• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. No title of nobility shall be granted by the United States. Kalimat"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“No title of nobility shall be granted by the United States.” Kalimat tersebut terdapat dalam Konstitusi Amerika Serikat yang artinya “Tidak ada gelar kebangsawanan yang bisa diberikan di Amerika Serikat”. Larangan tersebut telah lama digaungkan di AS oleh para founding father dengan tujuan mendirikan negara baru yang bebas dari unsur kebangsawanan. Sekitar dua abad lalu, klausa tersebut dibuat untuk menjauhkan masyarakat AS dari berbagai hal yang berkaitan dengan aristokrasi.

Namun, sejak hal tersebut diberlakukan, masyarakat Amerika telah memilih political nobility dalam memilih perwakilan mereka di parlemen (Hess, 1966). Mereka telah lama memberikan suara dalam perwakilan di Kongres maupun presiden kepada anggota keluarga klan tertentu. Keluarga Adam, John Adam dan John Quincy Adam, adalah contoh dinasti keluarga yang menduduki jabatan kepresidenan pada awal sejarah Amerika. Dan klan Bush, George H W Bush serta anaknya George W Bush yang keduanya terpilih menjadi presiden merupakan contoh dinasti politik Amerika pada era modern.

Adanya political nobility tersebut sangat menarik mengingat Amerika Serikat sendiri adalah negara yang sangat menjunjung tinggi demokrasi. Setiap warga negara Amerika mempunyai hak dan posisi yang sama dalam ranah politik. Mereka berhak untuk mencalonkan diri serta berhak dipilih menjadi senator

(2)

2

ataupun presiden tanpa mempertimbangkan latar belakang keluarga mereka. Amerika Serikat yang selalu dikaitkan dengan demokrasi dan equality serta dikenal tidak bersahabat dengan aristokrasi secara ironis mempunyai sejarah panjang dinasti politik dalam pemerintahannya. Dan dinasti politik tersebut masih ada hingga saat ini.

Sejak Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya, lebih dari dua abad lalu, mereka telah mengemukakan bahwa siapapun bisa menjadi presiden AS. Memang ada beberapa presiden Amerika yang memiliki latar belakang sebagai rakyat biasa, seperti Andrew Johnson yang seorang penjahit, dan Abraham Lincoln yang seorang penjaga toko. Namun, dinasti keluarga dalam politik terdapat pula di Amerika, misalnya dua klan John Adam, tiga klan Adlai Stevenson, dan tentunya klan Kennedy (Davis, 1984).

Dari generasi ke generasi, Amerika memang mengusung kepemimpinan pemerintahan dari klan tertentu. Ada banyak klan di Amerika yang merupakan dinasti politik, antara lain keluarga Adam, Roosevelt, Taft, Kennedy dan Bush. Dinasti tersebut sangat berpengaruh dan sangat disegani oleh masyarakat Amerika. Diantara banyak dinasti politik di AS, klan Kennedy lah yang paling berpengaruh dan paling banyak dibicarakan oleh masyarakat Amerika bahkan dunia.

Klan Kennedy adalah keturunan Katolik Irlandia pertama yang sangat kaya dan disegani di Amerika. Mereka merupakan keluarga yang patut diperhitungkan dalam ranah politik Amerika. Lebih dari empat anggota keluarga Kennedy menduduki jabatan penting di AS, tiga diantaranya menduduki jabatan

(3)

3

di Kongres AS dalam satu generasi, dan dua anggota keluarganya berada di Kongres dalam waktu yang bersamaan (Hess, 1966). Selain itu, keluarga Kennedy juga menduduki posisi penting dalam pemerintahan AS pada tahun 1970-an, yaitu terpilihnya Robert F Kennedy sebagai jaksa agung dan kesuksesan John F Kennedy menjadi presiden. Pada Januari 2013, Joseph Patrick Kennedy III, cucu tertua Robert Francis Kennedy, dilantik menjadi anggota Kongres AS bidang urusan luar negeri dan ilmu pengetahuan & teknologi, serta pada November 2013, Caroline Kennedy, putri pertama John F. Kennedy juga terpilih menjadi Duta Besar Jepang untuk Amerika.

Hal yang berkaitan dengan keluarga Kennedy memang sangat menarik untuk diteliti, termasuk mengenai skandal serta kontroversinya. Keluarga elit Kennedy sendiri merupakan salah satu dinasti politik pertama di era modern di Amerika yang berhasil bertahan hingga saat ini. Keterlibatan mereka di ranah politik merupakan suatu yang direncanakan secara matang dan terorganisir dan belum pernah dilakukan oleh keluarga elit sebelumnya.

Pentingnya penelitian ini adalah ingin menunjukkan bahwa di dalam negara adidaya Amerika Serikat yang menyebut dirinya negara paling demokratis sekalipun masih terdapat praktek dinasti politik sering dikaitkan dengan nepotisme. Social driver dari pemilih untuk menentukan kandidat perwakilan mereka di parlemen tidak semata-mata didasari oleh rasionalitas namun karena kecintaan mereka terhadap figur tertentu. Disamping itu, jika berhubungan tentang keluarga Kennedy, mereka bukan merupakan WASP (White Anglo Saxon Protestan) yang notabene mayoritas penduduk Amerika. Klan Kennedy adalah

(4)

4

keturunan Irlandia yang juga beragama Katolik yang merupakan salah satu etnis minoritas di AS. Dan John F Kennedy yang merupakan satu-satunya keluarga Kennedy yang menjadi presiden adalah presiden pertama yang beragama Katolik.

Berkenaan dengan hal di atas, maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji dinasti Kennedy yang berhubungan dengan kesuksesan mereka dalam dunia politik di Amerika. Untuk mengetahui bagaimana keluarga ini bisa sukses mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika, mendorong dilakukannya penelitian ini yang mengambil judul “Dinasti Politik di Amerika: Studi Kasus Dinasti Politik Keluarga Kennedy”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah:

1. Apa peran pemerintahan Kennedy dalam politik Amerika?

2. Bagaimana upaya yang dilakukan keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat?

1.3. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan dari penelitian ini yang berdasarkan rumusan masalah, yaitu:

1. Mengetahui peran pemerintahan Kennedy untuk Amerika Serikat.

2. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat.

(5)

5 1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan:

1. Menambah khasanah pengetahuan dan wawasan tentang peran keluarga Kennedy dalam dunia politik Amerika Serikat.

2. Memberikan pengetahuan mengenai upaya yang dilakukan keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat.

3. Dapat memberikan kontribusi sebagai sumber rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya sehingga dapat melengkapi penelitian dengan topik yang sama dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda.

1.5. Pendekatan Teoritis

Penelitian ini merupakan studi dalam kerangka ilmu American Studies yang menggunakan pendekatan interdisipliner. Interdisciplinary studies merupakan inti dari American Studies, seperti yang diungkapkan oleh Henry Nash Smith dalam esainya yang berjudul “Can American Studies Develop A Method?” Pengkajian Amerika yang interdisipliner dapat digunakan berbagai pendekatan seperti pendekatan historis, politik serta budaya. Pengkajian Amerika memang tidak hanya berisi topik disiplin tunggal, namun melibatkan banyak disiplin ilmu dalam satu entitas. Budaya, sejarah, sastra, ekonomi, sosiologi, politik dan disiplin ilmu lainnya dapat menjadi materi penelitian dalam pengkajian Amerika. Pendekatan kajian ini muncul bukan sebagai disiplin, tetapi sebagai wadah bertemunya berbagai disiplin ilmu sehingga peneliti dapat menggunakan ilmu pengkajian Amerika untuk menggabungkan dan menganalisis berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia dengan menggunakan karakter American

(6)

6

Studies, yaitu pendekatan interdisipliner. Dengan menggunakan kerangka ilmu Pengkajian Amerika sebagai ruang lingkup penelitian, maka tidak ada batasan dalam suatu diskusi mengingat ruang lingkup ilmu ini sangatlah luas (McDowell, 1948, p. 10). Hal ini berarti bahwa terdapat adanya upaya yang berkelanjutan untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, seperti sejarah, sosiologi, sastra, antropologi, ekonomi, politik, dan disiplin lainnya sebagai satu kesatuan untuk memperdalam penelitian dalam lingkup American Studies. Oleh karena itu, dengan mengunakan pendekatan Pengkajian Amerika yang interdisipliner tersebut, peneliti dapat membahas hal-hal mengenai dinasti politik Kennedy di AS dari berbagai segi, seperti historis, politik maupun budaya. Dengan demikian pendekatan interdisciplinary studies sangat tepat digunakan dalam penelitian ini.

