• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Unit Kerja KIA 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Unit Kerja KIA 2016"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN PELAYANAN UNIT KERJA RUANGAN KIA

UPTD PUSKESMAS SEMEN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem Kesehatan Nasional merumuskan bahwa pembangunan nasional bidang kesehatan bertujuan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya.Pembangunan kesehatan diselenggarakan oleh semua komponen bangsa, baik pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya me lalui prinsip prinsip perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, adil dan merata, serta pengutamaan manfaat.

.Pelayanan kesehatan adalah upaya yang di berikan kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan dan pelaporan, yang dituangkan dalam suatu system.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

AKI dan AKB di Indonesia yang masih cukup tinggi membutuhkanpelayanan kesehatan yang sesuai standar dan tenaga kesehatan yang memiliki muatan pengetahuan,ketrampilan dan skill yang berkualitas.

Untuk terlaksananya pelayanan di Puskesmas yang sesuai dengan standar, diperlukan pedoman pelayanan. Pedoman pelayanan di ruang KIA dibuat sesuai acuan pelaksanaan pelayanan KIA

B. Tujuan Pedoman Pelayanan Ruang KIA – KB. .

Dokter , Bidan ,Perawat dan petugas kesehatan yang lain sebagai pelaksana pelayanan di ruangan KIA dapat memberikan pelayanan sesuai standar dan bisa mencegah terjadinya resiko kecelakaan kerja baik kepada pasien maupun kepada petugas .

C. Sasaran Pedoman 1. Dokter,bidan,perawat

2. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan 3. Masyarakat dan organisasi profesi terkait

(2)

D. Ruang Lingkup Pedoman

Ruangan KIA UPTD Puskesmas Semen kabupaten Kediri E. Batasan Operasional

Pelayanan KIA di Puskesmas memberikanpelayanan kesehatangerak dan fungsi tubuh kepada individu dan/atau kelompok, yangbersifatumumdengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaan melalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.

Kegiatanpromotifdanpreventif termasukskrining, memberikan pengurangan nyeri, dan program untuk meningkatkanfleksibilitas,daya tahan,dankeselarasan postur dalam aktifitas sehari-hari.Selain upaya promotif dan preventif, fisioterapis jugamemberikan layananpemeriksaan, pengobatan, dan membantuindividu dalam memulihkan kesehatan, mengurangi rasasakit (kuratif dan rehabilitatif). Fisioterapis memainkan peran dalam masa akut, kronis, pencegahan, intervensidiniuntuk muskuloskeletalyangberhubungan dengan pekerjaan cedera, mendesain ulang pekerjaan individu, serta rehabilitasi,dan diperlukan untuk memastikan layanan/intervensi diberikan secara komprehensif dan tepat berfokus pada individu, masyarakat dan lingkungan.

(3)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan KIA paling sedikit harus memilikI 5 (lima) orang tenaga paramedis (bidan/perawat) dengan kualifikasi profesi minimal ahli madya yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tindakan asuhan kebidanan/asuhan keperawatan serta mampu berkomunikasi dengan masyarakat dan profesi lain dan memiliki kompetensi dalam upaya promotif dan preventif.

B. Distribusi Ketenagaan

Keberhasilan program pelayanan kesehatan tergantung berbagai faktor baik sosial,lingkungan, maupun penyediaan kelengkapan pelayanan/perawatan Kesehatan Ibu dan Anak memiliki peran yang penting dalam program pelayanan kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan.

Dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer),

dapat terlibat sebagai anggota utama dalam tim,berperan dalam pelayanan kesehatandengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaanmelalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.

Padapelayanankesehatantingkat lanjutan, fisioterapis berperan dalam perawatan pasien dengan berbagai gangguan neuromuskuler, musculoskeletal, kardiovaskular, paru, serta gangguan gerak dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalampelayanan khusus dan kompleks, sertatidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau rehabilitasi..

(4)

C. Jadwal Kegiatan

Hari Senin – Kamis, jam 7. 00 – jam 12.00 Hari Jumat jam 7.00– jam 11.00 Hari Sabtu jam 7.00 - jam 11.30

(5)

STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang

Terlampir

B. Standar Fasilitas

Setiap penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanankesehatandan/atau praktikmandiriharusdidukung peralatan yang memenuhi 2 (dua) jenis peralatan yaitu peralatan pemeriksaan uji/pengukuran, danjenis peralatan itervensi dalam jumlah yang cukup.

