• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Kesehatan DBD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Kesehatan DBD"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN KESEHATAN

MANAJEMEN KESEHATAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

DEMAM BERDARAH DENGUE

DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH: ERWIN

ERWIN SAHAT SAHAT HAMONANGAN HAMONANGAN SIREGAR SIREGAR 070100093070100093

PEMBIMBING: dr. SYAHRIAL R. ANAS, MHA PEMBIMBING: dr. SYAHRIAL R. ANAS, MHA

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU

KEDOKTERAN PENCEGAHAN / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS KEDOKTERAN PENCEGAHAN / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012 2012

(2)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga maka

segala berkat dan karunia-Nya sehingga maka lah dengan judul “Manajemenlah dengan judul “Manajemen Kesehatan pada Demam Berdarah

Kesehatan pada Demam Berdarah” ini dapat diselesaikan. Tujuan penulisan” ini dapat diselesaikan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai manajemen meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai manajemen kesehatan pada demam berdarah yang berlandaskan pada teori yang ada.

kesehatan pada demam berdarah yang berlandaskan pada teori yang ada.

Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Syahrial R. Anas, MHA selaku pembimbing penulisan terima kasih kepada dr. Syahrial R. Anas, MHA selaku pembimbing penulisan makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh dokter makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

segala bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi pengalaman penulis. Oleh karena itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan makalah ini.

sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat Akhirnya penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

bagi kita semua.

Medan, September 2012 Medan, September 2012

Penulis Penulis

(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN ... 11 1.1.

1.1. LATAR LATAR BELAKANG ...BELAKANG ... 1... 1 1.2.

1.2. TUJUAN TUJUAN ... ... 22 1.3.

1.3. MANFAAT MANFAAT ... 2... 2 BAB II

BAB II PEMBAHASANPEMBAHASAN... 33 2.1.

2.1. DEMAM DEMAM BERDARAH BERDARAH DENGUE DENGUE (DBD) ...(DBD) ... ... 33 2.1.1.

2.1.1. DEFENISI DEFENISI ... 3... 3 2.1.1.

2.1.1. ETIOLOGI ETIOLOGI ... 3... 3 2.1.1.

2.1.1. CARA CARA PENULARAN ...PENULARAN ... 3.. 3 2.1.1.

2.1.1. EPIDEMIOLOGI EPIDEMIOLOGI ... ... 44 2.1.1.

2.1.1. PATOGENESIPATOGENESIS S ... ... 44 2.1.1.

2.1.1. STRATEGI STRATEGI PENGOBATAN ...PENGOBATAN ... ... 55 2.2.

2.2. MANAJEMEN MANAJEMEN KESEHATAN ...KESEHATAN ... ... 66 2.3.

2.3. MANAJEMEN MANAJEMEN KESEHATAN PADA KESEHATAN PADA DEMAM DEMAM BERDARAH BERDARAH ... ... 66 BAB III KESIMPULAN

BAB III KESIMPULAN... 1111 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap

kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnyaorang agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini ditandai dengan adanya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini ditandai dengan adanya perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. (Direktorat Kesehatan pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. (Direktorat Kesehatan dan Gizi

dan Gizi MasyarakaMasyarakat, 2006)t, 2006)

Di masa yang akan datang, pembangunan kesehatan akan menghadapi Di masa yang akan datang, pembangunan kesehatan akan menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang cukup berat. Jika dibandingkan berbagai permasalahan dan tantangan yang cukup berat. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, status kesehatan masyaraka

dengan negara-negara ASEAN, status kesehatan masyarakat Indonesia masih t Indonesia masih jauhjauh tertinggal. (Direktorat Kesehatan dan Gizi

tertinggal. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)Masyarakat, 2006)

Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia saat ini bersamaan dengan mulai meningkatnya masalah penyakit tidak  Indonesia saat ini bersamaan dengan mulai meningkatnya masalah penyakit tidak  menular. Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia menular. Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia dan menimbulkan dampak ssosial maupun ekonomi adalah Demam Berdarah dan menimbulkan dampak ssosial maupun ekonomi adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD sudah berulang kali menimbulkan Kejadian Luar Dengue (DBD). Penyakit DBD sudah berulang kali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai kematian yang banyak. Penyakit yang ditularkan melalui Biasa (KLB) disertai kematian yang banyak. Penyakit yang ditularkan melalui nyamuk 

nyamuk  Aedes  Aedes aegyptiaegypti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan,ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan, iklim, demografi, sosial ekonomi, dan perilaku. (Direktorat Kesehatan dan Gizi iklim, demografi, sosial ekonomi, dan perilaku. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Masyarakat, 2006)

Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Sampai Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Sampai dengan akhir tahun 2008 juga belum ditemukan obat yang secara efektif dapat dengan akhir tahun 2008 juga belum ditemukan obat yang secara efektif dapat mengobati penyakit DBD. (Depkes RI, 2010)

(5)

Pemerintah telah berusaha membina peran serta masyarakat melalui Pemerintah telah berusaha membina peran serta masyarakat melalui berbagai kelompok kerja dalam pemberantasan DBD berupa gerakan berbagai kelompok kerja dalam pemberantasan DBD berupa gerakan pemberantasan sarang nyamuk yang diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992 pemberantasan sarang nyamuk yang diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992 dengan instrumen 3M (menguras, menutup, dan mengubur) tetapi tidak  dengan instrumen 3M (menguras, menutup, dan mengubur) tetapi tidak  menunjukkan hasil yang memuaskan. (Depkes RI,

menunjukkan hasil yang memuaskan. (Depkes RI, 2010)2010)

Oleh sebab itu, diperlukan suatu manajemen DBD untuk mencegah dan Oleh sebab itu, diperlukan suatu manajemen DBD untuk mencegah dan mengendalikan sumber penularan, agar tidak menjadi sumber infeksi dan mengendalikan sumber penularan, agar tidak menjadi sumber infeksi dan mencegah terjadinya KLB.

mencegah terjadinya KLB.

1.2. Tujuan 1.2. Tujuan

Makalah ini ditulis untuk

Makalah ini ditulis untuk memenuhi persyaratamemenuhi persyaratan kepaniteraan klinik seniorn kepaniteraan klinik senior di Departemen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran di Departemen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sumatera Utara.

1.3. Manfaat 1.3. Manfaat

Bagi penulis, penulisan makalah ini untuk menambah wawasan dan Bagi penulis, penulisan makalah ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu kesehatan masyarakat yang diperoleh semasa pengetahuan dalam penerapan ilmu kesehatan masyarakat yang diperoleh semasa perkuliahan.

(6)

BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN

2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1. Demam Berdarah Dengue (DBD) 2.1.1. Defenisi

2.1.1. Defenisi

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh virus Dengue dan dapat menimbulkan kematian berbahaya yang disebabkan oleh virus Dengue dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat oleh karena terjadinya perdarahan dan syok. (Direktorat dalam waktu singkat oleh karena terjadinya perdarahan dan syok. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

2.1.2. Etiologi 2.1.2. Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk  Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk  kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. (Depkes RI, 2007)

DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. (Depkes RI, 2007)

Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. (Depkes RI, 2007)

(Depkes RI, 2007)

2.1.3. Cara Penularan 2.1.3. Cara Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk 

kepada manusia melalui gigitan nyamuk  Aedes  Aedes aegyptiaegypti. Nyamuk tersebut dapat. Nyamuk tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang

(7)

biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk  Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk  menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam ti

sampai 5 hari setelah demam timbul. (Depkes RI, 2007)mbul. (Depkes RI, 2007)

2.1.4. Epidemiologi 2.1.4. Epidemiologi

Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah

Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalahsatu masalah kesehatan masyaraka

kesehatan masyarakat di t di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderungkasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas dimana telah terjadi peningkatan meningkat dan penyebarannya bertambah luas dimana telah terjadi peningkatan persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 persebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan 2009. Provinsi Maluku, dari tahun 2002 sampai tahun 2009 tidak ada laporan kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun kasus DBD. Selain itu terjadi juga peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. Kasus DBD 1968 hanya 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. Kasus DBD perkelompok umur dari tahun 1993 - 2009 terjadi pergeseran. Dari tahun 1993 perkelompok umur dari tahun 1993 - 2009 terjadi pergeseran. Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah kelompok umur < 15 tahun, tahun 1999 - 2009 kelompok umur terbesar kasus DBD cenderung < 15 tahun, tahun 1999 - 2009 kelompok umur terbesar kasus DBD cenderung  pada kelompok umur ≥

 pada kelompok umur ≥ 15 tahun.15 tahun. (Depkes RI, 2010)(Depkes RI, 2010)

Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk  Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk  sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya sejalan dengan semakin lancarnya hubungan transportasi serta tersebar luasnya virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. (Direktorat virus dengue dan nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

2.1.5. Patogenesis 2.1.5. Patogenesis

Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori Patogenesis DBD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary yang banyak dianut pada DBD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) atau

heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement hipotesis immune enhancement . Hipotesis ini. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko

(8)

berat yang lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada berat yang lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuhnsehingga akan bebas heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuhnsehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai Antibodi melakukan replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai Antibodi Dependent Enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi Dependent Enhancement (ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue

dan replikasi virus dengue di dalam sel di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadapmononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia, dan syok. (Depkes RI, 2010)

hipovolemia, dan syok. (Depkes RI, 2010)

2.1.6. Strategi Pengobatan 2.1.6. Strategi Pengobatan

Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan. Perembesan perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan. Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi dini terhadap adanya perembesan plasma danpenggantian cairan yang adekuat akan mencegah adanya perembesan plasma danpenggantian cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok, Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat peralihan dari fase terjadinya syok, Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat peralihan dari fase demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris) yang biasanya terjadi demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris) yang biasanya terjadi pada hari ketiga sampai kelima. Oleh karena itu pada periode kritis tersebut pada hari ketiga sampai kelima. Oleh karena itu pada periode kritis tersebut diperlukan peningkatan kewaspadaan. Adanya perembesan plasma danperdarahan diperlukan peningkatan kewaspadaan. Adanya perembesan plasma danperdarahan dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis danpemantauan kadar hematokrit dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis danpemantauan kadar hematokrit danjumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan danjumlah yang akan diberikan danjumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan danjumlah yang akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Pemberian cairan plasma, pengganti merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Pemberian cairan plasma, pengganti plasma, tranfusi darah, dan obat-obat lain dilakukan atas indikasi yang tepat. plasma, tranfusi darah, dan obat-obat lain dilakukan atas indikasi yang tepat. (Depkes RI, 2007)

(9)

2.2. Manajemen Kesehatan 2.2. Manajemen Kesehatan

Menurut Notoatmodjo, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau Menurut Notoatmodjo, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para

suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan gunapetugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, manajemen kesehatan meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Herlambang, 2012)

adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Herlambang, 2012)

Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan, (Herlambang, 2012) :

kegiatan yang berkaitan dengan, (Herlambang, 2012) : a.

a. Manajemen sumber daya manusia.Manajemen sumber daya manusia. b.

b. Manajemen keuangan (mengurusiManajemen keuangan (mengurusi cash flowcash flow keuangan).keuangan). c.

c. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan).peralatan). d.

d. Manajemen pelayanan kesehaManajemen pelayanan kesehatan dan sistem tan dan sistem informasi manajemen (mengurusiinformasi manajemen (mengurusi pelayanan kesehatan).

pelayanan kesehatan).

2.3. Manajemen Kesehatan pada Demam Berdarah 2.3. Manajemen Kesehatan pada Demam Berdarah

Kebijakan dalam rangka penanggulangan menyebarnya DBD adalah Kebijakan dalam rangka penanggulangan menyebarnya DBD adalah (1)(1) peningkatan perilaku dalam hidup sehat

peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandiriian masyarakat terhadapdan kemandiriian masyarakat terhadap penyakit DBD, (2)

penyakit DBD, (2) meningkatkan perlindungameningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadapn kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD, (3) meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program penyakit DBD, (3) meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pemberantasan DBD, dan (4) memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas pemberantasan DBD, dan (4) memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.

program. (Direktorat Kesehatan dan Gizi (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)Masyarakat, 2006)

Strategi dalam pelaksanaan kebijakan di atas dilakukan melalui, Strategi dalam pelaksanaan kebijakan di atas dilakukan melalui, (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006):

(Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006):

 Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat

Meningkatny

Meningkatnya peran a peran aktif masyarakat dalam aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulanganpencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan salah satu kunci

penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya pemberantasankeberhasilan upaya pemberantasan penyakit DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif

penyakit DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, makamasyarakat, maka upaya-upaya KIE,

upaya-upaya KIE, social marketingsocial marketing, advokasi, dan berbagai upaya penyuluhan, advokasi, dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan

kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan berkesinambberkesinambungan melaluiungan melalui berbagai media massa dan sarana.

