• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. (Skripsi) Oleh EKAYANA PUTRIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT. (Skripsi) Oleh EKAYANA PUTRIANI"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT

DAN NON ELEKTROLIT

(Skripsi)

Oleh

EKAYANA PUTRIANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

Oleh

EKAYANA PUTRIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS berbasis keterampilan proses sains (KPS) pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit serta untuk menge-tahui respon guru dan respon siswa mengenai LKS yang dikembangkan. Desain pada penelitian ini menggunakan desain R&D menurut Sugiyono (2008), dimana tahapan langkah penelitian dalam desain ini terdiri dari sepuluh langkah, namun desain yang digunakan dibatasi hanya sampai revisi uji coba lapangan awal. Subjek pada penelitian ini yaitu LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Setelah penyusunan LKS selanjutnya dilakukan validasi ahli terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan. Hasil validasi ahli terhadap keempat aspek yang dinilai yaitu LKS memiliki kriteria sangat tinggi. Selanjutnya dilakukan uji coba lapangan terhadap tiga responden guru pada aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruksi terhadap LKS berbasis KPS diperoleh hasil persentase rata-rata sebesar 79,21%, 83,91%, dan 85,30 %. Sedangkan uji coba lapangam awal pada responden siswa terhadap aspek keterbacaan dan kemenarikan terhadap LKS berbasis KPS yang di-kembangkan diperoleh hasil sebesar 84,58% dan 83,63%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis KPS yang dikembangkan

(3)

Ekayana Putriani

memiliki kriteria sangat tinggi dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kata kunci : keterampilan proses sains, larutan elektrolit dan non-elektrolit, lembar kerja siswa

(4)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT

DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

EKAYANA PUTRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 6 Juli 1994 sebagai anak pertama dari Bapak Eko Purwanto dan Ibu Khaeratun. Pendidi-kan formal diawali di TK Aisyah Bustanul Athfal Way Jepara tahun 1999 hingga tahun 2000. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Labuhan Ratu Dua pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2009 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Way Jepara pada tahun 2012.

Tahun 2012 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Juru-san Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Selanjutnya pada tahun 2015 mengikuti Program Praktik Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Ulu belu yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Tanjung Baru Kecama-tan Ulu belu Kabupaten Tanggamus tahun 2015.

(9)
(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Berbasis Keterampilan Proses Sains Pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan kimia. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW, seorang suri tauladan yang sangat luar biasa dalam kesederha-naannya, keluarga, sahabat serta umat-Nya yang senantiasa menjalankan kewaji-ban-Nya dengan istiqomah.

Banyak pihak yang mendukung atas terselesaikannya skripsi ini, maka pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia;

4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku pembimbing utama atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam proses perbaikan serta penyelesaian skripsi ini;

(11)

kedua atas motivasi dan kesediaannya dalam memberikan bimbingan, penga-rahan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi;

6. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Pembahas atas keikhlasan dan kesediannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan masukan;

7. Bapak M. Mahfudz Fauzi S., S.Pd., M. Sc., selaku validator atas masukan, kritik dan saran serta motivasi untuk produk yang dihasilkan;

8. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 3 Bandarlampung, SMA Negeri 1 Bukit

Kemuning dan SMA Negeri 16 Bandarlampung, dan SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung;

9. Nurman Musa atas keikhlasan, dukungan dan semangat yang telah diberikan. 10. Venny, Mba Ugi, Ratna, Mba Yanti, Nur dan Adit terimakasih atas

kebersamaannya dan persahabatannya.

11. Ichan, Citra, Popy, Intan, Rara, Ella, Uci dan Nadia atas dukungan, semangat dan bantuannya yang telah diberikan selama ini.

12. Sahabat-sahabat Pendidikan Kimia 2012.

13. Tim KKN-KT Pekon Tanjung Baru Kecamatan Ulu Belu Tanggamus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi sedikit banyaknya semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2017 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Media Pembelajaran... 8

B. Lembar Kerja Siswa ... 9

C. Keterampilan Proses Sains... 13

D. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit ... 16

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Metode Penelitian ... 20

B. Subjek dan Lokasi Penelitian... 21

C. Sumber Data... 21

D. Alur Penelitian ... 22

(13)

1. Penelitian dan pengumpulan data ... 23

2. Perencanaan dan pengemanbangan... 25

3. Evaluasi produk ... 28

F. Instrumen Penelitian ... 29

1. Instrumen pada studi pendahuluan... 29

2. Instrumen pada validasi ahli ... 29

3. Instrumen pada uji coba ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data... 32

H. Teknik Analisis Data... 32

1. Mengolah data angket analisis kebutuhan ... ... 33

2. Mengolah data validasi dan tanggapan guru... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Studi Pendahuluan ... 36

1. Hasil studi pustaka ... 36

2. Hasil studi lapangan ... 36

B. Hasil Analisis Perencanaan dan Pengembangan Produk LKS Berbasis KPS ... 38

1. Cover luar... 39

2. Cover dalam ... 40

3. Kata pengantar ... 40

4. Daftar isi... 41

5. KI, KD dan Indikator Pencapaian ... 42

6. Petunjuk umum penggunaan LKS ... 42

7. Isi LKS ... 42

8. Daftar pustaka ... 46

9. Cover belakang... 46

C. Penyusunan Instrumen Validasi... 47

1. Instrumen kesesuaian isi ... 47

2. Instrumen konstruksi... 47

3. Instrumen keterbacaan ... 48

4. Instrumen kemenarikan ... 48

D. Hasil Validasi Ahli... 48

(14)

2. Validasi aspek konstruksi... 50

3. Validasi aspek keterbacaan ... 51

4. Validasi aspek kemenarikan... 53

E. Hasil Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Produk ... 54

1. Tanggapan Guru... 55

a. Hasil tanggapan aspek kesesuaian isi... 55

b. Hasil tanggapan aspek keterbacaan... 56

c. Hasil tanggapan aspek konstruksi ... 57

2. Tanggapan Siswa ... 58

a. Hasil tanggaapan aspek keterbacaan... 58

b. Hasil tanggapan aspek kemenarikan ... 59

F. Karakteristik LKS ... 59

G. Kendala dalam Pengembangan LKS berbasis KPS ... 60

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 67

1. Persentase Hasil Studi Pendahuluan Guru... 68

2. Persentase Hasil Studi Pendahuluan... 71

3. Analisi SKL KI-KD... 73

4. Silabus ... 78

5. RPP ... 84

6. Instrumen Validasi Ahli Aspek Keseusaian Isi ... ... 95

7. Persentase dan Kriteria Validasi Aspek Kesesuaian Isi ... 98

8. Instrumen Validasi Ahli Aspek Konstruksi... 99

9. Persentase dan Kriteria Validasi Aspek Konstruksi ... 102

10. Instrumen Validasi Ahli Aspek Keterbacaan ... 103

11. Persentase dan Kriteria Validasi Aspek Keterbacaan... 106

12. Instrumen Validasi Ahli Aspek Kemenarikan... 107

13. Persentase dan Kriteria Validasi Aspek Kemenarikan ... 109

14. Instrumen Uji Coba Terbatas Kesesuaian Isi ... 110

15. Persentase dan Kriteria Uji Coba Terbatas Aspek Kesesuaian Isi ... 113

(15)

17. Persentase dan Kriteria Uji Coba Terbatas Aspek Keterbacaan... 117

18. Instrumen Uji Coba Terbatas Konstruksi ... 118

19. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Konstruksi... 121

20. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Kesesuaian Isi ... 122

21. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Keterbacaan ... 123

22. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Konstruksi... 124

23. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Kesesuaian Isi ... 125

24. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Keterbacaan ... 126

25. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Aspek Konstruksi... 127

26. Persentase Rata-Rata Responden Guru ... 128

27. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan LKS ... 129

28. Persentase dan Kriteria Angket Siswa Keterbacaan LKS ... 133

29. Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan LKS... 135

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator keterampilan proses sains ... 15

2. Analisis konsep... 17

3. Penskoran pada angket untuk pertanyaan positif ... 34

4. Tafsiran skor (penskoran) angket ... 35

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Langkah-langkah metode Research and Development (R&D) ... 20

2. Alur pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan elektrolit ... 22

3. Cover luar LKS ... 39

4. Cover dalam LKS ... 40

5. Kata pengantar LKS ... 41

6. Kegiatan merancang percobaan pada LKS 1 ... 43

7. Kegiatan berdikusi pada LKS 1... 44

8. Kegiatan mengamati pada LKS 2... 45

9. Kegiatan berdiskusi pada LKS 2 ... 45

10. Cover belakang LKS ... 46

11. Cover luar hasil saran validator... 52

12. Cover luar setelah revisi ... 53

13. Cover belakang setelah revisi... 54

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan terhadap manusia, karena dengan adanya pendidikan hidup seseorang dapat menjadi lebih baik. Tujuan pendidikan nasional yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidi-kan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pem-bangunan bangsa dan karakter (Tim Penyusun, 2012). Berdasarkan tujuan pen-didikan nasional dan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik, maka saat ini pemerintah menerapkan kurikulum 2013.

Pembelajaran dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach), di mana peserta didik diharapkan memiliki kemam-puan untuk menggali informasi melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan (Tim penyusun, 2014). Melalui pendekatan ini diharapkan mampu mengeksplor potensi peserta didik dalam berbagai mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yaitu mata pelajaran kimia.

(19)

2

Mata pelajaran kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat yang me-libatkan keterampilan dan penalaran (Tim Penyusun, 2006). Proses pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk dan menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Sehingga dalam pembelajarannya, tidak hanya untuk menguasai pengetahuan kimia sebagai produk, tetapi juga untuk me-nguasai sikap, proses ilmiah, dan penerapan kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Kimia sebagai proses yang dinyatakan sebagai proses ilmiah. Melalui proses ilmiah maka akan diperoleh penemuan-penemuan ilmiah, sikap ilmiah serta ke-terampilan ilmiah dan juga produk dari ilmu kimia tersebut. Keke-terampilan ilmiah yang dihasilkan seperti mengamati, mengidentifikasi, menafsirkan, meramalkan, mengklasifikasi, mengomunikasi serta menggunakan alat dan bahan yang akan menyangkut suatu cara kerja untuk memperoleh hasil (Ronah, 2013). Keterampi-lan-keterampilan ilmiah inilah yang dinamakan dengan Keterampilan Proses Sains (KPS). Hartono (2007) menyatakan bahwa KPS dibutuhkan untuk memahami dan menggunakan sains, termasuk ilmu kimia.

KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memaha-mi, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan (Dahar, 2011). KPS merupakan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk sains (Anitah, 2007). KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau me-ngembangkan pengetahuan yang telah dimiliki (Yamtinah dkk, 2016).

(20)

3

Guru mampu melatihkan kemampuan KPS dalam diri siswa dengan cara mem-fasilitasi proses pembelajaran menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Selain itu penggunaan LKS diharapkan dapat membantu siswa agar tercapainya pem-belajaran kimia yang berorientasi pada proses. LKS merupakan salah satu alat bantu yang dapat menjadi fasilitas pendukung dalam proses pembelajaran dan dapat menuangkan langkah-langkah KPS dalam LKS.

Keberadaan LKS memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses pembe-lajaran kimia disekolah, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pangestika (2013) yang menyatakan bahwa LKS berbasis KPS dapat meningkat-kan hasil belajar siswa dengan persentase sebesar 83,3% sehingga LKS dapat menjadi media pembelajaran yang efektif untuk mendesain langkah-langkah KPS agar tidak terlewatkan.

Penggunaan LKS berbasis KPS diharapkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran sains, khususnya dalam mata pelajaran kimia karena kemampuan sains siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks; 2) teori, analisis dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur, dan pemecahan masalah; dan 4) melakukan investi-gasi (Tim Penyusun, 2012). Hal ini terlihat dari hasil TIMSS (Trends in

Interna-tional Mathematics and Science Study) yang merupakan studi internasional yang

mengukur kemampuan siswa dibidang matematika dan sains. Hasil TIMSS siswa Indonesia pada tahun 2015, menempati urutan ke 45 dari 48 negara (Rahmawati, 2016).

(21)

4

Berdasarkan data TIMSS tersebut memberikan gambaran bahwa kemampuan sains siswa di Indonesia yang masih rendah disebabkan karena dalam pelaksana-aan pembelajaran sains yang telah dilaksanakan di sekolah belum tepat, siswa hanya dituntut untuk belajar dengan cara menghafal (Nurhadi, 2004). Sanjaya (2008) menyatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah kurang berorientasinya pembelajaran sains pada proses yang tentunya menyebabkan kurang terlatihnya KPS pada diri siswa.

