• Tidak ada hasil yang ditemukan

batuan beku basa dan ultrabasa.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "batuan beku basa dan ultrabasa.doc"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Petrografi merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi. Petrografi ini juga merupakan tingkat lanjutan dari mata kuliah sebelumnya yaitu mineral optik. Dalam prakteknya, petrografi mengamati sayatan tipis batuan menggunakan mikroskop polarisasi. Jadi, pada dasarnya praktikum petrografi hampir sama dengan mineral optik, yang membedakan yaitu pada praktikum petrografi, mengamati keseluruhan mineral pada batuan yang nantinya dapat menentukan nama batuan tersebut. Sedangkan praktikum mineral optik hanya mendeskripsikan mineralnya saja.

Pada praktikum petrografi kali ini, merupakan tahap lanjutan dari praktikum sebelumnya, dimana pada praktikum ini akan lebih spesifik membahas mengenai cara mengetahui nama batuan beku basa dan batuan beku ultrabasa berdasarkan analisis petrografinya.

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Maksud dilakukan praktikum ini yaitu sebagai salah satu metode atau cara untuk membantu praktikan dalam menentukan nama batuan beku basa dan ultrabasa

1.2.2 Tujuan

Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu :

1. Praktikan dapat mengetahui cara menentukan nama batuan beku basa dan ultrabasa berdasarkan analisis petrografi.

2. Praktikan dapat menentukan presentase mineral pada suatu sayatan tipis batuan.

(2)

3. Praktikan dapat mengetahui tekstur batuan beku.

1.3 Alat dan Bahan 1.3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 1. Mikroskop polarisasi 2. Lap kasar 3. Lap halus 4. Penggaris 5. Penghapus 6. Pulpen 7. Pensil 8. Kertas A4

9. Buku penuntun praktikum 10. Buku Rocks and Mineral 11. Pensil warna, dan

12. LKP (Lembar Kerja Praktikum)

1.3.2 Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 1. Sampel sayatan tipis BB 05, BB 15, dan BB 08

1.4 Prosedur Kerja

Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan praktikum ini yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Melengkapi alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum kemudian menyiapkan alat – alatnya yang akan digunakan dalam praktikum. 2. Tahap Praktikum

Meletakkan sayatan tipis pada meja preparat kemudian menggunakan nikol sejajar dan nikol silang. Kemudian menentukan mineral – mineral yang

(3)

terdapat pada sayatan tipis batuan. Kemudian menentukan presentase mineral – mineral yang terkandung pada sayatan tipis batuan tersebut.

3. Tahap Pengerjaan Laporan

Membuat laporan setelah kegiatan praktikum selesai. Laporan pertama diasistensikan di laboratorium petrografi kemudian asistensi selanjutnya kepada asisten masing – masing kelompok.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bowen Reaction Series

Bowen menentukan bahwa mineral spesifik dari temperatur tertentu hasil pendinginan magma. Pada temperatur tinggi akan berasosiasi dengan magma mafik dan intermediet, secara umum kemajuan ini dibagi menjadi dua cabang. Cabang pertama Continuous menjelaskan mengenai evolusi plagioklas feldspar mulai dari yang kaya calsium (Ca) dan kaya sodium (Na).

(4)

Cabang berikutnya discontinuous mendeskripsikan formasi atau bentuk mineral mafik seperti olivine, pyroxene, amphibole dan bitotit mika. Hal aneh yang ditemukan pada Bowen adalah mengenai bagian discontinuous. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction Series.

Bowen’s Reaction Series merupakan urut-urutan pendinginan batuan beku.

Sedangkan batuan beku atau igneous rock itu sendiri adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava di permukaan bumi. Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500 – 2.500ºC dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku. Pada saat magma mengalami penurunan

(5)

suhu akibat perjalanan ke permukaan bumi, maka mineral – mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat (magma), oleh NL.

