• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan barang dan jasa merupakan hal yang dibutuhkan manusia untuk melangsungkan kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial pasti saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, manusia melakukan usaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya salah satunya dengan cara jual beli. Menurut pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang lain untuk membayar harga yang telah di janjikan. Dalam hal ini, pihak yang terkait untuk menyerahkan suatu benda disebut dengan penjual, sedangkan pihak yang terikat untuk membayar harga disebut dengan pembeli.1

Konsumen merupakan elemen penting dalam aktivitas bisnis. Kegiatan bisnis dapat di pastikan selalu terkait dengan konsumen. Konsumen sebagai pihak yang memanfaatkan barang dan atau jasa, merupakan pihak yang semestinya mendapatkan perlindungan hukum. Memberikan perlindungan hukum pada konsumen, berarti memastikan terpenuhinya perlindungan hak-hak konsumen sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang. Aktivitas bisnis tidak terlepas dari aktivitas masyarakat dalam ruang lingkup ekonomi. Sebagaimana telah dikenal secara luas, prinsip ekonomi menyatakan bahwa kegiatan ekonomi adalah kegiatan untuk memperoleh

(2)

2

keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Dari tindakan tersebut, diperoleh keuntungan ekonomis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.2 Namun, prinsip ini salah diartikan oleh pelaku usaha guna untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya.

Pedagang yang menjual barang yang diukur dengan satuan dalam melakukan kegiatan berdagangnya menggunakan alat yang dinamakan timbangan untuk menimbang barang yang dijual. Timbangan ini mempunyai macam-macam jenis seperti timbangan biasa dan timbangan digital. Dan timbangan yang sering dicurangi oleh pedagang adalah timbangan meja atau timbangan tradisional dan timbangan yang lain.

Praktek kecurangan timbangan ini biasanya sering dilakukan oleh pedagang yang masih menggunakan timbangan meja atau timbangan tradisional. Sejumlah modus rekayasa timbangan banyak diungkapkan diberbagai bentuk timbangan. Pada timbangan meja misalnya, ada modus penambahan berat dengan menempelkan magnet di bawah tempat pemberat, atau menarik dengan benang untuk memberatkan timbangan. Untuk timbangan dacin, modus pemberatan dengan melonggarkan pendulum nolnya.3 “ Jika pendulum nol terlihat kocak atau longgar, lebih baik jangan membeli di situ,” tegas Helmi Kabid Metrologi Disperindag Provinsi Jawa

2http://thepresidentpostindonesia.com/?p=546/diakses 23 januari 2013, pukul 14.00 wib 3 http://malangraya.web.id/2009/07/24/timbangan-elektronik-lebih-aman-dari-kecurangan/

(3)

3

Timur. Pendulum yang bergeser sedikit saja akan menambah berat hingga puluhan pons.4

Sebenarnya persoalan memanipulasi timbangan atau lebih tepatnya mengurangi timbangan bukan barang baru lagi bagi para pedagang nakal. Tidak saja di malang, hampir diseluruh dunia pasti akan ditemukan akhlak buruk sebagian pedagang yang sengaja mengurangi timbangan. Bahkan jangan heran jika beberapa oknum pedagang dengan sengaja memodifikasi timbangan untuk mencari keuntungan. Timbangan yang dimodif ini secara kasat mata akan sama dengan timbangan pada umumnya. Para konsumen akan tahu setelah mereka menimbang ulang barang belanjaannya di rumah atau menggunakan timbangan lainnya. Tidak tanggung-tanggung, selisih yang akan diterima konsumen bisa mencapai 100 gram (1 ons). Memodifikasi timbangan merupakan bentuk kecurangan yang dilakukan sebagian pedagang. Hal ini dilakukan dengan maksud meraup keuntungan yang lebih besar. Sehingga tidak heran jika peminat modifikasi timbangan ini cukup banyak. Cara-cara berdagang ini tentu tidak bisa diterima secara hukum, baik hukum masyarakat, negara, terutama lagi agama.

Dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal telah diatur bahwa alat ukur apapun harus dilakukan Kalibrasi dalam setahun sekali. Kalibrasi adalah merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. biasa dilakukan dengan

4 http://malangraya.web.id/2009/07/24/timbangan-elektronik-lebih-aman-dari-kecurangan/ diakses 24 januari 2013, pukul 19.25 wib

(4)

4

membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Ketentuan mengenai penggunaan Alat UTTP diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal:

1. Pasal 25 huruf d : Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang setelah padanya dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi panjang, isi, berat, atau penunjukannya, yang sebelum dipakai kembali tidak disahkan oleh pegawai yang berhak;

2. Pasal 25 huruf f : Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya yang mempunyai tanda khusus yang memungkinkan orang menentukan ukuran, takaran, atau timbangan menurut dasar dan sebutan lain daripada yang dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang ini;

3. Pasal 25 huruf g : Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai alat-alat ukur, takar, timbang dan atau perlengkapannya untuk keperluan lain daripada yang dimaksud dalam atau berdasarkan Undang-Undang ini; di tempat usaha; di tempat untuk menentukan ukuran atau timbangan untuk kepentingan umum; di tempat melakukan penyerahan-penyerahan; di tempat

(5)

5

menentukan pungutan atau upah yang didasarkan pada ukuran atau timbangan.

Dari pasal-pasal di atas dapat dirumuskan bahwa penggunaan UTTP harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. UTTP yang telah mengalami perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi sifat metrologinya, sebelum digunakan harus ditera ulang oleh pegawai yang berhak;

2. Pada UTTP tidak boleh terdapat tanda-tanda khusus (misalnya garis, titik, coretan) yang memungkinkan penggunaan satuan lain selain yang telah ditentukan (satuan Sistem Internasional dan satuan lain yang berlaku);

3. UTTP tidak boleh digunakan selain untuk peruntukannya atau fungsinya, misalnya : neraca emas tidak boleh digunakan untuk menimbang obat, timbangan rumah tangga tidak boleh digunakan untuk keperluan jual beli, dll;

4. UTTP harus digunakan dalam kedudukan atau posisi yang telah ditentukan dalam peraturan teknis, yaitu dalam posisi datar atau rata;

5. UTTP tidak boleh digunakan untuk mengukur, menakar, atau menimbang muatan yang melebihi kapasitas maksimumnya;

(6)

6

6. UTTP tidak boleh digunakan untuk mengukur, menakar, atau menimbang kurang dari batas terendah yang telah ditentukan, atau yang disebut dengan minimum menimbang;

7. UTTP yang telah ditera atau ditera ulang tidak boleh ditambah dengan alat penunjuk lainnya atau alat tambahan.

Ukuran Takaran Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) yang wajib ditera ulang telah di atur dalam pasal 2 Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya menjelaskan :

“UTTP yang secara langsung atau tidak langsung digunakan atau disimpan dalam keadaan siap pakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk :

a. Kepentingan umum b. Usaha

c. Menyerahkan atau menerima barang d. Menentukan pungutan atau upah

e. Menentukan produk akhir dalam perusahaan f. Melaksanakan peraturan perundang-undangan. wajib ditera dan ditera ulang.”

UPT Kemetrologian Malang dibentuk sebagai upaya pelaksanaan pelayanan tera dan tera ulang alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya milik pengusaha dan pedagang di wilayah Malang. Sehingga wewenang untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan alat-alat

(7)

7

ukur, takar, timbang dan perlengkapannya merupakan tugas UPT Kemetrologian Malang.

“Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim menertibkan timbangan milik pedagang. Kali ini Unit Pelayanan Teknis Kemeteorologian Malang menyasar pedagang di Pasar Merjosari. Pimpinan sidang tera ulang kemeteorologian, Purwadi menyatakan tera ulang di Kota Malang akan digelar sampai 31 Januari 2013. Sebelum menggelar tera ulang ini, pihaknya sudah menyebar surat pemanggilan tera ulang pada pedagang. Surat panggilan tera ulang untuk pedagang disebar melalui setiap unit pasar. Sedangkan pemanggilan tera ulang untuk pedagang di perkampungan disebar melalui kelurahan/kantor desa. "Tujuan tera ulang ini agar warga tertib ukur. Selain itu, juga untuk melindungi konsumen dan produsen," kata Purwadi. Tera ulang ini meliputi segala jenis alat ukur, diantaranya meteran, timbangan meja, timbangan elektronik, dan sebagainya. Timbangan yang tidak sesuai langsung diarahkan ke bagian reparasi. Bila pedagang merubah timbangannya setelah ditera ulang, pedagang terancam kurungan maksimal 6 bulan atau denda maksimal Rp 50 juta”.5

Walaupun telah membuka pos pelayanan tera ulang di Pasar dan melakukan inspeksi mendadak, tapi tetap saja banyak pedagang tidak mau menera ulang timbangannya. Lagipula sanksinya tidak pernah dijalankan secara tegas. Salah satu upaya perlindungan terhadap konsumen, Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang membuka pos ukur ulang. Pos ini bertujuan untuk mengukur kembali belanjaan yang telah dibeli konsumen apakah akurat atau tidak. Tetapi dalam prakteknya pos ukur ulang tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya, karena konsumen yang mengukur ulang hanya sedikit, sehingga pos ukur ulang tersebut tidak efektif.

5 http://surabaya.tribunnews.com/2013/01/16/disperindag-tertibkan-timbangan-pedagang, diakses tanggal 24 januari 2013, pukul 20.00 wib

(8)

8

Pelaku usaha yang mencurangi alat timbangan dalam hal ini telah melanggar kewajibannya yang telah diatur dalam pasal 7 Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyebutkan :

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Pelaku usaha yang telah melakukan pengurangan berat bersih pada timbangan telah merugikan konsumen karena perbuatan tersebut sudah melanggar kewajiban pelaku usaha sehingga mengakibatkan hak-hak konsumen menjadi terabaikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh tentang pelaksanaan penertiban alat timbangan dengan judul EFEKTIVITAS PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT UKUR TAKAR TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA MILIK PELAKU USAHA PASAR MERJOSARI OLEH UPT

(9)

9

KEMETROLOGIAN MALANG (Studi di Kantor UPT Kemetrologian Malang).

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Efektivitas Pelayanan Tera dan Tera ulang alat timbang milik Pedagang Pasar Merjosari oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang?

2. Apa kendala-kendala yang dihadapi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang dalam melakukan pelayanan Tera dan Tera ualng alat timbang milik Pedagang Pasar Merjosari?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Efektivitas Pelayanan Tera dan Tera ulang alat timbang milik Pelaku Usaha Pasar Merjosari oleh Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kemetrologian Malang dalam melakukan Efektivitas Pelayanan Tera dan Tera ulang alat timbang milik Pelaku di Pasar Merjosari.

(10)

10 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan referensi penelitian tentang pelayanan tera dan tera ulang.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Penulis

1) Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dalam bidang Hukum khususnya bidang hukum perdata.

2) Agar menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman penulis mengenai pelaksanaan pengawasan dan penertiban alat timbangan milik pedagang oleh UPT Kemetrologian Malang. b. Pelaku Usaha

Agar pedagang melakukan praktek yang benar dalam berdagang dan tertib dalam melaksanakan tera dan tera ulang terhadap alat timbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak merugikan hak-hak konsumen.

(11)

11 c. Masyarakat

Bagi masyarakat umum, dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan bagi masyarakat atau konsumen mengenai hak-hak sebagai konsumen.

d. Bagi Pemerintah

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan sebagai saran bagi pemerintah khususnya UPT Kemetrologian Malang pelaksanaan pengawasan dan penertiban alat timbang milik pedagang.

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis sosiologis, yang berarti melihat hukum sebagai perilaku manusia dalam masyarakat.6 Atau dengan kata lain pendekatan yuridis sosiologis dapat diartikan sebagai pendekatan yang dititikberatkan pada aturan hukum/yuridis yang dikaitkan dengan fakta-fakta tentang perilaku masyarakat. Pendekatan penelitian disebut yuridis sosiologis apabila jawaban permasalahannya dicari melalui studi kepustakaan dan melalui studi lapangan.7

Metode pendekatan yuridis sosiologis dalam penulisan ini akan bertumpu pada aturan-aturan hukum mengenai alat timbang sebagaimana

6 Pedoman Penulisan Hukum, 2012, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah, Malang, Hal: 18.

(12)

12

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 Tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya, serta aturan-aturan hukum lain maupun pendapat para ahli yang relevan dengan obyek yang diteliti, kemudian dikaitkan dengan kenyataan sosial berupa pelayana tera dan tera ulang alat timbang yang dilakukan oleh UPT Kemetrologian Malang .

2. Lokasi penelitian

Tempat lokasi penelitian merupakan tempat dimana wilayah yang akan menjadi tempat peneliti sebagai objek lapangan dimana peneliti mendapatkan informasi, gambaran, dat-data yang diteliti dari tempat tersebut. Penelitian ini dilakukan di instansi yang terkait tentang perlindungan konsumen, Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang, dan Pasar Merjosari Kecamatan Lowokwaru. Alasan dipilihnya Pasar Merjosari sebagai lokasi penelitian adalah pada saat penulis melakukan pengamatan atau observasi, pada saat itu pelaksanaan sidang tera ulang bertempat di Pasar Merjosari Kecamatan Lowokwaru.

3. Jenis Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian dan merupakan sumber utama penulisan. Data ini dapat di

(13)

13

peroleh dari proses wawancara dengan narasumber yaitu pedagang maupun pihak lain yang bersangkutan, serta data-data yang di peroleh dari UPT Kemetrologian Malang serta dokumen-dokumen yang berkaitan.

b. Data Sekunder

Data sekunder dapat berupa aturan-aturan hukum yang meliputi peraturan perundang-undangan khususnya yang berkaitan dengan penertiban alat timbang yakni Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya, serta data lain yang diperlukan untuk menunjang data primer, seperti buku-buku, jurnal, majalah, koran, tesis, media elektronik, dan lain-lain yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti.

c. Data Tersier

Data tersier yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung data primer dan data sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan lain-lain.

(14)

14 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui proses pengamatan secara langsung obyek yang diteliti, pengamatan disisni berarti pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan. Pengamatan dilakukan untuk melihat proses pelayanan tera dan tera ulang alat timbang milik pedagang pasar merjosari oleh UPT Kemetrologian Malang.

b. Wawancara

Metode wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan responden guna memperoleh pendapat, gambaran, terkait permasalahan yang diteliti.

1. Dalam hal ini Penulis melakukan wawancara Responden yang telah dipilih (purpossive sampling) serta pihak-pihak dalam instansi terkait antara lain :

a. Bapak Ismiyadi Kepala Seksi Massa dan Timbangan Unit Pelayanan Teknis Kemetrologian Malang.

b. Ibu Titik Kepala bidang Perlindungan Konsumen Disperindag Kota Malang.

2. Wawancara juga dilakukan dengan metode random sampling dimana cara pengambilan sampel secara random (tidak pandang bulu), artinya setiap elemen dari populasi mendapat kesempatan

(15)

15

yang sama untuk dipilih menjadi sampel.8 Adapun jumlah responden yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Daftar Responden Pedagang Pasar Merjosari No

Nama Jenis dagangan

1 Bayitno Ayam potong

2 Ninuk Ayam potong

3 Yuli Ayam potong

4 Mislin Buah dan sayuran

5 Solikhah Warung

6 Muslimin Warung

7 Kasiatun Warung

8 Siti Ikan

9 Jumiatun Ikan

10 Dasri Buah dan sayuran

11 Iwan Daging

12 Kasiadi Daging

13 Naning Daging

14 Lisa Emas

15 Pasri Emas

Sumber : Data responden menggunakan sampel c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan cara pengambilan gambar secara runtut mengenai objek penelitian yang hubungannya dengan upaya pelaksanaan penertiban alat timbang milik pedagang

d. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memahami berbagai referensi baik aturan