(10)

 PeningkataPeningkatan kemitraan berwawasan bebas dari n kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBDpenyakit DBD

Upaya pemberantasan penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sector Upaya pemberantasan penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sector kesehatan saja, peran sektor terkait pemberantasan penyakit DBD sangat kesehatan saja, peran sektor terkait pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan

menentukan. Oleh s. Oleh sebab itu, maka iebab itu, maka identifikasidentifikasi stakeholdersstakeholders baik sebagai mitrabaik sebagai mitra maupun pelaku potensial, merupakan langkah awal dalam menggalang, maupun pelaku potensial, merupakan langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan. Jaringan kemitraan meningkatkan dan mewujudkan kemitraan. Jaringan kemitraan diselenggarakan melalui pertemuan berkala, guna memadukan berbagai diselenggarakan melalui pertemuan berkala, guna memadukan berbagai sumber daya yang tersedia di masing-masing mitra. Pertemuan berkala sejak  sumber daya yang tersedia di masing-masing mitra. Pertemuan berkala sejak  dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan, pemantauan dan penilaian.

 PeningkataPeningkatan n profesionalisme pengelola programprofesionalisme pengelola program

SDM yang terampil dan menguasai IPTEK merupakan salah satu unsur SDM yang terampil dan menguasai IPTEK merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan program P2 DBD. Pengetahuan mengenai penting dalam pelaksanaan program P2 DBD. Pengetahuan mengenai Bionomik vektor, virologi dan faktor-faktor perubahan iklim, tata laksana Bionomik vektor, virologi dan faktor-faktor perubahan iklim, tata laksana kasus harus dikuasai karena hal-hal tersebut merupakan landasan dalam kasus harus dikuasai karena hal-hal tersebut merupakan landasan dalam penyususnan kebijaksanaan program P2 DBD

penyususnan kebijaksanaan program P2 DBD

 DesentralisasiDesentralisasi

Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelola kepada kabupaten/kota. Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelola kepada kabupaten/kota. Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia kecuali di daerah Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia kecuali di daerah yang di atas 1000 m diatas permukaan air laut. Angka kesakitan penyakit ini yang di atas 1000 m diatas permukaan air laut. Angka kesakitan penyakit ini bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain, dikarenakan perbedaan bervariasi antara satu wilayah dengan wilayah lain, dikarenakan perbedaan situasi dan kondisi wilayah.

situasi dan kondisi wilayah.

 Pembangunan berwawasan kesehatan lingkunganPembangunan berwawasan kesehatan lingkungan

Meningkatnya mutu lingkungan hidup dapat mengurangi angka kesakitan Meningkatnya mutu lingkungan hidup dapat mengurangi angka kesakitan penyakit DBD karena di tempat-tempat penampungan air bersih dapat penyakit DBD karena di tempat-tempat penampungan air bersih dapat dibersihkan setiap minggu

dibersihkan setiap minggu secara berkesinambungan, sehingga populasi vectorsecara berkesinambungan, sehingga populasi vector sebagai penular penyakit DBD dapat berkurang. Orientasi, sosialisasi, dan sebagai penular penyakit DBD dapat berkurang. Orientasi, sosialisasi, dan berbagai kegiatan KIE kepada semua pihak yang terkait perlu dilaksanakan berbagai kegiatan KIE kepada semua pihak yang terkait perlu dilaksanakan agar semuanya dapat memahami peran lingkungan dalam pemberantasan agar semuanya dapat memahami peran lingkungan dalam pemberantasan penyakit DBD.

(11)

Pokok-pokok program pemberantasan DBD mencakup (1)

Pokok-pokok program pemberantasan DBD mencakup (1) KewaspadaaKewaspadaann dini DBD, (2) Pemberantasan vektor melalui PSN dengan cara 3M Plus, dan dini DBD, (2) Pemberantasan vektor melalui PSN dengan cara 3M Plus, dan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali, (3)

pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali, (3) BulanBulan Bakti gerakan ”3M”, (4) Penanggulang

Bakti gerakan ”3M”, (4) Penanggulangan kasus, dimana Puskesmas melakukanan kasus, dimana Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk mengurangi persebaran lebih luas dan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk mengurangi persebaran lebih luas dan tindakan yang lebih tepat, (5) Penanggulangan KLB, (6) Peningkatan tindakan yang lebih tepat, (5) Penanggulangan KLB, (6) Peningkatan profesionalisme SDM, (7) Pendekatan Peran Serta Masyarakat dann PSN DBD, profesionalisme SDM, (7) Pendekatan Peran Serta Masyarakat dann PSN DBD, (8) Penelitian. (Direktorat Kesehatan dan Gizi