Temperatur tertentu magma dapat menghasilkan olivine, tetapi jika magma yang sama mengalami pendinginan lebih lanjut, olivine akan bereaksi dengan magma yang terbentuk terakhir, dan mengubah mineral selanjutnya pada seri tersebut dalam hal ini (pyroxene). Pendinginan lebih lanjut dan pyroxene berubah ke amphibole dan kemudian ke biotit.

Dari diagram di atas, sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, dan yang pertama kali terbentuk adalah olivin pada temperatur yang sangat tinggi (1.200ºC) dengan proporsi besi-magnesium dan silikon adalah 2:1 dan membentuk komposisi (Fe2Mg)2SiO4. Tetapi jika magma jenuh oleh SiO2, maka piroksen yang terbentuk pertama kali, dengan perbandingan antara besi-magnesium dengan silikon adalah 1:1 membentuk komposisi (MgFe)SiO3 pada temperatur yang lebih rendah.

Olivin dan piroksen merupakan pasangan Incongruent Melting, di mana setelah pembentukan, olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk adalah biotit. Karena terjadi demikian maka reaksi ini disebut dengan reaksi diskontinyu atau reaksi tidak menerus.

Seri berikutnya yang ada di sebelah kanan mewakili kelompok plagioklas karena didominasi atau hanya terdapat mineral plagioklas. Pada temperatur yang sangat tinggi (1.200ºC) yang mengkristal adalah plagioklas-Ca, di mana komposisinya didominasi oleh kalsium dan sebagian kecil silikon dan aluminium.

(6)

Pengkristalan selanjutnya yang berlangsung secara menerus, komposisi Ca akan semakin berkurang dan kandungan Na (sodium) akan semakin meningkat, sehingga pengkristalan terakhir adalah plagioklas-Na. Reaksi pada seri ini disebut seri kontinyu karena berlangsung secara terus menerus. Mineral mafik dan plagioklas bertemu pada mineral potasium feldspar dan menerus ke mineral yang stabil, yang tidak mudah terubah menjadi mineral lain pada temperatur sekitar 600ºC.

2.2 Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plugtonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

2.3 Batuan Beku Basa

Kenampakan dari batuan ini memperlihatkan warna terang atau keputihan, kadang merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butir halus-kasar, bahkan dapat menunjukkan butiran yang sangat halus mnyerupai kaca seperti obsidian, akibat pembekuan yang sangat cepat. Selain itu juga dapat ditemukan ukuran yang sangat kasar seperti pegmatit. Batuan beku asam dapat ditemukan dalam bentuk Batholith, Laccolith, Lapolith dan intrusi besar lainnya.

(7)

Batuan beku asam cenderung membentuk suatu tubuh intrusi yang besar karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa melalui celah-celah yang sempit dalam bentuk dyke atau sill. Ciri khas dari batuan beku asam adalah kelimpahan dari potash feldspar dibanding jenis plagioklas. Temperatur pembekuan batuan beku asam sekitar 800o C.

Kondisi ini kebanyakan tidak mampu melarutkan batuan sampingnya, sehingga tingkat proses asimilasi yang terjadi kecil. Sebaliknya banyak ditemukan xenolith-xenolith terutama pada tepi tubuh batuan beku luarnya. Yang termasuk batuan beku asam yaitu : Granit, Aplit, Pegmatit, Riolit, Obsidian, Pumis, Sienit Dan Trakit.

2.4 Batuan Beku Intermediet

Batuan beku Intermediet berwarna agak lebih gelap dari pada batuan beku asam yaitu abu-abu hingga abu-abu kehitaman . Mempunyai ukuran butir halus sampai kasar. Bentuk intrusi dari batuan beku inrtermedit ini kebanyakan termasuk Laccolith, Lapolith, Dtyke dan Sill. Bentuk-bentuk intrusi ini dikontrol oleh kekentalan magmanya yang menengah. Sebagian dapat melalui celah-celah yang agak sempit dalam bentuk dyke atau sill.

Komposisi jenis-jenis feldspar sudah mulai adanya perimbangan antara potash feldspar dan plagioklas. Temperatur pembekuan sekitar 900oC, proses asimilasi mulai nampak dan dapat ditemukan xenolith-xenolith sifatnya basa pada tepi tubuh intrusi atau pada batuan beku luarnya.

