• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERDASARKAN KOMPTENSI BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PERTANIAN : Studi terhadap Kurikulum Pelatihan Guru SMK Pertanian Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian ACdi PPPG Pertanian Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERDASARKAN KOMPTENSI BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PERTANIAN : Studi terhadap Kurikulum Pelatihan Guru SMK Pertanian Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian ACdi PPPG Pertanian Cianjur."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL DESAIN KURIKULUM PELATIHAN

BERDASARKAN KOMPTENSI

BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PERTANIAN

(Studi terhadap Kurikulum Pelatihan Guru SMK Pertanian

Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian

di PPPG Pertanian Cianjur)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

oleh

Endang Prabandari NIM 009673

PROGRAM PASCASARJANA

UNiVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing

Pembimbing I

/

Prof. Dr. Oemar Hamalik NIP. 130188263

Pembimbing II

(3)

ABSTRAK

Penelitian berjudul: " Model Desain Kurikulum Pelatihan Berdasarkan

Kompetensi bagi Guru Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian " ini pada

dasamya merupakan suatu studi terhadap Kurikulum Pelatihan Guru SMK

Pertanian Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian di PPPG Pertanian

Cianjur. Judul ini dilatarbelakangi oleh pemikiran mengenai pentingnya

meningkatkan kualitas guru agar mampu mengatasi berbagai permasalahan

yang secara nyata menghambat keberhasilan proses pendidikan di SMK

Pertanian. Peningkatan kualitas guru juga diperlukan sebagai upaya mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi di waktu yang akan datang. Ada beberapa cara untuk meningkatkan kualitas guru, salah satu diantaranya melalui kegiatan pelatihan yang memfokuskan pada peningkatan kompetensi guru agar dapat melakukan pekerjaan secara efektif.

Berdasarkan pemikiran tersebut muncul permasalahan, yaitu bagaimanakah model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang mampu meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan karakteristik Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian dengan bertitik tolak dari kekuatan dan kelemahan yang ada pada kurikulum pelatihan PPPG Pertanian. Atas dasar itu, penelitian ini bertujuan

untuk: 1) menemukan kekuatan dan kelemahan kurikulum pelatihan PPPG

Pertanian, 2) mengkaji penerapan hasil penilaian kebutuhan dalam perencanaan kurikulum, 3) mengkaji penerapan konsep pelatihan berdasarkan kompetensi yang diperlukan dalam penyusunan model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi bagi guru SMK Pertanian.

Studi ini dilakukan dengan metoda Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mendapatkan model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi bagi guru SMK Pertanian. Prinsip metoda ini adalah menyusun buram model desain kurikulum, mengujicobakan di lapangan, dan menyempurnakan buram tersebut berdasarkan data dari lapangan.

Secara umum ditemukan bahwa kurikulum PPPG Pertanian, mengandung

beberapa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan tercermin dari nuansa sebagai

kurikulum berdasarkan kompetensi telah ada. Sedang kelemahannya ditunjukkan oleh tidak adanya kriteria kemampuan untuk setiap kompetensi yang dipelajari

serta sistem penyajian pembelajaran (delivery system) yang belum dikelola secara sistemik. Sementara, hal tersebut merupakan bagian penting dari

karaktersitik kurikulum yang didesain dengan pendekatan kompetensi. Pengembangan model desain kurikulum ini dilakukan dengan mengacu pada

temuan-temuan tersebut.

Sangat disadari bahwa penelitian ini mengandung banyak keterbatasan.

Karena itu, sangat diharapkan adanya penelitian lanjutan agar model desain

kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi ini dapat diimplementasikan secara

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan dalam tesis ini pada intinya bertujuan memberikan

penjelasan tentang periunya penelitian model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi dilakukan serta garis besar bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Bab ini diurai menjadi beberapa sub bab, yaitu: 1)

latar belakang penelitian, 2) perumusan dan pembatasan masalah, 3)

paradigma penelitian, 4) definisi operasional, 5) pertanyaan penelitian, 6) tujuan penelitian dan 7) manfaat penelitian. Masing-masing sub bab

memiliki tujuan sebagai berikut.

Latar belakang menjelaskan kedudukan tema masalah dalam

konteks masalah yang lebih luas serta hasil penelitian terdahulu yang

terkait erat dengan masalah yang akan diteliti. Perumusan dan

pembatasan masalah menjelaskan variabel-variabel teoritis yang teriibat

dalam tema masalah, dan pembatasan masalah dimaksudkan untuk

menjelaskan fokus masalah yang akan diteliti. Selanjutnya, paradigma

penelitian bertujuan memberikan gambaran tentang alur pikir penelitian

dan keterkaitan variabel-variabel yang ada di dalamnya.

Definisi operasional dalam tesis ini memberikan gambaran tentang

(5)

instrumen penelitian. Pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan dijawab pada kesimpulan dalam tesis ini.

Tujuan penelitian pada intinya menjelaskan sasaran umum dan khusus

yang hendak dicapai dalam penelitian dan manfaat penelitian menjelaskan

tentang kegunaan penelitian oleh pihak-pihak tertentu. Uraian masing-masing sub bab dalam bab pendahuluan ini adalah sebagai berikut.

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan pendidikan di Indonesia hingga saat ini masih

dihadapkan pada berbagai tantangan, diantaranya relevansi pendidikan

terhadap kebutuhan pembagunan yang masih rendah, mutu pendidikan

yang belum merata, angka putus sekolah yang masih tinggi, mutu guru yang masih jauh dari yang diharapkan dan anggapan rendah terhadap arti

pendidikan. Kondisi tersebut mendorong pemerintah Indonesia untuk

meiaksanakan kebijakan strategik dalam bidang pendidikan dengan

mengutamakan pada empat hal, yaitu peningkatan mutu, relevansi,

efisiensi dan pemerataan kesempatan.

(6)

pembangunan pendidikan dengan cara memberi wewenang kepada daerah untuk melakukan pembangunan pendidikan sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan setempat dengan tetap mengacu kepada

tujuan pendidikan nasional.

Kebijakan yang berkaitan dengan relevansi dan mutu pendidikan

pada dasamya merupakan kebijakan yang terkait erat dengan keberadaan

dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia pada masa yang akan

datang. Kebijakan desentralisasi pendidikan, yang merupakan bagian dari kebijakan desentralisasi secara umum, akan membawa dampak pada tumbuhnya kebinekaan dalam sistem pengelolaan pendidikan. Dengan demikian, program pendidikan akan sangat variatif, bergantung pada

kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah.

Sementara di sisi lain, globalisasi dalam berbagai bentuk yang telah

menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari telah mengubah pola

kehidupan di dunia. Globalisasi membawa laju ilmu pengetahuan dan

teknologi semakin pesat. Inovasi dalam berbagai bidang kehidupan pun kian meningkat. Semua ini mempakan tantangan yang hams dihadapi

oleh bangsa Indonesia saat ini dan yang akan datang. Secara mendasar,

hal ini menuntut mutlaknya peningkatan kualitas dan relevansi program

pendidikan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan

(7)

Upaya untuk mengantisipasi berbagai tantangan di atas, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang ada. Sumber daya manusia harus disiapkan secara matang, agar

mampu menghadapi berbagai tantangan tersebut. Untuk menyiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan handal, tidak dapat

lepas dari peran penting pendidikan. Karena itu, pengembangan sistem pendidikan dan pelatihan perlu mendapat prioritas dalam pembangunan.

Berkaitan dengan pengembangan SDM yang ada di sekolah,

khususnya guru, guru memiliki kontribusi besar dalam pencapaian

keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah. Berdasarkan kondisi nil di

lapangan, hingga saat ini mutu guru masih menjadi permasalahan pokok pembangunan pendidikan di Indonesia. Walaupun upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas guru telah banyak dilakukan, namun hasilnya masih belum optimal. Demikian halnya yang terjadi pada guru-guru di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian (SMK Pertanian).

Menurut UU Rl No. 2 Tahun 1989, Bab IV, Pasal 11, Butir 3 tujuan sekolah kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, tugas spesifik guru kejuruan dalam kegiatan belajar mengajar, adalah

(8)

sekolah kejuruan dengan tugas guru sekolah bukan kejuruan. Gum

sekolah

menengah

kejuruan

dituntut

menguasai

kemampuan-kemampuan, baik kemampuan kejuruan maupun kemampuan keguruan

yang diperlukan untuk membekali peserta didik agar dapat bekerja sesuai

dengan kebutuhan lapangan kerja mereka. Guru-guru kejuruan harus

dekat dengan lapangan kerja dan memahami jenis-jenis pekerjaan yang

akan digeluti peserta didiknya.