(16)

16

perundang-undangan, buku, jurnal, tesis, skripsi, majalah, koran, media elektronik, dan hal lain yang berkaitan dengan obyek penelitian guna mendukung data-data atau informasi yang telah dikumpulkan. 5. Analisis Data

Setelah memperoleh data, informasi dan referensi yang berkaitan dengan obyek penelitian, maka penulis perlu untuk melakukan analisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka, atau perhitungan. Menurut Muslan, data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, artinya data dituturkan melalui uraian-uraian kalimat semata.9

Metode deskriptif kualitatif dalam penelitian ini yaitu dengan menggambarkan/mendeskripsikan mengenai kondisi pedagang dan pelaksanaan penertiban UPT Kemetrologian Malang terhadap alat timbang milik pedagang pasar, kemudian hasil penggambaran obyek berupa data yang diperoleh dari lapangan diuraikan dan dianalisa berdasarkan aturan-aturan hukum tentang alat timbang yakni, Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal, Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 1985 Tentang Wajib Pembebasan untuk ditera dan/atau ditera ulang serta syarat-syarat bagi Alat-alat ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya, Peraturan Menteri Perdagangan RI No.08/M-DAG/PER/3/2010 Tentang Alat-alat ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib diTera dan

diTera Ulang, Peraturan Menteri Perdagangan nomor

9

(17)

17

DAG/PER/12/2012 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan perlengkapannya asal impor maupun aturan-aruran hukum lain yang relevan, sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam memberikan gambaran yang jelas dan singkat tentang isi dari skripsi ini maka dibuat suatu karya tulis dalam bentuk yang sistematis dan kronologis, dan untuk memahami keseluruhan isi dari skripsi ini, maka sistematika penulisan terdiri dari beberapa bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN,

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSATAKA

Dalam bab ini membahas mengenai uraian doktrin, pendapat para ahli, kajian yuridis serta bahan-bahan kerangka teori yang dipakai oleh penulis untuk mendukung analisa terhadap masalah yang diteliti.

(18)

18

Dalam bab ini adalah pembahasan permasalahan yang menjadi fokus kajian. Didalam bab ini peneliti menuangkan data-data hasil penelitian yang kemudian dianalisa yang didukung dengan teknis pengumpulan data primer dan sekunder yang peneliti paparkan dalam bab sebelumnya, dengan tujuan untuk mendukung analisa terhadap permasalahan yang diteliti.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan berisi saran-saran yang perlu untuk disampaikan guna dalam memberikan masukan terhadap hasil penelitian dan untuk menjawab permasalahan-permasalahan.

Referensi

Dokumen terkait

Angin dan uap air merupakan unsur yang diduga mempengaruhi terjadinya hujan ekstrim sehingga diperlukan analisis untuk melihat kondisi kecepatan angin, uap air dan pola

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, untuk mendeskripsikan mengenai pengembangan UMKM di Koperasi Serba Usaha (KSU) BMT

 Kuliah&Diskusi [TM:1x(1x60”)] Tugas : meringkas dan mengkaji Konsep Kebidanan Komunitas  [BT+BM:(1+1)x(2x60”)] CTJ Cooperative learning Ketepatan penguasaa n Quis

• Adanya Insiden Atapupu semakin menguatkan dugaan bahwa kedudukan Pelabuhan Atapupu sangat penting yaitu sebagai pelabuhan feeder ke Pelabuhan Kupang, dimana Pelanuhan

Yaitu dengan cara melihat bagian mana saja dari bangunan yang memiliki persamaan bentuk dan ciri, kemudian setelah langkah selanjutnya adalah mencocokan antara komponen bangunan

Setelah dilakukan penelitian tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur, diketahui bahwa mayoritas

Dari hasil tabel pada jawaban responden variabel Y (peningkatan kinerja karyawan) jawaban responden dengan jumlah yang banyak dengan poin setuju dan sangat setuju pada