Salah satu materi pelajaran kimia yang diajarkan disekolah yaitu materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Materi ini diajarkan di kelas X pada semester genap. Materi larutan elektrolit dan non elektrolit dalam kurikulum 2013 yaitu terdapat pada kompetensi dasar (KD) 3.8 yang berbunyi menganalisis sifat larutan elek-trolit dan non elekelek-trolit berdasarkan daya hantar listriknya. Sedangkan KD 4.8 berbunyi merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil per-cobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non elektrolit (Tim Penyusun, 2013). Pembelajaran pada KD ini dapat melatihkan keterampilan siswa dalam merancang percobaan, melakukan percobaan dan menginterpretasi-kan data yang merupamenginterpretasi-kan kegiatan KPS. Sehingga dalam proses pembelajaran KD ini dapat dilatihkan KPS pada diri siswa

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan cara pengisian angket yang dilakukan di empat SMA (SMAN 3 Bandarlampung, SMAN 16 Bandarlampung, SMAN 1 Bukit Kemuning dan SMA Muhammadiyah 2 Bandar-lampung) mengenai LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non ektrolit diketahui bahwa sebanyak 50% responden guru sudah menggunakan LKS

(22)

5

pada pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit, tetapi hanya 25% respon-den guru yang sudah menggunakan LKS berbasis KPS. KPS yang diterapkan hanya pada kegiatan mengamati dan mengkomunikasikan, sedangkan LKS yang tidak berbasis KPS hanya berisi latihan soal dan panduan praktikum. Lebih lanjut sebanyak 50% responden guru menyatakan sudah mengetahui tentang KPS dan semua responden guru menyatakan bahwa perlu dilakukan pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Selanjutnya, sebanyak 50% responden siswa menyatakan telah menggunakan LKS, sedangkan siswa yang tidak menggunakan LKS hanya menggunakan buku cetak saja sebagai sumber belajarnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan LKS yang mampu melatih-kan KPS untuk membantu guru dan siswa dalam meningkatmelatih-kan penguasaan materi mata pelajaran kimia khususnya materi larutan elektrolit dan non elek-trolit. Oleh karena perlu dikembangkan LKS berbasis keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ?

2. Bagaimanakah respon guru terhadap LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ?

(23)

6

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan ?

4. Apa kendala yang ditemui selama menyusun LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan;

2. Mendeskripsikan respon guru mengenai LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan;

3. Mendeskripsikan respon siswa mengenai LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan;

4. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi kendala dalam penyusunan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

LKS berbasis KPS ini diharapkan dapat membantu siswa dalam

(24)

7

larutan elektrolit dan non elektrolit, serta melatih keterampilan proses sains siswa;

2. Guru

Pengembangan LKS berbasis KPS ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran;

3. Sekolah

Dengan adanya pengembangan LKS ini diharapkan menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk me-rancang suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengembangan yang di-kembangkan yaitu LKS (Sukmadinata, 2011);

2. LKS yang dikembangkan adalah LKS berbasis KPS.

3. Keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini adalah ke-terampilan proses dasar (Hartono, 2007).

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran

Media berasal dari kata medium yang artinya perantara atau pengantar. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara sampainya pesan belajar (message

learning) dari sumber pesan (message resource) kepada penerima pesan (message receiver), sehingga terjadi interaksi belajar mengajar (Munir, 2008). Selain itu

menurut Arsyad (2004) media pembelajaran merupakan sebuah alat yang ber-fungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran dapat di-artikan juga sebagai bahan,alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat (Latuheru, 1988). Ber-dasarkan definisi diatas maka media pembelajaran merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan proses belajar mengajar.

Fungsi media dalam proses pembelajaran dikelas yaitu : 1) membantu guru dalam mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat berlangsungnya proses belajar mengajar, penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap, serta merancang informasi dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu; 2) membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya antara lain dalam pemusatan dan

(26)

9

mempertahankan perhatian, memelihara, keseimbangan mental, serta belajar men-dorong mandiri (Arifin, 2003).

B. Lembar Kerja Siswa

LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual (Arsyad, 2004). LKS (student work

sheet) merupakan jenis hand out yang dimaksudkan untuk membantu siswa

belajar secara terarah. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, dimana tugas yang diperintahkan dalam LKS tersebut harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya (Majid, 2007).

Firdaus (2011) mendefinisikan LKS sebagai lembar kerja yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan keterampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasinya. LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru, yang berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS dapat di-susun dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Widjajanti, 2008). LKS juga merupakan media

pem-belajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar yang lain. LKS dapat menjadi sumber belajar atau media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.

Menurut Sriyono (1992), LKS merupakan salah satu bentuk program yang ber-landaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk me-ngalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat

(27)

10

tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Hidayah (2007), isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.

Peran LKS dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu sebagai alat untuk mem-berikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa (Dhari dan Haryono, 1988). Penggunaan LKS memungkinkan guru lebih optimal dalam mengajar, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberikan penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Aswan, 2000), fungsi LKS adalah sebagai berikut:

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya men-dengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang

dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Dengan penggunaan LKS diharapkan dapat menjadikan siswa aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS dapat digunakan pada siswa untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. LKS dapat pula digunakan untuk latih dan mengembangkan keterampilan proses siswa, dimana siswa berlatih me-ngumpulkan konsep sebanyak-banyaknya untuk memperoleh kesimpulan tentang materi yang akan dipelajari (Sungkono, 2009).

(28)

11

Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu digunakan sebagai sumber perolehan informasi serta media dalam latihan soal. Implementasi pendekatan keterampilan proses, dilakukan sesuai bagan desain pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui media LKS. Proses pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu membagi siswa dalam kelompok kelompok. Pembelajaran dilakukan menggunakan berbagai macam metode, yaitu metode penemuan konsep, metode diskusi, dan metode latihan soal. Penerapan setiap metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pem-belajaran pada setiap pertemuan (Darliana, 1991).

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS yaitu: a) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar me-ngajar.

d) Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

e) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembe-lajaran.

f) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai me-lalui kegiatan belajar.

g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Azhar (1993) menyatakan bahwa tujuan pembuatan LKS yaitu:

Menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta memper-timbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan.

LKS yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan menurut Rumaharto dalam Hartati (2002) yaitu:

Harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan

(29)

12

bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak

pengguna LKS yaitu siswa sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.

Syarat-syarat dalam penyusunan LKS menurut Siddiq dkk (2009) harus me-menuhi beberapa aspek yaitu : (1) Syarat diktatik, LKS harus mengikuti asas pembelajaran yang efektif, yaitu menekankan pada tahapan proses siswa untuk menemukan konsep-konsep, sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari tahu dan mengembangkan kemampuannya; (2) Syarat konstruksi, yaitu berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh siswa, sehingga akan mempermudah siswa dalam menangkap apa yang diisyaratkan dalam LKS; (3) Syarat teknis, dalam syarat teknis yang harus termuat dalam LKS yaitu tulisan, gambar dan penampi-lan dalam LKS agar tidak menimbulkan kesan jenuh pada siswa saat mengikuti proses pembelajarannya.

Suryobroto (1986) menyatakan bahwa pengembangan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan standar kompetensi, judul dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;

2. Melakukan analisis kurikulum baik KI, KD, dan materi pokok; 3. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi berdasarkan KI-KD 4. Menetapkan prosedur, jenis dan alat penilaian;

5. Menetapkan alternatif kegiatan (pengalaman belajar) yang dapat

memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains di dalam dirinya;

6. Menetapkan dan mengembangkan bahan/media/sumber yang sesuai dengan kemampuan dasar yang akan dicapai, karakteristik siswa, fasilitas, dan karakteristik lingkungan siswa;

7. Menyusun LKS yang lengkap, yaitu menuangkan hasil-hasil yang telah dilakukan menjadi sebuah LKS.

(30)

13

Menurut Arsyad (2004) ada dua kategori LKS, yaitu LKS eksperimen dan LKS non eksperimen. LKS eksperimen adalah lembar kegiatan siswa yang berisikan petunjuk dan pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan eksperimen di laboratorium. LKS ini berisi tujuan percobaan, alat percobaan, bahan percobaan, langkah kerja, pernyataan, hasil pengamatan, dan soal-soal hingga kesimpulan akhir dari eks-perimen yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan. Sedangkan LKS non-eksperimen adalah lembar kegiatan yang berisikan perintah atau pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk menemukan suatu konsep dan disajikan dalam bentuk kegiatan di kelas. Jadi, LKS non-eksperimen dirancang sebagai media teks terprogram yang menghubungkan antara hasil percobaan yang telah dilakukan dengan konsep yang harus dipahami. Siswa dapat menemukan konsep pembelajaran berdasarkan hasil percobaan dan soal-soal yang dituliskan dalam LKS noneksperimen tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, LKS yang disusun dapat dirancang dan dikem-bangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang dihadapi. Apabila dalam pembelajaran dilakukan praktikum atau demonstrasi maka LKS yang digunakan adalah LKS eksperimen dan apabila pembelajaran dilakukan hanya dengan diskusi di kelas maka LKS yang digunakan adalah LKS non ek-sperimen.

C. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan suatu konsep-konsep,

(31)

14

hukum-hukum, dan teori-teori IPA, baik berupa keterampilan mental, keterampi-lan fisik (manual) maupun keterampiketerampi-lan sosial (Rustaman, 2005). KPS terdiri atas keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar meliputi enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, mengomunikasikan. Keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri atas: meng-identifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk gra-fik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara ope-rasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen (Dimyati dan Mudjiono, 2009).

Menurut Hariwibowo, dkk. (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemam-puan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan dasar yang te-lah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan men-jadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai,serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Menurut Indrawati (1999) dalam Nuh (2010) KPS merupakan keseluruhan kete-rampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep; prinsip; teori serta mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999) keterampilan proses dasar (Basic Science

(32)

15

menarik kesimpulan. SelanjutnyaEsler & Esler (1996) mengelompokkan ke-terampilan proses sains seperti pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains

Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu Mengamati (observasi) Inferensi Mengelompokkan (klasifikasi) Menafsirkan (interpretasi) Meramalkan (prediksi) Berkomunikasi Mengajukan pertanyaan Berhipotesis Penyelidikan Menggunakan alat/bahan Menerapkan Konsep Melaksanakan percobaan

Menurut Mahmuddin (2010) keterampilan proses dasar diuraikan oleh sebagai berikut:

1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.

2. Klasifikasi, proses pengelompokan dan penataan objek.

3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara

lain untuk berbagi temuan.

5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.

Menurut Rezba (1999), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi se-cara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar

penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Kete-rampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

(33)

16

Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).

D. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Menurut Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum terdapat definisi tentang konsep yang telah disepakati oleh para ahli, biasanya konsep di-samakan dengan ide. Selanjutnya Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep tersebut.

Analisis konsep diperlukan dalam mendefinisikan sebuah konsep dengan cara menghubungkan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. menurut pendapat Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong pendidik dalam merencana-kan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Dalam analisis konsep perlu diidentifikasi karakteristik konsep yang meliputi label konsep, definisi konsep, atribut kritis dan atribut variabel, hirarki konsep (superordinat, ordinat dan subordinat), serta contoh dan non contoh. Adapun analisis konsep pada materi pelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit disajikan pada Tabel 2.

(34)

21 Tabel 2. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non- Elektrolit

Nama/ label Definisi konsep Jenis

konsep

Atribut konsep Posisi konsep

Contoh Non contoh

Kritis Variabel Superordinat Ordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Campuran

homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih, dimana salah satunya bertindak sebagai zat terlarut sedangkan yang lainnya sebagai zat pelarut dan mempunyai sifat dapat

menghantarkan arus listrik (elektrolit) atau tidak dapat menghantarkan listrik (non elektrolit) Konkrit a. Larutan b. Zat terlarut c. Zat pelarut d. Larutan elektrolit e. Larutan non elektrolit Sifat menghantar-kan listrik

Campuran Campuran zat

tunggal a. Larutan elektrolit b. Larutan non elektrolit c. Larutan asam basa d. Larutan garam e. Larutan penyangga

Larutan garam a. Susu

b. Campuran air dan pasir

(35)

Tabel 2 (Lanjutan)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan elektrolit

Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, ditandai dengan timbulnya gelembung gas serta nyala lampu pada elektrolittester yang dapat bersifat elektrolit kuat atau elektrolit lemah Konsep yang menyata kan sifat a. Larutan elektrolit b. Larutan elektrolit kuat c. Larutan elektrolit lemah a. Jumlah ion b. Kerapatan ion

Larutan Larutan non

elektrolit a. Larutan elektrolit kuat b. Larutan NaOH c. Larutan H2SO4 a. Larutan HCl b. Larutan NaOH c. Larutan H2SO4 a.Larutan urea b. Air c. Larutan gula Larutan elektrolit kuat

Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, ditandai dengan timbulnya gelembung gas serta nyala lampu yang terang pada elektrolittester Konsep yang menyata kan sifat Larutan elektrolit kuat a. Konsentrasi larutan b. Kerapatan ion c. Jumlah ion Larutan elektrolit Larutan elektrolit lemah - a. Larutan HCl b. Larutan NaOH a. Larutan gula b. Alkohol c. Urea Larutan elektrolit lemah

Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik ditandai dengan timbulnya gelembung gas serta nyala lampu yang redup atau

Konsep yang menyata kan sifat Larutan elektrolit lemah a. Konsentrasi larutan b. Kerapatan ion c. Jumlah ion Larutan elektrolit Larutan elektrolit kuat - Larutan CH3COOH Alkohol 18

(36)

Tabel 2 (Lanjutan) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) hanya timbul gelembung pada elektrolittester d. Derajat ion e. Kerapatan ionisasi(α) Larutan non elektrolit

Larutan yang tidak dapat menghantar-kan arus listrik; tidak ada gelembung gas serta lampu yang tidak menyala Konsep yang menyata kan sifat Larutan non elektrolit - Larutan Larutan elektrolit - a. Larutan urea b. Larutan gula c. Alkohol a.Larutan NaOH b. Larutan HCl c. Larutan NaCl 19

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pe-ngembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian dan pengem-bangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan yang telah ada sebelumnya yang dapat diper-tanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011). Selanjutnya langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= aktivitas

= arah aktivitas selanjutnya (Sukmadinata, 2011)

Gambar 1. Langkah-langkah Metode Research and Development (R&D) Pengembangan draf

awal Penelitian dan

pengumpulan data Perencanaan

Uji coba lapangan Revisi hasil uji coba Uji coba lapangan awal

Penyempurnaan produk hasil uji coba

lapangan Uji pelaksanaan lapangan Penyempurnaan produk akhir Deseminasi dan implementasi

(38)

21

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penlitian dan pengembangan ini hanya sampai pada tahap revisi hasil uji coba. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan keahlian peneliti yang masih kurang dalam melakukan tahapan selanjutnya.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah LKS berbasis KPS pada materi larutan elek-trolit dan non elekelek-trolit. Adapun lokasi pada tahap studi pendahuluan yaitu SMA Negeri 3 Bandarlampung, SMA Negeri 16 Bandarlampung, SMA Negeri 1 Bukit Kemuning dan SMA Muhammadiyah 2 Bandarlampung. Lokasi pada saat valida-si produk yaitu di Univervalida-sitas Lampung, dan lokavalida-si pada tahap uji coba lapangan yaitu di SMA Negeri 16 Bandarlampung.

C. Sumber Data

Sumber data pada tahap studi pendahuluan terdiri dari responden empat orang guru kimia serta 40 siswa SMA kelas XI yang tersebar di wilayah Kota Bandar-lampung dan Kabupaten Lampung Utara. Tiga diantaranya merupakan SMA Negeri dan satu SMA swasta. Sedangkan sumber data pada tahap uji coba ter-batas yaitu terdiri dari tiga orang responden guru kimia dan 20 orang siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 16 Bandar Lampung dan dosen FKIP Kimia Universitas Lampung. Pada tahap validasi produk, data didapatkan dari hasil pengisian angket validasi terhadap empat aspek yaitu aspek kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan LKS.

(39)

22

D. Alur Penelitian

Alur penelitian dan pengembangan LKS berbasis keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit menurut Sukmadinata (2011) adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Alur Pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

Studi Pendahuluan P er an can g an d an P en ge m b an gan d raf t p rod u k

LKS berbasis KPS hasil revisi

Representasi Sub-mikroskopis Hasil Revisi Berdasarkan Masukan Ahli.

Validasi Ahli

Revisi draft produk awal LKS berbasis KPS

LKS berbasis keterampilan proses sains Uji Coba Terbatas

Revisi LKS berdasarkan hasil uji coba Terbatas Penyusunan Rancangan LKS berbasis KPS

Pengembangan LKS berbasis KPS Studi Pendahuluan

Studi Kepustakaan Studi Lapangan

- Analisis KI dan KD - Pembuatan analisis

konsep

- Literatur LKS berbasis KPS

- Kriteria LKS yang baik

- Pengisian angket oleh guru dan siswa kelas XI

- Analisis LKS yang digunakan oleh guru dan siswa

Uji coba lapangan dan Revisi hasil uji coba

(40)

23

E. Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan data

Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011), tahap penelitian dan pengumpulan data adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tujuan dari peneliti-an dpeneliti-an pengumpulpeneliti-an informasi adalah untuk menghimpun data tentpeneliti-ang kondisi yang ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar untuk produk yang dikem-bangkan. Tahap penelitian dan pengumpulan informasi ini disebut juga analisis kebutuhan. Tahap pertama dari penelitian ini adalah analisis kebutuhan yang ber-tujuan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dilakukannya pengem-bangan LKS berbasis keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit.

a. Studi kepustakaan

Menurut Sukmadinata (2011), studi literatur ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan informasi. Tahap ini terdiri dari melakukan pengukuran kebutuhan, studi literatur dan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat disekolah. Kegiatan diawali dengan melakukan pengukuran kebutuhan. Pada tahap ini, peneliti mengacu ke-pada Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi yang menyatakan bahwa mata pelajaran kimia di SMA merupakan kelanjutan dari

(41)

24

IPA SMP yang lebih menekankan pada penguasaan konsep yang abstrak (Tim Penyusun, 2006).

Studi ini terdiri dari studi literatur dan studi kurikulum. Studi literatur ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis yang memper-kuat LKS berbasis keterampilan proses sains yang akan dikembangkan. Dalam penelitian dan pengembangan LKS berbasis keterampilan proses sains ini diper-kuat dengan teori-teori tentang media pembelajaran, keterampilan proses sains serta hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan LKS ber-basis keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Pada tahap persiapan ini, kegiatan yang dilakukan meliputi : menganalisis standar isi SMA dan materi pelajaran pada buku-buku teks untuk menyusun materi yang akan diajarkan. Lalu melakukan studi kurikulum mengenai model pembelajaran Keterampilan Proses Sains (KPS) dan menentukan materi yang akan diteliti. Serta mengkaji kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), literatur LKS, literatur KPS, dan menyusunnya menjadi LKS larutan elektrolit dan larutan non elektrolit yang baik.

b. Studi lapangan

Studi lapangan terdiri dari penyebaran angket untuk analisis kebutuhan dan anali-sis LKS pada materi larutan elektolit dan non elektrolit yang sudah ada. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui tentang media yang digunakan untuk men-dukung proses pembelajaran pada materi, dan untuk mendapatkan masukan dalam pengembangan LKS berbasis keterampilan proses sains pada materi larutan

(42)

25

elektrolit dan non elektrolit. Studi lapangan ini pula dilakukan untuk mengetahui penghambat dan pendukung di sekolah ketika produk ini dipergunakan, seperti kegiatan yang akan tertera pada LKS nantinya.

