• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA

(Skripsi)

Oleh

SUWARDA DUA IMATU DELA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(2)

ABSTRAK

STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA

Oleh

SUWARDA DUA IMATU DELA

Telah dilakukan studi pembuatan dan karakterisasi natrium alginat dari alga coklat Sargassum sp. Pembuatan natrium alginat dalam penelitian ini menggunakan metode ekstraksi yang dimodifikasi dari beberapa metode yang telah digunakan. Rendemen terbesar yang diperoleh sebesar 24% dari penggunaan konsentrasi Na2CO3 4% dan CaCl2 5% serta waktu pengadukan 5 menit dalam proses ekstraksi. Kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh berturut-turut 11,1% dan 38,9%. Spektrum FTIR natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar memberikan spektrum yang hampir sama serta memiliki struktur asam manuronat dan asam guluronat yang merupakan penyusun alginat. Karakterisasi TGA membuktikan tingkat kemurnian natrium alginat melalui termogram TGA yang menunjukkan terjadinya dehydration, decomposition, serta Na2CO3 forming dan Na2CO3 residu.

Kata kunci : Alga coklat, Sargassum sp., Natrium alginat, Spektofometri IR, Thermo Gravimetric Analysis (TGA).

(3)

ABSTRACT

STUDY MANUFACTURING SODIUM ALGINATE FROM Sargassum sp USE MODIFIED EXTRACTION METHOD WITH ADDITION SODIUM

CARBONATE AND ITS CHARACTERIZATION

By

SUWARDA DUA IMATU DELA

Has done study manufacturing and characterization of sodium alginate from brown algae Sargassum sp. Manufacturing of sodium alginate in this study using a modified extraction of some methods that have been used. The bigest yield is 24% obtained from the use concentration of Na2CO3 4% and CaCl2 5% and stirring time of 5 minutes in the extraction process. Moisture and ash content of sodium alginate obtained respectively 11,1% and 38,9%. FTIR spectra of sodium alginate extraction with standard provides almost the same spectrum as well as having the structure of mannuronic acid and guluronic acids which are building blocks of alginates. TGA characterization prove the purity level of sodium alginate through TGA thermogram indicating the occurrence of dehydration, decomposition, as well as forming Na2CO3 and Na2CO3 residue.

Keywords : Brown algae, Sargassum sp., Sodium alginate, Spektofometri IR, Thermo Gravimetric Analysis (TGA).

(4)

STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA

Oleh

Suwarda Dua Imatu Dela

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gaya Baru II pada tanggal 21 Mei 1995, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suwarno (Alm) dan Ibu Sri Andayani. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Aisyah Gaya Baru II, Seputih Surabaya, Lampung Tengah pada tahun 2000. Kemudian menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Setia Bumi, Seputih Banyak, Lampung Tengah pada tahun 2006. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah pada tahun 2009 dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

Selama menjadi mahasiwa, penulis pernah mendapat penghargaan sebagai

mahasiswa berprestasi jurusan Kimia pada tahun 2013. Selain itu, penulis pernah menjadi Sekretaris Bidang Sosial dan Masyarakat dalam Lembaga

kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode 2014/2015 dan pernah menjadi anggota di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa seperti English Society (ESo) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Pada tahun 2015, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Sains Dasar. Penulis juga tercatat sebagai salah satu mahasiswa penerima beasiswa prestasi yaitu beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).

(9)

Kupersembahkan karyaku ini untuk almarhum Bapak tercinta dan

Mamak tersayang, kakak, adikku dan Tama yang selalu mendukung

dan berdoa untuk keberhasilanku.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.

(Q.S. Asy-Syarh : 5-8).

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila

telah sunyi, Tuhan-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula

benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu

daripada permulaan. Dan kelak Tuhan-mu pasti memberikan

karunia-Nya kepadamu lalu hati kamu menjadi puas. Bukankah

Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia

memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang

kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapaun terhadap

anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan

terhadap orang yang meminta-minta , maka janganlah kamu

menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhan-mu, maka hendaklah

kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.

(10)

SANWACANA

Tak ada ucapan yang patut saya utarakan selaku insan selain puji syukur atas segala nikmat, rahmat dan hidayah Allah SWT. Sholawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan bagi Nabi Allah Muhammad saw. yang telah memberikan pencerahan dan menebarkan segala petunjuk hidup di bumi Allah ini. Terimakasih untuk almarhum Bapak yang telah membimbing, mendidik,

menyemangati, berjuang dengan sepenuh hati dan tak pernah lelah bekerja keras, serta Mamak tercinta yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tulus, menjadi inspirasi, mendoakan dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :

Studi Pembuatan Natrium Alginat Dari Sargassum sp Menggunakan Metode Ekstraksi Modifikasi dengan Penambahan Natrium Karbonat dan

Karakterisasinya .

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari Allah melalui berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Andi setiawan, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. John Hendri, M.S., selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan, dukungan dan bantuanya selama ini.

(11)

3. .Bapak Dr. Eng.Suripto Dwi Yuwono,M.T., selaku Dosen Penguji sekaligus Ketua Jurusan Kimia yang telah banyak memberikan kritikan, saran dan bantuannya untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr.Zipora Sembiring, M.Si.,yang telah dengan sabar membimbing, mengarahkan, memberikan nasihat serta semangat dalam belajar dan .memotivasi untuk terus berjuang mewujudkan harapan.

5. Bapak/Ibu dosen Kimia yang dengan sepenuh hati memberikan ilmu.

6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Riandra Pratama Usman atas segala semangat, perhatian, kepedulian dan bantuannya.

8. Mbak Eka, Mas Trian, Adik Gadis, Adik Kino, dan seluruh saudara atas doa dan dukunganya selama ini baik spiritual maupun material.

9. Arya, Sofian, Edi, selaku tim sekaligus rekan kerja selama penelitian di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung atas kerjasamanya, dan sering mengingatkan, memberikan semangat serta banyak membantu.

10.Indri, Ais, Yunsi, Atma, Ningrum dan Nila atas dukungan dan bantuanya selama ini.

11.Mbak Yanti dan Riya yang setia membantu dan memberikan saran serta nasihat.

(12)

Penulis menyadari tak ada segala sesuatu yang sempurna kecuali Allah SWT. Namun, penulis berusaha semaksimal mungkin dalam skripsi ini dengan baik dan benar. Harapannya skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi yang membacanya terutama bagi penulis.

Bandar Lampung, 24 Juni 2016 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... .. i

DAFTAR TABEL ... .. ii

DAFTAR GAMBAR ... .. iii

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Rumput Laut ... 4

B. Alga Coklat ... 5

C. Sargassum sp ... 6

D. Alginat ... 7

E. Sifat dan standar mutu alginat ... 9

F. Manfaat Alginat ... 10

G. Penentuan Gugus Fungsi Alginat dengan Fourier Transformed Infra Red (FTIR) ... 11

H. Rotational Rheometer (Viscometer) ... 13

I. Analisis Termal dengan Menggunakan TG/DTA (Thermo Gravimetric-Differential Thermal Analysis) ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

B. Alat dan Bahan ... 16

C. Metode Penelitian 1.Preparasi Sampel ... 17

2.Ekstraksi Natrium Alginat a) Ekstraksi dengan variasi konsentrasi Na2CO3 2%, 4% dan 6% ... 17

b) Ekstraksi dengan variasi konsentrasi CaCl2 5% dan 10%... 18

c) Variasi waktu pengadukan selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit... 18

(14)

3.Analisis dan Karakterisasi a) Rendemen... 19. b) Kadar air... ... 19 c) Kadar abu ... ... 20 d) Penentuan Viskositas ... 20 e) FTIR ... 20 f) Analisis Termal ... 21

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Preparasi sampel... 22

B. Ekstraksi Natrium Alginat 1. Penentuan konsentrasi Na2CO3 Optimum... 23

2. Penentuan konsentrasi CaCl2 Optimum... 26

3. Waktu pengadukan optimum ... 26

C. Analisis dan Karakterisasi 1. Rendemen... 27 2. Kadar air ... 30 3. Kadar abu ... 31 4. Penentuan Viskositas ... 32 5. FTIR... 34 6. Analisis Termal ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA... 46

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Alginat...8

2. Spektrum Natrium Alginat Murni...12

3. Jenis-jenis Thermobalance pada Instrumen TGA...14

4. Sargassum sp....22

5. Sampel alga coklat halus...22

6. Perbandingan rendemen hasil ekstraksi Natrium Alginat... ...29

7. Kurva perbandingan viskositas Natrium Alginat hasil ekstraksi dan Natrium Alginat standar...33

8. Spektrum Natrium Alginat dari alga coklat sargassum sp. ... ...35

9. Spektrum Natrium Alginat standar...37

10. Perbandingan Spektrum IR Natrium Alginat Hasil Ekstraksi dengan Natrium Alginat Standar ... ...38

11.Asam D-manuronat...38

12.Asam L-guluronat ...39

13.Struktur konformasi kursi Natrium Alginat...39

14.Termogram TGA Natrium Alginat dari alga coklat sargassum sp....40

15.Termogram TGA Natrium Alginat Standar ...42

16.Perbandingan termogram TGA Natrium Alginat Hasil Ekstraksi dengan Natrium Alginat Standar ... ...43

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar mutu Natrium Alginat... ...9

2. Hasil Ekstraksi dengan variasi Na2CO3...25

3. Hasil Ekstraksi dengan variasi CaCl2...26

4. Hasil Ekstraksi dengan variasi waktu pengadukan...27

5. Data Rendemen dengan Variasi Konsentrasi Na2CO3 2%, 4% dan 6%...28

6. Data Rendemen dengan Variasi Konsentrasi CaCl2 3%, 5% dan 7%...28

7. Data Rendemen dengan Variasi Waktu Pengadukan 5, 10 dan 15 menit....28

8. Kesesuaian Natrium Alginat Hasil Ekstraksi dengan Standar Mutu...32

9. Data pengukuran viskositas Natrium Alginat hasil ekstraksi dan standar...31

10.Serapan puncak-puncak gugus fungsi Natrium Alginat...36

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan berbagai sumber daya alam. Sumber daya alam tersebut sangat menunjang bagi pertumbuhan perekonomian maupun meningkatkan potensi dalam hal penelitian. Pada dasarnya sumber daya hayati di Indonesia sangat melimpah, misalnya adalah Sargassum yang merupakan salah satu jenis alga coklat. Habitat dan

sebaran Sargasssum di Indonesia tumbuh di perairan yang terlindung maupun berombak besar pada habitat batu. Pengaruh alam yang dapat menentukan sebarannya adalah jenis substrat, cahaya matahari, kadar garam dan lain-lain. Substrat dasar tempat melekatnya adalah berupa batu karang, batu, lumpur, pasir, kulit kerang dan kayu. Penyebaran spesies ini banyak terdapat di perairan

Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Kepulauan Seribu, Sulawesi dan Aru (Indriani dan Sumarsih, 1999).

Sargassum sp adalah jenis rumput laut penghasil alginat yang cukup tinggi. Jenis alga coklat sebagai sumber bahan baku alginat berbeda-beda disetiap negara produsen misalnya di Amerika Serikat alginat diekstraksi dari Macrocystis pyrifera yang tumbuh di pantai barat kepulauan Amerika Utara, yaitu dari Meksiko sampai California. Di Kanada, Alginat diekstraksi dari Ascophylum

(18)

2

nodosum yang tumbuh disepanjang pantai bagian selatan Nova Scotia. Beberapa negara produsen alginat di Eropa seperti Inggris, Norwegia dan Prancis

menggunakan Ascophylum nodosum, Laminaria hyperborea dan Laminaria digitata sebagai bahan baku alginat, sedangkan negara di Asia yang juga merupakan produsen alginat yang signifikan yaitu Jepang dan Korea,

menggunakan Eclonia cava dan beberapa jenis lainnya (Kirk and Othmer, 1994).

