• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi Tuberculosis Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Skripsi Tuberculosis Paru"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

proposal skripsi TUBERCULOSIS PARU

proposal skripsi TUBERCULOSIS PARU

Posted: 11th April 2011 by

Posted: 11th April 2011 by subijaktosubijaktoinin UncategorizedUncategorized 20

20

PROPOSAL SKRIPSI PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERCULOSIS TENTANG TUBERCULOSIS PARU PARU DENGANDENGAN KEPATUHAN BEROBAT PASIEN

KEPATUHAN BEROBAT PASIEN

TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang

Penyakit tubercolusis atau yang sering disebut TBC adalah infeksi menular yang disebabkan oleh Penyakit tubercolusis atau yang sering disebut TBC adalah infeksi menular yang disebabkan oleh  bakteri mycobacterium tubercolusis (Danusantoso,2002). Bakteri ini merupakan bakteri basil  bakteri mycobacterium tubercolusis (Danusantoso,2002). Bakteri ini merupakan bakteri basil

yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mengobatinya, disamping rasa yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mengobatinya, disamping rasa  bosan karena harus minum obat dalam waktu yang lama seseorang penderita kadang-kadang juga  bosan karena harus minum obat dalam waktu yang lama seseorang penderita kadang-kadang juga  berhenti minum obat sebelum massa pengobatan belum selesai hal ini dikarenakan penderita  berhenti minum obat sebelum massa pengobatan belum selesai hal ini dikarenakan penderita  belum memahami bahwa obat harus ditelan seluruhnya dalam waktu yang telah ditentukan, serta  belum memahami bahwa obat harus ditelan seluruhnya dalam waktu yang telah ditentukan, serta  pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga ak

 pengetahuan yang kurang tentang penyakit sehingga ak an mempengaruhi kepatuhan untuk an mempengaruhi kepatuhan untuk   berobat secara tuntas.

 berobat secara tuntas.

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas)mortalitas), angka, angka kejadian penyakit (

kejadian penyakit (morbiditas)morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari, maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200juta orang, di indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah india dan china dalam hal 200juta orang, di indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah india dan china dalam hal  jumlah penderita TB paru sekitar 583 ribu orang dan diperkirakan sekitar 140 ribu orang

 jumlah penderita TB paru sekitar 583 ribu orang dan diperkirakan sekitar 140 ribu orang

meningal dunia tiap tahun akibat TBC. Sedangkan di jawa timur sendiri menempati urutan ke 2 meningal dunia tiap tahun akibat TBC. Sedangkan di jawa timur sendiri menempati urutan ke 2 setelah jawa barat dengan kasus

setelah jawa barat dengan kasus sekitar 37 ribu penderita (depkes RI, 200sekitar 37 ribu penderita (depkes RI, 2007). Di seluruh7). Di seluruh

kab.madiun sendiri terdapat lebih dari 230 kasus, dengan angka kematian rata-rata 10 orang tiap kab.madiun sendiri terdapat lebih dari 230 kasus, dengan angka kematian rata-rata 10 orang tiap  bulannya sedangkan di puskesmas mejayan sendiri terdapat 13 pasien tubercolusis dengan BTA  bulannya sedangkan di puskesmas mejayan sendiri terdapat 13 pasien tubercolusis dengan BTA  positif dan 4 dengan BTA negatif 1 orang putus obat (tidak patuh berobat)

 positif dan 4 dengan BTA negatif 1 orang putus obat (tidak patuh berobat)

Berhasil atau tidaknya pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien, keadaan Berhasil atau tidaknya pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien, keadaan sosial ekonomi serta dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari sosial ekonomi serta dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsunsi obat(Dr.Indan Enjang, 2002).Apabila ini dibiarkan kepatuhan pasien untuk mengkonsunsi obat(Dr.Indan Enjang, 2002).Apabila ini dibiarkan dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tubercolusis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan

tubercolusis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar kuman tersebut terus menyebar   pengendalian obat tubercolusis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka

 pengendalian obat tubercolusis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tubercolusis.

(2)

Tujuan pengobatan pada penderita tubercolusis bukanlah sekedar memberikan obat saja, akan Tujuan pengobatan pada penderita tubercolusis bukanlah sekedar memberikan obat saja, akan tetapi pengawasan serta memberikan pengetauan tentang penyakit ini untuk itu hendaknya tetapi pengawasan serta memberikan pengetauan tentang penyakit ini untuk itu hendaknya  petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada penderita dan

 petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya agar pengetauankeluarganya agar pengetauan mereka mengetahui resiko-resiko dan meningkatkan kepatuhan untuk berobat secara tuntas. mereka mengetahui resiko-resiko dan meningkatkan kepatuhan untuk berobat secara tuntas. Dalam program DOTS ini diupayakan agar penderita yang telah menerima obat atau resep untuk  Dalam program DOTS ini diupayakan agar penderita yang telah menerima obat atau resep untuk  selanjutnya tetap membeli atau mengambil obat,

selanjutnya tetap membeli atau mengambil obat, minum obat secara teratur, kembali controlminum obat secara teratur, kembali control untuk menilai hasil pengobatan.

untuk menilai hasil pengobatan.

