiswa. Menurut Informan3 : “saya kenal baik dengan seluruh

mahasiswa FTI karena di dalam absensi kita bisa kenal dari mana2, selain dari absensi komunikasi sebelum kuliah kemudian sambil berkuliah ada komunikasi, sering bertanya. jadi kedekatan-kedekatan seperti itu yang setiap saat saya lakukan jadi saya kenal betul bagaimana kemampuan atau apapun yang berkaitan dengan mahasiswa”. Keseringan seperti ini membuat dosen

menjadi mengenai mahasiswa dari sudut pandang lainnnya (budaya, suku, dll). Tabel berikutnya adalah pandangan mahasiswa ke dosen dengan indikator Empati. Jumlah sampel dari mahasiswa adalah 96 sampel responden.

22.2 41.7 20.9 12.9 2.2 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 SS S C TS TP Tingkat Keterbukaan Dosen ke mahasiswa 9.1 23.9 35.9 22.4 8.6 0 5 10 15 20 25 30 35 40 SS S C TS TP Tingkat Keterbukaan Mahasiswa ke Dosen

(18)

11

Tabel 4.6 Empati dari sudut pandang Mahasiswa ke Dosen No SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var6 11 11.4 74 77 11 11.4 0 0 0 0 2 Var7 12 12.5 65 67.7 17 17.7 2 2 0 0 3 Var16 15 15.6 63 65.6 13 13.5 4 4.2 1 1 4 Var19 3 3.1 35 36.4 45 46.9 7 7.3 6 6.2 Total 41 42.7 237 246.9 86 89.6 13 13.5 7 7.3 Rerata 10.2 10.6 59.2 61.7 22.2 23.1 3.2 3.3 1.7 1.8

Pada Mahasiswa yang memilih "Sering" dengan total frekuensi (f) = 237. Kata Informan4 “dapat pesan dari dosen, belajar baik2 supaya cepat

selesai sja sih”. Untuk mahasiswa tingkat akhir sudah mendapatkan motivasi

atau pesan yang di sampaikan oleh dosen untuk dapat menyelesaikan tugas akhirnya. Hal ini menggambarkan bahwa mahasiswa mengerti apa yang di sampaikan oleh dosen tersebut.

Berikut ini adalah gambaran dalam bentuk grafik indikator empati antara dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa ke dosen.

Grafik 4.2 Indikator Empati

Berdasarkan grafik rata-rata Empati dosen ke mahasiswa lebih dominan memilih “Sering” adalah 43,5% dengan total sampel adalah 54 responden dengan total frekuensi 94, mengatakan bahwa sudah sering berkomunikasi dengan mahasiswa sebelum perkuliahan dan di saat perkuliahan. Dan rata-rata nilai empati mahasiswa ke dosen dominan memilih “Sering” adalah 61,7% dengan total sampel mahasiswa adalah 96 responden.

1)Informan4 adalah mahasiswa, pengumpulan data berlangsung di dalam ruangan kerja 36.6 43.5 16.3 3.1 0.5 0 10 20 30 40 50 SS S C TS TP

Tingkat Empati dosen ke mahasiswa 10.6 61.7 23.1 3.3 1.8 0 10 20 30 40 50 60 70 SS S C TS TP

Tingkat Empati mahasiswa ke dosen

(19)

12 3). Sikap Mendukung

Tabel 4.7 Sikap Mendukung dari sudut pandang dosen ke mahasiswa

Menunjukkan bahwa responden dominan memilih "Sering" dengan total

frekuensi (f) = 102. komunikasi dalam hal mendukung sangat diperlukan dalam menciptakan suasana komunikasi yang nyaman. Hal ini disampaikan oleh Informan5 sebagai sikap mendukung dan permulaan dari suatu proses komunikasi: “gimana skripsinya? cepat yah”. Artinya memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan studinya (wisuda).

Tabel 4.8 Sikap Mendukung dari sudut pandang mahasiswa ke dosen NO SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var1 3 3.1 48 50 38 39.6 7 7.3 0 0 2 Var3 5 5.2 45 46.9 43 44.8 3 3.1 0 0 3 Var5 33 34.4 29 30.2 26 27.1 8 8.3 0 0 4 Var14 48 50 38 39.6 6 6.2 3 3.1 1 1 Total 89 97.7 160 166.7 113 117.7 21 21.9 1 1 Rerata 22.2 23.1 40 41.7 28.2 29.4 5.2 5.4 0.2 0.3

Pada mahasiswa yang memilih "Sering" dengan total frekuensi (f) = 160. Kata Informan6 “So dapat pesan dari dosen, belajar baek-baek supaya cepat

selesai sja sih”. Artinya “sudah dapat pesan dari dosen, belajar baik-baik

supaya cepat selesai. Dari alasan tersebut mahasiswa sudah sering mendapat dukungan dari dosen untuk mahasiswa tingkat akhir sudah mendapatkan motivasi cepat menyelesaikan tugas akhirnya.

Berdasarkan temuan sikap mendukung di atas, maka peneliti akan menggambarkan dalam bentuk grafik. Berikut tampilannya.

NO SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var1 27 50 22 40.7 5 9.2 0 0 0 0 2 Var3 11 20.4 30 55.5 10 18.5 2 3.7 1 1.8 3 Var5 29 53.7 24 44.4 1 1.8 0 0 0 0 4 Var14 25 46.3 26 48.1 3 5.5 0 0 0 0 Total 92 170.4 102 188.9 19 35.2 2 3.7 1 1.8 Rerata 23 42.6 25.5 47.2 4.7 8.7 0.5 0.9 0.2 0.4

1)Informan5 adalah salah satu dosen tetap FTI, pengumpulan data berlokasi di dalam

fakultas FTI (Kanfak).

(20)

13

Grafik 4.3 Indikator Sikap Mendukung

Berdasarkan grafik rata-rata sikap mendukung dosen ke mahasiswa lebih dominan “Sering” adalah 47,2% dengan total sampel adalah 54 responden dengan total frekuensi 102, mengatakan bahwa sudah sering mendukung mahasiswa dalam menyelesaikan tugasnya dan hal ini merupakan awal dar sebuah percakapan antara dosen dengan mahasiswa. Dan rata-rata nilai sikap mendukung dari mahasiswa adalah "Sering" dengan nilai 41,7% dengan total sampel 96 dan total frekuensi 160.

4) Sikap Positif

Tabel 4.9 Sikap Positif dari sudut pandang dosen ke mahasiswa NO SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var2 22 40.7 28 51.8 4 7.4 0 0 0 0 2 Var10 17 31.5 30 55.5 7 13 0 0 0 0 3 Var11 19 35.2 32 59.2 3 5.5 0 0 0 0 4 Var12 23 42.6 28 51.8 3 5.5 0 0 0 0 Total 81 150 118 218.5 17 31.5 0 0 0 0 Rerata 20.2 37.4 29.5 54.6 4.2 7.8 0 0 0 0

Menunjukkan bahwa responden dari dosen yang dominan memilih "Sering" dengan total frekuensi (f) = 118. Alasan Informan7 : “ya bisa. Tapi

saya lebih sering jadi teman”. Hal ini untuk menjawab pernyataan yang

berbunyi: “Saya bisa menempatkan posisi saya sebagai Dosen saat

berkomunikasi dengan mahasiswa ketika berada di dalam ruangan”. Sikap ini

diterapkan agar mahasiswa tidak merasa kaku ketika berkomunikasi di dalam ruangan.Tabel berikutnya adalah pandangan mahasiswa ke dosen dengan indikator keterbukaan. Jumlah sampel dari mahasiswa adalah 96 sampel responden.

1)Informan7 adalah dosen tetap FTI, proses pengumpulan data berlokasi di dalam ruangan

dosen tersebut 42.6 47.2 8.7 0.9 0.4 0 10 20 30 40 50 SS S C TS TP

Tingkat Sikap mendukung dosen ke mahasiswa 23.1 41.7 29.4 5.4 0.3 0 10 20 30 40 50 SS S C TS TP

Tingkat sikap mendukung mahasiswa ke dosen

(21)

14

Tabel 4.10 Sikap Positif dari sudut pandang mahasiswa ke dosen

Pada Mahasiswa lebih dominan memilih "Sering" dengan total frekuensi (f) = 204. Menurut Informan8 tentang sikap positif dengan dosen “biasanya

klu diluar kelas jadi teman”. Artinya proses komunikasi yang terjadi ketika di

luar ruangan terasa lebih dekat ketika berkomunikasi dengan dosen.

Penjelasan selanjutnya adalah dalam bentuk grafik untuk mengetahui tingkat dari sikap positif dosen dan juga mahasiswa.

Grafik 4.4 Indikator Sikap Positif

Berdasarkan grafik, rata-rata sikap positif dosen ke mahasiswa lebih dominan “Sering” adalah 54,6% dengan total sampel adalah 54 responden dengan total frekuensi 118, mengatakan bahwa lebih senang di anggap teman dan sikap ini membuat agar mahasiswa tidak merasa kaku ketika berkomunikasi dengan dosen. dan pada mahasiswa, tingkat sikap positif berada pada "sering" artinya lebih sering berkomunikasi di luar karena di luar kelas bisa menjadi rekan dalam berkomunikasi.

NO SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var2 7 7.3 83 86.4 6 6.2 0 0 0 0 2 Var10 5 5.2 14 14.6 55 57.2 18 18.7 4 4.2 3 Var11 10 10.4 71 74 10 10.4 3 3.1 2 2.1 4 Var12 36 37.5 36 37.5 21 21.9 3 3.1 0 0 Total 58 60.4 204 212.5 92 95.8 24 25 6 6.2 Rerata 14.5 15.1 51 53.1 23 24 6 6.2 1.5 1.6

1)Informan8 adalah salah stu mahasiswa FTI, proses pengumpulan data berlangsung di

lingkungan FTI (samping Puslit)

15.1 53.1 24 6.2 1.6 0 10 20 30 40 50 60 SS S C TS TP

Tingkat sikap positif mahasiswa ke dosen 37.4 54.6 7.8 0 0 0 20 40 60 ss S C TS TP

Tingkat sikap posistif dosen ke mahasiswa

(22)

15 5) Kesetaraan

Tabel 4.11 Kesetaraan dari sudut pandang dosen ke mahasiswa NO SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var8 34 63 19 35.2 1 1.8 0 0 0 0 2 Var13 16 29.6 31 57.4 7 13 0 0 0 0 3 Var18 28 51.8 22 40.7 4 7.4 0 0 0 0 4 Var20 5 9.2 17 31.5 20 37 9 16.7 2 3.7 Total 83 153.7 89 164.8 32 59.2 9 16.7 2 3.7 Rerata 20.7 38.3 22.2 41.1 8 14.8 2.2 4 0.5 0.9

Menunjukkan bahwa responden yang banyak memilih "Sering" dengan total frekuensi (f) = 89. Artinya tidak ada perbandingan ketika berkomunikasi dengan dosen semua mahasiswa di pandangan mata dosen sama hal ini di jawab lagi oleh Informan3: ”Yah siapapun yg bertanya akan saya layani”. pandangan dari dosen semua mahasiswa di anggap sama dan hal ini tidak membandingkan saat berkomunikasi dengan mahasiswa.

Tabel 4.12 Kesetaraan dari sudut pandang mahasiswa ke dosen

Pada mahasiswa lebih dominan memilih "Sering" dengan total frekuensi (f) = 210. Menurut Informan9 : “ya sering tidak membedakan, saya sering

berkomunikasi dengan dosen tapi lebih bnyak dosen timur”. Hal ini masih

kaku ketika berkomunikasi dengan dosen dari berbeda suku sehingga pada etnis tertentu lebih senang berkomunikasi dengan dosen yang sesama etnis.

Penjelasan selanjutnya adalah dalam bentuk grafik untuk mengetahui tingkat dari sikap positif dosen dan juga mahasiswa.

