BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metoda dan prosedur
atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu mulai dari persiapan
hingga akhir penelitian serta instmmen yang digunakan dan unsur-unsur
yang teriibat. Untuk memudahkan dalam memahami bab ini, dalam
penyajiannya akan dikelompokkan ke dalam beberapa sub bab, yaitu: sub
bab metoda penelitian, instmmen penelitian, responden, tempat dan
subyek penelitian,
prosedur penelitian,
serta
teknik analisis dan
pengolahan data. Uraian masing-masing sub bab tersebut sebagai
berikut.A. Metoda Penelitian
Penelitian ini mempakan penelitian pengembangan pendidikan yang
berupa model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi bagi
gum SMK Pertanian, program keahlian Teknologi Hasil Pertanian.
Penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan model desain kurikulum yang
sesuai untuk meningkatkan kompetensi kejuruan peserta pelatihan (guru)
Pengembangan model desain kurikulum sebagaimana dimaksud
akan dilakukan dengan metoda Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan (Research and Development). Prinsip metoda ini, adalah
mengembangkan suatu produk pendidikan, mengujicobakan produk di
lapangan, dan menyempurnakan produk berdasarkan data dari lapangan.
Sebagai dasar pertimbangan pemakaian metoda Research and
Development,
diantaranya
bahwa
metoda
ini
dapat
untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan merupakan
strategi untuk meningkatkan pendidikan. Dengan demikian, metoda ini
sangat sesuai dan tepat digunakan untuk penelitian pengembangan model
desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang merupakan
salah satu bentuk produk pendidikan.
B. Instrumen Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan dua jenis instrumen. Pertama,
instrumen untuk menjaring data dalam rangka menemukan
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kurikulum pelatihan yang diterapkan
di PPPG Pertanian. Instrumen ini terdiri dari kuesioner dan pedoman
wawancara yang dikembangkan dengan mengacu kepada karakteristik
evaluan (kurikulum yang dievaluasi). Kedua, instrumen yang digunakan
dalam rangka uji coba pendahuluan model desain kurikulum pelatihan
berupa kuesioner untuk menjaring informasi, masukan atau tanggapan
dalam rangka validasi model desain kurikulum pelatihan dan pedoman
observasi dalam rangka simulasi penerapan model desain kurikulum
pelatuhan di lapangan (PPPG Pertanian). Instrumen-instmmen tersebut
akan dijelaskan lebih lanjut dalam prosedur penelitian.
1. Instrumen Evaluasi kurikulum
Instrumen evaluasi kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian
dikembangkan dengan mengacu kepada kriteria evaluasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kriteria evaluasi yang dimaksud disusun dengan
pendekatan
fidelity,
yaitu
suatu
kriteria
yang dikembangkan dari
karakteristik kurikulum itu sendiri, sehingga instrumen ini tidak bersifat
umum. Kriteria fidelity menuntut validitas bukan reliabilitas (S. Hamid
Hasan,
1988:131),
atas
dasar
itu
prosedur
standarisasi
untuk
menegakkan reliabilitas instrumen tidak dilakukan.
Penggunaan kriteria fidelity didasarkan atas pertimbangan bahwa
kurikulum yang akan dievaluasi memiliki karakteristik yang spesifik, yaitu
dikembangkan untuk tujuan tertentu dan hanya berlaku untuk kegiatan
pelatihan di PPPG
Pertanian.
Penggunaan
instrumen evaluasi ini
dimaksudkan untuk menjaring informasi mengenai kekuatan-kekuatan dan
Komponen kurikulum yang dievaluasi ditentukan berdasarkan
komponen-komponen yang menjadi persyaratan suatu kurikulum sebagai
rencana (dokumen kurikulum). Komponen-komponen tersebut sekaligus
merupakan karakteristik dari kurikulum yang dievaluasi. yaitu kuriMum
pelatihan berdasarkan kompetensi. Alur penyusunan kriteria evaluasi
hingga menjadi instrumen evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut
Karakteristik Kurikulum Berdasarkan Kompetensi Kegiatan Persyaratan Dokumen Kurikulum
Identifikasi Komponen Kurikulum
yang Dtevafuasi
Pengembangan Kriteria Evaluasi
Berdasarkan Karakteristik
Pendekatan kompetensi
Penyusunan Kuesionerdan Panduan Wawancara Dokumen yang Dihasilkan ^ Jenis-jenis komponenfcurikulum yang dievafuast
Kriteria evaluasi
Kueasioner dan panduan
wawancara
Gambar 3r Su^^
dan 'n~ ^uasi
Dari langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi sebagaimana
disampaikan di atas, pada akhirnya akan diperoleh kuesioner dan
panduan wawancara yang diharapkan dapat untuk menjaring data dan
Panduan wawancara diarahkan untuk menjaring data dan informasi
tentang:
1.
2.
Latar belakang penerapan pendekatan pelatihan berdasarkan
kompetensi pada pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG
Pertanian.