1.1.2 Rumusan Masalah 1.1.2 Rumusan Masalah

1.2.1

1.2.1 Pertanyaan Pertanyaan MasalahMasalah

Adakah hubungan pengetahuan tuberculosis paru dengan tingkat kepatuhan berobat pasien Adakah hubungan pengetahuan tuberculosis paru dengan tingkat kepatuhan berobat pasien tuberculosis paru di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun?

tuberculosis paru di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun?

1.2 Tujuan Penelitian 1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1

1.2.1 Tujuan Tujuan UmumUmum

Mengetahui hubungan pengetahuan penyakit tuberculosis dengan tingkat kepatuhan berobat Mengetahui hubungan pengetahuan penyakit tuberculosis dengan tingkat kepatuhan berobat  pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun

 pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun 1.3.2

1.3.2 Tujuan Tujuan KhususKhusus 1.

1. MengidMengidentifentifikasi tiikasi tingkat pengengkat pengetahuan pasitahuan pasien tubercen tuberculosiulosis di puskesms di puskesmas mejayas mejayan, carubanan, caruban kab.madiun

kab.madiun 2.

2. MengidMengidentifentifikasi kepaikasi kepatuhan berotuhan berobat pasiebat pasien tubercon tubercolusilusis di puskesms di puskesmas mejayas mejayan, carubanan, caruban kab.madiun

kab.madiun 3.

3. MenganaMenganalisilisis hubungas hubungan pengetan pengetahuan penyahuan penyakit tuberkit tuberculosiculosis dengan keps dengan kepatuhan beatuhan berobatrobat  pasien tubercolusis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun

 pasien tubercolusis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun

1.3 Manfaat Penelitian 1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1

1.3.1 Bagi Bagi Instansi Instansi Pelayanan Pelayanan KesehatanKesehatan

Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya penderita tubercolusis, sehingga akan Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat khususnya penderita tubercolusis, sehingga akan meningkatkan kualitas asuahan keperawatan dan kualitas hidup penderita serta memberi

meningkatkan kualitas asuahan keperawatan dan kualitas hidup penderita serta memberi

masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit tubercolusis kepada masukan kepada petugas kesehatan tentang pentingnya penyuluhan penyakit tubercolusis kepada masyarakat khususnya penderita tubercolusis

masyarakat khususnya penderita tubercolusis 1.3.2

1.3.2 Bagi Bagi PasienPasien

Memberikan pengetahuan tentang penyakit tuberculosis dalam meningkatkan kepatuhan berobat Memberikan pengetahuan tentang penyakit tuberculosis dalam meningkatkan kepatuhan berobat  pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun

 pasien tuberculosis di puskesmas mejayan, caruban kab.madiun 1.3.3

(3)

Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang tubercolusis paru 1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan data dan sumbangan pemikiran perkembangan pengetahuan untuk peneliti selanjutnya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi

Berasal dari kata “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan terhadap sesuatu obyek tertentu, pengideraan terjadi melalui panca indra manusia. Tetapi sebagian besar 

 pengetahuan manusia diperoleh dari atau melalui mata dan telinga, (Noto atmodjo,2003) Roger (1974) yang dikutip oleh noto atmodjo (2003) mengemukakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri seseorang akan terjadi proses yang berturut-turut yaitu :

1. awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2.  Interest, yaitu orang tertarik pada stimulus.

3.  Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). H al ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5.  Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2 Sunber Pengetahuan 1. Tradisi

Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan dimana setiap orang tidak dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Tradisi merupakan kendala dalam kebutuhan manusia karena  beberapa tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat dan kebenarannya tidak pernah

dicoba dan diteliti. 2. Autoritas

Ketergantungan terhadap suatu autoritas tidak dapat dihindarkan karena kita tidak dapat secara automatis menjadi seseorang ahli dalam mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi.

(4)

Dalam memecahkan suatu permasalahan dapat berdasarkan pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan bermanfaat.

1. Trial and Error 

Kadang kita dalam menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam menggunakan alternative pemecahan melalui “coba dan salah”

1. Alasan yang logis

Dalam menyelesaikan suatu masalah berdasarkan proses penelitian yang logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah akan tetapi alasan rasional sangat terbatas.

1. Metode ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran, karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis, serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas.

(Nursalam, 2000)

2.1.3 Komponen pengetahuan (Noto atmodjo,2003) 1. Tahu

Pengetahuan berkenan dengan bahan yang dipelajari sebelumnya disebut juga istilah recal (mengingat lagi) namun apa yang yang telah diketahui hanya sekedar informasi yang diingat saja. Oleh sebab itu ini merupakan tongkat pengetahuan yang rendah.

1. Pemahaman

Adalah kemampuan mengetahui arti sesuatu bahan yang tekah dipakai dipelajari seperti menafsirkan. Menjelaskan dan meringkas tentang sesuatu kemampuan. Ini lebih tinggi dari  pengetahuan.

1. Penerapan

Adalah kemampuan menggunakan suatu bahan yang telah dipelajari dalam sesuatu yang baru atau konkrit.

1. Analisa

Adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu bahan obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam stuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya sama lain.

(5)

1. Sintesa

Kemampuan untuk menghimpun bagian dalam keseluruhan seperti merugikan tema rencana atau melihat hubungan abstrak dan sebagian fakta

1. Evaluasi

Adalah berkenan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membantu penelitian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

2.1.4 faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Faktor Eksternal

1) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apa bila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangatlah mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi seseorang (syaifudin A, 2003)

2) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan sebagai pemberitahuan sesering adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestis dibawa oleh informasi tersebut pendidikan ini biasanya digunakan.

2. Faktor internal 1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha pengaruh pelindung dan bantuan yang diberikan kepada anak  yang tertuju pada kedewasaan GBHN Indonesia tentang menngidentifikasi lain bahwa

 pendidikan diri dalam dan dari luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoadmodjo, 2003)

2) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu pengalaman sama sekali terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi penghayatan. Pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas (Syaifudin A, 2005)

(6)

Usia individu terhitung mulai dilakukan sampai berulang tahun (Elizabeth B Houspitalisasi, 1995) semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang telah dewasa akan lebih percaya dari pada seseorang yang belum cukup tinggi kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan dijiwainya (Hurlock, 1998) makin tua seseorang makin

kondusif dalam mengunakan koping masalah yang dihadapi. 4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencarian. Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi.

5) Pendapatan

Pendapatan sesuatu yang didapatkan dan sebelumnya belum ada. pendapatan erat sekali dengan status kesehatan.

6) informasi

informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh banyak informasi maka ia cenderung mempunyai  pengetahuan lebih luas.

2.1.5 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto ,2006 pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan dipersentasikan tetapi  berupa prosentasi lalu ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. baik : hasil persentasi 76-100% 2. cukup : hasil persentasi 56-75% 3. kurang : hasil persentasi < 0

2.2 Konsep Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan

Pengertian kepatuhan menurut sockett yang dikutip oleh neil niven (2000) bahwa kepatuhan  pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh

 profesional kesehatan. Orang mematuhi perintah dari orang yangmempunyai kekuasaan bukan hal yang mengherankan karena ketidakpatuhan sering kali diikuti dengan beberapa bentuk 

hukuman. Meskipun demikian, yang menarik adalah pengaruh dari orang yang tidak mempunyai kekuasaan dalam membuat orang mematuhi perintahnya dan sampai sejauh mana kesediaan orang untuk mematuhinya.

(7)

Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau

 preventif, jangka panjang atau jangka pendek. Sackett and Snow yang dikutip oleh Niven (2000) menemukan bahwa ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70- adalah

 pencegahan. Kegagalan untuk mengikuti program jangka panjan g, yang bukan dalam kondisi akut, dimana derajat ketidakpatuhannya rata-rata 50% dan derajat tersebut bertambah buruk  sesuai waktu.

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan menurut Niven (2000) antara lain adalah: 1. Pemahaman tentang intruksi

Tidak seorangpun dapat mematuhi intruksi jika dia salah paham tentang intruksi yang diberikan. Kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalammemberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah medis dan memberikan instruksi yang harus diingat oleh  pasien.

1. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan bersikap ramah dan

memberikan informasi dengan singkat dan jelas. 1. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu dan dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

1. Motivasi

Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri, keluarga, teman, petugas kesehatan dan lingkungan sekitarnya.

1. Pengetahuan

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin besar kemungkinan untuk patuh pada suatu program pengobatan.

2.2.4 Cara Mengurangi Ketidakpatuahan

Dinicola dan Dimatteo yang dikutip oleh niven (2000) mengusulkan beberapa rencana untuk  mengatasi ketidakpatuhan pasien, antara lain:

(8)

Peryataan-peryataan juga dapat meningkatkan kepatuhan seseorang, kontrak tertulis juga dapat meningkatkan keputuhan, tetapi kontrak kemungkinan dapat menjadi tidak efektif dalam kurun waktu yang lama.

1. Mengembangkan perilaku sehat dan mempertahankanya

Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh kebiasaan. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya mengubah perilaku, tetapi juga untuk mempertahankan perubahan tersebut.