Berdasarkan perbandingan jenis-jenis feldsparnya, maka batuan beku Intermediet dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu :

(8)

 Batuan dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hampir sama; terdiri dari granodiorit – andamellit – monzonit dan latit – dasit.

 Batuan dengan komposisi plagioklas lebih dominan dari pada potash feldspar , terdiri dari : diorit – tonalit dan andesit – dasit.

Batuan beku Intermediet paling banyak memperlihatkan pelapukan spheroidal, karena banyak mengandung mineral feldspar. Lebih lagi apabila batuan ini telah mengalami kenaikan tekanan dan temperatur. Mineral-mineral felsdpar yang telah mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral-mineral kaolin. Baik gejala spheroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku Intermediet yang telah megalami pensesaran.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sampel 1

Nomor Peraga : BB 08 Nama : Dian Dwi P Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 311 Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan Beku

Tipe Stuktur (Type of Structure) : Massif Klasifikasi (Classification) : IUGS, 1967 Mikroskopis (Microscopic) :

Tidak berwarna - orange, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,16 mm – 2,5 mm, warna interferensi berwarna orange, tekstur ofitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, kuarsa, olivin dan ortoklas.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description) Komposisi Mineral

Compotition of Mineral AmountJumlah

(%)

Keterangan Optik mineral

(9)

Piroksin 28,33

Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,6 mm, warna interferensi orange, sudut gelapan 30o, jenis gelapan miring.

Plagioklas 41,67

Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas kuat, relief tinggi, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,24 mm, warna interferensi kecokelatan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.

Olivin 18,33

Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,8 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.

Kuarsa 6,67

Berwarna kuning, tidak ada pleokroisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi kecokelatan, sudut gelapan 22,5o, jenis gelapan miring.

Ortoklas 5

Tidak berwarna, tidak mempunyai pleokroisme, intensitas kuat, relief tinggi, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,26 mm, warna interferensi coklat tua, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris

Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel II diketahui bahwa komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin, ortoklas, dan kuarsa dengan persentase mineral sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%) Rata-Rata

(%) Piroksin 40 25 20 28,33 Plagioklas 40 40 45 41,67 Olivin 10 20 25 18,33 Kuarsa 5 10 5 6,67 Ortoklas 5 5 5 5

(10)

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah

Porfiri Gabro (Travis, 1955). Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku, karena terbentuk melalui proses pembekuan magma yang di awali oleh pergerakan magma menuju ke permukaan bumi oleh karena adanya tekanan dari dalam bumi. Seiring dengan perjalanannya, magma mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan pembentukan mineral – mineral penyusun batuan ini. Mineral yang pertama kali terbentuk yaitu plagioklas dengan suhu sekitar 1100 – 1200o C, menurut Bowen Reaction Series, kemudian magma mengalami penurunan temperatur sehingga terbentuk mineral piroksin dengan suhu sekitar 1000o – 1100o C, Hornblende dengan suhu 800o - 900o C,. Hadirnya massa dasar ( Glass ) dapat diakibatkan oleh proses pendinginan magma yang cepat.

(11)

3.2 Sampel 2

Nomor Peraga : BB 15 Nama : Dian Dwi P Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 311 Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan Beku

Tipe Stuktur (Type of Structure) : Massif

Klasifikasi (Classification) : R.B.Travis, 1955 Mikroskopis (Microscopic) :

Berwarna kuning kecokelatan, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,12 mm – 2 mm, warna interferensi berwarna merah kecokelatan, tekstur poikilitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, olivin dan kuarsa.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description) Komposisi Mineral

Compotition of Mineral AmountJumlah

(%)

Keterangan Optik mineral

Description of Optical Mineralogy

Piroksin 34

Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,8 mm, warna interferensi orange -hijau, sudut gelapan 35o, jenis gelapan miring.

Plagioklas 36.67

Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,3 mm, warna interferensi kuning, sudut gelapan 22,5o, jenis gelapan miring. Kebaran kalsbad

Olivin 23.33

Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 4,1 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 45o, jenis gelapan simetris.