Peralatan intervensi elektroterapeutis dan peralatan lain yang perlu diuji dan kalibrasi harus dilakukan uji fungsi dan kalibrasi secara berkala oleh pihak terkait/yang berwenang, serta dibuatkanprosedurpenghapusan (recall)sehinggatidak mengganggu pelayanan.

Peralatan yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di Puskesmas paling sedikit terdiri atas:

a) Stetoskop b) Tensimeter c) Meteran gulung d) goniometer e) Plumb Line C.

f) Alat pengukur waktu g) Cermin

h) Projector i) Laptop

j) Infrared radiation

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN A. Lingkup Kegiatan

(6)

Keberhasilan program pelayanan kesehatan tergantung berbagai faktorbaik sosial,lingkungan, maupun penyediaan kelengkapan pelayanan/perawatandimanafisioterapi memilikiperanyangpenting dalam program pelayanan kesehatan baik di tingkat dasar maupun rujukan.

Dalampelayanan kesehatantingkatpertama (primer),fisioterapis dapat terlibat sebagai anggota utama dalam tim,berperan dalam pelayanan kesehatandengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaanmelalui pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan dengan pendekatan kuratif dan rehabilitatif.

Padapelayanankesehatantingkat lanjutan, fisioterapis berperan dalam perawatan pasien dengan berbagai gangguan neuromuskuler, musculoskeletal, kardiovaskular, paru, serta gangguan gerak dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalampelayanan khusus dan kompleks, sertatidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif, klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga, dan/atau rehabilitasi.

B. Metode

Pelayanan fisioterapi berfokus pada pasien melalui alur yangdapat diaksessecaralangsungataupunmelaluirujukantenagakesehatan lain maupun sesama fisioterapis. Selainitu perlu adanyaalur rujukan fisioterapi ke fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit lain apabila pasien/klien menolak pelayanan fisioterapi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak memilikikemampuan pelayanan fisioterapi yang diinginkan/dibutuhkan. Rujukan tersebut harus disertai dengan surat keterangan/catatanklinis fisioterapi yang ditandatangani oleh fisioterapis bersangkutan.

Setelah pelayanan fisioterapi selesai diberikan, fisioterapis merujuk kembali pasien/klien kepada tenaga kesehatanlain atau fisioterapis perujuk sebelumnya.

Alur pelayanan fisioterapi tertuang dalam standar prosedur operasional(SPO)yangditetapkanolehpimpinanfasilitas pelayanan kesehatandan diimplementasikan dalam diagram alur yang mudah dilihat/diakses oleh pengguna dan/atau masyarakat.

1. Rawat Jalan

a) Pasien yang mengalami/berpotensi mengalami gangguan gerak dan fungsi tubuh dapat melakukan pendaftaran secara langsung, atau melalui rujukan dari tenaga medis di poliklinik pada fasilitas pelayanan kesehatan setempat/ Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), atau dari praktikmandiri(denganmembawasuratrujukanfisioterapi)Pelayanan fisioterapi di puskesmas dilakukan sesuai dengan alurpelayanan dipuskesmas, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7)

b) Setelahpendaftaran,petugasmengarahkanpasienkebagian pelayanan fisioterapi (sesuai dengan tingkat fasilitas pelayanan kesehatan) untuk mendapatkan proses fisioterapi yang dilakukan oleh fisioterapis.Asesmen awal diperlukan untuk menemukan indikasi atau tidaknya program fisioterapi atau untuk mengarahkan kebutuhan fisioterapi yang tepat sesuai dengan kekhususannya.Apabila tidak ditemukan indikasi, fisioterapis mengarahkan/merujuk pada tenaga kesehatan yang tepat/mengembalikan kepada perujuk secara tertulis. Apabila ditemukan indikasi awal maka selanjutnya dilakukan proses sesuai prosedur fisioterapi.

c) Setelah pasien menjalani rangkaian proses fisioterapi dan penyelesaian administrasinya, pasien dapat pulang atau kembali kepada dokter/dokter gigi/DPJP/pengirim sebelumnya disertai pengantar catatan klinis/resume dari fisioterapis yang bertanggung jawab (dapat disertai rekomendasi).