NO SS S C TS TP f % f % f % f % f % 1 Var8 28 29.2 58 60.4 8 8.3 0 0 2 2 2 Var13 11 11.4 67 69.8 14 14.6 4 4.2 0 0 3 Var18 40 41.7 43 44.8 11 11.4 1 1 1 1 4 Var20 1 1 42 43.7 23 23.9 22 22.9 8 8.3 Total 80 83.3 210 218.7 56 58.3 27 28.1 11 11.4 Rerata 20 20.8 52.5 54.7 14 14.6 6.7 7 2.7 2.8

1)Informan3, dosen tetap FTI, lokasi pengambilan data di raungan dosen tersebut

(23)

16

Grafik 4.5 Indikator Kesetaraan

Berdasarkan grafik, rata-rata sikap positif dosen ke mahasiswa lebih dominan “Sering” adalah 41,1% dengan total sampel adalah 54 responden dengan total frekuensi (f) = 89, mengatakan bahwa siap melayani apa apa yang ditanyakan oleh mahasiswa, hal ini tidak membedakan saat berkomunikasi dengan mahasiswa dan dosen dapat menyesuaikan saat berkomunikasi dengan berbagai macam suku. pada mahasiswa, nilai rata-rata adalah 54,7% berada pada posisi "Sering" artinya tidak membedakan dosen dari berbagai suku, tetapi sangat sering berkomunikasi dengan sesama suku. hal ini di jawab oleh Informan8.

Proses komunikasi Interpersonal yang berlangsung di FTI adalah seperti di bawah ini.

Gambar 4.3Model komunikasi Interpersonal mahasiswa

Pada dasarnya model ini mengikuti model Aristoteles yakni siapa (sumber), mengatakan apa (pesan) dan kepada siapa. Model ini di kembangkan dengan maksud untuk melengkapi model yang yang terjadi di Lingkungan FTI sekarang ini. Pertama di mulai dari komunikator yang ingin menyampaikan pesan yang terdapat 2 pilihan untuk berkomunikasi yaitu menuju ke lokasi tujuan atau dapat menggunakan media perantara seperti website atau mobile phone.

38.3 41.1 14.8 4 0.9 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 SS S C TS TP

Tingkat kesetaraan dosen ke mahasiswa 20.8 54.7 14.6 7 2.8 0 10 20 30 40 50 60 SS S C TS TP Tingkat kesetaraan mahasiswa ke dosen Komunikator -Website, Mobilephon e Gangguan Psikologi Lokasi IT (InformationTechnology) -Olahraga -Politik -Budaya Kedekatan emosional Pesan Hobi Suku Komunikan Gangguan jaringan

(24)

17

Dalam pemilihan menuju ke tempat tujuan terdapat gangguan psikologi di mana komunikator merasa gugup atau trauma pernah di marahi oleh komunikan tertentu sehingga proses komunikasi menjadi terhambat dan tidak terciptanya proses komunikasi Interpersonal. Di mana menurut salah seorang informan bahwa "yang dosen A halus orangnya, klu dosen B yah bgtulah orangnya" pemakaian inisial penamaan agar tidak ada penyebutan nama terhadap dosen tertentu.

Tempat berkomunikasi menjadi lokasi berlangsung proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan untuk dapat langsung berkomunikasi, hal lain yang di amati adalah faktor kedekatan emosional yang dapat memicu proses terjadinya komunikasi antara komunikator dan komunikan yang disebabkan dengan adanya kedekatan emosional antara komunikator dan komunikan. Menurut pandangan teori kognitif emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap suatu peristiwa. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologi kita secara internal [11]. Kedekatan emosional bisa berupa sesama suku atau memiliki hobi yang sama, hobi dapat berupa olahraga, politik dan budaya. proses komunikasi yang terjadi dapat di lihat dari 2 hal tersebut, di mana menurut salah sesorang informan mengatakan bahwa seringnya berkomunikasi tapi lebih keseringan berkomunikasi dengan sesama etnis, hal ini menggambarkan bahwa kedekatan emosional sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya suatu proses komunikasi Interpersonal di mana kedekatan etnis sangat berpengaruh berlangsung proses komunikasi

Interpersonal.