Adapun spesies alga coklat asal perairan pantai Indonesia yang memiliki potensi untuk diolah menjadi alginat adalah Sargassum sp, Turbinaria sp, Hormophysa sp dan Padina sp. Keempat spesies alginofit (algae penghasil alginat) tersebut masih diperoleh dari sediaan alami (Rasyid, 2003). Sargassum tergolong sebagai salah satu jenis rumput laut komersial, akan tetapi tidak banyak yang tahu

bahwa Sargassum sp adalah salah satu jenis rumput laut yang saat ini

permintaannya cukup tinggi. Sebab jumlahnya yang cukup melimpah, namun pemanfaatannya yang kurang maksimal. Maka dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pemanfaatan Sargassum sebagai sumber alginat secara efektif dan lebih maksimal serta dapat membantu meningkatkan kemajuan penelitian di Indonesia, sehingga dapat menambah bahan baku penghasil alginat sekaligus memaksimalkan persediaan sumber daya alam berupa alga coklat seperti Sargassum sp.

(19)

3

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Membuat natrium alginat dari alga coklat Sargassum spdanmengetahui kadar alginat dalam sampel.

2. Mengetahui pengaruh penambahan variasi konsentrasi Na2CO3 dan CaCl2 serta waktu pengadukan dalam proses ekstraksi.

3. Menghitung kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh.

4. Mengkarakterisasi natrium alginat menggunakan TG/DTA dan spektrometer IR.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai pembuatan natrium alginat dari Sargassum sp dengan pengaruh penambahan variasi konsentrasi Na2CO3 dan CaCl2 melalui proses ekstraksi yang dimodifikasi serta waktu pengadukan yang optimum terhadap kualitas natrium alginat yang diperoleh.

(20)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumput Laut

Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang hidup di dasar perairan (fitobentos) , berukuran besar (makroalga) dan tergolong dalam divisi Thallophyta. Secara botanis, rumput laut tidak termasuk golongan rumput-rumputan (Graminae). Rumput laut atau dikenal juga sebagai alga makro laut adalah biota laut yang tergolong tanaman berderajat rendah karena tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Sesungguhnya penampakan tersebut merupakan bentuk thalus saja, sehingga tumbuhan ini dinamakan Thallophyta (Yunizal, 2004).

Secara taksonomi rumput laut digolongkan menjadi empat kelas yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Myxophyceae), alga merah (Rhodophyceae), dan alga coklat (Phaeophyceae). Dari empat kelas alga tersebut, hanya tiga kelas yang merupakan golongan alga atau rumput laut ekonomis, yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga coklat (Phaeophyceae) dan alga merah (Rhodophyceae). Alga hijau dan alga hijau biru banyak yang hidup di air tawar, sedangkan alga merah dan coklat banyak di temukan di laut (Yunizal, 1999). Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup tinggi, di perairan

(21)

Indonesia-5

Malaysia dilaporkan terdapat 624 jenis alga, yang termasuk dalam 489 marga diantaranya 186 jenis termasuk alga merah. Jenis-jenis rumput laut secara ekonomi menjadi penting karena mengandung senyawa polisakarida. Rumput laut penghasil karaginan (karaginofit), dan penghasil agar (agarofit) termasuk kelas alga merah (Rhodophyceae), sedangkan penghasil alginat (alginofit) dari kelas alga coklat (Phaeophyceae) (Angka dan Suhartono 2000).

B. Alga Coklat

Secara taksonomi, alga atau ganggang digolongkan kedalam divisio Thallophyta yang terbagi dalam empat kelas yaitu alga Hijau (Chlorophyceae), alga biru (Cyanophyceae), alga coklat (Pheaophyceae) dan alga merah (Rhodopoceae). Pembagian ini berdasarkan pigmen yang dikandungnya. Rumput Laut coklat mengandung beberapa senyawa diantaranya alginat, laminarin, selulosa, fukoidin dan manitol. Selain itu, rumput laut coklat juga mengandung protein, vitamin, lemak dan anti bakteri (Kadi, 1988).

Rumput laut coklat yang berpotensi sebagai sumber alginat antar lain macrocystis, laminaria, aschophyllum, nerocytis, ecklonia, fucus, lessonia, durvillaea,

turbinaria dan sargassum (McHugh, 1987). Kandungan alginat pada rumput laut coklat bervariasi tergantung pada musim, tempat tumbuh, bagian yang diekstrak dan jenis rumput laut coklat (King, 1983).

(22)

6

C. Sargassum sp.

Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Rumput laut coklat memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya (Maharani dan Widyayanti, 2010).

Klasifikasi Sargassum sp adalah sebagai berikut : Divisio : Thallophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Fucales Famili : Sargassacaceae Genus : Sargassum Spesies : Sargassum sp

Rumput laut coklat jenis Sargassum adalah rumput laut yang mempunyai cabang seperti jari, dan merupakan tanaman yang berwarna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radikal serta dilengkapi dengan bagian bagian untuk pertumbuhan ( Atmadja, 1996).

(23)

7

Thalus berbentuk silindris atau gepeng percabangannya menyerupai tanaman perdu di darat, daun melebar, lonjong atau seperti pedang, mempunyai gelembung udara (bladder), umumnya hidup soliter dan panjangnya dapat mencapai 7 m. Rumput laut ini tumbuh di perairan yang terlindung ataupun dapat juga diperairan yang berombak besar pada habitat berkarang, atau pada bongkahan karang (Kadi, 1988).

D. Alginat

Alginat adalah salah satu kelompok polisakarida yang terbentuk dalam dinding sel alga coklat, dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga. Alginat disintesa pertama kali oleh Stanford pada tahun 1880 (Chapman & Chapman, 1980). Pada awalnya alginat dianggap sebagai suatu asam polimannuronat, namun sejak tahun 1964 asam alginat lebih dikenal sebagai kopolimer dari asam L-guluronat dan asam D-mannuronat. Pada prinsipnya alginate terdiri dari 3 macam struktur, yaitu homopolisakarida α-1,4-L-guluronat, β -1,4-D-mannuronat, dan

heteropolisakarida yang merupakan bentuk selang-seling asam α -1,4-L-guluronat dan asam β -1,4-D-mannuronat (An Ullman's, 1998).

Asam alginat dalam alga coklat umumnya terdapat sebagai garam-garam kalsium, magnesium dan natrium. Tahap pertama pembuatan alginat adalah mengubah kalsium dan magnesium alginat yang tidat larut menjadi natrium alginat yang larut dalam air dengan pertukaran ion di bawah kondisi alkalin (Zhanjiang, 1990).

(24)

8

Alginat adalah polisakarida alam yang umumnya terdapat pada dinding sel dari semua spesies alga coklat (phaeophyceae). Asam alginat ditemukan, diekstraksi pertama sekali dan dipatenkan oleh seorang ahli kimia dari Inggris Stanford tahun 1880 dengan mengekstraksi Laminaria stenophylla. Kelarutan alginat dan

kemampuannya mengikat air bergantung pada jumlah ion karboksilat, berat molekul dan pH.

Kemampuan mengikat air meningkat jika jumlah ion karboksilat semakin banyak dan jumlah residu kalsium alginat kurang dari 500, sedangkan pada pH di bawah 3 terjadi pengendapan (McHugh, 2003). Molekul asam alginat berbentuk polimer linier tak bercabang dan disusun oleh kurang lebih 700-1000 residu asam ß-D- manuronat (M) dan α-L- guluronat (G). Asam D-manuronat memiliki ikatan diekuatorial 4C1 sedangkan asam guluronat memiliki ikatan diaksial 1C4 (Wandrey, 2005).

Rantai yang terdiri atas 3 segmen polimer yang berbeda terlihat pada Gambar 1.

(25)

9

E. Sifat dan Standar Mutu Alginat Alginat memiliki sifat-sifat utama:

1. Kemampuan untuk larut dalam air serta meningkatkan viskositas larutan . 2. Kemampuan untuk membentuk gel.

3. Kemampuan membentuk film (natrium atau kalsium alginat) dan serat (kalsium alginat) (Wandrey, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi, dan ukuran polimer. Faktor kimia yang berpengaruh adalah

sequestran (pengikat logam) serta garam monovalen dan kation polivalen (Cottrel, 1980). Berdasarkan Food Chemical Codex umumnya natrium alginat mempunyai sifat-sifat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Mutu Natrium Alginat (Food Chemical Codex, 1981).

No. Karakteristik Natrium Alginat

1. Kemurnian (%) 90,8 - 106

2. Kadar air (%) 5 - 20

3. Kadar Abu (%) 18 - 27

4. Warna Bubuk gading

5. Kadar Pb (ppm) < 10

6. Logam berat (%) < 0,004

7. Kadar As (ppm) < 3

(26)

10

F. Manfaat Alginat

Alginat memiliki berbagai manfaat seperti dalam industri tekstil yaitu sekitar 50%, industri pangan 30%, industri kertas 6%, welding rods 5%, farmasi 5%, dan lainnya 4% (McHugh, 2008). Pada industri tekstil, alginat digunakan sebagai pengental pada textile printing. Dengan penambahan alginat maka

kekentalan bahan pewarna akan lebih baik sehingga menghasilkan kualitas textile printing yang lebih baik seperti warna yang tajam dan bentuk gambar atau garis yang lebih halus (Subaryono, 2010).

Pada industri pangan, alginat digunakan sebagai pengental, pembentuk gel, stabilizer, pembentuk bodi, bahan pengemulsi dan pensuspensi . Sebagai

pengental dan pengemulsi, alginat digunakan dalam pembuatan susu kental manis serta topping untuk es krim. Dalam produk es krim, alginat digunakan sebagai stabilizer menggantikan pati dan karaginan. Selain mencegah es krim agar tidak mudah meleleh, natrium alginat juga tidak membentuk kristal es dan membuat produk menjadi lebih lembut dan enak. Alginat juga dapat diaplikasikan untuk minuman campuran seperti es loli, es jus buah, dan sebagainya. Jika alginat ditambahkan pada produk keju, produk tersebut tidak akan lengket dengan pembungkusnya (Velez et al., 2003). Selain itu, natrium alginat dapat menjaga produk tetap baik selama proses penyimpanan dan distribusi pemasaran. Alginat juga digunakan dalam produk jeli untuk pencuci mulut. Jeli dibuat dari campuran alginat-kalsium dan sering disebut sebagai jeli instan karena pembuatannya yang mudah dan sederhana yaitu hanya dengan mencampurkan serbuk jeli dengan air atau susu tanpa pemanasan ( Draget et al., 2005).

(27)

11

Selain itu alginat digunakan dalam menstabilkan emulsi seperti pada minuman emulsi (Paraskevopoulou et al., 2005). Alginat juga banyak digunakan sebagai bahan pada proses imobilisasi enzimatau sel serta pembent ukan bahan

biocompatible (Yabur et al., 2007).

G. Penentuan Gugus Fungsi Alginat dengan Fourier Transformed Infra Red (FTIR)

Gugus fungsi alginat dapat ditentukan menggunakan FTIR. FTIR merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk melihat atom-atom dalam sebuah molekul melalui vibrasi-vibrasi yang ditimbulkan oleh atom tersebut. Untuk dapat melihat atom-atom tersebut diperlukan suatu spektrum IR yang diperoleh dengan cara menembakkan radiasi sinar infra merah ke sampel menentukan fraksi apa yang terjadi saat melewatkan radiasi yang terabsorpsi dengan energi khusus. Energi yang terdapat pada beberapa puncak dalam sebuah spektrum absorpsi menunjukan kecocokan terhadap frekuensi pada vibrasi dari sebagian molekul sampel (Ayyad, 2011).

Prinsip dasar dari analisis spektrofotometri IR adalah penyerapan radiasi

elektromagnetik oleh gugus-gugus fungsi tertentu, sehingga dari spektrum serapan yang terbaca kita mampu mengetahui gugus fungsi apa saja yang terdapat pada suatu senyawa. Bila sinar inframerah dilewatkan melalui sebuah cuplikan, maka sejumlah frekuensi diserap oleh cuplikan tersebut dan frekuensi lainnya

diteruskan atau ditransmisikan tanpa adanya penyerapan. Hubungan antara persen absorbansi dengan frekuensi maka akan dihasilkan sebuah spektrum inframerah (Hardjono, 1990).

(28)

12

Puncak serapan inframerah yang paling karakteristik dalam asam alginat dan natrium alginat adalah dengan adanya serapan C-O-C glikosida didaerah bilangan gelombang 1150-1160 cm-1 , C-O-C siklik jenuh pada 1033-1010 cm-1 dan C-H khas piranosa pada 950-890 cm-1 (Arifudin, 2002).

Gambar spektrum IR pada kontrol natrium alginat murni dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Spektrum Natrium Alginat Murni (Kosman, 2011).

Pada pengukuran spektrofotometri inframerah menunjukkan bahwa natrium alginat murni memperlihatkan gugus hidroksil (-OH) pada bilangan gelombang 3461,31 cm -1, 1418,19 cm -1, gugus alkil (-CH-) pada bilangan 1097,55 cm -1, 948,83 cm -1, 893,38 cm -1, gugus karbonil (C=O) pada bilangan 1634,83 cm -1, 1032,65 cm -1, dan gugus alken (C=C) 568,77 cm -1 (Kosman, 2011).

Bilangan gelombang (cm-1) %T

(29)

13

H. Rotational Rheometer (Viscometer)

Rotational rheometer terdiri dari beberapa sistem sensor yang memungkinkan untuk merancang suatu rheometer yang baik, mutlak, dan serbaguna. Alat ini secara umum digunakan untuk mengamati parameter-parameter rheological suatu cairan atau senyawa semi-padat. Parameter-parameter rheological tersebut antara lain: viskositas, shear stress, dan shear rate. Shear stress merupakan suatu gaya atau tegangan yang diterapkan ke suatu sistemyang menjadi penghubung antara bagian atas wadah dengan bagian bawah larutan dan mengarah ke aliran dalam lapisan cairan. Sedangkan shear rate merupakan gradien kecepatan yang menyebabkan suatu fluida mengalir dalam pola yang khusus.

Dalam pengukuran viskositas, terdapat dua jenis cairan yang dikenal yaitu: Newtonian fluid dan non-Newtonian fluid. Newtonian fluid merupakan suatu cairan yang memiliki nilai viskositas tetap seiring dengan perubahan nilai shear rate serta memenuhi aturan Newton. Contohnya adalah air, minyak, aspal, dan lain-lain. Sedangkan non-Newtonian fluid merupakan cairan yang tidak

memenuhi aturan Newton, cairan ini memiliki nilai viskositas yang berubah-ubah seiring dengan perubahan nilai shear rate (Schramm, 1998).

I. Analisis Termal dengan Menggunakan TG/DTA (Thermo Gravimetric-Differential Thermal Analysis)

Thermo Gravimetric Analysis (TGA) merupakan suatu teknik eksperimental dimana suatu berat atau massa diukur sebagai fungsi temperatur sampel atau waktu. Sampel ini dipanaskan dengan laju alir panas (heat flow) yang konstan

(30)

14

atau dapat juga terjadi pada suhu yang konstan (pengukuran isotermal). Pilihan pada temperatur program bergantung pada informasi yang dibutuhkan pada sampel tersebut. Hasil dari pengukuran TGA ini biasanya ditampilkan dalam bentuk termogram (kurva TGA) dimasa persen berat pada sampel diplotkan terhadap temperatur dan/atau waktu. Selain kurva TGA, dapat juga dihasilkan suatu bentuk turunan pertama dari kurva TGA yang disesuaikan terhadap temperatur dan waktu yang akan menunjukkan laju pada perubahan massa yang disebut sebagai Differential Thermo Gravimetric atau kurva DTG.

Terdapat 3 jenis thermobalance yang digunakan pada instrumen TGA saat ini, ketiga jenis thermobalance tersebut adalah horizontal arrangement, top loading, dan hang down. Ketiga jenis thermobalance ini dapat diamati pada Gambar 3.

Gambar 3. Jenis-jenis Thermobalance pada Instrumen TGA (Gabbott, 2008).

Pada beberapa thermobalance, sebuah pemanas eksternal diletakkan tidak memiliki kontak dengan atmosfer, sehingga dapat bermanfaat untuk eksperimen yang menggunakan gas hidrogen murni. Thermobalance modern saat ini telah diperlengkapi agar dapat merekam sinyal DTA (Differential Thermal Analysis) pada saat yang bersamaan ketika melakukan pengukuran Thermo Gravimetric. Sinyal DTA ini dapat memperlihatkan efek termal yang tidak dipengaruhi oleh perubahan berat sampel, contohnya titik leleh, kristalisasi atau transisi gelas (glass

(31)

15

transition). Data evaluasi ini hanya terbatas pada temperatur awal dan temperatur puncak. Setiap proses yang menyebabkan kehilangan berat pada sampel biasanya memberikan puncak endotermik pada DTA yang disebabkan karena ekspansi kerja. Namun terdapat pengecualian untuk hal ini, ketika gas mudah terbakar terbentuk pada temperatur yang tinggi dan tersedia oksigen yang cukup, maka entalpi pembakaran lebih besar dan reaksinya eksotermis. Berikut ini contoh termogram yang dihasilkan pada instrumenTGA yang dilengkapi dengan DTA (Gabbott, 2008).

(32)

16

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Mei 2016 di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung (Unila). Penggilingan atau penghalusan sampel dilakukan di Laboratorium Peternakan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dan karakterisasi menggunakan spektrofotometri IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah Mada (UGM).

B. Alat dan Bahan

Pada penelitian ini, alat-alat yang digunakan yaitu gelas kimia, gelas ukur,corong buchner, erlenmeyer, labu takar, pipet tetes, pengaduk, neraca analitik, cawan porselen, oven, furnace, stirer, viskotester, TG/ DTA dan spektrofotometer IR. Dan adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel alga coklat sargassum, akuades, larutan HCl 5%, larutan H2O2 25%, larutan CaCl2 5% dan 10%, larutan NaOH 10%, isopropanol 95%, kertas saring dan larutan

(33)

17

C. Metode Penelitian

Cara kerja untuk studi pembuatan natrium alginat ini diadopsi dari prosedur yang dilakukan oleh Rasyid (2010).

1. Preparasi Sampel

Sampel sargassum diperoleh dari Balai Besar Pengembangan budidaya Laut Lampung Selatan, Lampung. Sampel yang masih basah dicuci sampai bersih dengan air tawar, dan dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar

matahari langsung. Setelah sampel kering, dihaluskan hingga menjadi bubuk.

2. Ekstraksi Natrium Alginat

a. Ekstraksi dengan variasi konsentrasi Na2CO3 2%, 4% dan 6%

Sampel halus sebanyak 15 gram dimasukkan kedalam 3 gelas kimia masing-masing 5 gram, setiap gelas kimia diberi label A, B, dan C. Kemudian masing-masing dicuci dengan HCl 5% dan selanjutnya dicuci dengan aquades. Setelah itu, ditambah 25 mL larutan Na2CO3 2% untuk gelas kimia A, Na2CO3 4% untuk gelas kimia B, dan Na2CO3 6% untuk gelas kimia C, lalu distirer selama 5 menit dan kemudian disaring. Selanjutnya filtrat yang diperoleh dari masing-masing penyaringan dipucatkan dengan menambah larutan H2O2 25% sebanyak 2 mL, kemudian ditambahkan 20mL larutan CaCl2 5% sehingga terbentuk endapan putih. Berikutnya, endapan tersebut ditambahkan 5mL larutan HCl 5% sehingga muncul gumpalan dibagian atas cairan yang

(34)

18

menandakan asam alginat yang telah terbentuk. Setelah itu, disaring dan diperoleh residu yang kemudian ditambah 5mL larutan NaOH 10% dan

ditambahkan 7,5 mL isopropanol 95%. Selanjutnya disaring dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya. Endapan yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0C. Kemudian endapan yang telah kering ditimbang beratnya untuk penentuan kadar natrium alginat.

b. Ekstraksi dengan variasi konsentrasi CaCl2 3%, 5% dan 7%

Dalam variasi konsentrasi CaCl2 3%, 5% dan 7%, pada penggunaan konsentrasi CaCl2 5% telah dilakukan pada prosedur (a). Maka, pada prosedur ini akan dilakukan ekstraksi terhadap CaCl2 3 % dan 7% menggunakan konsentrasi Na2CO3 yang optimum dari prosedur (a) dalam gelas kimia 250 mL yang telah diberi label D dan E.

c. Variasi waktu pengadukan selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit Dalam variasi waktu pengadukan 5 menit, 10 menit dan 15 menit, proses pengadukan dengan waktu 5 menit telah dilakukan pada prosedur (a). Maka, pada prosedur ini akan dilakukan ekstraksi menggunakan waktu 10 menit dan 15 menit dengan konsentrasi Na2CO3 dan CaCl2 yang optimum dari prosedur (a) dan (b) dalam 2 gelas kimia 250 mL yang masing-masing telah diberi label E dan F.

3. Analisis dan Karakterisasi

Natrium alginat yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dikarakterisasi. Analisis natrium alginat meliputi analisis rendemen, kadar air, kadar abu dan viskositas. Karakterisasi natrium alginat dilakukan menggunakan FTIR dan TGA.

(35)

19

Analisis dan karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar.

a. Rendemen (FCC, 1981).

Rendemen natrium alginat yang diperoleh sebagai hasil ekstraksi alga coklat Sargassum sp dihitung berdasarkan berat hasil ekstraksi setelah pengeringan (natrium alginat) terhadap berat kering bahan baku (sampel bubuk). Rumus perhitungan rendemen natrium alginat yaitu sebagai berikut :

Rendemen = x 100 %

b. Kadar Air (AOAC, 1995).

Natrium alginat ditimbang sebanyak 0,2 gram (berat kering sampel) dan ditempatkan dalam cawan porselen yang sebelumnya telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar air dihitung berdasarkan berat yang hilang (gram) terhadap berat kering sampel (gram). Rumus

perhitungan kadar air natrium alginat yaitu sebagai berikut :

Jika A adalah berat kering sampel dan B adalah berat sampel setelah dioven. Maka, berat yang hilang (gram) adalah A-B.

Sehingga:

(36)

20

c. Kadar Abu (AOAC, 1990)

Natrium alginat ditimbang sebanyak 0,3 gram (berat kering sampel) dan ditempatkan dalam cawan porselen yang sebelumnya telah dikeringkan dan diketahui beratnya. Kemudian dipanaskan dalam Furnace pada suhu 600 oC sampai diperoleh abu berwarna abu-abu keputihan dan didinginkan dalam desikator. Kemudian ditimbang sampai bobot tetap sebagai bobot akhir (berat abu). Kadar abu dihitung berdasarkan berat abu yang diperoleh (gram) terhadap berat kering sampel (gram). Rumus perhitungan kadar abu natrium alginat yaitu sebagai berikut :

% Kadar abu = x 100%

d. Penentuan Viskositas

Analisis viskositas dilakukan berdasarkan metode menurut James (1995) yaitu dengan menggunakan Viscotester. Sampel yang digunakan untuk penentuan viskositas yaitu larutan natrium alginat sebanyak 50 mL. Larutan ini diperoleh dengan cara membuat larutan natrium alginat 1 % yang dipanaskan pada suhu 50 0

C.

e. FTIR

Natrium Alginat yang diperoleh dari hasil ekstraksi selanjutnya ditentukan gugus fungsinya dengan menggunakan FTIR. Sampel natrium alginat dalam bentuk serbuk kemudian dimasukkan kedalam plat dan dilakukan analisis.

(37)

21

f. Analisis Termal

Analisis termal pada Natrium alginat dilakukan dengan menggunakan SII

TG/DTA 7300. Sampel ditimbang sekitar 5 mg dan dimasukkan kedalam platina pan. Tipe pan yang sama dengan sampel disiapkan dan digunakan sebagai reference pan dalam pengukuran. Sampel dan reference yang telah disiapkan, diletakkan kedalam TGA menggunakan pinset. Analisis dilakukan pada kisaran temperatur dari suhu ruang sampai 850 0C dengan kenaikan temperatur 20 0C/ menit (Devi et al, 2014).

(38)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Natrium alginat dapat dihasilkan dari alga coklat Sargassum sp. dengan

metode ekstraksi yang dimodifikasi dengan rendemen yang diperoleh sebesar 24%.

2. Konsentrasi Na2CO3, CaCl2 dan waktu pengadukan optimum dalam proses ekstraksi didapatkan pada Na2CO3 4%, CaCl2 5% dan 5 menit .

3. Kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh pada penelitian ini berturut-turut yaitu 11,1%, dan 38,9%.

4. Spektrum FTIR natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar memberikan spektrum yang hampir sama serta memiliki struktur asam

manuronat dan asam guluronat yang merupakan penyusun alginat.

5. Karakterisasi TGA membuktikan tingkat kemurnian natrium alginat melalui termogram TGA yang menunjukkan terjadinya dehydration, decomposition, serta Na2CO3 forming dan Na2CO3 residu.

(39)

45

B. Saran

1. Perlu dilakukan analisis viskositas pada tiga rendemen terbesar yang diperoleh untuk mengetahui natrium alginat dengan rendemen besar dan mempunyai viskositas tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas alginat agar sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Food Chemical Codex yaitu kadar susut pengeringan, kadar logam As, Pb dan Hg.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Angka S.L. dan Suhartono M.T. 2000. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ansar, A.Muh. dan Wahab, Abd.Wahid. 2013. Ekstraksi Natrium Alginat Sebagai Edible Coating Terhadap Proses Pematangan Buah Naga. Kimia Fmipa Universitas Hassanudin. Makasar.

An Ullman's Encyclopedia. 1998. Industrial Organic Chemicals. Vol. 7. Wiley-VCH, New York. 3993-4002.

[AOAC ] Association Of Official Analytical Chemyst. 1995. Official Method Of Analysist Of The Association Of Official Analytical Of Chemyst.

Arlington, Virginia. Published by The Association Of Official Analytical Chemyst, Inc. USA.

Arifudin. 2002. Pembuatan Natrium Alginat Dari Alga Coklat (Sargassum Filipendula C. Agarth) Dengan Menggunakan Pelarut Organik. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis Alga Coklat (Phaeophyta). Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.

Ayyad, O.D. 2011. Novel Strategies The Synthesis of Metal Nanoparticle and Nanostructure (Tesis).Universitas de Barcelona. Barcelona.

Chapman, V.J. and D.J. Chapman. 1980. Seaweed and Their Uses. Third edition. Chapman and Hall, New York. 194-225.

Cottrel, Kovacs P. 1980. Alginats . Di dalam : Davidson RI, editor. Hand Book Of Water Soluble Gums and Resin. New York. Mc Graw-Hill Book Co. Devi, B. Mahalakshmi et al. 2014. Synthesis and characterisation of

chitosan/sodium alginate/carboxymethyl cellulose beads. Scholars Research Library. USA.

Draget, K.I. et al .2005. Alginates. In :Steinbuchel A, Rhee SK (eds) Polysacharides and Polyamides in the Food Industry: Properties,

Production, and Patents. Wiley. Winheim, pp. 1-30.[FCC] Food Chemical Codex . 1981. Food Chemical Codex. National Academy Press.

Washington DC.

(41)

47

Furia, T.E. 1972. Hand Book Of Food Adictives, 2nd Ed. CRC Press.Inc,Ohio. Gabbott, P. 2008. Principles and Applications of Thermal Analysis. Blackwell

Publishing. Oxford.

Hardjono, S.1990. Spektroskopi Inframerah.Liberti. Yogyakarta.

Indriani, H. dan Sumarsih, E. 1999. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

James, C.S. 1995. Analytical Chemistry Of Foods. Blackie Academic and Proffesional. London.

Kadi A, Atmadja W.S. 1988. Rumput Laut, Jenis, Reproduksi, Budidaya dan Pasca Panen. Seri Sumber Daya Alam No.141. Puslitbang Oceanologi LIPI. Jakarta.

King, AH. 1983. Brown Seawed Extracts (Alginates): Glicksman M (Ed). Food Hydrocoloids. Volume II. CRC Press Inc. Ohio.

Kirk and Othmer. 1994. Encyclopedia ofChemical Technology. Fourth Edition. Volume 12. John Wiley & Sons, New York 844- 847.

Kosman, Rahmat. 2011. Pemurnian Natrium Alginat Dari Sargassum Duplicatum J.G. Agardh, Turbinaria Decurrens (Bory) Dan Turbinaria Ornata (Turner) J. Argardh Asal Perairan Ternate, Maluku Utara. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 – Maret 2011, hlm. 30 – 34.

Maharani, M.A. dan R.Widayanti . 2010. Pembuatan Alginat Dari Rumput Laut Untuk Menghasilkan Produk Dengan Rendemen Dan Viskositas Tinggi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 5 hal. Mairamo A.L .1977. Sulfated Seawed Polysacharide Food Colloids. AVI.

Wesport, Connecticut.

McHugh, D.J. 1987. Production, Properties and uses of Alginat. Food and Agriculture Organization Of United Nation. Rome.

McHugh, D.J. 2003. AGuide To The Seawed Industry. FAO Fisheries Technical Paper 44. Food and Agriculture Organization Of TheUnited Nation. Rome:105 pp.

McHugh, D.J. 2008. Productio, Properties and uses of Alginat in Production and Utilization Of Products from Comersial Seaweds. FAO Corporate

Repository. Rome.

Moe, S.T. et al .1996. Alginates: A.M. Stephen (Ed). Food Polysacharides and Their Applications. p230-265. Marcell Dekker Inc. New York.

(42)

48

Mushollaeni, W. dan Rusdiana, E . 2011. Karakterisasi Natrium Alginat Dari Sargassum sp.,Turbinaria sp. dan Padina sp. Program studi Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Tribhuana Tunggadewi. Paraskevopoulou, A. et al . 2005. Stabilization of olive oil-lemon juice emulsion

with polysaccharides. Food Chemistry 90: 627–635.

Rasyid, A. dan R. Rachmat. 2002. Modifikasi metode ekstraksi natrium alginat untuk meningkatkan nilai viskositasnya. Makalah disampaikan pada

Seminar Nasional Rumput Laut, Mini Simposium Mikroalgae dan Kongres I Ikatan Fikologi Indonesia 23-25 Oktober 2002 di Hotel Sedona,

Makassar:6 hal.

Rasyid, A. 2003. Karakteristik natrium alginat hasil ekstraksi Sargassum polycystum. Makalah disampaikan pada seminar RIPTEK Kelautan Nasional 30-31 Juli 2003 di Gedung BPPT, Jakarta : 6 hal.

Rasyid, A. 2009. Perbandingan kualitas natrium alginat beberapa jenis algae coklat. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35 (1) : 57-64.

Rasyid, A. 2010. Ekstraksi Natrium Alginat Dari Alga Coklat Sargassum Echinocarphum. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia , 36(3): 393-400. Salasa, F. F. A . 2002. Teknologi Pengolahan Ikan dan Rumput Laut. Departemen

Kelautan dan Perikanan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perikanan. Jakarta. Schramm, G. 1998. A Practical Approach to Rheology and Rheometry.

Gebruederhaakegmbh. Karlsruhe.

Soares, J.P. et al. 2004. Thermal behavior of alginic acid and its sodium salt. Volume 29, número 2. Ecl. 29(2): 53-56

Subaryono. 2010. Modifikasi Alginat dan Pemanfaatan Produknya. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, KKP. Squalen Vol. 5 No. 1,

Truss et al . 2001. Algal biomass from Fucus vesiculosus (Phaeophyta): Investigation of the Mineral and Alginate Components. Proc. Estonian Acad. Sci. Chem., 50: 95-103.

Velez, G., et al. 2003. Role of hydrocolloids in the creaming of oil in water emulsions. Journal of Agricultural and Food Chemistry 51: 265–269. Vold, IMN. et al. 2006. A Study Of The Chain Stiffness and Extension Of

Alginates, in vitro using size-exclusion chromatography combined with light scattering and viscosity detectors. Biomacromolecules. 7:2136-2146. Wandrey, C. 2005. Polielectrolytes and Biopolimer. Materials Science and

(43)

49

Yabur, R. et al. 2007. Alginate from Sargassum sinicola as a novel source for microbial immobilization material in wastewater treatment and plant growth promot ion. J. Appl . Phycol. 19: 43–53.

Yani, M .1998. Modifikasi dan Optimasi Proses Ekstraksi Dalam Rancang Bangun Proses Tepung Algin Dari Jenis Turbinaria sp. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Yunizal et al. 1999. Teknologi Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut Coklat.Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut.

Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

Zhanjiang, F. 1990. Trainning Manual Of Gracilaria Culture and Seawed

Processing in China. Regional Seafarming Development and Demonstration Project China.

Gambar

Gambar 1.  Struktur Alginat (Wandrey, 2005).
Tabel 1.  Standar Mutu Natrium Alginat (Food Chemical Codex, 1981).
Gambar spektrum IR pada kontrol natrium alginat murni dapat dilihat pada  Gambar 2.
Gambar 3.  Jenis-jenis Thermobalance pada Instrumen TGA (Gabbott, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Namun inovasi ini bukan hanya adaptasi positif masyarakat melalui program pemberdayaan yang diberikan pemerintah, namun juga dengan mengantisipasi dampak penutupan

Proses merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin, atau computer dari hasil suatu arus data yang masuk kedalam proses, untuk dihasilkan arus data yang akan keluar

Melalui studi pendahuluan melalui observasi, dan dokumentasi nilai siswa maka ditemukan beberapa permasalahan pokok yang melatarbelakangi perlunya dilakukan

Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan hematemesis melena berdasarkan data anamnesis bahwa pasien mengeluhkan BAB kehitaman sejak 2 minggu yang lalu, muntah darah

Vuonna 2004 sähkön siirron hinta laski verrattuna vuoteen 2003 kaikkien tyyppikäyttäjien osalta ja melkein kaikissa ryhmissä siirtohinnat alittivat myös vuoden 2003 lisäksi vuonna

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang

Perlu masyarakat menyadari bahwa prasarana yang dibangun adalah untuk kepentingan mereka, bukan proyek pemerintah atau untuk orang lain, dengan demikian masyarakat akan berusaha

522 Techniques, equipment, etc. Bahkan notasi notasi yang terdapat dalam bagan klasifikasi dapat digabungkan dengan tabel- tabel pembantu agar mendapatkan notasi yang