• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

1 1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teoritis

1. Hakikat Pendidikan Jasmani a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasamani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Menurut WHO (dalam Rahayu 2013, hlm. 7) mengatakan bahwa.

Pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai kegiatan dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani (meliputi kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.

Sedangkan mengenai pendidikan jasmani menurut Lutan (2001, hlm. 1) berpendapat bahwa “Proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan. Sama halnya dengan mata pelajaran lainnya, melalui proses pengajaran diharapkan terjadi perubahan perilaku pada anak didik kita”. Selanjutnya menurut Rosdiani tentang pendidikan jasmani (2012, hlm. 23) adalah. Proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam rangka sistem pendidikan nasional.

Sedangkan menurut Husdarta (2011, hlm. 3) berpendapat ”Pendidikan Jasmani dan Kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional”. Sedangkan pendidikan jasmani menurut pendapat Safari (2014, hlm. 23).

(2)

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Oleh karena itu, pendidikan jasmani dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani berkaitan erat dengan gerak manusia dan pendidikan, yaitu hubungan dari perkembangan fisik dengan pikiran dan jiwa. Dengan kata lain pendidikan jasmani memanfaatkan aktivitas fisik untuk mengembangkan keutuhan dalam segi fisik, mental dan emosional manusia.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar secara umum dapat dijabarkan sebagai pemicu untuk menerapkan dan menanamkan kebiasan hidup sehat, baik sehat dinamis maupun sehat statis. Menurut Rahayu (2013, hlm. 19) tujuan pendidikan jasmani diantaranya :

1) Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2) Mmbangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.

3) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran jasmani.

4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis, melalui aktivitas jasmani.

5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategiberbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air), pendidikan luar kelas (outdoor education).

6) Mengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat meleui berbagai aktivitas jasmani.

7) Mengembangkan kterampilan untuk menjaga keselamatan diri sndiri dan orang lain.

8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

Sedangkan tujuan pendidikan jasmani, menurut Rosdiani (2012, hlm. 34) telah mengemukakan bahwa secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk.

(3)

a) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas, estetika, dan sosial.

b) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani

c) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal.

d) Mengembangkan nilai nilai pribadi melalui partisipasi aktivitas jasmani melalui kelompok atau perorangan.

e) Dapat mengembangkan keterampilan social.

f) Menikmati kesenangan dan keriangan, termasuk permainan dan olahraga. Tujuan pendidikan jasmani sangat kompleks yang semuanya memberikan sumbangan yang cukup penting dalam masa pertumbuhan dan masa perkembangan anak. Hal ini bisa dilihat dari aspek-aspek yang ada di dalamnya yaitu psikomotor, afektif, dan kognitif. Sedangkan secara khusus, tujuan pendidikan jasmani di SD menurut Suherman (2011, hlm. 6) menyebutkan bahwa.

Tujuan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar adalah untuk membantu anak didik agar meningkatkan kemampuan gerak di samping merasa senang dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan juga peserta didik memiliki fundasi yang kuat untuk mengembangkan keterampilan gerak, pemahaman secara kognitif dan sikap positif terhadap aktivitas jasmani kelak sehingga menjadi manusia dewasa yang sehat dan berkepribadian yang mantap.

Menurut Depdiknas (2006, hlm. 175) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik.

c. Meletakan landasan karakter moral yang kuat melaui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

d. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

e. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, serta memiliki sikap yang positif.

(4)

Sedangkan menurut Paturusi (2012, hlm. 12) tujuan pendidikan jasmani, yaitu ”memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional, dan moral”.

Dengan demikian penulis menyimpulkan, melalui Pendidikan jasmani peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan Pendidikan Jasmani. Semua hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tentang pemahaman gerak, untuk memperoleh derajat kebugaran jasmani, mengembangkan nilai-nilai pribadi, mengembangkan keterampilan dan kebiasaan hidup sehat dan perubahan prilaku yang melekat pada seseorang.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemempuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai, dan pembiasaan hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Semua hal itu ada pada ruang lingkup pendidikan jasmani, Menurut Rahayu (2013, hlm. 18) ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan ksehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permaianan, ekspolari gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, danmanipulatif, atletik, kasti, rounders, kasti, kippers, sepak bola, bola basket dan bela diri, serta aktivitas lainnya.

2) Aktivits pngembangn meliputi: mekanik sikap tubuh, komponn kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serata aktivitas lainnnya. 3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketngkasan tanpa alat,

ketngkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnnya.

5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

6) Pendiddikan luar kelas meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

7) Kesehtan meliputi: peneneman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cedera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implicit masuk dalam semua aspek.

(5)

Senada dengan hal itu ruang lingkup pendidikan jasmani menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006, hlm. 175), lebih terlihat sedikit tetapi menyeluruh dan lebih sederhana, berikut ini ruang lingkup menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan bahwa.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan menurut meliputi aspek-aspek sebagai berikut, permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas, kesehatan.

Ruang lingkup pendidikan jasmani sangat kompleks. Dimana semuanya itu bertujuan untuk mengarahkan dan membekali siswa tentang dasar-dasar pendidikan olahraga dan kesehatan dan olahraga dalam rangka untuk menambah keterampilan dan perbendaharaan pengetahuan para guru pendidikan olahraga di sekolah yang menyenangkan,memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas dan dapat ditingkatkan efektifitas pembelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan. Senada dengan hal tersebut menurut Mahendra (dalam Sunardy, Asep, 2013, hlm 18) bahwa dalam pendidikan jasmani di sekolah Dasar harus meliputi:

a) Kemampuan pengeloalaan tubuh b) Keterampilan-keterampilan dasar

c) Keterampilan-keteramoilan khusus yang terspesialisasi

Selain itu pendidikan jasmani memiliki hal penting yang menjadi keunikan dalam pendidikan jasmani menurut Dauer dan Pangrazy (dalam Rosdiani, 2012, hlm. 28) mengatakan bahwa:

a) Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa

b) Meningkatnya terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta

c) Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktik.

Di dalam ruang lingkup pendidikan jasmani pada dasarnya semuanya merupakan bagian yang integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan social, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Senada dengan hal di atas menurut Paturusi (2012, hlm. 13) misi pendidikan jasmani dan olahraga tercakup dalam tujuan pembelajarannya meliputi: “domain kognitif, psikomotor, dan afektif”.

(6)

Dari kutipan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan jasmani memiliki ruang lingkup yang meliputi aspek-aspek permaianan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar sekolah dan kesehatan yang semuanya merupakan bagian dari aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

2. Hakikat Belajar

Belajar secara formal dilakukan oleh para siswa dengan bantuan guru sebagai fasilitator dalam lingkungan yang sengaja di ciptakan sedemikian rupa agar kondusif melalui kegiatan kompleks untuk menghasilkan kapabilitas atau kemampuan, keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang semakin berkembang.Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya (Choerudin, 2012 hlm. 4).