Kompetensi guru kejuruan SMK Pertanian program keahlian

Teknologi Hasil Pertanian yang ada saat ini, pada kenyataanya belum

semuanya sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan data hasil Skill

Audit

Kemampuan Guru Kejuruan SMK Pertanian program keahlian

Teknologi Hasil Pertanian (PPPG Pertanian, 1997), tercemin bahwa mutu

guru SMK Pertanian masih perlu ditingkatkan. Data tersebut menunjukkan

bahwa masih banyak guru yang direkomendasikan untuk ditingkatkan

kompetensinya. Hal ini dikarenakan, secara umum guru-guru tersebut

kurang menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan, khususnya dalam

proses produksi bahan hasil pertanian menjadi berbagai produk olahan sesuai kriteria yang ditetapkan. Sementara itu, kompetensi tersebut

merupakan kompetensi pokok yang harus dimiliki guru agar mampu

(9)

Kondisi di atas menunjukkan, bahwa masih ada kesenjangan

kompetensi antara yang dimiliki guru-guru SMK Pertanian dengan

kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan di lapangan kerja (sekolah).

Apabila kondisi tersebut dibiarkan, maka akan berakibat buruk kepada

peserta didik. Tujuan pembelajaran yang mengharapkan peserta didik

siap bekerja menjadi tidak tercapai, karena bekal yang diberikan tidak

cukup atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan kerja.

Selain kompetensi kejuruan, guru-guru SMK Pertanian juga

terdeteksi

kurang

menguasai

kompetensi-kompetensi

keguruan,

khususnya dalam penyusunan perencanaan program pembelajaran,

penyusunan bahan ajar, penerapan metoda pembelajaran dan evaluasi

hasil belajar. Namun demikian, karena pengembangan kompetensi

keguruan bukan menjadi kewenangan PPPG Pertanian dan merupakan

kewenangan PPPG Keguruan, maka permasalahan guru kejuruan

pertanian pada penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan mutu gum

yang berkaitan dengan penguasaan guru SMK Pertanian terhadap

kompetensi-kompetensi kejuruan di bidang Teknologi Hasil Pertanian.

Bentuk peningkatan mutu guru SMK Pertanian sebagai upaya

mengantisipasi berbagai permasalahan sebagaimana disampaikan,

dilakukan antara lain melalui pelatihan-pelatihan. Pelatihan dimaksudkan

(10)

melakukan kegiatan pembelajaran kejuman di sekolah. Pelatihan gum

kejuruan pertanian perlu ditekankan pada pembekalan

kemampuan-kemampuan kejuruan yang kelak dibutuhkan peserta didiknya dalam

meiaksanakan tugas-tugas di lapangan kerja.

Ada beberapa kelebihan bila pelatihan dilaksanakan sesuai dengan

kebutuhan lapangan kerja, diantaranya terdapat kesesuaian antara

profesionalisme yang dimiliki guru dengan apa yang dibutuhkan lapangan

kerja, kegiatan pelatihan dapat lebih bermakna, dan persepsi mengenai

penghamburan dana dan tenaga dalam kegiatan pelatihan dapat dihindari.

Kelebihan lain, bila ditinjau secara mikro maka kebutuhan guru profesional

di lapangan kerja dapat terpenuhi dan secara lebih luas lagi (secara

makro), guru akan mampu berkompetisi, baik di tingkat nasional maupun

intemasional. Untuk mencapai itu, maka desain kegiatan pelatihan harus

difokuskan untuk meningkatkan kompetensi guru agar sesuai dengan

yang dipersyaratkan dunia kerja.

Di sisi lain, kurikulum pelatihan gum kejuruan bidang Teknologi Hasil

Pertanian yang diterapkan saat ini, secara ide telah dikembangkan

dengan pendekatan kompetensi. Kurikulum tersebut pada dasamya masih

belum efektif untuk meningkatkan kemampuan kejuruan guru. Hal tersebut

tampak dari hasil studi awal yang dilakukan peneliti. Penerapan konsep

(11)

pelatihan masih belum optimal, demikian pula dokumen \rMj£*^

pelatihan

belum

mencerminkan

karakteristik

sebagai

kurikulum

berdasarkan kompetensi. Hal tersebut mengakibatkan penyelenggaraan

pelatihan di PPPG Pertanian belum sesuai dengan prinsip-prinsip

pembelajaran berdasarkan kompetensi.

Adanya permasalahan seperti dijelaskan di atas, memunculkan

pemikiran peneliti untuk melakukan pengkajian terhadap kurikulum yang

selama ini diterapkan di PPPG Pertanian. Pengkajian dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan kurikulum tersebut. Temuan tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam

mengembangkan

model

desain

kurikulum

yang

sesuai

dengan

karakteristik guru kejuruan.

Sementara itu, dari penelitian terdahulu diperoleh informasi bahwa

keberhasilan suatu pelatihan sangat dipengamhi oleh berbagai variabel

yang ada didaiamnya. Salah satu variabel yang menonjol adalah

kurikulum yang digunakan. Kurikulum pelatihan periu didesain sedemikian

rupa agar mampu menyajikan kemampuan-kemampuan yang benar-benar

dibutuhkan peserta dan kemampuan tersebut dapat memberikan dampak

positif bagi peningkatan kualitas kinerja peserta (Emmy Rolina Manggopa,

1996). Sedang As'ari Djohar (1995), dalam tesisnya memuat penjelasan

(12)

prinsip-prinsip, antara lain: berorientasi pada kebutuhan lapangan kerja dan

menggunakan pendekatan kompetensi. Hal serupa disampaikan pula oleh Tarsisius Sihono (1997). Hasil penelitiannya menekankan bahwa

pengembang kurikulum perlu menguasai konsep Pendekatan

Berdasarkan Kompetensi (PBK). Bila tidak, maka dapat menyebabkan

penerapan konsep PBK menjadi kurang akurat dan kurang

memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku pada PBK

Masriam Bukit, (1997) dalam desertasinya menyimpulkan, bahwa

kemitraan sekolah dengan industri atau lapangan kerja sangat diperlukan

agar kompetensi-kompetensi yang disajikan dalam kurikulum dapat sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan kerja, atau tidak semakin

jauh dari tuntutan lapangan kerja. Hal serupa disampaikan pula oleh Tedjo

N Reksoatmojo (1995) melalui hasil penelitiannya, bahwa untuk mengantisipasi jenis-jenis keterampilan yang diperlukan sebagai dampak perkembangan pemsahaan, kompetensi instruktur perlu dibina secara

berkesinambungan. Kompetensi tersebut mencakup aspek kejuruan

maupun keguruan. Dari hasil penelitian Triono Adi (1997) dapat diketahui, bahwa dalam pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi, penerapan belajar tuntas sudah menjadi suatu konsekuensi. Tanpa

belajar tuntas, pencapaian suatu kompetensi menjadi diragukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayi Olim (1994) mengandung penjelasan

(13)

komponen-komponen pendidikan, seperti: lingkungan belajar, sarl^cr^ p»«w>A

(strategi) dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompete?

performansi.

Berdasarkan hasil penelitian Adjat Sudrajat (1997) dapat diketahui bahwa komponen profesional merupakan faktor penting pada diri seorang pendidik. Komponen profesional mewujudkan kinerja yang rasional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut hasil penelitian Asmaiwaty Arief (2001), untuk memenuhi tuntutan kemampuan profesional guru, isi kurikulum harus didasarkan pada hasil derivasi peran guru profesional secara komprehensif. Bukan merupakan potongan atau irisan dari peran profesional tersebut. Selain itu, melalui penelitian Constantinus Rudy Prinhantoro (1999) dapat diketahui bahwa proses pendidikan sebaiknya diarahkan agar dapat membekali lulusan dengan

kompetensi dan keprofesionalan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa

karakteristik PBK secara signifikan memberikan kontribusi terhadap

pencapaian karakteristik keprofesionalan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan memfokuskan pada

pengembangan model desain kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi bagi guru SMK Pertanian yang didasarkan pada hasil evaluasi

(14)

model desain kurikulum ini merupakan jawaban dalam rangka mencapai

kompetensi sebagaimana dipersyaratkan di lapangan kerja.

B. PERUMUSAN dan PEMBATASAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebagaimana disampaikan pada latar belakang,

terungkap bahwa program pelatihan guru SMK Pertanian pada dasarnya

merupakan bagian dari program peningkatan kualitas sekolah secara

utuh, karena untuk mencapai sekolah yang berkualitas, dibutuhkan

personal (gum) yang berkualitas pula. Pemikiran tersebut sesuai dengan

pendapat yang mengatakan bahwa manusia adalah elemen yang paling

umum dalam setiap organisasi. Manusia mengkreasi inovasi dan

mewujudkan tujuan organisasi. Dari sudut pandang suatu organisasi,

manusia adalah sumberdaya. Diantara berbagai sumberdaya yang

diperlukan oleh suatu organisasi, manusia adalah yang paling penting.

