DI HUTAN RAKYAT BERSERTIFIKAT SVLK (SISTEM VERIFIKASI
LEGALITAS KAYU)
Djoko Setyo Martono1) & Ardian Prima Atmaja2) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Madiun
2) Politeknik Negeri Madiun
E-mail : djokosetyo@unmer-madiun.ac.id
Abstract
The community forest plays an important role to reduce greenhouse gas emissions because forests can absorb carbon dioxide in the air which is then storing in the tree. Measurement of the amount of C stored in the body plant life (biomass) in a community forest can describe the amount of CO in the atmosphere is absorbed by plants. Research activities aimed to estimate how much carbon stocks in Jati trees in public forests certified SVLK (Timber Legality Verification System).The method used is the making of allometric equations by the method of logging of teak tree species The location of research conducted in the area of community forests managed by the Forest People’s Association business (PPHR) Lawu Lestari, district Panekan, Magetan. With an area of 192.16 hectares and spread over three (3) villages namely Ngiliran, Jabung and Bedagung and already getting sertivikat SVLK Certification Body PT SGS Indonesia on December 4, 2013. The amount of the percentage of biomass per tree parts from the greatest is the stem 47.54%, 30.73% Branches and twigs, roots 18.37% 3.35% last leaf. Model equation for estimating the amount of carbon content teak Y = 65,019 d2,370.
Keywords:
carbon content; teak; community forest; wood Legality PENDAHULUAN
Pengukuran jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu hutan rakyat dapat menggambarkan banyaknya CO di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran cadangan yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara tidak langsung menggambarkan CO yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran. Penyimpanan karbon pada
suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, karena biomasa pohon meningkat, atau dengan kata lain di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya bahan organik tanah di dalam tanah (Setiahadi et al, 2014). Untuk itu pengukuran banyaknya karbon yang disimpan dalam setiap pohon penyusun hutan rakyat perlu dilakukan.
Sistematika dari pohon jati adalah file:///D:/carbon/Klasifikasi%20Jati.htm
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona
Spesies : Tectona grandis L.f.
Jati adalah Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18–20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang. Tajuk pepohonan dalam hutan jati akan menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (polutan) dan cahaya yang berlebihan. Tajuk hutan itu pun melakukan proses fotosintesis yang menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan kembali oksigen dan uap air ke udara. Semua ini membantu menjaga kestabilan iklim di dalam dan sekitar hutan. Hutan jati pun ikut mendukung kesuburan tanah. Ini karena akar pepohonan dalam hutan jati tumbuh melebar dan mendalam. Pertumbuhan akar ini akan membantu menggemburkan tanah, sehingga memudahkan air dan udara masuk ke dalamnya. Tajuk (mahkota hijau) pepohonan dan tumbuhan bawah dalam hutan jati akan menghasilkan serasah, yaitu jatuhan ranting, buah, dan bunga dari tumbuhan yang menutupi permukaan tanah hutan. Serasah menjadi bahan dasar untuk menghasilkan humus tanah. Berbagai mikroorganisme hidup berlindung dan berkembang dalam serasah ini. Uniknya, mikroorganisme itu
juga yang akan memakan dan mengurai serasah menjadi humus tanah. Serasah pun membantu meredam entakan air hujan sehingga melindungi tanah dari erosi oleh air. file:///D:/carbon/Jati%20-%20Wikipedia%20 bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20 bebas.htm
Diunduh tanggal 19 Maret 2017 jam 19.30 WIB Hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungan yang pemilikannya berada pada rakyat. Menurut SK Menteri Kehutanan No.49/ Kpts-II/1997 tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis lainnya lebih dari 50 % dan atau tanaman sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar (Martono D 2016)
Menurut Simon 1998 dalam Martono D 2013, masalah yang dihadapi dalam pembangunan hutan adalah rendahnya produktifitas kawasan hutan dan adanya kemiskinan, karena kelebihan tenaga kerja di sub sistem sosial. Atas dasar masalah tersebut maka landasan filosofi yang menjadi pedoman untuk merumuskan pengolahan hutan di Jawa adalah meningkatkan produktifitas kawasan hutan ditinjau dari aspek hasil kayu untuk perum perhutani dan hasil non kayu untuk masyarakat di sekitar hutan maupun untuk menjaga kelestarian dan perlindungan alam serta lingkungan hidup.