1. Pengontrolan perilaku

Pengontrolan perilaku seringkali tidak cukup untuk mengubah perilaku itu sendiri. Suatu  program secara total dapat dihancurkan sendiri oleh pasien dengan mengunakan peryataan  pertahanan.

1. Dukungan sosial

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi kecemasan yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidaktaatan, dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.

1. Dukungan dari profesional kesehatan

Dukungan dari profesional kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka berguna terutama saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku  pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan

secara terus-menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu  beradaptasi dengan program pengobatannya.

1. Pendidikan pasien

Pendidikan pasien dapat meningkatkan pendidikan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku dan kaset secara mandiri.

1. Modifikasi faktor-faktor lingkungan sosial

Modifikasi faktor-faktor lingkungan sosial berarti membangun hubungan sosial dari keluarga dan teman-teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membentuk kepatuhan terhadap program-program pengobatan seperti berhenti merokok dan menurunkan konsumsi alkhohol.

(9)

Meningkatkan interaksi profesi kesehatan dengan pesien adalah suatu hal penting untuk 

memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan penjelasan kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu.

1. Perubahan model terapi

Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan pasien terlibat aktif dalam  perbuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen-komponen sederhana dalam program  pengobatan dapat diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen yang lebih

kompleks.

2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien menurut Niven (2000) adalah sebagai  berikut :

1. Keadaan penyakit

Pasien yang menderita penyakit kronis (tuberculosis paru) cenderung paling tidak patuh. Ini terutama karena harus menggunakan obat dalam jangka waktu lama dimana gejala yang terasa hanya dalam waktu singkat.

1. Keadaan pasien

Kepatuhan pasien menurun pada usia tinggi yang hidup sendiri (tidak ada yang mendorong). Tingkat ekonomi lemah, orang-orang dengan pengetahuan dan pendidikan rendah, dimana faktor   budaya atau bahasa menjadi penghalang komunikasi antara petugas kesehatan d engan pesien.

1. Petugas kesehatan

Kepatuhan pasien akan dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan dalam melayani pasiennya. Petugas yang bersifat merendah, pasien kurang yakin terhadap terapi yang diputuskan, ada hambatan dalam komunikasi karena faktor budaya, bahasa dan waktu yang disediakan.

1. Pengobatan

Kepatuhan pasien akan berkurang apabila obat yang diberikan dalam jangka waktu lama. Bentuk  dan keberhasilan kemasan yang terlalu sederhana dimana obat mudah pecah dan terkontaminasi oleh kotoran juga dapat menurunkan kepatuhan pasien untuk minum obat.

1. Struktur pelayanan

Semakin sulit tempat pelayanan kesehatan dicapai, semakin berkurang kepatuhan pasien.

(10)

2.3.1 Definisi Tuberculosis Paru

Tuberculosis paru adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobakterium tubercolosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak diparu yang  biasanya merupakan infeksi primer. Tuberculosis merupakan bakteri kronik dan ditandai oleh  pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan hipersensivitas yang diperantarai sel

(Cell Madiated Hipersensivity) (Mansjoer Arif, 2000). 2.3.2 Gejala Tuberculosis Paru

1. Demam

Dimulai dengan demam subfebris seperti influenza. Terkadang panas mencapai 40-41*C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk (Soeparman,1990)

1. Batuk darah

Batuk darah terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan membuang produk- produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah

terjadi peradangan menjadi produktif hal ini berlangsung 3 minggu atau lebih. Keadaan lanjut adalah terjadinya batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Yang merupakan tanda adanya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas. Kematian dapat terjadi karena penyumbatan bekuan darah pada saluran nafas (Soeparman, 1990)

1. Sesak nafas

Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana ilfiltrasinya sudah setengah  bagian paru (Depkes RI, 2002)

1. Nyeri dada

Terjadi bila ilfiltrasinya radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis (Depkes RI, 2002)

1. Malaise (Badan lemah)

Penyakit tuberculosis paru adalah penyakit radang yang bersifat menahan nyer otot dan keringat dimalam hari. Gejala-gejala tersebut makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur (Soeparman, 1990)

2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Tubercolusis 1. Harus ada sumber infeksi

(11)

Sumber infeksi dapat berasal dari penderita tubercolusis denga n BTA positif yang ditularkan melalui droplet. Baik itu melalui penggunaan alat makan secara bergantian tanpa dicuci terlebih dahulu ataupun pada waktu penderita batuk atau bersin.

1. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup

Semakin banyak jumlah basil yang terhirup, maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk  mengidap penyakit tubercolusis.

1. Virulensi yang tinggi dari basil tubercolusis

Apabila tingkat keaktifan kuman tinggi maka akan semakin cepat berkembang biak didalam tubuh. Selain itu akan semakin cepat pula massa inkubasinya.

