• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RFID

2.1.1 Definisi RFID

RFID (Radio Frequency Identification) adalah teknologi identifikasi berbasis gelombang. (Supriyanto, 2008) .Metode identifikasinya menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder (tag) untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Teknologi ini mampu mengidentifikasi berbagai objek secara simultan tanpa diperlukan kontak langsung (atau dalam jarak pendek). Implementasi RFID secara efektif digunakan pada lingkungan manufaktur atau indistri yang memerlukan akurasi dan kecepatan identifikasi objek dalam jumlah yang besar serta berbeda di area yang luas. Namun kini RFID tidak hanya terbatas pada fasilitasi fungsi manufaktur atau industri saja lebih jauh lagi sudah merambah pada banyak bidang lain, diantaranya layanan perpustakaan.

Saat ini banyak sudah institusi atau organisasi baik profit maupun nonprofit yang menggunakan RFID sebagai alat bantu memperlancar kegiatan layanan , termasuk di dalamnya kegiatan layanan perpustakaan. Implementasi RFID di perpustakaan memberikan keunggulan yang signifikan bila dibandingkan dengan teknologi barcode dan tag anti-thift (pencurian). Keunggulan utama ada pada meningkatnya kualitas pelayanan serta penghematan biaya operasional tenaga perpustakaan.

Secara utuh sistem RFID terdiri dari 3 komponen, yaitu : 1. RFID Tag

Dapat berupa stiker, kertas atau plastic dengan beragam ukuran. Dalam setiap tag terdapat chip yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu. Sebuah tag yang dipasang tidak menggunakan sumber energi seperti batere sehingga dapat digunakan dalam waktu yang sangat lama. Antena bisa dipasang secara permanent (walau saat ini tersedia juga yang portable) Bentuknya pun beragam sekarang sesuai dengan keinginan kita.

(2)

Pada saat tag melewati wilayah sebaran antena, alat ini kemudian mendeteksi wilayah scanning. Selanjutnya setelah terdeteksi maka chip yang ada di tag akan ”terjaga” untuk mengirimkan informasi kepada antena.

2. RFID Terminal Reader

Terdiri atas RFID-reader dan antenna yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi. Reader mengirim gelombang elektromagnet, yang kemudian diterima oleh antena pada label RFID. Label RFID mengirim data biasanya berupa nomor serial yang tersimpan dalam label, dengan mengirim kembali gelombang radio ke reader. Informasi dikirim ke dan di baca dari label RFID oleh reader menggunakan gelombang radio. Dalam sistem yang paling umum yaitu sistem pasif, reader memancarkan energi gelombang radio yang membangkitkan label RFID dan menyediakan energi agar beroperasi

3. Middleware

Mencatat dan mengirim informasi dari label ke pusat penyimpanan data. (Supriyanto, Wahyu, 2008). Middleware adalah prasarana yang diperlukan di antara interrogator dan database serta software system informasi manajemen yang ada. Interrogator adalah prasarana untuk membaca dan juga menulis label secara remote. Middleware terdiri dari hardware komputer dan software pemroses data terkoneksi ke pusat penyimpanan data atau sistem informasi manajemen. Paltform middleware menyediakan sistem operasi, penyimpanan data, dan software yang mengkoversi masukan dari banyak label menuju pelacakan atau identifikasi data yang terlihat jelas. Middleware dapat dijalankan oleh petugas perusahaan atau dikontrakkan ke penyedia jasa TI.

2.1.2 Sistem RFID

Suatu sistem RFID dapat terdiri dari beberapa komponen, seperti tag, tag reader, tag programming station, circulation reader, sorting equipment dan tongkat inventory tag. Keamanan dapat dicapai dengan dua cara. Pintu security dapat

(3)

melakukan query untuk menentukan status keamanan atau RFID tag-nya berisi bit security yang bisa menjadi on atau off pada saat didekatkan ke reader station.

Kegunaan dari sistem RFID ini adalah untuk mengirimkan data dari piranti portable, yang dinamakan tag, dan kemudian dibaca oleh RFID reader dan kemudian diproses oleh aplikasi komputer yang membutuhkannya. Data yang dipancarkan dan dikirimkan tadi bisa berisi beragam informasi, seperti ID, informasi lokasi atau informasi lainnya seperti harga, warna, tanggal pembelian dan lain sebagainya. Penggunaan RFID untuk maksud tracking pertama kali digunakan sekitar tahun 1980 an. RFID. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka teknologi RFID sendiripun juga berkembang sehingga nantinya penggunaan RFID bisa digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

Dalam suatu sistem RFID sederhana, suatu object dilengkapi dengan tag yang kecil dan murah. Tag tersebut berisi transponder dengan suatu chip memori digital yang di dalamnya berisi sebuah kode produk yang sifatnya unik. Sebaliknya, interrogator, suatu antena yang berisi transceiver dan decoder, memancarkan sinyal yang bisa mengaktifkan RFID tag sehingga dia dapat membaca dan menulis data ke dalamnya. Ketika suatu RFID tag melewati suatu zone elektromagnetis, maka dia akan mendeteksi sinyal aktivasi yang dipancarkan oleh si reader. Reader akan men-decode data yang ada pada tag dan kemudian data tadi akan diproses oleh komputer.

2.1.3 Penggunaan RFID di Perpustakaan

Penggunaan teknologi RFID sudah banyak diterapkan di berbagai jenis perpustakan. Mulai dari perpustakaan perguruan tinggi, Perpustakaan Daerah, Perpustakaan Sekolah dan perpustakaan lainnya. Penggunaan RFID oleh Perpustakaan akan sangat mendukung hal berikut :

a. Sistem Inventori Berkecepatan Tinggi

Keunggulan khas dari sistem RFID ini adalah kemampuan scan terhadap buku-buku. Bagian reader berupa hand-held inventory reader dapat dipindahkan menjauhi rak buku untuk membaca semua informasi unik tertentu.Dengan pemakaian teknologi wireless, hal ini memungkinkan

(4)

tidak hanya dalam mengupdate inventori, tetapi juga mengenali item mana yang di luar pesanan, perpustakaan bisa menerapkan tracing kartu anggota perpustakaan. Dengan sistem ini seluruh pengguna, pengunjung dan karyawan yang memasuki perpustakaan diberi kartu anggota yang ditanami chip RFID.

b. Proses Sirkulasi yang Cepat

Penggunaan RFID akan mempercepatsuatu proses sirkulasi peminjaman danpengembalian. Efisiensi waktu terjadi karena informasi dapat dibaca dari tag RFID dengan lebih cepat daripada barcode dan dapat membaca tumpukan buku-buku pada waktu yang sama. Efisiensi lainnya diwujudkan dengan sirkulasi sederhana dimana tag RFID menggantikan sistem deteksi EM atau RF dan barcode pada sistem otomasi perpustakaan. Wujud lain berupa sistem RFID untukkeamanan dan pelacakan buku-buku perpustakaan atau sistem hybrid yang menggunakan EM untuk aspek sekuriti dan RFID untuk tujuan pelacakan secara bersamaan dengan menggunakan satu perangkat yang sama.

c. Penanganan Buku-buku Secara Otomatis

Penerapan lain dari teknologi RFID adalah penanganan buku-buku secara otomatis. Hal ini meliputi sistem sortir dan alat angkut yang dapat memindahkan buku-buku dan menyortirnya berdasarkan kategori menuju penyimpanannya atau ke dalam gerobak. Hal ini akan mengurangi waktu kerja petugas secara signifikan.

Terdapat konfigurasi yang umum dalam penerapan sistem RFID di perpustakaan di antara berbagai produsen yaitu :

a. RFID Tag

- Dapat ditulis ulang , label standar ISO mengidentifikasi dan melacak berbagai barang (materials)

- Memori chip menyimpan informasi barang tersebut - Status security tersimpan langsung pada label

(5)

- Menghilangkan garis pandang yang diperlukan untuk memproses barang

- Garansi

b. Conversion Station

- Konversi ID barang dari barcode ke label RFID - Secara otomatis menyalurkan / mengeluarkan label

- Mencakup layar sentuh, scanner barcode optic, RFID reader dan gerobak portable

- Memungkinkan programming / reprogramming (entri data) - Tidak memerlukan koneksi ke sistem sirkulasi terotomasi c. Self Check System

- Secara dramatis menyederhanakan proses checkout / check-in(peminjaman/pengembalian)

- Memproses barang dengan barcode dan label RFID

- Dapat memproses banyak barang sekaligus secara bersamaan - Kendali / operasi dengan layar sentuh

- Pilihan fleksibel : 4 bahasa standard tersedia tambahan, memungkinkan pembayaran biaya

d. Staff Workstation

- Meningkatkan efisiensi tempat kerja dan ergonomic - Memproses barang dengan barcode dan label RFID - Display dikombinasikan dengan display sistem otomasi - Bekerja dengan komputer di meja sirkulasi, scanner, printer

- Bekerja sebagai tempat sirkulasi atau tempat programming label (data entri)

(6)

- Dapat memproses peminjaman (check-out) banyak barang sekaligus secara bersamaan

e. Digital Library Assistant

- Mampu membaca sendiri, shelving, pengurutan, pencarian, penyiangan, dan pencarian yang luar biasa

- Dapat digunakan untuk scan barang untuk status sekuriti dalam hal alarm berbunyi

- Secara bersamaan melakukan pembacaan, pencarian, dan scan persediaan

- Dapat memegang/menyimpan informasi lebih dari 1 juta barang - Antena mempermudah pembacaan pada rak yang tinggi dan rendah - Design yang mudah, tanpa kabel, dan ergonomis

f. Detection System

- Proteksi sekuriti yang tinggi untuk semua koleksi perpustakaan - Lebar koridor mengikuti standar ADA

- Pilihan suara alarm memainkan pesan pilihan - Penghitung trafik terintegrasi

- Tidak membutuhkan aplikasi server

- Tersedia dalam warna abu-abu gelap dan terang g. Self Return Books Drops

- Koleksi yang dikembalikan langsung diidentifikasi setelah melalui book drop, fungsi sekuriti anti pencurian (antitheft) diaktifkan kembali. - Pada saat bersamaan database perpusatakaan diperbaharui.

- Pengembalian mandiri (self return book drop) menyediakan servis pengembalian 24 jam.

- Sebagai tambahan, book drop dapat dilengkapi dengan automatic sorting system, menjadikan pengelolaan koleksi lebih efisien

(7)

2.2 Framework COBIT 4.1 2.2.1 Definisi

Keberhasilan implementasi teknologi informasi di dalam mendukung kebutuhan bisnis membuat manajemen harus dapat menempatkan sistem kendali internal atau framework pada tempatnya. COBIT Framework memberikan kontribusi terhadap kebutuhan tersebut dengan membuat hubungan dengan kebutuhan bisnis, mengorganisasi aktifitas teknologi informasi ke dalam proses model yang diterima secara umum, mengidentifikasi sumber teknologi informasi utama, mendefinisikan sasaran kontrol manajemen yang harus dipertimbangkan.

COBIT yaitu Control Objectives for Information and Related Technology yang merupakan audit sistem informasi dan dasar pengendalian yang dibuat oleh Information Systems Audit and Control Association (ISACA), dan IT Governance Institute (ITGI) pada tahun 1992, meliputi (Johnson dkk, 2007) :

1. Business information requirements, terdiri dari : Information : effectiveness (efektifitas), efficiency (efisiensi), integrity (integritas), availability (ketersediaan), reliability (terpercaya).

2. Confidentiality compliance

3. Information Technology Resource, terdiri dari : People, applications, technology, facilities, data.

4. High - Level IT Processes.

COBIT merupakan salah satu kerangka kerja (framework) dalam mendukung tatakelola teknologi informasi. Prinsip dasar pada framework COBIT adalah menyediakan informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Perusahaan atau organisasi perlu mengatur dan mengatur sumber daya teknologi informasi dengan menggunakan sekumpulan proses teknologi informasi yang terstruktur sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

COBIT adalah framework yang telah diterima secara global sebagai basis tata kelola TI yang menyediakan tools dan best practice untuk memonitor dan mengelola aktifitas TI (IT Governance Institute, 2008). ISACA (Information

(8)

System Audit and Control Association) dan lembaga afiliasinya ITGI (Information Tecnology Governance Intitute) COBIT (Control Objective for Information and Related Technology) adalah sebuah kerangka kerja (Framework) evaluasi terhadap sistem informasi yang dikeluarkan. COBIT memberikan domain proses TI yang penting untuk diperhatikan oleh setiap organisasi (ISACA-ITGI, 2000).

Sebagai sebuah kerangka kerja, COBIT memiliki struktur yang mengikat kebutuhan bisnis organisasi dengan kebutuhan manajemen informasi dalam satu kesejajaran (aligment), dan pengelolaan serta pengawasan (monitoring), dan pengendalian (control). Secara keseluruhan konsep framework COBIT digambarkan sebagai sebuah kubus tiga dimensi yang terdiri dari: (1) kebutuhan bisnis, (2) sumber daya teknologi informasi dan (3) proses teknologi informasi (IT Governance Institute, 2007) . Gambar 11 menunjukan framework COBIT 4.1 secara keseluruhan.

(9)

Sumber: IT Governance Institute, 2007

Gambar 1 COBIT 4.1 Framework

COBIT memasukkan model kemapanan yang digunakan untuk menyajikan profil dari proses TI untuk kondisi saat ini (current states) dan masa datang (future states). Model kemapanan pada COBIT digunakan untuk melakukan evaluasi dalam lingkup pengelolaan dan kontrol proses-proses SI/TI di organisasi. Model tingkat kemapanan yang digunakan dalam mengukur tingkat kemapanan organisasi memiliki nilai antara 0 (non-existent) hingga 5 (optimised).

(10)

Pengukuran tersebut diterapkan pada 34 proses COBIT. Namun demikian, belum tentu semua organisasi memiliki atau mencakup keseluruhan proses-proses tersebut. Sehingga penilaian yang dilakukan hanya akan mencakup proses-proses yang didefinisikan pada organisasi tersebut.

2.2.2 Tingkat Kematangan (Maturity Level)

Model tingkat kematangan (maturity model) digunakan sebagai alat untuk melakukan benchmarking dan self-assessment oleh manajemen teknologi informasi secara lebih efisien. Model kemapanan untuk pengelolaan dan kontrol pada proses teknologi informasi didasarkan pada metoda evaluasi perusahaan atau organisasi, sehingga dapat mengevaluasi sendiri, mulai dari level 0 (non-existent) hingga level 5 (optimised).

Pengukuran tingkat kemapanan dengan model kemapanan yang disediakan COBIT 4.1 pada penelitian ini berbasis pada cara pengukuran yang digunakan oleh Pederiva (Pederiva, 2003). Detil pertanyaan yang dikembangkan dalam pengukuran tingkat kemapanan tersebut berlandaskan pada model kemapanan COBIT yang terdiri dari 34 proses.

Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kemapanan bukanlan merupakan tujuan akhir, akan tetapi digunakan sebagai pendukung hal-hal tertentu bagi organisasi (Guldentos, Erik. 2003), sebagai contoh:

 Memperoleh kepedulian semua pihak yang terlibat dalam kendali proses COBIT 4.1.

 Identifikasi kelemahan pada tiap bagian dalam kendali proses tersebut.  Identifikasi prioritas peningkatan atau perbaikan pada tiap bagian dari

kendali proses tersebut.

Tingkat kemapanan (maturity level) tatakelola TI menurut COBIT 4.1 diukur dari tingkat kemapanan proses-proses (aktivitas pengelolaan) TI yang menerapkan mekanisme control yang terdapat dalam 34 proses di bawah domain PO, AI, DS, ME. COBIT 4.1 mengukur tingkat kemapanan dengan meminjam konsep kategori enam maturity level CMM (Capability Maturity Model) dari SEI (Software Engineering Institute), yaitu non-eksistent (0), adhoc (1), repeatable

(11)

(2), defined (3), managed (4), dan optimized (5) (IT Governance Institute 2008) dengan deskripsi sebagai berikut ;

1. Non-eksistent (0 = Management processes are not applied at all) Kekurangan yang menyeluruh terhadap proses apapun yang dapat dikenali. Perusahaan bahkan tidak mengetahui bahwa terdapat permasalahan yang harus diatasi.

2. Adhoc (1 = Processes are ad hoc and disorganized), Terdapat bukti bahwa perusahaan mengetahui adanya permasalahan yang harus diatasi. Bagaimanapun juga tidak terdapat proses standar, namun menggunakan pendekatan ad hoc yang cenderung diperlakukan secara individu atau per kasus. Secara umum pendekatan kepada pengelolaan proses tidak terorganisasi.

3. Repeatable (2 = Processes/allow a regular pattern), Proses dikembangkan ke dalam tahapan dimana prosedur serupa diikuti oleh pihak-pihak yang berbeda untuk pekerjaan yang sama. Tidak terdapat pelatihan formal atau pengkomunikasian prosedur standar dan tanggung jawab diserahkan kepada individu masingmasing. Terdapat tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pengetahuan individu sehingga kemungkinan terjadi error sangat besar.

4. Defined (3 = Processes are documented and communicated), Prosedur distandarisasi dan didokumentasikan kemudian dikomunikasikan melalui pelatihan. Kemudian diamanatkan bahwa proses-proses tersebut harus diikuti. Namun penyimpangan tidak mungkin dapat terdeteksi. Prosedur sendiri tidak lengkap namun sudah memformalkan praktek yang berjalan 5. Managed (4 = Processes are monitored and measured), Manajemen

mengawasi dan mengukur kepatutan terhadap prosedur dan mengambil tindakan jika proses tidak dapat dikerjakan secara efektif. Proses berada dibawah peningkatan yang konstan dan penyediaan praktek yang baik. Otomatisasi dan perangkat digunakan dalam batasan tertentu

6. Optimized (5 = Best practices are followed and automated) Proses telah dipilih ke dalam tingkat praktek yang baik, berdasarkan hasil dari

(12)

perbaikan berkelanjutan dan permodelan kedewasaan dengan perusahaan lain. Teknologi informasi digunakan sebagi cara terintegrasi untuk mengotomatisasi alur kerja, penyediaan alat untuk peningkatan kualitas dan efektifitas serta membuat perusahaan cepat beradaptasi.

Gambar 2 merupakan gambar peringkat dari maturitas dalam kerangka kerja COBIT 4.1

Gambar 2 Tingkat Maturitas COBIT 4.1

Adapun beberapa cara yang umum dilakukan dalam melaksanakan penilaian maturity diantaranya adalah (Guldentops, 2003):

a. Pendekatan multidisiplin kelompok orang yang mendiskusikan dan menghasilkan kesepakatan level maturity kondisi sekarang,

b. Dekomposisi deskripsi maturity menjadi beberapa pernyataan sehingga manajemen dapat memberikan tingkat persetujuannya,

c. Penggunaan atribut matriks sebagaimana didokumentasikan dalam

COBIT’s Management Guidelines dan memberikan nilai masing

(13)

2.2.3 Critical Success Factors (CSF)

Critical Success Factors (CSF) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi yang merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi (Ward J and Peppard J. 2005). CSF adalah sesuatu hal yang harus dilaksanakan dengan baik untuk mendukung kesuksesan sebuah organisasi dan managemennya dan terlebih dari itu CSF mencerminkan managerial sebuah perusahaan yang dapat memberikan sesuatu yang special dan berlanjut pada sebuah performa yang tinggi. Dengan CSF, factor-faktor apa saja yang sangat krusial bagi kesuksesan sebuah organisasi dapat diidentifikasi lebih jauh lagi dan dapat membantu memdidik para eksekutif dan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu juga, CSF dapat membantu melihat sebuah bisnis dalam suatu konteks industri yang besar dan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi.

Pembentukan CSF diawali dengan pembentukan tujuan bisnis organisasi yang berbasis pada visi dan misi organisasi. Analisis yang dilakukan terhadap CSF digunakan dalam menentukan indikator produktifitas organisasi.Penentuan CSF dalam penelitian ini juga mengarahkan pada pemilihan kendali proses pada COBIT 4.1 yang berhubungan dengan strategi bisnis organisasi. Pemilihan kendali proses ini akan diawali dengan penentuan klasifikasi tujuan bisnis (generic business goals) dan hubungannya tujuan bisnis (IT goals) yang terdapat pada COBIT 4.1.

2.3 Perpustakaan Nasional RI

Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga Pemerintah Non Kementerian yang diberikan tugas untuk melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang perpustakaan, merupakan perpustakaan utama yang dianggap paling komprehensif untuk melayani keperluan informasi dari penduduk suatu negara. Perpustakaan Nasional RI bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut untuk mendukung tercapainya visi misi orgnisasi.

(14)

Visi: Terdepan dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar membaca Misi:

1. Membangun koleksi perpustakaan di seluruh Indonesia

2. Mengembangkan layanan informasi perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan

3. Mengenbamgkan infrastruktur melalui penyediaan sarana dan prasarana serta kompetensi SDM

2.3.1. Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi

Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi bertugas melaksanakan layanan perpustakaan dan informasi. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan layanan koleksi umum dan khusus b. Melaksanakan bimbingan pemakai

c. Melaksanakan pameran dan promosi

d. Melaksanakan kerjasama dan otomasi perpustakaan

Gambar 3 adalah struktur organisasi Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi yang terdapat dalam Laporan Akuntabilitas Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi tahun 2007 : PUSAT JASA PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI BIDANG LAYANAN KOLEKSI UMUM BIDANG LAYANAN KOLEKSI KHUSUS BIDANG KERJASAMA PERPUST. DAN INFORMASI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUB BIDANG KERJASAMA PERPUSTAKAAN SUB BIDANG OTOMASI PERPUSTAKAAN KELOMPOK LAYANAN TERBUKA

(15)

Tujuan kegiatan di Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi:

1. Mewujudkan layanan prima untuk menunjang pembangunan nasional 2. Meningkatkan layanan informasi pada masyarakat sebagai manifestasi

layanan perpustakaan yang demokratis

3. Mewujudkan layanan informasi menuju terbentuknya masyarakat yang berkualitas

4. Meningkatkan layanan perpustakaan berorientasi kepada kepuasan pemakai

5. Meningkatkan daya saing jasa perpustakaan dan informasi

Sasaran kegiatan di Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi: 1. Terwujudnya pola kemitraan antar perpustakaan dan lembaga 2. Tersedianya akses ke semua jenis koleksi

3. Terselenggaranya diversifikasi jasa perpustakaan dan informasi

4. Terwujudnya jaringan informasi dan kerjasama perpustakaan di dalam dan luar negeri

5. Terlaksananya penerapan Total Quality Management pada layanan perpustakaan

6. Terlaksananya penerapan standar ISO 11620 pada Perpustakaan Nasional RI

7. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung pengembangan jasa perpustakaan dan informasi

8. Meningkatkan pemanfaatan infrastruktur jaringan untuk produktifitas kerja dan kemajuan bersama

(16)

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas dibutuhkan sebuah strategi untuk mencapainya. Cara atau strategi pencapaian tujuan dan sasaran adalah:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang layanan dan otomasi perpustakaan

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana layanan perpustakaan 3. Meningkatkan promosi perpustakaan

4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait di dalam dan luar negeri

5. Mengembangkan sistem layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi

6. Mengembangkan diversifikasi jasa perpustakaan

7. Pemanfaatan seluruh sumber daya yang ada secara maksimal 8. Menerapkan Total Quality Manajement pada layanan perpustakaan 9. Menerapkan standar ISO 11620 pada layanan perpustakaan

2.3.2. Pemanfaatan RFID di Perpustakaan Nasional RI

Perpustakaan Nasional RI memiliki berbagai jenis koleksi yang sangat bernilai tinggi. Sebagian dari koleksi tersebut dapat digunakan dan dipinjamkan kepada anggota perpustakaan, sebagian lainnya tidak. Dalam rangka pengamanan koleksi-koleksi tersebut, Perpustakaan Nasional RI membangun sistem pengamam koleksi dan intaris koleksi. Pengembangan sistem ini juga diharapkan mempunyai fungsi multiguna untuk kemudahan bagi Perpustakaan Nasional RI mendata koleksi dan inventory koleksi dalam kegiatan operasionla dan pelayanan Perpustakaan Nasional RI. Pengembangan sistem pengamanan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan inventaris koleksi sekaligus dapat meningkatkan pelayanan kepada para pengguna perpustakaan.

Pembangunan sistem pengamanan koleksi dan inventaris koleksi ini bertujuan :

1. Meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI

(17)

2. Mengamankan koleksi dan inventaris koleksi yang bernilai sehingga informasi yang terkandung di dalamnya tetap dapat digunakan dan dimanfaatkan seluas2nya oleh masyarakat

3. Membangun sistem pengamanan dan inventory koleksi dengan menggunakan sistem RFID yang memiliki frequency open standard platform

4. Meningkatkan kualitas layanan cetak mandiri bagi pengguna perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI yang berintegrasi dengan sistem informasi manajemen Perpustakaan Nasional RI

5. Menyediakan aplikasi pendukung pencetakan mandiri pada perangkat multifungsi yang dapat ditampilkan dan dioperasikan melalui display perangkat multifungsi dan berjalan melalui server pendukungnya

Hasil yang diharapkan :

1. Tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung pembangunan sistem pengamanan koleksi dan inventaris koleksi berbasiskan teknologi RFID

2. Mendukung peningkatan pelayanan bagi pengguna perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI

3. Penggunaan sistem RFID dengan frequency open standard platform pada sistem yang digunakan untuk pengamanan koleksi dan intaris koleksi 4. Adanya suatu sistem cetak mandiri menggunakan perangkat keras mesin

multifungsi bagi pengguna perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Nasional RI yang terintegrasi dengan sistem informasi manajemen Perpustakaan Nasional RL guna meningkatkan kualitas layanan

5. Adanya aplikasi pendukung pencetakan mandiri pada perangkat multifungsi yang dapat ditampilkan dan dioperasikan melalui display perangkat multi fungsi

6. Tersedianya server untuk mendukung berjalannya aplikasi pendukung pencetakan mandiri pada perangkat multi fungsi

Penerapan teknologi RFID di Perpustakaan Nasional belom mencakup keseluruhan fungsi-fungsi yang ada. Pengembangannya dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan anggaran yang ada. Pemilihan fungsi-fungfi tersebut dipilih berdasarkan skala prioritas sesuai dengan kinerja layanan perpustakan. Tabel 1 memaparkan tentang penerapan Teknologi RFID di Perpustakaan Nasional RI berdasarkan Kerangka Acuan Kerja RFID, 2008.

(18)

Tabel 1 Penerapan RFID dan perangkatnya di PNRI :

NO PERANGKAT KETERANGAN

1. RFID Frontdesk Station Digunakan oleh staf perpustakaan untuk melakukan proses peminjaman,

pengembalian, dan

menghidupkan/mematikan security bit pada RFID tag. Peralatan ini juga dapat digunakan untuk mengisi data pada RFID tag.

2. RFID security gate Digunakan sebagai gerbang Pengaman yang memiliki alarm counter sekaligus dapat berfungsi sebagai patron counter 3. RFID portable station

(handheld station)

Digunakan oleh staf perpustakaan untuk melakukan pemeriksaan koleksi yang telah dilengkapi dengan RFID tag pada rak koleksi guna mendukung sirkulasi dan Pengaman koleksi dan inventaris koleksi. 4. Self check station Layanan peminjaman mandiri yang dapat

digunakan oleh pengguna perpustakaan untuk melakukan proses peminjaman, perpanjangan, dan pengembalian koleksi yang secara otomatis dapat melakukan update data peminjaman tersebut. 5. Aplikasi RFID tag dan

reader untuk sirkulasi dan Inventory koleksi (stock opname) koleksi

Perpustakaan Nasional RI

Aplikasi ini terintegrasi dengan INLIS yang telah dibangun sebelumnya oleh Perpusnas RI dan digunakan sebagai aplikasi

pengelolaan sirkulasi dan inventory koleksi yang berbasis pada RFID.

6. Workstation Digunakan sebagai alat dalam menjalankan aplikasi RFID

Gambar

Gambar 1 COBIT 4.1 Framework
Gambar 3 Struktur Organisasi Pusat Jasa Perpustakaan Nasional RI
Tabel 1 Penerapan RFID dan perangkatnya di PNRI :

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hasil penjelasan perkategori jawaban responden dalam menanggapi tentang Empathy (Empati) dengan pertanyaan tentangsikap mendengarkan complain nasabah yang

Dari segi kepercayaan Debby tidak percaya akan sesuatu yang dianggap tidak logis, segala sesuatu yang Debby lakukan harus diiringi dengan berdoa.. Dari segi teknologi Debby

Sehubungan itu, nisbah hasilan sedimen digunakan bagi mendapatkan jumlah sebenar hasilan sedimen dengan mengambil kira kemasukan kumin- kumin tanih daripada peristiwa hujan

Berdasarkan data yang penulis peroleh yaitu laporan harga pokok produksi Karpet Abaca serta daftar biaya dalam aktivitas produksi karpet abaca tahun 2013, penulis

Residential Interior Design * DEI637 Dr. Cama Juli Rianingrum, M.Si 3 DI AO. Diah Asmarandani, M.Hum 4 DP AR. Indralaksmi, M.Ds 6 DKV/DG AO. Komp) 7. Hari ke-2 Dody Setianto,

Crustacea memiliki tubuh yang terdiri dari dua bagian yaitu kepala dan dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut (abdomen) yang bersegmen- segmen, memiliki mata majemuk

Yang dimaksud dengan “sudah dapat diperkirakan” adalah jadwal Pol PP dalam melakukan penertiban dihari-hari tertentu kemudian dijadikan acuan bagi orang-orang atau

Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan yang selanjutnya disebut Baperjakat adalah Badan yang bertugas memberikan pertimbangan dan saran kepada Gubernur dalam