Pembangunan hutan rakyat merupakan salah satu upaya yang digalakkan pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan ke-sejahteraan masyarakat yang berada di sekitar hutan. Simon 1998 dalam Martono D 2014, menyatakan bahwa hutan rakyat akan
memperluas kesempatan kerja bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar hutan dan di dalam hutan. Pembangunan hutan rakyat tersebut dapat melibatkan seluruh penduduk disekitarnya, sehingga akan memperoleh kesempatan memanfaatkan waktunya secara maksimal. Pembangunan hutan rakyat ini juga bertujuan untuk meningkatkan suplai bahan baku bagi keperluan industri dan masyarakat. Sasaran pembangunan hutan rakyat ini terbagi menjadi 3 sasaran fisik lingkungan hidup (enviroment), sasaran sosial ekonomi (prosperity) serta sasaran keamanan dan keutuhan hutan negara (security).
Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) merupakan sistem pelacakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran. SVLK merupakan upaya Indonesia dalam memberikan jaminan legalitas bahwa kayu dan produk kayu yang berasal dari Indonesia adalah bersumber dari bahan baku legal dan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari, maka untuk setiap produk kayu dimana bahan bakunya berasal dari impor juga harus berasal dari sumber yang legal dan diproduksi dengan tidak melanggar hukum di negara tempat asal pohon produk dipanen. http://silk.dephut.go.id/index.php/ info/svlk diunduh tanggal 2 mei 2016 jam 11.00 WIB.SILK (Sistem Informasi Legalitas Kayu)
Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur cadangan karbon dari pohon jati (Tectona grandis, L.f) dengan melakukan perusakan (metode destruktif) yang dilanjutkan dengan pembuatan rumus allometrik dari pohon jati yang merupakan pohon penyusun hutan rakyat pada hutan rakyat bersertifikat SVLK, khususnya di daerah penelitian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngiliran, Bedagung dan Jabung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Penelitian lapangan dilakukan selama 2 (dua) bulan.
Bahan dari penelitian ini adalah lahan milik rakyat yang merupakan anggota dari PPHR Lawu Lestari di Desa Ngiliran, Bedagung dan Jabung Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan.
Sedangkan Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah : Chainsaw, Cangkul, Pecok, Golok, Timbangan gantung, Timbangan OHaus, Pita meter, Tali plastik, Open, Kertas Pembungkus, Kamera dan Alat tulis.
Pembuatan persamaan allometrik di-lakukan dengan cara destructive yaitu melakukan penebangan pada pohon-pohon sampel terpilih dari 3 (tiga) desa yang me-rupakan desa dimana terdapat petani-petani hutan rakyat yang merupakan anggota dari PPHR Lawu Lestari. Sedangkan pohon yang ditebang adalah pohon jati dimana masing-masing desa ditebang sebanyak 10 (sepuluh) pohon, pelaksanaannya dengan memanen seluruh bagian tumbuhan termasuk akarnya, mengeringkannya dan menimbang berat basah maupun keringnya lalu dicari biomassanya.
Menurut Brown, 1997; Ketterings. 2001 dalam Yuniawati 2011 menyebutkan bahwa massa karbon dianggap sama dengan 50% biomassa atau faktor konversinya = 0,5 dalam menduga potensi massa karbon suatu tegakan tanpa memperhatikan jenis biomassa dan umur tegakan. Alur pelaksanaan penelitiannya seperti pada alur di bawah ini :
Gambar 1. Alur Penelitian metode destructive. Kadar karbon = Biomasa total x 0,5
Data kandungan karbon yang sudah didapatkan kemudian dibuat dalam suatu persamaan allometrik dengan model regresi. Pembuatan model regresi bertujuan untuk memperkirakan atau