(8)

d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n) o) p) q) Ya r) s) t) u) v) w) x) y) z) aa) ab) ac) ad) ae) af) ag) ah) ai) aj) ak) al) am) an) ao) 2. Rawat Inap a) DPJPmembuatrujukan/permintaansecaratertuliskepada bagian fisioterapi/fisioterapis.Selanjutnya petugas ruangan menyampaikan informasi

Poliklinik/Praktek dokter/Dokter Spesialis/drg./drg. Spesialis/DPJP Mulai Loket pendaftaran umum Asesmen fisioterapis Indikasi fisioterapi Administrasi/ penjadwalan Proses fisioterapi selanjutnya sesuai indikasi Selesai / pulang

(9)

rujukan kepada fisioterapis bersangkutan/bagian pelayanan fisioterapi untuk diregistrasi dan ditindaklanjuti.

b) Selanjutnya fisioterapisdapat melakukan asesmen awal untuk menemukan indikasi. Apabila tidak ditemukan indikasi,fisioterapissecara tertulismenyampaikan kepada DPJP.Apabila ditemukan indikasi, maka dapat langsung dilakukan proses fisioterapiselanjutnya sesuai prosedur fisioterapi,termasukmenentukan tujuan/target,intervensi maupun episode pelayanan fisioterapinya, serta rencana evaluasinya. Dalam proses tersebut, secara berkala fisioterapis menyampaikan informasi perkembangan secara tertulis dalam rekam medik.

c) Setelah program fisioterapi selesai, fisioterapis merujuk kembali kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dengan disertai catatan klinis fisioterapi termasuk rekomendasi apabila diperlukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan program fisioterapi pasien setelah selesai perawatan di rumah sakit.

d) Seluruhprosesfisioterapidicatatdalamrekammedikyang telah disediakan, termasuk administrasi keuangan.

(10)

e) f) g) h) i) C. DokterPenanggung D. JawabPasien (DPJP) E. F. Pasien/Klien G. H. I. J. K. L. M. N.

O.

P. Bagian Q. Fisioterapi/fsioterapis R. S. T. U. V. W. X. Y. asesmenfisioterapis Z. AA. AB. AC. AD. AE. AF. AG. Tidak AH. AI. indikasifisiote rapi AJ. AK. AL. AM. AN. AO. AP.Ya AQ. AR. AS. AT.

AU. prosesfisioterapi selanjutnya administrasi dan AV. sesuaiindikasi Penjadwalan

AW. AX. AY. AZ. BA. BB. Selesai BC. BD. BE.

BF. Gambar 2.Diagram Alur Pasien Rawat Inap BG. BH. BI. BJ. BK. BL. BM.

(11)

D. LANGKAH KEGIATAN BN.

BO. Asuhan fisioterapipada pasien merupakan proses siklus kontinyu dan bersifat dinamis yang dilakukan oleh fisioterapis yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan, diintergrasikan dan dikoordinasikan denganpelayananlainyangterkait melaluirekammedik,sistem informasi dan sistem komunikasi yang efektif.

BP. 1. Assesmen pasien BQ.

BR. Assesmenfisioterapidiarahkanpada diagnosisfisioterapi, terdiri dari pemeriksaan dan evaluasiyang sekurang-kurangnya memuat data anamnesa yang meliputi identitas umum,telaah sistemik,riwayat keluhan, dan pemeriksaan (uji dan pengukuran) impairment,activities limitation, pasticipation restrictions,termasuk pemeriksaannyeri,resikojatuh,pemeriksaanpenunjang (jika diperlukan), serta evaluasi. Assesmen fisioterapi dilakukan oleh fisioterapisyang memilikikewenangan berdasarkan hasil kredensial/penilaian kompetensi fisioterapis yang ditetapkan oleh pimpinanfisioterapi.Beberapauji danpengukuran dalam pemeriksaan fisioterapi:

BS. a) Kapasitas aerobik dan ketahanan(aerobic capacity/endurance)

BT. b) Karakteristik antropometri BU.

BV. c) Kesadaran, perhatiandan kognisi (arousal, attention, and cognition) BW. d) Alat bantu dan alat adaptasi(assistiveandadaptive devices) BX.

BY. e) Circulation (arterial,venous, lymphatic) BZ.

CA. f) Integritassarafkranialdansaraftepi(cranialandperipheral nerveintegrity)

CB. g) Hambatan lingkungan, rumah, pekerjaan, sekolah dan rekreasi(environmental, home,andwork barriers)

CC. h) Ergonomi dan mekanika tubuh (ergonomics and body mechanics) CD. i) Berjalan,lokomosidankeseimbangan(gait,locomotion,and balance) CE. j) Integritas integument(integumentary integrity)

CF.

CG. k) Integritas dan mobilitas sendi(joint;integrityandmobility) CH.

CI. l) Motorfunction(motor control & motor learning) CJ.

CK. m) Kinerja otot, antara lain strength, power, tension dan endurance CL. n) Perkembangan neuromotor dan integritas sensoris

CM.