Proses komunikasi yang dapat di ukur adalah berlangsungnya suatu porses komunikasi yaitu berada pada luar ruangan. di mana jumlah dominan tertinggi mencapai 1528 yang melibatkan 96 responden. Hasil tabulasi data menunjukan bahwa tingkat komunikasi lebih berjalan efektif ketika berada di luar ruangan kerja dengan alasan bahwa di luar ruangan, komunikator dan komunikan menjadi lebih bebas ketika berkomunikasi.

Penggunaan media perantara yang menjadi suatu alat alternatif yang dapat memudahkan komunikator untuk dapat berkomunikasi dengan komunikan yang di dalamnya terdapat website dan mobile phone. Penggunaan website dapat mempermudah komunikan untuk dapat mengakses informasi dan juga dapat menggunakan media chatting untuk berkomunikasi dengan komunikan, tetapi dalam hal ini tidak semua komunikator menggunakan media website untuk dapat berkomunikasi dengan komunikan. Media mobile phone juga sangat membantu dalam proses komunikasi, hal ini memudahkan komunikator untuk dapat berkomunikasi dengan komunikan dan dapat membantu jika komunikan berada di luar jangkauan (keluar kota). Proses komunikasi dapat saja berlangsung dengan menggunkaan mobile phone tetapi gangguan seperti adanya gangguan signal ataupun kuota pulsa sudah habis sering terjadi, sehingga membuat proses komunikasi menjadi terhambat.

Proses komunikasi yang terjadi pada dosen juga berdasarkan hasil dari pengelompokan data, proses komunikasi yang melibatkan dosen berlangsung dengan baik.

(25)

18

Gambar 4.4 Model komunikasi Interpersonal Dosen

Berdasarkan model komunikasi Interpersonal di atas, yang pertama komunikator mempunyai 2 pilihan untuk dapat berkomunikasi dengan komunikan yaitu berkomunikasi dengan bertemu langsung atau dengan menggunakan media perantara seperti website atau mobile phone.

Proses komunikasi pada bagian ini menjadi lebih simpel karena tidak banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses komunikasi antara kedua pihak. Sehingaa pusat perhatian dapat di lihat pada faktor lokasi. Pemilihan lokasi atau bertemu langsung dengan komunikan membuat komunikasi berjalan dengan saling bertatap muka diantara kedua pihak, hal ini membuat komunikator dapat mengetahui secara langsung karakter dari komunikan tersebut, sehingga proses penyampaian informasi dapat langsung dan di mengerti oleh komunikan. Berbeda dengan model komunikasi sebelumnya. Di dalam lokasi tidak terdapat kedekatan emosional, karena pada bagian ini komunikator dapat berkomunikasi dengan tidak membedakan komunikan dari berbagai macam faktor pendukung lainnya. Proses komunikasi yang melalui pertemuan dengan komunikator agar dapat langsung mengetahui karakter dari komunikan.

Penggunaan media teknologi dapat berupa website atau mobile phone. Melalui kedua media tersebut komunikator dapat memberikan informasi secara cepat tanpa harus bertatap muka dengan komunikan. Penggunaan media elektronik lebih efisien tanpa mengeluarkan tenaga untuk saling bertatap muka.

Proses komunikasi lebih terlihat ketika komunikator dan komunikan berkomunikasi adalah di luar raungan dengan total penjumlahan 966 yang melibatkan 54 responden, dengan alasan bahwa di luar ruangan komunikato dan komunikan menjadi lebih bebas ketika berkomunikasi.