1. Daya tahan tubuh yang menurun

Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya penyakit tubercolusis baru.

2.3.4 Pemeriksaan Diagnostik  1. Kultur sputum

Pemekriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukanya kuman BTA, diagnosa

tubercolusis paru sudah dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila ditemukanya sekurang-kurangya 3 batang kuman BTA pada satu sediaan dan sedikitnya dua dari tiga kali  pemekrisaan specimen BTA hasilnya nyatakan positif (Soeparman, 1990)

1. Foto thorak 

Menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan. Adanya perluasan kuman tubercolusis paru ditunjukan dengan adanya rongga atau area fibrosa (Doenges, 2002)

1. Tes tuberkulin (Mantoux)

Reaksi positif area durasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen menunjukan massa lalu dan adanya antibodi, tetapi tidak secara berarti menunjukan  penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa infeksi

disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda (Doenges,2002) 1. Pemekrisaan darah

Pada waktu kuman tubercolusis mulai aktif jumlah leukosit sedikit meninggi dan jumlah limfotsit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila sakit mulai sembuh

(12)

 jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap darah mulai turun kearah normal lagi (Soeparman, 1990)

1. Pemekrisaan fungsi paru

Terjadi penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total. Saturasi oksigen terjadi penurunan sekunder terhadap infiltrasi parenkim  paru, kehilangan jaringan paru ketika tubercolusis paru kronis sudah meluas. (Doenges, 2002)

2.3.5 Cara Penularan

1. Percikan ludah (droplet infection)

Pada saat penderita tubercolusis batuk akan mengeluarkan droplet dengan ukuran mikroskopis yang bervariatif. Ketika pertikel tersebut berada di udara, air akan menguap dari permukaannya sehingga menurunkan volume dan menaikan konsetrasi kumannya. Partikel inilah yang disebut dengan droplet (Crofton, 2002)

1. Inhalasi debu yang mengandung basil tubercolusa (air bone infection)

Seseorang yang melakukan kontak erat dalam waktu yang lama dengan penderita tubercolusis  paru akan mudah tertular karena menginhalasi udara yang telah terkontaminasi kuman

tubercolusis (Depkes RI, 2002)

2.3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Minum Obat 1. Keadaan sosial ekonomi

Makin buruk keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga makin jelek pula gizi dan hygiene lingkungannya yang akan menyebabkan rendahnya daya tahan tubuh mereka sehingga

memudahkan terjadinya penyakit. Seandainya mendapat penyakit selain mempersulit  penyembuhan juga memudahkan kambuhnya TBC yang sudah ada.

2. Kesadaran

Pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama (minimal 2 tahun terbentuk) sebab anti TBC  barulah bersifat tuberculostotica bersifat tubercuicocido. Kadang-kadang walaupun penyakitmya

agak berat sipenderita tidak merasa sakit sehingga tidak mencari pengobatan menurut hasil  penyelikan WHO 50% penderita TBC menunjukan gejala apa-apa orang ini telah berbahaya lagi

sebagai sumber penular karena bebas bercampur dengan masyarakat. 3.Pengetahuan

Makin rendah pengetahuan penderita tentang bahaya penyakit TBC untuk dirinya keluarga dan masyarakat disekitarnya maka besar pulalah bahaya sipenderita sebagai penularan baik dirumah maupun ditempat kerjanya. Untuk keluarga dan orang-orang disekitarnya, sebaiknya

(13)

 pengetahuan yang baik tentang penyakit ini akan menolong masyarakat dalam menghindarinya (Dr.indan entjang, 2000)

2.3.7 Tingkat Kepatuhan Pengobatan tuberculosis

 Niven (2000) berpendapat bahwa tingkat kepatuhan pengobatan tuberculosis paru adalah sebaga i  berikut :

1. Minum obat sesuai petunjuk 

Obat yang diminum sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh petugas kesehatan meliputi dosis, jumlah, jenis dan waktu minum obat.

1. Jadwal mengambil obat

Pengambilan obat tidak boleh terlambat. Apabila penderita telah minum obat dikhawatirkan akan terjadi resistesi obat.

1. Lama pengobatan

Lama pengobatan akan mempengaruhi terhadap kepatuhan penderita untuk berobat. Pengobatan  pada tuberculosis sendiri minimal dilakukan selama 6 bulan.

1. Macam-macam obat

Banyaknya macam-macam obat tuberculosis membuat penderita menjadi jenuh untuk berobat. Jika kurangnya pengetahuan atau motivasi maka semakin besar kemingkinan akan putus obat.

2.4 Konsep Pengobatan Tubercolusis Paru

2.4.1 Aktivitas obat 1. Aktivitas bakteresid

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteresid biasanya diukur dari kecepatan membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan permulaan pengobatan).

1. Aktivitas sterilisasi

Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi di undur dari angka kekambuhan setelah pengobatan

dihentikan (Soeparman dan Sarwono, 1999) 2.4.2 Jenis Obat

(14)

Pengobatan dengan strategi DOTS ( Direct Obseved Treadment Short Course) dipermudah dengan pengadaan obat yang telah dipadukan sesuai dengan kategori tersendiri :

1. Obat primer (obat anti tubercolusis tingkat satu) 1) Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakteresid, dapat membunuh 90% populasi dalam beberapa hari  pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolisme aktif,

yaitu pada saat kuman sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan adalah 5 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3kali seminggu dengan dosis 10 mg\kg BB.

2) Rifampisin (R)

Bersifat bakteresid, dapat membubuh kuman yang persisten (dortmant) yang tidak dapat dibunuh oleh Isonasid. Dosis 10 mg\kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

3) Pirazinamid (Z)

Bersifat bakteresid, dapat membunuh kuman yang berada didalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg\kg BB.

4) Streptomisin (S)

Bersifat bakteresid, dengan dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg BB, sedangkan pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr\hari, sedangkan untuk umur sampai 60 tahun lebih dosisnya 0,50 gr\hari. 5) Ethambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg Bbsedangkan untuk   pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg\kg BB.

1. Obat sekunder ( Anti tubercolusis acid) 1) Kanamisin

2) PAS (Para Amina Salictylic Acid) 3) Tiasetason

4) Etionamid 5) Protionamid

(15)

6) Sikloserin 7) Viomisin 8) Kapreomisin 9) Amikosin 10) Oflokasin 11) Siproflokasin 12) Norfloksasin 13) Klofazimn

(Soeparman dan Sarwono W, 1990) 2.4.3 Efek Samping Obat

1. Efek samping berat

Yaitu efek samping yang dapat menyebabkan sakit serius. Dalam kasus ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus dirujuk ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) spesialistik.

1. Efek samping ringan

Yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini sering dapat ditanggulangi dengan obat-obat simtomatik atau obat sederhana, tetapi kadang-kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini pemberian OAT dapat diteruskan. 2.4.4 Tahap Pengobatan

1. Tahap intensif ( Initial phase), selama 1-3 bulan dengan memberikan 4-5 macam obat anti tubercolusis per hari dengan tujuan :

1) Mencegah keluhan dan mencegah efek samping lebih lanjut. 2) Mencegah timbulnya resistensi obat.

Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk  mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin salama 2 bulan. Bila  pengobatan tahap intensif ini diberikan secara tepat, biasanya penderita menular jadi tidak 

(16)

menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat pada tahap intensif  sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

1. Tahap lanjutan (Continuation phase), selama 4-6 bulan dengan hanya memberikan 2 macam obat, 3 kali seminggu dengan tujuan :

1) Menghilangkan bakteri yang tersisa (efek sterilisasi) 2) Mencegah kekambuhan (relaps)

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama yaitu selama 4-6 bulan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten untuk mencegah terjadinya kekambuhan.

2.4.5 Evaluasi Pengobatan

1. Klinis biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama, selanjutnya setiap 2minggu selama tahap intensif dan seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk  darah hilang, nafsu makan bertambah dan berat badan bertambah.

2. Bakteriologis

Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan sputum BTA mulai menjadi negative. Pemekrisaan kontrol sputum dilakukan sekali sebulan. Bagi pasien BTA positif setelah tahap intensif akan mendapatkan pengobatan ulang. Bila sudah negative, sputum diperiksa tiga kali berturut-turut dan harus di kontrol agar tidak terjadi “ silent bacterial shedding” yaitu terdapat sputum BTA  positif tanpa disertai keluhan-keluhan tubercolusis yang relevan pada kasus-kasus 3 kali  pemeriksaan (3 bulan), berarti pasien mulai kambuh.

1. Radiologis

Evaluasi radiologi juga diperlukan untuk melihat kemajuan terapi. Dengan pemekrisaan radiologi dapat dilihat keadaan tubercolusis parunya atau adanya penyakit lain yang

menyertainya. Karena perubahan gambar radiologi tidak secepat perubahan bakteriologis,

evaluasi foto dada dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pemantauan kemajuan pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemekrisaan dahak sewaktu-pagi-sewaktu (SPS), pemekrisaan bisa dikatakan negatife jika hasil kedua specimen negative, sedangkan bisa dikatakan positif bila salah satu atau kedua specimen positif. Pemekrisaan ulang dahak dilakukan pada akhir tahap intensif, sebulan sebelum akhir pengobatan dan 1 minggu sebelum akhir pengobatan (bulan ke 6).

2.4.6 Hasil Pengobatan 1. Sembuh

(17)

Penderita dikatakan sembuh bila telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan  pemeriksaan dahak 2 kali selama pengobatan negative.

1. Pengobatan lengkap

Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatan lengkap tapi tidak ada hasil pemekrisaan dahak negative.

1. Meninggal

Adanya penderita yang dalam massa penggobatan diketahui meninggal karena sebab apapun. 1. Pindah

Adanya penderita yang pindah berobat ke daerah atau kabupaten\kota lain. 1. Default

Penderita yang tidak control atau terlambat mengambil obat 2 minggu berturut-turut atau lebih sebelum massa pengobatanya selesai.

1. Gagal

Penderita BTA positif yang hasil pemekriksaan dahakn ya tetap positif atau kembali menjadi  positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Tidak ada hubungan Ada hubungan

Kepatuhan berobat pasien TB paru

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1.Faktor Eksternal

-Kebudayaan -informasi

2.Faktor internal

faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat

1.keadaan ekonomi 2.kesadaran

(18)

-pendidikan -pengalaman -Usia

Keterangan : : diteliti  —————- : Tidak diteliti

Gambar 3.1 kerangka konseptual pengaruh pengrtahuan tubercolusis dengan kepatuhan berobat  pasien tubercolusis

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2009)

h1 : ada hubungan antara pengetahuan tentang tubercolusis paru dengan kepatuhan berobat  pasien tubercolusis paru di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Kosep Metode Penelitian

Metode penelitian keperawatan merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian keperawatan (Hidayah, 2007). Metode penelitian ini meliputi rancangan penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel, sampling, identifikasi variabel, devinisi oporasional, instrumen

 penelitian, waktu penelitian, pengumpulan data, analisis data dan etika penelitian.

4.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian, yang memungkinkan  pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil. Dalam

desain penelitian ini adalah analitik korelasional. Sedangkan metode yang digunakan dalam desain penelitian ini adalah case control adalah pendekatan retrospective (Arikunto, 2006) Retrospective (melihat kebelakang) adalah diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu.

(19)

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah proses penelitian dari penentuan populasi sampai dengan penyajian penelitian. Dalam penelitian ini kerangka kerja digambarkan sebagai berikut. kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Analisa data

Editing, coding, scoring, tabulating, dan uji memakai uji koefisien kontingensi Simpulan saran

SAMPLING

Menggunakan non probability sampling tipe purposive sampling POPULASI

Seluruh penderita tubercolusis BTA positif di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun sebanyak  13 orang

SAMPEL

Sebagian penderita tubercolusis BTA positif di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun sebanyak 13 orang

Penggumpulan data

Menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi Penyajian hasil

Menggunakan diagram pie

4.4 Sampling Desain

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi adalah setiap subyek  (misalnya : manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita tubercolusis paru BTA positif di

 puskesmas mejayan,caruban kab.madiun sebanyak 13 orang 4.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Sampel dalam penelitian ini adalah  pasien tubercolusis paru BTA positif di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun.

n : N 1 + N (d)2

(20)

: 13 1 + 13 (0,05)2 : 13 1 + 0,0325 : 13 1,0325 : 12,59 = 13 Keterangan :  N : besar populasi n : besar sampel

d : tingkat ketepatan atau kepercayaan yang diinginkan (0,05) 4.4.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari  populasi yang ada dengan menggunakan teknik sampling (Hidayat, 2003)

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik non probabillity sampling tipe purposive sampling

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang  berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Noto atmodjo, 2005) Variabel merupakan

gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok  orang atau subyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2004)

4.5.1 Variabel Independent

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel yang lain (Azwar  S, 2007). Dalam ilmu keparawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien tersebut (Nursalam, 2003). Variabel bebas dalam  penelitian ini adalah pengetahuan tentang tubercolusis paru.

(21)

Variabel tergantung adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain, variabel tergantung adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menetapkan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003). Variabel tergantung dalam  penelitian ini adalah kepatuhan berobat pasien tubercolusis paru di puskesmas mejayan,caruban

kab.madiun.

4.5.3 Devinisi Operasional

Adapun perumusan devfisnisi operasional dalam penelitian ini ak an diuraikan dalam tabel  berikut ini :

Variabel Definisi operasional

Indikator Alat ukur Skala data Skor   Indepanden:

 pengetahuan tentang tubercolusis  paru

1.pengertian tentang tubercolusis 2.cara penularan

3.gejala-gejala tubercolusis 4.diagnosis

5.pengobatan tubercolusis

kuesioner ordinal Baik : 76-100% deberi kode 3 Cukup : 56-75% diberi kode 2 Kurang : <55% diberi kode 1 Dependen: Kepatuhan  berobat pasien tubercolusis  paru Kesesuaian antara kehadiran dengan program  pengobatan yang telah dijadwalkan oleh  petugas kesehatan

-Daftar kehadiran dan mendapatkan obat

-Daftar pemekrisaan dahak ulang

Observasi Nominal 1.Patuh (datang sesuai jadwal) 2.Tidak patuh (datang tidak  sesuai jadwal)

4.6 Pengumpulan data dan analisis data

4.6.1 Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,2009)

4.6.2 Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data secara birokrasi dilakukan pertama mendapatkan surat pengantar ijin  penelitian dari institusi STIKES Dian Husada Mojokerto, kemudian surat diserahkan kepada

kepala puskesmas mejayan,caruban kab.madiun. setelah mendapat ijin dari kepala puskesmas  peniliti kontrak waktu kepada koordinator pengobatan tubercolusis untuk melakukan

(22)

4.6.3 Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur dengan cara subjek diberikan angket atau kuesioner dengan berberapa pertanyaan(Aziz Alimul, 2003). Dalam hal ini instrumenntya adalah kuesioner tentang pengetahuan penyakit tubercolusis paru sebanyak 10 pertanyaan dan lembar observasi.

4.6.4 Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di puskesmas mejayan,caruban kab.madiun 4.6.5 Analisa Data

Setekah data terkumpul selanjutnya adalah melakukan pengolahan data, menurut budiarto, 2001 dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing

Yang dimaksud editing adalah mengkaji dan meneliti data yang terkumpul apakah sudah baik  dan dipersiapkan untuk proses berikutnya.

1. Coding

Yang dimaksud coding adalah memberi tanda pada data yang terkumpul. 1. Skoring

Skore 1 : untuk jawaban benar  Skore 0 : untuk jawaban salah

1. Tabulating

Tabulasi data ini dilakukan setelah semua masalah editing, coding, dan skoring selesai dan tidak  ada lagi permasalahan yang timbul.

Selanjutnya diinterpretasikan menggunakan checklist deng an kriteria sebagai berikut:

1). Patuh jika penderita datang tepat waktu sesuai dengan tanggal yang ditentukan atau sebelum tanggal yang ditetapkan

2). Tidak patuh jika penderita tidak datang tepat waktu sesuai dengan tanggal yang ditentukan. Setelah data terkumpul dan dikelompokan dalam diagram pie distribusi kemudian hasilnya dikonfirmasi dalam bentuk persentase dan setelah itu hasil persentase diinterprestasikan dengan menggunakan skala :

(23)

100% = Seluruhnya 76-99% = Hampir seluruhnya 51-75% = Sebagian besar  50% = Setengahnya 26-49 = Hampir setengahnya 1-25% = Sebagian kecil

0% = Tidak sama sekali (Arikunto, 2002)

4.7 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis, dalam arti hak responden dan lain dilindungi (Nursalam dan Parini, 2000)

4.7.1 Lembar persetujuan responden

Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar   persetujuan.

4.7.2 Tanpa nama

Di dalam surat pengantar penelitian dijelaskan bahwa nama subyek tidak harus dicantumkan. Untuk keikutsertaanya, maka peneliti memberi kode pada tiap lembar pengumpulan data. 4.7.3 Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan oleh peneliti dan responden akan dijamin kerahasiaanya. Hanya pada kelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan atau laporkan sebagai hasil penelitian

4.8 Keterbatasan

Dalam penelitian ini pasti mempunyai kelemahan-kelemahan yang ada, kelemahan ini ditulis dalam keterbatasan (A.Aziz, 2003)

Keterbatasannya adalah peneliti hanya meneliti tentang sebatas pengetahuan tentang penyakit tubercolusisnya saja.

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga bentuk kebijakan luar negeri tersebut, Cina melakukan dua strategi kebijakan luar negeri yang berkaitan dengan penjalinan hubungan baik dengan tetangga

Pada pengujian pola dasar wanita metode pola yang digunakan sebagai perbandingan standar ukuran Indonesia adalah metode Burgo dan Aldrich dimana kedua metode ini

Da’i atau ustadz yang tampil dalam program dakwah di televisi pada akhirnya tidak lagi semata dipandang sebagai sosok panutan dalam beragama, tapi lebih dari itu, ia juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi penggantian margarin dengan bubur buah labu kuning kukus terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa’i (2014). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel place secara parsial berpengaruh

Klien yang telah mempunyai Sertifikat Klasifikasi Usaha Pariwisata berhak untuk menggunakan Tanda Kesesuaian Standar berupa Logo LSUP AGS sebagai pernyataan telah

Dengan ini kami mengundang perusahaan saudara untuk megikuti Klarifikasi Penawaran Paket Pekerjaan. Penataan Pasar Selasa Oluhuta yang Insya Allah akan diadakan

PAGERUYUNG 66 INDAH KHIKMATUS SHOFA DESA KUMPULREJO RT.01/04 PATEBON KENDAL 67 ANINDYA ASTARI GRIYA PRAJA MUKTI BLOK K.25 KENDAL.. 68 MATSNA MUTTAQIYAH CEPIRING RT.09/02