• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktikum Identifikasi Proteus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Praktikum Identifikasi Proteus"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PROTEUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak

memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.

Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai

keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi. Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh

bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum kelihatan atau subklinis dan inang merupakan “pembawa” bakteri (Brooks, dkk 2005).

Kuman yang termasuk genus Proteus tumbuh secara aerob berbentuk batang pendek/panjang berpasangan atau berantai yang bersifat gram negative (mengikat warna merah dari fuchsin), ada yang coccobacilli, polymorph, tidak mempunyai spora, tidak berkapsul serta bergerak aktif dengan flagella peritrika.

Proteus ini terdapat di alam bebas seperti air, tanah, sampah dan tinja (Proteus vulgaris). Proteus sp menimbulkan infeksi pada manusia hanya bila bekteri keluar dari saluran cerna.

(2)

Organisme ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menimbulkan bakteremia, pneumonia, dan infeksi fokal pada pasien yang lemah atau pada pasien menerima infuse intravena. Proteus morganii dan Proteus rettgeri dapat menyebabkan infeksi nosocomial (hospital-acquired) dan Proteus morganii menyebabkan diare pada anak-anak terutama di musim panas.

Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces,urin, dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah.

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri Proteus dalam sampel yang digunakan yaitu push (nanah). Selain itu, praktikum juga dimaksudnkan untuk mengetahui jenis dari bakteri Proteus dalam sampel.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifaki bakteri Proteus dalam push (nanah) dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Proteus

Penggunaan pertama istilah “Proteus” dalam tata nama bakteriologis dibuat oleh Hauser (1885) yang dijelaskan di bawah istilah ini tiga jenis organisme yang terisolasi dari daging busuk. Salah satu dari tiga spesies yang diidentifikasi oleh Hauser adalah Proteus vulgaris.

Spesies proteus menyebabkan infeksi pada manusia ketika bakteri meninggalkan saluran usus. Mereka ditemukan dalam infeksi system disaluran kencing dan menyebabkan bateremia, Pneumonia, dan lesi fokal pada pasien yang lemah atau mereka yang menerima transfuse melalui pembuluh darah. Proteus mirabilis menyebabkan infeksi system saluran kencing dan infeksi lain. Proteus Vulgaris dsn Proteus Morganella merupakan pathogen Nosokomial.

(3)

ammonia. Dengan demikian, dalam infeksi system saluran kencing dengan proteus, urin menjadi alkalin, mmembentuk batu dan tidak mungkin menimbulkan suasana asam. Gerak spontan proteus dapat berpengaruh pada invasi sistam saluran kencing. .

Strain proteus yang bergerak dengan spontan berisikan antigen H dalam penambahannya dengan somatic antigen O. Strain tertentu mempunyai polisakarida spesifik yang sama dengan beberapa Ricketsia dan mengadakan aglutinasi dengan serum dari pasien dengan penyakit Rickettsial.

Starin Proteus beragam kepekaannya terhadap antibiotic. Proteus mirabilis sering

dihambat oleh penisilin; antibiotic yang paling efektif diantaranya adalah angota aminoglicosida dan chepalosphorin.

2.2 Klasifikasi Proteus Domain : Bakteri

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Proteus

Spesies : Proteus vulgaris Proteus morganii Proteus mirabilis Proteus rittgeri. 2.3 Morfologi

Setelah tumbuh selama 24-48 jam pada media padat, kebanyakan sel seperti tongkat, panjang 1-3 um dan lebar 0,4-0,6 um, walaupun pendek dan gemuk bentuknya kokus biasa. Dalam kultur muda yang mengerumun di media padat, kebanyakan sel panjang, bengkok, dan seperti filamen, mencapai 10, 20, bahkan sampai panjang 80 um.

(4)

mereka mungkin terdistribusi tunggal, berpasangan atau rantai pendek. Akan tetapi, dalam kultur muda yang mengerumun, sel-sel filamen membentang dan diatur konsentris seperti isobar dalam diagram angin puyuh. Kecuali untuk varian tidak berflagella dan flagella yang melumpuhkan, semua jenis dalam kultur muda aktif bergerak dengan flagella peritrik.

Flagella tersebut terdapat dalam bnayak bentuk dibanding kebanyakan enterobakter lain, normal dan bentuk bergelombang kadang-kadang ditemukan bersama dalam organisme sama dan bahkan dalam flagellum yang sama. Bentuk flagellum juga dipengaruhi pH media.