Dalam startegi pembelajaran terdapat dua konsep pendidikan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu belajar dan pembelajaran. Pada dasarnya konsep belajar bermuara pada kegiatan peserta didik, sedangkan konsep pembelajaran bermuara pada pihak guru dan siswa.Belajar dan pembelajaran pada dasarnya merupakan dua konsep yang tidak dapat terpisahkan yang membentuk suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik melalui pengalaman dan latihan, sedangkan pembelajaran merupakan usaha guru untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi kepada siswa. Belajar dan pembelajaran di anggap sebagai proses karena di dalamnya terdapat interaksi (hubungan timbalbalik) antara guru dengan siswa. Menurut Mulyana (2009, hlm. 3) menyatakan bahwa:

Belajar adalah usaha sadar manusia untuk mengadakan perubahan perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan tersebut cenderung permanen, karena sebelum belajar yang bersangkutan belum mempunyai pengalaman dengan ilmu dan keterampilan yang baru diperolehnya yang secara psikologis mempengaruhi kejiwaannya, antara lain cara berpikir, mereaksi, melaksanakan dan menganalisis.

(7)

Belajar merupakan suatu proses yang dialami setiap manusia. Proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat. Proses belajar tersebut diarahkan untuk mengadakan perubahan perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan yang terjadi setelah berlangsung proses belajar, yaitu perubahan yang cenderung permanen. Proses belajar yang dialami manusia berlangsung berdasarkan pengalaman masing-masing dengan ilmu dan keterampilan yang baru diperoleh yang mempengaruhi kejiwaan dan cara berpikirnya. Selanjutnya menurut Gagne (dalam Sagala 2006, hlm. 13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan menurut Sagala (2006, hlm. 11) menyatakan “bahwa belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi baik yang bersifat eksplisit maupun bersifat implisit (tersembunyi)”.

Dari ketiga pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan meruakan suatu proses dimana terjadi suatu perubahan yang berupa perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman.

Adapun pengertian pembelajaran menurut Mulyana (2009, hlm.4) menyatakan bahwa Pembelajaran adalah kegiatan yang berpusat pada tujuan yang hendak dicapai berdasarkan perencanaan. Sejalan dengan teori menurut Mulyanto (2013, hlm. 10).

Pembelajaran adalah upaya memaksimalkan dari seorang guru sebagai pengajar dan seorang siswa sebagai pelajar dalam merancang atau mengelola segala suatu hal yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Suatu proses pembelajaran memiliki beberapa komponen diantaranya, guru sebagai pengajar, siswa sebagai pelajar serta sumber belajar yang menunjang dalam proses pembelajaran. Guru, siswa dan sumber belajar saling berinteraksi satu sama lain dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung memiliki tuuan yaitu agar siswa sebagai pelajar memperoleh hasil belajar yang maksimal.

(8)

Definisi lain tentang pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L. Smithdan Tillman J. Ragan (dalam Fitriyadi, 2013 hlm.6) mengemukakan bahwa pembelajaran adalahpengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik.

Selanjutnya menurut Sagala (2006, hlm. 61) menyatatakan bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu keberhasilan siswa. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (dalam Sagala, 2006 hlm.62) menyatakan bahwa,„pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar‟.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik serta adanya sumber beljar sebagai penunjang dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang akan di capai. Dalam dunia pendidikan, konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua proses yang terdapat dalam satu sistem.

3. Pengertian Gerak Dasar

Pendidikan jasmani adalah proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Belajar melalui gerak untuk mencapai tujuan pengajaran dalam pendidikan jasmani yaitu siswa di ajarkan untuk bergerak melalui pengalaman gerak terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohani.

Perkembangan jasmani anak tidak semata-mata bergantung pada proses keamatangan. Perkembangan juga dipengaruhi oleh pengalaman gerak mereka baik di tinjau dari aspek mutu maupun banyaknya pengalaman gerak. Namun, kegiatan ini harus disertai dengan bimbingan, arahan dan dorongan dari orang dewasa, termasuk orang tua dan guru. Melalui bimbingan, arahan dan dorongan anak akan mampu bergerak dengan penuh kesenangan, penghematan tetangga dan gerakan terkendali.

(9)

Ciri dari pendidikan jasmani adalah belajar melalui pengalaman gerak untuk mencapai tujuan pengajaran. Wujud dari proses belajar pendidikan jasmani adalah perkembangan yang menyeluruh yaitu psikomotor, kognitif dan afektif. Ketiga aspek perkembangan tersebut merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Menurut Mutohir dan Gusril (dalam Dinata 2004, hlm. 2).

Dituliskan bahwa umur 8 sampai 15 tahun adalah merupakan tahun-tahun keemasan bagi belajar ketangkasan ( skill learning ). Ini menunjukkan bahwa pada usia sekolah dasar merupakan kesempatan emas bagi guru untuk mengembangkan potensi gerak dasar yang dimiliki siswa untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan penguasaan keterampilan gerak dasar memudahkan seseorang untuk menguasai gerak selanjutnya.

Kemampuan gerak dasar yang dimiliki siswa sangat baik apabila dikembangkan. Masa-masa keemasan anak belajar ketangkasan adalah ketika anak berumur 8 sampai 15 tahun atau ketika usia sekolah dasar. Itu berarti guru SD sangat berpeluang besar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa pada masa itu, karena penguasaan keterampilan gerak dasar akan mempermudah siswa untuk menguasai gerak selanjutnya. Selanjutnya menurut Mulyanto (2013, hlm.28) menyatakan bahwa:

Gerak dasar manusia terdiri atas tiga macam yaitu gerak dasar lokomotor atau gerakan yang mengakibatkan seseorang berpindah tempat.Gerak dasar nonlokomotor yaitu seseorang bergerak dengan tidak berpindah tempat dan yang terakhir gerak dasar manipulatif yaitu gerakan yang dilakukan dengan mempermainkan benda.

Gerak dasar manusia yang terdiri atas tiga macam yaitu gerak dasar lokomotor, gerak dasar nonlokomotor dan gerak dasar manipulatif. Gerak dasar lokomotor merupakan yang mengakibatkan seseorang berpindah tempat. Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh orang berpindah tempat.Sedangkan gerak dasar nonlokomotor dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan dan lain-lain. Dan yang terakhir gerak dasar manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan.

(10)

Menurut Ma‟mun dan Saputra (2000 hlm. 20) “kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup”. Sedangkan menurut Waharsono (1999, hlm 53) bahwa gerak dasar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang sejak kecil dari masa kanak-kanak yang berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan.Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah kemampuan geraknya.

Definisi lain menurut Lutan (1988, hlm. 96) menyatakan bahwa kemampuan motorik / gerak dasar lebih tepat disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu ketrampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Selanjutnya menurut Choerudin (2012, hlm. 2) menyatakan bahwa,

Gerak dasar merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga, atau dengan kata lain gerak dasar merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau praktek.

Sedangkan menurut Sukintaka (2004 hlm.78) mengemukakan bahwa Kemampuan motorik / gerak dasar adalah kualitas hasil gerak individu dalam melakukan gerak, baik gerakan non olahraga maupun gerak dalam olahraga atau kematangan penampilan keterampilan motorik.

Dari paparan berikut, dapat disimpulkan bahwa gerak dasar merupakan suatu proses gerakan baik gerakan non olahraga ataupun gerakan dakam olahraga yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau praktek. Adapun gerak dasar manusia yaitu meliputi gerak dasar lokomotor, nonlokomotor, serta gerak dasar manipulatif.

4. Pengertian Sepak Takraw

Permainan sepak takraw dilakukan di lapangan yang berukuran 13,24 m kali 6,10 m yang dibagi dua garis dan net setinggi 1,55 m dengan lebar 72 cm, dan lubang jarring sekitar 4-5 cm. Bola yang dimainkan terbuat dari rotan atau fibre glass yang dianyam dengan lingkaran antara 41-43 cm. Menurut pendapat Prawirasaputra (2000, hlm. 5).

(11)

Permainan sepak takraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu berhadapan terdiri atas 3 orang yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan.

Permainan sepak takraw dimulai dengan lambungan bola yang terbuat dari rotan dan fiber oleh apit kiri atau apit kanan yang diarahkan tekong. Tekong harus siap harus siap melakukan sepak mula yang diarahkan kedaerah lawan melalui atas jaring baik menyentuh bibir net ataupun langsung menuju lapangan lawan. Sedangkan menurut Permana (2008, hlm. 1) mengatakan.

Sepak takraw adalah suatu bentuk permainan yang dimainkan oleh dua regu/tim yang masing-masing tim terdiri atas tiga pemain, sepak takraw dimainkan di atas lapangan seluas lapangan bulutangkis menggunakan net dan bola yang terbuat dari rotan atau sintetis dengan gerakan menyepak atau menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali tangan.

Senada pendapat di atas Darwis (1992, hlm. 2) “permaian sepak takraw itu merupakan perpaduan atau penggabungan tiga buah permainan yaitu permainan sepak bola, bola voli, dan bulutangkis”. Sedangkan menurut Sofyan (2009, hlm. 2) “sepak takraw adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola, dan bola volley, dimainkan di lapangan ganda badminton, dan pemain tidak boleh menyentuh boladengan tangan”. Dan menurut Yusup, ucup dkk (2011, hlm 3) “permainan sepak takraw yang dimainkan sekarang ini adalah permainan yang menggunakan bola yang terbuat dari rotan dan plastic (synthetic fibre)”.

Dari kutipan di atas penulis menyimpulkan bahwa permainan sepak takraw adalah permaianan gabungan dari tiga buah permainan yaitu sepak bola, bola voli dan bulutangkis.Dimainka tiga orang yang dibatasi oleh net dan dimainkan dengan bola yang terbuat dari rotan atau fibre glass. Dan dalam permainannya setiap pemain bola tidak boleh mengenai tangan pemain.

(12)

5. Komponen-komponen Sepak Takraw

Adapun komponen-komponen dalam permainan sepak takraw adalah sebagai berikut:

a. Lapangan

Lapangan sepak takrawberukuran panjang 13,4 m dan lebar 6,1 m, dibagi dua oleh garis tengah yang ditarik dari garis pinggir setebal 2 cm. garis samping dan belakang dibuat setebal 4 cm dan terbebas dari halngan sejauh 3 m kea rah luar, bagian atas dari lapangan harus terbebas dari halangan setinggi 8 m dari lantai. Pada kedua lapangan dibuat lingkaran sevis (tempat berdiri tekong) dengan jari- jari 30 cm dan titik pusatnya berjarak 2,45 m dari garis belakang dan 3,05 m dari garis pinggir. Pada titik temu garis tengah dengan garis pinggir masing-masing dibuat setengah lingkaran dengan jari-jari 90 cm, dan tebal garisnya sebesar 3 cm.setengah lingkaran ini adalah tempat berdiri apit.

Gambar 2.1 Lapangan Sepak Takraw

(Darwis dan Penghulu Basa, 1992, hlm. 8) b. Tiang

Tiang dalam olahraga sepak takraw memiliki tinggi 1,55 m untuk pria dan 1,45 m untuk wanita yang berbentuk bulat dengan jari-jari tidak lebih dari 14 cm. tiang ditutup dengan bahan yang dapat melindungi pemain dar cedera. Kedua tiang dipasang dengan kuat pada pinggir lapangan sejauh 30 cm dari garis pinggir dan sejajar dengan garis tengah.

(13)

c. Net / jaring

Jaring untuk olahraga sepak takraw tebuat dari benang yang kuat atau nilon dengan lubang-lubang berukuran 6-8 cm. lebar dari net adalah 70 cm, panjangnya tidak lebih dari 6,1 m, dan diberi pita setebal 5 cm pada setiap pinggirnya. Setelah dipasang, tinggi net dbagian tengah lapangan hendaknya berukuran 1,52m (1,42 m untuk wanita) untuk bagian tiang.

Gambar 2.2 Net

(Darwis dan Penghulu Basa, 1992, hlm. 10)

d. Bola Sepak Takraw

Bola berbentuk bulat dan dan mmpunyai 12 lubang dengan 20 pertemuan silang.Terbuat dari rotan atau sintetis. Ukuran keliling bola diantara 42 cm sampai 44 cm (43 cm sampai 45 cm untuk wanita) dengan berat 170 gram sampai 180 gram (150 gram sampai 160 gram untuk wanita).

Gambar 2.3 Bola Sepak Takraw

(14)

e. Peraturan dalam Sepak Takraw

Sebelum permainan dimulai, wasit akan mengadakan undian yang biasannya menggunakan “toss coin”. Tim yang menang undian boleh memilih untuk melakukan) sepak mula atau sisi lapangan. Tim yang memilih sepak mula, dialah yang akan melakukan sepak mula untuk mengawali babak pertama. Setelah permainan babak pertama selesai, kedua tim regu akan saling bertuker tempat, dan sepak mula di awal babak kedua dilakukan tim yang menang di babak pertama.

f.Seragam Pemain

Dalam pertandingan sepak takraw, para pemain memakai kaos dan celana pendek serta bersepatu dan berkaos kaki. Dilarang bagi semua pemain mengenakan benda yang dapat membahayakan pemain lawan selama pertandingan. Semua benda yang dikenakan pemain dianggap sebagai bagian dari anggota tubuhnya, untuk itu kaos yang dikenakan harus dimasukan ke celana pendek.