CN. o) Kebutuhan, penggunaan, keselamatan, alignmen, dan pengepasan peralatan ortotik, protektif dan suportif.

CO. p) Nyeri CP. q) Postur

CQ. r) Kebutuhan prostetik CR.

(12)

CS.

s) Lingkup gerak sendi (ROM), termasuk panjang otot CT.

t) Integritas refleks

CU. u) Pemeliharaan diri dan penatalaksanaan rumah tangga CV.

CW. (termasuk ADL dan IADL). CX. v) Integritas sensoris

CY. w) Ventilasi dan respirasi CZ.

DA. x) Pekerjaan, sekolah, rekreasi dan kegiatan kemasyaraka- tan serta integrasi atau reintegrasileisure(termasuk IADL).

DB. Hasil assesmen dituliskan pada lembar rekam medik pasien/klien baik pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau pada lembarkajiankhusus fisioterapi.

DC.

DD.2. Penegakan Diagnosis DE.

DF. Diagnosis fisioterapi adalah suatu pernyataan yang mengambarkan

keadaan multidimensipasien/klien yang

dihasilkanmelaluianalisisdansintesisdarihasilpemeriksaan danpertimbangan klinisfisioterapi,yangdapatmenunjukkan adanya disfungsi gerak/potensi disfungsi gerak mencakup gangguan/kelemahan fungsitubuh,strukturtubuh,keterbatasan aktifitas dan hambatan bermasyarakat. Diagnosis fisioterapi berupa adanya gangguan dan/atau potensi gangguan gerak dan fungsi tubuh, gangguan struktur dan fungsi, keterbatasan aktifitas fungsional dan hambatanpartisipasi, kendala lingkungan dan faktor personal, berdasarkanInternational Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) atau berkaitan denganmasalah kesehatan sebagaimana tertuang padaInternational Statistical Classification ofDiseasesand Related Health Problem (ICD-10).

DG. Diagnosis fisioterapi dituliskan pada lembar rekam medik pasien baik pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus fisioterapi.

DH.

DI. 3. Perencanaan intervensi DJ.

DK. Fisioterapis melakukan perencanaanintervensi fisioterapi berdasarkan hasil assesmen dan diagnosis fisioterapi, prognosis dan indikasi-kontra indikasi, setidaknya mengandung tujuan, rencanapenggunaanmodalitasintervensi,dandosis, serta diinformasikan/dikomunikasikan kepada pasien/klienatau keluarganya.Intervensi berupa programlatihan atau program lain yang spesifik, dibuat secara tertulisserta melibatkan pasien dan/atau keluarga sesuai dengan tingkat pemahamannya. Program perencanaan intervensi dituliskan pada lembar

(13)

rekam medik pasien baik pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau padalembarkajiankhusus fisioterapi,dapatdievaluasi kembali jika diperlukan dengan melibatkan pasien/klien atau keluarganya.

DL.

DM. 4. Intervensi DN.

DO. Intervensi fisioterapi berbasis bukti mengutamakan keselamatan pasien/klien, dilakukan berdasarkan program perencanaan intevensidandapatdimodifikasisetelahdilakukan evaluasi serta pertimbanganteknis dengan melaluipersetujuan pasien/klien dan/atau keluarganya terlebih dahulu. Semua bentukintervensitermasukdantidak terbataspadateknologi fisioterapidibuatkan kebijakan dalambentuk prosedur baku yang ditandatangani dan disahkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan atau fisioterapissendiriuntuk praktik mandiri. Intervensi khusus berupamanipulasi/massage mempertimbangkan hak dan kenyamanan pasien/klien dan keluarganya, dilakukan secara etik dengan fasilitas dan ruangan yang memadai.Ukuran keberhasilan intervensifisioterapimemiliki bahasa yang sama sehingga memberikan dasaruntuk membandingkan hasil yang berkaitan dengan pendekatanintervensi yangberbeda. Komponen ukuran keberhasilan intervensi berupakemampuan fungsi termasuk fungsi tubuh dan struktur, aktivitas, dan partisipasi,mengacu pada diagnosis fisioterapi.

DP.

DQ.5. Evaluasi/Re-Evaluasi DR.

DS. Dilakukanolehfisioterapissesuai tujuanperencanaan intervensi, dapat berupa kesimpulan, termasuk dan tidak terbatas pada rencana penghentian program atau merujuk pada dokter/profesional lain terkait.Kewenanganmelakukan evaluasi/re-evaluasi diberikan berdasarkan hasil kredensial fisioterapi yang ditetapkan oleh pimpinan fisioterapis.

DT.

DU.6. Komunikasi dan Edukasi DV.

DW. Fisioterapi menjadikan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarganya,tenaga kesehatan lain terkait, serta masyarakat, sebagai bagian dari proses pelayanan fisioterapi berkualitas yang berfokus pada pasien.Fisioterapis memiliki dan menggunakan identitas resmi yang mudah dilihat dan dipahami oleh pasien dan/atau keluarganyaserta parapemangku kepentingan sebagai bagian dari identitasprofesi.Fisioterapis memperkenalkan diri dan memberikan informasi mengenai kondisi pasien/klien serta rencana tindakan/intervensi, termasuk komunikasi terapeutik pada pasien dan/atau keluarganya.

DX. Bila ditemukan hal-hal di luar kompetensi, pengetahuan, pengalaman atau keahlian, fisioterapis merujuk pasien/klien kepada tenaga kesehatan lain yang tepat dengan disertai resume fisioterapi.Penyelenggaraan pelayanan fisioterapidi

(14)

fasilitas pelayanan kesehatan, didukung mediakomunikasi dan edukasi agar prosespelayanan berlangsung sesuai dengan tujuan, termasuk media edukasi berupa leaflet/brosur yang diperlukan.

DY. DZ. 7. Dokumentasi

EA. Penyelenggara pelayanan fisioterapi memperhatikan pentingnya dokumentasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalampelayanan fisioterapiyang bermutu dandapat dipertanggungjawabkan. EB. EC. ED. EE. EF. EG. EH. EI. EJ. EK. EL. EM. EN. EO. EP. EQ. ER. ES. ET. EU. EV. EW. EX. EY. EZ. FA. FB. FC. FD. FE. FF. FG. FH. FI. FJ. FK. FL. FM. FN. FO.

(15)

FP. FQ. FR. FS. FT. FU. FV. FW. LAMPIRAN : FX.

FY.DENAH RUANGAN FISIOTERAPI FZ. GA. GB. WASTAFEL GC. GD. GE. GF. GG. GH. TEMPAT

GI. MATRAS TIDUR GJ. GK. GL. GM. GN. GO. GP. GQ. RAK LEMARI GR. ALKES KACA GS. PINTU GT. GU. GV. GW. GX. GY. GZ. HA. HB. HC. HD. HE. HF. HG. HH. HI. HJ. HK. HL.

(16)

HM. HN. HO. HP. HQ. HR. HS. HT.

HU. KATA PENGANTAR

HV.

HW. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun pedoman pelayanan ruangan fisioterapi tahun 2016 dengan baik dan tepat pada waktunya.

HX. Pedoman ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai pihak untuk mmembantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama penyusunan pedoman pelayanan ini.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan pedoman pelayanan ini. HY. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada pedoman pelayanan

ini.Oleh karena itu kami mengharapkan semua pihak yang terkait untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan pedoman pelayanan ini.

HZ. Akhir kata semoga pedoman pelayanan ruangan fisioterapi dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

IA. IB. Kediri, IC. Penulis ID. IE. IF. IG. IH. II. IJ. IK. IL. IM. IN. IO. IP. IQ. IR. IS. IT.

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran tentang perkembangan SGB 1 Negeri Yogyakarta pada tahun 1950- 1961, terutama pada bagian sistem pendidikan menggunakan buku Pendidikan di Alam Indonesia

Terlibat aktif dalam pembelajaran penggunaan alat – alat gambar untuk membuat garis, huruf dan angka teknik sesuai standar ISO.. Bekerjasama dalam kegiatan tetapi tidak

Pada hari Sabtu tidak dilakukan traffic counting karena setelah dilakukan counting pada hari Minggu (weekend), diketahui jumlah kendaraan untuk kategori pick up dan truk

Etilen (eten), biljni hormon koji se pri normalnim uvjetima tlaka i temprature nalazi u plinovitome agregacijskom stanju, lako se kreće kroz biljna tkiva, a regulacija

Sungai Maro berada di Wilayah administrasi Kabupaten Merauke Propinsi Papua berfungsi untuk kegiatan transportasi dan perikanan tangkap sehingga merupakan salah satu sungai di

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber-sumber primer berupa jurnal-jurnal kesehatan yang diterbitkan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, seperti Mededeelingen van

Consumer environmental concern and green product purchase in Malaysia: structural effects of consumption values. Sampah Indonesia Terus Meningkat Tiga Juta Ton

Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Utama AgroA 3(2-1) 29 Warnita, Prof.Dr.Ir. MP