Proteus vulgaris adalah berbentuk batang, Gram-negatif bakteri yang mendiami tractus usus hewan dan manusia dan dapat patogenik. P. vulgaris membentuk bagian alami dari flora usus pada hewan dan manusia, dan juga ditemukan dalam tanah dan air. Pada orang yang sistem ketahanannya tertekan dapat oportunistik patogen, menyebabkan infeksi saluran kemih, pneumonia atau septicemia. Tidak seperti relatif Proteus mirabilis, P. vulgaris tidak peka terhadap untuk ampisilin dan cephalosporins.

2.4 Siklus Hidup

Sebenarnya Proteus mirabilis merupakan flora normal dari saluran cerna manusia. Bakteri ini dapat juga ditemukan bebas di air atau tanah. Jika bakteri ini memasuki saluran kencing, luka terbuka, atau paru-paru akan menjadi bersifat patogen. Perempuan muda lebih beresiko terkena daripada laki-laki muda, akan tetapi pria dewasa lebih beresiko terkena daripada wanita dewasa karena berhubungan pula dengan penyakit prostat. Proteus sering juga terdapat dalam daging busuk dan sampah serta feses manusia dan hewan. Juga bisa ditemukan di tanah kebun atau pada tanaman

2.5 Gejala Klinis

Bakteri ini mampu memproduksi enzim urease dalam jumlah besar. Enzim urease yang menghidrolisis urea menjadi ammonia (NH3) menyebabkan urin bertambah basa. Jika tidak

ditanggulangi, pertambahan kebasaan dapat memicu pembentukan kristal sitruvit (magnesium amonium fosfat), kalsium karbonat, dan atau apatit. Bakteri ini dapat ditemukan pada batu/kristal tersebut, bersembunyi dalam kristal dan dapat kembali menginfeksi setelah pengobatan dengan antibiotik. Semakin banyak batu/kristal terbentuk, pertumbuhan makin cepat dan dapat

menyebabkan gagal ginjal.

Proteus mirabilis memproduksi endotoksin yang memudahkan induksi ke sistem respon inflamasi dan membentuk hemolisin. Bakteri ini dapat pula menyebabkan pneumonia dan

(5)

juga prostatitis pada pria.

Gejala uretritis tidak terlalu nampak, termasuk frekuensi kencing dan adanya sel darah putih pada urin. Sistitis (infeksi berat) dapat dengan mudah diketahui dan termasuk sakit punggung, nampak terkonsentrasi, urgensi, hematuria (adanya darah merah pada urin), sakit akibat pembengkakan bagian paha atas. Pneumonia akibat infeksi bakteri ini

memiliki gejala demam, sakit pada dada, flu, sesak napas. Prostatitis dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri ini, gejalanya demam, pembengkakan prostat.

Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka

2.6 Penularan dan Pengobatan

Kebanyakan kasus infeksi Proteus mirabilis terjadi pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan sarung tangan untuk pemeriksaan luka.

Infeksi Proteus mirabilis dapat diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atau sefalosporin kecuali untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan nitrofurantoin atau tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi terhadap ampisilin, trimetoprim, dan

siprofloksin. Jika terbentuk batu/kristal, dokter bedah harus menghilangkan blokade ini dahulu.

2.7 Pemeriksaan Laboratorium

Berdasarkan tes fermentasi di laboratorium, P.vulgaris memfermentasi glukosa, dan amygdalin, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau manitol. P.vulgaris juga memberikan hasil positif untuk Metil Merah (campuran asam fermentasi) dan juga bergerak aktif menggunakan flagellnya. Kondisi pertumbuhan yang optimal organisme ini berada dalam lingkungan anaerobik fakultatif dengan suhu rata-rata sekitar 23 derajat Celcius.

Bakteremia & sepsis - Enterobacteriaceae (yang Proteus adalah anggota) dan Pseudomonas spesies adalah mikroorganisme yang paling sering bertanggung jawab atas bakteremia gram-negatif.

Kehadiran dari sindrom sepsis berhubungan dengan ISK harus meningkatkan kemungkinan penyumbatan saluran kemih. Hal ini benar terutama pasien yang tinggal di fasilitas perawatan

(6)

jangka panjang, yang memiliki kateter jangka panjang saluran kencing, atau yang memiliki sejarah yang telah diketahui kelainan anatomis uretra.

ISK obstruksi - urease produksi menyebabkan pengendapan senyawa organik dan anorganik, yang mengarah ke struvite pembentukan batu. Struvite batu terdiri dari kombinasi magnesium amonium fosfat (struvite) dan kalsium karbonat-apatit. Struvite pembentukan batu dapat dipertahankan hanya bila produksi amoniak meningkat dan pH urin tinggi untuk mengurangi kelarutan fosfat. Kedua persyaratan ini dapat terjadi hanya bila urin terinfeksi dengan organisme yang memproduksi urease-seperti Proteus. Urease memetabolisme urea menjadi amonia dan karbon dioksida: Urea 2NH3 + CO2. Amonia/amonium pasangan buffer memiliki pK dari 9,0, sehingga kombinasi air kencing yang sangat kaya alkali dalam amonia. Gejala yang timbul struvite batu jarang terjadi. Lebih sering, perempuan hadir dengan ISK, nyeri panggul, atau hematuria dan ditemukan untuk memiliki pH urin terus basa (> 7.0).

2.8 Media Pembiakan

Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa bahan penghambat, dalam situasi aerob atau semianaerob, pada suhu 10-43°C.

a) Media Mac Conkay Agar (MCA)

Pertumbuhan bakteri Proteus pada media MCA memiliki cirri-ciri koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah muda, non lactose fermented, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar permukaan koloni kasar (rought)

b) Media NA

Pertumbuhan bakteri Proteus yang baik pada media NA memiliki cirri-ciri kolooni kecil, elevasi cembung, smooth, pinggiran rata, dan berwarna putih keruh

c) Media BAP (Blood Agar Palte)

Proteus pada media selektif BAP memiliki cirri-ciri koloni sedang, smooth, keeping, ada yang menjalar dan ada yang tidak menjalar, bersifat anhaemolytis.

d) Uji Biokimia

Pada ujia biokimia bakteri Proteus mampu memecah urea dengan cepat, mencairkan gelatin, glukosa dan sukrosa dipecah menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak pecah. Terlihat pada tes biokimia secara umum :

(7)

Tes positif : Motility, phenylalanine atau trypthopan deaminase, Metyl-Red test Tes negative : ONPG, fermentasi lactose, Voges-Proskauer, Lysin, Decarboxilase,

Arginine, Dihidrolisa, Malonate Broth.

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :  Objek Glass

 Ose bulat dan ose lurus

 Lampu spiritus  Bak pewarnaan  Tabung reaksi  Mikroskop  Pipet tetes  Incubator No . Media/ Test Pr. mirabilis Pr. Vulgaris Pr. penneri 1 Swarming + + + 2 H2S + + +/-3 Indole - + -4 Urease + + + 5 Gelatinase + - -6 Ornithin + - -7 Citrate +/- +/- -8 Fermentasi Maltosa - + + 9 Fermentasi Mannitol - - -10 Fermentasi Adonitol - - ?

(8)

 Korek gas

3.1.2 Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : a) Reagen

- Push (nanah)

- NaCl 0,9 %

- KOH 10%

- Safranin

- CGV (Carbol Gentian Violet)

- Alcohol 96%

- Lugol

- Indicator methyl red

- α- naftol

b) Media

- Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)

- Media MCA (Mac Conkay Agar)

- Media BAP (Bloo Agar Plate)

- Media Nutrien Agar (NA)

- Media SIM (Sulfur Indol Motility)

- Media Urea

- Media MR/VP

- Media SCA (Simon Citrat Agar)

(9)

3.2 Metode Kerja

Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Proteus adalah sebagai berikut :

Hari pertama (I)

Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB

1) Ambil push(nanah) baik pada jerawat ataupun bisul menggunakan cutton bath

yang telah dipotong dua. Masukkan dalam media BHIB. 2) Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.

Hari Kedua (II)

1) Lakukan pewarnaan gram

 Ambil suspensi bakteri pada BHIB.

 Buat sediaan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering,

fiksasi sediaan.

 Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air

mengalir.

 Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air

mengalir.

 Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.

 Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.

 Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif

100.

2) Penanaman pada media selektif MCA, ENDO, dan BAP

 Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB lalu

goreskan dipermukaan media MCA, NA, dan BAP.  Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C. Hari Ketiga (III)

 Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media

MCA, NA, dan BAP.

 Penanaman pada media TSIA. Dengan menggunakan ose lurus (nahl), tusuk

media TSIA sampai dasar tabung dan buat goresan pada daerah lereng.  Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam

dengan suhu 37˚C.

(10)

 Lakukan pewarnaan gram dengan mengambil koloni dari media TSIA.

 Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan koloni yang sama, ambil

dan tanam pada media biokimia (SIM, SCA, urea, dan MR/VP), dan gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, manitol, dan laktosa)

Hari kelima (V)

Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, SCA, MR/VP, urea, glukosa, laktosa, maltose, sukrosa, dan manitol.

 Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.

 Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.

 Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.

Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.

(11)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hari kedua (II)

 Terjadi pertumbuhan pada media ditandai dengan adanya kekeruhan pada media

BHIB.

 Berdasarkan pewarnaan gram yang telah dilakukan dengan bakteri pada suspensi

bakteri BHIB didapatkan bakteri gram negative berbentuk basil dengan susunan monobasil.

Hari ketiga (III) Hari keempat (IV) TSIA

lereng : alkali (merah) Dasar : acid (kuning) H2S : (+)

Gas : (+)

Hari Kelima (IV)

a) Media Biokimia b) Media Gula-Gula Glukosa : Positif (+) Manitol : Negatif (-) Sucrose : Positif (+) Laktosa : Negatif (-) maltosa : Negatif (-) 4.2 Pembahasan

(12)

Bakteri berbentuk bacil dan streptobacil. Bakteri berwarna merah artinya bakteri luntur pada pelunturan dengan alcohol, namun mampu mengikat zat warna pembanding yaitu safranin sehingga berwarna merah.

Hari ketiga (III)

a) Media Mac Conkay Agar (MCA)

Pada media MCA didapatkan pertumbuhan koloni yaitu memiliki ciri-ciri koloni sedang besar, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar permukaan oloni rought (kasar). Koloni berwarna putih atau merah muda disebabkan karena bakteri tidak mampu memecah laktosa pada media.

b) Media Nutrien Agar (NA)

Pada media NA.

c) Media BAP (Blood Agar Plate)

Pada media BAP didapatkan hasil pertumbuhan koloni yaitu memiliki ciri-ciri koloni sedang-besar, smooth, keeping, ada yang menjalar dan ada yang tidak menjalar. Warna koloni adalah abu-abu. Tidak terbentuk zona disekitar koloni karena tidak terjadi hemolisis (anhaemolytis)

Hari keempat (IV)

Hasil pada penanaman di media TSIA :

 Dasar pada media TSIA mengalami perubahan dari warna merah menjadi warna

kuning. Hal tersebut menandakan bahwa bakteri mampu memfermentasikan glukosa pada media sehingga terbentuk suasana asam. Sedangkan pada lereng media tidak mengalami perunahan (tetap berwarna merah) . hal tersebut

menandakan bahwa bakteri tidak mampu menfermentasikan laktosa atau sukrosa atau keduanya sehingga tidak tercipta suasana asam.

 Tidak endapan hitam pada media yang menandakan bahwa bakteri memiliki

enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis asam amino dengan gugus samping –SH sehingga akan menghasilkan H2S yang bereaksi dengan

FeSO4 dan membentuk endapan hitam FeS.

 Adanya ruangan kosong atau udara pada media menandakan bahwa bakteri

(13)

Hari kelima (V)

 Gula-gula

Positi : Hasil positif didapatkan pada beberapa gula-gula yang digunakan yaitu glukosa, dan sukrosa. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna indicator yang terdapat dalam media ini yaitu dari biru menjadi kuning. Perubahan warna tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam.

Negatif : Hasil negative diperoleh dari gula-gula seperti laktosa, maltose dan manitol. Hasil negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada media gula-gula (tetap berwarna biru). Hal tersebut menandakan bahwa bakteri tidak mampu memfermentasikan gula-gula tersebut ehingga tidak terbentuk suasana asam.

 SIM :

- S (sulfur) : Bakteri menghasilkan sulfur. Hal ini ditandai dengan terbentuknya

endapan hitam pada media, karena bakteri ini mampu mendesulfurasi cysteine yang terkandung dalam media SIM.

- I (indol) : Reaksi indol hanya bisa dilihat ketika pertumbuhan bakteri pada media

ini ditambahkan dengan reagen Covac’s. Indol dikatakan positif jika terdapat cincin merah pada permukaannya. Warna merah dihasilkan dari resindol yang merupakan hasil reaksi dari asam amino tryptopan menjadi indol dengan penambahan Covac's. Bakteri yang mampu menghasilkan indol menandakan bakteri tersebut

menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbon. Pada hasil pengamatan diperoleh Indol negatif sehingga dapat disimpulkan bakteri yang tumbuh tidak menggunakan asam amino tryptopan sebagai sumber carbonnya. - M (motility) : Pergerakan bakteri dapat terlihat pada media ini berupa berkas putih

di sekitar tusukan. Adanya pergerakan ini bisa dilihat karena media SIM merupakan media yang semi solid. Pada hasil pengamatan diperoleh motility positif. Hal ini menandakan bakteri mempunyai alat gerak dalam proses pertumbuhannya.

 MR : setelah ditambahkan dengan indicator metil red, media berubah menjadi merah.

Berarti terjadi fermentasi asam campuran (asam laktat, asam asetat, dan asam formiat) oleh bakteri.

(14)

 VP : setelah penambahan KOH 10 % dan α-nafto 1 %, warna media tidak

mengalami perunahan. Ini disebabkan bakteri tidak memfermentasikan butanadiol oleh bakteri.

 Urease : hasil yang didapatkan adalah positif sebab terjadi perubahan warna dari

kuning menjadi merah muda. Artinya bakteri dapat menghidolisis urea dan

membentuk ammonia dengan terbentunya wana merah muda karena adanya indicator phenol red.

 Simmon’s Citrate didapatkan hasil positif(+), sebab terjadi perubahan warna pada

media yakni dari hijau menjadi biru. Ini disebabkan bakteri Proteus merupakan salah satu spesies yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon untuk metabolisme dengan menghasilkan suasana basa.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil identifikasi dan isolasi yang telah dilakukan (pewarnaan, pembiakan, uji differensial, uji biokimia dan gula-gula) pada sampel urine ditemukan bakteri Proteus mirabilis..

5.2 Saran

Tubuh manusia merupakan media pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri yang paling baik. karena hal tersebut, tubuh manusia menjadi sumber penularan penyakit yang paling besar. Proteus merupakan salah satu bakteri yang biasa menginfeksi tubuh manusia.

(15)

Pada proses identifikasi bakteri frekuensi untuk terinfeksi dengan bakteri sangat tinggi. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, handscond, dan jas laboratorium sangat dianjurkan. Selain itu, kebersihan dalam proses identifikasi juga sangat diperlukan sehingga bakteri yang diisolasi bisa tumbuh dengan baik.

Oleh karena itu, sepatutnya lah kita menjaga kebersihan dan kesehatan diri kita dan lingkungan. Dengan melakukan hal-hal tersebut, frekuensi terserang penyakit bisa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan secara makroskopis pada hari ke 7 memperlihatkan koloni jamur Capnodium sp berbentuk bulat dengan permukaan koloni kasar dan seperti kapas yang

Aspergillus sp 1 yang diisolasi pada medium PDA pada umur 7 hari dengan suhu inkubasi 30 o C berwarna hijau tua, permukaan koloni mendatar dengan tekstur permukaan

Pada penelitian ini dipilih dua koloni mutan yang berukuran besar dan berwarna merah dengan asumsi bahwa koloni tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dengan

Hasil pengamatan pada penelitian sejalan dengan penelitian Subowo (2013) yang menyatakan bahwa Aspergillus sp merupakan jamur yang mempunyai ciri-ciri: koloni berwarna

Isolat SP2 mempunyai ciri – ciri morfologi bentuk koloni bulat (sirkular), warna koloni krem, sel berbentuk batang panjang dan besar (basil), mempunyai dinding yang

Pada penelitian ini dipilih dua koloni mutan yang berukuran besar dan berwarna merah dengan asumsi bahwa koloni tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat dengan

Ciri-ciri: tubuh berukuran 2 mm, Cephalotorax berwarna coklat tua dan ada garis hitam di bagian tengah, andomen berbentuk bulat dan dengan permukaan kasar

dan 10 HSI pada umumnya berwarna putih dan hijau kehitaman, sedangkan dari Desa Barusjahe (sampel 1, 2, 5, 7, 8, dan 9), warna permukaan koloni pada pengamatan 6 HSI berwarna putih