Studi lapangan dilakukan dengan pengisian angket oleh satu orang perwakilan guru mata pelajaran kimia dan sepuluh perwakilan siswa-siswi pada masing-masing sekolah tersebut. Sebelum dilakukan penyebaran angket tersebut, langkah yang dilakukan adalah penyusunan analisis kebutuhan pengembangan LKS ber-basis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit untuk guru dan siswa. Analisis terhadap LKS dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi LKS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit yang telah dibuat sendiri oleh guru ataupun yang beredar di pasaran.

2. Perencanaan dan pengembangan

Langkah selanjutnya yaitu melakukan perencanaan yang meliputi penentuan tuju-an penggunatuju-an produk, penentutuju-an pengguna produk, penentutuju-an komponen-kom-ponen produk dan cara pengembangannya. Tujuan penggunaanproduk pada penelitian ini hanya tujuan pembelajaran kognitif saja. Tahap ini dilakukan dengan cara melakukan analisis KI-KD sampai dengan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran.

Selanjutnya menentukan pengguna produk, dalam hal ini pengguna yang ditentukan ialah siswa SMA. Hal ini disebabkan karena materi yang diambil dalam penelitian ini ada di SMA. Selanjutnya menentukan komponen-komponen produk dan cara

(43)

pe-26

ngembangannya yaitu menentukan format LKS, menentukan subjek dan lokasi uji co-ba serta membuat instrumen evaluasi.

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menentukan nama LKS, pemilihan orien-tasi yang sesuai dengan materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaku-kan, keterampilan proses yang hendak dilatihdilaku-kan, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Acuan dalam perencanaan dan pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit adalah hasil dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Tahapan yang dilakukan dalam tahap perencanaan dan pengembangan adalah penyusunan desain produk awal dan validasi desain serta revisi desain.

a. Penyusunan desain produk awal

Setelah rancangan awal dibuat, maka dilakukanlah penyusunan LKS. Hal-hal yang dilakukan dalam penyusunan desain produk awal ini adalah:

1) Mengembangkan silabus, membuat analisis konsep, dan membuat RPP untuk materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit.

2) Merancang prosedur praktikum sederhana. Sebelum merancang prosedur prak-tikum sederhana, peneliti menentukan materi-materi yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan praktikum berdasarkan studi lapangan. Prosedur praktikum yang akan dirancang pada penelitian ini merupakan hasil kajian dari beberapa literatur dan disesuaikan pula dengan kondisi SMA.

3) Membuat konsep LKS. Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menentukan nama LKS, pemilihan orientasi yang sesuai dengan materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit dekat dengan kehidupan sehari-hari, menentukan

(44)

27

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, keterampilan proses yang hendak dilatihkan, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadirkan dalam LKS.

4) Menyusun LKS. Setelah rancangan awal dibuat, maka dilakukanlah penyusun-an LKS. Pada tahappenyusun-an ini ypenyusun-ang akpenyusun-an dilakukpenyusun-an adalah, pembuatpenyusun-an tabel, pe-milihan jenis dan ukuran huruf, serta menyesuaikan tata letak bagian-bagian dari LKS.

5) Membuat bagian-bagian pelengkap LKS. Bagian-bagian pelengkap LKS ini terdiri dari cover luar, cover dalam, kata pengantar, daftar isi, daftar pustaka, dan cover belakang LKS.

Pengembangan LKS yang dilakukan mengacu pada buku yang digunakan di sekolah, contohnya buku kimia kelas X karangan Michael Purba. Peneliti dalam mengembangakn LKS juga menyesuaikan dengan LKS yang memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, syarat teknis dan aspek-aspek penilaian LKS (Darmojo dan Kaligis, 1992; Hermawan, 2004 dalam Widjajanti, 2008).

b. Validasi produk dan revisi produk

Setelah selesai dilakukan penyusunan LKS berbasis KPS, kemudian LKS di-validasi oleh validator ahli yang merupakan dosen dari FKIP Pendidikan Kimia Universitas Lampung. Setelah divalidasi, rancangan atau desain produk tersebut direvisi sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator ahli. Selanjutnya, mengkonsultasikan hasil revisi LKS sehingga produk hasil revisi tersebut dapat diuji cobakan lapangan awal.

(45)

28

3. Evaluasi produk

Evaluasi produk meliputi uji coba produk secara terbatas dan revisi setelah uji coba produk secara terbatas.

a. Uji coba lapangan awal

Setelah dihasilkan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit yang telah divalidasi oleh ahli dan telah direvisi, selanjutnya dilakukan uji coba produk awal di SMA Negeri 16 Bandar Lampung. Uji coba ini di-maksudkan untuk mengetahui kelayakan LKS. Adapun aspek kelayakan pada LKS yang dinilai adalah aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruksi untuk guru sedangkan aspek keterbacaan dan kemenarikan untuk siswa. LKS ini diuji cobakan pada siswa kelas XI IPA dan satu orang guru mata pelajaran kimia. Teknik uji ini menggunakan angket respon guru dan angket respon siswa.

Pada uji ini, guru dimintai tanggapan terhadap LKS berbasis keterampilan proses sains mengenai kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruksi LKS dengan mengisi angket dan memberikan tanggapan terhadap pernyataan yang ada. Aspek ke-menarikan dan keterbacaan LKS juga dinilai oleh siswa yang notabennya adalah pengguna LKS. Respon siswa ini dilakukan dengan mengisi angket respon siswa yang disediakan.

b. Revisi produk setelah uji coba terbatas

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan, maka tahap akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit. Revisi dilakukan berdasarkan

(46)

pertim-29

bangan hasil uji coba lapangan awal, yaitu hasil uji kesesuaian isi, keterbacaan dan konstruksi oleh guru serta respon siswa terhadap LKS berbasis KPS hasil pe-ngembangan pada aspek keterbacaan dan kemenarikan. Selanjutnya mengkonsu-ltasikan hasil revisi dengan dosen pembimbing. Hasil revisi tersebut merupakan produk akhir dari pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Berdasarkan pada tujuan penelitian dan bagan alur peneliti-an, dirancang dan disusun instrumen-instrumen sebagai berikut:

1. Instrumen pada studi pendahuluan a. Instrumen analisis kebutuhan untuk guru

Instrumen ini berbentuk angket terhadap guru yang disusun untuk mengetahui LKS seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk mem-berikan masukan dalam pengembangan LKS berbasis KPS.

b. Instrumen analisis kebutuhan untuk siswa

Instrumen ini berbentuk angket terhadap siswa yang disusun untuk mengetahui LKS seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan LKS berbasis KPS.