menaksir besarnya efek kuantitatif dari satu parameter yang lain. Secara umum model regresi mempunyai bentuk persamaan regresi dan transformasinya disajikan pada tabel 1 sebagai berikut (Sulaiman, 2004) Tabel 1. Tabel Persamaan Regresi dan Transformasinya :
Bentuk Persamaan Bentuk Linier
Linear Y = a + bX Y = a + bX Qudratic Y = a + bX + cX2 Y = a + bX + cX2 Cubic Y = a + bX + cX2+ dX3 Y = a + bX + cX2+ dX3 Logarithm Y = a + b ln X Y = a + b ln X Inverse Y = a + b/X Y = a + b/X Compound Y = abx ln Y = ln a + X ln b Power Y = a Xb ln Y = ln a b ln X Sigmoid Y = e a + b/t ln Y = a + b/t Growth Y = e a + bx ln Y = a + bx Gambar 1. Alur Penelitian metode destructive. Kadar karbon = Biomasa total x 0,5
Data kandungan karbon yang sudah didapatkan kemudian dibuat dalam suatu persamaan allometrik dengan model regresi. Pembuatan model regresi bertujuan untuk
memperkirakan atau menaksir besarnya efek kuantitatif dari satu parameter yang lain. Secara umum model regresi mempunyai bentuk persamaan regresi dan transformasinya disajikan pada tabel 1 sebagai berikut (Sulaiman, 2004)
Tabel 1. Tabel Persamaan Regresi dan Transformasinya :
Bentuk Persamaan Bentuk Linier
Linear Y = a + bX Y = a + bX Qudratic Y = a + bX + cX2 Y = a + bX + cX2 Cubic Y = a + bX + cX2 + dX3 Y = a + bX + cX2 + dX3 Logarithm Y = a + b ln X Y = a + b ln X Inverse Y = a + b/X Y = a + b/X Compound Y = abx ln Y = ln a + X ln b Power Y = a Xb ln Y = ln a b ln X Sigmoid Y = e a + b/t ln Y = a + b/t Growth Y = e a + bx ln Y = a + bx Eksponensial Y = a (ebx ) ln Y = ln a + bx
Pemilihan model regresi didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2),
tertinggi serta jumlah kuadrat eror (residual sum of square) yang terkecil.Selain itu juga dilakukan pengujian model regresi dengan menggunakan uji varian (Anova) untuk mengetahui taraf signifikansi dari masing-masing persamaan yang dihasilkan.
Pengolahan data menggunakan SPSS Statistics 17.
HASIL DAN PEMBAHASAN.
Penghitungan Biomassa
Hasil perhitungan rata-rata biomassa pohon jati per bagian pohonnya seperti pada tabel 2. Dibawah ini :
Tabel 2. Hasil perhitungan rata-rata biomassa pohon jati per bagian pohon
No Pohon
Biomassa bagian
Daun Cabang dan
Ranting Akar Batang Total
gram Prosen gram Prosen gram Prosen gram Prosen gram Prosen
1. Jati 7181,9 3,35 65812,5 30,73 39349,2 18,37 101812,0 47,54 214155,6 100,00 Sumber : pengolahan data lapangan
Dari tabel 2 terlihat bahwa urutan biomassa yang paling besar pada bagian batang (101812 gram) hal ini sesuai dengan penelitian Martono D (2016) untuk jenis mahoni (Swietenia macrophylla, King) tetapi nilai biomassanya lebih besar yaitu sebesar 153235,5 gram, hal ini dikarenakan untuk
jenis mahoni mempunyai bebas cabang tinggi sedangkan untuk jenis jati yang
ditanam di lahan hutan rakyat cenderung membentuk cabang lebih rendah. Sedangkan untuk cabang dan ranting merupakan kebalikan dari bagian batang dikarenakan di jati bagian batang setelah bebas cabang masuk ke bagian cabang dan ranting.
Sedangkan sebaran prosentase biomassa per bagian pohon seperti pada diagram di bawah ini.
Eksponensial Y = a (ebx) ln Y = ln a + bx Logistic Y = ( 1/u + ab2)-1 ln (1/Y – 1/u) = ln a + ln b
Pemilihan model regresi didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2), tertinggi serta jumlah kuadrat eror (residual sum of
square) yang terkecil.Selain itu juga
dilakukan pengujian model regresi dengan menggunakan uji varian (Anova) untuk mengetahui taraf signifikansi dari masing-masing persamaan yang
dihasilkan. Pengolahan data menggunakan SPSS Statistics 17.
HASIL DAN PEMBAHASAN. Penghitungan Biomassa
Hasil perhitungan rata-rata biomassa pohon jati per bagian pohonnya seperti pada tabel 2. Dibawah ini :
Tabel 2. Hasil perhitungan rata-rata biomassa pohon jati per bagian pohon N
o Pohon
Biomassa bagian Daun Cabang dan
Ranting Akar Batang Total
gram Prosen gram Prosen gram Prosen gram Prosen gram Prosen
1
. Jati 7181,9 3,35 65812,5 30,73 39349,2 18,37 101812,0 47,54 214155,6 100,00 Sumber : pengolahan data lapangan
Dari tabel 2 terlihat bahwa urutan biomassa yang paling besar pada bagian batang (101812 gram) hal ini sesuai dengan penelitian Martono D (2016) untuk jenis mahoni (Swietenia
macrophylla, King) tetapi nilai
biomassanya lebih besar yaitu sebesar 153235,5 gram, hal ini dikarenakan untuk
jenis mahoni mempunyai bebas cabang tinggi sedangkan untuk jenis jati yang
ditanam di lahan hutan rakyat cenderung membentuk cabang lebih rendah. Sedangkan untuk cabang dan ranting merupakan kebalikan dari bagian batang dikarenakan di jati bagian batang setelah bebas cabang masuk ke bagian cabang dan ranting.
Sedangkan sebaran prosentase biomassa per bagian pohon seperti pada diagram di bawah ini.
Gambar 2. Sebaran Biomassa per Bagian Pohon Gambar 2. Sebaran Biomassa per Bagian Pohon
3,35 % 47,54 % 18,37 % 30,73 % Daun Batang Akar
Cabang & Ranting
Gambar 2
Sebaran Biomassa per Bagian Pohon
Berdasarkan gambar 2 diatas, terlihat bahwa bagian batang merupakan bagian yang mempunyai nilai prosentase biomassa paling tinggi (47,54 %), hal ini sesuai dengan penelitian dari Haygreen dan Bowyer (1989) bahwa bagian batang pohon utama umumnya memiliki zat penyusun kayu (jaringan xylem) lebih banyak dibandingkan bagian pohon lainnya (cabang dan ranting, tingginya kadar karbon pada batang disebabkan karbon merupakan unsur yang dominan dalam kayu. Kayu tersusun dari selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif yang sebagian besar tersusun dari unsur karbon. Urutan kedua bagian Cabang dan ranting (30,73 %), baru akar (18,37 %) dan terakhir daun (3,35 %) rendahnya kadar karbon pada daun disebabkan pada daun banyak terdapat jaringan bersifat parenkhim yang berdinding tipis dan penyusun dinding jaringan tersebut bukan hanya terdiri dari selulosa saja, tetapi juga bahan pektin dan lignin hampir tak ada. Lagi pula produk fotosintesis pada daun segera ditranslokasikan ke seluruh bagian pohon guna menjalani proses metabolisme lebih lanjut (asimilasi, biosintesis, dan sebagainya).
Sedangkan pada akar, selain terdapat jaringan xylem (kayu), juga banyak terdapat jaringan phloem dan parenkim. Baik jaringan phloem maupun parenkim tersebut memiliki dinding tipis dan lignin hampir tak ada (Holman and Robbin, 1973).
Pendugaan Kandungan Karbon
Hasil perhitungan biomassa dari masing-masing jenis pohon kemudian diduga berapa besar kandungan karbonnya menurut Brown, 1997; Ketterings. 2001 dalam Yuniawati 2011 yang menyebutkan bahwa massa karbon dianggap sama dengan 50% biomassa atau faktor konversinya = 0,5 dalam menduga potensi massa karbon suatu tegakan tanpa memperhatikan jenis biomassa dan umur tegakan. Hasil dari pendugaan karbonnya dibuat model persamaan allometrik dengan memakai SPSS statistics 17 dan dipilih model persamaan yang tepat didasarkan pada nilai R2 terbesar dan jumlah kuadrat error (residual
sum of square) paling kecil serta signifikan berdasarkan analisis varians (anova), maka model yang paling tepat untuk pohon jati adalah model Power dengan Y = 65,019 d
2,370, dimana nilai R2 = 0,989 dan SEE = 0,122.
Model ini nilainya lebih besar dari penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2013), dimana model persamaannya Y = 33 d 2,635 hal ini
disebabkan kandungan karbon dihitung hanya pada jumlah karbon di atas tanah saja untuk bagian akar tidak dimasukan.
Hubungan antara diameter setinggi dada (dbh) dengan kandungan karbon pohon jati dengan model persamaan Y = 65,019 d 2,370
disajikan pada gambar 3 di bawah ini
Gambar 3. Hubungan Diameter setinggi dada (dbh) dengan kandungan karbon pohon jati dengan model persamaan allometrik Y = 65,019 d2,370
KESIMPULAN
1. Rata-rata biomassa per bagian pohon mulai dari bagian terbesar adalah batang dengan persentase 47,54%, diikuti oleh cabang 30,73%, kemudian akar 18,37% dan terkecil daun sebesar 3,35%.
2. Model persamaan untuk memperkirakan kandungan karbon pohon jati adalah Y = 130,202 d 2,369
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2016 Wilkipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Jati. https://id.wikipedia.org/wiki/Jati
Diunduh tanggal 19 Maretl 2017 jam 19.30 WIB
BPKH Wilayah XI. 2009. Allometrik berbagai jenis pohon untuk menaksir kandungan biomassa dan
karbon di hutan rakyat. Kementrian Kehutanan. Jakarta.
Martono D, 2013, Kajian Potensi Milik Rakyat Dalam Menghasilkan Kayu di Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula. Madiun
..., 2014, Kajian Peranan Kayu Lahan Milik Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pengelolanya (Studi Kasus di Kecamatan Kare Kabupaten Madiun), Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula. Madiun
………., 2016. Estimasi Kandungan Karbon pohon Mahoni (Swietenia
macrophylla, King) Penyusun
Hutan Rakyat Bersertifikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) (Studi Kasus di PPHR Lawu Lestari Kecamatan Panekan Kabupaten Gambar 3. Hubungan Diameter setinggi
dada (dbh) dengan kandungan karbon pohon jati dengan model persamaan
allometrik Y = 65,019 d 2,370
KESIMPULAN
1. Rata-rata biomassa per bagian pohon mulai dari bagian terbesar adalah batang dengan persentase 47,54%, diikuti oleh cabang 30,73%, kemudian akar 18,37% dan terkecil daun sebesar 3,35%.
2. Model persamaan untuk memperkirakan kandungan karbon pohon jati adalah Y = 130,202 d 2,369
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2016 Wilkipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Jati. https:// id.wikipedia.org/wiki/Jati
Diunduh tanggal 19 Maretl 2017 jam 19.30 WIB
BPKH Wilayah XI. 2009. Allometrik berbagai jenis pohon untuk menaksir kandungan biomassa dan karbon di hutan rakyat. Kementrian Kehutanan. Jakarta.
Martono D, 2013, Kajian Potensi Milik Rakyat Dalam Menghasilkan Kayu di Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula. Madiun
..., 2014, Kajian Peranan Kayu Lahan Milik Rakyat Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pengelolanya (Studi Kasus di
Kecamatan Kare Kabupaten Madiun), Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula. Madiun
………., 2016. Estimasi Kandungan Karbon pohon Mahoni (Swietenia macrophylla, King) Penyusun Hutan Rakyat Bersertifikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) (Studi Kasus di PPHR Lawu Lestari Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan). Jurnal AGRI-TEK Volume 17 Nomor 2 September 2016 ISSN : 1411-5336. Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.
FWI, 2009. Pendugaan Potensi Karbon di Kawasan Hutan. Diunduh tanggal 12 April 2015, sumber http://fwi.or.id/ publik asi/penghitungan-potensi- karbon-di-kawasan-hutan-pengeloaan- oleh-masyarakat-secara-lestari-dan-berkelanjutan/
Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1989. Hasil hutan dan ilmu kayu. Suatu pengantar. GadjahMada University Press.Yogyakarta. Holman, R andW.W. Robbins. 1973. Elements
of botany. Fifth edition John Wiley and Sons,Inc.NewYork.Toronto. London
Ramawati (2013) Inventarisasi Biomassa dan Karbon Jati (Tectona grandis) di Hutan Rakyat dan Peluangnya dalam Perdagangan Karbon. Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rahayu S dan Hairiah K, 2007, Petunjuk praktis pengukuran karbon tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia Regional Office. Bogor. Setiahadi et al, 2014. Model Penghitungan
Cadangan Karbon(carbon Stock) Hutan Rakyat Bersertifikat SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) untuk Penyusunan PDD (Project Document Design) Tahun 1. Madiun
Subekti Rahayu et all, 2004, Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah Pada Berbagai Sistem Pengelolaan Lahan di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur. Diunduh tanggal 12 April 2015, sumber http://www.worldagroforestry. org/sea/Publications/files/book/BK0089-05/BK0089-05-2.pdf
Sulaiman, W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. ANDI. Yogayakarta
Yuniawati, Ahmad Budiaman dan Elias, 2011. Estimasi Potensi Biomasa Dan Massa Karbon Hutan Tanaman Acacia crassicarpa Di Lahan Gambut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 29 No. 4, Desember 2011: 343-355