Prinsip-prinsip penting pendekatan berdasarkan kompetensi
yang digunakan sebagai acuan utama dalam pengembangan
kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang dilakukan di
PPPG Pertanian
3.
Prosedur pengembangan kurikulum pelatihan berdasarkan
kompetensi yang dilakukan di PPPG Pertanian.
4.
Unsur-unsur yang teriibat dalam pengembangan kurikulum
pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG Pertanian dan
peran masing-masing unsur tersebut.
Kuesioner diarahkan untuk menjaring apakah kurikulum yang
diterapkan di PPPG Pertanian telah dikembangkan sesuai dengan
kaidah-kaidah pendekatan kompetensi dan apakah telah memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum. Secara garis besar kuesioner
tersebut berisikan:
1• Apakah kurikulum dikembangkan atas dasar ide atau
pemikiran-pemikiran yang telah dikaji kesesuaiannya dengan bentuk atau
model kurikulum tersebut.
2. Apakah Landasan pengembangan kurikulum yang digunakan
sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut.
3.
Apakah desain kurikulum dikembangkan atas dasar hasil
4.
Bagaimanakah rumusan tujuan yang tertuang di dalam
kurikulum.
5.
Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulumnya dan sistem
penyajiannya.
6.
Bagaimanakah manajemen pembelajaran yang diterapkan.
7. Bagaimanakah sistem penilaian hasil belajar yang digunakan.
8. Apakah kurikulum didokumentasikan dengan format yang
mudah dipahami.
9. Apakah kurikulum didokumentasikan dengan bahasa yang
mudah dipahami.
2. Instrumen uji coba pendahuluan tahap I(validasi) model desain
kurikulum pelatihan
Instmmen ini terutama dimaksudkan untuk mengetahui apakah
model desain kurikulum yang dikembangkan telah memenuhi
kaidah-kaidah sebagai kurikulum berdasarkan kompetensi sehingga valid untuk
dioperasionalkan. Data dan informasi yang dijaring, pada prinsipnya sama
dengan instrumen pertama. Namun, karena tujuan validasi ini untuk
menjaring masukan-masukan yang diperlukan untuk penyempumaan
buram desain kurikulum yang dihasilkan, maka pertanyaan-pertanyaan
yang disusun bersifat terbuka.
Input (masukan) dalam penyusunan model desain kurikulum
•
Apakah penyusunan desain kurikulum didasarkan pada ide atau
pemikiran-pemikiran yang melandasi penerapan konsep
•
Apakah penyusunan desain didasarkan pada kekuatan dan
kelemahan yang ditemui pada kurikulum terdahulu.
•
Apakah penyusunan model desain kurikulum didasarkan pada
hasil penilaian kebutuhan.
b.
Proses penyusunan model desain kurikulum
•
Apakah prosedur pengembangan kurikulum berdasarkan
kompetensi diikuti sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
•
Apakah pengembangan desain melibatkan ahli di bidang
pengembangan kurikulum dan ahli di bidang mata pelajaran.
c.
Produk (Model Desain Kurikulum Pelatihan Berdasarkan
Kompetensi)
•
Apakah ide atau pemikiran-pemikiran yang melandasi
pengembangan model desain kurikulum diterjemahkan ke
dalam dokumen.
•
Bagaimanakah susunan program kurikulum
Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulum
•
Bagaimanakah proses penyajian pembelajaran (delivery
system)•
Apakah dalam pembelajarannya menggunakan sumber-sumber
belajar yang tersedia, baik di dalam maupun di luar (di sekitar)
PPPG Pertanian
•
Bagaimanakah sistem evaluasi hasil belajar yang diterapkan
•
Bagaimanakah manajemen pembelajarannya
3. Instrumen uji coba pendahuluan tahap I. (simulasi) mode, desain
kurikulum pelatihan
Instrumen ini berupa panduan observasi yang dimaksudkan untuk
mengumpu.kan data tentang penerapan mode, desain kuriku.um pelatihan
di lapangan. Informasi yang dijaring ditekankan pada ha.-hal yang
berkaitan dengan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan
kompetensi, yaitu:
a.
Pemahaman responden tentang konsep pendekatan kompetensi
• Bagaimanakah pemahaman responden terhadap latar belakang
penerapan konsep pendekatan berdasarkan kompetensi.
•
Bagaimanakah pemahaman responden terhadap karakteristik
pendekatan berdasarkan kompetensi.
b- Penerapan kurikulum berdasarkan kompetensi dalam kegiatan
pelatihan
•
Bagaimanakah
penerapan
komponen-komponen
desain
kurikulum pelatihan dalam kegiatan pelatihan
•
Bagaimanakah penerapan rambu-rambu pelaksanaan dalam
kegiatan pelatihan
c
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kompetensi.
•
Bagaimanakah pemahaman responden terhadap desain
•
Bagaimanakah persiapan responden sebelum meiaksanakan
pembelajaran berdasarkan kompetensi
•
Bagaimanakah
pelaksanaan
pembelajaran
berdasarkan
kompetensi, meliputi penyajian materi hingga penilaian hasil
belajar
•
Bagaimanakah evaluasi program pembelajaran dilakukan.
C.
Responden
Mengacu pada jenis instrumen yang digunakan, maka dalam
penelitian ini ada tiga kelompok responden yang akan dilibatkan, yaitu: 1)
responden dalam kaitannya dengan evaluasi kurikulum, 2) responden
dalam rangka uji coba pendahuluan tahap | (validasi) mode, desain
kurikulum yang dikembangkan, dan 3) responden pada uji coba tahap II
(simulasi) penerapan model desain kurikulum pelatihan di lapangan.
Agar data dan informasi yang diperoleh dapat akurat sesuai dengan
yang dibutuhkan, maka responden yang diharapkan teriibat adalah
personal-persona, yang memahami tentang pengembangan kuriku.um.
Karakteristik masing-masing responden tersebut, adalah sebagai berikut.
1.
Responden dalam Evaluasi Kurikulum
Manusia (responden), terdiri dari staf bidang pelayanan teknis PPPG
Pertanian, tim pengembang kurikulum, dan widyaiswara. Data yang
dikumpulkan, meliputi: ide atau pemikiran-pemikiran yang melatar
belakangi penerapan pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi
pada kurikulum peiatihan di PPPG Pertanian, penerapan ^
assessment dalam perencanaan kurikulum, langkah-langkah
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, dan unsur-unsur
yang teriibat, persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum.
2. Responden dalam Uji Coba pendahuluan tahap I Model Desain
Kunkulum Pelatihan Berdasarkan Kompetensi
Responden pada tahap ini, terdiri dari para ahli pengembang
kurikulum dan ahli materi pembelajaran di bidang penanganan dan
pengolahan hasil pertanian. Data dan infom,asi yang dijaring berupa
masukan-masukan yang dibutuhkan dalam penyempumaan atau
perbaikan buram desain kurikulum pelatihan yang dihasilkan serta
untuk mengetahui tingkat validitas dokumen sebelum diujicobakan
tahap II di PPPG Pertanian.
3. Responden da!am Uji Coba pendahuluan tahap I, Model Desain
Kurikulum Pelatihan Berdasarkan Kompetensi
Sebagai responden pada tahap ini, yaitu widyaiswara dan guru^uru
SMK Pertanian. Seperti halnya pada ujicoba tahap pertama. uji coba
tahap kedua ini dimaksudkan pula untuk menjaring masukan yang
diperiukan dalam perbaikan atau penyempumaan model desain
kurikulum yang telah disempurnakan pada tahap I. Dari hasil u
tahap II ini diharapkan dapat diperoleh model desain kuriku
pelatihan yang siap dioperasionalkan.
D. Tempat Penelitian
Penelitian
pengembangan
model
desain
kurikulum
pelatihan
berdasarkan kompetensi bagi gum SMK Pertanian ini dilaksanakan di
PPPG Pertanian, tepatnya di laboratorium pengolahan hasil pertanian,
bangsal unit produksi pengolahan nata de coco dan laboratorium
pengendalian mutu, Instalasi Teknologi Hasil Pertanian.
E. Prosedur Penelitian
Menumt Walter R. Borg dan Meredith Damien Gall (1983) dalam
menerapkan metoda Research and Development ada sepuluh langkah
yang harus dilalui, yaitu: 1) pengkajian dan pengumpulan informasi, 2)
perencanaan, 3) pengembangan pendahuluan bentuk produk, 4) uji coba
pendahuluan di lapangan, 5) penyempumaan produk berdasarkan data uji
coba pendahuluan, 6) Uji coba utama lapangan, 7) perbaikan produk
berdasarkan data uji coba utama, 8) Uji coba lapangan secara riil, 9)
penyempumaan
produk
akhir,
10) diseminasi
dan
implementasi.
Dengan adanya faktor-faktor pembatas yang sulit dihindari dalam
penelitian ini, maka tidak semua langkah dalam metoda Research and
Development dapat dilaksanakan. Namun demikian, upaya untuk
memvalidasi dokumen hasil pengembangan tetap dilakukan agar tidak
mengurangi esensi penggunaan metoda tersebut. Langkah-langkah yang
dimaksud, terdiri dari: 1) studi pendahuluan dalam rangka pengkajian dan
pengumpulan informasi yang ada di lapangan; 2) perencanaan
pengembangan
model
desain
kurikulum
pelatihan
berdasarkan
kompetensi; 3) pengembangan pendahuluan model desain kurikulum
pelatihan berdasarkan kompetensi; 4) uji coba pendahuluan tahap I di
lapangan dalam bentuk validasi dokumen model desain kurikulum
pelatihan oleh para ahli dibidang terkait dan uji coba pendahuluan tahap II,
berupa simulasi kegiatan pembelajaran berdasarkan kompetensi di
lapangan; 5) penyempumaan produk berdasarkan masukan-masukan dari
hasil simulasi.
Berdasarkan iangkah-langkan sebagaimana disampaikan di atas,
penelitian ini akan terbagi ke dalam 4tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2)
pengumpulan data di lapangan, 3) pemodelan, 4) uji coba dan perbaikan.
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dalam penyusunan model desain kurikulum pelatihan yang
akan dikembangkan. Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan
adalah 1) survei awal di PPPG Pertanian, 2) evaluasi kurikulum pelatihan
yang diterapkan di PPPG Pertanian, dan 3) pengkajian hasil penilaian
kebutuhan pelatihan yang dilakukan PPPG Pertanian.
a.
Survei awal di PPPG Pertanian
Survei ini dilakukan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan
dengan penerapan konsep pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG
Pertanian. Hasil survei awal akan digunakan sebagai masukan dalam
merancang instrumen penelitian. Pada saat survei, peneliti melakukan
studi dokumen kurikulum pelatihan yang diterapkan di PPPG Pertanian
dan wawancara dengan widyaiswara, pengembang kurikulum dan staf
bidang pelayanan teknis.
Berdasarkan informasi yang diperoleh
menunjukkan,
bahwa
kurikulum pelatihan guru bidang keahlian Teknologi Hasil Pertanian,
Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian yang selama ini diterapkan di
PPPG Pertanian, disusun dengan pendekatan kompetensi. Penerapan
pendekatan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa pelatihan
yang dilaksanakan dengan pola konvensional selama ini, terbukti kurang
efektif untuk meningkatkan kemampuan guru sebagaimana yang
dipersyaratkan dunia kerja. Peserta pelatihan kurang mendapatkan
pengalaman belajar secara riil sesuai dengan kondisi yang terjadi di dunia
kerja.
Disisi lain, tuntutan dunia kerja akan sumberdaya manusia yang
handal semakin mendesak. Adanya kecendemngan bahwa setiap tenaga
kerja hams memenuhi standar kemampuan tertentu dan adaptif terhadap
pembahan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan pendekatan
kompetensi diperlukan untuk dapat menyiapkan peserta pelatihan memiliki
kemampuan sesuai dengan standar kemampuan yang dituntut dunia
kerja.
Dalam kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi, terdapat
sejumlah karakteristik yang hams dipenuhi agar kurikulum tersebut dapat
berfungsi secara optimal. Diantara karakteristik tersebut yang dijadikan
sebagai acuan utama dalam pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG
Pertanian, yaitu bahwa kurikulum pelatihan disusun untuk membekali
peserta agar mampu meiaksanakan tugas-tugas di lapangan. Kurikulum
pelatihan berisikan kompetensi-kompetensi yang ditumnkan dari
pekerjaan tertentu di lapangan. Proses pembelajaran mempakan simulasi
dunia kerja. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan mendemonstrasikan
kompetensi yang telah dipelajari dan keberhasilan peserta ditentukan
Atas dasar itu, penyusunan kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian dilaksanakan dengan tahapan-tahapan: 1) melakukan analisis jabatan,
pekerjaan, tugas dan analisis kompetensi untuk setiap tugas yang teridentifikasi; 2) menetapkan kebutuhan pelatihan atas dasar data yang
diperoleh dari lapangan (sekolah); 3) menyusun program pelatihan dengan langkah-langkah: merumuskan tujuan dan hasil yang diharapkan,
menyusun kurikulum, dalam hal ini menyusun struktur program dan deskripsi materi; 4) menetapkan strategi pembelajaran; 5) menetapkan
sistem evaluasi dan sertifikasi.
Pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian dilakukan
oleh suatu tim dibawah koordinasi bidang pelayanan teknis. Tim terdiri dari
para widyaiswara sesuai dengan bidang terkait dan unsur-unsur dari
bidang pelayanan teknis, yaitu staf seksi program penataran, staf seksi
tatalaksana penataran dan staf seksi publikasi dan pelaporan. Widyaiswara berperan penuh sebagai pengembang kurikulum, sedang bidang pelayanan teknis berperan mengkoordinasikan hal-hal yang bersifat kebijakan.
b. Evaluasi kurikulum pelatihan yang diterapkan di PPPG Pertanian
Evaluasi kurikulum ini dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan
di PPPG Pertanian. Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai masukan (input)
pertama dalam pengembangan model desain kurikulum pelatihan. Hasil
evaluasi dokumen Kurikulum Pelatihan bagi Guru SMK Pertanian bidang keahlian Teknologi Hasil Pertanian Tahun 2001, selengkapnya sebagaiberikut.