Semua pemain dilarang mengenakan alat/benda yang dapat mempercepat pergerakannya dan mempercepat laju bola. Kapten tim dalam olahraga sepak takraw mengenakan “Arm Band” yang dapat dipakai I lengan.

Semua kaos yang dikenakan pemain memiliki nomor punggung 1 sampai 15 dibagian belakng dengan ukuran nomor sebesar 19 cm (tinggi). Satu orang pemain harus memakai satu nomor terus tetap selama pertandingan.

Gambar 2.4 Pakaian

(15)

g. Teknik Dasar Permainan Sepak Takraw 1) Sepak Sila

Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila sering digunakan untuk menerima dan menimang bola atau menguasai bola, mengumpan dan hantaran serta dapat menyelamatkan serangan lawan.

Teknik-teknik melakukan sepak sila:

a) Berdiri dengan dua kaki terbuka berjarak selebar bahu. b) Kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu.

c) Bola dikenai atau bersentuh dengan bagian dalam kaki sepak pada bagian bawah dari bola.

d) Kaki tumpu ditekuk sedikit, badan dibungkukkan sedikit. e) Mata melihat ke arah bola.

f) Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan.

g) Pergelangan kaki-sepak pada waktu menyepak ditegangkan atau dikencangkan. h) Bola disepak ke atas lurus melewati kepala.

Gambar 2.5 Sepak Sila

(16)

2) Sepak Kuda

Sepak kuda atau sepak kura adalah sepakan yang dilakukan dengan menggunakan punggung kaki. Sepak kuda digunakan untuk memainkan bola yang datangnya rendah dan kencang atau keras, menyelamatkan dari serangan lawan, memainkan bola, mengawal atau menguasai bola dalam usaha penyelamatan bola.

Teknik-teknik melakukan sepak kuda:

a) Berdiri dengan kedua kaki terbuka selebar bahu.

b) Lutut kaki sepak dibengkokkan sedikit dengan ujung jari mengarah ke tanah /lantai, kaki tendang diangkat ke arah bola yang datang dari bawah lutut. c) Bola disentuh pada bagian bawahnya dengan bagian punggung kaki. d) Mata melihat ke arah datangnya bola.

e) Badan dibungkukkan sedikit, kaki tumpu ditekuk.

f) Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan.

g) Bola disepak ke atas setinggi lutut.

Gambar 2.6 Sepak Kuda

(17)

3) Sepak Badak

Sepak badak adalah menyepak bola dengan kaki bagian luar atau samping. Sepak badek ini dapat pula disebut Sepak Simpuh. Dikatakan sepak simpuh oleh karena menyepak bola sama seperti sikap bersimpuh. Sepak badek digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, menyelamatkan bola dari Smesh lawan dan untuk mengontrol atau menguasai bola dalam usaha penyelamatan.

Teknik-teknik melakakukan Sepak Badek:

a) Berdiri dengan tegak kaki terbuka dengan jaraknya selebar bahu.

b) Kaki yang digunakan untuk badek digerakkan keluar, berputar pada paha dengan menghadapkan samping luar kaki ke arah bola.

c) Tinggi gerakan kaki tidak melebihi lutut.

d) Bola disentuh pada bagian bawahnya dengan sisi luar kaki.

e) Untuk keseimbangan, badan dicondongkan sedikit ke arah berlawanan dari kaki yang digunakan (jika kaki kiri digunakan badan dicondongkan ke kanan dan sebaliknya).

f) Untuk keseimbangan, kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku. g) Lutut sedikit ditekuk.

h) Mata melihat kepada bola.

i) Bola diarahkan ke atas melebihi tinggi kepala untuk tindak lanjut dalam penyerangan atau diarahkan ke lapangan lawan.

Gambar 2.7 Sepak Badak

(18)

4) Sepak Cungkil

Sepak cungkil adalah sepakan atau menyepak bola dengan menggunakan jari kaki atau ujung kaki yang digunakan untuk mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh dari jangkauan dan datangnya rendah.

Teknik melakukan sepak cungkil:

a) Berdiri dengan kedua kaki berjarak selebar bahu.

b) Kaki sepak diluruskan sehingga ujung kaki dengan lutut digerakkan ke atas setinggi lutut kaki tumpu menuju arah datangnya bola.

c) Bola disentuh dengan bagian atas ujung kaki sepak pada bagian bawah dari bola, sedangkan kaki tumpu ditekuk sedikit pada lutut dan badan dicondongkan atau dikedikkan sedikit ke belakang.

d) Mata melihat ke arah datangnya bola.

e) Kedua tangan dibuka lebar dan bengkokkan pada siku untuk keseimbangan. f) Bola disepak lurus ke atas setinggi bahu atau kepala untuk tindak lanjut.

Gambar 2.8 Sepak Cungkil

(Prawirasaputra, 2000, hlm. 29)

5) Sundulan Kepala (Heading)

Sundulan kepala atau heading adalah memainkan bola dengan menggunakan kepala. Bola dipukul dengan bagian kepala misalnya dengan dahi, samping kiri kepala, samping kanan kepala, dan bagian belakang kepala. Gunanya ada bermacam-macam, bagian dahi untuk mengumpan pada teman, men-Smesh dan untuk menyerang. Bagian samping kanan dan bagian samping kiri kepala

(19)

untuk men-Smesh ke pihak lawan. Bagian belakang kepala untuk menyerang pihak lawan dengan tipuan.

Gambar 2.9

Sundulan Kepala atau Heading (Prawirasaputra, 2000, hlm. 30)

6) Memaha

Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola dan menyelamatkan bola dari serangan lawan.

Teknik Memaha:

a) Berdiri dengan kedua kaki selebar bahu.

b) Kaki diangkat ke atas dengan cara lutut ditekuk dan paha tidak melebihi tinggi pinggang (sesuaikan dengan datangnya bola).

c) Kaki tumpu ditekuk sedikit dan berat badan ada pada kaki tumpu. d) Kedua tangan terbuka untuk menjaga keseimbangan.

e) Bola dikenakan pada paha di atas lutut, agar bola yang datang dapat memantul. f) Bola yang dikontrol diarahkan lurus ke atas agar dapat dikuasai lebih lanjut.

(20)

Gambar 2.10 Memaha

(Prawirasaputra, 2000, hlm. 31)

7) Mendada

Mendada adalah memainkan bola dengan dada, digunakan untuk mengontrol bola untuk dapat dimainkan selajutnya.

Teknik Mendada:

a) Berdiri dengan kedua kaki, salah satu kaki berada dibelakang badan dilentingkan sedikit ke belakang, kedua lutut sedikit dibengkokkan.

b) Pandangan ke arah bola yang datang. c) Perkenaan bola dengan bagian tengah dada.

d) Kedua lengan dibuka dan siku dibengkokkan. Berat badan berada pada kaki belakang.

e) Bola yang diterima dengan dada yang diarahkan ke atas agar mudah untuk dikontrol.

(21)

Gambar 2.11 Mendada

(Prawirasaputra, 2000, hlm. 32)

8) Menapak

Menapak adalah sepakan atau menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki. Menapak digunakan untuk Smesh ke pihak lawan, menahan atau memblok Smesh pihak lawan, dan untuk menyelamatkan atau mengambil bola dekat di atas net.

Teknik melakukan menapak:

a) Berdiri dengan kedua kaki dengan jarak selebar bahu.

b) Kaki sepak diangkat tingi dengan lutut agak dibengkokkan. Telapak kaki dipukulkan ke bola. Kaki jangan menyentuh net.

c) Bola disentuh dengan telapak kaki /sepatu di bagian atas bola dengan menggunakan gerakan pergelangan kaki sepak ke arah lapangan lawan.

d) Mata melihat ke arah bola.

e) Kaki tumpu dibengkokkan sedikit, kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk keseimbangan badan.

(22)

Gambar 2.12 Menapak

(Prawirasaputra, 2000, hlm. 33)

9) Sepak Mula (Service)

Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2001, hlm. 5) bahwa “sepak mula adalah servis yang dilakukan oleh tekong”.Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah sepakmula pada permainan sepak takraw .Untuk itu penulis kemukakan hanya teknik sepak mula (service).Sepak mula merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai dengan baik oleh para pemain sepak takraw, karena sepak mula (service) dalam sepak takraw merupakan serangan yang utama dalam memperoleh poin.

Gambar 2.13 Sepak Mula

(23)

10) Smesh Kedeng

Smesh atau rejam (Istilah Malaysia) adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak yang terakhir dari gerak kerja serangan. Kegagalan melakukan Smesh bola ke lapangan pihak lawan akan memberi peluang kepada peluang pada pihak lawan untuk menyerang balik atau bola mati di lapangan sendiri atau keluar meninggalkan lapangan permainan. Sebaliknya keberhasilan melakukan Smesh dapat menambah angka bagi regu penyerang atau kesempatan memindahkan bola kembali bila pihak lawan yang melaksanakan sepak mula atau servis. Maka sangat diharapkan bahwa kedua apit itu perlu mempunyai kemampuan yang baik tentang melakukan Smesh. Ratinus Darwis dan Penghulu Basa (1992, hlm. 69),

smesh dikatakan serangan yang paling akhir dan serangan paling banyak menghasilkan angka, maka pemain yang bertindak melakukan Smesh haruslah dapat menempatkan bola atau serangan pada posisi yang sulit dijangkau oleh pemain lawan sehingga pihak lawan tidak bisa menahan atau melakukan balasan serangan. Bila seorang pemain tidak bisa melakukan Smesh dengan baik maka banyak terjadi bola menyangkut di net maupun keluar dari lapangan pertandingan. Untuk itu perlu adanya penguasaan teknik yang sempurna bagi pemain agar dapat melakukan Smesh yang baik.

Adapun teknik Smesh yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Perhatian dipusatkan pada bola.

b) Jangan ragu-ragu untuk melakukan Smesh, ambillah keputusan yang tepat. c) Tentukan ke mana Smesh akan diarahkan.

d) Melompat dengan ketinggian secukupnya sesuai dengan keperluannya, bila perlu lebih tinggi lagi agar Smeshnya sempurna.

e) Memukul bola saat lompatan tertinggi.

f) Waktu Smesh net atau jaring jangan sampai tersentuh. g) Mata diarahkan ke bola.

(24)

Gambar 2.14 Smesh

(Prawirasaputra, 2000, hlm. 35)

11) Blok (Blocking)

Untuk melaksanakan teknik blok atau blocking , peman melakukan sikap dasardan gerakan sebagai berikut:

a) Blocking dapat dilakuakan dengan menggunakan tungkai maupun badan bagian

belakang.

b) Pemain berdiri pada kedua kaki mempertahankan bola yang dimainkan lawan di daerahnya.

c) Pada waktu bola berada dibibir net dan lawan melakukan smesh, maka pemain yang akan melakukan blok melakukan lompat bersamaan dengan pemain lawan akan melakukan smesh.

Gambar 2.15 Bloking

(25)

6. Sepak Mula (Service)

Pertandingan sepak takraw diawali dengan sepakan sepak mul (service). Sepak mula bisa dilakukan setelah mendapatkan “aba-aba” dari wasit. Jika sepak mula dilakukan tetapi wasit belum memberikan “aba-aba” maka sepak mula harus diulang. Menurut Somantri dan Sudjana (2008, hlm. 141).

Sepak mula atau servis adalah sepakan yang dilakukan oleh tekong kearah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan. Sepak mula atau servis merupakan cara kerja yang penting dalam sepak takraw karena poin atau angka dapat diperoleh regu yang memulai sepak mula atau servis.

Sedangkan Menurut Sudrajat, Prawirasaputra (2001, hlm. 5) bahwa “sepak mula adalah servis yang dilakukan oleh tekong”. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah sepak mula pada permainan sepak takraw. Untuk itu penulis kemukakan hanya teknik sepak mula (service). Sepak mula merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai dengan baik oleh para pemain sepak takraw, karena sepak mula (service) merupakan serangan yang utama dalam memperoleh poin.

Menurut Yusup, ucup dkk (2011, hlm. 14) ”sepak mula dilakukan sebagai servis untuk memulai permainan”. Sedangkan menurut Sofyan (2009, hlm. 23) ”sebuah servis yang sah, jika bola berhasil melewati jaring, tanpa menyentuh dan masuk di sekitar garis batas lapangan lawan”.

Mengenai teknik sepak mula (service) dalam permainan sepak takraw menurut Permana (2008, hlm. 16) yaitu sebagai berikut:

a. Posisi sikap tubuh sebelum menyentuh bola, pada umumnya sikap tubuh tediri atas beberapa tahap sebagai berikut:

1) Sikap siap

2) Sikap saat bola dilambungkan oleh pelambung b. Saat gerakan mengayun

c. Saat perkenaan bola dengan ujung kaki ayun d. Saat kaki mengayun

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik sepak mula (sevice) dalam permainan sepak takraw harus dimiliki pemain sepak takraw, khususnya pemain yang berposisi sebagai tekong, karena sepak mula (service) merupakan serangan utama untuk memperoleh poin.

(26)

7. Peranan dan Hubungan Panjang Tungkai terhadap Sepak mula (service) sepak takraw

Dalam suatu ruang lingkup olahraga prestasi dibutuhkannya kondisi fisik secara anatomis yang baik, karena ada beberapa cabang olahraga yang memiliki kriteria harus memiliki bentuk anatomis tubuh yang baik. Menurut Yusup dkk (2008, hlm. 5) berpendapat bahwa “Tubuh manusia dapat dibagi menjadi empat bagian (4) bagian pokok, yaitu kepala (head), leher (neck), badan (trunk) dan anggota badan atas dan bawah (superior and inferior extremity)”. Menurut Suleman, Noldi (2012, hlm. 7) mengemukakan bahwa.

Panjang tungkai adalah salah satu ukuran anthropometrik dari anggota gerak tubuh bagian bawah. Panjang tungkai ditandai dengan ukuran panjang dari tulangtulang yang membentuk tungkai atas dan tungkai bawah. Tulang-tulang tersebut adalah meliputi : tulang paha (0s femur), tulang tempurung lutut (os patella), tulang kering (os tibia), tulang betis (os fibula),tulang-tulang pergelengan kaki (ossatarsalia), tulang-tulang telapak kaki (ossa metatarsalia) dan tulang-tulang jari kaki (os phalangs).

Banyak hal yang dapat mendukung gerakan sepak mula (service) salah satunya yaitu dari segi fisik anatomis seperti panjang tungkai dan tinggi badan. Menurut M. Anwar Pasau (dalam Suleman, Noldi 2012, hlm. 8) berpendapat bahwa.

Orang yang mempunyai fisik yang tinggi dan besar rata-rata akan mempunyai kemampuan fisik seperti kekuatan, kecepatan, daya tahan jantung dan paru-paru, daya tahan otot dan lain-lain, lebih baik daripada orang yang bertubuh kecil dan pendek. Panjang tungkai merupakan faktor genetika, yang mana tidak dapat dilatih, akan tetapi dapat diciptakan melalui latihan. Prestasi seseorang tidak terlepas dari panjang tungkai terlebih pada cabang olahraga yang mempunyai rintangan atau net.

Kondisi fisik yang secara anatomis seperti panjang tungkai berpengaruh terhadap hasil sepak mula (service) pada sepak takraw dapat dilihat dari pelaksanaan sepak mula, menurut Kusworo (dalam Shodikin dkk, 2013, hlm 2) mengatakan “untuk mencapai prestasi yang baik atlet/non atlet harus memiliki: kekuatan, daya tahan, kecepatan, daya ledak, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan kecepatan reaksi”. Sedangkan menurut Shodikin dkk (2013, hlm. 2).

(27)

Teknik servis akan didukung oleh tungkai yang panjang memungkinkan bola dapat ditendang dengan kuat dan lebih menukik. Hal disebabkan pada saat bola ditendang posisi kaki di atas, seluruh badan mulai dari kaki tumpu, pinggang dan kaki pemukul bergerak bersama-sama menjadi satu kesatuan gerak.

Dari kutipan diatas disimpulkan bahwa semakin panjang tungkai pemain tekong, semakin tinggi pula raihannya, sehingga jika melakukan sepak mula, lebih keras dan menukik. Selain itu faktor-faktor fisik yang lain juga mempengaruhi sepak mula (service) seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, daya ledak, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, dan kecepatan reaksi.

8. Peranan dan Hubungan Power tungkai terhadap Sepak mula (service) sepak takraw

Menurut pendapat Harsono (2006, hlm. 176) menerangkan bahwa “Power adalah hasil dari kecepatan dan kekuatan”. Senada dengan itu Susilawati (2009, hlm. 34) kekuatan elastis (power) adalah ”type/macam kekuatan yang sangat diperlukan dimana otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan”. Sudirman (2011, hlm. 9) berpendapat bahwa “Komponen kondisi fisik power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang penting.” Menurut Lutan dkk (2000, hlm. 68) bahwa.

Kekuatan elastis adalah type/macam kekuatan yang sangat diperlukan dimana otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak adalah kadang-kadang disebut “Power-daya”.

Peranan power tungkai terhadap sepak takraw yaitu pada pelaksanaa sepak mula (service) dan smash, dimana faktor power tungaki sangat berpengaruh terhadap kedua teknik ini. Terutama teknik sepak mula (service) yang yang dijelaskan oleh Somantri dan Sudjana (2008, hlm. 141).

Sepak mula atau servis adalah sepakan yang dilakukan oleh tekong kearah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan. Sepak mula atau servis merupakan cara kerja yang penting dalam sepak takraw karena poin atau angka dapat diperoleh regu yang memulai sepak mula atau servis.

Oleh karena sepak mula (service) merupakan kesempatan yang baik untuk mendapatkan angka, maka ada sebagian pemain/tekong berusaha mencari poin dengan sepak mula saja. Tekong membuat sepak mula (service) kencang dan

(28)

keras, dan hal tersebut membutuhkan power yang baik. Power merupakan salah satu komponen fisik yang memiliki peran penting bagi setiap cabang olahraga terutama yang memerlukan daya ledak otot yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa power adalah penggabungan antara unsur kebugaran jasmani yaitu kekuatan dan kecepatan atau bisa disebut juga kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak. Hal ini mempunyai hubungan terhadap hasil sepak mula (service) sepak takraw.

B.Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil temuan penelitian dan karya tulis sebagai acuan untuk melakukan penelitian deskriptif, diuraikan sebagai berikut:

1. Kontribusi Panjang Tungkai dan Kelentukan Terhadap Kemampuan sepak Mula dalam Permainan Sepak Takraw pada Murid SD Inpres Bawakaraeng Kota Makassar yang disusun oleh Indrawansyah Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Universitas Negeri Makassar Tahun 2014.

Penelitaian ini bertujuan untukemperoleh jawaban atas permasalahan: 1). Apakah ada kontribusi panjang tungkai terhadap keterampilan sepak mula dalam permainan sepak takraw pada Murid SD Inpres Bawakaraeng Kota Makassar? 2). Apakah ada kontribusi kelentukan terhadap keterampilan sepak mula dalam permainan sepak takraw pada Murid SD Inpres Bawakaraeng Kota Makassar? 3). Apakah ada kontribusi panjang tungkai dan kelentukan terhadap keterampilan sepak mula dalam permainan sepak takraw pada Murid SD Inpres Bawakaraeng Kota Makassar? Penelitian ini terdiri dari dua variable bebas dan satu variable terikat.Populasi dan sampel adalah murid putera SD Inpres Bawakaraeng sebanyak 60 orang.Teknik pengambilannya adalah dengan teknik random sampling, terhadap kelas 5 dan 6.Teknik analisis data yang digunakan regresi (uji-r).berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkansebagai berikut: 1). Ada kontibusi panjang tungkai terhadap keterampilan sepak mula dalam permainan sepak takraw dengan nilai ß = 0,316 dengan nilai t hitung (to) = 0,122 (P<0,05), dimna besar kontribusi 12,20%. 2).Ada kontibusi kelentukan terhadap keterampilan sepak mula dalam permainan sepak takraw dengan nilai ß = 0,536 dengan nilai t hitung (to) = 0,411 (P<0,05), dimna besar kontribusi 14,10%. 3).Ada kontibusi panjang tungkai dan kelentukan secara bersama-sama terhadap

(29)

keterampilan sepak mula dalam permainan sepak takraw dengan nilai ß = 0,316 dengan nilai ro hitung (ro) = 0,168 dengan nilai R² hitung = 8,27 (P<0,05), dimna besar kontribusi 28,00%.

2. Sumbangan Panjang Tungkai, kekuatan Otot Tungkai, Kekuatan Otot Perut terhadap Hasil Sevis disusun oleh Ahmad Shodikin, Setya Rahayu, Dan Sri Sumartinigsih Tahun 2014.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sumbangan panjang tungkai, kekuatan otot tungkai, dan kekuatan otot perut terhadap hasil servis atas sepak takraw anggota klub Lambao Putro Pekakalongan.Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan tenik survey tes dan pengukuran.Anthrometer digunakan untukmengukur panjang tungkai, Back and leg dynamometeruntuk mengukur kekuatan otot tungkai, dan sit up tes untuk mengukur kekuatan otot perut. Diperoleh hasil, panjang tungkai memberikan sumbangan sebesar 2,2%, kekuatan otot tungkai sebesar 7,3%, kekuatan otot perut sebesar 3,6%, dan secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 13,1% terhadap hasil servis atas. Kekuatan otot memberikan sumbangan paling besar, diikuti panjang tungkai yang memberikan sumbangan terbanyak kedua, dan kekuatan otot tungkai yang memberikan sumbangan paling kecil trhadap servis atas.

3. Hubungan antara Usia, Tinggi Badan dan Panjang Tungkai dengan keterampilan Bermain Sepak Takraw. Disusun oleh H.M. Husni Thamrin tahun 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia, tinggi badan dan panjang tungkai dengan keterampilan bermain sepak takraw serta berapa besarnya sumbangan dari masing-masing variable bebas terhadap variable terikat.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang melibatkan 4 variabel bebas dan 1 variabel terikat.Subjek penelitian adalah mahasiswa PJKR FIK UNY yang mengikuti mata kuliah sepak taraw sebanyak 102 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan teknik tes dan pengukuran. Instrument penelitian: (1). Usia, menggunakan akte kelahiran, KTP, SIM, atau kartu mahasiswa (2). Tinggi badan menggunakan stadiometer (3).

(30)

Panjang tungkai menggunakan meteran dan (4). keterampilan bermain sepak takraw menggunakan tes buatan M.Husni Thamrin (1995), yang terdiri atas, (a). sepak mula (b). sepaksila (c). sepak kuda (d). heading (e). smash.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) tidak ada hubungan yang signifikan (P>0,05) antara umur dan berat badan dengan keterampilan bermain sepak takraw (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan denan keterampilan bermain sepak takraw mahasiswa program studi PJKR FIK UNY. Tinggi badan memberikan kontribusi positif sebesar 1,133% (3) ada hubungan negative yang signifikan (P>0,05) antara panjang tungkai dengan keterampilan bermain sepak takraw mahasiswa program studi PJKR FIK UNY. Panjang tungkai memberikan kontribusi negative sebesar 6,692%.

C.Kerangka Berpikir

Kondisi fisik yang baik merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap atlet sebelum memasuki sebuah pertandingan dalam kejuaraan dan untuk mendapatkan prestasi yang baik. Pada permainan sepak takraw banyak faktor yang dapat mendukung dalam melakukan sepak mula. Dalam pelaksanaan teknik sepak mula harus memperhitungkan kemampuan kondisi fisik yang baik selain teknik yang dilakukan oleh pemain. Fisik yang mendukung terhadap pelaksanaan teknik sepak mula harus dikembangkan. Kondisi fisik yang harus dimiliki yaitu kondisi fisik secara anatomis dan secara fungsional, kondisi fisik secara anatomis yaitu panjang tungkai dan secara fungsional yaitu power tungkai. Perlu di ketahui bahwa untuk menghasilkan sepak mula (service) yang baik dalam sepak takraw, dibutuhkannya kekuatan dan kecepatan yang besar pada otot kaki selain itu juga panjang tungkai juga berpengaruh terhadap sepak mula (service).

Dengan anggapan tersebut bahwa kondisi fisik yang baik mampu menunjang kemampuan atlet dalam pertandingan dan mampu menghasilkan sepakan yang baik dan maksimal, karena:

1. Awalan yang baik akan mampu menciptakan hasil sepakan dalam sepak mula (service) yang baik dan maksimal, untuk itu kecepatan (speed) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang atlet mengingat apabila kecepatan (speed) atlet baik saat melakukan awalan dan dilakukan dengan cepat akan menghasilkan sepakan yang baik.

(31)

2. Kondisi fisik dari atlet yang harus diperhatikan tidak hanya secara fungsional saja, tetapi secara anatomis juga. Kondisi fisik secara anatomis yang dimaksud di sini yaitu panjang tungkai. Perlu diketahui bahwa panjang tungkai dapat menciptakan jangkauan pada gerakan sepak mula (service). Semakin panjang tungkai pemain tekong semakin tinggi pula raihannya, sehingga jika melakukan sepak mula, akan lebih keras dan menukik. Di lain aspek misalnya jika seorang pemain apit bola yang dilambungkan dan apa yang diharapkan, maka dengan panjang tungkai yang dimiliki tekong akan dapat menjangkau dan mengarahkan sepak mula dengan baik.

3. Power tungkai merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang

atlet dari berbagai cabang olahraga yang membutuhkan gerakan yang eksplosif, sepak mula membutuhkan kondisi fisik power tungkai yang baik, mengingat dengan besarnya power otot tungkai akan memeberikan kontribusi yang baik untuk hasil sepak mula. Dari komponen-komponen tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.16

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian D.Asumsi

LATAR BELAKANG MASALAH

IDENTIFIKASI MASALAH

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN POWER TUNGKAI

TERHADAP HASIL SEPAK MULA (SERVICE)

SEPAK TAKRAW PENGAMBILAN DATA SEPAK MULA (SERVICE) PENGAMBILAN DATA PANJANG TUNGKAI PENGAMBILAN DATA POWER TUNGKAI

MENGANALISIS BUTIR TES 1, BUTIR TES 2 DAN BUTIR TES 3

(32)

Sepak mula (service) merupakan serangan pertama dalam permainan sepak takraw. Serangan pertama ini yang harus dimaksimalkan untuk meraih poin di setiap pertandingan. Menurut Somantri dan Sudjana (2008, hlm. 141)

Sepak mula atau servis adalah sepakan yang dilakukan oleh tekong kearah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan. Sepak mula atau servis merupakan cara kerja yang penting dalam sepak takraw karena poin atau angka dapat diperoleh regu yang memulai sepak mula atau servis.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasialan sepak mula (service) mulai dari kondisi fisik, baik kondisi fisik anatomis maupun kondisi fisik fungsional. Salah satu kondisi fisik anatomis dan kondisi fisik fungsional yang mempengaruhi sepak mula (service) adalah panjang tungkai dan power otot tungkai.

Menurut Ucup (2000, hlm. 43) berpendapat bahwa “tungkai dibentuk oleh tulang atas/paha (os. Femoris/femur), tulang tungkai bawah terdiri tulang kering (os. Tibi), dan tulang betis (fibula), dan tulang kaki (ossa pedis/foot bones). Semakin panjang tungakai yang dimiliki atlet sepak takraw akan memiliki banyak keuntungan dalam pelasanaan sepak mula (service) hal ini dipertegas oleh pendapat dari Indrawansyah (2014, hlm. 71) berpendapat bahwa.

Ada beberapa faktor yang menunjang untuk melakukan sepak mula dengan baik. Salah satu diantaranya adalah panjang tungkai, karakteristik panjang tungkai antara satu orang dengan yang lainnya, tidak sama, sangat tergantung dan panjang pendeknya tulang tungkai. Seseorang yang mempunyai tungkai panjang, tentu memiliki jangkauan raihan lebih jauh, dibandingkan dengan orang yang memiliki tungkai pendek. Panjang tungkai dalam kaitannya dengan sepak mula dalam permainan sepak takraw, dapat dilihat pada pelaksanaan sepak mula,semakin panjang tungkai seorang pemain tekong semakin tinggi pula raihannya, sehingga jika melakukan sepak mula, lebih keras dan menukik. Di lain aspek misalnya jika seorang pemain apit bola yang dilambungkan itu jauh dan apa yang diharapkan, maka dengan panjang tungkai yang dimiliki tekong akan dapat menjangkau dan mengarahkan sepak mula dengan baik.

Dapat disimpulkan bahwa panjang tungkai memiliki kontribusi terhadap hasil sepak mula (service) pada permainan sepak takraw. Walaupun masih banyak faktor yang lain yang memiliki kontribusi terhadap hasil sepak mula (service) pada permainan sepak takraw salah satunya yaitu power otot tungkai.

Menurut pendapat Harsono (2006, hlm. 176) menerangkan bahwa “Power adalah hasil dari kecepatan dan kekuatan”. Semakin besar power otot tungkai

(33)

akan membuat sepakan semakin kencang yang dapat mempersulit lawan, selain itu power membuat bola susah untuk di kontrol sehingga akan mempersulit lawan dalam mengontrol bola untuk balik menyerang, hal ini diperkuat oleh pendapat Kusworo (dalam Shodikin dkk, 2013, hlm. 2).

Guna mendapatkan tendangan servis atas yang baik dibutuhkan kekuatan otot kaki dan juga memerlukan kemampuan keterampilan khusus, karena gerakan servis atas merupakan satu kesatuan gerak yang utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Agar dapat mengayunkan kaki yang kuat diperlukan kekuatan otot tungkai dan juga pada kaki penumpu harus kuat sehingga tenaga bisa tersalur pada kaki yang melakukan servis. Kekuatan ayunan kaki ke atas selain dipengaruhi oleh kekuatan otot tungkai juga memerlukan kekuatan otot perut yang berperan mengatur daya gerak disaat terjadi gerakan tubuh untuk mendukung penampilan badan pada saat tendangan servis dilakukan oleh kaki, serta panjang tungkai sebagai pengungkit pada saat melakukan tendangan servis atas.

Dari pernyataan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa panjang tungaki dan power otot tungkai memiliki kontribusi yang positif terhadap hasil sepak mula (service) pada permainan sepak takraw.

E.Hipotesis

Hipotesis merupakan anggapan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Menurut Fraenkel dan Wallen (dalam Riyanto, hlm. 16) ”Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian. sedangkan menurut Sukardi (2005, hlm. 41) ”Hipotesis dikatakan sementara karena kebenarannya masih perlu diuji atau dites kebenarannya dengan data yang asalnya dari lapangan”. Pendapat lain mengenai hipotesis dijelaskan oleh Suherman (2013, hlm. 92) ”Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian kuantitatif”. Senada dengan itu Sudjana (dalam Riduwan, 2010 hlm. 162) ”Hipotesis asumsi atau dugaan mengenai satu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.

Penelitian kuantitatif pada umumnya diarahkan untuk mmenguji hipotesis. Kebenaran hipotesis penelitian harus dibuktikan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Senada dengan hal tersebut menurut Suherman (2013, hlm. 92) ”Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian kuantitatif. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis

(34)

merupakan suatu pernyataan yang masih perlu diuji kebenarannya dalam sebuah penelitian. Berikut ini adalah hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Panjang tungkai memiliki hubungan yang signifikan terhadap sepak mula (service) pada siswa pada yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak takraw di SD Negeri Buniara.

2. Power tungkai memiliki hubungan yang signifikan terhadap sepak mula (service) pada siswa pada yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak takraw di SD Negeri Buniara.

3. Panjang tungkai dan Power tungkai memiliki hubungan yang signifikan terhadap sepak mula (service) pada sisiwa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak takraw di SD Buniara.

Gambar

Gambar 2.1  Lapangan Sepak Takraw
Gambar 2.3  Bola Sepak Takraw
Gambar 2.4  Pakaian
Gambar 2.5  Sepak Sila
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hitungan 3–4 : Ulangi hitungan 1–2 di atas, dengan gerakan lutut kiri dan siku kanan.. Pada hitungan 8, kaki dibuka

didasarkan pada aktivitas sebelumnya (pengukuran dengan telapak kaki) sedangkan penggunaan lima gambar telapak kaki ( collection of unit ) untuk dikaitkan dengan

Untuk melakukan gerakan berguling ke depan langkah pertama adalah jongkok, kedua kaki. dibuka selebar bahu, kedua tumit diangkat, lengan lurus dengan telapak

a) Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu, lau jalin kedua tangan di belakang kepala. Tekan kepala ke belakang pada hitungan 1, lalu tahan dengan kedua tangan pada

Persiapan gerakan ayunan lengan dan tungkai di tempat: berdiri dengan kedua kaki dibuka selebar bahu, kedua lengan tertekuk di atas samping badan, pandangan ke depan,.. Pelakasanaan

Baik kaki bebas maupun kaki tumpuan diluruskan ke depan untuk persiapan mendarat. Mendarat dengan menggunakan kedua telapak kaki, lutut agak di tekuk

1) Berpijak pada ujung kaki. 2) Kaki yang tidak digunakan untuk berpijak ditekuk minimal 90 o. 3) Angkatlah lutut tinggi-tinggi dan paha lebih kurang sejajar dengan tanah.

Cara melakukan: Diawali dengan sikap berdiri menghadap kearah bola; Letakan kaki tumpu di samping bola dengan sikap lutut agak tertekuk; Sikap kedua lengan disamping