• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 HALAMAN PERSETUJUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 HALAMAN PERSETUJUAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI

DI RB AN NUUR SUMBER SURAKARTA

TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh : ENI WULANDARI

NIM : B.09.018

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Di RB An Nuur Sumber Surakarta Tahun 2012”

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Hartati, M.Si, selaku ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Leni Kurniawati, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Hj. Surti Iskandar, Amd.Keb, selaku Pimpinan RB An Nuur Sumber Surakarta yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh responden yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

(5)

v

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2012

(6)

vi B 09 018

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI RB AN NUUR SUMBER SURAKARTA

TAHUN 2012 xiv+ 53 halaman + 18 lampiran + 8 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkemang termasuk Indonesia. Berdasarkan survai terahir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada masa laktasi sering muncul masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang ibu, kadang mereka tidak mengetahui kondisi serta apa yang harus mereka lakukan. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang perwatan payudara sangat penting untuk diketahui, ini berguna untuk menghindari masalah-masalah dalam proses menyusui. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi, ASI dihasilkan oleh payudara. Pada ibu nifas, harus dilakukan pemeriksaan payudara, dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara pada waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak, karena jika payudara ibu nifas terdapat masalah dan gangguan maka akan menggagu produksi ASI.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dalam kategori baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah Diskriptif Kuantitatif, lokasi penelitian diambil di RB An Nuur Sumber Surakarta pada 15 Desember 2011 sampai 26 Juni 2012. Jumlah sampel sebanyak 30 responden ibu nifas. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner, sedangan untuk analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunkan program SPSS versi16.

Hasil Penelitian : Berdasarkan perhitungan SPSS Versi 16 diperoleh hasil pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An Nuur Sumber, Surakarta dengan kategori baik 6 responden (20%), kategori cukup 19 responden (63,33%) dan kategori kurang 5 responden (16,67%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta kategori terbanyak yaitu kategori cukup.

Kata Kunci : Pengetahuan, ibu nifas, bendungan ASI Kepustakaan : 32 litelatur (tahun 2001-2011)

(7)

vii MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain dan hanya kepada ALLOH lah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah : 6-8).

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik untukmu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, ALLOH mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (QS. Al-Baqoroh :216). Sesungguhnya ALLOH tidak akan merubah keadaan (nasip) suatu kaum (seseorang) kecuali mereka mau merubah keadaan yang ada pada (diri) mereka itu (QS. Ar-Ra’d :11)

Jangan lah kamu terlena dengan urusan dunia, utamakan kepentingan Aqirat karena disanalah kehidupan yang kekal dan abadi (Penulis).

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahan:

ALLOH SUBHANAWATA’ALLA yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI.

Bapak, ibu dan seluruh keluarga besar tersayang yang selalu mendoakan dan selalu memberi dukungan baik berupa moral maupun material.

Ibu Leni kurniawati, S.ST yang telah membimbing ASKEB dan KTI.

Seluruh dosen dalam maupun luar dan seluruh staf dan jajarannya.

Semua teman-teman seperjuangan yang selalu saling membatu, mengingatkan, dan memberi semangat

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ……… .. iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian. ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian ... 4 F. Sistematika Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Tinjauan Teori ... 7

1. Pengetahuan ……….... 7

a. Pengertian Pengetahuan ……… ... 7

b. Tingkat Pengetahuan ……… ... 7

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan … ... 9

d. Cara memperoleh pengetaahuan... .... 10

2.Nifas ………... ... 11

a. Pengertian nifas……… ... 11

b. Klasifikasi masa nifas .. ... 12

c. Perubahan fisiologi pada masa nifas………... 13

(10)

x

b. Etiologi ... 21

c. Patofisiologi ... 21

d. Tanda dan Gejala ... 22

e. Penatalaksanaan ... 22

f. Pencegahan ... 23

6. Perawatan Payudara ... 24

a. Cara Perawatan Payudara ... 24

b. Teknik Pengosongan Payudara ... 25

c. Ruang Lingkup Menyusui ... 27

B. Kerangka Teori ... ... 32

C. Kerangka Konsep ... ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Teknik Pengambilan Data ... 40

F. Variabel Penelitian ... 40

G. Definisi Operasional. ... 41

H. Metode Pengolahan dan Analisi Data ... 41

I. Etika Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 45

B.Hasil Penelitian ... 45

C.Pembahasan ... 49

D.Keterbatasan ... 51

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 52

(11)

xi

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

Tabel 2.1 TFU dan Berat Uterus Menirut Masa Involusio... 13

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 37

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian ... 41

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 46

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan... 46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas ... 47

Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data ... 48

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI ... 49

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 32 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 33

(14)

xiv Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3 Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Uji validitas Lampiran 5 Surat Keterangan Uji Validitas

Lampiran 6 Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7 Surat Keterangan Penggunaan Lahan Lampiran 8 Surat Permohonan Responden Lampiran 9 Surat Pesetujuan Responden Lampiran 10 Kuesioner penelitian

Lampiran 11 Kunci Jawaban Lampiran 12 Tabulasi Uji Validitas Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Lampiran 14 Frequencies

Lampiran 15 Tabulasi Penelitian Lampiran 16 Reliabilitas

Lampiran 17 Tabel Nilai rProduct Moment Lampiran 18 Lembar Konsultasi

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara berkemang termasuk indonesia. Berdasarkan survai terahir tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2011). Target MDGs pada tahun 2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2008).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 yaitu 117,02 per 100.000 kelahiran hidup (DepKes Provinsi Jawa Tengah, 2009). Banyak ibu bersalin meninggal dunia karena perdarahan, partus lama, eklamsi, abortus, infeksi, dan lain-lain. Berdasarkan survei kejadian kematian paling banyak terjadi pada masa nifas, oleh karena itu masa nifas memerlukan pemantauan yang ketat, sehingga dapat mengurangi angka kematian (DepKes RI, 2004).

Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI. Berdasarkan survei tahun 2002 oleh Nutrition dan Helalth di Jawa Tengah tentang

(16)

ibu yang memberikan ASI pada bayinya diperoleh hanya 1-3 % (1-3 kejadian bendungan ASI dari 100 ibu yang menyusui) (DepKes RI, 2006).

Pada masa laktasi sering muncul masalah-masalah yang dihadapi oleh seorang ibu, kadang mereka tidak mengetahui kondisi serta apa yang harus mereka lakukan. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang perwatan payudara sangat penting untuk diketahui, ini berguna untuk menjaga keindahan payudara serta menghindari masalah-masalah dalam proses menyusui (Oktavita, 2009).

Hasil penelitian Astoeti (2006) di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang dari 157 orang ibu menyusui terdapat 45 orang (28,66%) kasus ibu menyusui dengan bendungan ASI dan pada umunya ibu-ibu belum mengetahui tentang gejala, penyebab dan cara penanggulangan dari bendungan ASI (DepKes RI, 2006).

ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi, ASI dihasilkan oleh payudara. Pada ibu nifas, harus dilakukan pemeriksaan payudara, dimaksudkan agar tidak ada masalah dan gangguan pada payudara pada waktu menyusui, seperti payudara berwarna kemerahan atau payudara bengkak, karena jika payudara ibu nifas terdapat masalah dan gangguan maka akan menggagu produksi ASI. Produksi ASI akan menurun, dikarenakan saluran ASI yang tersumbat akan mengalami bendungan. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian dukungan, pengertian dan informasi sehingga ibu mengetahui cara melakukan perawatan payudara (Farrer, 2001).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari sampai dengan Maret 2012 di RB An Nuur Sumber Surakarta

(17)

3

didapatkan hasil dari 15 ibu nifas yang berkunjung di RB An Nuur Sumber Surakarta, 10 ibu tidak mengetahui tentang bendungan ASI dan 5 ibu mengetahui tentang bendungan ASI. Kejadian bendungan ASI selama satu tahun terahir di RB An Nuur Sumber Surakarta sebanyak 20 orang dari 120 orang ibu yang menyusui. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Di RB An Nuur Sumber Surakarta Tahun 2012”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An

Nuur Sumber Surakarta Tahun 2012?" C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta.

2. Tujuan Kusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta pada tingkat baik.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta pada tingkat cukup.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB An Nuur Sumber Surakarta pada tingkat kurang.

(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Memberi kesempatan pada peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan terutama ilmu tentang kesehatan dan ibu nifas dalam situasi nyata.

2. Bagi Ilmu pengetahuan

Dapat dijadikan wacana dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kususnya pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.

3. Bagi Institusi a. Pendidikan

Dapat menambah bacaan dan wawasan mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.

b. Rumah Bersalin

Dapat dijadikan sebagai masukan dan pengetahuan bagi rumah bersalin tentang pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.

E. Keaslian Penelitian

1. Dita Meysari (2009), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Bendungan ASI RSUD Kota Surakarta”. Peneliti ini menggunakan

metode deskriptif dengan rancangan cross sectional dengan sempel 23 orang responden. Hasil penelitiannya adalah tingkat pengetahuan ibu tentang bendungan ASI cukup baik.

2. Umi Aliah (2010), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Primipara dengan

(19)

5

menggunakan metode diskriptif Kuantitatif dengan rancangan cross sectional dengan sempel 25 orang responden. Hasil penelitiannya menunjukkan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan kejadian bendungan ASI adalah kurang baik.

3. Aisyah Marfi’ah (2011), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Post Partum

Tentang Bendungan ASI Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUD Dr

Soeroto Ngawi”. Peneliti ini menggunakan metode diskriptif Kuantitatif dengan rancangan cross sectional dengan sempel 30 orang responden. Hasilnya penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik tingkat pengetahuan ibu post partum tentang bendungan ASI. Perbedaan penelitian yang penulis buat dengan penulis sebelumnya terletak pada judul, tempat, waktu, responden, populasi, sampel, hasil.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui secara menyeluruh, penulis akan menguraikan sistematika penulisan BAB I sampai BAB V yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini secara keseluruhan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan sehingga pembaca dapat memperoleh informasi secara ringkas dari karya tulis ilmiah ini.

(20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori masalah yang diteliti, pengetahuan, nifas, fisiologi laktasi, masalah-masalah laktasi, bendungan ASI, perawatan payudara, kerangka teori, dan kerangka konsep penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian, populasi dan sempel serta teknik pengambilan sempel, instrument penelitian, teknik pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisa data, dan etika penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini terdiri dari simpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

(21)

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa seseorang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

(22)

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu tentang objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang obyek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai sudah sampai pada tingkatan analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis

(23)

9

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku postif yang meningkat serta pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri dengan hal yang baru tersebut.

2) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorng akan menambah pengetahuan dan dapat menjadi sumber pengetahuan yang bersifat informal.

3) Informasi

Informasi yang diperoleh melalui kenyatan (melihat dan mendengar sendiri), serta melalui surat kabar, radio, TV dapat menambah pengetahuan agar lebih luas.

(24)

4) Budaya

Budaya yang ada dalam masyarakat dan kondisi politik juga mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan seseorang.

5) Pekerjaan

Pekerjaan berhubungan dengan sosial ekonomi seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang akan menambah tingkat pengetahuan.

d. Caramemperolehpengetahuan

Menurut Notoadmojo 2003, ada berbagai macam memperoleh pengetahuan, antara lain:

1) Cara tradisional

Cara tradisional di pakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukan metode penemuan secara sistematis dan logis.

Cara memperoleh pengetahuan antara lain: a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan maungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

(25)

11

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau disebut metodologi penelitian (research metodelogi). Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah yang lebih sistematis dan logis.

2. Nifas

a. Pengertian nifas

1) Menurut Saifuddin (2002), Nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

(26)

seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu.

2) Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain-lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suharni, dkk, 2008).

3) Masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009)

b. Klasifikasi masa nifas

Menurut Bahiyatun (2009), masa nifas dibagi 3 periode, yaitu:

1. Puerperium dini

Puerperium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.

2. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

(27)

13

c. Perubahan fisiologi pada masa nifas

Menurut Saleha, (2009) perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas adalah:

1) Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi posisi fudus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengkerut, sehingga dalam dua mingggu telah turun masuk ke dalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisasi dan pengguguran desidu serta penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan jumlah lochea.

Tabel 2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio

Involusio TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusar, 2 jari di bawah pusat 1.000 gr 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 750 gr 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gr

4 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal, sebelum hamil 30 gr

Sumber: Saleha, (2009) 2) Lochea

Cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Macam-macam lochea adalah:

(28)

a) Lochea rubra (cruenta)

Berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidu, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan, keluar selama 2-3 hari post partum.

b) Lochea sangulenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochea serosa

Cairan kuning, tidak berdarah lagi, keluar pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochea alba

Cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua, keluar pada hari ke 14 sampai 2 minggu berikutnya. 3) Perubahan laktasi

Proses pengembangan jaringan penghasilan ASI dalam payudara di capai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon plasenta yaitu hormon estrogen, progesteron, dan hormon

laktogenik plasenta.

Kemudian penurunan produksi hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu

(29)

15

progesteron yang tinggi dalam darah kini di lepaskan. Prolaktin

akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 1-2 hari setelah bayi di lahirkan, produksi ASI sudah dimulai (Saifuddin, 2002).

4) Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltik usus, serta bisa juga terjadi karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perinium.

5) Sistem endokrin

a) Hormon oksitosin

Oksitosin di sekresi dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.

(30)

b) Hormon prolaktin

Berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi.

c) Hormon estrogen dan progesteron

Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar

hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Hormon

progesteron mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

6) Perubahan tanda-tanda vital a) Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post partum akan menghilang dengan sendirinya.

b) Nadi

Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.

c) Suhu

Setelah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.

(31)

17

7) Adaptasi psikis

a) Adaptasi psikis pada masa nifas adalah : (1)Taking in periode

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.

(2) Taking hold periode

Merupakan periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, hingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.

(3)Letting go periode

Merupakan periode menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya, berlangsung lebih dari 10 hari.

(32)

b) Hal-hal yang harus dapat dipenuhi selama masa nifas, adalah (1) Fisik

Istirahat, makan-makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang bersih.

(2) Psikologi

Stres setelah persalinan dapat segera disetabilkan dengan dukungan dari keluarga yang menunjukkan rasa simpsti, mengakui, dan menghargai ibu.

(3) Sosial

Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.

3. Fisiologi Laktasi

Menurut Farrer (2001), pemberian ASI bergantung pada empat macam proses, yaitu:

a. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara. Proses ini di capai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon plasenta yaitu hormon estrogen, progesteron, dan hormon laktogenik plasenta.

b. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan

Penurunan produkai hormon akan terjadi dengan cepat setelah plasenta dilahirkan. Hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang terjadi

(33)

19

dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan produksi ASI sudah dimulai.

c. Proses untuk mempertahankan produksi ASI

Produksi ini tergantung pada oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar

hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan putting. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli mammae

sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah disekresikan oleh kelenjar mammae.

d. Proses sekresi ASI (refleks let down)

Proses ini terjadi karena refleks neurogenik yang menstimulasi pelepasan oksitosin, juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang murni dari kejiwaan, seperti mendengar tangis bayi, berpikir tentang bayinya, atau bahkan berpikir tentang pemberian ASI sendiri. Ibu yang menyusui akan mengalami refleks let down sekitar 30-60 menit setelah bayi mulai menyusu. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan

sakus alveolus mammae yang teratura akan mempertahakan produksi

(34)

4. Masalah-masalah Laktasi

Menurut (Saleha, 2009), masalah-masalah yang sering terjadi pada waktu menyusui adalah:

a. Puting lecet

Dapat disebabkan oleh karena teknik menyusui yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara. Infeksi monilia dapat mengakibatkan lecet.

b. Payudara bengkak

Disebabkan karena pengeluaran ASI yang tidak lancar. c. Saluran susu tersumbat/ bendungan ASI

Disebabkan ASI yang terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga menimbulkan sumbatan.

d. Mastitis

Suatu proses infeksi menyebabkan radang payudara. e. Abses payudara

Dapat terjadi sekunder pada mastitis atau payudara yang terinfeksi. 5. Bendungan Air Susu Ibu

a. Pengertian

1) Bendungan air susu ibu terjadi karena penyempitan laktiferin atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Disebabkan oleh bendungan vena dan pembuluh getah bening. Hal ini semua merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi, namun pengeluarannya belum lancar.

