• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI UNIT PG. SUBANG PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT (DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN) Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI UNIT PG. SUBANG PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT (DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN) Oleh"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT

(DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN)

Oleh

NURFIANA RAMADANI

A34104070

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

NURFIANA RAMADANI. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum

officinarum L.) di Unit PG. Subang, PT. Rajawali II, Subang, Jawa Barat

(dengan Aspek Khusus Pupuk Daun) (Dibimbing oleh PURWONO).

Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang jumlahnya senantiasa meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan gizi masyarakat. Ketersediaan akan lahan sawah semakin menyempit karena digunakan untuk pemukiman dan industri. Oleh sebab itu areal tanaman tebu diarahkan pada lahan kering. Permasalahan yang dihadapi pada areal pertanaman tebu lahan kering antara lain iklim yang kering, pertumbuhan gulma yang tinggi, tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan reaksi tanah yang masam.

Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman lapang, keterampilan kerja, dan memperluas wawasan mahasiswa dalam pengelolaan perkebunan tebu. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun dengan komposisi hara yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman tebu yang dibandingkan dengan kontrol. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai 11 Februari-11 Juni 2008 di Unit PG. Subang. Metode yang digunakan adalah kerja langsung di lapangan, aspek khusus, dan aspek manajerial. Selain itu juga dengan menggunakan data sekunder. Pelaksanaan kegiatan di lapangan meliputi Karyawan Harian Lepas, pendamping Mandor Kebun, dan pendamping Sinder Kebun Wilayah. Aspek khusus berkaitan dengan pemupukan mengunakan pupuk daun. Peubah yang diamati adalah tinggi batang, jumlah batang per meter, dan diameter batang. Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan taraf 5 %.

PG. Subang adalah salah satu perusahaan perkebunan tebu lahan kering di pulau Jawa yang merupakan salah satu unit produksi PT. Rajawali II. Luas areal perkebunan tebu PG Subang pada musim tanam 2007/2008 adalah 5 827.994 ha. Luas lahan HGU PG Subang adalah 4 815.342 ha yang terbagi dalam 3 rayon,

(3)

sudah menunjukkan kinerja yang baik untuk perkebunan tebu lahan kering dengan rata-rata selama 10 tahun terakhir adalah 6.25 % sedangkan produktivitas masih belum menunjukkan hasil yang optimal yaitu sebesar 611 ku/ha. Secara umum rata-rata produktivitas yang telah dicapai masih di bawah rata-rata produktivitas nasional. Tanaman tebu yang dibudidayakan dibagi menjadi 2, yaitu Tanaman

Pertama (Plant Cane) dan Tanaman Keprasan (Ratoon Cane). Kegiatan budidaya

tebu Tanaman Pertama dimulai dari kegiatan pengolahan tanah, pemupukan, penanaman, pengairan, pengendalian gulma, dan kletek. Periode tanam di PG. Subang dibagi menjadi 2, yaitu periode I (Mei-September) dan periode II (Oktober-November). Varietas yang dominan ditanam di PG. Subang adalah PA 117 dan BR 194 yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan iklim dan kondisi lahan PG. Subang.

Hasil penelitian pupuk daun menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun IBG Bio Fertilizer dan Agrorama terbukti nyata meningkatkan jumlah batang tebu per meter juring pada 6 dan 8 BST, sedangkan pada peubah tinggi batang dan diameter batang, kedua merk pupuk daun tidak berpengaruh nyata pada tanaman tebu umur 6 dan 8 BST. Dari segi biaya, pupuk daun IBG Bio Fertilizer memberikan selisih biaya terhadap kontrol lebih besar yaitu sebesar Rp. 481 000 dibandingkan pupuk daun Agrorama sebesar Rp. 426 448.

(4)

PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT

(DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

NURFIANA RAMADANI

A34104070

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

PT. RAJAWALI II, SUBANG, JAWA BARAT (DENGAN ASPEK KHUSUS PUPUK DAUN)

Nama Mahasiswa : Nurfiana Ramadani

NRP : A34104070 Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Purwono, MS NIP. 131 124 018 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(6)

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Mei 1986 di Kota Tangerang, Propinsi Banten. Penulis merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dari pasangan keluarga Masngali Yosinaga dan Yasi.

Pada tahun 1992, penulis mulai memasuki bangku sekolah dasar di SDN Sukasari IV Kota Tangerang dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 4 Kota Tangerang dan lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SMUN 7 Kota Tangerang dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan kemudian diterima di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, penulis melakukan kegiatan magang yang berjudul Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di unit PG. Subang, PT. Rajawali II, Subang, Jawa Barat (dengan Aspek Khusus Pupuk Daun) di bawah bimbingan Ir. Purwono, MS.

(7)

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan magang dan menyelesaikan skripsi

magang berjudul “Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di

Unit PG. Subang PT. Rajawali II, Subang, Jawa Barat (dengan Aspek

Khusus Pupuk Daun).” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Program Sarjana pada Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtuaku, mamah dan papah dan kedua kakakku, Onyong dan Nunu

yang telah memberikan dorongan semangat dan dukungan moril maupun materiil serta doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Suwarto, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan yang banyak kepada penulis.

4. Dwi Guntoro, SP. MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

dan masukan yang banyak kepada penulis.

5. Ir. Sofyan Zaman selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama mengikuti kegiatan akademik.

6. Ir. Bambang Eka Darutama selaku General Manager PG. Subang yang telah

menyediakan tempat magang.

7. Sigit Ermunanto, STP. selaku pembimbing lapang beserta seluruh staf dan

karyawan pelaksana PG. Subang yang telah membantu penulis selama pelaksanaan magang.

8. Pak Tija, Pak Kafrawi, Pak Asep, Pak Nano, mas Bayu, dan mas Dian yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Para mandor PG. Subang, Pak Yayay, Pak Hasa, Pak Budi, Pak Nana, Pak

(8)

mandor-mandor lainnya. Pak Ade, Pak Wawan, Pak Nanay. Terima kasih karena telah banyak membantu penulis dalam kegiatan di lapangan selama magang.

10.Keluarga besar AGRONOMERZ 41. Didik, intan, anggi, pa cie, ivan, via,

febri, rio, uni dina, agus, dilles, bubun, dan ambar. Tri dan gita (terimakasih atas semangat dan dukungannya yang sangat berarti pada saat-saat terakhir). Icha, vitria, ika, dan om (terima kasih buat semuanya yang telah kalian berikan). Saras, sari, dhini, nandin, asti, mudi, vv, rika, dan nani (terima kasih atas persahabatan selama ini). Indra (teman seperjuangan saat-saat semester terakhir). Mercy, mba ii, cindy, achie, wahyu, ardi, lia, ichan, hendro, oppie, fajri, donny, devi, amen, fitri, aji, nita, santo, manda, guntur, desti, mba restu, edy jo, ani, diah, a’i, ririn, wanda. Terima kasih kalian semua telah memberikan kenangan selama 4 tahun bersama dan telah menjadi motivator bagi penulis.

11. D’Gandenkz, terima kasih atas persahabatan yang mudah-mudahan tidak akan pernah putus.

12. Q’erz, terima kasih atas kenangan-kenangan indah saat kita awal masuk IPB.

13.Teman-teman Wisma Cendrawasih.

14.Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam penyusunan laporan magang ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah wawasan di bidang pertanian dan bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Dan semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiiin.

Bogor, September 2008

(9)

Halaman PENDAHULUAN

Latar Belakang ... .. 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu ... 3

Syarat Tumbuh Tanaman Tebu... 3

Pupuk Daun... 4

Aplikasi Pemupukan ... 6

METODOLOGI Waktu dan Tempat ... 7

Metode Pelaksanaan... 7

KEADAAN UMUM PG. SUBANG Sejarah Perusahaan ... 10

Lokasi dan Letak Geografis ... 11

Tanah dan Tata Guna Lahan ... 11

Iklim ... 12

Luas Areal dan Produksi ... 12

Keadaan Tanaman PG. Subang... 13

ORGANISASI PG. SUBANG Struktur Organisasi Perusahaan ... 17

Ketenagakerjaan... 19

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengolahan Tanah ... 22 Pembibitan ... 25 Penanaman ... 26 Pemeliharaan ... 30 Taksasi Produksi ... 37 Analisa Pendahuluan... 38 Tebang Angkut... 40 Pengolahan Gula ... 42 Aspek Manajerial Mandor Lapangan ... 48

Sinder kebun Wilayah ... 49

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan Tanah ... 50

(10)

Pemupukan... 52

Penyiraman... 52

Persiapan Tebang Angkut ... 53

Kondisi Pabrik... 54

Produktivitas dan Rendemen PG. Subang ... 54

Aspek Manajerial Manajemen Sumber Daya Manusia ... 56

Pengelolaan Kegiatan Kebun dan Tenaga Kerja Bagian Tanaman... 56

Aspek Khusus Percobaan Pupuk Daun ... 58

Pengamatan di Lapangan ... 58

Pembahasan Aspek Khusus ... 59

Analisis Ekonomi ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 63

Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Data Jenis Tanah di PG. Subang ... 11

2. Luas Areal PG. Subang Musim Tanam 2003-2007 ... 13

3. Luas Areal PC dan Ratoon Musim Tanam 2007/2008 ... 14

4. Realisasi Produksi PG. Subang Tahun 1998-2007 ... 15

5. Jadwal Tanam dan Tebang Berdasarkan Masa Tanam ... 16

6. Jumlah Karyawan PG. Subang Tahun 2008 ... 20

7. Dosis Rekomendasi Pemupukan per ha pada MT 2007/2008 ... 32

8. Jenis Dosis Campuran Herbisida Tahun 2007/2008 ... 34

9. Jumlah Batang per meter Juring Tebu Umur 6 dan 8 BST ... 58

10. Tinggi Batang Tanaman Tebu Umur 6 dan 8 BST ... 58

11. Diameter Batang Tanaman Tebu Umur 8 BST... 58

Lampiran 1. Curah Hujan PG. Subang Tahun 1998-2007 ... 67

2. Jurnal Harian Pelaksanaan Kegiatan Magang di PG. Subang... 68

3. Analisis Ekonomi Penggunaan Pupuk Daun IBG Bio Fertilizer ... 77

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Aplikasi Pupuk Daun ... 9

2. Kegiatan Ripper ... 22

3. Kegiatan Pembajakan... 23

4. Kegiatan Penggaruan ... 24

5. Kegiatan Pengkairan ... 25

6. Cara Penempatan Bibit... 27

7. Peletakkan Bibit ke dalam Kairan... 29

8. Pengairan Sistem Glontor ... 30

9. Pemupukan... 33

10. Kegiatan Tebang Angkut ... 41

11. Pembongkaran Tebu dengan Hillo, Pengait Sling, dan Trippler ... 42

12. Stasiun Gilingan ... 44

13. Stasiun Masakan ... 46

14. Produk Gula ... 47

Lampiran 1. Struktur Organisasi PG. Subang ... 72

2. Peta Kebun PG. Subang ... 73

3. Peta Rayon Pasir Bungur dan Pasir Muncang... 74

4. Peta Rayon Manyingsal... 75

5. Diagram Alir Proses Pembuatan Gula ... 76

(13)

Latar Belakang

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk keluarga

rumput-rumputan yang mengandung air gula. Hingga sekarang tanaman tebu merupakan tanaman penghasil gula yang paling banyak dibudidayakan di dunia, khususnya di daerah tropis. Menurut Dietary Guildlines for Americans, gula diartikan sebagai

semua bentuk kalori pemanis (Coloric Sweeteners) yang di dalamnya termasuk

madu, gula pasir, sirup jagung, dan lain-lain pemanis (Sudiatso, 1982).

Total konsumsi gula nasional pada tahun 2007 adalah 4.85 juta ton yaitu sebesar 2.7 juta ton untuk konsumsi gula langsung dan 2.15 juta ton untuk konsumsi gula industri (Dewan Gula Indonesia, 2007). Sementara itu produksi gula tebu di Indonesia tahun 2007 sebesar 2.4 juta ton. Sampai tahun 2007, luas areal tebu di Indonesia adalah 395 000 ha dengan produktivitas nasional 60.8 ton tebu/ha dan rendemen berkisar 7.2 %. Produksi tebu ini 64% dihasilkan oleh Pulau Jawa.

Gula adalah salah satu kebutuhan pokok yang jumlahnya senantiasa meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan gizi masyarakat. Ketersediaan akan lahan sawah yang berpengairan dari tahun ke tahun untuk kebutuhan tebu semakin menyempit karena digunakan untuk pemukiman dan industri. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan gula sesuai dengan kebutuhan maka areal tanaman tebu diarahkan pada lahan kering. Permasalahan yang dihadapi pada areal pertanaman tebu lahan kering antara lain iklim yang kering, pertumbuhan gulma yang tinggi, tingkat kesuburan tanah yang rendah, dan reaksi tanah yang masam.

Pemupukan adalah upaya menambahkan unsur-unsur hara pada tanaman. Pemupukan melalui akar seringkali mengalami hambatan sehingga suplai hara ke dalam tanaman menjadi berkurang. Pupuk juga dapat diberikan melalui daun pada tanaman tertentu dan hasilnya cukup baik. Pupuk daun merupakan pupuk yang dalam pengaplikasiannya disemprotkan ke daun yang dapat memberikan nutrisi bagi tanaman dan dapat diolah secara langsung oleh tanaman sehingga terjadi perubahan yang cukup signifikan bagi tanaman (Setyamidjaja, 1986).

(14)

Pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk menghindari inefisiensi karena hara akan mengalami fiksasi dalam tanah yang berakibat tidak dapat lagi diserap oleh tanaman. Respon tanaman terhadap pupuk daun dipengaruhi oleh jenis tanaman, jenis pupuk, konsentrasi, dan frekuensi aplikasi serta fase pertumbuhan tanaman saat aplikasi. Kelebihan penggunaan pupuk melalui daun adalah zat hara yang diserap mengalami hambatan yang lebih kecil dibandingkan hambatan yang dialami jika pupuk diberikan melalui tanah.

Setyamidjaja (1986) menyatakan pemupukan melalui daun dilaksanakan untuk dapat memberikan unsur-unsur hara yang keperluannya dalam jumlah sedikit (seperti unsur-unsur mikro) dan harus diberikan dengan konsentrasi rendah. Pemupukan melalui daun tidak dimaksudkan untuk memenuhi keperluan unsur hara untuk seluruh pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pemupukan melalui daun hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa.

Tujuan

1. Meningkatkan kemampuan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses

kerja secara nyata.

2. Mempelajari aspek khusus pemupukan pada tanaman tebu dengan penggunaan

(15)

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

Tebu merupakan tanaman monocotyledon yang termasuk dalam ordo

Glumaceae, famili Gramineae, kelompok Andropogon, dan genus Saccharum.

Diantara genus Saccharum, Saccharum officinarum L. adalah yang paling banyak

dibudidayakan karena kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah (Sudiatso, 1982).

Evans dalam Fauconnier (1993) menyatakan bahwa akar tebu dapat

diklasifikasikan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah superficcial root

yang bercabang-cabang dan memegang fungsi pengambilan atau suplai hara dan

nutrisi. Selanjutnya adalah buttres root yang menembus tanah lebih dalam dan

menambatkan tanaman. Yang terakhir adalah rope system yang merupakan sistem

perakaran yang menyerupai tali dan tumbuh ke bawah menembus tanah sampai

kedalaman 6 meter jika kondisi tanah favourable bagi pertumbuhan tanaman tebu.

Soebroto (1980) menyatakan batang tebu padat, tingginya 2-5 m dan tidak bercabang dengan diameter 3-4 cm. Daun tebu berseling kanan dan kiri, serta tidak bertangkai tapi berpelepah. Tulang daun sejajar, di tengah berlekuk. Helai daun berbentuk garis yang panjangnya 1-2 m dan lebarnya antara 5-7 cm dengan bagian tepi daun dan permukaan daun kasap sedangkan pelepahnya di bagian bawah membalut batang seluruhnya sehingga buku-bukunya tidak kelihatan. Bunga tebu merupakan malai dan berbentuk ”pyramida” dengan panjang rata-rata 50-80 cm. Buah terbentuk dan matang sekitar 3 minggu sesudah pembuahan (Fauconnier, 1993).

Syarat Tumbuh

Iklim

Sudiatso (1982) menyatakan bahwa tanaman tebu tumbuh baik di daerah

tropis dan subtropis sekitar daerah khatulistiwa sampai garis isotherm 20 0C, yaitu

kurang lebih diantara 39 0LU-35 0LS. Tebu banyak diusahakan di dataran rendah

dengan perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kering. Tebu dapat juga ditanam di pegunungan dengan ketinggian 1000 m dpl. Di daerah

(16)

pegunungan yang suhu udaranya rendah mengakibatkan tanaman tebu lambat

tumbuh dan memiliki rendemen rendah serta pada suhu kurang dari 21 0C

pertumbuhan tanaman tebu terhambat, bahkan apabila suhu tanah sampai 16 0C

pertumbuhan tebu terhenti atau mati.

Lama pertumbuhan tanaman yang normal untuk daerah iklim tropis berkisar antara 11-12 bulan. Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan optimal tanaman tebu. Tebu tumbuh baik dengan kelembaban yang tidak terlalu

tinggi (70%<RH<90%) suhu harian rata-rata 22 0C-30 0C dan kecepatan angin

rata-rata kurang dari 10 km/jam dengan curah hujan 1 500-3 000 mm.

Tanah

Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur mudah menyerap tapi juga mudah melepaskan air. Menurut Sudiatso (1982) tanah yang terbaik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah lempung liat dengan solum dalam atau tanah lempung berpasir dengan lempung berdebu karena tebu mempunyai perakaran serabut yang terkonsentrasi pada kedalaman 0-60 cm.

Dalam masa pertumbuhan tebu banyak membutuhkan air dan kebutuhan air tanaman tebu terus bertambah sampai pertumbuhan vegetatif selesai. Dalam masa itu tebu memerlukan banyak air untuk perpanjangan batang yang sebanding dengan besaran evapotranspirasi, yaitu berkisar antara 3-5 mm/hari yang berarti jumlah curah hujan selama pertumbuhan vegetatif minimal 100 mm/bulan. Setelah masa pertumbuhan vegetatif tanaman tebu memerlukan curah hujan bulanan kurang dari 100 mm.

Pupuk Daun

Pupuk daun termasuk pupuk anorganik yang cara pemberiannya adalah dengan cara disemprotkan ke daun agar dapat menambah zat-zat yang dibutuhkan tanaman secara langsung. Tujuan pemberian pupuk daun adalah untuk mendistribusikan sejumlah larutan hara secara merata ke seluruh permukaan daun. Pemberian pupuk melalui daun merupakan pelengkap pemberian pupuk melalui akar. Hal ini terjadi karena pada saat pupuk diberikan, stomata yang membuka segera menyerap hara yang dibutuhkan dan penyerapan haranya berjalan lebih

(17)

cepat dibanding pupuk yang diberikan melalui akar. Akibatnya, tanaman akan mulai menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak (Lingga dan Marsono, 2000).

Lingga dan Marsono (2000) menjelaskan membuka dan menutupnya stomata merupakan proses mekanis yang diatur oleh tekanan turgor dari sel-sel penutup. Jika tekanan turgor tinggi maka stomata akan membuka dan jika tekanan turgor rendah maka stomata akan menutup. Cahaya matahari dan angin akan menyebabkan turgor dari sel-sel penjaga menurun karena kehilangan air akibat proses transpirasi. Air dalam daun cepat berkurang sehingga tekanan turgor rendah dan stomata akan menutup. Bila pada saat itu air disemprotkan maka stomata akan segera membuka dan menyerap cairan yang hilang lewat penguapan. Bila air yang disemprot tersebut mengandung unsur hara maka pada saat stomata membuka unsur hara akan berdifusi melalui stomata bersama air.

Menurut Lingga dan Marsono (2000) kelebihan memakai pupuk daun dibanding pupuk akar adalah :

1. Pupuk daun dapat memberikan hara sesuai kebutuhan tanaman.

2. Penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang

diberikan lewat akar.

3. Kelarutan pupuk daun lebih baik dibanding pupuk akar.

4. Pengaruh kekurangan hara berlangsung lebih cepat dibanding pupuk akar.

5. Pemberiannya lebih merata.

6. Kepekatannya dapat diatur sesuai pertumbuhan tanaman.

Kelemahan pemupukan melalui daun yaitu pupuk yang diberikan mudah tercuci oleh air hujan. Menurut Lingga dan Marsono (2000) pemberian pupuk daun lebih tepat dilakukan pada pagi hari atau sore hari karena pada saat itulah stomata daun sedang membuka sempurna sehingga resiko kehilangan pupuk dapat ditekan. Apabila penyemprotan dilakukan saat sinar matahari sedang terik dapat menyebabkan air akan cepat menguap dan pupuknya hanya menempel di permukaan daun. Padahal pupuk tidak mungkin diserap daun kalau bukan berbentuk larutan. Sehingga pupuk yang tertinggal di daun tersebut akan menyerap air dari dalam daun. Akibatnya daun akan seperti terbakar, pinggiran daun akan layu, dan kemudian tanaman akan mati. Pemanfaatan pemupukan melalui daun terutama diperuntukkan pada pemupukan unsur hara mikro. Unsur

(18)

hara mikro lebih memungkinkan pengaplikasian melalui penyemprotan lewat daun karena jumlah kebutuhan yang sangat kecil.

Pupuk daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk daun Agrorama yang terdiri dari Pupuk Majemuk Cair dan Biokompos, serta IBG (Innovative Biotechnology of Growth) Bio Fertilizer. Pupuk Majemuk Cair dan Biokompos diaplikasikan pada petak yang sama hanya waktu aplikasinya yang berbeda. Pupuk Majemuk Cair memiliki komposisi hara makro 17.52% N, 5.40%

P2O5, 5.20% K2O, 5.00% Ca, dan 0.5% Mg serta hormon rangsang tumbuh alami

dan mikroorganisme penunjang. Dosis yang digunakan adalah 4 l/ha. Pupuk

Biokompos terdiri dari beberapa mikroorganisme seperti Lactobacillus sp.,

Actinomycetes, Streptomyces sp., Rhizobium, Acetobacter, Mould, dan Yeast. Dosis yang digunakan adalah 4 l/ha. Pupuk Majemuk Cair berbentuk larutan berwarna coklat kehitaman dan pupuk Biokompos berwarna coklat susu seperti produk EM4. Pupuk daun IBG Bio Fertilizer memiliki komposisi hara 7.64% N,

7.63% P2O5, 9.86% K2O, serta unsur hara mikro sebagai pelengkap unsur hara

pada pupuk daun. Pupuk IBG Bio Fertilizer berbentuk larutan berwarna kehijauan. Dosis yang digunakan adalah 6 l/ha.

Aplikasi Pemupukan

Harjadi (1996) menyatakan untuk pertumbuhannya tanaman memerlukan nutrisi atau hara mineral yang berasal dari media tumbuh dan dari pupuk. Menurut Lingga dan Marsono (2000) ada dua bentuk pupuk daun di pasaran, yaitu cair dan padat. Pemupukan melalui daun memiliki banyak kelebihan, yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan lewat akar. Akibatnya tunas tanaman akan lebih cepat tumbuh dan tanahnya tidak rusak.

Tisdale et al., (1985) menyatakan bahwa beberapa jenis pupuk yang dapat

larut dalam air dapat didistribusikan langsung ke bagian tanaman, hara tersebut masuk melalui kutikula atau stomata daun kemudian masuk ke dalam sel. Dengan pemupukan melalui daun kekurangan hara akan lebih cepat diketahui jika dibandingkan dengan pemupukan melalui akar (tanah), tetapi responnya hanya sementara.

(19)

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang dilaksanakan mulai tanggal 11 Februari-12 Juni 2008 di unit PG. Subang PT. Rajawali II Desa Pasirbungur, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat.

Metode Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan magang, mahasiswa melakukan kerja langsung di lapangan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama 2 bulan, aspek manajerial sebagai pendamping mandor dan Sinder Kebun Wilayah masing-masing selama 1 bulan, dan aspek khusus.

Aspek Teknis

Dalam kerja langsung, mahasiswa melakukan kegiatan di kebun meliputi pengolahan lahan yang meliputi pembajakan, penggaruan, dan pengkairan. Lalu kegiatan pembibitan dan penanaman yang terdiri atas pembersihan bibit, seleksi, pemotongan, pengeceran, dan penutupan bibit. Selain itu melakukan pemeliharaan yang meliputi penyulaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian HPT, dan kletek.

Aspek Manajerial

Pada aspek manajerial mahasiswa menjadi pendamping mandor lapangan yang terbagi menjadi mandor kebun, mandor pupuk, mandor proteksi, dan mandor herbisida. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan di kebun dan memonitoring hasil kegiatan kebun. Pada waktu menjadi pendamping Sinder Kebun Wilayah (SKW) kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi pekerjaan tenaga kerja, memonitoring hasil kegiatan kebun, mempelajari keadaan dan peta kebun, mempelajari kegiatan administrasi kebun, serta melakukan manajemen budidaya kebun yang baik untuk mendapatkan produksi kebun yang optimal.

(20)

Aspek Khusus

Aspek khusus yang diambil adalah aspek pemupukan dengan pupuk daun. Percobaan pupuk daun dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2008 pada tanaman

tebu berumur 5 BST (masa tanam 10A) varietas PA 117 kategori PC (Plant Cane)

dengan jarak PKP (Pusat ke Pusat) adalah 1.3 m. Percobaan dilakukan di petak 7, Kebun Patrakomala, Rayon Pasirbungur seluas 3 ha. Pupuk daun yang digunakan adalah IBG Bio Fertilizer dan Agrorama yang terdiri dari 2 jenis, yaitu Pupuk Majemuk Cair dan Biokompos. Alat-alat yang digunakan antara lain knapsack sprayer 15 l dengan nozzle 2 buah, ember, bambu pengaduk, dan tangki air. Metode

Data pengamatan dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf 5 %. Percobaan dilakukan dalam satu petak seluas 3 ha dan dalam petakan ini diberikan 3 perlakuan, yaitu pupuk daun IBG Bio Fertilizer, Agrorama, dan kontrol masing-masing berupa plot seluas 1 ha sehingga terdapat 38 juringan pada tiap plot. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 3 juringan contoh, yaitu juringan 18, 19, dan 20 pada masing-masing plot. Gambar Layout Percobaan Pupuk Daun tercantum pada Gambar Lampiran 6. Peubah yang diamati adalah :

• Tinggi batang

Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai dengan daun keempat dari sendi daun teratas yang terlihat (capit urang) pada tanaman sampel. Pada tiap juringan contoh diambil satu rumpun (3 sampel tanaman tebu) pada tiap leng sehingga terdapat 12 tanaman sampel per juringan contoh yang diamati kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada umur 6 dan 8 BST.

• Diameter batang

Diameter batang diukur pada ketinggian ± 20 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan sigmat pada tanaman sampel. Pada tiap juringan contoh diambil satu rumpun (3 sampel tanaman tebu) pada tiap leng sehingga terdapat 12 tanaman sampel per juringan contoh yang diamati kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada umur 8 BST.

• Jumlah batang per meter

Jumlah batang dihitung pada tiap-tiap juringan contoh lalu dihitung jumlah batang rata-rata per meter. Pengamatan dilakukan pada umur 6 dan 8 BST.

(21)

Pelaksanaan Percobaan

Petakan percobaan sebelum dilakukan pemupukan dengan pupuk daun, tetap diberikan pupuk standar yaitu menggunakan pupuk majemuk NPK Kujang yang diberikan pada saat tanam sebagai pupuk dasar dan pupuk lanjutan pada saat 1-2 BST dengan dosis masing-masing sebanyak 3 ku/ha.

Perlakuan pada plot I menggunakan pupuk daun IBG Bio Fertilizer dengan dosis 6 l/ha yang dilarutkan dalam 150 l air dengan konsentrasi 40 ml/l air. Pada plot II diberikan pupuk daun Agrorama yang terdiri atas 2 jenis, yaitu Pupuk Majemuk Cair dengan dosis 2 l/ha dan Biokompos sebanyak 4 l/ha kemudian masing-masing dosis pupuk tersebut dilarutkan dengan 150 l air. Konsentrasi masing-masing jenis pupuk tersebut adalah 13 ml/l air dan 26 ml/l air. Khusus untuk Pupuk Majemuk Cair dilakukan sebanyak 2 kali aplikasi, yaitu aplikasi pertama bersamaan dengan pupuk lainnya sebanyak 2 l/ha dan aplikasi kedua sebanyak 2 l/ha dilakukan pada saat 2 minggu setelah aplikasi pertama. Volume semprot yang digunakan adalah 150 l/ha sehingga masing-masing larutan pupuk tersebut akan habis untuk 1 plot percobaan seluas 1 ha dalam satu kali pencampuran dosis. Kemudian pupuk daun yang sudah dilarutkan dengan 150 l air dituang ke dalam knapsack sprayer dan siap untuk disemprotkan. Pemberian pupuk daun IBG Bio Fertilizer dan Pupuk Majemuk cair dilakukan dengan menyemprotkannya ke daun tanaman tebu sedangkan pemberian pupuk Biokompos dilakukan melalui tanah dengan menyemprotkannya ke dekat perakaran tebu.

(22)

Sejarah Perusahaan

Pada tahun 1812, areal HGU Pabrik Gula Subang merupakan areal perkebunan karet yang dikelola oleh Inggris, tetapi pada tahun 1835-1953 diambil alih dan dikelola oleh Belanda, kemudian areal perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan asing yaitu NVP and T. Land (NV. Pamanoekan and Tjiasem Land) sampai tahun 1961. Pada tahun 1962 diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Perusahaan Perkebunan Negara dengan nama PPN Dwikora IV. Pada tahun 1968 nama PPN diubah menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP). Areal perkebunan karet Subang dikelola oleh PTP XXX dari tahun 1972-1978. Pada tanggal 14 Oktober 1978, Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan No.681/Mentan/X/1978 menginstruksikan PTP XIV untuk mengelola areal perkebunan bekas PTP XXX dengan menanam tanaman tebu.

Pada tahun 1980, Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan No.924/Mentan/XL/1980 yang ditujukan pada gubernur pulau Jawa mengenai peningkatan produksi gula melalui rehabilitasi Pabrik Gula di pulau Jawa dipercepat dan Surat Keputusan No.689/Mentan/X/1980 yang ditujukan kepada PTP XIV mengenai pembangunan Pabrik Gula Subang, Studi Kelayakan pembangunan Pabrik Gula Subang dilakukan oleh PTP XIV sendiri sampai akhir tahun 1980.

Pada tanggal 11 Agustus 1981 keluar Surat Keputusan Menteri Pertanian No.66/KKPTS/ORG/8/1981 dan tanggal 2 Juni 1982 keluar Surat Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan No.2892/MD/1982 mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan proyek Pabrik Gula Subang. Pembangunan Pabtik Gula Subang dilaksanakan oleh Kontraktor “Heavy Mechanical Complex Co. Ltd.” Taxilla, Pakistan dan PT. Aneka Usaha Perkebunan.

Pembangunan Pabrik Gula Subang selesai pada tanggal 23 Maret 1984. Pada tanggal 9 Juni 1984, PT. HMC secara penuh menyerahkan Pabrik Gula Subang kepada PTP XIV (persero). Pada tahun 1989, kepemilikan Pabrik Gula Subang diambil alih oleh PT. PG. Rajawali Nusantara Indonesia sampai sekarang.

(23)

Lokasi dan Letak Geografis

Lokasi kebun Pabrik Gula Subang tersebar di tiga wilayah, yaitu Pasirbungur, Pasirmuncang dan Manyingsal. Pabrik terletak di Desa Pasirbungur, Purwadadi, Subang, Jawa Barat dengan jarak sekitar 25 km ke arah utara Kota Subang dan 15 km ke arah selatan Kecamatan Sukamandi. Curah hujan PG. Subang sebesar 1 200 – 2 000 mm per tahun. Secara geografis kedudukan pabrik

gula Subang dan lahan perkebunannya terletak pada 6024’46” LS-6024’48” LS

dan 107041’16”-107041’18” BT dengan ketinggian tempat 33 m di atas

permukaan laut.

Tanah dan Tata Guna Lahan

Jenis tanah yang terdapat di areal perkebunan tebu PG. Subang adalah tanah latosol merah dan podsolik (Tabel 1). Jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah latosol merah. Tekstur tanah berkisar dari liat halus sampai dengan lempung liat berdebu. Struktur tanah umumnya bergumpal dengan kedalaman solum 30-150 cm dan kapasitas tanah menyimpan air sekitar 300 mm.

Tabel 1. Data Jenis Tanah di PG. Subang

No Jenis Tanah Kriteria Rayon

1. Latosol merah

1. pH tanah 4.5-6.5

2. Drainase baik

3. Kesuburan tanah rendah

1. Pasirbungur

2. Pasirmuncang

2. Podsolik 1. pH tanah 4.5-6.5

2. Kesuburan tanah rendah

3. Manyingsal

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Bentuk topografi areal perkebunan PG. Subang umumnya relatif datar (kemiringan 0-3 %) dan bergelombang (kemiringan 3-8 %).

(24)

Iklim

Berdasarkan data curah hujan PG. Subang selama 10 tahun terakhir dari tahun 2003-2007 (Tabel lampiran 1) dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan bulanan rata-rata adalah sebesar 1802.9 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 108 hari. Menurut klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson PG. Subang termasuk tipe iklim C (agak basah) dengan jumlah rata-rata bulan kering (CH < 60 mm) adalah 4 bulan dan jumlah rata-rata bulan basah (CH > 100 mm) adalah 7 bulan. Suhu rata-rata dari tahun 1997-2001 mempunyai variasi yang cukup besar dengan suhu

minimum 20.9 0C dan suhu maksimum 34.3 0C. Untuk data kelembaban udara

rata-rata tahunan PG. Subang dari tahun 1997-2001 berkisar antara 73%-83.4%.

Luas Areal dan Produksi

Areal merupakan modal utama untuk mendirikan sebuah pabrik gula. Areal perkebunan PG. Subang terdiri dari lahan HGU (Hak Guna Usaha), KSO (Lahan Sewa), dan TR (Tebu Rakyat). Luas areal perkebunan tebu PG Subang pada musim tanam 2007/2008 adalah 5 827.994 ha (Tabel 2). Luas lahan HGU PG Subang adalah 4 815.342 ha yang terbagi dalam 3 rayon, yaitu Rayon 1 Pasirbungur seluas 1 488.750 ha. Rayon II Pasirmuncang seluas 2 079.325 ha. Rayon III Manyingsal seluas 1 247.357. Luas tersebut dari tahun ke tahun

mengalami perubahan. PG. Subang selain mengelola tebu lahan HGU, juga

mengelola tebu dengan sistem lahan sewa (KSO) dan Tebu Rakyat (TR). Luas lahan sewa yang dikelola sebesar 656.733 ha dan TR seluas 355.829 ha.

PG. Subang selain menghasilkan produk utama berupa gula SHS 1A juga

menghasilkan produk samping yaitu ampas tebu (bagasse), blotong (filter cake),

dan tetes (molase). Ampas adalah hasil samping saat penggilingan yang dapat

digunakan untuk bahan bakar pabrik, industri kertas, dan dikomposkan. Blotong adalah hasil samping saat proses pemurnian yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman tebu. Tetes adalah hasil samping saat proses pemutaran yang dapat diolah lebih lanjut menjadi etanol (alkohol), MSG (Monosodium Glutamat), dan pakan ternak. Dari 100 ton tebu yang digiling akan menghasilkan hasil sampingan 35 ton ampas (35%), 3 ton blotong (3%), dan 5 ton tetes (5%).

(25)

Tabel 2. Luas Areal PG. Subang Musim Tanam 2003-2007 TAHUN TANAM Uraian 2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008 HGU Rayon I 1 451.372 1 540.531 1 643.952 1 515.828 1 488.750 Rayon II 1 648.078 1 959.695 1 890.733 1 925.017 2 079.325 Rayon III 853.642 804.738 712.534 676.254 1 247.357 JUMLAH 3 953.092 4 304.964 4 247.219 4 117.099 4 815.432 KSO Rayon I 236.283 242.216 232.741 247.915 591.947 Rayon II 204.493 276.849 291.016 290.794 - Rayon III 264.903 170.130 150.423 63.183 64.786 JUMLAH 705.679 689.195 674.180 601,892 656.733 TEBU SENDIRI Rayon I 1 687.655 1 782.747 1 876.693 1 763.743 2 080.697

(TS) Rayon II 1 852.571 2 236.544 2 181.749 2 215.811 2 079.325 Rayon III 1 118.545 974.868 862.957 739.437 1 312.143 JUMLAH 4 658.771 4 994.159 4 921.399 4 718.991 5 472.165 TR Rayon I 40.778 65.966 73.606 162.698 247.197 Rayon II 3.152 38.958 80.531 113.860 15.000 Rayon III 13.305 3.152 26.699 104.982 93.632 JUMLAH 57.235 108.076 180.836 381.540 355.829 TS + TR Rayon I 1 728.433 1 848.713 1 950.299 1 926.441 2 327.894 Rayon II 1 855.723 2 275.502 2 262.280 2 329.671 2 094.325 Rayon III 1 131.850 978.020 889.656 844.419 1 405.775 JUMLAH 4 716.006 5 102.235 5 102.235 5 100.531 5 827.994

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Keadaan Tanaman PG. Subang

Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG Subang dibagi menjadi 2

kategori, yaitu tanaman pertama (Plant Cane) dan tanaman keprasan (Ratoon

Cane). Tanaman pertama merupakan tanaman yang bibitnya berasal dari Kebun

Bibit Datar (KBD) yang berumur 7 bulan dan merupakan tanaman baru yang ditanam pada areal yang telah dilakukan pengolahan tanah. Tanaman pertama disebut sebagai Kebun Tebu Giling I. Tanaman keprasan merupakan tanaman

(26)

yang berasal dari tebangan tanaman tebu sebelumnya dan merupakan tanaman lanjutan dari tanaman pertama. Tanaman keprasan di PG. Subang biasanya diusahakan sebanyak 2 kali dikarenakan produksi yang semakin menurun setelah ratoon II. Tetapi jika keadaan tanaman tidak memungkinkan untuk dijadikan tanaman keprasan misalnya dari produksi tebu yang dihasilkan tidak dapat mencapai standar, tanaman pada petak tersebut terserang hama dan penyakit atau terdapat banyak sulaman maka petak tersebut harus dibongkar untuk diolah tanahnya dan dijadikan tanaman pertama.

PG. Subang mempunyai 2 jenis pola penanaman kebun produksi, yaitu Kebun Bibit dan Kebun Tebu Giling. Kebun Bibit dilaksanakan sebanyak 4 kali, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD). Kebun Tebu Giling diusahakan mulai dari KTG I (Tanaman Pertama) sampai KTG III (Ratoon II). Pada tahun tanam 2007/2008, 38 % dari luas areal ditanami oleh tanaman pertama, 43 % merupakan tanaman ratoon I, dan 19 % adalah tanaman ratoon II (Tabel 3).

Tabel 3. Luas Areal PC dan Ratoon Musim Tanam 2007/2008

Kategori Bulan

Tanam PC Ratoon 1 Ratoon 2 Ratoon PC + Ratoon

5A 3.247 - - - 3.247 5B 19.921 2.270 - 2.270 22.191 6A 77.129 115.921 64.342 180.263 257.392 6B 171.282 268.250 95.705 363.955 535.237 7A 217.112 297.285 168.208 465.493 682.605 7B 206.150 300.654 93.855 394.509 600.659 8A 196.208 310.165 223.031 533.196 729.404 8B 152.856 239.214 173.778 412.992 565.848 9A 132.684 174.395 55.176 229.571 362.255 9B 164.496 284.325 90.803 375.128 539.624 10A 57.718 42.945 6.406 49.351 107.069 10B 153.832 33.173 9.513 42.686 196.518 11A 264.705 90.890 3.865 94.755 359.460 11B 104.784 68.701 - 68.701 173.485 12A 4.211 3.125 - 3.125 7.336 12B 8.400 - - - 8.400 Total 1 934.735 2 231.313 984.682 3 215.995 5 150.730

(27)

Produksi tanaman tebu dan hablur di PG. Subang tahun tanam 1997/1998-2006/2007 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Realisasi Produksi PG. Subang Tahun 1998-2007

Produktivitas Produksi Tahun Luas (ha) Rend (%) Tebu (ku/ha) Hablur (ku/ha) Tebu (ku) Hablur (ku) 1997/1998 4 976.668 4.00 654 26.16 3 253 751 129 989 1998/1999 5 266.166 4.40 523 23.01 2 752 020 120 953 1999/2000 5 308.580 5.02 613 30.77 3 253 824 163 342 2000/2001 5 200.956 5.16 688 35.50 3 579 573 184 794 2001/2002 4 933.856 5.89 551 32.45 2 717 656 160 183 2002/2003 4 762.146 6.82 489 33.35 2 329 774 158 839 2003/2004 4 716.006 7.64 631 48.21 2 975 876 227 421 2004/2005 5 102.235 7.78 661 51.43 3 374 798 262 724 2005/2006 5 102.235 8.03 706 56.69 3 603 296 289 400 2006/2007 5 100.531 7.64 584 44.62 2 980 276 227 786 Rata-rata 5 046.938 6.25 611 38.19 3 082 084 192 543

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

PG. Subang menggunakan varietas tebu yang beragam dalam setiap musim tanam. Hal ini dilakukan karena selalu ada varietas baru yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Agronomi (Puslit Agro) yang memiliki sifat dan karakteristik yang disesuaikan dengan keadaan iklim dan lahan di PG. Subang. PG Subang dalam menentukan penyusunan varietas dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain adalah faktor kemasakan tebu dan periode tanam terutama pada tanaman kebun bibit dan tanaman pertama. Varietas yang dominan ditanam di PG. Subang adalah varietas PA 117 (masak akhir), BR 194 (masak awal), PA 198 (masak akhir), PS 851 (masak tengah), dan PSJT-9433 (masak akhir). Varietas tersebut banyak digunakan karena merupakan varietas unggulan di PG. Subang yang memiliki sifat tahan keprasan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki potensi produksi dan rendemen yang tinggi, dan toleransi kekeringan sehingga cocok untuk dikembangkan di PG. Subang. Jenis varietas yang akan ditanam disesuaikan dengan masa tanam tebu yaitu varietas masak awal yang yang akan ditanam pada waktu awal giling,

(28)

varietas masak tengah ditanam pada pertengahan giling, dan varietas masak lambat yang ditanam pada periode akhir. Masa tanam di PG. Subang dimulai dari awal bulan mei sampai akhir bulan desember dan masa tebang dari bulan mei sampai bulan september tahun berikutnya (Tabel 5).

Tabel 5. Jadwal Tanam dan Tebang Berdasarkan Masa Tanam Bulan

Masa

Tanam Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

5A-7B 8A-10B 11A-12A Ket : Bulan Tanam Tahun n Bulan Tebang Tahun n+1

(29)

Struktur Organisasi Perusahaan

PG. Rajawali Nusantara Indonesia II, Unit PG. Subang dipimpin oleh

seorang General Manager yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kepala

Bagian Tanaman (Plantation Manager), Kepala Bagian Instalasi (Engineering

Manager), Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager), Kepala Bagian Tata

Usaha dan Keuangan (Financial and Administration Manager), dan Kepala

Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum (Human Resources and Development

Manager).

General Manager bertugas melaksanakan keputusan/kebijakan yang ditetapkan oleh direksi PG. Rajawali Nusantara Indonesia II. Selain itu juga mengelola aset unit PG. Subang dengan membuat perencanaan pembagian kerja, jadwal penyelesaian pekerjaan, mengajukan RKAP, dan perolehan laba, serta melakukan pengawasan mengenai pencapaian target, pengeluaran biaya, dan

jalannya pelaksanaan organisasi. General Manager bertanggung jawab kepada

direksi PG. Rajawali II yang berpusat di Cirebon dan Jakarta.

Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager)

Kepala Bagian Tanaman (Plantation Manager) bertugas menjalankan

rencana kerja dan kebijakan di bidang tanaman yang ditetapkan General

Manager. Selain itu, membuat rencana pengawasan dan pengajuan usul dalam pelaksanaan teknik budidaya tanaman serta memimpin dan mengelola bidang tanaman yang meliputi kebun percobaan, tanaman, dan tebang angkut. Kepala Bagian Tanaman dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sinder Kepala Kebun, Sinder Kebun Wilayah, Kepala Tebang dan Angkut, Kepala Risbang, dan Kepala Mekanisasi.

Sinder Kepala Kebun (SKK) bertugas melaksanakan kebijakan General Manger dan Kepala Tanaman sesuai kebijakan Direksi pada bagian tanaman. Membantu Kepala Tanaman membuat rencana kerja, membuat laporan tentang kemajuan pekerjaan, mengajukan usul, dan membuat realisasi biaya di rayonnya.

(30)

Sinder Kebun Wilayah (SKW) bertugas melaksanakan kegiatan sesuai dengan perintah atasan di bagian tanaman, membuat rencana tentang luas areal, pengelolaan lahan, membuat jadwal waktu pelaporan kemajuan pekerjaan, mengawasi kegiatan budidaya, dan realisasi biaya kebun.

Kepala Tebang dan Angkut bertugas menentukan tebu yang akan ditebang, mencari atau mengontrak tenaga dan alat angkutan tebang, melakukan pengawasan terhadap mutu dan biaya tebang, serta melakukan pemeliharaan jalan dan jembatan. Dalam tugasnya Kepala Tebang dan Angkut dibantu oleh Sinder Tebang yang tugasnya melaksanakan kebijakan Kepala Tebang dan Angkut sesuai dengan ketentuan Kepala Tanaman agar kualitas dan kuantitas tebu layak giling, serta mengkoordinasi Mandor Tebang.

Kepala Riset dan Pengembangan (Risbang) bertugas melakukan penyusunan rencana dan pengawasan terhadap kebun percobaan dan analisis pendahuluan, membuat laporan hasil kegiatan analisis pendahuluan dan kebun percobaan, menghimpun data agronomi, memantau, mengendalikan hama dan penyakit, mutu tebangan, serta merekomendasikannya.

Kepala Mekanisasi bertugas melaksanakan pengawasan terhadap alat-alat yang digunakan sebagai pendukung kelancaran operasional kebun, penebangan, dan angkutan. Kepala Mekanisasi berhak mengatur pembagian alat pertanian dan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan mekanisasi. Dalam tugasnya dibantu oleh Kepala Field Operation dan Kepala Alat Berat.

Kepala Bagian Sumber Daya Manusia dan Umum (Human Resources and

Development Manager

Kepala Bagian SDM dan Umum bertugas membuat dan menjalankan

rencana kerja dan kebijakan di bidang SDM dan umum yang ditetapkan General

Manager antara lain menetapkan analisis jabatan, merekrut pekerja, melatih, menempatkan, memberikan kompensasi yang adil dan merata, serta memotivasi pekerja. Dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Bagian SDM dan Umum dibantu oleh Kepala SDM dan Umum, Staf SDM, dan Staf PTK.

(31)

Kepala Bagian Instalasi (Engineering Manager)

Kepala Bagian Instalasi bertugas menjalankan program yang telah

ditetapkan oleh General Manager untuk malaksanakan rencana dan kebijakan di

bidang instalasi pabrik gula, menjaga kelancaran teknik termasuk perencanaan, pengusulan, perubahan peralatan, dan pembiayaan dalam pabrik. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Staf Workshop, Staf Gilingan, Staf Boiler, Staf Teknik Sipil, Staf Listrik, Staf Pool Kendaraan, dan Staf Instrument.

Kepala Bagian Pabrikasi (Processing Manager)

Kepala Bagian Pabrikasi bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik operasional dalam bidang pabrikasi, mengusulkan perubahan atau perbaikan peralatan yang berhubungan dengan bagian pabrikasi dan menjaga kelancaran proses pabrikasi. Dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 5 orang staf, yaitu Staf Laboratorium and Quality Control, Staf Purification, Staf Evaporator, Staf Vacuum and Crystalization, dan Staf Centrifugal.

Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan (Financial and Administration

Manager)

Kepala Bagian TUK bertugas menjalankan rencana kerja dan kebijakan

dalam bidang tata usaha dan keuangan yang ditetapkan General Manager,

memimpin dan menjaga kelancaran administrasi perusahaan, serta memelihara dan menyimpan arsip perusahaan. Kepala Bagian TUK berhak melakukan koordinasi antar bagian dan meminta kelengkapan data serta melakukan koreksi penggunaan dan pelaksanaan biaya. Kepala Bagian TUK dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Staf keuangan dan Staf akuntansi.

Ketenagakerjaan

Status dan Sistem Perupahan

Karyawan di unit PG. Subang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu Karyawan Staf (pimpinan), Non Staf (karyawan pelaksana/bulanan), dan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) (Tabel 6).

(32)

Karyawan staf merupakan pekerja pimpinan yang memiliki golongan 9-16 yang memiliki jabatan struktural. Karyawan staf terdiri atas General Manager, Kepala Bagian (Kabag), Kepala Seksi (Kasie), dan Kepala Subseksi (Kasubsie). Karyawan Non Staf merupakan para karyawan tetap yang memiliki golongan 1-8. Staf dan Non Staf merupakan Karyawan PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) artinya karyawan tersebut mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang ditentukan sampai umur 55 tahun atau sampai usia pensiun. Fasilitas yang dimiliki berupa gaji tetap bulanan, perumahan, listrik, air bersih, asuransi kesehatan, bis karyawan, dan bis sekolah.

Karyawan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) merupakan karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tertentu atau karyawan tersebut bekerja berdasarkan sistem kontrak sesuai kebutuhan perusahaan dan digaji secara harian berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK). Karyawan PKWT dibagi menjadi 2, yaitu PKWT dalam pabrik dan PKWT luar pabrik. Karyawan PKWT dalam pabrik terdiri atas 2 bagian, yaitu instalasi dan pabrikasi. Karyawan PKWT luar pabrik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu tanaman, TUK/SDM dan umum, pool kendaraan, dan PTU/mekanisasi.

Tabel 6. Jumlah Karyawan PG. Subang Tahun 2008

Karyawan Jumlah Staf Non Staf PKWT 51 322 241 Sumber : SDM dan Umum PG. Subang, 2008

Pembagian Waktu Kerja

Jam kerja yang diberlakukan bagi karyawan terdiri atas jam kerja harian dan jam kerja shift. Jam kerja harian dilakukan di luar musim giling atau pada masa perbaikan dan pemeliharaan. Jam kerja shift dilakukan selama musim giling.

(33)

Jam kerja harian :

Senin-kamis : 07.00-15.00 WIB, istirahat 12.00-13.00

Jum’at : 07.00-15.00 WIB, istirahat 11.00-13.00

Sabtu : 07.00-13.00 WIB

Jam kerja shift :

Shift A : 06.00-14.00 WIB

Shift B : 14.00-22.00 WIB

Shift C : 22.00-06.00 WIB

(34)

Aspek Teknis

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang bertujuan menyediakan media tumbuh bagi tanaman, memperbaiki aerasi dan drainase, serta menghancurkan gulma dan sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah di PG. Subang dilakukan secara mekanis. Tujuannya adalah untuk mempercepat proses kerja karena keterbatasan tenaga kerja dan meningkatkan kualitas pekerjaan.

Ripping

Merupakan kegiatan memecah lapisan keras pada top soil yang terbentuk karena kegiatan mekanisasi pada lahan secara terus menerus (Gambar 2). Kegiatan ini hanya dilakukan pada tanah yang mengalami pemadatan tanah sedangkan untuk tanah yang tidak terlalu keras langsung dilakukan pembajakan. Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 200 HP dan implement ripper yang memiliki 3 mata dengan lebar kerja efektif 2 m dan kedalaman olah 35-40 cm. Arah ripping searah juringan tanaman tebu. Kapasitas traktor 0.5 ha/jam.

Pada lahan yang akan dijadikan tanaman ratoon dilakukan chisel untuk membelah alur tanaman tebu dan memotong perakaran pada interrow tanaman. Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 110 HP dengan kedalaman olah 20-25 cm. Kapasitas traktor 0.55 ha/jam.

(35)

Pembajakan (Plowing)

Pembajakan merupakan suatu tahap pengolahan tanah untuk membongkar tanah, membunuh perakaran tanaman pengganggu, dan mambalik tanah agar sirkulasi udara lebih baik (Gambar 3). Pada tahap ini tanah dipotong, dilonggarkan, dan dibalik pada suatu kedalaman tertentu (25-40 cm). Pembajakan dilakukan dua kali, yaitu bajak I dan bajak II. Bajak I bertujuan untuk membalik tanah agar tanah yang berada di lapisan bawah yang tidak terkena sinar matahari bisa terangkat ke atas dan untuk menggemburkan tanah. Bajak II dilakukan untuk memecah bongkahan yang mungkin masih belum terpecah pada saat pembajakan I. Arah bajak I tegak lurus terhadap juringan tanaman tebu masa tanam sebelumnya supaya bibit tebu yang masih tersisa dalam tanah terpotong dan terbongkar. Kegiatan ini menggunakan traktor penggerak 4 WD 150 HP dan implement bajak piring dengan diameter disc 27-30 inch dan kedalaman olah 20-25 cm. Arah bajak II berlawanan atau memotong arah bajak I supaya bongkahan tanah dapat hancur semua dan rata. Selang waktu antara bajak I dan bajak II antara 2-4 hari. Kapasitas kerja bajak I 0.3 ha/jam dan bajak II 0.35 ha/jam.

Sebelum dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu dilakukan pembakaran trash (sampah sisa tebu) untuk mempermudah pengolahan selanjutnya. Caranya yaitu dengan mengumpulkan sampah pada setiap juringan lalu dibakar. Pembakaran dilakukan sore hari, saat angin tidak terlalu kencang. Selanjutnya dilakukan penaburan kaptan 30 ku/ha. caranya yaitu truk masuk ke kebun lalu ada pekerja yang berada di atas truk yang menumpahkan ke lahan.

(36)

Penggaruan (Harrowing)

Penggaruan merupakan kegiatan menghancurkan bongkahan tanah hasil bajakan II agar menjadi bongkahan yang lebih kecil, meratakan permukaan tanah, mencacah dan mematikan tunggak tebu yang masih tersisa dalam kebun (Gambar 4). Penggaruan bersifat tidak membalik tanah. Penggaruan dilakukan 2-4 hari setelah bajak II. Penggaruan menggunakan traktor 150 HP dengan implement HD Disc Harrow 20 dengan piringan berdiameter 32 inch. Arah penggaruan tegak lurus pembajakan II. Kapasitas traktor 0.65 ha/jam. Tenggang waktu antara bajak II dan garu adalah 2-4 hari.

Gambar 4. Kegiatan Penggaruan

Pengkairan (Furrowing)

Merupakan kegiatan pembuatan guludan atau alur tanam (juringan) dengan tujuan sebagai tempat penanaman bibit tebu. Kegiatan pengkairan dilakukan setelah penggaruan selesai. Implement yang digunakan adalah

Scyryfing yang digandengkan pada traktor 4 WD 150 HP. Arah kairan disesuaikan dengan topografi lahan. Pada lahan datar (kemiringan < 2%) arah kairan disesuaikan dengan mudah tidaknya akses masuk kegiatan mekanisasi ke dalam petakan. Sedangkan pada lahan dengan kemiringan > 2% arah kairan dibuat mengikuti kontur atau berlawanan arah dengan kemiringan. Pembuatan kairan diawali dari pinggir kebun, satu kali laju traktor hanya dapat membuat 1 kairan efektif. Untuk selanjutnya pembuatan kairan mengikuti kairan pertama. Dalam 1 petak (200 m x 200 m) menghasilkan kairan sebanyak 160 juringan dengan jarak PKP adalah 1.3 m dan kedalaman olah 30-35 cm. Kapasitas traktor 0.5 ha/jam.

(37)

Gambar 5. Kegiatan Pengkairan

Pembibitan

Usaha untuk meningkatkan produksi per hektar dipengaruhi banyak faktor, diantaranya penyediaan bibit yang bermutu, teknik pengolahan tanah yang baik, dan pemeliharaan yang baik. Ciri-ciri bibit yang baik adalah memiliki kadar air cukup, mata bibit sehat, umur cukup dengan kisaran 6-8 bulan, ruas normal (tidak terjadi stagnasi), bebas hama dan penyakit, dan tingkat kemurnian tinggi. Pada prinsipnya pemeliharaan kebun bibit sama dengan kebun tebu giling, hanya pada kebun bibit tidak dilakukan klentek. Tetapi untuk pengendalian gulma, hama dan penyakit tetap dilaksanakan secara intensif.

Pentahapan kebun bibit

Untuk keperluan bibit diselenggarakan Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Datar (KBD).

• Kebun Bibit Pokok (KBP)

Adalah tempat dimana varietas yang baru diperoleh dan mempunyai sifat unggul yang akan ditanam pada Kebun Tebu Giling. Penanaman dilakukan pada bulan Oktober-November.

• Kebun Bibit Nenek (KBN)

Adalah kebun bibit tempat memperbanyak bibit murni yang berasal dari balai penelitian dengan maksud untuk memperoleh bibit tebu murni dan sehat seperti asalnya. Penanaman bibit di KBN dilaksanakan pada bulan Juni-Juli bersamaan dengan penanaman di KTG.

(38)

• Kebun Bibit Induk (KBI)

Adalah kebun bibit tempat memperbanyak bibit yang murni dan sehat yang berasal dari Kebun Bibit Nenek. Dengan demikian KBI merupakan kelanjutan usaha memperbanyak bibit yang murni dan sehat. Penanaman KBI pada bulan Januari-Februari.

• Kebun Bibit Datar (KBD)

Adalah kebun tempat memperbanyak bibit yang bermutu tinggi yang berasal dari KBI. Bibit yang dihasilkan di KBD ini merupakan bibit yang nantinya akan ditanam di KTG. Penanaman KBD dilakukan pada bulan Oktober-November.

Faktor Hasil Bibit (FHB) untuk masing-masing tingkatan adalah 4.0 artinya untuk tanam 4 ha KTG dibutuhkan 1 ha KBD dari 0.25 ha KBI yang bibitnya berasal dari 0.0625 ha KBN dan untuk menghasilkan 0.0625 KBN diperlukan 0.0156 ha KBP. Penanaman KBP dilakukan 2 tahun sebelum penanaman KTG dan dihitung rata-rata umur tebu 6-7 bulan. Misalnya untuk tanam KTG musim tanam 2007/2008 maka dilakukan tanam KBP pada bulan Oktober-November 2004/2005, KBN pada bulan Juni-Juli 2005/2006, KBI pada bulan Januari-Februari 2006/2007, dan tanam KBD pada bulan Oktober-November 2006/2007.

Perencanaan kebutuhan tanam disesuaikan dengan cara tanamnya. Kebutuhan bibit berkisar antara 6-7 ton/ha dengan cara perhitungan :

- Jumlah mata/m adalah 14 mata tumbuh sedangkan panjang stek mata 3

adalah 35 cm.

- Dalam 1 m kairan terdapat 6 stek mata 3 tumbuh.

- Bila bobot bibit/m adalah 0.4 kg maka kebutuhan bibit/ha adalah :

8 000 x 6 x 0.35 x 0.4 kg = 6 720 kg/ha atau 6.72 ton/ha.

Penanaman

Penanaman merupakan kegiatan menempatkan bibit ke dalam juringan. Penanaman dilakukan 1-2 hari setelah kegiatan pengolahan tanah terakhir. Musim tanam di PG. Subang dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode I pada saat awal musim kemarau (bulan Mei-September) dan periode II saat awal musim hujan

(39)

(bulan Oktober-November). Pada periode I memanfaatkan kelembaban tanah yang tersisa dan pada periode ini dilakukan penyiraman bibit dengan menggunakan sistem glontor. Pada periode II, penanaman hanya tergantung kepada air hujan karena kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya petakan jauh dari sumber air.

Sistem penanaman yang digunakan adalah double, single over lapping,

dan end to end tergantung keadaan (Gambar 6). Penanaman double dilakukan untuk menaikkan kerapatan tanaman dan untuk persediaan jika ada bibit yang tidak hidup sehingga penyulaman dapat diminimalkan. Sistem penanaman ini dilakukan jika bibit yang tersedia banyak dan biasanya dilakukan pada saat tanam

musim kemarau. Sistem penanaman single over lapping dilakukan jika keadaan

bibit baik, bibit tidak terserang hama dan penyakit serta jumlah bibit untuk ditanam sedikit. Waktu tanam saat musim hujan, karena tanam bibit tebu saat

musim hujan lebih bagus sehingga kematian bibit dapat diperkecil. End to end

adalah sistem penanaman hanya satu baris bibit dalam satu juringan. Sistem ini dilakukan saat musim hujan dan jika bibit yang tersedia kurang mencukupi.

(a) (b) (c)

Gambar 6. Cara Penempatan Bibit (a) Tanam Bibit Double, (b) Tanam Bibit

Single Over Lapping, (c) Tanam Bibit End to End

Tebang bibit

Kegiatan ini adalah menebang bibit dari KBD untuk ditanam di Kebun Tebu Giling. Tebang bibit dilakukan sehari sebelum penanaman supaya bibit tidak kering. Bibit yang ditebang berumur 6-7 bulan. Daun yang ada tidak dibuang untuk melindungi mata. Tebang diusahakan rata dengan permukaan tanah dan memotong pucuknya. Pada saat tebang diadakan seleksi dan agar varietas tidak tercampur maka penebangan hanya satu macam varietas dalam satu hari. Alat yang digunakan adalah golok tebang. Prestasi kerja 0.125 ha/HOK.

(40)

Angkut dan bongkar bibit

Kegiatan ini mengangkut bibit dari Kebun Bibit dengan menggunakan trailer bibit untuk dibawa ke Kebun Tebu Giling. Dalam satu truk hanya diangkut satu macam varietas untuk menjaga kemurnian varietas. Dari satu trailler bibit, dibongkar menjadi 3-4 tumpukan bibit dan diletakkan di pinggir juringan petak tanam. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum tanam atau pada saat tanam. Kapasitas trailler dapat mengangkut 6-7 ton bibit dari sekitar 0.3 ha kebun bibit yang ditebang untuk satu kali angkut tergantung panjang pendeknya tebu bibit.

Pembersihan bibit

Bibit bagal tebu dibersihkan dari daun-daun tebu. Kegiatan ini dilakukan di luar petak saat sebelum penanaman untuk mempermudah seleksi. Pembersihan bibit ini dilakukan dengan menggunakan tangan dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati agar mata tidak rusak.

Seleksi bibit

Seleksi bibit adalah kegiatan memilih dan membuang rumpun varietas campuran agar diperoleh varietas yang murni. Selain itu juga memisahkan bibit yang sehat dan tidak terserang hama penyakit sehingga bibit yang akan ditanam adalah bibit yang baik. Cara menyeleksi bibit yaitu dengan mengamati keadaan fisik tebu. Bibit yang afkir yaitu yang tercampur varietas lain, masih muda, atau terkena hama penyakit akan dipisahkan dan dibuang.

Pemotongan bibit

Bibit dipotong menjadi 3 bagian yang masing-masing memiliki 3-4 mata dengan menggunakan golok. Panjang stek bibit bagal yaitu 35-40 cm. Potongan inilah yang disebut bibit bagal. Pemotongan dilakukan di tengah-tengah antar ruas. Pemotongan bibit dilakukan untuk menyeragamkan perkecambahan.

Peletakkan bibit

Bibit bagal diletakkan ke dalam juringan (Gambar 7). Untuk mempercepat peletakkan bibit ke dalam juringan maka sebelumnya bibit diletakkan di pinggir

(41)

petakan. Dalam penempatan bibit seharusnya mata bibit terletak di samping tetapi para pekerja biasanya meletakkan secara sembarangan. Kapasitas pekerja adalah 0.0625 ha/HOK.

Gambar 7. Peletakkan Bibit ke dalam Kairan

Penutupan bibit

Bibit bagal yang telah berada dalam juringan ditutup dengan tanah setebal 5-10 cm. Ketebalan tanah sewaktu menutup bibit tergantung waktu tanam. Jika waktu tanam saat musim kemarau, tanah diarug lebih tebal untuk mengurangi penguapan setelah dilakukan penyiraman. Sebaliknya untuk penanaman saat musim hujan, tanah hanya diarug sedikit untuk mencegah busuknya bibit karena keadaan lingkungan yang terlalu lembab.

Penyiraman bibit

Penyiraman bertujuan untuk menyediakan kebutuhan air untuk tanaman supaya dapat tumbuh optimal dan agar terhindar dari kekeringan. Penyiraman bibit di PG. Subang dilakukan dengan menggunakan sistem glontor yaitu penyiraman dengan cara mengalirkan air dari sungai terdekat atau lebung melalui pipa paralon berdiameter 4 inch ke dalam kairan dengan panjang masing-masing pipa 6 m (Gambar 8). Jika petakan dengan sungai atau lebung jaraknya jauh atau lebih dari 1 km maka dilakukan estafet yaitu dengan mengalirkan air terlebih dahulu ke dalam kantong-kantong air buatan dengan menggunakan pipa

berdiameter 8 inch dengan menggunakan pompa jenis Biggun Ford 95 HP yang

(42)

Pada umumnya penyiraman dilakukan 3 kali, yaitu (1) siram I yang dilakukan setelah tanam (tutup bibit), (2) siram II yang dilakukan ± 10-15 hari setelah tanam, dan (3) siram III yang dilakukan setelah siram II selesai 1 petak atau ± 1-1.5 BST.

Gambar 8. Pengairan Sistem Glontor

Pemeliharaan

Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bibit tebu pada barisan tanaman yang kosong kurang lebih 1 meter atau bila perkecambahan dibawah 8 tunas per meter karena tidak tumbuh dengan jenis tebu varietas yang sama. Penyulaman dilakukan pada umur 1 BST agar tidak terjadi perbedaan umur tanaman yang jauh sehingga perbedaan kemasakan tidak terlalu tinggi.

Penyulaman pada Tanaman Pertama (PC) dilakukan pada umur 4-6 minggu

bersamaan dengan pupuk II, sedangkan pada Tanaman Ratoon (RC) dilaksanakan

segera setelah kepras. Penyulaman dilakukan dengan syarat kebun yang akan disulam kebutuhan airnya terpenuhi, karena jika tidak maka pertumbuhan tanaman sulaman tidak akan bisa mengejar. Penyulaman dilakukan dengan menggali lubang kemudian bibit ditanam dan ditutup dengan tanah. Bibit yang digunakan bisa dari bibit bagal atau dari tanaman seblangan yaitu tanaman yang diambil dari barisan yang tidak rata atau keluar dari barisan. Sulaman dengan menggunakan seblangan jika tanaman PC sudah berumur 1.5 bulan dan tanaman RC sudah berumur 0.5-1 bulan.

(43)

Pembumbunan

Pembumbunan merupakan pekerjaan menimbun pangkal batang tebu dengan tanah. Tujuannya adalah untuk memberi tambahan media tanah sebagai sumber zat hara yang baru bagi tanaman, memperbaiki aerasi tanah, memberi tambahan kekuatan bagi tegaknya tanaman, menekan pertumbuhan gulma, dan merangsang anakan. Pada tanaman PC kegiatan pembumbunan terdiri dari 2 tahap, yaitu turun tanah I yaitu setelah aplikasi pupuk II (sambil menutup pupuk) dan turun tanah II (bumbun) pada saat tanaman tebu berumur 2-3 bulan. Pembumbunan dilakukan oleh tenaga manusia dengan cara mencangkul tanah bagian tengah (antar barisan tanaman) dan tanahnya diletakkan pada pangkal

batang tebu atau dengan mekanisasi yaitu dengan menggunakan Implement

Cultivator yang ditarik dengan traktor 80-100 HP yang berkapasitas 0.55 ha/jam.

Kletek

Kletek adalah pekerjaan membuang daun-daun kering pada tanaman tebu yang sudah beruas minimal 6-8 ruas atau pada saat tebu mencapai umur 6-7 bulan. Kletek bertujuan agar cahaya matahari bisa masuk ke kebun dengan optimal, mengurangi kelembaban, memperbaiki sirkulasi udara dalam kebun untuk mencegah timbulnya hama penyakit, dan meminimalisir terjadinya kebakaran kebun karena jika sudah dekat dengan musim tebang merupakan musim kemarau sehingga rentan terjadi kebakaran. Pembuangan daun-daun kering dilakukan berselang-seling di antara barisan tebu dan dikumpulkan setiap 10 meter di barisan tebu. Artinya pembuangan daun dilakukan setiap selang satu baris.

Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara di dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman sejak perkecambahan sampai siap panen. Pemupukan untuk tanaman PC dilakukan 2 kali yaitu pupuk dasar yang diberikan bersamaan tanam atau sehari sebelum tanam dan pupuk lanjutan pada umur 1-2 BST. Untuk tanaman RC, pupuk diberikan sekaligus pada saat 1 minggu setelah kepras atau saat tanaman berumur 1.5-2 BST. Pupuk standar yang digunakan adalah pupuk NPK Kujang (Tabel 7).

(44)

Tabel 7. Dosis Rekomendasi Pemupukan per ha pada MT 2007/2008.

Plant Cane Ratoon Cane No Jenis Pupuk

Aplikasi I (kg/ha) Aplikasi II (kg/ha) Aplikasi I/II (kg/ha) I STANDAR 1 Urea 100 200 300 2 ZA 100 - 100 3 PSP 250 - 250 4 ZK Plus - 250 250 Jumlah 450 450 900 1 NPK Kujang 300 300 600 Jumlah 300 300 600 II ALTERNATIF 1 Urea 100 200 300 2 ZA 100 - 100 3 PSP 250 - 250 4 KCl - 150 150 Jumlah 450 350 800 1 Urea - 300 300 2 ZA - 100 100 3 Posmanik-G 1 800 - 1 800 Jumlah 1 800 400 2 200 1 Urea 100 125 225 2 ZA 75 - 75 3 PSP 175 - 175 4 Liprogreen 400 - 400 5 ZK Plus - 175 175 Jumlah 750 300 1 050

Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Cara pemberian pupuk I dan II bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara manual atau secara mekanis sesuai dengan kebutuhan. Pemupukan secara manual yaitu dengan membawa pupuk dengan ember yang berkapasitas 5 kg lalu pupuk ditabur pada dasar kairan dengan menggunakan cangkir atau secara mekanis yaitu

dengan menggunakan implement Fertilizer Applicator yang berkapasitas 0.65

(45)

(a) (b) Gambar 9. Pemupukan (a) Manual, (b) Mekanis dengan FA

Pengendalian gulma

Merupakan kegiatan mengurangi tumbuhan pengganggu yang tumbuh di

sekitar tanaman tebu. Tumbuhan ini sangat merugikan karena akan mengganggu pertumbuhan tebu dalam hal persaingan hara dan air, sinar matahari, serta dapat menyaingi ruang tumbuh. Selain itu, gulma dapat menjadi tanaman inang hama dan penyakit tebu. Jenis gulma yang dominan di PG. Subang adalah dari gulma

berdaun lebar yaitu Brachiaria mutica, Amaranthus sp., Mimosa pudica. Gulma

berdaun sempit adalah Cynodon dactylon dan gulma teki-tekian yaitu Cyperus

rotundus.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi tergantung kondisi cuaca dan keadaan gulma di lapangan. Pengendalian gulma manual dilakukan jika tenaga kerja yang tersedia banyak, kondisi gulmanya sedikit dan tidak merata sehingga jika digunakan herbisida maka akan sangat tidak ekonomis, serta jika pada musim hujan dan persediaan herbisida terbatas. Pengendalian manual dilakukan dengan menggunakan sabit atau koret pada saat tebu berumur 30-35 hari dan dilakukan kembali pada saat tebu berumur 75-80 hari. Prestasi kerja/HOK tergantung kondisi gulmanya yang berat, sedang, atau ringan.

Pengendalian gulma secara kimia dibedakan menjadi 2, yaitu pengendalian

pra tumbuh (Pre emergence) dan pasca tumbuh (Post emergence). Di PG. Subang

pengendalian gulma secara kimiawi hanya dilakukan pengendalian pasca tumbuh. Pengendalian pasca tumbuh biasanya dilakukan saat tebu berumur 4 bulan atau sudah beruas dengan menggunakan campuran herbisida kontak dan herbisida

(46)

sistemik sesuai keadaan gulma di lapangan. Digunakannya herbisida ini karena pada umur 4 bulan, tebu sudah tinggi dan dengan demikian herbisida ini tidak akan mengenai titik tumbuh tebu. Dosis aplikasi herbisida dibagi 2, yaitu dosis tunggal dan dosis campuran. Dosis tunggal digunakan jika komposisi gulma relatif seragam dan dosis mixed sesuai gulma yang ada di lapangan. Dosis tunggal menggunakan herbisida dengan bahan aktif yang sama sedangkan dosis campuran menggunakan herbisida dengan komposisi bahan aktif yang berbeda (Tabel 8).

Tabel 8. Jenis Dosis Campuran Herbisida Tahun 2007/2008 Jenis

Campuran Perbandingan Dosis (l/ha)

Paraquat : Ametrin/diuron

1 : 2 (30% gulma berdaun lebar) 1 : 1 (kondisi gulma relatif seragam) 2 : 1 (70% gulma berdaun sempit)

1 liter : 2 liter 1.5 liter : 1.5 liter 2 liter : 1 liter Sumber : Litbang PG. Subang, 2008

Dosis aplikasi ditambah dengan Borer 0.125 l/ha sebagai perekat. Kemampuan pekerja 1 ha/HOK. Biasanya 3 hari setelah aplikasi, gulma akan menguning dan setelah 1 minggu gulma akan mati. Tetapi biasanya dalam waktu 15-30 hari gulma akan tumbuh kembali. Aplikasi akan memberikan hasil yang optimal jika minimal dalam 2-3 jam atau dalam 1 hari yang sama setelah aplikasi tidak turun hujan.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang banyak dijumpai di PG. Subang adalah hama penggerek pucuk, penggerek batang, boktor, kutu bulu putih, tikus, ulat grayak, dan belalang.

1. Penggerek pucuk

Hama ini menyerang tanaman di bagian pucuk yaitu pada titik tumbuh. Tanaman yang terserang hama ini ditandai dengan adanya lorong gerek pada ibu tulang daun. Pemberantasan hama ini dengan cara Rogesan, yaitu memotong sedikit demi sedikit batang tetapi tidak sampai putus dari pucuk sampai ulat ditemukan, jika sudah ditemukan ulat maka batang dipotong.

Gambar

Gambar 1. Aplikasi Pupuk Daun
Tabel 1. Data Jenis Tanah di PG. Subang
Tabel 2. Luas Areal PG. Subang Musim Tanam 2003-2007  TAHUN TANAM  Uraian  2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 2007/2008  HGU  Rayon I  1  451.372 1  540.531 1  643.952 1  515.828 1  488.750     Rayon II   1 648.078  1 959.695  1 890.733  1 925.017  2
Tabel 3. Luas Areal PC dan Ratoon Musim Tanam 2007/2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada masing-masing akar ke-8 spesies tanaman yang sangat peka itu terdapat puru banyak sekali. Banyak punr yang

11 Sekolah rumah (homeschooling) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau tempat-tempat lain

Selanjutnya, kemampuan dalam menilai pembelajaran yaitu: merencanakan penilaian, merumuskan instrumen, melaksanakan penilaian, memeriksa dan melaporkan hasil penilaian;

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap Keinginan Karyawan untuk Keluar (Turnover Intention) Studi pada Karyawan PT.. Bank Negara Indonesia

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana citra noise dapat direduksi dengan menggunakan metode gaussian lowpass filter.. Dari hasil nilai PSNR menunjukkan bahwa

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi pengelolaan waktu yang dilakukan mahasiswa yang bekerja sampingan sebagai driver Grabbike di Kota Malang.. Penelitian

Terkait dengan peranan sektor pariwisata, pengembangan sekor pariwisata tidak hanya mendukung pembangunan ekonomi saja melainkan juga dapat mendukung pembangunan dari

- Mengetahui pengaruh pemasangan bodi pengganggu berbentuk oriented square dan circular cylinder terhadap pressure drop aliran fluida yang melewati instalasi duct pada