Kegiatan pelatihan pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan

kompetensi guru agar lebih efektif dalam meiaksanakan pekerjaan yang

menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan

selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Kemampuan guru dalam

(15)

Peserta didik tidak mendapatkan bekal cukup untuk dapat bekerja,

akibatnya pengangguran tenaga kerja tingkat menengah menjadi tidak

dapat dielakkan. Hal ini merupakan masalah dalam pendidikan kejuruan.

Berkaitan dengan permasalahan pelatihan, ada sejumlah komponen

yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan pelatihan. Komponen yang

dimaksud, yaitu komponen yang berkaitan dengan

instrumental input

(SDM, fasilitas, manajemen, dana), komponen yang berkaitan dengan

environmental input

(lembaga pemerintah/swasta, industri, masyarakat,

asosiasi profesi) dan komponen berkaitan dengan peserta dan tamatan

pelatihan. Hubungan antar komponen tersebut sebagai berikut.

UmDan balik

Evaluasi

V . 1r yr

1 ' A

SDM FASILITAS

MANAJEMEN KURIKULUM

• Pimpinan • Peralatan • Fungsi

• Desain/Renca

• Pengembang praktik Pendekatan

na/Dokumen kurikulum Alat bantu Tipe

• Implementasi

• Pengajar KBM kepemimpinan

• Evaluasi

• Staf personal • Referensi/p

us-taka

Peserta Pelatihan

T

Pelatihan berdasarkan Tamatan

L-> (Guru SMK Pert.) • Kemampuan

kompetensi Pelatihan • Mutu Guru • Motivasi

• Performansi

Meningkat

LINGKUNGAN

• Lembaga pemerintah

• Industri yang relevan

• Organisasi profesional • Lembaga swasta

— w

[image:15.595.90.473.327.642.2]

• Masyarakat

(16)

Diantara komponen-komponen pelatihan, kurikulum merupakan komponen utama dan menjadi sesuatu yang vital dalam proses pelatihan. Hal ini terjadi, karena komponen-komponen yang lain akan berproses dengan berawal atau berdasarkan pada kurikulum yang diterapkan. Karena itu, kurikulum pelatihan harus dikembangkan atas dasar

pemikiran-pemikiran (ide) yang melandasinya serta mengacu kepada

suatu model yang telah dikaji kesesuaiannya dengan bentuk kurikulum

yang diharapkan.

Di dunia pendidikan, dikenal berbagai model pengembangan kurikulum. Setiap model akan menghasilkan bentuk kurikulum yang

memiliki karakteristik tertentu. Permasalahan mengenai kurikulum

terutama terletak pada bagaimanakah mengembangkan suatu model

desain kurikulum yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi

peserta secara efektif. Karena dalam hal ini sebagai peserta pelatihan

adalah guru kejuruan SMK Pertanian, maka bagaimanakah

mengembangkan model desain kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi yang sesuai dengan karakteristik guru SMK Pertanian dengan

bertitik tolak dari kekuatan dan kelemahan kurikulum sebelumnya.

Permasalahan dan pemikiran utama seperti disampaikan di atas, selanjutnya dapat dijabarkan menjadi beberapa sub masalah yang

(17)

Pertama, kekuatan dan kelemahan apa yang terkandung dalam

kurikulum pelatihan PPPG Pertanian. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk

mengetahui kondisi kurikulum yang ada saat ini. Hal ini penting dilakukan,

karena pengembangan desain kurikulum yang baru harus berlandaskan

pada kekuatan dan kelemahan yang terkandung dalam kurikulum

sebelumnya. Cara ini dilakukan untuk menghindari terjadinya

pengulangan kesalahan pada kurikulum baru, dan juga untuk

mengidentifikasi apakah kurikulum tersebut sesuai digunakan pada masa

yang akan datang. Demikian halnya, kekuatan-kekuatan yang dimiliki

kurikulum terdahulu perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi.

Kedua, bagaimanakah menerapkan hasil penilaian kebutuhan ke

dalam proses perencanaan suatu kurikulum?. Hal penting yang perlu

mendapat perhatian di sini, bahwa dalam pengembangan kurikulum,

penilaian kebutuhan merupakan langkah awal yang harus dilakukan.

Berdasarkan hasil penilaian kebutuhan, tujuan suatu pelatihan

dirumuskan. Kurikulum pelatihan yang dikembangkan bukan atas dasar

kebutuhan, pada dasarnya menjadi kurang bermakna. Keinginan peserta

untuk meningkatkan kompetensi sesuai dengan kebutuhannya menjadi

tidak terpenuhi. Ada banyak hal yang dapat dikategorikan kebutuhan

peserta, penelitian ini akan difokuskan pada kebutuhan yang berkaitan

(18)

Keiiga,

bagaimanakah menyusun model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi yang sesuai untuk meningkatkan kompetensi

kejuruan guru SMK Pertanian?. Dalam pengembangan model desain

kurikulum pelatihan ada sejumlah langkah yang harus dilalui agar

karakteritik sebagai kurikulum berdasarkan kompetensi dapat terpenuhi.

Pertanyaan di atas dimaksudkan untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum apa yang sesuai digunakan untuk

mengembangkan model yang dimaksud. Komponen-komponen apa saja

yang harus terkandung dalam model desain kurikulum tersebut, apakah

model desain yang dikembangkan tersebut telah memenuhi kaidah-kaidah

sebagai

kurikulum

berdasarkan

kompetensi

sehingga

siap

dioperasionalkan.

Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas,

akan disusun instrumen penelitian yang didasarkan pada hasil penelitian

pendahuluan di lapangan.

2. Pembatasan Masalah

Dalam sistem pendidikan dan pelatihan, kurikulum merupakan batang tubuh yang memungkinkan sistem bekerja. Karena itu, didalam mengembangkan kurikulum harus dilakukan secara hati-hati dan tidak

(19)

dalam pengembangan kurikulum, cukup luas, yaitu meliputi: landasan

pengembangan kurikulum (fondasi), penyusunan desain kurikulum

(konstruksi), implementasi dan evaluasi. Dalam penelitian ini, tidak semua

kegiatan dalam pengembangan kurikulum akan dikaji. Penelitian dibatasi

pada penyusunan model desain kurikulum pelatihan.

Penyusunan model desain kurikulum pelatihan ini akan menerapkan

model pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi. Hal ini

didasarkan pada hasil kajian yang mengemukakan bahwa model tersebut,

baik secara konseptual maupun empiris memiliki kelebihan-kelebihan bila

dibanding dengan model-model pengembangan kurikulum yang lain.

Pelatihan berdasarkan kompetensi telah mampu meningkatkan kompetensi peserta lebih tinggi bila dibanding dengan metoda yang lain. Kurikulum berdasarkan kompetensi berisikan kompetensi-kompetensi dan kompetensi tersebut dirinci menjadi sasaran belajar. Desain pembelajaran

disusun secara sistemik dan pembelajaran bersifat individu.

Program pelatihan yang dikembangkan di PPPG Pertanian, baik

jenis atau macamnya cukup banyak, yaitu mencakup bidang pertanian

secara keseluruhan. Agar penelitian ini lebih terfokus, maka

pengembangan desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi akan

dilakukan terhadap Kurikulum Pelatihan Guru SMK Pertanian, program

(20)

ini, karena bidang tersebut sesuai dengan bidang keahlian yang peneliti

geluti selama ini. Adanya dukungan kesesuaian bidang yang diteliti,

peneliti berharap dapat lebih jeli dalam melihat dan menganalisis

permasalahan-permasalahan yang ada.

C. ASUMSI

Penerapan pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi dalam

pengembangan model desain kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi bagi guru SMK Pertanian ini didasarkan pada asumsi, bahwa

1) pelatihan meningkatkan kemampuan (abilitas) peserta pelatihan

sehingga dapat lebih efektif dalam meiaksanakan tugas-tugasnya di

lapangan.

2)

Pelatihan

berdasarkan

kompetensi

meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan seseorang

(peserta) untuk meiaksanakan tugas-tugas di lapangan. 3) Pelatihan

berdasarkan kompetensi meningkatkan efektivitas pembelajaran, karena

berorientasi pada tujuan performansi yang jelas.

D. PARADIGMA PENELITIAN

1. Alur Pikir Penelitian

Seperti telah dijelaskan, bahwa penelitian ini merupakan upaya

(21)

kurikulum berdasarkan kompetensi. Gambaran mengenai proses atau

langkah-langkah pengembangan model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi ini dapat dilihat pada gambar 1.2. berikut ini.

EVALUASI KURIKULUM

KURIKULUM PELATIHAN

PPPG PERTANIAN

PENILAIAN KEBUTUHAN (NEED ASSESSMENT)

MODEL DESAIM KURIKULUM

PELATIHAN

BERDASARKAN KOMPETENSI

•• IMPLEMENTASI

KAIDAH-KAIDAH

(KARAKTERISTIK) PENDEKATAN BERDASARKAN KOMPETENSI

• Landasan

• Prinsip-prinsip

• Prosedur

Gambar 1.2. : Alur Pikir Penelitian

Dari alur pikir diatas, tampak jelas bahwa ada tiga hal yang akan

dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: 1) menemukan kekuatan dan

kelemahan kurikulum PPPG Pertanian, 2) mengkaji hasil penilaian

kebutuhan dan 3) mengkaji karakteristik pendidikan berdasarkan

(22)

melalui kegiatan evaluasi kurikulum. Proses evaluasi dilakukan dengan

membandingkan dokumen kurikulum yang dievaluasi dengan kriteria yang

dikembangkan berdasarkan karakteristik kurikulum berdasarkan

kompetensi. Pengkajian hasil penilaian kebutuhan dilakukan untuk

mendapatkan informasi tentang program pelatihan apa yang akan dikembangkan. Kajian teoritis mengenai konsep pelatihan berdasarkan

kompetensi dimaksudkan untuk mengetahui kaidah-kaidah atau

karakteristik pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi yang ditinjau

secara konseptual.

2. Variabel terkait

Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, perencanaan kurikulum

merupakan fase awal dari keselumhan kegiatan yang dilakukan. Pada

tahap ini desain suatu kurikulum dirumuskan dan ditetapkan. Dalam merumuskan desain kurikulum, ada sejumlah variabel yang berpengaruh di dalamnya. Variabel-variabel tersebut, yaitu untuk siapa kurikulum dikembangkan dan apa saja yang harus tertuang dalam kurikulum agar

sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu, desain suatu kurikulum harus

memiliki kesesuaian dengan tuntutan atau kebutuhan peserta.

(23)

Komponen kurikulum akan menginformasikan tentang apa yang hendak

dilakukan dan apa yang hendak diperoleh peserta pelatihan. Dalam

penelitian ini, komponen-komponen kurikulum akan dijadikan sebagai

variabel dalam penelitian. Komponen-komponen kurikulum secara

langsung akan berpengaruh terhadap keberhasilan program pelatihan.

Komponen-komponen tersebut, terdiri dari rumusan kriteria performansi,

rumusan tujuan performansi, organisasi isi, sistem penilaian hasil belajar,

dan paket belajar (modul).

Mengacu kepada variabel-variabel yang hendak diteliti, penelitian ini

akan dilakukan dengan mengikuti paradigma sebagai berikut.

Masukan Hasil evaluasi kurikulum (Kekuatan / Kelemahan) Kurikulum Hasil penilaian kebutuhan Kaidah-kaidati pendekatan berdasarkan kompetensi Proses

Model Desain Kurikulum Berdasarkan Kompetensi Kriteria Tuju an Isi Penilai -an Paket belajar (modul) Balikan

Gambar 1.3. : Paradigma Penelitian

Keluaran

Tamatan

(24)

Dalam kegiatan pelatihan, fungsi kurikulum adalah sebagaf

dalam mencapai tujuan pelatihan. Dengan demikian, hal-hal yang tertuang

dalam komponen-komponen kurikulum dapat untuk mengarahkan peserta

dalam meningkatkan kompetensinya. Kompetensi yang dimaksud di sini,

mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap

(afektif). Pengetahuan merupakan informasi yang tersimpan atau

terstruktur. Keterampilan merupakan serangkaian tindakan mengamati,

mengungkapkan kembali, merencanakan, melakukan yang bersifat

reproduktif maupun bersifat produktif. Afektif merupakan nilai-nilai, sikap

dan perasaan sebagai landasan (fundamen) aspek-aspek perilaku secara

keseluruhan.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian ini akan digunakan berbagai peristilahan. Jenis dan definisi operasional masing-masing peristilahan tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Desain kurikulum

Desain kurikulum merupakan proses terencana dalam melakukan

pengorganisasian unsur-unsur atau komponen-komponen dalam

kurikulum.

Termasuk didaiamnya adalah:

analisis pekerjaan,

(25)

sumber-sumber belajar, strategi penyajian pembelajaran

(delivery

system), evaluasi hasil belajar, monitoring dan evaluasi.

2. Pelatihan berdasarkan kompetensi

Kegiatan pelatihan yang memfokuskan pada upaya meningkatkan

sejumlah kompetensi yang dibutuhkan peserta untuk meiaksanakan

tugas-tugas atau pekerjaan tertentu di lapangan (sekolah). Kompetensi tersebut merupakan spesifikasi dari pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif) yang

diturunkan atau diderivasi dari tugas-tugas riil dalam pekerjaan

tertentu di lapangan.

3. Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian (SMK Pertanian)

Sekolah Menengah Kejuman Pertanian merupakan satuan

pendidikan yang termasuk dalam jalur pendidikan kejuruan di bidang

pertanian.

Pendidikan

kejuruan

merupakan

pendidikan

yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang

pertanian.

4. Guru SMK Pertanian program keahlian Teknologi Hasil Pertanian

spesialisasi Pengolahan Hasil Pertanian

(26)

tercakup dalam Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian di

SMK Pertanian.

5.

Kurikulum pelatihan guru SMK Pertanian program keahlian Teknologi

Hasil Pertanian

Kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pelatihan

gum SMK Pertanian program keahlian Teknologi Hasil Pertanian

tahun 2001 di PPPG Pertanian Cianjur.

6. PPPG Pertanian

Suatu lembaga yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional yang memiliki kewenangan meiaksanakan kegiatan penataran atau pelatihan bagi guru-guru SMK Pertanian

se-Indonesia.

7. Evaluasi kurikulum pelatihan.

Evaluasi terhadap dokumen kurikulum pelatihan yang diterapkan di

PPPG Pertanian untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan

kekuatan yang ada. Kelemahan-kelemahan atau

kekuatan-kekuatan tersebut ditinjau dari kelengkapan persyaratan-persyaratan

(27)

analisis pekerjaan, perumusan tujuan, perumusan kriteria keberhasilan,

organisasi sumber-sumber belajar, penyajian pembelajaran

(delivery

system), evaluasi hasil belajar, monitoring dan evaluasi.

8. Kekuatan dan kelemahan kurikulum pelatihan

Kekuatan dan kelemahan yang ada pada kurikulum pelatihan yang

ditemukan melalui proses evaluasi kurikulum. Kekuatan merupakan

hal-hal yang dinilai baik yang terkandung dalam kurikulum sehingga

perlu dipertahankan dan bahkan dikembangkan. Kelemahan

merupakan permasalahan yang ada pada kurikulum pelatihan yang

diterapkan di PPPG Pertanian dan perlu segera diatasi.

9. Pengembangan kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi

Pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi adalah prosedur

atau langkah-langkah pengembangan kurikulum yang didasarkan

kepada kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan peserta pelatihan

untuk meiaksanakan tugas-tugasnya di lapangan. Langkah-langkah pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi, terdiri dari

identifikasi kompetensi dan pengembangan desain kurikulum.

10. Penerapan penilaian kebutuhan (need assessment) dalam

(28)

Proses pemanfaatan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dalam

menetapkan jenis kurikulum yang akan dikembangkan.

F. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari perumusan dan pembatasan masalah dapat diketahui ruang lingkup masalah yang akan dikaji. Selanjutnya, agar penelitian ini lebih terarah kepada masalah yang dituju, maka akan digunakan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Kekuatan dan kelemahan apa yang ada dalam kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG Pertanian. Pertanyaan ini meliputi bagaimanakah penerapan pendekatan kompetensi dalam

pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian, apakah

kurikulum dikembangkan atas dasar ide tertentu, apakah kurikulum

disusun atas dasar hasil penilaian kebutuhan, apakah

komponen-komponen dalam kurikulum dikembangkan sesuai dengan

kaidah-kaidah pendekatan kompetensi.

2. Bagaimanakah hasil penilaian kebutuhan yang dilakukan oleh PPPG

(29)

kebutuhan dalam perencanaan atau penyusunan desain kurikulum

pelatihan yang akan dikembangkan?.

3. Bagaimanakah menyusun model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi. Pertanyaan ini, meliputi: bagaimanakah

mengidentifikasi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan di

lapangan kerja, bagaimanakah memmuskan tujuan performansi,

mengorganisasi isi kurikulum, memilih strategi pembelajaran,

mengembangkan sistem penilaian, dan mengembangkan paket

beiajar (modul).

4. Bagaimanakah bentuk desain kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi. Pertanyaan ini berkaitan dengan apakah karakteristik

dan prinsip-prinsip penting pendekatan pelatihan berdasarkan

kompetensi telah terkandung dalam desain kurikulum pelatihan yang

dikembangkan dan bagainanakah bentuk formatnya.

G. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan pendidikan yang

memfokuskan pada model desain kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi yang ditujukan untuk pelatihan guru kejuruan SMK Pertanian,

program keahlian Teknologi Hasil Pertanian, spesialisasi Penanganan dan

(30)

meningkatkan kompetensi guru-guru kejuruan yang selama ini dinilai

masih

kurang

serta

upaya

menyesuaikan

kurikulum

dengan

perkembangan yang ada.

Kompetensi kejuman yang dimaksud, meliputi pengetahuan,

keterampilan dan sikap kejuruan yang diperlukan untuk membekali

peserta didik SMK Pertanian agar siap bekerja. Guru yang memiliki

kompetensi sebagaimana dipersyaratkan dunia kerja diharapkan mampu

berkompetisi memajukan mutu pembelajaran kejuruan di sekolah. Hal ini

secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu tamatan SMK Pertanian.

Apabila kondisi seperti ini dapat terus tercipta, maka peningkatan angka

pengangguran tenaga kerja tingkat menengah dapat dicegah.

Dalam upaya mencapai maksud tersebut, maka penelitian ini

diarahkan kepada:

1.

Menemukan kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang

ada dalam kurikulum pelatihan yang digunakan selama ini. Dalam

model yang akan dikembangkan, kelemahan-kelemahan yang ada

diupayakan untuk diatasi. Sedang, kekuatan-kekuatan yang dimiliki

(31)

2.

Mengkaji

hasil

penilaian

kebutuhan

untuk

kepentingan

perencanaan/penyusunan kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi. Hal ini sangat penting dilakukan, karena salah satu

indikator kurikulum yang tepat guna, bila kurikulum tersebut dapat

memenuhi kebutuhan peserta pelatihan secara khusus dan

masyarakat pada umumnya.

3.

Mengkaji konsep pendekatan kompetensi yang digunakan sebagai

dasar dalam penyusunan desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi. Model desain kurikulum pelatihan dengan berpedoman pada model pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi. Karena itu, kaidah-kaidah pendekatan kompetensi tersebut harus terkandung dalam model desain kurikulum yang dihasilkan.

4. Mendapatkan model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi gum sehingga dapat efektif dalam meiaksanakan tugas-tugasnya di lapangan.

H. MANFAAT PENELITIAN

Kurikulum yang dikembangkan untuk tujuan apapun, pada dasamya

(32)

pelatihan yang telah ditetapkan. Hal ini karena kurikulum merupakan salah

satu alat untuk mencapai tujuan tersebut. Atas dasar itu, kurikulum yang

diterapkan di PPPG Pertanian perlu terus-menems dikaji efetivitas dan

efisiensinya guna

mengetahui

apakah

kurikulum

tersebut perlu

disempurnakan atau diperbaiki, ditinggalkan atau dikembangkan. Hasil

penelitian ini secara umum diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi para pengembang kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian

dalam memahami model pengembangan kurikulum berdasarkan

kompetensi dan dalam rangka menerapkan model tersebut pada

pengembangan kurikulum pelatihan untuk bidang keahlian pertanian yang

lain.

Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan bagi para widyaiswara dalam memahami konsep

pendekatan kompetensi serta penerapan konsep tersebut dalam kegiatan

pembelajaran di Instalasi Teknologi Hasil Pertanian. Sebagai dasar

pertimbangannya, karena pendekatan berdasarkan kompetensi, baik

secara teoritik maupun empirik terbukti dapat meningkatkan kompetensi

peserta pelatihan sesuai dengan kebutuhannya.

Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat dijadikan sebagai model

(33)

kompetensi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.

Dengan demikian, setiap instalasi akan memiliki kurikulum pelatihan yang

telah dianalisis kesesuaiannya dengan karakteristik bidang keahlian yang

dipelajari serta sumberdaya yang tersedia di instalasi masing-masing.

Bagi Kepala PPPG Pertanian yang memiliki kewenangan dalam

mengambil keputusan. Hasil penelitian ini merupakan bahan informasi

yang dapat dipercaya dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan

sebelum mengambil keputusan. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan

yang menyangkut pengembangan dan penerapan model desain kurikulum

pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG Pertanian dapat mendukung

keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut.

Bagi

program

studi

Pengembangan

Kurikulum,

Program

Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan

model-model desain kurikulum pelatihan yang bersifat dapat diterapkan

(applicable)

dalam praktik-praktik pengembangan kurikulum di lapangan.

Karena prosedur pengembangan kurikulum yang praktis, efisien dan

efektif, dengan tanpa meninggalkan aspek-aspek ilmiah, sangat

(34)
(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metoda dan prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu mulai dari persiapan

hingga akhir penelitian serta instmmen yang digunakan dan unsur-unsur

yang teriibat. Untuk memudahkan dalam memahami bab ini, dalam

penyajiannya akan dikelompokkan ke dalam beberapa sub bab, yaitu: sub

bab metoda penelitian, instmmen penelitian, responden, tempat dan

subyek penelitian, prosedur penelitian, serta teknik analisis dan

pengolahan data. Uraian masing-masing sub bab tersebut sebagai

berikut.

A. Metoda Penelitian

Penelitian ini mempakan penelitian pengembangan pendidikan yang

berupa model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi bagi

gum SMK Pertanian, program keahlian Teknologi Hasil Pertanian.

Penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan model desain kurikulum yang

sesuai untuk meningkatkan kompetensi kejuruan peserta pelatihan (guru)

(36)

Pengembangan model desain kurikulum sebagaimana dimaksud

akan dilakukan dengan metoda Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan

(Research and Development).

Prinsip metoda ini, adalah

mengembangkan suatu produk pendidikan, mengujicobakan produk di

lapangan, dan menyempurnakan produk berdasarkan data dari lapangan.

Sebagai dasar pertimbangan pemakaian metoda

Research and

Development,

diantaranya

bahwa

metoda

ini

dapat

untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan merupakan

strategi untuk meningkatkan pendidikan. Dengan demikian, metoda ini

sangat sesuai dan tepat digunakan untuk penelitian pengembangan model

desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang merupakan

salah satu bentuk produk pendidikan.

B. Instrumen Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan dua jenis instrumen.

Pertama,

instrumen untuk menjaring data dalam rangka menemukan

kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kurikulum pelatihan yang diterapkan

di PPPG Pertanian. Instrumen ini terdiri dari kuesioner dan pedoman

wawancara yang dikembangkan dengan mengacu kepada karakteristik

evaluan (kurikulum yang dievaluasi).

Kedua,

instrumen yang digunakan

dalam rangka uji coba pendahuluan model desain kurikulum pelatihan

(37)

berupa kuesioner untuk menjaring informasi, masukan atau tanggapan

dalam rangka validasi model desain kurikulum pelatihan dan pedoman

observasi dalam rangka simulasi penerapan model desain kurikulum

pelatuhan di lapangan (PPPG Pertanian). Instrumen-instmmen tersebut

akan dijelaskan lebih lanjut dalam prosedur penelitian.

1. Instrumen Evaluasi kurikulum

Instrumen evaluasi kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian

dikembangkan dengan mengacu kepada kriteria evaluasi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Kriteria evaluasi yang dimaksud disusun dengan

pendekatan fidelity, yaitu suatu kriteria yang dikembangkan dari

karakteristik kurikulum itu sendiri, sehingga instrumen ini tidak bersifat

umum. Kriteria fidelity menuntut validitas bukan reliabilitas (S. Hamid

Hasan, 1988:131), atas dasar itu prosedur standarisasi untuk

menegakkan reliabilitas instrumen tidak dilakukan.

Penggunaan kriteria fidelity didasarkan atas pertimbangan bahwa

kurikulum yang akan dievaluasi memiliki karakteristik yang spesifik, yaitu

dikembangkan untuk tujuan tertentu dan hanya berlaku untuk kegiatan

pelatihan di PPPG Pertanian. Penggunaan instrumen evaluasi ini

dimaksudkan untuk menjaring informasi mengenai kekuatan-kekuatan dan

(38)

Komponen kurikulum yang dievaluasi ditentukan berdasarkan

komponen-komponen yang menjadi persyaratan suatu kurikulum sebagai

rencana (dokumen kurikulum). Komponen-komponen tersebut sekaligus

merupakan karakteristik dari kurikulum yang dievaluasi. yaitu kuriMum

pelatihan berdasarkan kompetensi. Alur penyusunan kriteria evaluasi

hingga menjadi instrumen evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut

Karakteristik

Kurikulum

Berdasarkan Kompetensi

Kegiatan

Persyaratan

Dokumen Kurikulum

Identifikasi Komponen Kurikulum

yang Dtevafuasi

Pengembangan Kriteria Evaluasi

Berdasarkan Karakteristik

Pendekatan kompetensi

Penyusunan Kuesionerdan

Panduan Wawancara

Dokumen yang

Dihasilkan

^ Jenis-jenis komponen

fcurikulum yang dievafuast

Kriteria evaluasi

Kueasioner dan panduan wawancara

Gambar 3r Su^^

dan 'n~ ^uasi

Dari langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi sebagaimana

disampaikan di atas, pada akhirnya akan diperoleh kuesioner dan

panduan wawancara yang diharapkan dapat untuk menjaring data dan

(39)

Panduan wawancara diarahkan untuk menjaring data dan informasi

tentang:

1.

2.

Latar belakang penerapan pendekatan pelatihan berdasarkan

kompetensi pada pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG

Pertanian.

Prinsip-prinsip penting pendekatan berdasarkan kompetensi

yang digunakan sebagai acuan utama dalam pengembangan

kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang dilakukan di

PPPG Pertanian

3.

Prosedur pengembangan kurikulum pelatihan berdasarkan

kompetensi yang dilakukan di PPPG Pertanian.

4.

Unsur-unsur yang teriibat dalam pengembangan kurikulum

pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG Pertanian dan

peran masing-masing unsur tersebut.

Kuesioner diarahkan untuk menjaring apakah kurikulum yang

diterapkan di PPPG Pertanian telah dikembangkan sesuai dengan

kaidah-kaidah pendekatan kompetensi dan apakah telah memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum. Secara garis besar kuesioner

tersebut berisikan:

1• Apakah kurikulum dikembangkan atas dasar ide atau

pemikiran-pemikiran yang telah dikaji kesesuaiannya dengan bentuk atau

model kurikulum tersebut.

2. Apakah Landasan pengembangan kurikulum yang digunakan

sesuai dengan karakteristik kurikulum tersebut.

3.

Apakah desain kurikulum dikembangkan atas dasar hasil

(40)

4.

Bagaimanakah rumusan tujuan yang tertuang di dalam

kurikulum.

5.

Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulumnya dan sistem

penyajiannya.

6.

Bagaimanakah manajemen pembelajaran yang diterapkan.

7. Bagaimanakah sistem penilaian hasil belajar yang digunakan.

8. Apakah kurikulum didokumentasikan dengan format yang

mudah dipahami.

9. Apakah kurikulum didokumentasikan dengan bahasa yang

mudah dipahami.

2. Instrumen uji coba pendahuluan tahap I(validasi) model desain

kurikulum pelatihan

Instmmen ini terutama dimaksudkan untuk mengetahui apakah

model desain kurikulum yang dikembangkan telah memenuhi

kaidah-kaidah sebagai kurikulum berdasarkan kompetensi sehingga valid untuk

dioperasionalkan. Data dan informasi yang dijaring, pada prinsipnya sama

dengan instrumen pertama. Namun, karena tujuan validasi ini untuk

menjaring masukan-masukan yang diperlukan untuk penyempumaan

buram desain kurikulum yang dihasilkan, maka pertanyaan-pertanyaan

yang disusun bersifat terbuka.

Input (masukan) dalam penyusunan model desain kurikulum

Apakah penyusunan desain kurikulum didasarkan pada ide atau

pemikiran-pemikiran yang melandasi penerapan konsep

(41)

Apakah penyusunan desain didasarkan pada kekuatan dan

kelemahan yang ditemui pada kurikulum terdahulu.

Apakah penyusunan model desain kurikulum didasarkan pada

hasil penilaian kebutuhan.

b.

Proses penyusunan model desain kurikulum

Apakah prosedur pengembangan kurikulum berdasarkan

kompetensi diikuti sesuai dengan alur yang telah ditentukan.

Apakah pengembangan desain melibatkan ahli di bidang

pengembangan kurikulum dan ahli di bidang mata pelajaran.

c.

Produk (Model Desain Kurikulum Pelatihan Berdasarkan

Kompetensi)

Apakah ide atau pemikiran-pemikiran yang melandasi

pengembangan model desain kurikulum diterjemahkan ke

dalam dokumen.

• Bagaimanakah susunan program kurikulum

Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulum

Bagaimanakah proses penyajian pembelajaran

(delivery

system)

Apakah dalam pembelajarannya menggunakan sumber-sumber

belajar yang tersedia, baik di dalam maupun di luar (di sekitar)

PPPG Pertanian

Bagaimanakah sistem evaluasi hasil belajar yang diterapkan

Bagaimanakah manajemen pembelajarannya

(42)

3. Instrumen uji coba pendahuluan tahap I. (simulasi) mode, desain

kurikulum pelatihan

Instrumen ini berupa panduan observasi yang dimaksudkan untuk

mengumpu.kan data tentang penerapan mode, desain kuriku.um pelatihan

di lapangan. Informasi yang dijaring ditekankan pada ha.-hal yang

berkaitan dengan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran berdasarkan

kompetensi, yaitu:

a. Pemahaman responden tentang konsep pendekatan kompetensi

• Bagaimanakah pemahaman responden terhadap latar belakang

penerapan konsep pendekatan berdasarkan kompetensi.

Bagaimanakah pemahaman responden terhadap karakteristik

pendekatan berdasarkan kompetensi.

b- Penerapan kurikulum berdasarkan kompetensi dalam kegiatan

pelatihan

Bagaimanakah

penerapan

komponen-komponen

desain

kurikulum pelatihan dalam kegiatan pelatihan

Bagaimanakah penerapan rambu-rambu pelaksanaan dalam

kegiatan pelatihan

c

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kompetensi.

Bagaimanakah pemahaman responden terhadap desain

(43)

Bagaimanakah persiapan responden sebelum meiaksanakan

pembelajaran berdasarkan kompetensi

Bagaimanakah

pelaksanaan

pembelajaran

berdasarkan

kompetensi, meliputi penyajian materi hingga penilaian hasil

belajar

Bagaimanakah evaluasi program pembelajaran dilakukan.

C. Responden

Mengacu pada jenis instrumen yang digunakan, maka dalam

penelitian ini ada tiga kelompok responden yang akan dilibatkan, yaitu: 1)

responden dalam kaitannya dengan evaluasi kurikulum, 2) responden

dalam rangka uji coba pendahuluan tahap | (validasi) mode, desain

kurikulum yang dikembangkan, dan 3) responden pada uji coba tahap II

(simulasi) penerapan model desain kurikulum pelatihan di lapangan.

Agar data dan informasi yang diperoleh dapat akurat sesuai dengan

yang dibutuhkan, maka responden yang diharapkan teriibat adalah

personal-persona, yang memahami tentang pengembangan kuriku.um.

Karakteristik masing-masing responden tersebut, adalah sebagai berikut.

1. Responden dalam Evaluasi Kurikulum

Manusia (responden), terdiri dari staf bidang pelayanan teknis PPPG

(44)

dikumpulkan, meliputi: ide atau pemikiran-pemikiran yang melatar

belakangi penerapan pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi

pada kurikulum peiatihan di PPPG Pertanian, penerapan ^

assessment

dalam perencanaan kurikulum, langkah-langkah

pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, dan unsur-unsur

yang teriibat, persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum.

2. Responden dalam Uji Coba pendahuluan tahap I Model Desain

Kunkulum Pelatihan Berdasarkan Kompetensi

Responden pada tahap ini, terdiri dari para ahli pengembang

kurikulum dan ahli materi pembelajaran di bidang penanganan dan

pengolahan hasil pertanian. Data dan infom,asi yang dijaring berupa

masukan-masukan yang dibutuhkan dalam penyempumaan atau

perbaikan buram desain kurikulum pelatihan yang dihasilkan serta

untuk mengetahui tingkat validitas dokumen sebelum diujicobakan

tahap II di PPPG Pertanian.

3. Responden da!am Uji Coba pendahuluan tahap I, Model Desain

Kurikulum Pelatihan Berdasarkan Kompetensi

Sebagai responden pada tahap ini, yaitu widyaiswara dan guru^uru

SMK Pertanian. Seperti halnya pada ujicoba tahap pertama. uji coba

tahap kedua ini dimaksudkan pula untuk menjaring masukan yang

(45)

kurikulum yang telah disempurnakan pada tahap I. Dari hasil u

tahap II ini diharapkan dapat diperoleh model desain kuriku

pelatihan yang siap dioperasionalkan.

D. Tempat Penelitian

Penelitian pengembangan model desain kurikulum pelatihan

berdasarkan kompetensi bagi gum SMK Pertanian ini dilaksanakan di

PPPG Pertanian, tepatnya di laboratorium pengolahan hasil pertanian,

bangsal unit produksi pengolahan nata de coco dan laboratorium

pengendalian mutu, Instalasi Teknologi Hasil Pertanian.

E. Prosedur Penelitian

Menumt Walter R. Borg dan Meredith Damien Gall (1983) dalam

menerapkan metoda Research and Development ada sepuluh langkah yang harus dilalui, yaitu: 1) pengkajian dan pengumpulan informasi, 2)

perencanaan, 3) pengembangan pendahuluan bentuk produk, 4) uji coba

pendahuluan di lapangan, 5) penyempumaan produk berdasarkan data uji coba pendahuluan, 6) Uji coba utama lapangan, 7) perbaikan produk berdasarkan data uji coba utama, 8) Uji coba lapangan secara riil, 9)

penyempumaan produk akhir, 10) diseminasi dan implementasi.

(46)

Dengan adanya faktor-faktor pembatas yang sulit dihindari dalam

penelitian ini, maka tidak semua langkah dalam metoda

Research and

Development

dapat dilaksanakan. Namun demikian, upaya untuk

memvalidasi dokumen hasil pengembangan tetap dilakukan agar tidak

mengurangi esensi penggunaan metoda tersebut. Langkah-langkah yang

dimaksud, terdiri dari: 1) studi pendahuluan dalam rangka pengkajian dan

pengumpulan informasi yang ada di lapangan; 2) perencanaan

pengembangan model desain kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi; 3) pengembangan pendahuluan model desain kurikulum

pelatihan berdasarkan kompetensi; 4) uji coba pendahuluan tahap I di

lapangan dalam bentuk validasi dokumen model desain kurikulum

pelatihan oleh para ahli dibidang terkait dan uji coba pendahuluan tahap II,

berupa simulasi kegiatan pembelajaran berdasarkan kompetensi di

lapangan; 5) penyempumaan produk berdasarkan masukan-masukan dari

hasil simulasi.

Berdasarkan iangkah-langkan sebagaimana disampaikan di atas,

penelitian ini akan terbagi ke dalam 4tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, 2)

pengumpulan data di lapangan, 3) pemodelan, 4) uji coba dan perbaikan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang

(47)

akan dikembangkan. Kegiatan yang dilakukan dalam studi pendahuluan

adalah 1) survei awal di PPPG Pertanian, 2) evaluasi kurikulum pelatihan

yang diterapkan di PPPG Pertanian, dan 3) pengkajian hasil penilaian

kebutuhan pelatihan yang dilakukan PPPG Pertanian.

a. Survei awal di PPPG Pertanian

Survei ini dilakukan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan

dengan penerapan konsep pelatihan berdasarkan kompetensi di PPPG

Pertanian. Hasil survei awal akan digunakan sebagai masukan dalam

merancang instrumen penelitian. Pada saat survei, peneliti melakukan

studi dokumen kurikulum pelatihan yang diterapkan di PPPG Pertanian

dan wawancara dengan widyaiswara, pengembang kurikulum dan staf

bidang pelayanan teknis.

Berdasarkan informasi yang diperoleh

menunjukkan,

bahwa

kurikulum pelatihan guru bidang keahlian Teknologi Hasil Pertanian,

Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian yang selama ini diterapkan di

PPPG Pertanian, disusun dengan pendekatan kompetensi. Penerapan

pendekatan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa pelatihan

yang dilaksanakan dengan pola konvensional selama ini, terbukti kurang

efektif untuk meningkatkan kemampuan guru sebagaimana yang

(48)

pengalaman belajar secara riil sesuai dengan kondisi yang terjadi di dunia

kerja.

Disisi lain, tuntutan dunia kerja akan sumberdaya manusia yang

handal semakin mendesak. Adanya kecendemngan bahwa setiap tenaga

kerja hams memenuhi standar kemampuan tertentu dan adaptif terhadap

pembahan ilmu pengetahuan dan teknologi, menjadikan pendekatan

kompetensi diperlukan untuk dapat menyiapkan peserta pelatihan memiliki

kemampuan sesuai dengan standar kemampuan yang dituntut dunia

kerja.

Dalam kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi, terdapat

sejumlah karakteristik yang hams dipenuhi agar kurikulum tersebut dapat

berfungsi secara optimal. Diantara karakteristik tersebut yang dijadikan

sebagai acuan utama dalam pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG

Pertanian, yaitu bahwa kurikulum pelatihan disusun untuk membekali

peserta agar mampu meiaksanakan tugas-tugas di lapangan. Kurikulum

pelatihan berisikan kompetensi-kompetensi yang ditumnkan dari

pekerjaan tertentu di lapangan. Proses pembelajaran mempakan simulasi

dunia kerja. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan mendemonstrasikan

kompetensi yang telah dipelajari dan keberhasilan peserta ditentukan

(49)

Atas dasar itu, penyusunan kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian dilaksanakan dengan tahapan-tahapan: 1) melakukan analisis jabatan,

pekerjaan, tugas dan analisis kompetensi untuk setiap tugas yang teridentifikasi; 2) menetapkan kebutuhan pelatihan atas dasar data yang

diperoleh dari lapangan (sekolah); 3) menyusun program pelatihan dengan langkah-langkah: merumuskan tujuan dan hasil yang diharapkan,

menyusun kurikulum, dalam hal ini menyusun struktur program dan deskripsi materi; 4) menetapkan strategi pembelajaran; 5) menetapkan

sistem evaluasi dan sertifikasi.

Pengembangan kurikulum pelatihan di PPPG Pertanian dilakukan

oleh suatu tim dibawah koordinasi bidang pelayanan teknis. Tim terdiri dari

para widyaiswara sesuai dengan bidang terkait dan unsur-unsur dari

bidang pelayanan teknis, yaitu staf seksi program penataran, staf seksi

tatalaksana penataran dan staf seksi publikasi dan pelaporan. Widyaiswara berperan penuh sebagai pengembang kurikulum, sedang bidang pelayanan teknis berperan mengkoordinasikan hal-hal yang bersifat kebijakan.

b. Evaluasi kurikulum pelatihan yang diterapkan di PPPG Pertanian

Evaluasi kurikulum ini dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan

(50)

di PPPG Pertanian. Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai masukan (input)

pertama dalam pengembangan model desain kurikulum pelatihan. Hasil

evaluasi dokumen Kurikulum Pelatihan bagi Guru SMK Pertanian bidang keahlian Teknologi Hasil Pertanian Tahun 2001, selengkapnya sebagai

berikut.

1) Pelaksanaan Evaluasi kurikulum

Evaluasi dokumen kurikulum pelatihan PPPG Pertanian dilakukan

untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dokumen tersebut. Kondisi

yang dimaksud mencakup persyaratan-persyaratan berkaitan dengan dokumen kurikulum, yaitu landasan pengembangan kurikulum, tujuan, pengorganisasian isi kurikulum, sistem pembelajaran (delivery system),

dan penilaian hasil belajar. Evaluasi kurikulum dilakukan menggunakan

kuesioner yang disusun dengan mengacu kepada karakteristik

pendekatan pelatihan berdasarkan kompetensi. Pengembangan kriteria evaluasi dilakukan dengan pendekatan fidelity, yaitu pengembangan

kriteria yang didasarkan pada karakteristik kurikulum tersebut. Untuk

mengetahui kekuatan dan kelemahan kurikulum pelatihan yang dievaluasi,

dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan

(51)

Responden dalam kegiatan ini terdiri dari 12 orang, dengan

komposisi 10 orang widyaiswara dan 2 orang staf bidang pelayanan

teknis. Latar belakang pendidikan responden, yaitu: 3 orang berpendidikan Diploma tiga (D3), 3 orang berpendidikan Strata satu (S1) dan 6 orang berpendidikan Strata dua (S2).

2) Hasil evaluasi kurikulum

Hasil evaluasi kurikulum menunjukkan bahwa didalam kurikulum pelatihan yang selama ini diterapkan di PPPG Pertanian mengandung beberapa kekuatan dan kelemahan. Temuan-temuan yang diperoleh

sebagai berikut.

a) Kekuatan kurikulum pelatihan PPPG Pertanian

• Kurikulum dijabarkan dari landasan yang menekankan pada pembahan perilaku dan pembekalan peserta agar mampu

bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

• Kurikulum berisikan kompetensi-kompetensi yang telah

dianalisis sesuai dengan kebutuhan peserta.

• Kurikulum mudah dipahami, baik secara format dan bahasa yang digunakan.

(52)

Landasan pengembangan kurikulum belum tersajikan secara

eksplisit dalam dokumen kuriulum.

Perumusan tujuan umum dan tujuan khusus belum memberikan

gambaran yang jelas tentang apa yang dapat dilakukan peserta setelah mengikuti pelatihan.

Keterkaitan antara tujuan, isi, proses dan evaluasi dalam

dokumen kurikulum belum tampak. Masing-masing komponen

kurikulum tersajikan secara terpisah-pisah

Kriteria keberhasilan untuk setiap kompetensi tidak tertuang

dalam dokumen kurikulum.

Kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi belum dideskripsikan secara jelas ke dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Pengembangan modul belajar belum dilakukan secara sistemik

dengan program pembelajaran. Modul disusun secara terpisah

dan lebih berfungsi sebagai referensi, bukan sebagai petunjuk yang mengarahkan peserta belajar mandiri.

Kurikulum masih bersifat time based, konsep belajar tuntas

yang menjadi karakteristik pendekatan kompetensi menjadi

tidak tercapai.

Penilaian hasil belajar bersifat subyektif, belum mengacu pada

(53)

• Sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan peserta dalam

mempelajari kompetensi belum dianalisis secara komprehensif.

• Pemahaman para pengembang kurikulum terhadap konsep

pelatihan berdasarkan kompetensi masih lemah. Hal ini

menyebabkan beberapa karakteristik penting dalam pendekatan

kompetensi belum terakomodasikan secara baik ke dalam

kurikulum.

Keseluruhan tanggapan responden terhadap kurikulum pelatihan berdasarkan kompetensi yang diterapkan di PPPG Pertanian yang berhasil dijaring pada kegiatan evaluasi kurikulum dapat dilihat pada tabel

3.1. berikut ini.

Tabel 3.1. Data hasil evaluasi kurikulum yang diterapkan di PPPG

Pertanian

Ide atau Landasan pengembangan kurikulum

1. Kurikulum menekankan pada aspek perubahan

perilaku dan sikap.

2. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan

perkembangan psikologis peserta dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

3. Kurikulum dikembangkan sesuai dengan

prinsip-prinsip, bahwa belajar merupakan proses

pengembangan pemahaman baru dan mengubah

pemahaman lama.

4. Kurikulum dapat membekali peserta agar dapat

bekerja di bidang tertentu.

5. Kurikulum telah mengakomodasi perkembangan

IPTEK yang terjadi di dunia kerja.

6. Pernyataan tujuan umum memberi gambaran

tentang kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari peserta selama mereka mengikuti

(54)

Ide atau Landasan pengembangan kurikulum Frekuensi (f)

Persentase

(%) 7. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan

kompetensi yang dibutuhkan untuk peningkatan

kinerja peserta.

10 83,33

8. Pernyataan tujuan umum menjelaskan apa yang

dapat dilakukan peserta setelah menyelesaikan

pelatihan.

4 33,33

9. Pernyataan tujuan khusus memuat tiga komponen,

yaitu kompetensi yang hendak dicapai, kondisi yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi dan

kriteria pencapaian kompetensi tersebut.

2 16,67

10. Kompetensi-kompetensi tersebut terkait dengan

tugas-tugas peserta di lapangan (sekolah).

12 100,00

11. Struktur program kurikulum menggambarkan ruang

lingkup isi kurikulum secara jelas.

10 83,33

12. Isi kurikulum dinyatakan dalam bentuk kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan kepada peserta.

8 66,67

13. Kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan kepada peserta diperoleh melalui proses analisis pekerjaan(job analysis)guru kejuruan di sekolah.

8 66,67

14. Kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan

kepada peserta dinyatakan secara jelas.

7 58,33

15. Kompetensi-kompetensi yang akan diajarkan

kepada peserta disusun sesuai dengan urutan (sekuen) berdasarkan tingkat kesukaran.

3 25,00

16. Setiap kompetensi dijabarkan menjadi

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan

dipelajari peserta.

5 41,67

17. Kompetensi-kompetensi yang dipelajari sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan.

6 50,00

18. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat digunakan

untuk menilai kemampuan peserta dalam meiaksanakan tugas.

8 66,67

19. Kompetensi-kompetensi tersebut dapat digunakan

sebagai subyek (butir-butir pokok) dalam validasi.

8 66,67

20. Materi pembelajaran disusun dalam bentuk unit-unit pembelajaran sehingga memudahkan peserta

dalam memahami tujuan pembelajaran.

9 75,00

21. Materi pembelajaran disusun dalam bentuk

unit-unit pembelajaran sehingga mudah dalam pengelolaannya.

8

7

66,67

22. Materi pembelajaran disusun dengan urutan yang

mudah dipahami peserta dalam belajar.

58,33

23. Pengalaman belajar disusun dalam bentuk

tugas-tugas yang harus dikuasai peserta.

6 50,00

24. Tugas-tugas belajar dikemas dalam bentuk modul 5 41,67

25. Modul yang dikembangkan dapat digunakan sebagai petunjuk tertulis dalam memahami

tugas-tugas.

(55)

Ide atau Landasan pengembangan kurikulum

26. Modul yang dikembangkan dapat diketahui bahwa

peserta diarahkan untuk belajar secara individu

atau kelompok.

27. Dalam modul dijelaskan tentang sumber belajar yang dibutuhkan untuk memahami tugas. 28. Dalam modul memuat penjelasan tentang media

pengajaran yang akan digunakan.

29. Media yang akan digunakan dapat membantu

proses belajar peserta.

30. Kemajuan belajar peserta ditentukan dengan

mendemonstrasikan kompetensi-kompetensi yang

telah dipelajari.

31. Demonstrasi kompetensi dilakukan dalam kondisi

yang nyata.

32. Pengukuran kompetensi dilakukan sesuai dengan

pernyataan kompetensi.

33. Pengukuran kompetensi dilakukan terhadap setiap

aspek yang tercakup dalam kompetensi tersebut

(pengetahuan, keterampilan, sikap).

34. Tingkat penguasaan kompetensi peserta diukur

berdasarkan standar yang telah ditetapkan

35. Apakah peserta mengetahui kemajuan belajamya sepanjang program pelatihan beriangsung.

36. Pernyataan yang menyangkut struktur, isi,

operasional, dan sumberdaya dalam kurikulum

ditulis secara jelas

37. Alokasi waktu belajar ditetapkan berdasarkan kebutuhan peserta dalam menguasai

kompetensi-kompetensi secara tuntas.

38. Ada pengayaan pengalaman belajar bagi peserta

yang lebih cepat menyelesaikan tugas-tugas dalam

mengikuti program pelatihan.

39. Peserta yang lebih cepat memenuhi persyaratan kompetensi dapat mengakhiri kegiatan belajamya

lebih cepat pula.

40. Ada periakukan khusus bagi peserta yang lamban

dalam menyelesaikan tugas-tugas selama

mengikuti program pelatihan.

41. Kegiatan belajar setiap individu dimulai sesuai dengan kemampuan awal yang dimiliki individu

tersebut.

42. Kurikulum Sebelum dioperasionalkan, dilakukan

sosialisasi terlebih dahulu.

43. Proses sosialisasi kurikulum dilakukan secara tidak

terpisah dari sistem pelatihan secara keseluruhan.

44. Riset merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari sistem pelatihan secara keseluruhan.

45. Sistem pengelolaan lembaga yang fleksibel dapat mendukung semua aspek dalam kurikulum.

(56)

Ide atau Landasan pengembangan kurikulum Frekuensi

(f)

Persentase

(%)

46. Kurikulum dikembangkan sebagai satu kesatuan

dalam suatu sistem pelatihan yang terintegrasi.

10 83,33

47. Kurikulum dapat dioperasionalkan seoagai satu

kesatuan dalam suatu sistem p

Gambar

Gambar 1.1. : Komponen Sistem Pelatihan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, telah dilakukan pengujian tentang daya antagonis bakteri endofit sebagai anti jamur dan anti nematoda pada penyakit lincat, maka

3.2 Bukti dari kompetensi harus berhubungan dengan kemampuan pemandu wisata berarung jeram berkomunikasi dalam bahasa Inggris pada tingkat operasional dasar yang berkaitan

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam Pasal 59 ayat (6) yaitu mengenai pengaturan PKWT dimana dalam perpanjangan kontrak yang lebih dari 3 tahun kerja tanpa

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan aplikasi mobile berbasis Android untuk mengidentifikasi citra daun tumbuhan obat dengan penggabungan hasil ekstraksi fitur

Pertandingan World Cup 2014 dari 3 sudut angle yang berbeda dalam 1 layar, bisa melihat pertandingan serta melihat fokus hanya pada pemain pemain bintang

Berdasarkan motif alel gen sd1 dari hasil analisis sekuen, 30 galur F 2 tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori dengan konstitusi genetik gen sd1 yang

Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Persepsi Kinestetik Terhadap Peningkatan Ketepatan Memukul Bola Softball (Studi Eksperimen Metode Latihan Jarak Pukul Bertahap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan permainan lempar shuttlecock terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob siswa usia 10-12 tahun di