Untuk menganalisis kedua model komunikasi interpersonal, maka peleburan 2 model komunikasi dijadikan 1 model komunikasi, seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.5 Model Komunikasi Interpersonal

Komunikator Komunikan pesan Setting Gangguan IT Lokasi Komunikator Komunikan Lokasi IT (InformationTechnology) -Website -Mobilephone Pesan

(26)

19

Gambar di atas adalah model komunikasi Interpersonal yang merupakan peleburan dari model komunikasi Interpersonal mahasiswa ke dosen dan juga dari dosen ke mahasiswa. Model ini mengadopsi teori Path Analysis. yaitu analisis jalur, di mana setiap jalur tersebut di analisis atau memberi arti dari setiap jalur dan juga memberi sebab akibatnya suatu proses. Pada proses komunikasi yang berlangsung di FTI dibutuhkan setting-an untuk dapat saling berkomunikasi. Setting di antaranya media perantara dengan menggunakan media teknologi yang dapat berkomunikasi langsung tanpa bertatap muka secara langsung. Kendala yang di hadapi ketika menggunakan perantara gangguan pada jaringan atau putusnya suatu komunikasi dengan berbagai macam alasan seperti pulsa yang digunakan telah habis atau dengan membalas pesan SMS (Short

Message Service) dengan menggunakan waktu yang lama, hal ini membuat proses

komunikasi terhambat. Menggunakan lokasi, komunikasi dapat secara langsung bertatap muka sehingga dapat melihat secara langsung karakter dari setiap komunikan saat berkomunikasi. Hal ini dapat membuat berlangsungnya proses komunikasi Interpersonal antara komunikator dengan komunikan.

Kontribusi terhadap Sistem Informasi

Sistem adalah satu kesatuan komponen yang saling terhubung dengan batasan yang jelas bekerja bersama-sama untuk mencapai seperangkat tujuan. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan yaitu memberikan informasi bagi pengambil keputusan dan untuk mengendalikan organisasi [12]. Pada penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk memberikan informasi dan pemodelan komunikasi yang terdapat dalam penelitian ini. Sehingga berdasarkan kesimpulan dari sistem informasi yaitu dalam pengambilan keputusan dan untuk mengendalikan organisasi, maka dari hasil analisis komunikasi Interpersonal di FTI dapat di ketahui tingkatan dari proses terjadinya komunikasi yang efektif dan hal ini dapat disimpulkan dengan model komunikasi yang menggambarkan sistem dari proses komunikasi yang berlangsung di FTI. pembuatan model komunikasi Interpersonal ini guna dimaksudkan agar dapat mengetahui pola dari sistem komunikasi dari mahasiswa ke dosen dan dari dosen ke mahasiswa.

5. Simpulan

Perbandingan rasio dosen tetap 68 dan mahasiswa 2621, FTI berada pada skala 1 : 38 hal ini dikategorikan cukup efektif oleh BAN-PT dalam menunjang akreditasi. Proses komunikasi adalah dasar dari setiap instansi dalam meningkatkan instansi tersebut, proses tersebut dapat juga menjadi peningkatan dalam mutu pendidikan, di mulai dari keakraban dari antara kedua belah pihak yaitu dosen dan mahasiswa. Dari hasil penelitian, tingkat komunikasi interpersonal sudah berjalan dengan baik hal ini membuktikan bahwa dominan responden memilih "Sering" dari antara 5 indikator komunikasi interpersonal dan tingkat tertinggi adalah indikator "Sikap Positif".

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi terdapat pada gangguan psikologi dan gangguan jaringan dengan berbagai macam alasan dari

(27)

20

responden, faktor lain adalah tempat di mana proses komunikasi berlangsung yang dapat di lihat langsung adalah berlokasi di luar ruangan. Hal ini menjadi pusat perhatian bagi peneliti dan dapat dikatakan bahwa faktor lokasi lebih dominan dapat terlihat proses komunikasi berlangsung efektif ketika berkomunikasi di luar ruangan.