(35)

21

Bila karena nyeri ibu tidak mau menyusui, keadaan ini akan berlanjut. ASI yang disekresi akan menumpuk sehingga payudara bertambah tegang, gelanggang susu menonjol, dan puting menjadi lebih datar. Bayi menjadi sulit menyusu (Sastrawinata, 2004).

2) Bendungan air susu ibu dikarenakan aliran vena dan limfatik

tersebut, aliran susu jadi terhambat dan tertekan pada saluran air susu ibu dan alvioli meningkat, terjadi pada hari ketiga sampai kelima setelah melahirkan (Machfoedz, 2008).

b. Etiologi

Menurut Bobak (2004), bendungan air susu ibu disebabkan oleh: 1) Pengosongan payudara yang tidak baik.

2) Pemakaian BH yang terlalu ketat. 3) Posisi menyusui yang tidak benar. 4) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.

5) Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan cara pencegahan bendungan ASI.

c. Patofisiologi

Selama 24 jam hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi

lakteal, payudara mengalami distensia menjadi keras dan berbenjol. Sekresi locteal terjadi pada 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Jadi bendungan ASI terjadi 3-5 hari pertama setelah melahirkan. Keadaan ini sering menimbulkan rasa nyeri pada payudara dan kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. Keadaan tersebut menggambarkan

(36)

adanya aliran darah vena normal yang berlebihan dan menggembungkan limfatik pada payudara yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi (Machfoedz, 2008).

d. Tanda dan gejala

Menurut Machfoedz, (2008), ibu dengan bendungan ASI mempunyai tanda dan gejala sebagai berikut:

1) Payudara bengkak dan keras. 2) Payudara terasa sakit.

3) ASI tidak keluar.

4) Kadang menimbulkan kenaikan suhu badan. 5) Puting terasa kencang.

6) Kulit payudara mengkilat meski tidak memerah. e. Penatalaksanaan

1) Menurut Saifuddin (2002), bagi ibu yang menyusui dengan gangguan bendungan air susu ibu maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Bayi tetap di susui agar mengurangi bengkak.

b) Setiap kali menyusui, payudara harus sampai kosong. c) Mengompres payudara di antara waktu menyusui. d) Menggunakan BH yang dapat menopang dengan enak.

e) ASI dapat di peras sesekali dengan tangan, frekuensi pengeluaran ASI lebih sering.

(37)

23

g) Mengompres payudara dengan air hangat sebelum di susukan. h) Memberitahu ibu bahwa dalam waktu sehari atau dua hari

keluhan akan reda.

i) Bila perlu berikan parasetamol 500 mg per oral tiar 4 jam. 2) Menurut WHO (2003), bila payudara ibu terjadi bendungan air

susu ibu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya.

b) Menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki tanpa batas.

c) Melakukan pemerasan ASI dengan menggunakan tangan atau pompa.

d) Memberitahu ibu dalam waktu sehari atau dua hari kondisi ibu akan sembuh.

f. Pencegahan

Menurut Saleha (2009), bendungan air susu ibu dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

1) Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk menghindari terjadinya statis aliran ASI.

2) Posisi menyusui yang di ubah-ubah.

(38)

6. Perawatan Payudara a. Cara perawatan payudara

Setelah melahirkan atau pada ibu nifas, payudara perlu dirawat dengan cara di urut. Tindakan ini bisa memelihara kebersihan payudara, memperlancar keluarnya ASI, dan dapat mencegah masalah-masalah pada payudara. Pengurutan sebaiknya dilakukan setelah melahirkan sebayak 2 kali sehari. Agar hasilnya maksimal, dilakukan pengurutan secara sistematis dan teratur, disertai perawatan tubuh secara umum seperti cukup makan-makanan bergizi seimbang, menjaga hygiene dan cukup istirahat (Machfoedz, 2008).

Langkah-langkah pengurutan payudara adalah sebagai berikut: 1) Cuci tangan sebelum massase payudara.

2) Tuangkan minyak ke kedua telapak tangan secukupnya. 3) Lakukan friction

Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berahir dengan gerakan spiral pada daerah putting susu, lakukan juga pada payudara kanan.

4) Selanjutnya lakukan gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berahir pada putting susu diseluruh bagian payudara, lakukan gerakan secara bergantian.

(39)

25

5) Lakukan massase

Letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara, urutlah dari tengah keatas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya dengan perlahan, lakukan gerakan ini 20-30 kali.

6) Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara kearah putting susu, lakukan gerakan ini 20-30 kali, setelah itu letakkan satu tangan di sebelah atas dan satu lagi dibawah payudara, luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah putting susu dengan cara memutar tangan, ulangi gerakan ini sampai payudara terkena urutan.

7) Pengompresan

Pengompresan menggunakan air hangat dan air dingin dengan 2 buah waslap.

Caranya: setelah pengurutan dilakukan, kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian diganti dengan kompres dinggin selama 2 menit, kompres dilakukan 3 kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres hangat.

b. Teknik pengosongan payudara

Pengosongan payudara perludilakukan agar payudara tidak terasa penuh untuk mengurangi bendungan ASI serta memperlancar produksi ASI. Menurut Machfoedz (2008), pengosongan payudara atau pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara:

(40)

1) Pengeluaran ASI dengan tangan a) Tangan dicuci sampai bersih

b) Siapkan cangkir/ gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.

c) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan di massase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah

areolla mammae, ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata.

d) Dengan ibu jari disekitar aerolla mammae bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah payudara di tekan kearah dada.

e) Daerah aerolla mammae diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/ menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/ lecet.

f) Ulang tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.

g) Gerakan ini diulang pada sekitar areola mammae dari semua sisi, agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

2) Pengeluaran ASI dengan pompa

Bila payudara terbendung dan puting terasa nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa dapat digunakan bila ASI benar-benar sudah penuh, tetapi pada

(41)

27

payudara yang lunak akan lebih sukar. Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara:

a) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.

b) Ujung leher tabung di letakkan pada payudara dengann puting susu tepat di tengah dan tabung benar-benar melekat pada kulit.

c) Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan areola mammae

tertarik kedalam.

d) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung.

e) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan menggunakan tangan.

c. Ruang lingkup menyusui 1) Posisi menyusui bayi

Menurut Purwanti (2004), ada beberapa macam posisi menyusui bayi, adalah:

a) Bayi harus dapat memesukan seluruh putting susu sampai daerah areola mammae ke dalam mulutnya sehingga bayi dapat menggunakan rahang untuk menekan daerah dibelakang putting susu, daerah ini merupakan kantong penyimpanan ASI.

(42)

b) Ibu dapat mengambil posisi duduk

Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan kedepan sejajar dengan bokong, atau kebawah tetapi harus diberi penyangga (jangan menggantung). Bayi tidur dipangkuan ibu dengan di alasi batal sehingga posisi perut ibu bersentuhan atau berhadapan dengan perut bayi. Leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir. Sebaiknya ibu berhati-hati karena pada saat menyusui, bayi tidak dalam keadaan terlentang atau di bedong.

c) Posisi menyusui yang lain adalah ibu tidur miring dengan batal agak tinggi dan lengan tangan menopang kepala bayi, posisi perut bayi dan perut ibu sama dengan posisi waktu duduk. Siku bayi harus lurus sejajar dengan telinga bayi bila ditarik garis lurus.

d) Bila mengambil posisi telungkup diatas meja, bayi ditidurkan dan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan. e) Segera setelah persalinan posisi menyusui yang baik untuk bayi

adalah ditelungkupkan diperut ibu sehingga proses penghangatan untuk bayi dan sekaligus bayi dapat menghisap puting susu.

(43)

29

2) Waktu menyusui bayi

Menurut Purwanti (2004), waktu menyusu bayi adalah:

a) Menyusui bayi tidak perlu dijadwalkan, bila bayi membutuhkan atau menangis, ibu harus segera memberi ASI. b) Bila bayi puas menyusu, bayi akan tertidur pulas.

c) Ketika bayi bayi tertidur dalam keadaan masih menyusu, untuk melepaskan putting dari mulut bayi, ibu dapat memesukkan jari tangan secara perlahan kedalam mulut bayi menyusuri putting susu. Bayi masih dapat merasakan ada sesuatu yang diisap. Lepaskan perlahan-lahan puting susu dari mulut bayi, hal ini untuk menghindari putting susu lecet akibat gesekan yang kuat dan bayi tidak terkejut.

3) Cara menyusui bayi

Menurut Purwanti (2004), cara menyusui bayi sebagai berikut, ibu harus bergantian diantara dua payudara, satu buah dada harus disusukan sampai dianggap habis ASI nya, lakuakan di buah dada satunya. Bila payudara pertama yang disusukan masih ada, hendaknya dikeluarkan dengan massase payudara ke arah puting susu sampai payudara tidak akan mengeluarkan ASI lagi. Hal ini akan memperlancar pengeluaran ASI berikutnya. Bila terdapat sisa, harus dikeluarkan lebih dulu. Bila masih bayak biarkan saja dan untuk menyusui berikutnya dimulai dari payudara yang mengandung ASI sebelumnya.

(44)

Menggunakan metode ini ASI akan tetap bertahan dan berproduksi. Teknik ini terutama penting bagi ibu yang bekerja. ASI dapat disimpan dalam suhu ruang sampai 8 jam di dalam lemari pendingin selama 2 kali 24 jam, bahkan dalam freezer

dapat bertahan sampai 6 bulan.

Penyimpanan ASI oleh ibu memungkinkan pemberian ASI selama ibu pergi bekerja atau berpergian. Cara pemberiannya dengan menghangatkan ASI dalam botol atau wadah yang direndam kedalam air hangat (suhu kurang lebih 50°C). Hindari menggunakan air panas atau merebus agar berbagai jenis nutrisi, sel-sel hidup maupun faktor-faktor yang ada didalam ASI tidak rusak.

4) Urutan tindakan menyusui

Urutan menyusui menurut Purwanti (2004), sebagai berikut: a) Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui.

b) Baringkan bayi diatas bantal dengan baik sehingga posisi bayi saling berhadapan dengan ibu.

c) Mula-mula massase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting susu, tujuannya menjaga kelembapan putting. Kemudian oleskan puting susu ibu kebibir bayi untuk merangsang refleks isap bayi (rooting reflex).

(45)

31

d) Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari berada dibawah payudara dan ibu jari berada di atas payudara.

e) Setelah bayi siap menyusu masukkan putting susu sampai

areolla mammae masuk ke mulut bayi.

f) Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat mengisap dengan benar.

g) Susui bayi selama bayi mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua payudara.

h) Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya putting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI.

i) Kemudian punggungnya di tepuk-tepuk secara berlahan atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tepuk punggung bayi.

(46)

B. Kerangka Teori

Gamber 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2003), Machfoedz (2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Tingkat pendidikan 2. Pengalaman 3. Informasi 4. Budaya 5. pekerjaan Pengetahuan ibu nifas

tentang bendungan ASI

Pengetahuan ibu tentang: 1. Pengertian bendungan ASI 2. Etiologi bendungan ASI 3. Patofisiologi bendungan ASI 4. Tanda dan gejala

bendungan ASI 5. Penatalaksanaan

bendungan ASI 6. Pencegahan

(47)

33

C. Kerangka Konsep

Keterangan:

= Variabel yang tidak di teliti

= Variabel yang diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Baik

Cukup

Kurang Tingkat pengetahuan

ibu nifas tentang bendungan ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Tingkat pendidikan 2. Pengalaman 3. Informasi 4. Budaya 5. pekerjaan

(48)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2010), penelitian deskriptif pada umumnya hanya memaparkan saja gambaran yang terjadi pada fenomena, yang dalam hal ini kegiatan yang diteliti, kemudian diambil kesimpulan. Kuantitatif

adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Sugiyono, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2011). Penelitian ini dilakukan di RB An Nuur Sumber Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rencana tentang jadwal yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2011). Waktu penelitian ini dimulai pada tanggal 29 Mei sampai 26 Juni 2012.

(49)

35

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang berkunjung di RB An Nur Sumber Surakarta pada tanggal 29 Mei sampai 26 Juni 2012 yaitu sejumlah 30 responden.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2010). Jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2010).

Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang berkunjung di RB An Nur Sumber Surakarta pada tanggal 29 Mei sampai 26 Juni 2012 yaitu sejumlah 30 responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007).

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah accidental sampling. Menurut Sugiyono (2007), accidental sampling merupakan mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa

(50)

saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1) Ibu nifas yang menyusui bayinya ber umur 0-40 hari. 2) Ibu nifas bersedia menyusui bayinya.

3) Ibu nifas yang bersedia menjadi responden dan juga dapat membaca dan menulis.

b. Kriteria eksklusi adalah kriteria/ ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu: 1) Ibu nifas yang mengalami gangguan psikis.

2) Ibu nifas yang mempunyai kecacatan fisik pada payudara. 3) Ibu nifas yang bayinya meninggal.

4) Ibu nifas yang tidak menyusui.

5) Ibu nifas yang tidak bersedia menjadi responden dan yang tidak bisa membaca dan menulis.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono, (2009) instrument penelitian juga dikatakan sebagai alat dalam pengambilan data dalam penelitian, sehingga instrument penelitian

(51)

37

merupakan teknik untuk mengambil data yang digunakan peneliti dalam data yang dibutuhkan. Pada penelitian ini instrument yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010).

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuisioner tertutup dengan jawaban benar dan salah.

Untuk pernyataan positif (favourable) jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban salah nilai 0. Untuk Pernyatan negatif (unfavorable) jawaban benar mendapat nilai 0 dan jawaban salah nilai 1.

Tabel. 3.1 Kisi – kisi kuesioner

Variabel Indikator No Soal

Favourable Unfavourable Jumlah (soal) Pengatahuan Tentang Bendungan ASI 1. Pengertian bendungan ASI 1,3 2*,4 4 2. Penyebab bendungan ASI 5,7,8*,11,12 6*,9,10* 8 3. Tanda dan gejala bendungan ASI 13,15,18 14*,16,17 6 4. Penatalaksanaan bendungan ASI 20,22,23 25,27 19,21,24,26 9 5. Pencegahan bendungan ASI 28,30,31 32,33 29 6 6. Akibat bendungan ASI 34,35 2 JUMLAH 35

Sumber: Data primer Juni, 2012

Untuk mengetahui kuesioner penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik sejenis di luar

(52)

lokasi penelitian. Uji validitas dan uji reliabilitas di lakukan di RB Marga Waluya Surakarta dengan jumlah 30 responden.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2006).

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus korelasi product moment dengan bantuan program SPSS 16. Instrument ini dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel.

Rumus :

Keterangan :

N : Jumlah Responden

rxy : Koefisien korelasi product moment x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-( )

X

}

{N

Y

-

( )

Y

}

X

{

Y)

X)(

(

-

XY

N

2 2 2 2

S

S

S

-S

S

S

S

=

N

r

xy

(53)

39

jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2010).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan cara mencoba instrumen 1 kali saja, analisa data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan rumus Spearman-Brown dengan bantuan program komputer SPSS 16 for Windows.

Rumus Spearman-Brown adalah sebagai berikut:

2 1 2 1 2 1 2 1 1 1

1

2

r

r

x

r

+

=

Keterangan : r11 = Reliabilitas Instrument

r½½ = rxy yangdisebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen.

Dinyatakan reliabel bila nilai r hitung > r tabel (Arikunto, 2010).

Uji validitas dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai 26 Mei 2012 pada 30 responden. Dari 35 pernyataan setelah dilakukan uji validitas didapatkan hasil 1 pernyataan memiliki rhitung > rtabel(5%) 0,361, sebanyak 29 pernyataan memiliki rhitung > rtabel(1%) 0,463 dan 5 pernyataan memiliki rhitung < rtabel(5%) 0,361. Maka dapat dikataka 30 pernyataan valid, artinya sebanyak 30 pernyataan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian, sedangkan 5 pernyataan tidak valid yaitu nomer: 2,6,8,10,14 dihapus dari daftar pernyataan kuesioner. Untuk uji reliabilitas didapatkan

(54)

angka reliabelitas kuesioner adalah 0,985 dan dinyatakan reliable karena r hitun ( 0,985) > rtabel ((5%) 0,361(1%) 0,463).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data (Hidayat, 2007).

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi penjelasan tentang cara mengisi kuesioner dan selanjutnya memberikan informed concent yang diikuti penyerahan kuesioner. Setelah itu, kuesioner langsung diisi oleh responden sesuai dengan ketentuan yang ada.

2. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari orang atau tempat lain dan bukan dilakukan oleh peneliti sendiri. Data yang digunakan berasal dari studi pendahuluan di RB An Nuur Sumber Surakarta.

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI.

(55)

41

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).

Definisi pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut : Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Tingkat pengetahuan ibu tentang bendungan ASI Kemampuan dari responden dalam menjawab kuesener tentang bendungan ASI. Indikator: 1. Pengertian 2. Etiologi 3. Patofisiologi 4. Tanda dan gejala 5. Penatalaksanaan 6. Pencegahan

kuesioner Ordinal a. Baik :bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD b. Cukup : bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang : bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD (Riwidikdo, 2010) Sumber: Data Primer, Juni 2012.

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2006), adalah sebagai berikut :

(56)

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini member kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

2. Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui tingkat pengetahuan menurut Riwidikdo (2010) adalah sebagai berikut:

a. Baik : bila responden (x) > mean + 1 SD b. Cukup : bila nilai mean –SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

(57)

43

Untuk memperoleh nilai rata – rata (mean) dengan rumus menurut

Riwidikdo (2010) :

Keterangan :

: nilai rata – rata

: jumlah seluruh data n : banyaknya data

Sedangkan untuk memperoleh simpangan baku dengan rumus menurut Riwidikdo (2010) :

Keterangan :

SD : simpangan baku xi : nilai dari data n : banyaknya data I. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007), etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian. Mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus langsung diperhatikan. Yang perlu diperhatikan antara lain :

(58)

1. Informed concent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian. Dilakukan dengan memberi lembar persetujuan kepada responden. Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan.

2. Anonimity (kerahasiaan nama/ identitas)

Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subyek penelitian. Dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)

Merupakan etika dalam pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian. Baik informasi ataupun masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hanya pada kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

(59)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei sampai 26 juni 2012 di RB An Nuur yang beralamat di Jalan Pakel no. 33 Sumber, Surakarta. Tenaga kesehatan yang tersedia terdiri dari 5 bidan dan 3 fisioterapi. Sarana prasarana cukup memadai antapra lain 1 ruang periksa, 1 ruang bersalin dengan 3 tempat tidur dan 9 ruang nifas. Pelayanan yang dapat diberikan yaitu bersalin, ANC, KIA, KB, imunisasi dan papsmear. Jam buka pelayanan umum dimulai pada pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB dan pada pukul 16.00 WIB – 21.00 WIB, sedangkan pelayanan bersalin melayani 24 jam. Jumlah rata-rata pengunjung setiap bulannya kurang lebih sebanyak 750 pengunjung.

B.Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden dibagi menjadi 3, yaitu: a. Tingkat Pendidikan

Diskripsi pendidikan responden menunjukkan tingkat pendidikan formal yang di tempuh responden. Pendidikan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(60)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Nominal Presentase (%)

1. SD 3 10

2. SMP 10 33,3

3. SMA 12 40

4. Perguruan Tinggi 5 16,7

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui responden yang berpendidikan SD sebanyak 3 responden (10%), responden yang berpendidikan SMP sebanyak 10 responden (33,3%), responden yang berpendidikan SMA sebanyak 12 responden (40%), dan responden yang berpendidikan perguruan tinggi 5 responden (16,7%).

b. Pekerjaan

Pengumpulan data tentang pekerjaan responden di tampilkan dalam tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Nominal Persentase (%)

1. PNS 2 6,7

2. Swasta 15 50

3. Buruh 5 16,7

4. Tidak bekerja / IRT 8 26,6

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012.

Pada tabel 4.2 diatas diketahui responden pekerjaan PNS sebanyak 2 responden (6,7%), responden dengan pekerjaan swasta sebanyak 15 responden (50%), responden dengan pekerjaan buruh 5 responden (16,7%), sedangkan responden yang tidak bekerja/ IRT sebanyak 8 responden (26,6%).

(61)

47

c. Paritas

Pengumpulan data tentang paritas responden ditampilkan dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas

No Paritas Nominal Persentase (%)

1. Primipara 9 30

2. Multipara 20 66,7

3. Grandemultipara 1 3,3

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012.

Pada tabel 4.3 diatas diketahui responden dengan frekuensi pernah melahirkan 1 kali (primipara) sebanyak 9 responden (30%), responden dengaan frekuensi pernah melahirkan antara 2-4 kali (multipara) sebanyak 20 responden (66,7%), dan responden dengan frekuensi pernah melahirkan lebih dari 4 kali (grandemultipara) sebanyak 1 responden (3,3%).

2. Analisa Data

Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang datang ke RB An Nuur Sumber Surakarta, jumlah responden yang memenuhi kriteria inklusi ada 30 orang. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberi kuesioner kepada responden dan kemudian kuesioner dikembalikan kepada peneliti untuk diolah, dengan menggunakan bantuan SPSS 16.

(62)

Berdasarkan perhitungan diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI 30 8 27 18.036 5.350

Sumber: Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan tabel diatas pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dapat dikategorikan 3 yaitu:

a. Baik : bila nilai responden (x)> mean + 1 SD (x) > 18,036 +5,350 (x) > 23,385

b. Cukup : bila nilai responden mean –1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

18,035 –5,350 ≤ x≤ 18,0350 + 5,350

12,685 ≤ x≤ 23,385

c. Kurang : bila nilai responden (x) < mean – 1 SD (x) < 18,035 – 5,350 (x) < 12,685

Dari data yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel kuantitas responden berdasarkan 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang yang disajikan dala tabel berikut:

(63)

49

Hasil penelitian tingkat pengetahuan responden tentang bendungan ASI dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI

No Tingkat Pengetahuan Nominal Prosentase (%)

1 Baik 6 20

2 Cukup 19 63,33

3 Kurang 5 16,67

JUMLAH 30 100

Sumber : Data Primer, Juni 2012

Berdasarkan hasil penelitian dalam hal tingkat pengetahuan yang telah disajikan dalam bentuk tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup tentang bendungan ASI

yaitu 19 responden (63,33%), 6 responden (20%) katagori baik dan 5 responden (16,67%) katagori kurang.

C.Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI yang telah disajikan dalam bentuk tabel 4.5 dapat diketahui

bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 19 responden (63,33%), terdapat 6 responden (20%) berpengetahuan baik, dan

berpengetahuan kurang 5 reponden (16,67%).

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

(64)

penglihatan (mata). Pengetahuan merupakan fakor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang.

Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 12 responden (40%) dan derpengetahuan cukup, menurut Notoatmodjo (2003), Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku postif yang meningkat serta pendidikan yang tinggi akan berpengaruh pada penerimaan hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri dengan hal yang baru tersebut, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.

Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar responden memiliki pekerjaan swasta yaitu sebanyak 15 responden (50%) dan berpengetahuan cukup. Menurut Notoadmodjo (2003), pekerjaan berhubungan dengan sosial ekonomi seseorang. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang akan menambah tingkat pengetahuan.

Berdasarkan tabel 4.3 sebagian besar responden berparitas multipara yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) dan berpengetahuan cukup. Jumlah anak yang dilahirkan dapat berhubungan dengan pengalaman, pengalaman juga merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2003), sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. seseorang yang memiliki pengalaman sebelumnya maka pengetahuannya lebih baik.

(65)

51

D.Keterbatasan

Dalam penelitian ini mempunyai kendala dan keterbatasan, yaitu : 1. Kendala penelitian

Penulis membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh target minimal responden.

2. Kelemahan/ keterbatasan a. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingakat pengetahuan saja.

b. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab benar atau salah sehingga tidak dapat menguraikan jawaban selain jawaban yang tersedia dan jawaban mereka belum bisa mengukur pengetahuan secara mendalam.

c. Lokasi penelitian

Penelitian ini hanya di lakukan di RB An Nuur Sumber Surakarta, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan.

Gambar

Tabel  2.1 TFU dan berat uterus menurut masa involusio
Gambar 2.2 Kerangka Konsep  Baik
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan  No  Jenis Pekerjaan      Nominal  Persentase (%)
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

TSL 551 Sistem Informasi Geografis 3(2-3) 1 Konsepsi SIG dalam konteks manajemen sumberdaya alam dan wilayah, definisi SIG, komponen utama, bentuk dan struktur

remaja yang masih perlu pengawasan orang tua dalam penggunaannya karena selain media sosial membawa dampak positif dan keuntungan dalam perkem- bangan ilmu dan

Ukurlah tinggi kolom udara botol kosong kemudian Tiuplah botol kosong sampai terdengar bunyi, catat/ centang ( √ ) apakah bunyinya tinggi, sedang atau rendah pada tabel 1..

Peningkatan produktivitas padi gogo dapat dilakukan dengan merakit varietas padi gogo tipe baru, dengan karakteristik antara lain tinggi tanaman 100- 120 cm, jumlah

Tahapan analisis dilakukan dengan mengkonfirmasi spesifikasi desain kemudian menuju technical requirements selanjutnya menuju kebutuhan desain tangan prosthetic kaitannya

Cara pengujian validitas sistem ini dilakukan dengan membandingkan data penyakit pasien hasil diagnosis dokter dengan hasil analisis diagnosis awal yang dilakukan

Oleh karena kompensasi merupakan faktor penting di organisasi, penghargaan dalam bentuk moneter maupun non-moneter kepada whistleblower juga digunakan dalam

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN , PROFITABILITAS , FINANCIAL LEVERAGE DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA ( Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang