BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Asma
a. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakhea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
(1)Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa pengobatan.
(13)b. Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma ada dua yaitu ekstrinsik (alergik) dan intrinsik (non alergik)
(2):
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Sedangkan asma ekstrinsik dibagi menjadi dua yaitu:
(2)a) Asma ekstrinsik atopik yang sifatnya sebagai berikut:
(1) Penyebabnya adalah rangsangan allergen eksternal spesifik
dan dapat diperlihatkan dengan reaksi kulit tipe 1
(2) Gejala klinik dan keluhan cenderung timbul pada awal kehidupan, 85% kasus timbul sebelum usia 30 tahun
(3) Sebagian besar mengalami perubahan dengan tiba-tiba pada masa puber, dengan serangan asma yang berbeda-beda (4) Prognosis tergantung pada serangan pertama dan berat
ringannya gejala yang timbul. Jika serangan pertama pada usia muda disertai dengan gejala yang lebih berat, maka prognosis menjadi jelek
b) Asma ekstrinsik non atopik yang memiliki sifat-sifat antara lain
(4)
:
(1) Serangan asma timbul berhubungan dengan bermacam- macam alergen yang spesifik
(2) Tes kulit memberi reaksi tipe segera, tipe lambat dan ganda terhadap alergi yang tersensitasi dapat menjadi positif.
(3) Dalam serum didapatkan Ig-E dan Ig-G yang spesifik (4) Timbulnya gejala cenderung pada saat akhir kehidupan atau
di kemudian hari b. Intrinsik (non alergik)
Intrinsik atau idiopatik, ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema.
Pada beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. Sedangkan sifat dari asma intrinsik adalah
(14):
a) Alergen pencetus sukar ditentukan
b) Tidak ada alergen ekstrinsik sebagai penyebab dan tes kulit
memberi hasil negatif
c) Merupakan kelompok yang heterogen, respons untuk terjadi asma dicetuskan oleh penyebab dan melalui mekanisme yang berbeda-beda
d) Sering ditemukan pada penderita dewasa, dimulai pada umur di atas 30 tahun dan disebut juga late onset asma
e) Serangan sesak pada asma tipe ini dapat berlangsung lama dan seringkali menimbulkan kematian bila pengobatan tanpa disertai kortikosteroid
c. Etiologi
Etiologi asma dibagi menjadi dua yaitu
(1): a. Keturunan
Karena penyakit ini merupakan penyakit turunan, maka penyakit ini dapat juga menyerang anak-anak. Gejala awalnya berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering pada malam hari atau ketika melakukan olahraga. Pada riwayat penyakit akan dijumpai keluhan batuk, sesak, mengi, atau rasa berat di dada. Tapi terkadang pasien hanya mengeluh batuk-batuk yang umumnya timbul pada pasien maupun keluarganya, seperti rhinitis alergi dan dermatitis atopik, dapat membantu diagnosis asma.
(15)b. Lingkungan
Faktor medik lingkungan inilah yang menyebabkan sebuah respon tubuh yang namanya alergi. Alergi adalah reaksi tubuh yang negatif disebabkan benda asing yang masuk ke dalam sistem tubuh kita. Secara medis alergi akan memperkecil diameter dari saluran udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
(13)Sel mast di sepanjang bronki melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya kontraksi
otot polos peningkatan pembentukan lendir perpindahan sel darah
putih tertentu ke bronki. Sel mast mengeluarkan bahan tersebut
sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda
asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Disamping itu banyak permasalahan kesehatan lain yang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya.
(16)d. Patofisiologi
Patofisiologi asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi dengan antigen spesifikasinya.
(7)
Antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat dengan faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran nafas menjadi sangat meningkat.
(14)Diameter bronkiolus berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama
ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus
sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.
(17)e. Tanda dan gejala
Tanda-tanda dan gejala asma adalah sebagai berikut
(15): a. Tanda-tanda asma
a) Perubahan dalam pola pernafasan b) Bersin-bersin
c) Perubahan suasana hati (moodiness) d) Batuk
e) Gatal-gatal pada tenggorokan f) Lingkaran hitam di bawah mata g) Susah tidur
h) Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga
i) Kecenderungan penurunan prestasi dalam penggunaan peak flow meter
b. Gejala asma
Gejala-gejala asma memberi indikasi bahwa suatu serangan asma sedang terjadi. Contoh gejala asma seperti
(2):
a) Napas berat yang berbunyi “ngik-ngik”
b) Batuk-batuk
c) Napas pendek tersengal-sengal d) Sesak dada
e) Angka performa penggunaan Peak Flow Meter menunjukkan
rating yang termasuk “hati-hati” atau “bahaya” (biasanya antara
50% sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu)
Gejala-gejala asma yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Gejala-gejala tersebut mengindikasikan suatu tekanan yang sangat berat pada sistem pernafasan penderita, contoh-contoh gejala asma yang berat antara lain
(14):
a) Serangan batuk yang hebat, napas berat “ngik-ngik”, tersengal- sengal, sesak dada
b) Susah berbicara dan berkonsentrasi
c) Jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal
d) Napas menjadi dangkal dan cepat atau lambat dibanding biasanya
e) Pundak membungkuk
f) Lubang hidung mengembang dengan setiap tarikan nafas g) Daerah leher dan diantara atau di bawah tulang rusuk melesak
ke dalam, bersama tarikan napas
h) Bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah sekitar mulut (sianosis)
i) Angka performa penggunaan Peak Flow Meter dalam wilayah berbahaya (biasanya dibawah 50% dari performa terbaik individu)
f. Pencetus Asma
Trigger (pemicu) yang berbeda akan menyebabkan eksaserbasi asma oleh karena inflamasi saluran nafas atau brokhospasme akut atau keduanya. Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi antara satu individu dengan individu yang lain dari satu waktu ke waktu yang lain. Beberapa hal yang di antaranya adalah allergen, polusi udara, infeksi saluran nafas, kecapaian, perubahan cuaca. Makanan, obat atau ekspresi emosi yang berlebihan.
(18)Pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk
stimulus sehari-hari antara lain:
(13)(1) Perubahan Cuaca dan Suhu Udara
Penderita asma tentu saja tidak bisa menghindari perubahan cuaca, kecuali jika ia mau pindah tinggal di kota atau wilayah atau negara lain. Yang sangat berpengaruh bagi kebanyakan penderita asma adalah perubahan cuaca atau suhu udara yang menjadi dingin secara mendadak, termasuk ruangan ber-AC yang disetel sangat dingin. Untuk mencegah saluran nafas menyempit akibat bernafas dalam udara yang dingin dan kering, kenakan scarf atau syal yang menutupi bagian hidung dan mulut, agar udara yang dihirup menjadi hangat dan dilembabkan.
(2)(2) Polusi Udara
Polusi udara adalah pemicu asma yang patut sangat diperhatikan penderitanya. Polusi ini bisa berada di sekitar tempat kerja atau tempat kediamannya. Waspadailah polusi udara yang berasal dari asap pabrik, bengkel, pembakaran sisa atau sampah industri.
Demikian pula gas buang yang berasal dari mobil maupun motor.
(13)(3) Asap Rokok
Asap adalah alergen yang kuat. Asap tangan kedua telah terbukti sangat memicu timbulnya gejala-gejala asma. Efek dari sebatang rokok bertahan di dalam rumah hingga tujuh hari. Untuk itu sangatlah penting menjaga lingkungan yang bebas asap rokok di rumah.
(14)(4) Infeksi Saluran Pernafasan
Kadang-kadang infeksi bisa menjadi pencetus asma. Infeksi sinus
adalah salah satu penyebab asma yang sulit dideteksi. Sebaliknya,
di masa lalu asma sering salah didiagnosa sebagai bronkitis, dan
diobati dengan antibiotik, yang dalam banyak kasus tidak
membawa hasil apa-apa.
(18)(5) Stress
Setiap orang mengalami stres pada situasi dan waktu tertentu dalam kehidupan sehari-hari, tapi bagi penderita asma, stres dan kecemasan bisa menjadi pemicu bagi datangnya serangan. Stres juga menurunkan kemampuan sistem imunitas tubuh untuk melawan bakteri patogen. Sehingga penderita asma yang mengalami stres berpeluang besar jatuh sakit.
(13)g. Penatalaksanaan
Penanganan asma dibagi dua yaitu dengan obat-obatan atau farmakologi dan terapi olahraga secara teratur atau non-farmakologi.
(2)a. Obat-obatan atau Farmakologi
1) Agonis Reseptor Beta-beta Adrenergik
Agonis merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga.
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik. Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta 2 adrenergik misalnya adrenalin.
Penggunaan obat ini menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat gelisah, sakit kepala dan gemetar otot.
(15)Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta- beta adrenergik, yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru. Yang hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lannya. Bronkodilator ini misalnya albuterol, menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-beta adrenergik.
(1)2) Theophylline
Theophyline biasanya diberikan per oral dan tersedia
dalam berbagai bentuk. Pada serangan asma yang berat, bisa
diberikan secara intravena melalui pembuluh darah. Jumlah
theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang.
(13)3) Corticosteroid
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka waktu panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah serangan.
(2)4) Cromolin dan Nedrocomil
Kedua obat ini, cromolin dan nedrocomil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast. Dan juga menyebakan berkurangnya kemungkinan perkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan.
(1)5) Obat Antikolinergik
Obat antikolinergik ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetikolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2- adrenergik.
(18)6) Pengubah Leokotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan
penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan
leukotrien.
(6)b. Terapi olahraga atau non farmakologi.
1) Senam Asma (Gymnastik Respirasi)
Senam asma sesuai dengan namanya merupakan terapi terhadap penyakit asma. Yang dalam gerakannya menggabungkan berbagai gerakan senam pernafasan dari seluruh belahan dunia. Senam ini mempunyai gerakan yang variatif dan berkembang sesuai dengan daerahnya. Program terapi latihan atau fisioterapi yang umum dilakukan dalam gerakan senam asma ini adalah latihan pernafasan.
(16)Latihan pernafasan (breathing exercise) berbeda dengan gymnastik respirasi, meskipun di dalamnya juga terdapat latihan-latihan yang bertujuan memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma. Tujuan utama pada penderita asma adalah untuk melakukan pernafasan yang benar.
(2)Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernafasan perlu dilakukan latihan otot pernafasan. Latihan otot ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien.
Latihan otot yang dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien asma adalah senam asma. Senam yang teratur akan mengurangi penumpukan asam laktat dalam darah sebagai efek metabolisme anaerob dan mengurangi kebutuhan ventilasi selama senam. Dengan senam pun dapat mengurangi gejala dyspnoe dan kelelahan selama senam.
(6)Otot-otot pernafasan menyebabkan ventilasi paru,
dengan mengempiskan dan mengembangkan paru secara
berganti-ganti, yang kemudian menyebabkan peningkatan dan
penurunan tekanan alveolus. Orang yang melakukan latihan
berhubungan dengan kekuatan otot-otot pernafasan, fungsi
ventilasi parunya akan lebih tinggi dibandingkan orang yang
tidak melakukan latihan. Hal ini disebabkan dengan
peningkatan otot-otot pernafasan maka pengembangan paru
akan meningkat.
(7)Contoh latihan yang dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru adalah: senam, aerobic, renang, jogging, breathing retraining dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridah (2007), hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai rata-rata fungsi ventilasi paru kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu kekuatan otot dapat meningkat setelah melakukan latihan otot. Hal tersebut dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Schmidt (2011) yang melakukan latihan otot pernafasan inspirasi selama 6 minggu dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian menyatakan ada perbedaan yang bermakna dimana pada pasien yang dilakukan intervensi terdapat peningkatan kekuatan otot pernafasan.
(15)2) Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Atau mengendalikan, mengatur, dan berkonsentrasi, yang berfungsi menyelaraskan tubuh, jiwa dan pikiran kita. Selain itu, yoga dapat melancarkan aluran oksigen di dalam tubuh.
(13)Manfaat berlatih yoga adalahh meningkatkan fungsi kerja kelenjar endokrin di dalam tubuh, meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh sel tubuh dan otak, serta membentuk postur tubuh yang lebih tegap. Keuntungan dari latihan yoga sendiri ada banyak yang antara lainnya mengatasi gangguan kesehatan.
Termasuk gangguan penyakit asma. Latihan senam yoga yang
dilakukan secara teraturr juga dapat menurunkan risiko
terserang stroke karena dapat meningkatkan sirkulasi dan
merangsang suplai darah ke seluruh tubuh terutama ke otak.
(16)3) Berenang dan Olah Raga Air
Berenang atau sekadar bersantai di tepi kolam renang merupakah salah sattu pilihan yang bisa dilakukan karena olah raga air bermanfaat besar bagi kesehatan. Renang juga bermanfaat sebagai terapi untuk penderita asma. Renang membantu menguatkan otot-otot organ pernafasan, sehingga gejala asma bisa berkurang. Bila terkena asma berlatihlah renang secara rutin. Olah raga yang membutuhkan keteraturan nafas, hal ini dinilai para dokter masih menjadi salah satu terapi yang mujarab. Saat berenang, air menyeimbangkan suhu dalam tubuh dan lingkungan luar.
