• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKllffi PENELITIAN STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIQLOPSIASIS. DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA PROVINSIKALlMANTANSELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKllffi PENELITIAN STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIQLOPSIASIS. DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA PROVINSIKALlMANTANSELATAN"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

207

LIT

TanahBumbu

LAPORAN AKllffi PENELITIAN

STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCI

Q

LOPSIASIS

DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

PROVINSIKALlMANTANSELATAN

TAHUN 20J2

oleh: Annida dkk

BALA

I

LITBANG P2B2 T ANAH BUMBU

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHAT AN REPUBLJK INDONESIA JI. Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Taoah Bumbu

Provinsi Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666, Telepon/Fax : 05186076049 Email: lokatanbu@litbang.depkes.go.id,

Website: http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.go.id,

(2)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIOLOPSIASIS DAN PEMETAANNYA DIKABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

PROVINSIKALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

oleh: Annida dkk

BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN .KESEHA TAN REPUBLJK INDONESIA JI. Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Tanah Bumbu

Provinsi Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666, Telepon/Fax : 05186076049 Email: lokatanbu@litbang.depkes.go.id,

Website: http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.go.id, 2013

Bad:ln l'cne!Hian dan Prngemtrn11g:; 11

he

:-;

e

hulanl

PE

RP UST

AK.��;

1-..J Tanggal : i � · G , (') � No. Joduk : No. Kiios :

-

--%

.:o

·

...

f

___ _ _ .:;;...L.JI TL-... __ ,_ ---­ -�---·--�---J

(3)

SUSUNAN TIM PENELITIAN

No Nama Kcahlian/

Kesarjanaan

l Annida, SKM, M.Sc Parasitologi Biomedis 2 Lukman Waris, SKM, M.Kes Epidemiologi

'>

dr. Hijaz Nuhung, MSc Penginderaan Jauh

_,

(Geografi)

4 Budi Hairani, SKM Biologi

·5 Syarif Hidaya� S.Si Biologi

6 Deni Fakhrizal, SKM Kesehatan Masyarakat 7 Dian Eka Setyaningtyas, SSi Kimi a

8 Juhairiab, SKM Kesehatan Masyarakat

9 Erli Hariyati Analis

IO Sudayat Sudannawan Analis

11 Risdah Wahyuni Waris, Spi Perikanan

12 Dahlia Akuntansi

13 Anita Mariza Keperawatan

.1 4 Kepala Dinas Kesehatan HSU Dokter KepaJa Bidang PengendaJian

Kesehatan 15 Penyakit dan Penyehatan

Linglnmgan

Lingkuogan

16 Kepala Seksi Pemberantasan Keperawatan Penyakit 17 Surveyor Wawancara 18 Mariana Administrasi 19 M. lnvan. SE Ekonomi -Kedudukan dalam Tim Ketua Pelaksana/ Peneliti Utama Peneliti Peneliti Pene1iti PeneJiti · Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Pembantu Peneliti Sekretariat Peneliti Sekretariat Peneliti Sekretariat Peneliti Sekretariat Peneliti Koordinator Lapangan Pembantu Lapangan Pembantu Lapangan Petugas Smvei PengoJah Data PengoJab Data -- --- --- - -- ---=---= �==---- - --- =- - ---====

(4)

SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU NOMOR : HK.03.06/XVl/12012012

TENT ANG

PEMBENTUKAN TIM PENELITI

STUDI KOMPREHENSIF EPIDEMIOLOGI FASCIOLOPSIASIS, GENETIKA POPULASI DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA, PROVINS! KALIMANTAN SELATAN

MENIMBANG MENGINGAT MENETAPKAN Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima

a. Bahwa dalam rangka penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika f?opulasi dan E'emetaannya di Kabupaten I-lulu Sungai Utara E>rovinsi Kalimantan Selatan", perlu dibentuk tim peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut.

b. Bahwa untuk mal<sud tersebut diatas dianggap perlu menunjuk tim peneliti yang terdiri dari Ketua Pelaksana/Peneliti Pertama, Peneliti, Pembantu Peneliti, Sekretariat Penelitian, Pembantu Lapangan, Petugas survei dan Pengolah Data. 1. Undang Undang No.23 tahun 1992 tentang k�sehatan.

2. Surat Keputusan Menkes RI No. 920/MENKES/PERN/2011 tentang struktur organisasi dan kedudukan Balai Litbang P282 Tanah Bumbu.

3. Surat Keputusan Menkes Rl No. KP.04.04.3.1.03977 tentang pengangkatan dalam jabatan struktural di lingkungan Depkes RI.

4. Surat Keputusan Menkes RI No. KU.05.55.SK.111.0066 tentang penetapan atasan langsung dan bendaharawan rutin.

5. Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan Depkes Ri No. SE-050/PB/2004 tentang petunjuk teknis mekanisme pembayaran dalam pelaksanaan APBN.

MEMUTUSKAN

Menunjuk tim peneliti pada penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Populasi dan Pemetaannya dt Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan" sebagaimana terlampir.

a. Bersangkutan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan dalam pene!itian sesuai

dengan tugas dan kedudukan masing-masing.

b. Pembagian tugas secara teknis diatur kemudian.

Kepada f1m peneliti yang d"1tunjuk diber"1kan honorarium sebesar sesua·1 dengan perundangan yang berlaku, sebagaimana terlampir.

Anggaran tirn peneliti pada penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis. Genetika Populasi dan Pemetaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan" di.transfer melalui rekening a.n. Bendahara Pengeluaran Balai Litbang P282 Tanah Bumbu Kalimantan Selatan No. Rek. 031-00-0651052-6 Mandiri Cabang Batulicin.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal clitetapkan clengan ketentuan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

: Tanah Bumbu : 16 Januari 2012

(5)

Tentang Nomor Tanggal - ---No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Susunan Tim Penelitian "Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Populasi dan Pemetaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan

HK.03.06/XVJ/120/2012 16 Januari 2012

Nam a Keahlian/ Kesar-:fanaan K�dudukan dalam Tim Annida, SKM, M.Sc Parasitologi Biomedis Ketua Pelaksana/

Peneliti Utama

Lukman Waris, SKM, M.Kes Epidemiologi Peneliti dr. Hijaz Nuhung, M.Sc Penginderaan Jauh (GeoQrafi) Peneliti

Budi Hairani, SKM Biologi Peneliti

Syarif Hidayat, S.Si Biologi Peneliti

Deni Fakhrizal, SKM Kesehatan Masvarakat Pembantu Peneliti Dian �ka Setyaningtyas, SSi Kimia Pembantu Peneliti Juhairiah, SKM Kesehatan Masyarakat Pembantu Peneliti

Erli Harivati Analis Pembantu Peneliti

Sudayat Sudarmawan Analis Sekretariat Peneliti

Risdah Wahyuni Waris, Spi Perikanan Sekretariat Peneliti

Dahlia Akuntansi Sekretariat Peneliti

Anita Mariza Keperawatan Sekretariat Peneliti Kepala Dinas Kesehatan HSU Do kt er Koordinator Laoanqan Kepala Bidang Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Kesehatan Lingkungan Pembantu Lapangan

Unqkunqan

l(epala SeKsfPemberantasan

Keperawatan Pembantu Lapangan Penvakit

Suhleyor Wawancara Petugas Survei

Mariana Administrasi Pengolah Data

M. lrwan, SE Ekonomi Penqolah Data

iii

-== -�- ----

(6)

----KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terlaksananya penelitian

"Stodi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis dan Pemetaannya di Kabopaten Holo Songai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahon 2012" oleh tim peneliti Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu.

Penelitian dilaksanakan di wilayah endemis fasciolopsiasis,. yaitu Desa Kalumpang Dalam dan Desa Sungai Papuyu Kecamatan Babirik, dan Desa Telaga Mas Kecamatan Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan, untuk menyampaikan data fasciolopsiasis yang meliputi angka kasus, hospes perantara,

lingkungan dan sosial budaya masyarakat, serta pemetaannya.

Laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap instansi kesehatan sebagai ruJukan kebijakan dalam pengendalian fasciolopsiasis di Kabupaten Hulu Sungai Utara, serta sebagai dasar bagi penelitian di tahun-tahun selanjutnya.

Penelitian ini dibebankan pada anggaran Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu yang semula be1::judul "Stodi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis, Genetika Popolasi dan Pemetaannya di Kabopaten Hulu Songai Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tahon 2�12'', namun karena terjadi keterbatasan dalam pelaksanaan dan hasil penelitian, makajudul penelitian tersebut kami sesuaikan.

Atas banyaknya kekurangan dalam pelaksanaan maupun penulisan laporan, maka kami memohon saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan penelitian di masa yang akan datang.

Mengetahui:

���

itbang P2B2 T nah Bumbu

iv

Tanah Bumbu, Januari 2013 Ketua Pelaksana

Annida, SKM. MSc NIP. 19760129 200312 2 003

(7)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Studi Komprehensif Epidemiologi Fasciolopsiasis dan Pcmctaannya di Kabupaten Hulu Sungai Utara

Provinsi Kalimantan Selatan

Tahun 2012

Annida

Kabupatcn Hu\u Sunga\ Utara sebaga\ sa\ah satu kabupaten yang berada di wi\ayah pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan daerah yang sebagian besar

wilayahnya terdiri dari dacrah rawa, sehingga sangat ideal bagi perkembangan

Fasciolopsis buski hingga dapat menginfeksi penduduk setempat.

Fasciolopsis buski ada\ah cadng trematoda yang w .. enyebabkan penyakit kecacingan fasciolopsiasis pada manusia. Pertama kali dikemukakan oleh Busk pada tahun

1843 ketika cacing ini ditemttkan di dalam duodenum pe!aut India Timur yang telah

meninggal. Sebelum di Indonesia, fasciolopsiasis juga endemis di Cina bagian Selatan dan

Tengah, Taiwan, Thai\and, Vietnam, Malaysia, Bengal, Pakistan, Laos, Kamboja,

Bangladesh, dan Jepang. Diperkirakan sejak tahun 1982 telah terjadi kasus fasciolopsiasis

di Kab. HSC!, meskipun pada beberapa sumber menyatakan pernah teijadi di suatu daerah

sejak tahun 1920 namun tidakje!as dari daerah mana kasus tersebut berasaL

Fascio\opsiasis secara epidemio\ogis me\ibatkan adanya interaksi antara agen, hospes, dan lingkungan. Sebagai agen, cacing F. buski memiliki stadium yang cukup kompleks dari bentuk telur, mirasidium, sporokista, redia, serkaria, hingga metaserkaria sebagai bentuk infektifnya. Manusia dan hewan mamalia merupakan hospes definitif pada trematoda ini, sedangkan keong air ta war dan tumbuhan air berperan sebagai hospes perantara. Lingkungan yang mendukung fasciolopsiasis adalah lingkungan fisik bcrupa dataran rendah berawa dan kondisi geologi yang mempengaruhi ketersediaan air berupa pasang surutnya air rawa; lingkungan non-fisik adalah perilaku penduduk berupa kebiasaan makan tumbuh an air mentah dan kebiasaan buang air besar di rawa· dan linokunaan ._, ' b b biologi dimana lingkungan air berfungsi sebagai reservoir agen bagi keong air tavvar dan tumbuhan air.

Fasciolopsiasis terjadi karena memakan tumbuhan all' yang mengandung metaserkaria, baik dimakan mentah atau dimasak kurang matang. Siklus hidup F. buski

v - == -= -=- --=-- --=---� -=�-=. :=--� = --===-- = -=----,;; = -_ =---==-- --=== ===�-__--= - - - �

(8)

-yang cukup kompleks harus melalui beberapa stadium -yang sangat tergantung pada air, yaitu memerlukan media air untuk perkembangannya. Penderita fasciolopsiasis

mengeluarkan tinja yang mengandung telur buski, dan di dalam air telur yang berlum

berembrio tersebut berkembang menjadi telur berembrio hingga menetas menjadi mirasidium, kemudian memcrlt:1kan keong air tawar yang spcsifik untuk perkcmbangannya dari bentuk mirasidium menjadi sporokista, redia, dan kemudian menjadi serkaria. Serkaria yang matang akan segera keluar dari tubuh keong, berenang di air mencari tumbuhan air sebagai tempat enkistasinya, menempel pada tumbuhan air dan berkembang menjadi

metaserkaria. Fluke muda atau metaserkaria yang melekat pada tumbuhan air terscbut jika

dimakan mentah atau tidak dimasak dengan sempurna maka akan berkembang menjadi

dewasa di usus halus dalam waktu 3 bulan.

Penduduk biasa membuang tinjanya di air rawa disebabkan kondisi berawa yang menimbulkan kesulitan untuk jamban yang dilengkapi dengan septic tank tertutup. Sebagian penduduk mempunyai kebiasaan meminum air rawa mentah, namun sebagian Jainnya sudah mulai menggunakan air sumur pompa tangan sebagai air minum, walaupun sebagian lainnya masih mempunyai kebiasaan mencampur air mendidih dengan air mentah. Air rawa j uga digunakan penduduk untuk kebutuhan rumah tangga la inn ya seperti mencuci bahan makanan dan alat makan/masak, mandi bahkan menggosok gigi dan berkumur.

Penelitian fasciolopsiasis telah senng dilakukan namun belum dikonfirmasi mengenai jenis hospes reservoir, hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menjawab pertanyaan tersebut, serta memberikan gambaran habitat dan pemetaan daerah endemis fasciolopsiasis yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan model penanggulangan fasciolopsiasis yang tepat guna di Kab. HSU, menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Kalumpang Dalam dan Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik, dan Desa Telaga Mas Kee. Danau Panggang Kab. HSU Provinsi Kalimantan Selatan, pada bulan Maret­ Desem ber 2012.

Survei fasciolopsias meliputi survei tinja penduduk, survei tinja hewan ternak, survei keong air tawar, survei tumbuhan air, survei kualitas air, survei perilaku, dan pemetaan. vi - - - -- ---= =-----=---:--_::___�� _---� ---=-� -= --=-=�-=� =---=-�=-�.;�- ---- ----=-��-,,.-:::::: ��--=----:__ ----�

(9)

Hasil survey fasciolopsiasis menunjukkan bahwa fasciolopsiasis masih berlangsung di Kab. HSU. Sebanyak 12 orang penduduk

(2,�%)

diketahui menderita fasciolopsiasis dari 396 sampel tinja yang diperiksa. Dua orang penderita fasciolopsiasis yang berasal dari Desa Kalumpang Dalam tinggal dalam 1 rumah, sedangkan 9 orang penderita fasciolopsiasis di Dcsa Sungai Papayu berasal dari 2 rumah tangga yang masing-rmising terdiri dari 4 dan 5 orang penclcrita. Fasciolopsiasis terutama disebabkan karena masih acla kebiasaan BAB dan makan tumbuhan air yang tumbuh di air rawa pada penduduk di daerah endemis.

Adanya serkaria pada beberapa keong air tawar saat survei keong mehunjukkan adanya kecurigaan kecacingan trematoda lainnya seperti echinostomiasis berdasarkan jenis serkaria Echinostomatidae yang ditemukan pada keong Lymneae clan berdasarkan morfologi telur cacing yang ditemukan pada hewan ternak itik yang mirip dengan telur F. buski.

Kecacingan trematoda yang terjadi pada unggas yang ada di Kab. HSU disebabkan karena sebagian besar penduduk memberi makan ternaknya dari cincangan tumbuhan air dan keong, sedangkan dalam siklus hidup trematoda baik tumbuhan air maupun keong dapat menjadi hospes perantara kedua yang mengandung metaserkaria dan bersifat infektif terhadap hospes definitifnya.

Metaserkaria belum berhasil ditemukan pada survei tumbuhan air, namun adanya pendapat bahwa serkaria cenderung tidak memilih jenis tumbuhan air te11entu untuk menempel dan berenkistasi, serta waktu yang terbatas bagi serkaria untuk segera menempel pada tumbuhan air dalam waktu 24 jam, maka semua jenis tumbuhan air yang biasa dikonsumsi penduduk maupun hewan ternak hams tetap diwaspadai sebagai tumbuhan yang infektif mengandung metaserkaria F. buski. Demikian juga keong yang menjadi makanan temak dapat saja infektif mengandung metaserkaria jenis Echinostoma

sp.

Saran yang dapat dijadikan rekomendasi bagi instansi kesehatan dalam program

pengendalian fasciolopsiasis dan cacing trematoda lainnya berupa: I) Peni ngkatan

kesadaran dan peran serta masyarakat di dalam memutus siklus hidup F. buski dan

trematoda lainnya, dengan cara : a) Menghentikan kebiasaan BAB di air rawa; b) Tidak makan tumbuhan air secara mentah atau dimasak kurang matang; c) Tidak makan kcong, ikan, remis, tadpole secara mentah atau dimasak kurang matang; d) Menghentikan

vii - = "' - = = -=-==:=�--- ---�� --� = :::_-= -=---==-== - == =--=---=-'°' ==� -- - - -- - --- -- ---====--- ---====--- -- --- -- - - ---�

(10)

-pemberian tumbuhan a1r secara mentah sebagai makanan ternak; dan e) Mengobati penderita kecacingan dan pemantauan secara rutin terhadap penduduk yang beresiko tinggi agar tidak te1:jadi reinfeksi dan penularan. 2) Pengendalian fasciolopsiasis dan kecacingan trematoda lainnya melalui program pengendalian fasciolopsiasis oleh instansi kesehatan bcrupa: a) Pcningkatan alokasi anggaran kcschatan tcrhadap program pcngcnclalian fasciolopsiasis dan kecacingan lainnya; b) Peningkatan sumber daya masyarakat dan sarana-prasarana utamanya di bidang promosi kesehatan dan perneriksaan m ikroskopis kecacingan; c) Pcnyuluhan mengenai fasciolopsiasis dan kecacingan lainnya terhadap masyarakat daerah endemis secara multisektor, yaitu di sekolah-sekolah, puskesmas, posyandu, pengajian, pertemuan masyarakat, di!; d) Melibatkan peran serta dan dukungan tokoh masyarakat dan pemuka desa yang d ihormati/diteladani dalam pengendalian fasciolopsiasis; e) Menggalang dukungan dan keterlibatan lintas sektor terhadap intervensi

rekayasa lingkungan dan sosial budaya masyarakat.

(11)

ABSTRAK

Fasciolopsiasis d i Indonesia hanya terdapat di sebagian wilayah Kabupaten H.ulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah endemis merupakan daerah air rawa yang hampir sepanjang tahun selalu tergenang air rawa sedalam 1-3 meter. Penelitian fasciolopsiasis yang disebabkan oleh infeksi cacing Fasciolopsis buski ini telah sering dilakukan namun belum bisa mengkonfirmasi siklus hiclupnya secara kompleks t-erutama mengenai hospcs perantara pertama dan hospes perantara kedua, serta hospes reservoir. Penelitian ini bcrtujuan untuk mengetahui adanya kasus fasciolopsiasis, konfirmasi hospes perantara pertama dan kedua, konfirmasi hospes reservoir, kualitas air rawa, perilaku penduduk yang mendukung penularan fasciolopsiasis, serta pemetaannya. Desain penelitian secara cross sectional, dan di laksanakan di Desa Kalurnpang Dalarn, Desa Sungai Papuyu, dan Desa Telaga Mas, pada bulan Maret-Desernber 2012.