Untuk melengkapi hasil penelitian yang lebih komprehensif, maka pendekatan pengkajian amerika yang diperkenalkan oleh Tremaine McDowell juga akan digunakan. McDowell menyebut pengkajian amerika merupakan reconciliation of discipline dan reconciliation of tenses. Reconciliation of discipline dimaksudakan sebagai kajian yang menggabungkan antar beberapa disiplin sehingga membentuk penjelasan yang utuh. Dalam studi ini beberapa perspektif disiplin digunakan untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yaitu mengetahui kesuksesan dinasti politik keluarga Kennedy di Amerika. Sedangkan reconciliation of tenses dimaksudkan sebagai analisis masalah yang dilihat dari urutan waktu secara berkesinambungan.

Dalam konteks studi ini, fokus teori yang hendak digunakan penulis adalah budaya politik. Almond & Sidney (1990) mengartikan budaya politik

(7)

7

sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem dan aneka ragam bagiannya serta sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu. Menurut Sastroatmodjo (1995), budaya politik suatu bangsa merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Hal ini tidak lain adalah pola tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.

Budaya politik sebagaimana yang diuraikan oleh Almond (1990, hal. 14) mangacu pada orientasi politik, sikap terhadap sistem politik dan bagian-bagian yang lain serta sikap terhadap peranan kita sendiri dalam sistem tersebut, termasuk di dalamnya unsur-unsur identitas nasional, kesadaran kelas, motivasi untuk berpartisipasi dalam politik, efektifitas politik serta kepecayaan pada sistem politik dan pemerintahan. Dalam kaitannya dengan budaya politik Amerika, sistem terhadap sistem politik itu menunjuk pada hal-hal yang diinternalisasikan ke dalam kesadaran, perasaan dan evaluasi oleh masyarakatnya. Pernyataan ini menguatkan bahwa budaya politik suatu bangsa termasuk Amerika Serikat merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus yang mengarah pada tujuan politik diantara bangsa itu.

Dengan demikian konsep budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta yang paling penting sikap dan perilaku, termasuk perilaku memilih dan tingkat partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik negaranya. Selanjutnya Almond (p. 39-40) menjelaskan lebih jauh bahwa

(8)

8

kebudayaan politik suatu masyarakat dapat digolongkan berdasarkan sikap, nilai-nilai, informasi dan kecakapan yang dimiliki oleh warga negaranya.

Pertama adalah golongan masyarakat yang termasuk pada kategori budaya politik dan partisipan. Golongan masyarakat yang berbudaya politik partisipan ini adalah orang-orang yang melibatkan diri dalam kegiatan politik, paling tidak dalam memberikan suara (voting) dan memperoleh informasi cukup banyak tentang kehidupan politiknya. Model budaya politik partisipan ini hampir identik atau sering ditemukan dalam masyarakat industri yang demokratis.

Kedua, mereka yang dikategorikan memiliki budaya politik subyek. Golongan ini adalah orang-orang yang secara pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik ataupun memberikan suara dalam pemilihan. Model kedua ini umumnya terdapat dalam sistem masyarakat yang sistem politiknya otoriter atau tidak demokratis.

Ketiga adalah mereka yang dikategorikan sebagai golongan yang memiliki budaya politik parokial, yaitu orang-orang yang sama sekali tidak menyadari atau mengabaikan adanya pemerintahan atau politik. Tipe budaya ini merupakan tipe budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran berpolitik, sekalipun ada yang menyerahkannya kepada pemimpin lokal atau suku, individu-individu dalam masyarakat kurang atau bahkan tidak melakukan aktifitas politik apapun, dengan kata lain masyarakatnya memiliki sifat dan sikap yang sempit yang dibatasi oleh pemikiran-pemikiran sempit.

(9)

9

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi budaya politik seseorang. Pertama adalah perasaan identitas nasionalnya, yaitu suatu sikap yang didasarkan atas pengakuan dan keyakinan bahwa ia seorang warga negara atau bagian dari bangsa dan negara dimana dia tinggal (p. 41). Semakin tinggi perasaan seperti itu semakin besar kemungkinan orang tersebut menganut budaya politik partisipan. Kedua adalah faktor kesadaran kelas. Faktor kesadaran dan identifikasi terhadap kelas sosialnya akan mempengaruhi perilaku politik seseorang, termasuk tingakat partisipasi politiknya (p. 41). Dalam konteks ini, sikap seseorang ditentukan dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan sikap kelompok atau kelasnya tersebut.

Motivasi untuk mencapai sesuatu melalui jalur politik juga dapat menentukan budaya politik seseorang, khususnya seberapa tinggi tingkat partisipasinya (ibid). Sikap dan kehendak untuk maju terus, memperoleh ketenaran dan kekuasaan serta kekayaan materi, misalnya, sering menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk ikut berpolitik.

Kemudian, budaya politik juga sudah tentu dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu seseorang, informasi yang diperoleh tentang kehidupan politik dan pemerintahannya serta keyakinan terhadap kebebasan dan persamaan serta keyakinan akan keefektifan sistem politik yang ada untuk mencapai tujuan seseorang (p. 42).

Dalam kaitannya dengan dinasti politik di Amerika, Rossi (2009) mengungkapkan bahwa dinasti politik hadir di seluruh dunia, bahkan di negara-negara demokratis. Keberadaan dinasti politik pada negara-negara-negara-negara demokratis seperti AS, tidak secara otomatis mencerminkan ketidaksempurnaan sistem

(10)

10

demokrasi dalam negara tersebut. Rossi mengemukakan adanya hubungan positif antara panjangnya masa jabatan anggota legislative dengan pendirian atau pembentukan sebuah dinasti politik di Kongres. Lebih lanjut, Rossi menunjukkan bahwa bertahannya elit politik dalam Kongres di Amerika meningkatkan kemungkinan seseorang memiliki kerabat di Kongres pada periode berikutnya. Hal ini disebabkan karena pengenalan nama keluarga dapat membentuk dinasti politik dalam suatu lembaga pemerintahan. Dalam pemilihan calon anggota Kongres, masyarakat Amerika mempunyai kecenderungan untuk memilih calon anggota yang nama keluarganya telah dikenal sebelumnya.

Clubok, Wilensky & Berghorn (1969) mengemukakan bahwa dinasti politik dalam konteks politik kontemporer muncul dalam berbagai bentuk, termasuk bentuk yang lebih halus dengan cara mendorong sanak saudara keluarga elit-elit lama untuk terus memegang kekuasaan yang diturunkan secara demokratis oleh para pendahulu mereka. Terdapat pula dalam bentuk dinasti politik yang disesuaikan dengan etika demokrasi modern, yaitu dengan cara mempersiapkan anggota keluarga yang bersangkutan dalam sistem pendidikan dan rekrutmen politik secara dini. Kemunculan anggota-anggota keluarga pada periode berikutnya seolah-olah bukan diakibatkan oleh karena faktor darah dan keluarga, melainkan karena faktor-faktor kepolitikan yang wajar dan rasional. Dinasti politik semacam ini masih sering terjadi di negara-negara demokratis seperti Amerika Serikat.

Sejalan dengan Clubok dkk, Querubin (2010) memaparkan bahwa anggota keluarga yang masih menjabat dalam pemerintahan aktif mempersiapkan anggota

(11)

11

keluarganya yang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin, namun belum dikenal publik. Hal ini merupakan salah satu strategi dinasti politik untuk mempertahankan kekuasaan dalam lingkup keluarga sendiri. Querubin juga memperlihatkan bahwa prevalensi politisi-politisi dinasti tidak hanya menunjukkan keberadaan keluarga yang berkuasa dalam perjalanan sejarah, tetapi sistem politik telah menciptakan keberlangsungan dinasti itu sendiri.

Lebih lanjut, dinasti politik muncul karena beberapa keluarga memiliki karakteristik tertentu, seperti ambisi untuk memperoleh kekuasan, sehingga memberikan keuntungan yang berkesinambungan kepada mereka dalam ranah politik. Serta, kekuasaan politik dan pengaruh ketenaran dapat diakumulasikan dan diwariskan kepada anggota keluarga dinasti politik (Dal Bo et al, 2009).

Disamping itu, terdapat hubungan antara budaya politik dengan media dalam dinasti politik. James W. Carey (1989) mengungkapkan bahwa melalui komunikasi media massa, setiap individu memiliki peluang untuk menerima pesan berupa nilai-nilai, orientasi atau hal lain yang serupa, yang memungkinkan efek dari interaksi tersebut bertemu satu dengan lainnnya membentuk pola-pola khusus yang mendukung terciptanya integrasi sosial. Pada dasarnya terdapat keuntungan ganda yang diperoleh melalui media massa. Charles R. Wright (1985) membagi fungsi media massa menjadi empat bagian. Pertama, sebagai fungsi pengawasan. Pengawasan yang dimaksud adalah media massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya yang mengancam kesejahteraan dan keselamatan kehidupan manusia di dunia. Kedua, fungsi interpretasi dan preskripsi dengan mencegah konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapakan dengan cara

(12)

12

membangun komunikasi melalui berita. Ketiga, fungsi transmisi budaya dan sosialisasi. Media massa dapat mewariskan nilai-nilai atau norma-norma suatu masyarakat. Keempat, fungsi penghibur. Fungsi penghibur media massa adalah dengan mengoptimalkan peran sebagai sarana untuk melepaskan diri dari perasaan tertekan, yang menimbulkan perasaan-perasaan tertentu seperti keceriaan dan percaya diri yang tinggi.

Selain beberapa manfaat media yang dikemukakan oleh Wright di atas, Almond mengemukakan manfaat lain. Menurut Almond (1990), media massa (surat kabar, radio, TV, majalah, dll) memegang peran penting untuk menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-bangsa merdeka. Selain sebagai penyampai informasi tentang peristiwa politik, media massa juga menyampaikan secara langsung atau tidak nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya. Karena itu media massa yang terkendali merupakan sarana kuat dalam membentuk keyakinan-keyakinan politik.

1.6. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif eksplanatif. Metode ini mencoba menganalisis dengan menjelaskan dan menguraikan informasi yang diperoleh secara non matematis mengenai upaya keluarga Kennedy dalam mempertahankan keberlangsungan dinasti politik mereka dengan didukung oleh teori budaya politik.

Disamping itu, penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research) yang menelaah buku-buku, jurnal ilmiah, surat kabar serta majalah

(13)

13

sebagai bahan bacaan. Begitu juga media massa populer seperti internet yang digunakan untuk mendukung penulisan studi.

1.7. Tinjauan Pustaka

Studi mengenai kesuksesan keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik di Amerika Serikat masih jarang atau mungkin belum pernah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelusuran di beberapa perpustakaan dan media internet, penulis tidak menemukan penelitian serupa, namun terdapat beberapa kajian yang relevan sebagai bahan pertimbangan penulis. Pertama adalah jurnal yang ditulis oleh Ernesto Dal Bo, Pedro Dal Bo dan Jason Snyder (2009) dengan judul Political Dynasties. Dalam jurnal ini, Dal Bo dkk menjelaskan penelitiannya yang dilakukan di Kongres Amerika mengenai terjadinya dinasti politik di negara tersebut. Temuan penelitian memperlihatkan bahwa calon pemimpin yang masih menjabat mempunyai peluang untuk menjadi pemimpin dengan periode yang lebih lama dan relatif memiliki kerabat di masa depan yang lebih banyak. Penelitian memperlihatkan secara substansial adanya perbedaan signifikan dari terbentuknya dinasti politik pada pemimpin yang hanya menjabat satu periode dengan pemimpin yang menjabat lebih lama.

Lebih jauh, analisis deskriptif pada penilitian ini memberikan konteks sejarah dan menyoroti mekanisme dibalik transisi kekuasaan dinasti politik. Temuan tersebut menunjukkan bahwa bertahannya seseorang atau keluarga dinasti dalam politik tidak didorong oleh pembentukan preferensi atau pengembangan kemampuan yang dihargai oleh para pemilih, melainkan pengenalan nama yang berperan penting disini.

(14)

14

Kajian lain yang dilakukan oleh Etha Pasan (2013) dengan judul Politik Dinasti dalam Pemilihan Presiden di Filipina di tahun 2001-2011 juga dijadikan penulis sebagai bahan pertimbangan. Dalam penelitian tesisnya, Pasan meganalisis politik dinasti yang berkembang di Filipina pada pemilihan presiden di tahun 2001-2011. Hasil studi tersebut memperlihatkan terdapat faktor-faktor yang mendukung terjadinya politik dinasti di Filipina pada pemilihan presiden tahun 2001-2011. Kondisi-kondisi sosial, seperti sistem sosial, keberadaan klan-klan dan budaya parochial, serta situasi dan kondisi ekonomi masyarakat Filipina yang sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan telah berkontribusi bagi keberlangsungan politik dinasti dalam pemilihan pemimpin khususnya pemilihan presiden di Filipina.

Selanjutnya, buku yang ditulis oleh David Burner (2008) yang berjudul John F. Kennedy and A New Generation. Dalam bukunya, Burner mengungkapkan berbagai kontroversi, keberhasilan serta kegagalan dalam kehidupan dan kepresidenan John F. Kennedy, juga diungkapkan bagaimana Kennedy membentuk kesadaran yang Burner sebut sebagai Amerika modern. Burner membahas tentang John F. Kennedy dari sisi sebagai seorang individu dan juga sebagai sosok pemimpin Amerika. Dalam hal ini dipaparkan mengenai perubahan-perubahan signifikan yang dilakukan oleh Kennedy berhubungan dengan politik dan sistem sosial di Amerika.

Kajian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan tiga hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas. Dalam tesis ini, penulis mempunyai fokus dan metode yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Fokus pada tesis ini

(15)

15

diarahkan pada upaya yang dilakukan oleh keluarga Kennedy dalam mempertahankan dinasti politik di Amerika Serikat. Peran keluarga Kennedy dalam politik di AS serta persepsi publik terhadap mereka juga akan dikaji. Selama ini keluarga Kennedy selalu menjadi sorotan para scholar yang ingin meneliti mengenai kepemimpinan serta skandal dan drama dari keluarga ini. Penelitian mengenai klan Kennedy yang berhubungan dengan kelanggengan dinasti politik mereka belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehubungan dengan itu, melalui kajian dan analisis secara kualitatif studi ini diharapkan dapat menjelaskan keberlangsungan dinasti politik keluarga Kennedy secara mendalam.

1.8. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini, maka ditetapkan ruang lingkup penelitian sebagai berikut: Materi yang diteliti adalah peran keluarga Kennedy dalam dunia politik di Amerika Serikat beserta upaya mereka dalam mempertahankan dinasti politiknya di Amerika Serikat.

1.9. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 Bab pembahasan, yang lebih jelasnya akan dipaparkan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang mengenai pentingnya penelitian tentang dinasti politik keluarga Kennedy, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan teoritis, metode penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

(16)

16

Bab II menjelaskan mengenai pengertian dan hal-hal yang berkaitan erat dengan dinasti politik di Amerika Serikat serta kecenderungan politik masyarakat Amerika yang menjadikan keberlangsungan dinasti politik di negara tersebut. Dalam bab ini juga akan disertakan pengertian dari dinasti politik yang akan digunakan sebagai penunjang penelitian ini.

Bab III membahas sejarah keluarga Kennedy, termasuk awal mula mereka masuk dalam ranah politik Amerika, serta peran penting anggota keluarga Kennedy pada saat di pemerintahan dalam dunia politik Amerika Serikat.

Bab IV merupakan pembahasan tentang upaya keluarga Kennedy mempertahankan dinasti politik mereka di Amerika Serikat yang didukung oleh beberapa faktor, termasuk peran media dalam mensukseskan keberlangsungan dinasti politik mereka. Penulis juga akan menyertakan penjelasan mengenai persepsi publik Amerika terhadap keluarga Kennedy.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Buatan Manusia: Sistem Buatan Manusia: sistem yang dirancang sistem yang dirancang olah manusia dengan melibatkan interaksi.. olah manusia dengan

Sehingga peningkatan pH tanah dan kesuburan tanah mineral, memang berasal dari abu sisa pembakaran tanah gambut yang menyebabkan hilangnya atau berkurangnya biomassa

penelitian ini data yang penulis dapatkan adalah proses produksi,.. flowchart, dan permasalahan yang terjadi

Pemakaian bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional sedangkan pemakaian bahasa Asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab karena

Pokok masalah penelitian ini adalah bagaimana analisis terhadap putusan pengadilan tata usaha negara tentang sengketa kepegawaian pada putusan

Peranan aparatur Puslitbang SDA menentukan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Masyarakat akan memberikan tanggapan-tanggapan atau persepsi baik buruknya

(c) The rate at which energy is leaving the cooker by mass is simply the product of the mass flow rate and the total energy of the exiting steam per unit mass,... Energy Analysis

Untuk melakukan audit yang baik, saya membutuhkan pengetahuan yang diperoleh dari tingkat pendidikan formal.. Selain pendidikan formal, untuk melakukan audit, saya tidak