2. Instrumen pada validasi ahli

(47)

30

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui kesesuaian isi LKS dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), kesesuaian indikator, materi, penggambaran multipel representasi, serta kesesuaian urutan materi dengan indikator. Hasil dari validasi kesesuaian isi ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada LKS berbasis keteram-pilan proses sains.

b. Instrumen validasi aspek konstruksi.

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui apakah gambar maupun grafik dalam LKS telah sesuai dengan materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit berbasis keterampilan proses sains. Hasil dari validasi

konstruksi LKS ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada LKS berbasis keterampilan proses sains.

c. Instrumen validasi aspek keterbacaan.

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui apakah LKS berba-sis keterampilan proses sains ini dapat terbaca dengan baik dilihat dari segi ukuran dan pemilihan jenis huruf, tata letak, serta pewajahan LKS. Hasil dari validasi ke-terbacaan LKS ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau te-patnya revisi pada LKS berbasis keterampilan proses sains.

d. Instrumen validasi aspek kemenarikan

Instrumen ini berbentuk angket untuk mengetahui apakah LKS berbasis ke-terampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit memiliki tata letak gambar yang menarik satu dengan yang lainnya, segi warna dan tampilan yang tidak membosankan.

(48)

31

3. Instrumen pada uji coba lapangan a. Instrumen respon guru

Instrumen ini berbentuk angket dan didalamnnya terdapat pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruk-si desain LKS. Dalam angket ini pula dilengkapi dengan kolom komentar yang dimaksudkan memberikan ruang kepada guru bila terdapat masukan untuk bahan pertimbangan perbaikan LKS. Aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruksi yang dinilai sama halnya pada penilaian LKS oleh validator.

b. Instrumen respon siswa

Instrumen ini berbentuk angket dan didalamnnya terdapat pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk menanggapi keterbacaan dan kemenarikan desain LKS. Dalam angket ini pula dilengkapi dengan kolom komentar yang dimaksudkan memberikan ruang kepada siswa bila terdapat masukan untuk bahan pertimbangan perbaikan LKS. Aspek keterbacaan yang dinilai adalah kesesuaian penggunaan jenis dan ukuran huruf, penggunaan kalimat dan bahasa yang sesuai, maupun tata letak bagian-bagian LKS. Aspek kemenarikan yang dinilai adalah kemenarikan dari desain LKS berbasis keterampilan proses sains hasil pengembangan baik dari segi pewarnaan dan tata letak LKS.

Agar data yang diperoleh sahih dan dapat dipercaya, maka instrumen yang di-gunakan harus valid dan bersifat reliable. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Dalam konteks pengujian instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur

(49)

32

apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah yang diukur. Adapun pengujian validitas isi ini dilaku-kan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakudilaku-kan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat di-nilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket (kuisioner). Menu-rut Sugiyono (2008), kuisioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertayaan tertulis kepada responden untuk di-jawab. Pada studi lapangan, penyebaran angket dilakukan terhadap guru kimia dan siswa di empat SMA yang terdiri dari tiga SMA di kota Bandar lampung dan satu SMA di Kabupaten Lampung Utara. Pada tahap validasi produk, angket diberikan kepada dosen Universitas Lampung.

H. Teknik Analisis Data

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket aspek kesesuaian isi, konstruk-si, keterbacaan dan kemenarikan LKS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit berbasis keterampilan proses sains dilakukan dengan cara:

(50)

33

1. Mengolah data angket analisis kebutuhan

a. Mengode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan angket.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).

c. Menghitung frekuensi jawaban. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih oleh siswa dan guru setiap pertanyaan angket.

d. Menghitung persentase jawaban. Hal ini bertujuan untuk melihat besarnya per-sentase jawaban dari setiap pertanyaan, sehingga data yang diperoleh dapat di-analisis sebagai temuan. Berikut rumus untuk menghitung persentase jawaban responden pada setiap item.

% Jin=∑ x 100 %

Keterangan : % Jin = Persentase pilihan jawaban-i pada LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

∑ = Jumlah responden yang menjawab jawaban-i N = Jumlah seluruh responden (Sudjana, 2005)

2. Mengolah data validasi dan tanggapan guru

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit dilakukan dengan cara:

a. Mengkode atau mengklasifikasi data. Hal ini bertujuan untuk mengelompok-kan jawaban berdasarmengelompok-kan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini

(51)

di-34

buat buku kode berupa tabel yang berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban dari setiap pertanyaan dan rumusan jawabannya. b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat. Hal ini bertujuan

untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden.

c. Memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden berdasarkan skala Likert.

Tabel 3. Penskoran pada angket untuk pertanyaan positif.

No. Pilihan Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (ST) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

d. Mengolah jumlah skor jawaban responden. Pengolahan jumlah skor (

S) jawaban angket adalah sebagai berikut:

1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) Skor = 5 × jumlah responden

2) Skor untuk pernyataan Setuju (S) Skor = 4 × jumlah responden

3) Skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS) Skor = 3 × jumlah responden

4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 × jumlah responden

5) Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 × jumlah responden

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan mengguna-kan rumus sebagai berikut:

(52)

35 % 100 % 

maks in S S X Keterangan: in X

% = Persentase jawaban angket-i LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit

S = Jumlah skor jawaban maks

S = Skor maksimum (Sudjana, 2005).

f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat kesesuaian isi, konstruksi, kemenarikan dan keterbacaan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit dengan rumus sebagai berikut

n X Xi

% in % Keterangan : i X

% = Rata-rata persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit

%Xin = Jumlah persentase jawaban angket-i pada LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan larutan elektrolit

n = Jumlah pertanyaan angket (Sudjana 2005).

g. Memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam

uji kesesuaian dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert. Tabel 4. Tafsiran skor (penskoran) angket (Arikunto, 2010).

Persentase (%) Kriteria 80,1–100 Sangat tinggi 60,1–80 Tinggi 40,1–60 Sedang 20,1–40 Rendah 0,0– 20 Sangat rendah

(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Diperoleh LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit hasil pengembangan dengan karakteristik LKS yang mengacu pada

kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan kurikulum 2013, LKS terdiri terdiri dari bagian pembuka, bagian inti yang terdiri dari 5 kegiatan KPS dasar, dan bagian akhir LKS;

2. Respon guru terhadap LKS yang dikembangkan dilihat dari aspek kesesuaian isi dengan materi, aspek keterbacaan dan aspek konstruksi dikategorikan sangat tinggi dengan persentase secara berurutan sebesar 79,31%, 83,91% dan 85,30%. LKS dikategorikan memiliki kriteria sangat tinggi. Hal ini berarti LKS hasil pengembangan dapat digunakan dalam pembelajaran. 3. Respon siswa terhadap produk LKS yang dikembangkan dilihat dari aspek

keterbacaan dan kemenarikan dikategorikan sangat tinggi dengan persentase secara berurtan sebesar 84,58% dan 83,63%. Hal ini berarti LKS hasil pengembangan sudah menarik siswa untuk mempelajarinya.

(54)

62

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diajukan oleh peniliti yaitu:

1. LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang di-kembangkan ini hanya dilakukan sampai revisi berdasarkan tanggapan guru dan siswa pada tahap pengembangan produk sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektivitasnya secara luas.

2. LKS yang dikembangkan hanya menampilkan materi larutan elektrolit dan non elektrolit berbasis KPS sehingga diharapkan peneliti lain untuk melaku-kan pengembangan LKS pada materi kimia yang lain.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, S. 2007. Strategi Pembelajaran Kimia. Universitas Terbuka. Jakarta. Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia Common Textbook (Edisi

Revisi). Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, A. 2004. Media Pengajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. GP Press.

Jakarta.

Azhar, L. 1993. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Usaha Nasional. Surabaya. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar. BSNP : Jakarta.

Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta. Darliana. 1991. Metode Pembelajaran Keterampilan Proses. Jakarta. Depdikbud. Dhari, H.M., dan A.P. Haryono. 1998. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud.

Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S.B., dan Z. Aswan. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Esler, W.K., dan M.K, Esler. 1996. Teaching Elementary Science. California Wadsworth.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI Bandung. Bandung.

Fadiawati, N. 2014. Ilmu Kimia Sebagai Wahana Mengembangkan Sikap dan

Keterampilan Berpikir. Majalah Eduspot. FKIP. Universitas Lampung, 10 :

(56)

64

Firdaus, S. 2011. LKS (Lembar Kerja Siswa) Sebagai Sumber Belajar. diakses pada 12 Februari 2016. https://pirdauslpmp.wordpress.com/

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-proses; Pendekatan Keterampilan Proses.www.yahoo.com.CERPEN LUBIS GRAFURA. Lubis grafura (ed), 26 Mei 2009. Universitas Negeri Semarang. 12 April 2016. http: // lubisgrafura.wordpress.com/ 2014/05/ 26/makalah-pembelajaran-proses-pendekatan-keterampilan-proses/

Hartati. 2002. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Matematika Berbasis Web. UPI. Bandung.

Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Proceedingof The First

Inter-national Seminar on Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Hidayah. 2007.Workshop Pendidikan Matematika 2. Jurusan Matematika UNNES. Semarang.

Latuheru, J. D. 1988. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar

Masa Kini. Depdikbud & P2 LPTK. Jakarta.

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan

Proses Sains. Diakses pada tanggal 26 Maret 2016 dari

http://mahmud-din.wordpress.com

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Alfabeta.

Bandung.

Nuh, U. 2010. Fisika SMA Online: KPS. Artikel Pendidikan. diakses pada tanggal 25 Maret 2016 http://fisikasmaonline.blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains .html

Nurhadi. 2004. Pembelajaran kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. UM Press. Malang.

Pangestika, M., dan E. Suyanto. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains Pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal Pembelajaran Fisika. 1(1), 9-10.

Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta.

Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS 2015: Diagnosa Hasil Untuk Perbaikan Mutu dan

(57)

65

Rezba. 1999. Learning and assessing science process skill Four edition. Hunt Publishing Company lawa. Kendal.

Ronah, S.M.(2013),http://chemistryandkpopforever.blogspot.com/2013/05/haki-kat dan pembelajaran kimia.html diakses 06 Februari 2016

.

Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidi-kan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Siddiq, M.D., I. Munawaroh, dan Sungkono. 2009. Pengembangan Bahan

Pem-belajaran SD. Direktorat. Jakarta.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, N.S. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.

Sungkono. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Suryobroto, B. 1986. Mengenal Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan

Baru dalam Proses Belajar-Mengajar. Amarta. Yogyakarta.

Tim Action Research Buletin Pelangi Pendidikan. 1999. Proses Belajar

Mengajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidi-kan Jenjang PendidiPendidi-kan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

---. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

---.2013. Permendikbud No 69 Tahun 2013 Tentang Kurikulum SMA

dan MA. Kemendikbud. Jakarta.

---.2014. Permendikbud RI Nomor 59 Tahun 2014. Depdiknas. Jakarta.

Widjajanti, E. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihan

penyusunan LKS untuk Guru SMK/MAK pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Pendidikan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. 2

(58)

66

Agustus 2008. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada tanggal 24 Mei 206 Pukul 20.12 WIB. http://staff.uny.ac.id.

Yamtinah, S., Haryono, M. Bakti, dan A.S. Shidiq. 2016. Pelatihan Guru Kimia SMA dalam Mengembangkan Tes Jenis Testlet dan Profil Individu untuk Mengukur Keterampilan Proses Sains. Prosiding Seminar Nasional

Gambar

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains
Tabel 2 (Lanjutan) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) hanya timbul gelembung pada elektrolittester d
Gambar 2.  Alur Pengembangan LKS berbasis KPS pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit
Tabel 3. Penskoran pada angket untuk pertanyaan positif.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dana alokasi khusus, yang selanjutnya disingkat DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk

Dari data tersebut terlihat jelas bahwa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan yang signifikan.Dari penelitian ini diperoleh simpulan bahwa dengan

1. Adanya kesamaan pandangan dan tujuan antara orang tua dan guru agama dalam lingkungan. Jika lingkungan adalah sekolah, maka semua komponen sekolah harus memiliki

Teror intensif yang dilakukan oleh Lekra itu menyebabkan banyak sastrawan, seniman, dan budayawan menggabungkan diri dengan Lelaa. Mereka berpendapat bahwa kalau tidak

Yang bertanda tangan di bawah ini saya Erina Permata Ambarwati , menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Persepsi Harga Dan Kualitas Produk

Kecamatan yang mengalami surplus beras tidak diperhitungkan distribusinya, karena kajian dilakukan berdasarkan asumsi ketersediaan beras di tiap kecamatan digunakan

Hasil perhitungan menunjukkan metode fuzzy re- gresi berganda dapat mengakomodasi jumlah prediksi kebutuhan beras masyarakat Sumatera Utara tahun

Situ Lengkong atau Situ Panjalu adalah pulau kecil yang masih alami dengan udara yang sejuk, ciri khas dari daerah pegunungan dengan pesona alam yang indah