Hasil survei menunjukkan adanya fasciolopsiasis yang masih berlangsung sebesar

2,�%

dari ,396 sampel tinja yang diperiksa. Telur trematoda mirip F. buski telah ditemukan melalui pemeriksaan tinja itik. Serkaria yang ditemukan pada keong Lymnea dan

Jndoplanorbis bukanlah serkaria jenis Fasciolidae. Survei perilaku menunjukkan bahwa penderita fasciolopsiasis dan hampir semua penduduk masih mempunyai kebiasaan buang air besar di air rawa, dan makan tumbuhan air yang diambil di air rawa meskipun telah dimasak sebelumnya. Kualitas air rawa menunjukkan adanya pencemaran tinja hewan temak, namun masih dalam batas rendah sehingga masih ditemukan kehidupan keong dan tumbuhan air.

Kata kunci : Fasciolopsis buski, fascio!opsiasis, keong air tawar, Hulu Sungai Utara

ix

-- -_ - - � -

(12)

-DAFTAR ISI

Susunan Ti1n Penelitian ... ... . . . ... .

Surat Kcputusan Pcncl itian ... .. ... ... .... ... ... .... .. . ... 11

Kata Pengantar ... ... ... ... ... ... ... iv

Ringkasan Eksekutif ... v

Abstrak .:... ... ... ... . . . ... 1x

Daftar Isi . . ... ... ... . . . . .. . . x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Ga1nbar ... xiv

Daftar Lan1piran ... xv

1 . Pendahuluan ... .. 2. Tujuan dan Manfaat a. Tujuan Umum ... 6 b . Tujuan Khusus ... . .. .... .. ... ... ... ... . . . .. .... . . .. 6 c. Manfaat ... ... :... 6 3. Tinjauan Pustaka ... ... 8 4. Metode0 a. Kerangka Pikir ... ... ... ... ... 1 5 b. Te1npat dan Waktu ... 1 6 c. Jen is Penel itian ... ... ... ... 16

d. Desain Peneliti an ... ... ... ... ... .... ... 16

e. Populasi dan Sampel ... . ... ... I 6 f. Variabel . . .. ... .. .... .. . . ... ... ... ... ... ... ... .. .. . .. .. .. .... 18

g. Instnimen dan Cara Pengumpulan Data ... 1 8 h. Bahan dan Prosedur Ke1ja .... ... ... ... ... 20

i. Definisi Operasional ... ... ... ... ... 29 J. Manajemen dan Analisis Data ... 3 1

5.

Hasil

a. Gan1baran Un1u1n ... ..

b.

Survei Tinja Penduduk ... .

x

32

34 - _ - --- ----=-- -�-=.-.=_ �=-��-===---==;:.= == -���=-= -�---- --- - -�==.��--=:_,,_ --=---== -- --- =- --- -

(13)

--c. Survei Tinja Hewan Ternak ... ... 36

d . Survei Keong Air Ta war ... ... 39 e. Survei Tumbuhan Air ... ... ... ... 42

f. Survci Lingkungan .... .. ... .. ... ... ... ... .... 43

g. Survci Pcrilaku ... ... 44

h . Pemetaan 6. Pembahasan 47 a. Survci Tinja Pcndudu k ... ... 48

b. Survei Tinja 1-lcwan Ternak ... ... 48

c. Survei Keong Air Ta war ... 49

d . Survei Tumbuhan A i r ... ... 52

e. Survei Lingkungan ... ... .... ... .. ... ... .. ... .. .. 53

f. Survei Perilaku ... 57

g. Anal is is Kasus ... 58

7. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan ... ... ... ... ... ... ... .. .. ... 60

b. Saran ... ... ... ... 60

8. Ucapan Teri ma Kasi h . ... .. ... ... ... .. ... ... ... ... ... 62

9. Daftar Kepustakaan .. . . . ... .... ... . . ... .. .. .. . ... ... .. ... ... ... 63

I 0. Larnpiran ... ... ... ... ... ... ... ... 65

(14)

Tabel l . Tabel 2 . Tabel 3. TabeJ 4. Tabet 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel I 1. DAFTAR TABEL

Kecamatan dan Desa/Kelurahan Kabupaten Hulu Sungai Utara

d i Hasi\ Pemeriksaan Tinja Pen<l'4d\lk <ii Desa Kalumpang Dalam, Desa Sungai Papuyu, dan Desa Telaga Mas di

Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun

2012

Hasil Pemeriksaan Keong Air Tawar di Desa Kalumpang Dalam d i Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Hasil Pemcriksaan Keong Air Tawar di

Desa Sungai Papuyu d i Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Hasil Pemeriksaan Keong Air Tawar di Desa Telaga Mas di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Hasil Pemeriksaan Serkaria pada Keong A i r Tawar d i Desa Kalumpang Dalam di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun

2012

Basil Pemeriksaan Serkaria pada Keong

Air Tawar di Desa Sungai Papuyu di

Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun

2012

I-lasil Pemeriksaan Serkaria pada Keong Air Tawar di Desa Telaga Mas d i Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun

2012

Hasil Pemcriksaan Metaserkaria pada

Tumbuhan Air di Kabupaten Hutu

Sungai Utara Tahun 2012

I-lasil Pemeriksaan Kualitas A i r d i Desa Kalurnpang Dalam Kecamatan Babirik di Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun 2012

Hasi! Pemeriksaan Kualitas A i r di Desa Sungai Papuyu di Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012 xii 33 35 37 38 39 40 41 41 42 43 43 - - - _- -""- - --- � -=---=-=-- _ �-=-===--===.::-.;:: =:;::.. E: -:.. - :;;:. -"'§:..��---.: _--__ _ -�� �:;--=--= � = ---_ -= =-= =-== = --____ - -=--� --

(15)

-Tabel 12.

Tabel 13.

Tabel 14.

Tabel l 5.

Tabel 16.

1-Iasil Pemcriksaan Kualitas Air di Desa Telaga Mas Kecamatan Danau Panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Perilaku/Sosial Budaya Masyarakat yang Mendukung 1-asciolopsiasis di

Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Rekapitulasi Fasciolopsiasis Tahun 2005-2012 di Kabupaten Hulu St.mgai Utara

Hasil Pencarian Cacing Dewasa pada Usus Unggas yang Positif Telur Trematoda Mirip F. buski di Desa Ka!umpang Da!am Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Tingkat Pencemaran Perairan berdasarkan Nilai BOD dan DO

xiii ... 44 ··· 45 ··· 48 49 55

(16)

DAFT AR GAMBAl�

Gambar I. Peta Fasciolopsiasis di Indonesia ··· · · · · ··· 8

Gambar 2. Peta Kabupatcn I-lulu Sungai Utara ··· · · · 32 Gambar 3. Hasil Survei Tinja di Kabupaten Hulu ... 34

Sungai Utara Tahun 20 l 2

Gambar4. Cacing Dcwasa dari Pcndcrita ··· · · · ··· 35

Faciolopsiasis Pasca Pengobatan di

Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun

2012

Gambar 5. Hasil Survei Tinja Hewan Ternak di ··· 36

Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Gambar 6. Keong Air Tawar yang Ditemukan di ... 40

Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2012

Gambar 7. Serkaria yang Ditemukan pada Survei ··· 42 Keong Air Tawar di Kabupaten Hulu

Sungai Utara Tahun 2012

Gambar &. Suspect Echinostome Cercariae, . ... 50 . Family Echinoslomatidae pada Keong

Lym nae a

Gambar 9. Suspect Strigea Cercariae, Family . ...

5

1

Strigeidea dan Diplostomatidae pada

Kcong Lymnaea

Gambar 10. Suspect Obscuromicrocercous . ...

51

Cercariae, dari Family Brachylaifnida pada Keong Lymnaca

Gambar I J. Sumber Air Utama pada Rumah ...

5 8

Tangga Penderita d i Desa Sungai

Papuyu Kecamatan Babirik Kabupaten I-lulu Sungai Utara Tahun 2012

xiv � - ----;. - - - - �--- �--- _- ----= -=--=---=--=---_ -=-=-= =-=-=--===---= = -- -- --- -= � = ---= -=--==� ---=: = � --= =---=---_ ==----=---=--= ---- -= == --

(17)

-DAFTAR LAMPIRAN

Larnpiran l. Lem bar Pengesahan ... 65

Larnpiran 2. Realisasi Anggaran Penelitian ... 66

Lampiran 3. Persetujuan Etik ...

67

Lampiran 4. Rekomendasi Pelaksanaan Penelitian ... 68

Lampiran 5. Informed Concent Pemeriksaan Tinja ... ... 69

Lampiran 6. Informed Concent Wawancara ... 70 Kuesioner PSP Lampiran

7.

Persetujuan Setelah Penjelasan ... 71 Lampiran 8. Kuesioner ... 72

Lampiran 9. Peta Survei Fasciolopsiasis Desa .. ... 74

Kalurnpang Dalam Lampiran 10. Peta Survei Fasciolopsiasis Desa Sungai ... 75

Papuyu Lampiran.11. Peta Survei Fasciolopsiasis Desa Telaga Mas .. ... 76 xv ---- - -- - -- - --�--=-- - - - --- .=---=---::-=- - - �-�--=..=... -- - - - -=-=---=-===--=====-- - ---- :;_. - - - -_ -===--=-�-==== -=='-= --- - --- .. ·-� -�- -- - ---

(18)

--1. PENDAHULUAN

Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Fasciolopsis buski yang sampai saat ini diperkirakan menginfeksi sekitar l 0 juta orang di dunia, yaitu endem is di Cina bagian Se Iatan dan Tengah, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bengal, Pakistan, Laos, l.,_amboja, 13anglm.ksh, Jepang, dan Indonesia.1·2·3•4

Fasciolopsiasis di Indonesia sampai saat ini hanya ditemukan · di

Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalimantan Selatan. Scjak tahun 1 982 telah dilaporkan adanya fasciolopsiasis meskipun pada beberapa sumber rnenyatakan pernah terjadi sej ak tahun 1920 namun tidak jelas dari daerah mana kasus tersebut bcrasal5. Wi layah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU adalah Desa Sungai Papuyu dan Ka!umpang Dalam di Kecarnatan Babirik, Desa Putat Atas dan Padang Bangkal di Kecamatan Sungai Pandan, serta Desa Sarang Burung dan Telaga Mas di Kecamatan Danau Panggang, yang hampir setiap tahun selalu ditemukan kasus fasciolopsiasis di wilayah ini.

Survei fasciolopsiasis pertama kali d ilaksanakan di Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik ( 1982) dengan infeclion rate 27% (148 positif fasciolopsiasis dari

54. orang yang diperiksa), paling banyak menginfeksi anak sekolah (79, 1 %) 8

dimana diare sebagai manifestasi kliniknya.6

Antara tahun 1991-2007 telah dilaksanakan berbagai survei dan penelitian di 20 desa di wilayah Kee. Babirik, Sungai Pandan dan Danau Panggang dengan angka prevalensi antara 0,3-27,0%. Persentase kasus fasciolopsiasis memiliki kecenderungan berfluktuasi meskipun tidak pernah melebihi angka 10%, keadaan ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat, dan adanya program pemberian Praziquantel per tahun sebagai obat bagi penderita fasciolopsiasis yang cukup signifikan dalam menurunkan jumlah kasus.

Pemberian Praziquantel pada penderita fasciolopsiasis telah rnenjadi program Dinas Kesehatan Kab. HSU yang dilakukan sekali setahun, sejak tahun 1983 sampai sekarang. Meskipun penderita tidak pernah menolak pengobatan dan tidak pernah mcngeluhkan efek samping setelah minum Praziquantel, mimun petugas kesehatan selalu mengawasi langsung saat penderita meminum obat tersebut agar bcnar-benar diminum oleh penderita.

-- - - -- ---- - - --# ___ __;;;:;:;,,,

(19)

-1. PENDAHULUAN

Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Fasciolopsis buski yang sampai saat ini diperkirakan menginfeksi ?ekitar

10

juta orang di dunia, yaitu endemis di Cina bagian Selatan dan Tengah, Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Bengal, Pakistan, Laos, Kamboja, Banglaucsh, Jepang, dan lndonesia.1•2.3·4

Fasciolopsiasis di Indonesia sampai saat ini hanya ditcmukan di Kabupatcn I lulu Sungai Utara (HSU) Provinsi Kalimantan Sclatan. Scjak tahun

1982

tclah dilaporkan adanya fasciolopsiasis meskipun pada bcbcrapa sumber menyatakan pcmah te1jadi sejak tahun

1920

namun tidak jelas dari daerah mana kasus tersebut berasa15• Wilayah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU adalah Desa Sungai Papuyu dan Kalumpang Dalam di Kecamatan Babirik, Desa Putat Atas dan Padang Bangkal di Kccamatan Sungai Pandan, serta Desa Sarang Burung dan Telaga Mas di Kecamatan Danau Panggang, yang hampir setiap tahun selalu ditemukan kasus fasciolopsiasis di wilayah ini.

Survei fasciolopsiasis pertama kali dilaksanakan di Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik

(1 982)

dengan infection rate

27% (148

positif fasciolopsiasis dari

548

.

orang yang diperiksa), paling banyak rnenginfeksi anak sekolah

(79, l %)

dimana diarc sebagai manifestasi kliniknya.6

Antara tahun

1991-2007

telah dilaksanakan bcrbagai survei dan pcnclitian di

20

desa di wilayah Kee. Babirik, Sungai Pandan dan Danau Panggang dengan angka prcvalcnsi antara 0,3-27,0%. Persentase kasus fasciolopsiasis rnemiliki kecenderungan berfluktuasi meskipun tidak pernah melebihi angka 10%, keadaan ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat, dan adanya program pemberian Praziquantel per tahun sebagai obat bagi penderita fasciolopsiasis yang cukup signitikan dalarn menurunkan jumlah kasus.

Pcmberian Praziquante! pada penderita fasciolopsiasis telah menjadi

program Dinas Kesehatan Kab. HSU yang di lakukan sekali setahun, sejak tahun

1983 sampai sekarang. Meskipun penderita tidak pernah menolak pengobatan dan

tidak pernah mengeluhkan cfek samping setelah minum Praziquantel, namun

petugas keschatan selalu mengawasi langsung saat penderita meminum obat

tersebut agar benar-benar diminum oleh penderita.

-- - - --- �

(20)

-Survei fasciolopsiasis yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pada 6 desa penelitian, yaitu Desa Sungai Papuyu, Kalumpang Dalam, Sarang Burung, Telaga Mas, Putat Atas dan Padang Bangkal dan l desa non penelitian yaitu Desa Sapala-Bararawa, yang mcncakup 1 .555

pcnduduk dipcroleh angka prcvalensi scbesar 7,8°1.i. Survci !ltsciolopsiasis sc.iak

.

tahun 1 982 clilakukan terhadap seluruh penduduk di daerah endemis, namun

karena prcvalensi tertinggi um umnya terjadi pada anak usia 1 5 tahun ke bawah. maka sejak 5 lahun lerakhir yaitu scjak lahun 2005, survei tinja hanya dilakukan terhadap anak sekolah di sckolah-sekolah dasar setempat.7•3

Fascio/opsis b11ski scbagai penyebab fasciolopsiasis merupakan cacing

trcmatoda tcrbesar yang hidup dan berkembang biak di dalam usus manusia

sebagai hospes dcfinitifnya atau hewan sebagai hospes reservoirnya, bentuknya

pipih seperti daun atau lintah (oleh penduduk setempat disebL1t dengan cacing

pacat). Fasciolopsis buski dalam siklus hidupnya juga memerlL1kan jenis keong

air tawar yang scsuai sebagai hospes perantara pertama dan tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua, namun jenis hospes reservoir, hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua pada fasciolopsiasis di Kab. HSU ini belum diketahui dengan jclas. 1.2.3.4.9

Hewan yang tclah diketahui sebagai hospes reservoir di negara-negara endcmis fasciolopsiasis adalah babi, anjing, kelinci, dan kerbau. Kcrbau rawa ditemukan dan dipelihara oleh penduduk di beberapa daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU, yaitu Desa Sapala, Bararawa dan Sungai Pandan,

sehingga dicurigai sebagai hospes reservoir, namun di beberapa desa endemis lainnya, hanya ditemukan itik alabio dan ayam yang merupakan hewan ternak yang dipclihara penduduk.1.1o.\\

Scbagian bcsar wilayah Kab. HSU terutama daerah endemis

fasciolopsiasis merupakan daerah dataran rendah berawa yang hampir sepanjang tahun tcrgcnang air dengan kedalarnan 2-3 meter, terutama pada puncak musim hujan, sangat mendukung bagi kelangsungan hidup F. buski dalam siklusnya, dan bagi populasi keong air tawar dan tumbuhan air sebagai hospcs perantara pcrtama dan hospes perantara kedua.

Keong air tawar yang ditemukan berkembang biak dan dicurigai sebagai hospcs perantara pe11ama di Kab. HSU adalah jenis Indoplanorbi.�, Lymneae.

(21)

Pomacea canaliculala (keong maslkalimbuai), dan Bellamya javanica (keong

tutU!lhaliling).

Hospes perantara pertama dalam siklus hidup F. buski di beberapa 11egara adalah keong genus Segmentina, Hippeutis, Gyraulus, Planorbis spp, dan

Troc:horhis troclwideus. Pcnclitian di Dcsa Sungai P<1puyu yang di lakukan okh Handojo dan lsmulyowono (

1 988)

berhasil rnengidentifikasi serkaria dengan ekor tidak bercabang pada keong Indoplanorbis dan Anisus. 1•2•3•5

Mirnsidium yang tclah mcnctas dari tclur F huski akan mencari kcong uir ta war yang sesuai untuk kemudian berkembang rnenjadi sporokista, red ia dan akhirnya setelah menjadi serkaria akan segera keluar dari tubuh keong untuk mencari turnbuhan air sebagai tempat enkistasinya. 1•2•3•4•9

Serkaria yang berenang bebas di air akan segera berenkistasi menjadi metaserkaria dengan cara rnenempelkan diri pada tumbuh-turnbuhan air seperti buah beranganlwater chestnut (Eliocharis spp.), rebung/bamboo shoots, water

calthrop (Trapa bicornis, Trapa natans), Eliocharis, Eichornia, Zizania, Nymphoea lotus dan lpomoea). Penelitian yang d ilakukan Handojo dan lsmulyowono (

1988)

di Dcsa Sungai Papuyu hanya berhasil menernukan 2 ekor metaserkaria pada akar tumbuhan lumbu (sejenis talas) dari 1 1 jenis tumbuhan air yang diperiksa. 2'5'9

Fasciolopsiasis tezjadi karena memakan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria, baik dimakan mentah atau dimasak kurang matang, sementara serkaria tidak memiliki kecenderungan untuk memilih jenis tumbuhan air tertentu untuk berenkistasi dan berkembang rnenjadi metaserkaria. Tumbuhan air yang dicurigai sebagai hospes perantara kedua fasciolopsiasis adalah tumbuhan air yang tumbuh d i wilayah endemis dan biasa dikonsumsi penduduk, yaitu umbi dan batang teratai airltatanding (Nymphaea alba dan Nymphaea lotus), susupan (Mimosa spp.), kangkung (Jpomea aquatica), genjerlpatiul (Limnocharis ./lava), ka/akai/pakis (Stenochiaena palustris), sulur, taratilpalilak (Nymphaea), dan taluk

balun (s�jenis daun talas).7

Anak-anak usia dibawah l 0 tahun merupakan penderita fasciolopsiasis yang paling banyak, ha! ini terjadi karena kebiasaan mereka memakan tumbuhan air mentah yaitu biji dan umbi teratai air/ta/anding (JVymphaea .sp.) dan umbi

(22)

keladi air, sedangkan batang teratai dan batang genjer biasa dimasak setengah matang oleh penduduk.7•10•1 1

Berdasarkan epidemiologisnya, basil penelitian d i Desa Kalumpang Dalarn Kee. Babirik Kab. HSU tahun 20 I 0, yang telah dikonfirmasi di Laboratorium Parasitologi FK-UGM, dicurigai jenis unggas yailu itik alabio (Anas platyrinchos

borneo) clan ayam (Gallus domesticus) sebagai hospcs reservoir fasciolopsiasis

setelah ditemukan telur trernatoda yang rnirip dengan F buski pada tinja unggas tersebut. mcskipun dalam ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan tclur F. buski yang menginfeksi manusia. 13entuk redia clan serkaria ditemukan pada keong lndoplanorbis dan lymnea yang diduga merupakan hospes perantara pertama fasciolopsiasis, namun tumbuhan air yang berperan sebagai hospes perantara kedua fasciolopsiasis belum berhasil diidentifikasi. 12

Penduduk membuang tinjanya di air rawa disebabkan kondisi di daerah endemis fasciolopsiasis yang merupakan daerah rawa, sehingga menimbulkan kesutitan dalam membangun jamban yang d ilengkapi dengan septic tank tertutup. Sebagian penduduk mempunyai kebiasaan meminum air rawa mentah, namun sebagian lainnya sudah mulai menggunakan air surnur pompa tangan sebagai air minum, walaupun sebagian lainnya masih mempunyai kebiasaan rnencampur air mei1didih dengan air rnentah. Air rawajuga digunakan penduduk untuk kebutuhan rumah tangga lainnya seperti mencuci bahan makanan dan alat makan/masak, mandi bahkan menggosok gigi dan berkumur.

Fasciolopsiasis yang berlanjut pada anak-anak merupakan masalah serius, terutama j ika d ikaitkan dengan kelangsungan generasi penerus bangsa. I nfeksi yang berat pada anak-anak menimbulkan oedema pada wajah dan badan yang sebenarnya disebabkan oleh proses alergi, anemia defisiensi 8 12 dan a:tau malabsorbsi yang menyebabkan hipoalbuminemia sekunder.1,2•3•4 Walaupun infeksi ringan um umnya tidak bergejala, namun apabila fasciolopsiasis dibiarkan ber!anjut dan tidak segera diobati dapat mengakibatkan penurunan tingkat kesehatan dan daya tahan tubuh, serta penurunan kualitas sumber daya manusia sehingga pada akhirnya akan rnengakibatkan lost generation.

Selain tidak terputusnya pola transmisi pada fasciolopsiasis, kegagalan

pengobatan yang disebabkan adanya mutasi clan gene flow dapat menjadi sebab mengapa fasciotopsiasis masih ditemukan di Kab. HSU. Mutasi dan gene /low

(23)

rnenyebabkan adanya variasi meskipun dalam satu spesies yang sama. Tingginya tingkat mutasi dalam populasi dan rendahnya gene }low antar populasi dapat rnenyebabkan suatu populasi berbeda dengan populasi lainnya. Adanya variasi tersebut memungkinkan terjadinya resistensi dalam pengobatan F. buski di satu

daerah yang berefck pada F. buski di dacrah lain.13

Sistem taksonomi terdahulu hanya mengelompokkan makhluk hidup berclasarkan kesamaan ciri fisik tertentu, sehingga diperlukan sistem taksonomi bcrdasarkan gcnetik unluk mcrnbcrikan hasi I yang icbih akurat dibandingkan dengan hanya meiihat clari kesamaan fenotif. Selain akan memudahkai1 dalam rnengidentifikasi spesies, rnclalui Restriction Fragment Leng1h Polymorphism

(RFLP) DNA F. buski juga dapat dipelajari kckerabatan F. huski dengan spesies lain dalarn family yang sama.

Penelitian epidemiologi terhadap fasciolopsiasis sangat penting dilakukan untuk mengkonfinnasi jenis hospes reservoir, hospes perantara pertama dan hospes perantara kedua pada fasciolopsiasis melalui survei F. buski dalam beberapa stadium (telur, serkaria, metaserkaria clan cacing dewasa) serta mernberikan gambaran habitat dan pemetaan daerah enclemis fasciolopsiasis yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menentukan model penanggulangan fasciolopsiasis yang tepat guna di Kab. HSU.

(24)

2. TUJUAN DAN MANFAAT a. Tujuan Umum

Mengetahui epiderniologi fasciolopsiasis secara komprehensif di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

b. Tujuan Khusu�

a) Mengctahui prcvalensi fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Se Iatan.

b) Mernperolch konfirmasi hewan sebagai hospes reservoir fasciolopsiasis d i Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

c) Mempcroleh konfinnasi spesies keong air tawar sebagai hospes perantara pertama fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

cl) Memperoleh konfirmasi spesies tumbuhan air sebagai hospes perantara keclua fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

e) Mengetahui perbanclingan pola genetika F. buski di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

f) Mengetahui perilaku masyarakat di daerah endemis yang mendukung te�jadinya pcnularan fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan • Selatan.

g) Memperoleh pemetaan daerah endemis fasciolopsiasis d i Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

h) Mengetahui kondisi biofisik daerah endemis fascio!opsiasis di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

c. Manfaat

Hasil pcnelitian ini d iharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat, berupa:

a) Konfirmasi hospes definitif� hospes perantara pertama clan hospes perantara kedua sebagai inforrnasi epidemiologi F. buski di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

b) I 11 formasi epiclem iologi F. buski dapat rne1tjadi bahan acuan bagi penetapan model pengendalian fasciolopsiasis di Kab. HSU, Provinsi Ka! imantan Sela tan.

6 ---� = ---= -

-=--;�= ��

-= --� -

-

-�--:_� --===. -�

o;;:;,�-�=-�"'---=-�=o==-��

� --�--

:=� �

-=-��

- -

---- -

(25)

-c) Pemetaan geografis dan hidrogeomorfologi daerah endemis fasciolopsiasis d i Kab. HSU menunjukkan karakteristik lingkungan sebagai habitat F buski di Kab. HSU, Provinsi Kalimantan Selatan.

d) Data dasar pcnelitian F. buski selanjutnya di Kab. HSU, Provinsi Kalimanlan Sclatan.

7

-� � - -- _ --=--=----=�=-�---==-�= �-�--=-�� -=-=����-�=� �-- �---� - --:__::=�=-�--- ---

(26)

=-3. TINJAUAN PUSTAKA

Kabupaten HSU adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah pemerintahan Provinsi KaJimantan Selatan. Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari daerah rawa, maka daerah sangat memungkinkan endemis

fasciolopsiasis, dimana pendL1duknya mudah terinfeksi F. IJ.uski.

Penyebaran Fasciolopsiasis di Indonesia

t1

.

A

1

��

:

.

·

�.//j'

i

� ;

""'�

('..

1...

C.

l

1

f'vrir_

� ., .21 'SJ"

o�'-'

·

o

.

f':'N

.

P-=-o

',�

'�V.

o

'-(

fl�

..

o�

,

"A

l

�'°

0 ... � .. '\ ....

.;

·

��

f

1'0�

��

• .,./'

;,

·. Sf \0�\

',) Hanya di Kalimantan Selatan

{Kab Hulu Sungai Utara.) Sumber: Dal.a SekuJ'lder

Gambar 1. Peta Fasciolopsiasis di Indonesia

�-.• :"' · ;!

KAl..IMA�'FiN SEl..ATAN

,,.,..- -

·.

- "

' t

Fasciolopsiasis adalah penyakit kecacingan usus yang d isebabkan oleh

cacing jenis trematoda, yaitu Fasciolopsis buski. Pertama kali dikemukakan oleh

Busk pada tahun 1843 ketika cacing ini ditemukan di dalam duodenum pelaut

India Timur yang telah meninggal. Sebelum di Indonesia, fasciolopsiasis juga endemis d i Cina bagian Selatan dan Tengah, Taiwan, Thailand, Vietnam,

Malaysia, Bengal, Pakistan, Laos, Kamboja, Bangladesh, dan Jepang.

Diperkirakan sejak tahun 1982 telah terjadi kasus fasciolopsiasis di Kab. HSU,

meskipun pada beberapa sumber menyatakan pemah terjadi di suatu daerah sejak

tahun 1920 namun tidakjelas dari daerah mana kasus tersebut berasal.1'3

°t'

Perkembangan F. buski cukup kompleks karena harus melalui beberapa

stadium yang sangat tergantung pada air, yaitu memerlukan media air untuk perkembangannya. Penderita fasciolopsiasis mengeluarkan tinja yang mengandung telur buski, dan di dalam air telur yang berlum berembrio tersebut berkembang menjadi telur berembrio hingga menetas menjadi mirasidium, kemudian memerlukan keong air tawar yang spesifik untuk perkembangannya dari bentuk mirasidium rnenjadi sporokista, redia, dan kemudian menjadi serkaria.

8

- -- -�·

-- -- �-=:...� = _:.__-,,,..:::::=--- ---=-;;::��--=-¥�==-- -- ---=..;,..-=-==-� ---� = -= -=--=--=--= =

(27)

-Serkaria yang matang akan segera keluar clari tubuh keong, berenang di air mencari tumbuhan air sebagai tempat enkistasinya, menempel pada tumbuhan air dan berkembang menjadi metaserkaria. Fluke muda atau metaserkaria yang melekat pada tumbuhan air tersebut jika dimakan mentah atau tidak dimasak dcngan scmpurna maka akan bcrkcmbang mcnjadi dcwasa di usus halus dalarn

.

waktu 3 bulan . . Siklus F. buski akan terputus jika dalam satu tahap kehidupannya mengalami kondisi fisik lingkungan yang tidak rnemungkinkan atau tidak adanya kondisi biologis yang mendukung, misalnya tidak adanya lingkungan air, serta tidak tersedianya keong air tawar yang sesuai clan tumbuhan air sebagai hospes

perantaranya.

Survci fasciolopsiasis berupa pemeriksaan tinja pertama kali d ilaksanakan di Desa Sungai Papuyu Kee. Babirik pada tahun I

982,

sctelah tiba-tiba cliketahui seorang penclerita kronis memuntahkan caeing trematoda ini. Hasil survei menU1�j ukkan infection rate sebesar

27%,

dimana

148

orang terdeteksi menderita

faseiolopsiasis dari

548

penduduk yang diperiksa, dan sebesar

79, 1 %

penderitanya adalah anak sekolah.

Sejak saat itu, survei tinja hampir secara rutin d ilaksanakan melalui berbagai penelitian, surveilans, clan program pengendalian F. buski di Dinas Kesehatan Kab. HSU. Wilayah endemis fasciolopsiasis berdasarkan basil survei tersebut aclalah desa-desa yang ada d i wilayah

3

keeamatan, yaitu Kee. Babirik, Kee. Sungai Pandan, clan Kee. Danau Panggang. Faseiolopsiasis hampir selalu ditemukan di Desa Sungai Papuyu dan Desa Kalumpang Dalam (Kee. Babirik), Desa Putat Atas dan Desa Padang Bangkal (Kee. Sungai Pandan), seita Desa Sarang Burung clan Desa Telaga Mas (Kee. Danau Panggang).

Tahun

1 985-1990

Dinas Kesehatan Kab. HSU melaksanakan survei tinja d i 6 clesa, yaitu Desa Sungai Papuyu, Paj ukungan Hulu, Parupukan, Teluk Limabang, Murung Ku pang dan Luang Hilir dengan prevalensi

5, 1 8-27%.

Scdangkan has ii survei tinja antara tahun

1 9 9 1 -2001

menunjukkan rata-rata

prevalence rate

3.8%

pada

8

desa (Desa Kalumpang Dalam, Sungai Papuyu, Pajukungan, Parupukan, Sungai Luang, Telaga Mas, Sarang Burung, Putat Atas) dimana pada tahun 200 I prevalensi di Desa Kai um pang Dalam, Telaga Mas clan

Putat Atas sebesar

2.28%.

(28)

Angka prevalensi faseiolopsiasis pada tahun 1 9 9 1 -2007 di 20 desa yang ada di wilayah Kee. Babirik, Kee. Sungai Pandan dan Kee. Danau Panggang berkisar antara 0,3-27,0%. Surv·ei faseiolopsiasis oleh Sadan Litbangkes pada tahun 200 l -2002 di 7 desa (Desa Sungai Papuyu, Kai um pang Dal am, Sa rang Burung, Telaga Mas, Putat Atas, Padang Bangkal dan Sarala-Rararawa) mencakup I .SSS penduduk dengan angka prevalensi sebesar 7,8%.10

Di antara desa-desa yang ada di wilayah Kab. HSU, Desa Sungai Papuyu, Kalumpang Dalarn, Sarang Burung, Telaga Mas, Putat Atas dan Padang Bangkal merupakan 6 desa endemis fasc iolopsiasis yang hampir selalu ditemukan pcnderitanya saat pemeriksaan tinja. Persentase fasciolopsiasis cenderung berfluktuasi meskipun sangat jarang melebihi angka I 0%, keadaan int kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang mcningkat, pengetabuan (kecacingan buski) dan peneegahannya, dan adanya program pernberian Praziquantel per tahun sebagai obat bagi penderita fasciolopsiasis. Selain itu, program pembangunan jembatan pada desa yang.terletak di tengah rawa tampak j uga berperan dalam menurunkan prevalensi fasciolopsiasis.

Survei faseiolopsiasis sejak tahun 1 982 dilakukan terhadap seluruh penduduk di daerah endemis, namun karena prevalensi tertinggi umumnya te1jadi pada anak usia 1 5 tahun ke bawah, maka sejak 5 tahun terakhir yaitu sejak tahun 2005, survei tinja lebih banyak di lakukan pada anak sekolah di sekolah-sekolah dasar setempat. Hasil wawancara dan observasi pada berbagai penelitian diketahui bahwa anak-anak d i daerah endemis faseiolopsiasis mempunyai kebiasaan memakan biji bunga teratai dan umbi tumbuhan air seeara mentah, yang dilakukan saat mereka bermain atau berada di luar rumah. Hal ini yang bisa menjawab mengapa fasciolopsiasis lebih ban yak ditemukan pada anak-anak.

Balai Litbang P282 Tanah Bumbu pertama kali melakukan survei tinja fasciolopsiasis pada anak seko!ah di Desa Kalumpang Dalam, pada tahun 2006. Survei tinja d i lakukan sebanyak 2 kali, yaitu saat musirn hujan (April 2006) dan saat musim kemarau (Oktober 2006). Hasil survei saat musi 111 hujan menunjukkan 6.78% lasciolopsiasis dari 1 1 8 sampel, dan saat musim kemarau menunjukkan 8,91 % fasciolopsiasis dari 99 sampel. Kasus fasciolopsiasis menunjukkan adanya pcningkatan kasus saat musim kemarau. Masa inkubasi buski tei:jadi sete!ah tertelan metaserkaria hingga ditemukannya telur buski dalarn tinja penderita

1 0 - ---- --=--- . --

�-

- ""-"'_c-_.=; � =�- ---=�-=-.:�_;;"'=--= � �� -.::� ---... " ' "' • - -

(29)

--adalah 3 bulan, sehingga dapat dipastikan bahwa penularan terjadi pada saat musim hujan, dimana lingkungan rawa mengalami kctinggian air sedalam 2-3 meter, yang menunjang perkembangan F. buski stadium telur, mirasidium, scrkaria hingga metascrkaria yang infektit: se11a perkcmbangbiakan keong dan

lumbuhan air sebagai hospcs percinlaranya.1R

Tahun

2008

Balai Litbang P282 Tanah Bumbu kcmbali melakukan survei kccacingan pada anak sekolah di Desa Kalumpang Dalam Kab. HSU dan Desa Hakurung Dalam Kab. Hulu Sungai Sclatan (1-ISS) yang mempunyai wilayah bcrbatasan langsung dan mempunyai karakteristik hampir sarna. Hasil survei tinja pada Dcsa Kalumpang Dalam mcnunjukkan adanya kasus fasciolopsiasis sebesar

2,25%

dari 133 sampel, scdangkan di Desa Hakurung Dalarn tidak ditemukan kasus fasc iolopsiasis. 19

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi distribusi jenis trematoda ini adalah adanya keong air tawar yang cocok sebagai hospes perantara pertama, tumbuhan air tawar yang berperan sebagai hospes perantara kedua dan berperan penting dalam penularan, serta kebiasaan penduduk di daerah endemik memakan tumbuhan air mentah atau dimasak kurang matang. Adanya hospes reservoir merupakan sumber infeksi yang memperburuk keadaan. Sehingga tanpa faktor­ faktor tersebut, fasciolopsiasis tidak dapat berlangsung di suatu daerah.3

Fasciolopsiasis secara epidemiologis mclibatkan adanya interaksi antara agcn, hospcs, dan lingkungan. Sebagai agen, cacing F. buski memiliki stadium yang cukup kompleks dari bentuk telur, mirasidium, sporokista, redia, serkaria, h ingga mctaserkaria sebagai bentuk infekti foya. Manusia dan hewan mamal ia mcrupakan hospes detinitif pada trematoda ini, sedangkan keong air tawar dan tumbuhan air bcrpcran sebagai hospes perantara. Lingkungan yang mcndukung fasciolopsiasis adalah lingkungan fisik berupa dataran rendah berawa dan kondisi geologi yang mempengaruhi ketersediaan air berupa pasang surutnya air rawa; lingkungan non-fisik adalah perilaku penduduk bcrupa kebiasaan makan

tumbuhan air mentah dan kebiasaan buang air bcsar di rawa; dan lingkungan biologi dimana lingkungan air berfungsi scbagai reservoir agen bagi keong air

tawar dan tumbuhan air.

Dacrah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU merupakan daerah dataran rcndah bcrawa, yang hampir sepanjang tahun selalu tergenang air dengan

(30)

kedalaman 2-3 meter, kecuali pada puncak musim kemarau (2-3 bulan) air rawa menjadi surut bahkan keri

ng

. Kondisi geografis yang bcrawa ini ditumbuhi

tumbuhan

air seperti t

e

r

atai (Nymphaea alba dan Nymphaea lotus),

enceng

g

o

n

dok (Echornia crassipes), kiamban

g

(Salvinia cucullata),

putri

malu air (Mimosa SfJJJ. ). kangkung (lpo111ea aqua! ica),

gcn_jcr

(/,ymnocharis .fl ova), pak is

.

(.)tenochiaea palustris), kayapu (Pistia stratiotes Linn), clan kcong air tawar jenis

keong mas (Pomacea canalic11/a1a) dan keong tutu! (Bellamya javanica) yang banyak tcrdapat di lingkungan air rawa tcrsebut.

Survci tinja penduduk di Desa Kalumpang Dalam

p

ada tahun 20 I 0,

me

n

unju

k

ka

n

adanya kasus fasciolopsiasis sebesar 0,64% dari 3 1 4 sampel tinja pcnduduk. Scdangkan dari survei tinja hewan ternak di

t

emuka

n telur

trematoda m i

r

ip F. buski dcngan ukuran yang relatif lebih

kecil,

pada itik (Anas platyrinchos

borneo) sepesar 7,69%, sedangkan pada tinja ayam (Gallus domesticus) sebesar

7, 14%.12

Hospes

reservoir utama

p

ada fasciolo

p

siasis adalah babi, sclain manusia, anjing, kelinci dan kerbau dapat pula terinfeksi F. buski. Di beberapa desa endemis fasciolopsiasis seperti Desa Sapala dan Desa Bararawa Kee. Danau

Panggang dapat ditemukan kerbau rawa (Buhalus bubalu�) yang diduga

b · b · f

• I 2 7

erpott:nst se aga1 1os

p

es reservoir. , '

Jenis keong yang dinyatakan sebagai hospes perantara pertama dalam siklus hi

d

up F. buski di beberapa negara adalah keong Planorbis spp, Trochorbis trochoideus, Segmentina hemisphaerula, Segmentina trochoideus, Gyraulus

chinensis, Hippeutis canton", Polypylis hemisphaerula. Survei keong air tawar di Desa Kalumpang Dal am tahun 20

I

0 menemukan bentuk redia dan serkaria ekor tunggal pada kcong jenis lndoplanorbis dan ly111naea, nam

u

n sccara morfologi bukan tennasuk serkaria dari family Fasciolidae. 1•2•3•12

Scrkaria berenkistasi menjadi metaserkaria dengan cara menempelkan diri pad a tumbuh-tum buhan

air seperti

bu ah be

r

anga

nl

water chestnut (Eliocharis

spp.), rebunglbamboo

shoots, water calthrop (Trapa bicornis, Trapa natan.v), water lily, Eliocharis, Eichoi-nia, Zizania, Nymphoea lotus, Ipomoea, Eleocharis

tuberose, Salvinia natans, Lemna polyrhiza, dan Valisneria sv.1 •2•3•9

Penclitian fasciolopsiasis pada tahun 1 988 di Desa Sungai Papuyu menemukan se

r

ka

ri

a dengan ekor tidak bercabang

pa

da keo

ng

Indoplanorbis dan

12

--- -- - � --- --=--� -- ---=- ---� �

(31)

-Anisus, dan metaserkaria pada akar tumbuhan lwnbu (sejenis talas). Sedangkan basil survei tumbuhan air yang dilakukan di Desa Kalumpang Dalam tahun

2 0 1 0

pada jenis Nymphaea alba dan Nymphaea lotus, lvlimosa spp., lpomea aquatica, Lymnocharis }lava, Stenochiaea pa!ustris, Pistia slratiotes Linn, clan ganggang, bclum ditcmukan mctascrkaria.5·11

Meskipun belum jelas spesies keong dan tumbuhan yang rnenjadi hospes perantara bagi F. buski, namun berdasarkan siklus hidup dan stadium infektifnya, maka pcnccgahan fasciolopsiasis dapat diawali dengan melakukan pengobatan terhadap pendcrita. kemudian memperbaiki lingkungan dengan tidak niem buang kotoran manusia clan ternak d i air rawa, serta memasak tumbuhan air hingga benar-bcnar matang sebelum dimakan, tennasuk mcmasak air rawa yang dijadikan sumbcr air minum hingga mendidih.

Praziquantel merupakan drug of choice pada fasciolopsiasis karena angka penyembuhannya yang mencapai

90-100%.

Pemberian Praziquantel pada penderita fasciolopsiasis telah menjadi program Dinas Kesehatan Kab. HSU yang dilakukan sekali setahun, sejak tahun

1 983

sampai sekarang. Meskipun penc!erita tidak pernah menolak pengobatan dan tidak pernah mengeluhkan efek samping setelah minum Praziquantel, namun petugas kesehatan selalu mengawasi Iangsung saat-penderita meminum obat tersebut agar benar-benar diminum oleh penderita. Pada beberapa penderita ditemukan cacing F. buski dewasa pada tinjanya pasca pengobatan.

Populasi keong air tawar sebagai hospes perantara dapat dikendalikan dengan pemberian molusida, meskipun untuk Iingkungan rawa yang luas seperti di wilayah Kab. HSU sangat tidak efektif. Kebiasaan buang air besar, pembuangan kotoran ternak dan cara pembudidayaan tumbuhan air untuk dikonsumsi harus diubah dan diperbaiki demi mencegah meluasnya fasciolopsiasis. Buang air bcsar yang dilakukan d i air rawa dimana terdapat populasi hospes perantara dapat menyebabkan siklus fasciolopsiasis yang terus menerus. Buang air besar harus dilakukan di jamban yang disalurkan secara tertutup ke tangki pembuangan kedap air. Bahkan di daerah endemik di beberapa negara, penduduk dilarang menggunakan pupuk tinja yang ridak disterilisasi untuk menyuburkan tanah. Narnun kondisi daerah rawa seperti di wilayah Kab. HSU

l3

- --- - --==- __::::---=-= =-- ---- ---=-- --=-- - - --=---=---::;, -=- --� -!l - -=- __ ---=----=---== - --_ -�-_-- ---= -� ---=-=---===----=--- - - - -� ---�

(32)

-memerlukan perencanaan yang kompleks, melibatkan pcran serta lintas sektor yang saling mcndukung.

14 --�----=--= ---= -_:____ --�=--=--- -_--� -� ---, -� - ----- -- --

(33)

--4. METODE

a. Kerangka Konsep

Hubungan antar variabel penelitian berdasarkan epidemiologi

fasciolopsiasis dan alur pelaksanaan survei digarnbarkan dalam skema berikut ini:

r - - - �

I

1••••••••'C>•1till•••••.e"'•'•OI••"""""': LINGKUNGAN BIOLOGI !"'••••r••••••••••..,,...,.,,..,,.. ••• ., ,..: �·••••·••.,•••••<r·•••••••••a•••••:

I

I

� K

e

ong air : � Tumbuhan air � � Hewan temak ;

1 ;.···r··· ;···r···:

;.

... 1 ... :

f Metode crushing Metode sedimentasi Fonna/in-Ether Technique

I

- - - -- -- -- -- -- -- --�

�oar==:>!

J11

I

nor==:> �

=

c:::J

D

-'!..

....

.

.

.

...

...

...

.

...

... � Penduduk . . ···•&·•··· .. Formalin-Ether Technique

i

c:::J

D ,- - , I Sampel \ / AGENT \ \ Genetika ) \\ Populasi 11 � - -· ./

��De=/

fasciolopsiasis

I

Li

gk

ngan

I

<:==°

J

r - - - �- - - - r - - - -

3

- - - - � r - - -� - - - 1

Llngkml!'..JUL fisik

I

Linglmngan non-fisik Lingkungan bfologi

I

(kondisigeografis, koudisi:logi)

I

(

(sosial-budaya,,nonna, adat .istiadat} .

IL

�es�o��..:.:1��

_

I

Da:laran n."lldah berawa ·

.

I

-Kebiasaan makan tmnbuhan atr mell1ab

I

- - - --�

I

l �e�nB�di��

-Keterangan. : HD HR HP I HP II = Hospes Dcfinitif = Hospes Reservoir = Hospes Pcrantara I = Hospes Pernntara .ll V ariabel Bellas L .....

.

J Variabel Tcrgantoog =

D

15 Diteliti Tidak Diteliti - - --==--_ - --�=�----==::: ---

--:::._

-

---

-

_

- ---=----=---- =-= --

-

=

-

- - -- -='

-=-==----===---=---=-

-

- = --=-

-

----o::_

--

=-==

--=--- - -=-=-- -=--- -_

(34)

b. Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilakukan selama 9 bulan, Maret�Desember 20 l I di 3 desa endemis tertinggi faseiolopsiasis d i Kab. HSU, yaitu Desa Kalumpang Dalam dan Dcsa Sungai Papuyu di Kee. Babirik, dan Desa Telaga Mas di Kee.

Danau Panggang Kab. HSU. Provinsi Kalimantan Sclatan. c. Jenis Penclitian

Jenis penclitian ini. adalah obscrvasional.

d. Dcsain Pcnclitian

Penelitian ini rnerupakan studi cross sectional karena observasi atau pcngukuran variabel (variabel bebas dan variabel tergantung) (pengambilan sampel) dilakukan I kali pada saat lingkungan daerah penelitian masih dipenuhi air rawa setinggi l-3 meter, untuk rnelihat gambaran epidemiologi fasciolopsiasis.

e. Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan

5

unit analisis yarig berbeda, yaitu :

I) Populasi penduduk di daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU yang dieurigai sebagai hospes definitif F. bu.ski yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, diambil sampel tinjanya untuk diidentifikasi telur

cacmgnya.

a) Kriteria inklusi adalah subyek penelitian yang berusia

1

tahun ke atas tanpa menilai berat badan/status gizi, dan bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent.

b) Kriteria eksklusi adalah subyek penelitian yang tinggal menetap kurang dari 3 bulan d i lokasi penelitian.

c) Besar sampel minimal dihitung berdasarkan rumus yang dikembangkan oleh Snedecor dan Cochran14:

11

l + n/N

n = l /d2 dengan d = 5%, maka besarnya sampel menjadi:

n =

1 10,0025

=

400

sampel

(35)

Ketcrangan:

n = besarnya sampel

p = proporsi variabel yang dikehendaki q = 1 - p

Za = simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan a

d = kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi nk bcsarnya sampd sdd ah di korcksi

N = besarnya populasi

d) Selain sampel tinja, data yang diambil dari penduduk adalah data pcrilaku, yaitu kcbiasaan buang air besar (BAI3), kcbiasaan rnakan tumbuhan air, dan pengetahuan mengenai fasciolopsiasis, yang didapat melalui wawancara kuesioner dan pengamatan, untuk mengctahui perubahan perilaku yang te1jadi setelah studi intervensi sosial-budaya yang dilakukan da!arn penelitian Anorital, dkk, tahun 2002-2003 pada penduduk di daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU, Kalimantan Selatan.7·10•1 1

2) Semua jenis hewan ternak yang ada dan dipelihara d i dalam kandang olch penduduk di daerah endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU yang dicurigai sebagai hospes reservoir fasciolopsiasis. Hewan ternak diam bi I tinjanya per spesies dan per kandang untuk diidentifikasi telur cacingnya. Jurnlah sampel yang diambil adalah semua kandang ternak per spesies yang ada di setiap rumah tangga yang bersedia diambil sebagai sampel.

3) Semua jenis keong air tawar yang hidup dan ditemukan di daerah

endemis fasciolopsiasis d i Kab. HSU, yang dicurigai sebagai hospes

perantara pertama fasciolopsiasis, diambil dan diperiksa untuk menernukan bentuk serkaria dengan metode crushing. 15 Jumlab sampel

keong air tawar maksimal adalah 50 ekor per spesies per I titik.

4)

Semua jenis tumbuhan air yang biasa dikonsurnsi oleh penduduk da·n tumbuh di daerah endemis fasciolopsiasis di K.ab. HSU yang dicurigai sebagai hospes perantara kedua fasciolopsiasis, diambil dan diperiksa untuk menernukan bentuk metaserkaria. Jurnlah sampel tumbuhan air maksimal adalah 50 batang per spesies per I titik.

5) Fasciolops1:1· buski baik dalam bentuk telur, serkaria, redia, metaserkaria dan cacing dewasa yang diternukan melalui survei tinja, survei kcong air ta war, dan survei tumbuhan air di masing-masing 3 desa endem is

1 7

- ---- - --_-� -===--= -�-"=-==--�-=---=--=---�--==---=-==:::::::: - -- ----:::--£:-!__ � = -

(36)

-fasciolopsiasis di Kab. HSU, dikurnpulkan dan dibandingkan pola genetikanya.

6) Lingkungan pada daerab endemis fasciolopsiasis di Kab. HSU, �ecara geogratis dan hidrogeomorfo!ogi, melalui pengukuran parameter air scbagai media habitat bagi F lmski pada stadium tclur. 111irasidiu111, serkaria, dan metaserkaria, sebagai media habitat hospes perantara pertarna (keong air tawar), dan sebagai media habitat hospes perantara

kcdua (turnbuhan air).

f. Variabcl

I ) Variabel independen, yang terdiri dari: a) Agent (F. buski)

b) Hospes definitif (penduduk) c) Hospes reservoir (hewan ternak)

d) Hospes perantara pertama (keong air tawar) e) Hospes perantara kedua (tumbuhan air) t) Perilaku (kebiasaan penduduk)

g) Lingkungan (geografis dan hidrogeomorfologi) 2) Variabel dependen, yaitu fasciolopsiasis .

.

g. Instrumcn dan Cara Pcngumpulan Data Data Primer dikumpulkan dengan cara:

I) Survci Tinja

Cara perneriksaan tinja yang dipakai untuk mendeteksi telur trernatoda pada tinja penduduk dan tinja hewan ternak ini dilakukan dengan cara centriji1galitation method (Formalin Ether Technique), yang merupakan kombinasi darijloatation method dan sedimentation method.2 Alat dan bahan yang digunakan dalam survei tinja dengan

Formalin Ether Technique ini adalah: slide atau gelas benda, spatula, aplikator kayu, kasa, !idi, aquadest, garam fisiologis, formalin, dan larutan ether.

Alat dan bahan yang penting lainnya untuk keperluan survei tinja ini adalah compound microscope, centrifitge, kotak sampel tinja dengan tutupnya, gel as beaker I 00 cc, tabung reaksi 15 cc bcserta

l 8

-- - - _- -

---- __ ---_;:--

-��==��=--=:----�-�

-

�.;�

-�

.::.;;,__§::"--::-� -- ---;;;;;;- ---� --

(37)

penutup/sumbat karet, pipet kapiler, hand�dnm, masker, sendok es krim, tissue, kapas, formalin I 0%, formulir pemeriksaan, a lat tulis.

2) Survei Keong Air Tawar

Cara pemeriksaan keong air tawar yang dipakai untuk rnendeteksi adanya scrkariu dilakukan dcngan mctodc crushing. 15 /\lat d;rn bahan

.

yang dibutuhkan dalam survei keong air tawar ini adalah kantong sampel, petridish, jarum jara, pinset, mistar, sarung tangan karet, sepatu boot, cidukan bcrsaring, dissecting microscope dan compound microscope, tissue, kertas label, aq uadest, fonnul i r pcmeri ksaan, a lat tu l is.

3) Survci Tumbuhan Air

Pcmeriksaan tumbuhan air dilakukan dengan metode

sedimentasi5 menggunakan larutan NaOH 0,2%. Alat dan bahan yang digunakan adalah kantong sampel, bejana, petYidish, alat pemotong (pisau/gunting), corong berkatup, centrifi1ge, tabung reaksi, kasa, pinset, pipet, slide, cover slide, sarung tangan karet, sepatu boot, dissecting microscope dan compound microscope, larutan NaOH 0,2%, tissue, kertas label, fonnulir pemeriksaan, alat tulis.

4) Survci Gcnctika

Untuk mengetahui pola genetika F. buski dapat dilakukan melalui metoclc RFLP DNA F. buski .. jika berhasil dikumpulkan spesimen

F. buski dewasa, telur, serkaria dan rnetaserkaria. Restriction Fragment Lenglh Polymorphism (RFLP) merupakan teknik cepat untuk mengetahui variasi genetik berdasarkan ukuran dari potongan-potongan DNA. Perbedaan pada susunan basa akan menyebabkan perbedaan pada titik potong (restriction site), sehingga menghasilkan po la potongan yang berbeda. Alat dan bahan yang digunakan adalah DNA extraction kit, Restriction Endonuclease (RE) I enzim restriksi, gel polyac1ylamide, ladder DNA, buffer TBE, DNA cleaning kit, centrifuge dingin, electrophoreses chamber, Nanodrop spectrophotometer, vortex mixer, pi pet.

(38)

5) Survci Pcrilaku

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kuesioner clan pengamatan terhadap penduduk d i desa endemis fasciolopsiasis yang lerpilih sebagai lokasi penelitian. Data yang dikuinpulkan mengenai: kcbiasaan BAB, kebiasaan makan turnbuhan air, clan pcngetahuan mengena1 fasciolopsiasis. Survei ini rnenggunakan alat dan bahan kucsioncr. A TK clan dokumcntasi.

6) Survci Lingkungan

Pcngambilan data li ngkungan dilakukan dengan melakukan:

I ) Survei kualitas air, melalui pemeriksaan parameter air berupa suhu, pH, salin itas, Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen

Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO).

2) Survei perairan, melalui pengukuran kualitas clan kuantitas tumbuhan air, keong air ta war, penggunaan perairan, dll.

3) Survei geografis melalui pemetaan berdasarkan Jokasi endemis fasciolopsiasis menggunakan GPS.

4) Survei ini menggunakan alat clan bahan berupa: thermometer, kolorimeter, turbidimeter, pl-! meter, peta clasar wilayah, GPS.

h. Bahan dan Proscdur Kerja

I ) Idcntifikasi Fascio[opsiasis

Untuk mendapatkan data prevalensi fasciolopsiasis melalui pemeriksaan tinja penduduk. Sebclumnya dikumpulkan sccara lcngkap data Kcpala Keluarga (KK), alamat, nama anggota ke!uarga, urnur dan

jenis kelamin, kemudian dicatat dalarn formulir kuesioner clan diberi nomor urut.

a) Pcmbagian dan pcngumpulan kotak tinja ( I ) Pengumpulan tinja d ilakukan minimal l kali.

(2) Kotak tinja terlebih dahulu diberi label yang ditulis nama, nomor urut kepala kel uarga clan nomor urut sesuai dengan daftar formulir pemeriksaan tinja.

(3) Kotak tinja kemudian dibagikan ke tiap-tiap pendud�ik atau me!alui kepala keluarganya untuk disampaikan kcpada anggota kel uarganya dan c!iminta untuk mengisi dengan tinjanya

Gambar

Tabel  l .   Tabel 2 .   Tabel  3.  TabeJ  4.  Tabet  5.  Tabel 6.  Tabel 7.  Tabel  8
Gambar  1.  Peta Fasciolopsiasis di Indonesia
Gambar 2.  Peta Kabupaten Hulu Sungai Utara
Gambar 3.  Basil Sorvei  Tinja di Kabupaten  Hulu  Suogai Utara Tahun  2012
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran Number Heads Together (NHT) Bagi siswa Kelas I SDN Sukoharjo 01 Th 2011/2012

Hasil pengujian di atas membuktikan bahwa antara pelaksanaan layanan orientasi dengan penyesuaian diri siswa di SMA Swasta Taman Siswa Kota Binjai memiliki kaitan yang

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar

Padahal disekitar kita begitu banyak bahan-bahan yang berasal dari daerah yang dapat dijadikan isian untuk roti dengan cita rasa yang tidak kalah dengan isian barat.. Kita

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana profil pasien penyakit paru obstruktif kronik di Rumah Sakit Paru Respira

c. Bahwa PIHAK PERTAMA setuju membenkan ijin kepada PIHAK KEOUA dan PIHAK KEOUA setuJu untuk mempergunakan Objek Plnjam Pakai dengan batas-batas yang telah dlketahui dan

Apabila dikaitkan antara proyeksi pendapatan daerah dengan proyeksi belanja daerah Kabupaten Barru, maka jumlah pendapatan yang ada tidak mencukupi untuk mendanai