(8) Penelitian. (Direktorat Kesehatan dan Gizi MasyarakaMasyarakat, 2006)t, 2006)

Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindaklanjuti dengan Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindaklanjuti dengan kegiatan Penyelidikan Epidemiologis (PE) dan Penanggulangan Fokus sehingga kegiatan Penyelidikan Epidemiologis (PE) dan Penanggulangan Fokus sehingga kemungkinan penyebarluasan DBD dapat dibatasi dan KLB dapat dicegah. kemungkinan penyebarluasan DBD dapat dibatasi dan KLB dapat dicegah. Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan DBD sangat

Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan DBD sangat diperlukandiperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberantasan maupun dalam memberantas jentik nyamuk penularnya. pemberantasan maupun dalam memberantas jentik nyamuk penularnya. (Direktorat Kesehatan dan Gizi

(Direktorat Kesehatan dan Gizi MasyarakaMasyarakat, 2006)t, 2006)

 Penyelidikan Epidemiolegis (PE) adalah kegiatan pencarian penderita atauPenyelidikan Epidemiolegis (PE) adalah kegiatan pencarian penderita atau

tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 m. Tujuannya adalah tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 m. Tujuannya adalah untuk mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan untuk mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggu

penanggulangan yang perlu dilakukan di langan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat penderita. PEwilayah sekitar tempat penderita. PE  juga

 juga dilakukan dilakukan untuk untuk mengetahui mengetahui adanya adanya penderita penderita dan dan tersangka tersangka DBDDBD lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD, dan lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD, dan menentukan jenis tindakan (penanggulangan fokus)

menentukan jenis tindakan (penanggulangan fokus) yang akan dilakukan.yang akan dilakukan.

 Penanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBDPenanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD

yang dilaksanakan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk  yang dilaksanakan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk  Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), larvasidasi, penyuluhan, dan Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), larvasidasi, penyuluhan, dan pengasapan menggunakan insektisisda sesuai kriteria. Tujuannya adalah pengasapan menggunakan insektisisda sesuai kriteria. Tujuannya adalah membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat membatasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di lokasi tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya serta tempat-tempat tinggal penderita DBD dan rumah/bangunan sekitarnya serta tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut.

(12)

 Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah upaya penanggulanganPenanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah upaya penanggulangan

yang meliputi pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular yang meliputi pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular DBD, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi/penilaian penanggulangan DBD, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi/penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB. Tujuannya adalah yang dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB. Tujuannya adalah membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak  membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak  meluas ke wilayah lainnya. Penilaian

meluas ke wilayah lainnya. Penilaian PenanggulangaPenanggulangan KLB n KLB meliputi penilaianmeliputi penilaian operasiona

operasional dan l dan penilaian epidemiologi. Penilaian operasional ditujukan untuk penilaian epidemiologi. Penilaian operasional ditujukan untuk  mengetahui persentase pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. mengetahui persentase pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan melalui kunjungan rumah secara acak dan Penilaian ini dilakukan melalui kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi, dan penyuluhan. wilayah yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi, dan penyuluhan. Sedangka

Sedangkan penilaian n penilaian epidemiologi ditujukan untuk mengetahui dampak epidemiologi ditujukan untuk mengetahui dampak upayaupaya penanggulangan terhadap jumlah penderita dan kematian DBD dengan cara penanggulangan terhadap jumlah penderita dan kematian DBD dengan cara membandingkan data kasus/kematian DBD sebelum dan sesudah membandingkan data kasus/kematian DBD sebelum dan sesudah penanggulangan KLB.

penanggulangan KLB.

 Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) adalahPemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) adalah

kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD di kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD di tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuannya adalah mengendalikan tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuannya adalah mengendalikan populasi nyamuk sehingga penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi. populasi nyamuk sehingga penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan ”3M”, yaitu (1) m

atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan ”3M”, yaitu (1) m engurasenguras dan menyikat tempat-trempat penampungan air, (2) menutup rapat-arapat dan menyikat tempat-trempat penampungan air, (2) menutup rapat-arapat tempat penampungan air, dan (3) mengubur atau menyingkirkan tempat penampungan air, dan (3) mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

barang bekas yang dapat menampung air hujan.

 Pemeriksaan Pemeriksaan Jentik Jentik Berkala Berkala adalah adalah pemeriksaan pemeriksaan tempat-tempattempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik). petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik (jumantik). Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD termasuk memotivasi keluarga/masyaraka

termasuk memotivasi keluarga/masyarakat dalam t dalam melaksanakamelaksanakan PSN n PSN DBD.DBD. Masyarakat juga berperan dalam upaya pemberantasan vektor yang Masyarakat juga berperan dalam upaya pemberantasan vektor yang merupakan upaya paling penting untuk memutuskan rantai penularan dalam

(13)

rangka mencegah dan memberantas penyakit DBD muncul di masa yang akan rangka mencegah dan memberantas penyakit DBD muncul di masa yang akan datang. Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakat datang. Dalam upaya pemberantasan vektor tersebut antara lain masyarakat berperan secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan berperan secara aktif dalam pemantauan jentik berkala dan melakukan gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Seperti diketahui

serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Seperti diketahui nyamuk Aedesnyamuk Aedes aegipty

aegipty adalah nyamuk domestik yang hidup sangat adalah nyamuk domestik yang hidup sangat dekat dengan pemukimandekat dengan pemukiman penduduk sehingga upaya pemberantasan dan pencegahan penyebaran penyakit penduduk sehingga upaya pemberantasan dan pencegahan penyebaran penyakit DBD adalah upaya yang diarahkan untuk menghilangkan tempat perindukan DBD adalah upaya yang diarahkan untuk menghilangkan tempat perindukan (breeding places) nyamuk 

(breeding places) nyamuk  Aedes aegypti Aedes aegypti yang ada dalam lingkungan permukimanyang ada dalam lingkungan permukiman penduduk. Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M Plus, yaitu menguras penduduk. Dengan demikian gerakan PSN dengan 3M Plus, yaitu menguras tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau menaburinya tempat-tempat penampungan air minimal seminggu sekali atau menaburinya dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk 

dengan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk  Aedes  Aedes aegyptiaegypti, menutup, menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk 

rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk   Aedes  Aedes aegyptiaegypti tidak bisatidak bisa bertelur di t

bertelur di tempat itu, mempat itu, mengubur/membuengubur/membuang pada tempatnya barang-barang bekasang pada tempatnya barang-barang bekas seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan. (Direktorat seperti ban bekas, kaleng bekas yang dapat menampung air hujan. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Masyarakat juga melakukan upaya mencegah gigitan nyamuk dengan Masyarakat juga melakukan upaya mencegah gigitan nyamuk dengan menggunaka

menggunakan obat n obat gosok antinyamuk, tidur dengan kelambu, menyemprot rumahgosok antinyamuk, tidur dengan kelambu, menyemprot rumah dengan obat nyamuk yang tersedia luas di pasaran. Hal sederhana lainnya yang dengan obat nyamuk yang tersedia luas di pasaran. Hal sederhana lainnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah menata gantungan baju dengan baik agar tidak  dilakukan oleh masyarakat adalah menata gantungan baju dengan baik agar tidak  menjadi tempat hinggap dan istirahat nyamuk 

menjadi tempat hinggap dan istirahat nyamuk   Aedes  Aedes aegyptiaegypti. (Direktorat. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan Pemberantasan DBD akan berhasil dengan baik jika upaya PSN dengan 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa gerakan serentak, 3M Plus dilakukan secara sistematis, terus-menerus berupa gerakan serentak, sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah sehingga dapat mengubah perilaku masyarakat dan lingkungannya ke arah perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup perilaku dan lingkungan yang bersih dan sehat, tidak kondusif untuk hidup nyamuk 

nyamuk  Aedes aegy Aedes aegyptipti. (Direktorat Kesehatan dan Gizi . (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)Masyarakat, 2006)

Berbagai gerakan yang pernah ada di masyarakat seperti, Gerakan Jumat Berbagai gerakan yang pernah ada di masyarakat seperti, Gerakan Jumat Bersih (GJB), Adipura, dan gerakan-lainnya dapat dihidupkan kembali untuk  Bersih (GJB), Adipura, dan gerakan-lainnya dapat dihidupkan kembali untuk  membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jika ini dilakukan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jika ini dilakukan maka selain penyakit DBD maka penyakit-penyakit lain

maka selain penyakit DBD maka penyakit-penyakit lain yang berbasis lingkunganyang berbasis lingkungan ikut terberantas. (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

(14)

BAB III BAB III KESIMPULAN KESIMPULAN

Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan Demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengendalian DBD yang utama adalah

masyarakat di Indonesia. Pengendalian DBD yang utama adalah dengan memutusdengan memutus rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena sampai saat ini rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena sampai saat ini vaksin dan obatnya belum ada. Vektor DBD yaitu nyamuk 

vaksin dan obatnya belum ada. Vektor DBD yaitu nyamuk  Aedes  Aedes aegyptiaegypti dandan  Aedes

 Aedes albopictusalbopictus pengendaliannya tidak mungkin berhasil dengan baik kalaupengendaliannya tidak mungkin berhasil dengan baik kalau hanya dilakukan oleh sektor kesehatan, karena berbasis lingkungan dan nyamuk  hanya dilakukan oleh sektor kesehatan, karena berbasis lingkungan dan nyamuk  berkembang biak di wilayah permukiman penduduk.

berkembang biak di wilayah permukiman penduduk.

Untuk mencegah resistensi dan efektifitas, maka penggunaan insektisida Untuk mencegah resistensi dan efektifitas, maka penggunaan insektisida harus selektif, tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu, tepat cakupan. Peran serta harus selektif, tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu, tepat cakupan. Peran serta masyarakat dan lintas sektor terkait harus ditingkatkan secara berkesinambungan masyarakat dan lintas sektor terkait harus ditingkatkan secara berkesinambungan melalui penyuluhan dan promosi

melalui penyuluhan dan promosi kesehatakesehatan untuk n untuk mengendamengendalikan sumber likan sumber nyamuk nyamuk  melalui 3M plus dan

melalui 3M plus dan PSN terpadu. Untuk meningkatkan daya ungkit pengendalianPSN terpadu. Untuk meningkatkan daya ungkit pengendalian DBD akan terlaksana dengan baik kalau digerakkan oleh Kementrian Dalam DBD akan terlaksana dengan baik kalau digerakkan oleh Kementrian Dalam Negeri termasuk pemerintah daerah di semua tingkat administrasi dan dukungan Negeri termasuk pemerintah daerah di semua tingkat administrasi dan dukungan dukungan teknik dari sektor

(15)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi : Demam Departemen Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi : Demam

Berdarah Dengue

Berdarah Dengue

www.depke

www.depkes.go.id/downloads/ps.go.id/downloads/publikasi/.../BULETIN%ublikasi/.../BULETIN%20DBD.pdf 20DBD.pdf 

[accessed 5

[accessed 5ththSeptember 2012]September 2012]  Departemen

 Departemen Kesehatan Kesehatan RI. RI. 2007. 2007. Tatalaksana Tatalaksana DBD. DBD. Available Available from:from: www.depke

www.depkes.go.id/downloads/Tas.go.id/downloads/Tata%20Laksata%20Laksana%20DBD.pdf na%20DBD.pdf  [accessed[accessed 5

5thth September 2012]September 2012]  Direktorat

 Direktorat Kesehatan Kesehatan Dan Dan Gizi Gizi MasyarakaMasyarakat. t. 2006. 2006. Kajian Kajian KebijakanKebijakan Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular Studi Kasus DBD.

Penanggulangan (Wabah) Penyakit Menular Studi Kasus DBD.

Herlambang, S., Murwani, A., 2012. Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Herlambang, S., Murwani, A., 2012. Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit. Ed.Ed.

1. Yogyakarta : Gosyen Publishing, 39-40. 1. Yogyakarta : Gosyen Publishing, 39-40.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perilaku PSN (3M plus) dan kemampuan mengamati jentik dengan kejadian DBD di Kelurahan Tembalang

area melalui kegiatan penyuluhan DBD, Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), dan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) oleh kader kesehatan. Tujuan

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan yang bertujuan mengetahui domain perilaku pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD (3M

Gambaran pelaksanaan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M oleh keluarga dalam pencegahan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) oleh keluarga di Dusun Jeruk

Upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (gerakan 3M Plus

Dalam hal pemberantasan vektor, langkah kegiatannya meliputi Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan cara 3 M Plus dan pemeriksaan

Tujuan umum penelitian diketahui hubungan kebiasaan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan kebiasaan melakukan pencegahan gigitan nyamuk dengan kejadian DBD di

Kegiatan PKM dengan tema “Penyuluhan Kepada Masyarakat Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Melalui PSN-3M Plus Di Desa Bontoala Kecamatan Pallangga Kabupaten