Hal ini dapat dikatakan bahwa di dalam ruangan kerja proses komunikasi menjadi lebih terbatas, di dalam kelas dan di luar kelas proses komunikasi berlangsung seperti pengajar yang sedang mengajar kepada murid dan di luar UKSW, jarang terlihat dan jarang berkomunikasi karena tidak sering bertemu. hal ini dapat di katakan bahwa berada di luar ruangan kerja faktor komunikasi lebih efektif. Faktor kedekatan emosional seperti kesamaan hobi dan juga suku yang dapat memicu berlangsung proses komunikasi oleh karena itu direkomendasikan untuk menjadi bahan evaluasi dalam sistem dan juga kegiatan-kegiatan yang akan di buat oleh FTI sehingga dapat membuat keakraban antara mahasiswa dengan dosen dan juga sebaliknya di lingkungan FTI.

6. Daftar Pustaka

[1] DeVito. Joseph, 2011, alih bahasa, Ir. Agus Maulana M.S.M, komunikasi

antarmanusia : Karisma Publishing Group, Tanggerang.

[2] Ernawati, 2008, Hubungan komunikasi Interpersonal antara Mahasiswa dan

Dosen dengan prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma : Universitas Gunadarma.

[3] Kasih, S.N.L, 2011, Pengaruh gaya kepemimpinan berorientasi tugas terhadap

budaya organisasi dan kinerja organisasi PT BPR Indra Candra di kota Singaraja dan Mangupura, Program Pasca Sarjana : Universitas Udayana.

[4] Hidayat, Dasrun . 2012 edisi pertama : Komunikasi antarpribadi dan medianya, : Graha Ilmu.

[5] Sarwono, Jonathan, 2012, Path Analysis : PT Elex Media Komputindo, Jakarta. [6] Cangara. H. Hafied, 2007, Pengantar ilmu komunikasi : PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta.

[7] DeVito. Joseph, ,2011, alih bahasa : Ir. Agus Maulana M.S.M, komunikasi antarmanusia, Karisma PublishingGroup, Tanggerang.

[8] Karsidi, Ravik, 2001, Peningkatan Mutu Pendidikan dan lulusan FKIP : Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

[9] Mayopu. Richard G, 2011, Komunikasi Antar Budaya di Salatiga, Program Pasca Sarjana : UKSW.

[10] Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami penelitian kualitatif : PT Rineka Cipta, jakarta.

[11] Safira, Triantoro dan Nofrans Eka Saputra, 2009, MANAJEMEN EMOSI

sebuah panduan cerdas bagaimana mengelola Emosi Positif dalam hidup anda

: PT Bumi Aksara, Jakarta. [12] Setiabudi.Arifin,S.Kom,M.M,

http://www.ilmumanajemen.com/index.php?option=com_content&view=articl e&id=55:psi&catid=39:msi&Itemid=57 (di akses 11/12/2014 )

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa
Gambar 2.1 Model Komunikasi Aritoteles
Tabel 3.1 Data Sampel Mahasiswa
Tabel  di  bawah  ini  adalah  operasional  variabel  yang  mempermudah  peneliti  untuk pengolahan dan menganalisis data berdasarkan indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Dari uji bivariat Fisher untuk lingkar kepala yang diukur dengan foto x-ray didapatkan hasil yang bermakna antara lingkar kepala (sefalik indeks) dengan

Hal ini berarti hipotesis pertama ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa agency problem tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure level karena tingkat

(2007) yang menyimpulkan bahwa konsumen Asia yang dikategorikan dalam budaya dengan dimensi penghindaran ketidakpastian dalam konteks tinggi lebih takut kehilangan

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok &amp; Tembakau pada bulan Februari 2017 mengalami Inflasi sebesar 0,09 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 129,40 pada bulan Januari 2017

Hasil pengujian kekuatan tarik dari empat konsentrasi berbeda dengan minyak biji anggur sebagai bahan peminyak pada kulit ikan nila samak tersaji pada Tabel 1.. Pada

produktivitas kerja guru juga menunjukkan nilai yang tidak signifikan (0,130 &gt; 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja guru merupakan variabel yang

implementasi prinsip-prinsip pembelajaran, dari data kasar yang. muncul dalam catatan lapangan. Dari bentuk uraian ini

IMPLEMENTASI MODEL PENDEKATAN TAKTIS UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |