11 - Volume 4, No. 4, November 2015
KESERASIAN RAMBU DAN MARKA TERHADAP
GEOMETRIK JALAN PADA JALAN ANTAR KOTA
(Studi Kasus Jalan Banda Aceh-Km.77 Batas Pidie)
Teuku Hermansyah, M. Isya 2,Sofyan M. Saleh 3Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Abstract: The main goal of highway geometric design is providing safe, efficient, and economical traffic movement. In the certain locations such as sharp bend, driver needs to be informed the speed limit in order that vehicle stays on the track. In some points of roads Banda Aceh - Km. 77 Pidie regency border, there are some inharmoniuos geometric design because the road is planed to follow the existing contours to produce a bend or ramp which are many of them do not followed by sufficient vertical and horizontal alignment. Based on the description above, the driver can recognize geometric road condition well through signs and markings as the aims of this study that reviewing the existing signs towards horizontal and vertical alignmentas well as the environment through the placement of appropriate signs and markings.In this study, the research objects is the completeness of road facilities (traffic signs) that conducted directly in the field by observing the existing placement of signs and markings. In determining the appropriateness between geometric roadthrough traffic signs and road markings, the result obtained in this study about the placement of signs are stopping sight distance, decision sight distance, the placement of markings, signs, street light, and guard rail through all the completeness of road facilities did not meet the criteria of existing standards.
Key words: Harmonisation, geometric highway, traffic signs, and road markings
Abstrak:Desain geometrik jalan raya tujuan utamanya adalah menyediakan pergerakan lalu-lintas yang aman, efisien dan ekonomis. Pada lokasi-lokasi tertentu seperti tikungan tajam, pengemudi perlu diberikan informasi batas kecepatan ideal agar kendaraan tetap pada jalur jalan. Seperti diketahui ada beberapa titik pada jalan Banda Aceh – Km.77 Batas Pidie mengalami ketidak sesuaian bentuk geometrik karena jalan tersebut direncanakan mengikuti kontur yang telah ada sehingga menghasilkan tikungan maupun tanjakan yang banyak yang tidak diikuti alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal yang memadai. Berdasarkan keterangan di atas, pengguna jalan bias memahami kondisi geometrik jalan dengan baik melalui rambu dan marka, sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji kondisi rambu eksisting tehadap alinyemen horizontal dan alinyemen vertical serta lingkungan melalui penempatan rambu dan marka yang tepat, Salah satu permasalahan yang timbul dalam penulisan ini adalah ketidaksesuaian rambu dan marka. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah fasilitas kelengkapan jalan(rambu lalu lintas) dilakukan secara langsung di lapangan dengan melihat kondisi existing sejauh mana penempatan rambu dan marka yang telah dilakukan. Dalam penentuan keserasian antara geometric jalan terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan hasil yang di dapat dalam penulisan ini terhadap kesesuaian penempatan rambu adalah jarak pandang henti, jarak pandang menyiap, penempatan marka, rambu, lampu jalan dan guard rail kesemua alat kelengkapan jalan ini tidak memenuhi keriteria standar yang ada.
Volume 4, No. 3, November 2015 - 12
PENDAHULUAN
Desain geometrik jalan raya tujuan utamanya adalah menyediakan pergerakan lalu-lintas yang aman, efisien dan ekonomis. para perancang juga harus mempertimbangkan dampak sosial dan dampak lingkungan yang mungkin muncul dengan adanya pembangunan berbagai fasilitas transportasi baik yang dibangun baru maupun diperbaiki ulang, di antara sekian banyak faktor, faktor perilaku pengemudi dan kondisi lalu-lintas yang paling berpengaruh dalam mendesain geometrik jalan raya, seperti halnya jalan Banda Aceh – Km.77 BatasPidie masih ada beberapa lokasi yang perancangannya belum begitu sesuai antara geometrik jalan raya terhadap marka maupun rambu jalan. Ruas jalan Banda Aceh Km.77 Batas Pidie merupakan bagian dari ruas jalan lintas Timur Aceh.Ruas jalan ini termasuk kedalam kategori jalan arteri primer. Menurut PP No. 34 Tahun 2006 tentang jalan, jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter.
Pada lokasi-lokasi tertentu seperti tikungan tajam, pengemudi perlu diberikan informasi batas kecepatan ideal agar kendaraan tetap pada jalur jalan. Di beberapa titik pada ruas jalan Banda Aceh – Km.77 Batas Pidie, terdapat ketidaksesuaian bentuk geometrik karena jalan tersebut direncanakan mengikuti kontur yang telah ada sehingga menghasilkan tikungan maupun tanjakan yang banyak yang tidak diikuti alinyemen vertical
dan alinyemen horizontal yang memadai. Daerah ini rawan terjadinya kecelakaan.Titik-titik rawan kecelakaan ini sering disebut dengan Black Spot.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Pengertian Jalan
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama untukkesinambungan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi, seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.
Perkembangan kapasitas maupun kuantitas kendaraan yang menghubungkan kota-kota provinsi dan terbatasnya sumber dana untuk pembangunan jalan raya, untuk membangun ruas jalan baru maupun peningkatan yang diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentuakan memerlukan metode efektif dalam perancangan maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem yang ada.
Geometrik Jalan
Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada
13 - Volume 4, No. 4, November 2015 arus lalu lintas dan sebagai akses kerumah-rumah, jadi geometrik jalan juga bertujuan untuk menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu-lintas dan memaksimalkan tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan, ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Alinyemen Horizontal
Menurut Hendarsin (2000), Pada perencanaan alinyemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan yaitu bagian lurus dan bagian lengkung atau yang umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis tikungan yang digunakan antara lain:
1. Lingkaran (Full Circle) FC
2. Spiral-Lingkaran-Spiral (spiral-Circle-Spiral) S-C-S
3. Spiral-Spiral (S-S)
AlinyemenVertikal
Menurut Hendarsin (2000), Alinyemen Vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang ditinjau, berupa profil memanjang. Pada perencanaan alinyemen vertical akan ditemui kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung, disamping kedua lengkung tersebut ditemui pula kelandaian 0 (datar)
Jarak Pandang
Keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat dengan jelas dan
menyadari situasinya pada saat mengemudi sangat tergantung pada jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya. Panjang jalan didepan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi disebut jarak pandang.
Jarak pandang berguna untuk:
1. Menghindari terjadinya tabrakan yang dapat membahayakan kendaraan dan manusia akibat adanya benda yang berukuran cukup besar, kendaraan yang sedang berhenti, pejalan kaki, atau hewan- hewan pada jalur jalan.
2. Memberi kemungkinan untuk memberikan kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan lebih rendah dengan mempergunakan lajur sebelahnya.
3. Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam menempatkan rambu-rambu lalu lintas yang tepat sasaran pada setiap segmen jalan.
Menurut Sukirman (1999), jarak pandang henti minimum dapat dihitung dengan Persamaan berikut ini:
fm
V
t
V
d
254
.
278
,
0
2
………... (1) Dimana :d =jarak pandang henti minimum. V=kecepatan km/jam.
t =waktu reaksi = 2, 5 detik fm =koefisien gesekan.
Jarak pandang henti minimum dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Volume 4, No. 4, November 2015 - 14 Tabel 1 Jarak pandang henti minimum
Sumber : Sukirman (1999) KecepatanKendaraan
Bukhari, dkk (1997) menyatakan bahwa kecepatan kendaraan adalah jarak perpindahan dalam satu satuan waktu. Besarnya kecepatan punya kaitan yang erat antara jarak perpindahan dan waktu perjalanan, Kecepatan dapat digolongkan atas tiga jenis yaitu;
1. Kecepatan setempat, dipergunakan untuk mengukur kecepatan lalu-lintas pada lokasi tertentu;
2. Kecepatan jalan adalah kecepatan rata-rata yang dapat dipertahankan kendaraan selama dalam perjalanan
3. Kecepatan perjalanan, adalah kecepatan efektif untuk menampung jarak tertentu antara satulokasi asal tujuan.
Menurut Bukhari.R.A dkk, (2002) Kecepatansesungguhnya dari suatu kendaraan pada lintasan tertentu berbeda beda, suatu kendaraan pada saat tertentu memungkinkan dapat memperbesar kecepatannya, selanjutnya mungkin saja kecepatan tersebut akan turun sepanjang rute perjalanan. Karena itu ada baiknya kecepatan tersebut diklasifikasikan, klasifikasi ini akan lebih memperjelas arti masing-masing kecepatan yang disebutkan.Spot Speed yang merupakan kecepatan setempat (sesaat) pada lokasi tertentu, spot speed ini tidak berlangsung lama dia akan berubah sepanjang rute perjalanan.
Kecepatan merupakan perbandingan antara jarak dengan waktu perjalanan, seperti dapat dilihat dalam Persamaan (2) berikut ini.
t s V ... (2) Dimana : V = Kecepatan Perjalanan t = Waktu Perjalanan
s = Jarak Tempuhmenggunakan Rumus
Rambu Lalu lintas
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan, rambu lalu lintas dapat didefinisikan sebagai bagian perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.
Ada tiga jenis informasi yang digunakan oleh pemakai jalan yaitu :
1.Yang bersifat perintah atau larangan yang harus dipatuhi.
2.Peringatan suatu bahaya.
3.Petunjuk berupa arah, identifikasi tempat, fasilitas-fasilitas alat pengendalian yang efektif.
Marka Jalan
Berdasarkan Pedoman Pd T-12-2004-B tentang Penempatan Marka Jalan, marka jalandidefinisikan sebagai suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan berupa peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arah lalu Vr (km/jam) 30 40 50 60 70 80 100 120 JPH desain 25-30 40-45 55-65 75-85 95-110 120-140 175-210 240-285
15 - Volume 4, No. 4, November 2015 lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Metode Penelitian
Untuk dapat lebih mengarahkan pada jalannya penelitian dan dapat menghasilkan penelitian yang cermat dan teliti, maka dibutuhkan adanya bagan alir penelitian sebagai pedoman pelaksanaan seperti yang terlihat di bawah ini ;
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian Lokasi Penelitian
Lokasi penelitiandilakukan pada ruas jalan nasional yaitu jalan Banda Aceh – Km.77
Batas Pidie. Yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penempatan rambu dan marka terhadap geometrik jalan, titik lokasi yang dimaksud di Km 46+100 – 46+250, Km 52+300 – 52+650, Km 54+650 – 55+000, Km 63+500 – 63+850.
Rancangan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian diperlukan suatu rancangan penelitian agar dapat membantu dalam menentukan langkah penelitian.Rancangan penelitian diharapkan dapat memperlancar dalam mencapai sasaran sesuai dengan yang diinginkan.
Kegiatan penelitian ini akan dilakukan secara teratur, yaitu dengan tahapan yang sistematis yang berupa:
1. Pengumpulan data dasar penelitian yang dilakukan dilapangan dengan pengambilan literatur data yang telah ada sebagai pendukung awal.
2. Data dari lapangan kemudian diolah dalam bentuk perhitungan sistematis yang saling terkait dan untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar analisis.
3. Kajian tersebut dapat dilakukan melalui penganalisaan terhadap data primer dan sekunder yang diperoleh dari survey ke lapangandan komplikasi data sekunder. 4. Berdasarkan suatu perumusan yang akan
digunakan yang berasal dari studi pustaka selanjutnya dilakukan analisis data. Hasil dari analisis data tersebut akan dipakai sebagai dasar pembuatan kesimpulan sehingga akan muncul saran–saran.
Volume 4, No. 4, November 2015 - 16
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan ataupun diperoleh langsung di lapangan.Tujuan dari pengambilan data primer adalah untuk mencari data yang sifatnya merupakan data yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.
Data Sekunder
Data sekunder berupa data penunjang yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan yang diambil dari instansi-instansi terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, hasil penelitian terdahulu, data dari internet dan lain sebagainya. Tujuan dari pengumpulan data sekunder ini adalah untuk mendapatkan data instansi yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis.
Analisa Data
Analisis data merupakan pekerjaan yang terintegrasi setelah data didapatkan, kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek data yang akan dijadikan pembahasan adalah data kecepatan kendaraan, data kondisi jalan, data fasilitas keselamatan jalan.
Objek-objek data dalam penelitian ini pengamatan yang dilakukan dengan menganalisis dari kedua arah yaitu arah Banda Aceh – Medan dan sebaliknya arah Medan – Banda Aceh. Adapun variabel yang dijadikan
objek penelitian adalah: Kecepatan kendaraan, jarak pandang, dan variabel fasilitas alat kelengkapan jalan.
Kecepatan Kendaraan
Perhitungan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan stop watch yang berfungsi untuk mengukur waktu tempuh kendaraan, pengamatan kecepatan kendaraan pada jalan yang ditinjau dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu jarak pias pengamatan yaitu 50 meter. Pengambilan jarak 50 meter ini dilakukan karena lokasi tinjauan daerah tikungan, apabila lebih dari 50 meter dikhawatirkan akan mengganggu petugas dalam melakukan pengamatan, kemudian pengamatan dilakukan oleh tiga orang, orang pertama bertugas memberi isyarat bahwa kendaraan yang diamati telah memasuki awal titik pengamatan ditandai dengan mengangkat bendera, pada saat kendaraan telah memasuki piaspengamatan orang kedua mulai menghidupkan stop watchsampai kendaraan yang ditinjau melewati batas akhir pias pengamatan yang ditandai dengan mengangkat bendera oleh orang ketiga.
Jara Jarak Pandang
Perhitungan jarak pandang dihitung dengan menggunakan Persamaan (1) dan Persamaan (2), dalam perhitungan jarak pandang variabel yang digunakan jarak yang ditempuh kendaraan, waktu reaksi dan kecepatanrata-rata kendaraan. Kecepatan rata- rata kendaraan didapat dari kedua arah titik
17 - Volume 4, No. 4, November 2015 tinjauan yaitu arah Banda Aceh – Medan dan sebaliknya arah Medan – Banda Aceh.
Fasilitas Kelengkapan Jalan(Rambu Lalu Lintas)
Dalam melaksanakan survei fasilitas kelengkapan jalan (rambu lalu lintas) yang perlu diamati dalam tinjauan ini adalah tentang penempatan dan pengaturan rambu lalu lintas seperti : lampu, marka, pagar pengaman (guard rail), serta alat pengatur dan pengaman lainnya, sehingga dapat diestimasi fasilitas keselamatan yang perlu ditambahkan pada setiap lintasan titik tinjauan. Dari hasil perhitungan dan pengamatan kemudian semua variabel objek tinjauan akan dibandingkan dengan standar yang ada.
HasildanPembahasan
Lokasi penelitian ini adalah di lintas jalan nasional Banda Aceh Km 77 Batas Pidie, titik yang ditinjau di ruas jalan ini ada empat (4) titik di mana keempat titik ini daerah tikungan tajam dan terhalang oleh jarak pandang di mana pengguna jalan belum semua memahami kondisi geometrik terhadap penempatan rambu yang ada baik dari segi ukuran, bentuk, warna serta penempatannya apakah sudah sesuai dengan perundang undangan dan standar yang ada.
Kecepatan Kendaraan
Perhitungan kecepatan kendaraan dihitung terhadap semua jeniskendaraanyang dilakukan pada saatkendaraan melewati daerah titik tinjauan.
Tabel 2 HasilRekapitulasiKecepatan Kendaraan Rata-Rata
Jarak Pandang
Perhitungan jarak pandang dihitung pada masing-masing titik tinjauan, perhitungan jarak pandang dilakukan terhadap dua jarak pandang yaitu jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap. Berikut perhitungan jarak pandang terhadap titik tinjauan.
Adapun perhitungan jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel. 3. Perhitungan Jarak Pandang Henti
Tabel. 4. PerhitunganJarakPandangMenyiap
Fasilitas Kelengkapan Jalan
Fasilitas kelengkapan jalan yangdimaksud di sini adalah; Marka Jalan, Rambu Lalu-Lintas, Lampu Jalan, Warning
Volume 4, No. 4, November 2015 - 18 Light, dan Guard Rail.
Marka Jalan
Berdasarkantabelperhitungan di atas maka terjadi perbedaan di mana ukuran marka baik itu ukuran panjang marka maupun ukuran panjang spasi tidak mengikuti acuan standar, hasil dari survey pengamatan lapangan di semua titik tinjauan untuk kecepatan kendaraan jalan luar kota 60 Km/Jam adalah panjang marka 3 meter dan spasi 5 meter, sedangkan acuan standarnya yaitu panjang marka 5 meter sedangkan panjang spasinya 3 meter, adapun gambar dan foto kondisi lapangan dapat dilihat berikut ini :
Rambu Lalu Lintas
Dari hasiltabel perhitungan untuk rambu lalu lintas di semua daerah titik tinjauan ini juga tidak mengikuti acuan standar yang ada di mana hasil survey pengamatan lapangan untuk kecepatankendaraan jalan luar kota 60 Km/Jamukuran daun rambu 60 Cm x 60 Cm, jarak penempatan tiang rambu sebelumobjek berbahaya adalah 100 meter hingga 150 meter, sedangkan acuan standar untuk ukuran daun rambu 75 Cmx 75 Cm dan jarak penempatan tiang rambu sebelum objek berbahaya adalah 50 meter sampai dengan 75 meter, di bawah ini
adalah gambar atau foto kondisi eksisting dan gambar atau foto rekomendasi rambu lalu lintas dan warning light di empat titik tinjauan.
Lampu Jalan
Dari empat titik tinjauan hasil pengamatan lapangan untuk lampu jalan dengan kecepatan kendaraan jalan luar kota 60 Km/Jam ada tiga titik tinjauan yang belum terpasang lampu jalan yaitu:
Km 46 + 100 s/d Km 46 + 250 Km 52 + 300 s/d Km 52 + 650 Km 54 + 650 s/d Km 55 + 000
Sedangkansatutitiktinjauan lagi yaitu di Km 63 + 500 sampai dengan Km 63 + 850 telah terpasang lampu penerang jalan,di bawah ini adalah gambar atau foto kondisi eksisting dan rekomendasi lampu penerang jalan di Km 46 + 100 s/d Km 46 + 250, Km 52 + 300 s/d 52 + 650, dan Km 54 + 650 s/d 55 + 000.
19 - Volume 4, No. 4, November 2015 Guard Rail
Hasilsurvey pengamatan lapangan di empat titik tinjauan ini guard rail hanya terpasang di dua titik tinjauan yaitu Km 46 + 100 s/d Km 46 + 250 dan Km 63 + 500 s/d Km 63 + 850, kondisi guard rail di dua titik tinjauan yang sudah terpasang saat ini rusak berat maka perlu perbaikansedangkan di titik tinjauan Km 52 + 300 s/d 52 + 650 dan 54 + 650 s/d 55 + 000 belum terpasang guard rail, hal ini juga sangat membahayakan bagi pengguna jalan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Hasil yang di dapat dari beberapa jenis alat kelengkapan jalan maka di bawah ini akan diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jarak Pandang Henti
Jarak pandang henti yang di rangkum dalam penelitian ini dimana antara hasil survey pengamatan lapangan dengan acuan standar dapat dijelaskan bahwa untuk kecepatan kendaraan di empat titik tinjauan jarak pandang henti disesuikan dengan kecepatan rencana di masing masing daerah tinjauan, adapun kesimpulan yang di dapat pada Km 46 + 100 s/d Km 46 + 250 jarak pandang henti sebesar 28.86 meter dengan
kecepatan rencana 30 Km/Jam, Km 52 + 300 s/d Km 52 + 650 jarak pandang henti sebesar 62.00 meter dengan kecepatan 50 Km/Jam, Km 54 + 650 s/d Km 55 + 000 jarak pandang henti sebesar 56.35 meter dengan kecepatan rencana 50 Km/Jam, Km 63 + 500 s/d Km 63 + 850 jarak pandang henti sebesar 29.23 meter dengan kecepatan rencana 30 Km/Jam.
2. Jarak Pandang Menyiap
Jarak pandang menyiap yang di rangkum dalam penelitian ini dimana antara hasil survey pengamatan lapangan dengan acuan standar dapat dijelaskan bahwa untuk kecepatan kendaraan di empat titik tinjauan jarak pandang menyiap disesuikan dengan kecepatan rencana di masing masing daerah tinjauan, adapun kesimpulan yang di dapat pada Km 46 + 100 s/d Km 46 + 250 jarak pandang menyiap sebesar 187.58 meter dengan kecepatan rencana 40 Km/Jam, Km 52 + 300 s/d Km 52 + 650 jarak pandang menyiap sebesar 287.28 meter dengan kecepatan rencana 50 Km/Jam, Km 54 + 650 s/d Km 55 + 000 jarak pandang menyiap sebesar 265.71 meter dengan kecepatan rencana 40 Km/Jam, Km 63 + 500 s/d Km 63 + 850 jarak pandang menyiap sebesar 158.80 meter dengan kecepatan rencana 40 Km/Jam.
3. Marka Jalan
Hasil survey pengamatan lapangan juga terjadi penyimpangan tentang ukuran
Volume 4, No. 4, November 2015 - 20 panjang marka dan spasi marka jalan di
empat lokasi tinjauan ini, acuan standar ukuran panjang marka 5 meter spasinya 3 meter sedangkan menurut hasil survey pengamatan lapangan sebaliknya yaitu ukuran panjang marka 3 meter dan spasinya meter 5 meter hal ini jelas telah menyalahi aturan spesifikasi yang ada. 4. Rambu Lalu Lintas
Untuk rambu lalu lintas ini juga telah menyalahi acuan standardimana hasil surveypengamatan lapangan keempat titik tinjauan ini terjadi perbedaan ukuran baik itu ukuran tinggi tiang maupun ukuran daun rambu serta penempatannya berbeda dengan acuan standar yang ada.
5. Lampu Jalan
Untuk variabel ini dari hasil pengamatan lapangan keempat titik tinjauan hanya satu yang terpasang lampu jalan yaitu di Km 63 + 500 s/d Km 63 + 850, sedangkan tiga titik tinjauan lagi di Km 46 + 100 s/d 46 + 250, Km 52 + 300 s/d 52 + 650, Km 54 + 650 s/d 55 + 000 belum terpasang sama sekali hal ini sangat membahayakan bagi pengguna jalan saat melintasi di titik tinjauan terutama saat malam hari.
6. Guard Rail
Guard rail ini sama halnya seperti lampu jalan hanya dua titik tinjauan saja yang terpasang yaitu Km 46 + 100 s/d 46 + 250 dan Km 63 + 500 s/d Km 63 + 850 kedua guard rail ini sudah mulai rusak berat, sedangkan dua titik tinjauan lagi belum terpasang ini juga sangat berbahaya bagi
pengguna jalan.
Saran
Dari hasil perhitungan dan survey pengamatan lapangan yang telah di lakukan pada ruas jalan nasional yaitu jalan Banda Aceh – Km.77 batas Pidie ke semua variabel yang di tinjau masih banyak penyimpangan tidak mengikuti acuan standar yang ada, untuk itu perlu disarankan bagi pengambil kebijakan dan instansi terkait masalah prasarana transportasi darat terutama di daerah tinjauan ini perlu perbaikan dan penyempurnaan pemasangan rambu, marka, lampu jalan, guard rail dan alat kelengkapan jalan lainnya yang sesuai dengan spesifikasi dan acuan standar yang ada.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bukhari, R.A, dkk 1997, RekayasaLalu – Lintas, Bidang Studi Teknik Transportasi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Bukhari, R.A, dkk 2002. Rekayasa Lalu –Lintas I. Bidang Studi Teknik Transportasi Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Departemen Pekerjaan Umum, 2004. Pedoman Tentang Penempatan Marka Jalan Pd T-12-2004-B, Balitbang Departemen PU Jakarta. Hendarsin, S. L. 2000. Penuntun Praktis
Perencanaan Teknik Jalan Raya, Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, Bandung.
Sukirman, S. 1999. Dasar–dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung.