• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PIKIR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA MATA KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Pola Pikir Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Permasalahan Pada Mata Kuliah Persamaan Diferensial.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA PIKIR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA MATA KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL Pola Pikir Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Permasalahan Pada Mata Kuliah Persamaan Diferensial."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PIKIR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN

PERMASALAHAN PADA MATA KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh :

MERISA KARTIKASARI

A 410 110 151

Kepada :

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

POLA PIKIR MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN

PADA MATA KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL

Merisa Kartikasari1, Rita Pramujiyanti Khotimah2

1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, 2Staf Pengajar UMS Pendidikan Matematika FKIP UMS

E-mail : merisa.kartikasari@gmail.com

ABSTRACT

This research intended to describe the mindset of students in solving problems of differential equations in terms of cognitive styles and learning styles. This type of research is qualitative descriptive. The subjects were students of class VE FKIP UMS Math. The technique of collecting data through observation, in-depth interviews, documentation and questionnaires. The data analysis technique used is the model analysis Miles and Huberman. The data validity use methodology triangulasm which integrate documentation, observation, and interview. The results showed that mindset VE grade students FKIP UMS Mathematics Education in solving problems of differential equations in terms of FI and FD cognitive styles and learning styles Activists, reflectors, theorists, and pragmatists generally obtain information by reading and focus by writing information in about. On planning issues, the students perform analogical reasoning from about lesson study to problem solving test and implement appropriate plans and perceptions of their initial interpretation. In step recheck the answer, the student does not check the answers in writing.

Keywords: cognitive style, learning style, pattern of thinking

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pola pikir mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan persamaan diferensial ditinjau dari gaya kognitif dan gaya belajar. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas VE Pendidikan Matematika FKIP UMS. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis Miles and Huberman. Validitas data menggunakan triangulasi metodologis dengan menggabungkan metode dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pikir mahasiswa kelas VE Pendidikan Matematika FKIP UMS dalam menyelesaikan permasalahan persamaan diferensial ditinjau dari gaya kognitif FI & FD dan gaya belajar Activists, Reflectors, Theorists, dan Pragmatists pada umumnya memperoleh informasi dengan cara membaca lalu memusatkan perhatian dengan menuliskan informasi dalam soal. Pada perencanaan masalah, mahasiswa melakukan penalaran analogis dari soal lesson study ke soal tes pemecahan masalah serta melaksanakan rencana sesuai interpretasi dan persepsi awal mereka. Pada langkah memeriksa kembali jawaban, mahasiswa tidak memeriksa jawaban secara tertulis.

Kata Kunci: gaya belajar, gaya kognitif, pola pikir.

PENDAHULUAN

OECD (Organization for Economic Cooperation and Development’s) melakukan studi tentang kemampuan matematika, membaca, dan sains siswa berumur 15 tahun yang

bernama PISA (Program for International Student Assessment). PISA dilakukan pertama kali pada tahun 2000 dan selanjutnya dilakukan setiap 3 tahun sekali. Pada tahun 2013, hasil

publikasi PISA menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat 2 terbawah, yaitu

(5)

Pranoto, dosen Matematika ITB, hasil tersebut mengindikasikan bahwa siswa Indonesia

lemah dalam memodelkan situasi nyata ke dalam masalah matematika dan menafsirkan

solusi matematika ke situasi nyata (Agustina 2014). Seringnya, siswa Indonesia diajarkan

tentang teori matematika tanpa tahu untuk apa pengetahuan tersebut dipelajari. Hal tersebut

mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap soal-soal kontekstual. Di perguruan

tinggi Pendidikan Matematika, permasalahan permodelan matematika dari permasalahan

kontekstual diajarkan pada mata kuliah persamaan diferensial.

Cara individu untuk memahami cara otak memproses informasi dan memahami

bagaimana terjadinya proses berpikir disebut gaya belajar. Sedangkan cara individu

memproses dan mengorganisasi informasi disebut gaya kognitif. Kedua gaya tersebut

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang. Perbedaan gaya kognitif

dan gaya belajar suatu individu akan menghasilkan pola pemikiran yang berbeda pula.

Semakin baik kemampuan berpikir seseorang, maka seseorang tersebut akan lebih baik

dalam memahami dan menguasasi konsep-konsep matematika yang dikuasainya

(Ngilawajan 2013).

Menurut Hinduan, Setiawan, Siahaan, & Suyan (2007: 212), Gaya belajar adalah cara

terbaik seseorang memperoleh informasi. Menurut Zahroh & Asyhar (2014: 80) mahasiswa

dalam menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan beberapa kombinasi gaya

belajar. Namun demikian, menurut Prastiti & Pujiningsih (2009) bahwa tidak terdapat

pengaruh preferensi gaya belajar terhadap prestasi belajar. Gaya belajar hanya cara

ternyaman yang digunakan individu untuk memperoleh informasi. Oleh karena itu,

meskipun gaya belajar yang digunakan tiap mahasiswa berbeda, pemahaman terhadap suatu

informasi bergantung pada kemampuan berpikir tiap individu.

Selain gaya belajar, terdapat pula gaya kognitif yang berpengaruh dalam proses

pembelajaran. Menurut Woolfolk (Hashim, Razali, & Jantan 2006: 183) menyatakan bahwa

gaya kognitif ialah cara individu mempersepsi dan menyusun maklumat mengenai

persekitarannya. Candiasa (2002: 11) berpendapat bahwa seseorang dengan gaya kognitif

sama belum tentu mempunyai kemampuan yang sama. Meskipun memiliki gaya kognitif

sama, tidak menutup kemungkinan antar individu yang satu dengan yang lainnya memiliki

kemampuan berpikir yang sama. Walaupun cara mempersepsi dan menyusun informasinya

sama, tetap saja antara individu yang satu dengan individu lainnya memiliki pola pikir yang

berbeda yang tentunya akan mempengaruhi proses pemecahan masalah.

Hal paling dasar yang membedakan kemampuan berpikir seseorang adalah pola

pikirnya. Menurut Anderson, J. R., Bothell, D., Byrne, M., Douglass, S., Lebiere, C., & Qin,

Y., 2004; Weinberg, 1975/2001(Bloom 2010 : 9), menyatakan bahwa“Pattern thinking is fundamentally at the core of all human thinking, in which the brain functions as a pattern

(6)

pembuat keputusan tentang diterima atau tidaknya suatu masukan. Setelah informasi

diterima melalui gaya kognitif masing-masing, keputusan akhir mengenai diterima atau

tidaknya informasi ditentukan oleh pola pikir seseorang. Selain pengetahuan yang dimiliki

individu berbeda, masih ada faktor lain yang mempengaruhi perbedaan pola pikir seseorang

dan akhirnya akan mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap suatu masalah.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji dan

mendeskripsikan pola pikir mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan persamaan

diferensial khususnya pada permasalahan persamaan diferensial biasa tingkat satu ditinjau

dari gaya belajar dan gaya kognitif.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif karena

pola pikir tidak mudah diamati secara langsung dan tidak mudah diukur secara kuantitatif

(Montessori 2006: 5). Penelitian deskriptif-kualitatif dipilih karena bentuk penelitian ini

akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif. Subjek penelitian ini adalah

mahasiswa kelas VE Pendidikan Matematika FKIP UMS. Penetapan subjek dalam

penelitian ini berdasarkan hasil tes gaya kognitif dengan menggunakan Group Embedded Figures Test (GEFT) yang telah terbukti kefalidannya.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

wawancara, dokumentasi, observasi dan angket. Sebelum wawancara, terlebih dahulu

dilakukan observasi terhadap lembar jawab mahasiswa terhadap tes pemecahan masalah

kontekstual soal tes MID Semester Ganjil 2014/2015 mata kuliah Persamaan Diferensial.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis data

Miles dan Huberman yang terdiri atas: pengumpulan data, reduksi data, penyajian (display)

data, dan penarikan kesimpulan (Herdiansyah 2010: 164).

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil tes GEFT dan angket gaya belajar mahasiswa kelas VE Pendidikan Matematika FKIP UMS, peneliti menentukan tujuh orang subjek penelitian yang

masing-masing mahasiswa mempunyai kecenderungan gaya kognitif Field Independent / Field Dependent dan gaya belajar Activists, Reflectors, Theorists, Pragmatists. Selanjutnya, peneliti melakukan observasi terhadap jawaban soal tes pemecahan masalah kontekstual

persamaan diferensial. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat, peneliti melakukan

wawancara pada subjek penelitian tersebut. Dari hasil observasi dan wawancara terhadap

subjek penelitian tersebut, pola pikir mahasiswa dalam menyelesaikan soal tes pemecahan

(7)
[image:7.595.92.535.92.442.2]

Tabel 1: Pola Pikir Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Tes Pemecahan Masalah

Mahasiswa Memahami Masalah Merencanakan Masalah Menjalankan

Rencana Checking

FI, Activists  Membaca soal secara menyeluruh lalu mengambil inti soal

 Menulis diketahui dan ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal kedua

(���� ≈ � − ��) Integral Langsung Meneliti sekilas rumus yang digunakan

FI, Reflectors  Membaca soal secara menyeluruh lalu mengambil inti soal

 Menulis diketahui dan ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal kedua

(���� ≈ � − ��)

Integral Langsung

Hanya meneliti sekilas karena waktu

terbatas

FI, Theorists  Membaca seluruh soal dan mengambil inti soal  Menulis diketahui dan

ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal pertama

(���� ≈ ��)

PD Non Eksak

Tidak memeriksa kembali jawaban karena sudah ragu dengan jawabannya FI, Pragmatists  Membaca memindai,

mengambil inti soal saja  Tidak menulis diketahui dan

ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal pertama

(���� ≈ ��)

PD Non Eksak

Meneliti sekilas rumus yang

digunakan

FD, Reflectors  Membaca soal secara menyeluruh lalu mengambil inti soal

 Menulis diketahui dan ditanya Menuliskan informasi yang diketahui & ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal kedua

(���� ≈ � − ��) Langsung Integral

Hanya meneliti sekilas karena waktu

terbatas

FD, Theorists  Membaca seluruh soal dan mengambil inti soal  Menulis diketahui dan

ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal pertama

(���� ≈ ��)

PD Non Eksak

Tidak memeriksa kembali jawaban karena sudah ragu dengan jawabannya FD,

Pragmatists

 Membaca memindai, mengambil inti soal saja  Tidak menulis diketahui dan

ditanya

Mirip soal “lesson study” contoh soal pertama

(���� ≈ ��)

PD Non Eksak

Meneliti sekilas rumus yang

digunakan

Berdasarkan uraian tabel di atas, terdapat dua kategori perencanaan. Rencana pertama

yaitu mahasiswa yang merencanakan menggunakan penalaran analogis contoh soal pertama lalu melaksanakan rencana dengan konsep “PD Non Eksak” dan kategori kedua yaitu mahasiswa yang merencanakan menggunakan penalaran analogis contoh soal kedua lalu

melaksanakan rencana dengan konsep “Integral Langsung”. Walaupun sekilas pola pikir

terlihat sama, namun pada beberapa langkah penyelesaian masalah terdapat perbedaan yang

signifikan. Perbedaan tersebut muncul akibat pola pikir yang dihasilkan antara gaya belajar

dan gaya kognitif mahasiswa.

a. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Independent, Gaya Belajar Activists

Pada langkah memahami masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Activists cenderung selektif dalam menangkap informasi dalam soal. Setelah membaca soal, mahasiswa tersebut langsung menuliskan informasi

yang terdapat dalam soal tanpa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu. Hal tersebut

sesuai pendapat Penger & Tekavcic (2009 : 7) “They tend to act first and concider the

(8)

dalam memilih informasi, namun mahasiswa tersebut mempunyai gaya belajar dengan

karakteristik cepat mengambil keputusan, sehingga terkadang ada beberapa informasi

yang terlewatkan.

Pada langkah perencanaan, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Activists dapat memahami informasi dalam soal dengan baik, sehingga perencanaan yang dibuat pun sesuai yang diharapkan dalam soal. Hal tersebut sesuai

pendapat Witkin dan Goodenough (Susanto, 2012) bahwa individu Field Independent dapat dengan mudah memisahkan item dengan konteksnya dan mereka lebih bersifat

analitis. Mahasiswa ini merencanakan sesuai represetasi awal yaitu suhu sup sebanding

dengan selisih suhu ruangan dan suhu sup.

Pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Activists menyelesaikan sal tes pemecahan masalah secara analitis. Penger & Tekavcic (2009: 7), yang mengadaptasi dari Honey Mumford

mengatakan bahwa individu dengan gaya belajar Activists lebih memilih mencari kesibukan lain jika ia merasa ketertarikan akan suatu aktivitas berkurang. Walaupun

terkadang di beberapa langkah, mahasiswa ini terlihat kebingungan dalam

menyelesaikan soal tes pemecahan masalah, namun ia tetap berusaha menyelesaikan soal

tes pemecahan masalah tersebut dan memilih untuk segera melanjutkan pada langkah

selanjutnya.

Pada langkah checking atau memeriksa kembali jawaban, mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis. Dengan kombinasi sifat percaya diri dari gaya

kognitif Field Independentnya serta sifat mudah mengambil keputusan dari gaya belajar Activists yang ia miliki, membuat mahasiswa ini yakin dengan hasil yang diperolehnya.

b. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Independent, Gaya Belajar Reflectors

Pada langkah memahami masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent dan gaya belajar Reflectors mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan sudut pandang, sehingga informasi yang terkumpul lebih akurat. Hal tersebut sesuai

pendapat Darmanta & Wrastari (2014: 139) yang menyatakan bahwa individu dengan

gaya belajar Reflectors mengumpulkan informasi dari berbagai sumber serta memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang sebelum menyimpulkan sesuatu.

Mahasiswa ini memusatkan perhatian dengan cara menuliskan juga kata kunci dalam

soal untuk mengantisipasi kesalahan perencanaan.

Pada langkah perencanaan masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent dan gaya belajar Reflectors merencanakan sesuai dengan interpretasi awal. Mahasiswa ini merencanakan kasus pemecahan masalah dengan baik karena pada awal

(9)

ia dapat mengolah informasi dengan baik. Mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent dan gaya belajar Reflectors dapat memisahkan informasi dari konteksnya, sehingga ia dapat merencanakan sesuai dengan petunjuk dalam soal,

Pada langkah menjalankan rencana, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent dan gaya belajar Reflectors cenderung analitis dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah. Ia menganalisa data sesuai pengalaman yaitu latihan-latihan

yang pernah dikerjakan sebelumnya. Karena analitisnya mahasiswa ini, ia cenderung

teliti dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah.

Pada langkah checking atau memeriksa kembali jawaban, mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa ini sudah

cukup yakin dengan memeriksa jawaban secara sekilas yaitu hanya memeriksa kembali

perencanaan yang digunakan dan menghitung kembali kalkulasi jawaban.

c. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Independent, Gaya Belajar Theorists

Pada langkah memahami masalah, informasi yang dituliskan kurang lengkap.

Walaupun mahasiswa ini cenderung selektif dalam memilih informasi, namun

mahasiswa ini tidak bisa mengesampingkan gaya belajarnya yang memiliki karakteristik

menyukai sesuatu yang abstrak. Ia tidak menuliskan kata kunci dalam soal, sehingga

pemusatan perhatian terhadap informasi kurang.

Pada langkah perencanaan, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Theorists merencanakan penyelesaian soal tes pemecahan masalah sesuai dengan interpretasi awalnya. Walaupun mahasiswa ini memiliki gaya kognitif Field Independent, namun tidak dapat dipungkiri bahwa gaya belajar Theorists juga ikut berperan dalam memperoleh informasi yang diterima. Ketika informasi tersebut

diterima, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Theorists tidak melakukan pemusatan perhatian sebagai perlakuan lanjut, sehingga walaupun ia

memiliki gaya kognitif Field Independent yang terkenal dengan kemampuan analitisnya yang kuat, namun gaya kognitif tetap bekerja sesuai dengan informasi yang diterima

otak.

Pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Theorists menyelesaikan secara analitis, sehingga hasil penyelesaian masalah mahasiswa ini sistematis. Penger & Tekavcic (2009: 7) bahwa

individu dengan gaya belajar Reflectors mengumpulkan data dan menganalisa data sesuai pengalaman dan peristiwa yang terjadi, sehingga ia cenderung membutuhkan

waktu yang lama untuk mencapai kesimpulannya. Walaupun hasil akhir yang ditemukan

mahasiswa ini bukan bilangan bulat, namun mahasiswa ini berpikiran logis bahwa tidak

(10)

Pada langkah checking atau memeriksa kembali jawaban, mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis. Mahasiswa ini merasa jawaban yang didapatkan

sudah benar.

d. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Independent, Gaya Belajar Pragmatists

Pada langkah memahami masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Pragmatists tidak tertarik memusatkan perhatian dengan cara menuliskan informasi yang terdapat dalam soal. Prastiti & Pujiningsih (2009: 225) yang

menyatakan bahwa gaya belajar Theorists milik Honey Mumford yang merupakan gaya belajar turunan dari gaya belajar assimilator milik Kolb, menyukai belajar dengan berpikir, melihat atau mendengar serta ia menyukai sesuatu yang abstrak, dan lebih suka

mengamati sesuatu. Walaupun mahasiswa ini memiliki karakteristik selektif memilih

informasi dalam soal dari gaya kognitifnya, namun tanpa pemusatan perhatian,

informasi yang diterima otak tidak maksimal.

Pada langkah perencanaan, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Pragmatists merencanakan masalah sesuai dengan interpretasi awalnya. Karena pada awal pemahaman masalah mahasiswa tersebut tidak memusatkan perhatian,

sehingga pada perencanaan masalah ia mencoba memikirkan cara apa yang tepat untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pada langkah melaksanakan rencana, walaupun mahasiswa ini memiliki

karakteristik analitis dalam menyelesaikan masalahnya, namun gaya belajar Pragmatists yang dimilikinya tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Mahasiswa dengan gaya

belajar Pragmatists-nya yang cenderung langsung ingin memikirkan dan melaksanakan perencanaan masalah tanpa sebelumnya melakukan pemusatan informasi yang diterima,

menjadikan pengkodean buruk ke otak dan informasi yang diproses pun terbatas sesuai

dengan interpretasi awal mahasiswa. Penger & Tekavcic (2009: 7), individu dengan gaya

belajar Pragmatists tertarik untuk mencoba, ide, teori dan teknik yang menurutnya dapat digunakan dalam praktiknya, mereka secara positif mencari dan mencoba

menerapkannya. Ia merasa rencana tersebut cocok dengan tes pemecahan masalah ini,

sehingga ia menyelesaikan masalah dengan perencanaan tersebut.

Pada langkah checking atau memeriksa kembali jawaban, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Pragmatists tidak memeriksa kembali jawabannya secara tertulis. Walaupun demikian, mahasiswa ini yakin dengan

(11)

e. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Dependent, Gaya Belajar Reflectors

Pada langkah memahami masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent dan gaya belajar Reflectors mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan sudut pandang, sehingga informasi yang terkumpul lebih akurat. Mahasiswa ini

memusatkan perhatian dengan cara menuliskan juga kata kunci dalam soal untuk

mengantisipasi kesalahan perencanaan.

Pada langkah perencanaan, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent dan gaya belajar Reflectors terlihat tidak konsisten dengan apa yang ditulis. Perencanaan

yang dibuat berbeda dengan kata kunci yang ia tuliskan. Hal tersebut sesuai dengan

karakteristik yang dimiliki gaya kognitif Field Dependent yang kurang selektif dalam menyerap informasi dan cenderung sulit memisahkan informasi dari konteks-konteksnya

(Ngilawajan 2013: 78). Pada langkah melaksanakan rencana, walaupun perencanaanya

sudah bagus, namun pada beberapa langkah, mahasiswa tersebut terlihat bingung dalam

menerapkan konsep matematikanya, sehingga penyelesaian yang digunakan menjadi

berlawanan dengan maksud yang diharapkan dalam soal.

Pada langkah checking atau memeriksa kmbali jawaban, mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa ini

menghabiskan waktuya untuk menyelesaikan soal-soal tes pemecahan masalah yang

diujikan, sehingga ia mempunyai waktu terbatas untuk memeriksa kembali jawabannya.

f. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Dependent, Gaya Belajar Theorists

Pada langkah memahami masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Theorists menuliskan informasi dalam soal secara lengkap serta ia menuliskan kata kunci dalam soal. Ia cenderung menyukai sesuatu yang abstrak, sehingga dimungkinkan mahasiswa ini menuliskan “diketahui dan ditanyakan” hanya agar oranglain memahami maksudnya.

Pada langkah merencanakan masalah, walaupun mahasiswa dengan gaya kognitif

Field Dependent, gaya belajar Theorists memusatkan perhatian dengan menuliskan kata kunci dalam soal, namun mahasiswa ini tidak memahami maksud soal, terlihat dari

perencanaan yang berbeda dengan maksud kata kunci yang dituliskannya. Hal tersebut

diakibatkan karena gaya kognitif Field Dependent-nya yang sulit memisahkan informasi dari konteksnya.

(12)

diperolehnya. Walaupun hasil akhir yang dihasilkan bukan bilangan bulat, mahasiswa

ini berpikiran logis bahwa tidak semua hasil yang ditemukan haru bilangan bulat.

Pada langkah checking atau memeriksa kembali jawaban, mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis. Walaupun masih ragu dengan jawabannya,

mahasiswa ini merasa jawaban yang dihasilkan sudah benar.

g. Pola Pikir Mahasiswa dengan Gaya Kognitif Field Dependent, Gaya Belajar Pragmatists

Pada langkah memahami masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Pragmatists tidak tertarik memusatkan perhatian dengan cara menuliskan informasi secara detail. Mahasiswa ini juga tidak menuliskan kata kunci

dalam soal. Karakteristik dari gaya kognitif Field Dependent yang memiliki sifat kurang selektif dalam memilih informasi ditambah dengan karakteristik dari gaya belajar

Pragmatists yang cenderung mengabaikan pemusatan perhatian, menjadikan mahasiswa ini kurang memahami maksud dalam soal.

Pada langkah merencanakan masalah, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Pragmatists merencanakan masalah sesuai dengan interpretasi awalnya. Karena pada awal pemahaman masalah mahasiswa tersebut kurang baik dalam

memahami maksud dari soal tes pemecahan masalah, maka sulit bagi mahasiswa ini

untuk memisahkan informasi dari konteksnya, sehingga perencanaan dibuat dengan cara

mencoba memikirkan cara apa yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Pragmatists secara konsisten melaksanakan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Ia merasa rencana tersebut cocok dengan tes pemecahan masalah ini,

sehingga ia menyelesaikan masalah dengan perencanaan tersebut. Mahasiswa ini salah

menuliskan rumus faktor integrasi, namun mahasiswa ini tidak kehilangan akal dan

memilih langsung menuliskan rumus akhirnya walaupun konsep yang digunakan salah.

Pada langkah checking atau memeriksa kembali jawaban, mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Pragmatists tidak memeriksa kembali jawabannya secara tertulis. Ia bingung dengan persamaan yang telah dibuat, sehingga

walaupun ia telah memeriksa kembali jawabannya sekilan, namun tetap belum

sepenuhnya yakin dengan jawabannya.

KESIMPULAN

1. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Activists dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca dan dilanjutkan dengan pemusatan perhatian dengan cara menuliskan informasi

(13)

kunci dan informasi penting. Pada langkah perencanaan, mahasiswa ini menafsirkan

maksud dari soal yaitu turunan suhu sup pada saat � terhadap waktu kongruen dengan

selisih selisih suhu ruangan dengan suhu sup, sehingga mahasiswa ini melakukan

penalaran analogis dari contoh soal kedua “lesson study” dengan menggunakan konsep “integral langsung”. Mahasiswa ini kurang memperhatikan konsep matematika, sehingga ia bingung dengan pekerjaannya dan lebih memilih melanjutkan langkah berikutnya.

Mahasiswa tidak memeriksa jawaban secara tertulis karena sifatnya yang mudah

mengambil keputusan.

2. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Reflectors dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca dan dilanjutkan dengan pemusatan perhatian dengan cara menuliskan apa yang

diketahui dalam soal. Mahasiswa ini mengumpulkan informasi dari beberapa sumber

dengan cara menuliskan juga kata kunci yang terdapat pada soal sebagai penguat

pemusatan informasi. Pada langkah perencanaan, mahasiswa ini menafsirkan maksud dari

soal yaitu turunan suhu sup pada saat � terhadap waktu kongruen dengan selisih suhu

ruangan dengan suhu sup, sehingga mahasiswa ini melakukan penalaran analogis dari

contoh soal kedua “lesson study” dengan menggunakan konsep “integral langsung”.

Mahasiswa melaksanakannya dengan rinci dan sistematis. Mahasiswa ini tidak

memeriksa jawaban secara tertulis.

3. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Theorists dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca dan dilanjutkan dengan pemusatan perhatian dengan cara menuliskan informasi

yang diketahui dalam soal, namun informasi yang dituliskan kurang lengkap. Pada

langkah perencanaan, mahasiswa ini menafsirkan maksud dari soal hanya suhu sup saja,

sehingga pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa ini melakukan penalaran

analogis dari contoh soal pertama “lesson study” dengan menggunakan konsep “PD Non Eksak”. Walaupun informasi yang dituliskan kurang lengkap, namun mereka dapat menyelesaikan soal tes pemecahan masalah secara sistematis dengan pikiran logisnya.

Mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis dan hanya mengandalkan feeling bahwa hasil yang diperoleh sudah benar.

4. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Independent, gaya belajar Pragmatists dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca tetapi tidak melakukan pemusatan perhatian. Ia tidak menuliskan informasi

yang terdapat dalam soal. Karena pada awal pemahaman mahasiswa ini tidak

memusatkan perhatian, maka ia mencoba memikirkan cara yang tepat untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut dengan cara menafsirkan maksud dari soal hanya

(14)

penalaran analogis dari contoh soal pertama “lesson study” dengan menggunakan konsep “PD Non Eksak”. Pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa ini merasa perencanaan tersebut dapat digunakan pada soal tes pemecahan masalah tersebut,

sehingga ia menjalankan rencana tersebut sampai selesai. Mahasiswa tidak memeriksa

jawaban secara tertulis karena bingung dengan persamaan awal yang dibuatnya.

5. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Reflectors dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca dan dilanjutkan dengan pemusatan perhatian dengan cara menuliskan apa yang

diketahui dan ditanyakan dalam soal. Pada langkah perencanaan, mahasiswa ini

menafsirkan maksud dari soal hanya suhu sup saja, sehingga pada langkah melaksanakan

rencana, mahasiswa ini melakukan penalaran analogis dari contoh soal kedua “lesson

study” dengan menggunakan konsep “Integral langsung”. Walaupun pada awalnya, perencanaanya sudah benar, namun pada saat menyelesaikan masalah, mahasiswa ini

kurang memperhatikan konsep integral, sehingga terjadi kesalahan dalam menyelesaikan

soal tes pemecahan masalah. Mahasiswa ini tidak memeriksa jawaban secara tertulis

karena waktu tersita untuk menyelesaikan masalah.

6. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Theorists dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca dan dilanjutkan dengan pemusatan perhatian dengan cara menuliskan apa yang

diketahui dalam soal, namun informasi yang dituliskan hanya formalitas saja. Pada

langkah perencanaan, mahasiswa ini menafsirkan maksud dari soal hanya suhu sup saja,

sehingga pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa ini melakukan penalaran

analogis dari contoh soal pertama “lesson study” dengan menggunakan konsep “PD Non Eksak”. Ada beberapa langkah yang tidak sesuai dengan konsep matematika sehingga hasil yang diperoleh bukan bilangan bulat, namun mahasiswa ini berpikiran logis bahwa

hasil akhir tidak selalu menghasilkan bilangan bulat. Mahasiswa tidak memeriksa

jawaban secara tertulis karena hanya mengandalkan feeling bahwa hasil yang diperoleh sudah benar.

7. Pola pikir mahasiswa dengan gaya kognitif Field Dependent, gaya belajar Pragmatists dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah menerima informasi melalui kegiatan

membaca tetapi tidak melakukan pemusatan perhatian. Ia tidak menuliskan kata kunci

yang terdapat dalam soal. Pada langkah perencanaan, mahasiswa ini menafsirkan maksud

dari soal hanya suhu sup saja, sehingga pada langkah melaksanakan rencana, mahasiswa

ini melakukan penalaran analogis dari contoh soal pertama “lesson study” dengan

menggunakan konsep “PD Non Eksak”. Mahasiswa ini mencoba cara yang dapat

(15)

langkah mahasiswa ini bingung dengan persamaan yang dibuatnya. Mahasiswa tidak

memeriksa jawaban secara tertulis karena sudah tidak yakin dengan jawabannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Rima Putri. 2014. PISA 2012: Siswa Indonesia Miskin Kemampuan Bernalar. Accessed

Februari 17, 2015. http://blogs.itb.ac.id/appledore/2014/02/18/32/.

Bloom, Jefrey W. 2010. "Systems Thinking, Pattern Thinking, and Abductive Thinking as the Key

Elements of Complexs Learning." the annual meeting of the American Educational Research

Association. Northern Arizona University. 1-28.

Candiasa, I Made. Desember 2002. "Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Kognitif terhadap Kemampuan Memogram Komputer Eksperimen pada Mahasiswa IKIP Singaraja (2002)."

Jurnal Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. 4 (3): 1-36.

Darmanta, Victoria Dara, and Aryanti Tri Wrastari. Agustus 2014. "Profil Gaya Belajar Guru SMP

dan SMA di Surabaya Dikaji dari Faktor Sosiodemorafis." Jurnal Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan 3 (2): 136-149.

Hashim, Shahabudin, Mahani Razali, and Ramlah Jantan. 2006. Psikologi Pendidikan. Kuala

Lumpur: Professional .

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba

Humastika.

Hinduan, Achmad, Wawan Setiawan, Parsaoran Siahaan, and Iyon Suyan. 2007. Ilmu dan Aplikasi

Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Yogyakarta: IMTIMA.

K, Nograhany Widhi. 2013. Ini Peringkat Kemampuan Matematika Siswa di Dunia, Indonesia

Nomor Berapa? Accessed Februari 19, 2015.

http://news.detik.com/read/2013/12/04/144949/2432402/10/0/ini-peringkat-kemampuan-matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomor-berapa.

Montessori, Maria. April 2006. "Pola Pikir Guru SMA Tentang Perannya dalam Mengajarkan

Pendidikan Kewarganegaraan." Forum Pendidikan 31 (1): 1-12.

Ngilawajan, Darma Andreas. 2013. "Proses Berpikir Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Materi Turunan Ditinjau dari Gaya Kognitif Field Independent dan Field

Dependent." Pedagogia 2 (1): 71-83.

Penger, Sandra, and Metka Tekavcic. 2009. "Testing Dunn & Dunn's and Honey & Mumford's Learning Style Theories: The Case of The Slovenian Higher Education System."

Management 14 (2): 1-20.

Prastiti, Sawitri Dwi, and Sri Pujiningsih. Nopember 2009. "pengaruh faktor Prefensi Gaya Belajar

terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa." Jurnal Ekonomi Bisnis 14 (3): 224 - 231.

Setiawan, Mohammad Fauzi, and Prihastusti. Agustus 2013. "Perbedaan Karakteristik Gaya Belajar Guru Ditinjau dari Mata Pelajaran yang Diampu pada Guru Sekolah Menengah Pertama

(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya." Jurnal Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan 2 (2): 100 - 108.

Susanto, Herry Agus. Maret 2012. "Pemahaman Mahasiswa Field Independent dalam Pemecahan

Masalah Pembuktian pada Konsep Grup." AKSIOMA 1 (1): 37-44.

Zahroh, Umy, and Beni Asyhar. Januari 2014. "Kecenderungan Gaya Belajar Mahasiswa dalam

Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif." Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan

Gambar

Tabel 1: Pola Pikir Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Tes Pemecahan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada masa replesi, kelompok yang sebelumnya merupakan kelompok deplesi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), dan kelompok

Daripada 14 fungsi ini, dapat dirumuskan lima daripadanya iaitu (1) memberi perkhidmatan rundingcara dan nasihat dalam menyelesaikan masalah kekeluargaan Islam, (2)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh De La Hoz pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa pasien terbanyak yang mengalami gagal terapi

As previously discussed, such tactics can lead to consumer backlash, a stifling regulatory environment, potentially hefty legal fines and liabilities, a poisoning of your data well

yang berarti dasar. Jadi Pancasila merupakan lima dasar negara yang harus dijadikan pedoman hidup bagi seluruh bangsa Indonesia dalam menjalani kehidupan.

Figure 2: Number of the keratinocytes that expressed heat shock protein 70 (HSP70) (A) and the number of the keratinocytes that expressed ß-endorphin (B) in the control group and

pembangunan infr astr uktur Bidang Cipta Kar ya sesuai dengan dokumen r encana yang ada,. dengan per kuatan pada r encana invest asi sesuai dengan kebutuhan dan kapasit