(18)4) Lari (Jogging)
Jogging atau juga olah raga lari dapat memberri kesenangan secara fisik maupun mental. Apabila joggingg dilakukan dengan benar akan mendatangkan manfaat baik, juga mendapat manfaat dengan merasakan nyaman di otot selama jogging dan setelahnya. Jogging merupakan terapi termurah untuk penyakit asma. Jogging yang disarankan untuk penderita asma adalah di pagi hari saat matahari terbit baru muncul. Dan carilah tempat-tempat yang berhawa bersih, atau belum banyak terkena polusi. Lakukan hal tersebut secara teratur minimal 2 kali satu minggu.
(7)5) Bekam (Hijamah)
Sebagai metode pengobatan, bekam merupakan pilihan yang paling tepat ketika dunia kedokteran tidak bisa mengatasinya.
Yang lebih penting adalah menghilangkan 72 macam penyakit
yang dapat disembuhkan dengan jalan berbekam, seperti asma,
asam urat, darah tinggi, jantung, kolesterol, masuk angin,
migrain, sakit mata, stroke, sakit gigi, vertigo, sinusitis,
jerawat, sembelit, wasir, impotensi, kencing manis, liver,
ginjal, pengapuran dan lain-lainnya.
(2)2. Kapasitas Paru
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu
(1):
a. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.
b. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.
c. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
d. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu.
Besarnya ± 5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita 20 – 25% lebih kecil daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis.
(6)a. Kapasitas Vital Paru (KVP) 1) Pengertian KVP
Kapasitas Vital Paru (KVP) merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya
sebanyak-banyaknya. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk
pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut
bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan
karbondioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan
metabolisme seseorang, tapi pernapasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbondioksida tersebut.
(6)2) Ventilasi Paru
Ventilasi merupakan suatu proses pemindahan udara inspirasi ke dalam alveolar. Ventilasi paru tersebut dipengaruhi oleh volume paru, resistensi terhadap aliran yang terjadi di dalam saluran nafas, sifat elastik atau daya kembang paru dan dinding dada. Pada saat beraktivitas, ventilasi meningkat pula sesuai dengan beratnya aktivitas tersebut.
(2)Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia. Volume paru pria juga lebih besar daripada wanita. Pada saat gerak badan, ambilan oksigen dapat mencapai 4 – 6 liter per menit dan volume udara inspirasi per menit dapat meningkat sampai dua puluh kali lipat. Keadaan ini dicapai dengan peningkatan volume tidal dan frekuensi pernapasan.
(17)3) Mekanisme dasar pengembangan dan pengempisan paru
Paru-paru, baik pada saat ekspirasi maupun inspirasi, dapat dikembangkan dan dikonstraksikan dengan dua cara, yaitu dengan gerakan turun dan naik dari diafragma untuk memperbesar atau memperkecil diafragma dan depresi dan elevasi costa untuk meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior dari rongga dada.
(6)Pernapasan normal dan tenang biasanya hanya memakai
gerakan dari diafragma. Selama inspirasi, kontraksi dari diafragma
akan menarik permukaan bawah paru ke bawah. Kemudian selama
ekspirasi, diafragma akan berelaksasi dan sifat elastis daya lenting
paru, dinding dada dan perut akan menekan paru-paru. Selama
bernapas hebat, bagaimanapun tenaga elastik tidak cukup untuk
menyebabkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga perlu
kontraksi otot perut, yang mendorong isi perut ke atas mendorong
dasar dari diafragma.
(13)Mekanisme kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka iga. Pengembangan paru ini karena pada posisi istirahat, iga miring ke bawah ke arah kolumna spinalis. Tetapi bila rangka iga dielevasikan, tulang iga dan sternum secara langsung maju menjauhi spinal, membentuk jarak anteroposterior dada ± 20% lebih besar selama inspirasi maksimal daripada ekspirasi. Oleh karena itu otot-otot yang meninggikan iga dapat diklasifikasikan sebagai otot inspirasi dan otot yang menurunkan iga sebagai otot ekspirasi. Otot yang paling penting untuk mengangkat iga adalah M. Intercostalis eksterna.
(18)4) Uji Fungsi Paru
Uji fungsi paru terbagi atas dua kategori, yaitu uji yang berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada, serta uji yang berhubungan dengan pertukaran gas. Uji fungsi ventilasi termasuk pengukuran volume paru-paru dalam keadaan statis atau dinamis.
Uji fungsi paru ini dapat memberikan informasi yang berharga mengenai keadaan paru, walaupun tidak ada uji fungsi paru yang dapat mengukur semua kemungkinan yang ada. Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar dari paru, dengan proses yang dinamakan spirometri, dengan menggunakan spirometer. Dari spirometri didapatkan dua istilah yaitu volume dan kapasitas paru.
(6)
5) Spirometer
a) Pengertian Spirometer
Spirometri adalah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang masuk dan keluar paru.
Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara obyektif kapasitas/ fungsi paru (ventilasi)
pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan
disebut spirometer. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak air dan diimbangi oleh suatu beban. Di dalam drum terdapat gas untuk bernafas, biasanya udara atau oksigen terdapat sebuah pipa yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Bila seseorang bernafas melalui pipa tersebut, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai gulungan kertas yang berputar.
(16)Pemantauan kesehatan paru ada beberapa cara antara lain untuk mengetahui fungsi paru dengan pemeriksaan spirometri yang menggunakan alat spirometer. Spirometri adalah pemeriksaan fungsi paru yang berguna untuk membedakan antara penyakit paru restriktif dan untuk menentukan tingkat (ringan, sedang, atau berat), dari kelainan paru obstruktif atau restriktif. Kelainan fungsi paru yang terjadi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fungsi paru.
Fungsi paru dapat diukur dengan menggunakan spirometri.
Yang dimaksud dengan spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/ faal paru, di mana pasien diminta untuk meniup sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan, sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.
(18)b) Persiapan
Alat harus dikalibrasi untuk volume dan arus minimal 1 kali seminggu. Penyimpangan tidak boleh melebihi 11/2% dari kalibrator.
c) Penderita
Harus mengerti tujuan dan cara pemeriksaan, maka operator
harus memberikan petunjuk yang tepat dan benar serta contoh
cara melakukan pemeriksaan:
(1) Bebas dari rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan (2) Tidak boleh makan terlalu kenyang sebelum pemeriksaan (3) Berpakaian tidak ketat
d) Indikasi pemeriksaan
(1) Setiap penderita dengan keluhan sesak nafas tanpa memandang penyebabnya
(2) Penderita asma dalam keadaan stabil untuk mendapatkan nilai dasar
(3) Penderita Paru Obstruksi Kronik (PPOK) dalam keadaan stabil untuk mendapatkan nilai dasar PPOK dan penyakit obstruksi lainnya
(4) Penderita asma dan perjalanan penyakitnya minimal 1x dalam 1 tahun untuk melihat progresiviti penyakit, untuk penderita PPOK tiap 6 bulan
(5) Penderita asma dan PPOK setelah pemberian bronkodilator untuk melihat efek pengobatan
(6) Penderita yang akan menjalani tindakan bedah dengan anestesi umum
(7) Penderita yang akan menjalani tindakan bedah torakotomi (8) Pemeriksaan berkala pada orang-orang yang merokok
minimal satu kali setahun.
e) Nilai yang dapat diterima
Pemeriksaan yang dapat diterima adalah yang memenuhi ketiga ketentuan berikut, yaitu:
(1) Uji dilakukan sampai selesai (2) Waktu ekspirasi minimal 3 detik (3) Permulaan uji harus cukup baik
(4) Grafik Flow Volume mempunyai puncak grafik f) Tujuan spirometer
(1) Mengukur volume paru secara statis dan dinamik
(2) Menilai perubahan atau gangguan pada faal paru
Prinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebut forced volume capacity (FVC).
Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.
(2)Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal. Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan.
(16):
g) Interpretasi Pemeriksaan Spirometri
Interpretasi dari hasil spirometri biasanya langsung
dapat dibaca dari print out setelah hasil yang didapat
dibandingkan dengan nilai prediksi sesuai dengan tinggi badan,
umur, berat badan, jenis kelamin, dan ras yang datanya telah
terlebih dahulu dimasukkan ke dalam spirometer sebelum
pemeriksaan dimulai.
(2)Tabel 2.1 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fungsi Paru
RestriktifFVC / nilai prediksi (%)
Penggolongan Obstruktif FEV1/ FVC (%)
≥ 80 Normal ≥ 75
60 – 79 Ringan 60 – 74
30 – 59 Sedang 30 – 59
< 30 Berat < 30