1) Pelaksanaan Evaluasi kurikulum
Evaluasi dokumen kurikulum pelatihan PPPG Pertanian dilakukan
untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dokumen tersebut. Kondisi
yang dimaksud mencakup persyaratan-persyaratan berkaitan dengan dokumen kurikulum, yaitu landasan pengembangan kurikulum, tujuan, pengorganisasian isi kurikulum, sistem pembelajaran (delivery system), dan penilaian hasil belajar. Evaluasi kurikulum dilakukan menggunakan
kuesioner yang disusun dengan mengacu kepada karakteristik
pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi. Pengembangan kriteria evaluasi dilakukan dengan pendekatan fidelity, yaitu pengembangan
kriteria yang didasarkan pada karakteristik kurikulum tersebut. Untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan kurikulum pelatihan yang dievaluasi,
dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan
Responden dalam kegiatan ini terdiri dari 12 orang, dengan
komposisi 10 orang widyaiswara dan 2 orang staf bidang pelayanan
teknis. Latar belakang pendidikan responden, yaitu: 3 orang berpendidikan Diploma tiga (D3), 3 orang berpendidikan Strata satu (S1) dan 6 orang berpendidikan Strata dua (S2).
2) Hasil evaluasi kurikulum
Hasil evaluasi kurikulum menunjukkan bahwa didalam kurikulum pelatihan yang selama ini diterapkan di PPPG Pertanian mengandung beberapa kekuatan dan kelemahan. Temuan-temuan yang diperoleh
sebagai berikut.
a) Kekuatan kurikulum pelatihan PPPG Pertanian
• Kurikulum dijabarkan dari landasan yang menekankan pada pembahan perilaku dan pembekalan peserta agar mampu
bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
• Kurikulum berisikan kompetensi-kompetensi yang telah
dianalisis sesuai dengan kebutuhan peserta.
• Kurikulum mudah dipahami, baik secara format dan bahasa yang digunakan.
Landasan pengembangan kurikulum belum tersajikan secara
eksplisit dalam dokumen kuriulum.
Perumusan tujuan umum dan tujuan khusus belum memberikan
gambaran yang jelas tentang apa yang dapat dilakukan peserta setelah mengikuti pelatihan.
Keterkaitan antara tujuan, isi, proses dan evaluasi dalam
dokumen kurikulum belum tampak. Masing-masing komponen
kurikulum tersajikan secara terpisah-pisah
Kriteria keberhasilan untuk setiap kompetensi tidak tertuang
dalam dokumen kurikulum.
Kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi belum dideskripsikan secara jelas ke dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Pengembangan modul belajar belum dilakukan secara sistemik
dengan program pembelajaran. Modul disusun secara terpisah
dan lebih berfungsi sebagai referensi, bukan sebagai petunjuk yang mengarahkan peserta belajar mandiri.
Kurikulum masih bersifat time based, konsep belajar tuntas
yang menjadi karakteristik pendekatan kompetensi menjadi
tidak tercapai.
Penilaian hasil belajar bersifat subyektif, belum mengacu pada
•
Sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan peserta dalam
mempelajari kompetensi belum dianalisis secara komprehensif.
•
Pemahaman para pengembang kurikulum terhadap konsep
pelatihan
berdasarkan
kompetensi
masih
lemah.
Hal
ini
menyebabkan beberapa karakteristik penting dalam pendekatan
kompetensi belum terakomodasikan secara baik ke dalam
kurikulum.
Keseluruhan tanggapan responden terhadap kurikulum pelatihan
berdasarkan kompetensi yang diterapkan di PPPG Pertanian yang
berhasil dijaring pada kegiatan evaluasi kurikulum dapat dilihat pada tabel
3.1. berikut ini.
Tabel 3.1. Data hasil evaluasi kurikulum yang diterapkan di PPPG
Pertanian
Ide atau Landasan pengembangan kurikulum
1. Kurikulum menekankan pada aspek perubahan
perilaku dan sikap.
2. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan
perkembangan psikologis peserta dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip, bahwa belajar merupakan proses
pengembangan pemahaman baru dan mengubah
pemahaman lama.
4. Kurikulum dapat membekali peserta agar dapat
bekerja di bidang tertentu.
5. Kurikulum telah mengakomodasi perkembangan
IPTEK yang terjadi di dunia kerja.
6. Pernyataan tujuan umum memberi gambaran
tentang kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari peserta selama mereka mengikuti
pelatihan. Frekuensi if) 12 11 12 10 Persentase (%) 100,00 66,67 91,67 100,00 83,33 50,00
Ide atau Landasan pengembangan kurikulum Frekuensi (f)
Persentase
(%)
7. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang dibutuhkan untuk peningkatan
kinerja peserta.
10 83,33
8. Pernyataan tujuan umum menjelaskan apa yang
dapat dilakukan peserta setelah menyelesaikan
pelatihan.
4 33,33
9. Pernyataan tujuan khusus memuat tiga komponen,
yaitu kompetensi yang hendak dicapai, kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi dan
kriteria pencapaian kompetensi tersebut.
2 16,67
10. Kompetensi-kompetensi tersebut terkait dengan
tugas-tugas peserta di lapangan (sekolah).
12 100,00
11. Struktur program kurikulum menggambarkan ruang
lingkup isi kurikulum secara jelas.
10 83,33
12. Isi kurikulum dinyatakan dalam bentuk
kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan kepada peserta.
8 66,67
13. Kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan
kepada peserta diperoleh melalui proses analisis pekerjaan (job analysis) guru kejuruan di sekolah.
8 66,67
14. Kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan
kepada peserta dinyatakan secara jelas.
7 58,33
15. Kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan
kepada peserta disusun sesuai dengan urutan
(sekuen) berdasarkan tingkat kesukaran.
3 25,00
16. Setiap kompetensi dijabarkan menjadi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan
dipelajari peserta.
5 41,67
17. Kompetensi-kompetensi yang dipelajari sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan.
6 50,00
18. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat digunakan
untuk menilai kemampuan peserta dalam meiaksanakan tugas.
8 66,67
19. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat digunakan
sebagai subyek (butir-butir pokok) dalam validasi.
8 66,67
20. Materi pembelajaran disusun dalam bentuk
unit-unit pembelajaran sehingga memudahkan peserta
dalam memahami tujuan pembelajaran.
9 75,00
21. Materi pembelajaran disusun dalam bentuk
unit-unit pembelajaran sehingga mudah dalam pengelolaannya.
8
7
66,67
22. Materi pembelajaran disusun dengan urutan yang
mudah dipahami peserta dalam belajar.
58,33
23. Pengalaman belajar disusun dalam bentuk
tugas-tugas yang harus dikuasai peserta.
6 50,00
24. Tugas-tugas belajar dikemas dalam bentuk modul 5 41,67
25. Modul yang dikembangkan dapat digunakan
sebagai petunjuk tertulis dalam memahami
tugas-tugas.
Ide atau Landasan pengembangan kurikulum
26. Modul yang dikembangkan dapat diketahui bahwa
peserta diarahkan untuk belajar secara individu
atau kelompok.
27. Dalam modul dijelaskan tentang sumber belajar
yang dibutuhkan untuk memahami tugas.
28. Dalam modul memuat penjelasan tentang media
pengajaran yang akan digunakan.
29. Media yang akan digunakan dapat membantu
proses belajar peserta.
30. Kemajuan belajar peserta ditentukan dengan
mendemonstrasikan kompetensi-kompetensi yang
telah dipelajari.
31. Demonstrasi kompetensi dilakukan dalam kondisi
yang nyata.
32. Pengukuran kompetensi dilakukan sesuai dengan
pernyataan kompetensi.
33. Pengukuran kompetensi dilakukan terhadap setiap
aspek yang tercakup dalam kompetensi tersebut
(pengetahuan, keterampilan, sikap).
34. Tingkat penguasaan kompetensi peserta diukur
berdasarkan standar yang telah ditetapkan
35. Apakah peserta mengetahui kemajuan belajamya sepanjang program pelatihan beriangsung.
36. Pernyataan yang menyangkut struktur, isi,
operasional, dan sumberdaya dalam kurikulum
ditulis secara jelas
37. Alokasi waktu belajar ditetapkan berdasarkan kebutuhan peserta dalam menguasai
kompetensi-kompetensi secara tuntas.
38. Ada pengayaan pengalaman belajar bagi peserta
yang lebih cepat menyelesaikan tugas-tugas dalam
mengikuti program pelatihan.
39. Peserta yang lebih cepat memenuhi persyaratan
kompetensi dapat mengakhiri kegiatan belajamya
lebih cepat pula.
40. Ada periakukan khusus bagi peserta yang lamban
dalam menyelesaikan tugas-tugas selama
mengikuti program pelatihan.
41. Kegiatan belajar setiap individu dimulai sesuai dengan kemampuan awal yang dimiliki individu
tersebut.
42. Kurikulum Sebelum dioperasionalkan, dilakukan
sosialisasi terlebih dahulu.
43. Proses sosialisasi kurikulum dilakukan secara tidak
terpisah dari sistem pelatihan secara keseluruhan.
44. Riset merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelatihan secara keseluruhan.
45. Sistem pengelolaan lembaga yang fleksibel dapat
mendukung semua aspek dalam kurikulum.
Frekuensi (f) 10 6. 11 12 Persentase 25,00 50,00 66,67 83,33 66,67 66,67 58,33 58,33 50,00 50.00 58,33 50,00 16,67 25,00 41,67 33,33 75.00 75,00 91,66 100.00
Ide atau Landasan pengembangan kurikulum Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
46. Kurikulum dikembangkan sebagai satu kesatuan
dalam suatu sistem pelatihan yang terintegrasi.
10 83,33
47. Kurikulum dapat dioperasionalkan seoagai satu
kesatuan dalam suatu sistem pendidikan yang
terintegrasi.
10 83,33
48. Kurikulum didokumentasikan dengan format yang
mudah dipahami
11 91,67
49. Peristilahan-peristilahan yang digunakan dalam
kurikulum mudah dipahami
12 100,00
50. Bahasa yang digunakan sederhana sehingga
mudah dipahami.
12 100,00
c. Hasil penilaian kebutuhan pelatihan yang dilakukan di PPPG
Pertanian.
Penilaian kebutuhan merupakan masukan (input) kedua yang
digunakan sebagai dasar dalam penyusunan model desain kurikulum
pelatihan yang menjadi fokus penelitian ini. Penilaian kebutuhan
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang program
pelatihan yang benar-benar dibutuhkan guru-guru SMK Pertanian bidang
Teknologi Hasil Pertanian. Program pelatihan tersebut merupakan upaya
meningkatkan keprofesionalan gum dalam menjalankan perannya sebagai
guru kejuruan. Kebutuhan pelatihan dijaring menggunakan instmmen
yang dikembangkan secara khusus oleh Seksi Publikasi dan Pelaporan,
Bidang Pelayanan Teknis, PPPG Pertanian. Dengan demikian, peneliti
dalam hal ini hanya melakukan pengkajian terhadap data yang telah
1) Pelaksanaan Penilaian kebutuhan
Penjaringan data kebutuhan program pelatihan dilakukan terhadap
106 guru bidang Teknologi Hasil Pertanian di SMK Pertanian yang
tersebar di selumh Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan
menghitung frekuensi dari masing-masing pilihan program atau materi
pelatihan yang ditawarkan. Penentuan kebutuhan pelatihan didasarkan
pada skor tertinggi dari hasil penghitungan frekuensi responden yang
memilih. Angka perolehan hasil analisis kebutuhan dicantumkan dalam
persentase, yang diambil dari jumlah frekuensi responden yang memilih.
Persentase ini diharapkan dapat memberi gambaran secara kuantitatif
untuk setiap item pelatihan yang ditawarkan dan diharapkan dapat
mendukung dalam penentuan kebutuhan pelatihan.
2) Hasil penilaian kebutuhan
Berdasarkan hasil analisis
kebutuhan yang dilakukan
PPPG
Pertanian terhadap 15 (lima belas) jenis pelatihan yang ditawarkan, dapat
diketahui bahwa dari 106 responden terdapat 32 responden (30,2 persen)
yang memilih pembuatan nata de coco dan manisan nata decoco sebagai
kebutuhan pelatihannya. Persentase ini merupakan persentase tertinggi
bila dibanding dengan yang lain. Dengan demikian jenis pelatihan yang
dibutuhkan guru SMK Pertanian bidang keahlian Teknologi Hasil
Pertanian adalah Pelatihan tentang Pembuatan Nata De Coco dan
Manisan Nata Decoco.
Tabel 3.2. Data hasil penilaian kebutuhan
Responden Total (N)
Valid 106
Missing 0
Pelatihan
Statistics
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Pembuatan nata de coco dan Manisan nata de coco
32 30.2 30.2 30.2
Budidaya dan pengolahan jamur tiram
21 19.8 19.8 50.0
Pembuatan aneka keripik (pisang, singkong, ubi, talas,
kentang)
10 9.4 9.4 59.4
Pembuatan tempe 1 9 9 60.4
Pembuatan tahu 1 9 9 61.3
Pembuatan jahe instan 2 1.9 1.9 63.2
Pembuatan bakso (ikan, daging) 3 2.8 2.8 66.0 Pembuatan abon (ikan, daging) 5 4.7 4.7 70.8
Pembuatan nugget (ikan, ayam
dan udang)
9 8.5 8.5 79.2
Pembuatan rotj/bread 6 5.7 5.7 84.9
Pembuatan mie telur 3 2.8 2.8 87.7
Pembuatan sari buah 2 1.9 1.9 89.6
Pembuatan saos (tomat, cabe) 5 4.7 4.7 94.3
Pembuatan yoghurt 2 1.9 1.9 96.2
Pembuatan pepes ikan duri lunak
4 3.8 3.8 100.0
Total 106 100.0 100.0
Dikutip dari: Laporan Need Analysis SMK Pertanian (2002)
Data dan informasi dari hasil studi pendahuluan di atas selanjutnya
akan digunakan sebagai
input dalam melakukan
pemodelan atau
menetapkan model desain kurikulum pelatihan yang akan dikembangkan.
2.
Perencanaan pengembangan model
\\ %
Setelah produk pendidikan yang akan dikembangkan teridentifikasi
secara
jelas.
Langkah
selanjutnya
adalah
menyusun
rencana
pengembangan
model
desain
kurikulum
pelatihan
berdasarkan
kompetensi sesuai dengan yang diinginkan. Hal yang paling penting
dalam merencanakan penelitian produk pendidikan adalah merumuskan
tujuan spesifik yang akan dicapai oleh produk hasil pengembangan
pendidikan dan mengestimasikan kebutuhan dana, waktu, sumber daya
manusia yang akan teriibat dalam pengembangan produk pendidikan
tersebut.
Agar perencanaan pengembangan model kurikulum berdasarkan
kompetensi dapat dilakukan secara cermat dan teliti, pada tahap ini ada
beberapa kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu meliputi: 1) analisis
ketersediaan sumberdaya, 2) analisis kebutuhan waktu, 3) analisis
kebutuhan biaya, 4) menetapkan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam
pengembangan model kurikulum, 5) menetapkan indikator atau kriteria
keberhasilan yang berkaitan dengan
pengembangan
model desain
kurikulum pelatihan, 6) menetapkan strategi dalam pengembangan model
desain kurikulum pelatihan, 7) menyusun rencana pengembangan model
3. Pengembangan Pendahuluan Model Desain Kurikulum Pelatihan
Berdasarkan
Kompetensi
bagi
Guru
Sekolah
Menengah
Kejuruan
Berdasarkan temuan-temuan empirik yang ada di lapangan dan
kajian teoritis tentang konsep pelatihan berdasarkan kompetensi (pada
bab II), langkah selanjutnya adalah menetapkan model yang akan
digunakan dalam penyusunan desain kurikulum pelatihan berdasarkan
kompetensi. Dalam hal ini, peneliti mencoba memmuskan model desainkurikulum pelatihan yang
diarahkan untuk mengeliminir
kelemahan-kelemahan kurikulum terdahulu dan memasukkan unsur-unsur yang
bersifat inovasi atau pengembangan. Namun demikian, dalam menyusun
model desain kurikulum ini tetap akan memperhatikan kekuatan-kekuatan
yang dimiliki kurikulum terdahulu tersebut.
Model desain pengembangan kurikulum yang dihasilkan, selanjutnya
dimintakan masukan dari para ahli di bidang pengembangan kurikulum, ahli dibidang subyek materi dan para pembimbing. Masukan-masukan dari
para ahli tersebut digunakan sebagai dasar dalam melakukan penyempumaan atau perbaikan. Proses penyempumaan dilakukan
hingga model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang
4. Uji coba pendahuluan
Langkah ini dimaksudkan untuk mengujicobakan model desain
kurikulum pelatihan yang dihasilkan guna mengetahui apakah model
tersebut dapat dioperasional sesuai dengan yang diharapkan. Uji coba ini
juga mengandung makna untuk mendapatkan masukan dalam rangka
penyempumaan model desain kurikulum lebih lanjut, sehingga diperoleh
model yang lebih mantap. Uji coba pendahuluan dilakukan dua tahap.
Tahap I bempa validasi model desain kurikulum yang dihasilkan. Proses
validasi dilakukan oleh para ahli di bidang pengembangan kurikulum dan
subyek materi. Tahap II dilakukan dalam bentuk simulasi penerapan
model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG
Pertanian.
5. Perbaikan Model Desain Kurikulum Pelatihan Berdasarkan
Kompetensi
Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan atau penyempumaan
terhadap buram desain kurikulum pelatihan yang telah dihasilkan. Proses
perbaikan atau penyempumaan didasarkan pada data yang berhasil
dihimpun pada saat melakukan uji coba. Penyempumaan atau perbaikan
Fase Persiapan Menyusun buram desain kurikulum Pemantapan buram desain kurikulum Perbaikan buram desain kurikulum Hasil akhir Gambar 3.3. Kegiatan Mengkaji dan mengumpulkan informasi Menyusun rencana pengembangan Menyusun desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi (pendahuluan) Penyempumaan I
desain kurikulum pelatihan
berdasarkan kompetensi
Uji coba II
Simulasi di lapangan
Penyempumaan II
desain kurikulum pelatihan
berdasarkan kompetensi
Model Desain Kurikulum
Pelatihan Berdasarkan Kompetensi Unsur-unsur yang Teriibat •* Peneliti •> Peneliti Peneliti Ahli pengembangan kurikulum Ahli subyek materi •* Peneliti Widyaiswara Guru Peneliti •> Peneliti
Langkah-langkah Penelitian Model Desain Kurikulum
Pelatihan Berdasarkan kompetensi
F.
Teknik Analisis dan Pengolahan Data
Sesuai dengan instmmen yang digunakan, maka ada tiga kelompok
data yang akan diolah. Pertama, analisis dan pengolahan data yang
berkaitan dengan studi evaluatif terhadap kurikulum pelatihan yang
diterapkan di PPPG Pertanian. Kedua, analisis dan pengolahan data yang
berkaitan dengan kegiatan uji coba tahap I (validasi) terhadap model
desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang dihasilkan,
Ketiga, analisis dan pengolahan data yang berkaitan dengan kegiatan uji
coba tahap II (simulasi di lapangan). Ketiga jenis data tersebut, diolah
dengan cara mereduksi data, mengelompokkan data dan memaknai atau
menginterpretasikan data yang berhasil dijaring. Analisis data dilakukan,
secara deskriptif.