Kuarsa 6

Berwarna kuning - orange, pleokrisme monokroik, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,5 mm, warna interferensi biru -ungu, sudut gelapan 42,5o, jenis gelapan miring.

Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel I diketahui bahwa komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin dan kuarsa dengan persentase mineral sebagai berikut:

(12)

Mineral I (%) II (%) III (%) Rata-Rata (%) Piroksin 25 32 45 34 Plagioklas 40 35 35 36,67 Olivin 30 25 15 23,33 Kuarsa 5 8 5 6

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah

Porfiri Gabro (Travis, 1955).

Batuan ini termasuk dalam jenis batuan beku, karena terbentuk melalui proses pembekuan magma yang di awali oleh pergerakan magma menuju ke permukaan bumi oleh karena adanya tekanan dari dalam bumi. Seiring dengan perjalanannya, magma mengalami penurunan temperatur yang menyebabkan pembentukan mineral – mineral penyusun batuan ini. Mineral yang pertama kali terbentuk yaitu plagioklas dengan suhu sekitar 1100 – 1200o C, menurut Bowen Reaction Series, kemudian magma mengalami penurunan temperatur sehingga terbentuk mineral piroksin dengan suhu sekitar 1000o – 1100o C, Hornblende dengan suhu 800o - 900o C,.

(13)

Hadirnya massa dasar ( Glass ) dapat diakibatkan oleh proses pendinginan magma yang cepat.

3.3 Sampel 3

Nomor Peraga : BB 05 Nama : Sandri Hidayat Acara : Batuan Beku Basa dan Ultrabasa NIM : D611 13 007 Tipe Batuan (Rock Type) : Batuan Beku

Tipe Stuktur (Type of Structure) : Massif

Klasifikasi (Classification) : R.B.Travis, 1955 Mikroskopis (Microscopic) :

Berwarna kuning kehijauan, bentuk mineral euhedral-subhedral, ukuran mineral 0,16 mm – 1,7 mm, warna interferensi berwarna hijau kecokelatan, tekstur ofitik dengan mineral terdiri dari piroksin, plagioklas, biotit, olivin dan massa dasar.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description) Komposisi Mineral

Compotition of Mineral AmountJumlah

(%)

Keterangan Optik mineral

Description of Optical Mineralogy

Piroksin 25

Berwarna transparan, pleokrisme monokroik, intensitas kuat, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,2 mm, warna interferensi orange, sudut gelapan 41,5o, jenis gelapan miring.

Plagioklas 8,33

Berwarna transparan, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,4 mm, warna interferensi putih kecokelatan, sudut gelapan 40o, jenis gelapan miring.

Olivin 50

Berwarna cokelat, tidak ada pleokrisme, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 1,4 mm, warna interferensi kehijauan, sudut gelapan 43,5o, jenis gelapan simetris.

Biotit 3,33

Berwarna kuning kecokelatan, pleokrisme monokroik, intensitas sedang, relief sedang, indeks bias nmin>ncb, ukuran mineral 0,6 mm, warna interferensi hijau kecokelatan, sudut gelapan 50o, jenis gelapan miring. Massa Dasar 13,34 Transparan pada nikol sejajar dan putih keabu-abuanpada nikol silang.

(14)

Berdasarkan pengamatan mineral pada sampel II diketahui bahwa komposisi mineral yang terdapat pada sampel batuan ini antara lain piroksin, plagioklas, olivin dan biotit dengan persentase mineral sebagai berikut:

Mineral I (%) II (%) III (%) Rata-Rata (%)

Olivin 60 40 50 50

Piroksin 20 30 25 25

Biotit 3 2 5 3,33

Plagioklas 7 8 10 8,33

Massa Dasar 10 20 10 13,34

Berdasarkan komposisi mineral yang ada, maka nama batuannya adalah

Porfiri Peridotit (Travis, 1955).

Batuan ini adalah batuan beku yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan atau kristalisasi magma. Batuan ini termasuk batuan beku dalam/intrusif ultrabasa yang terbentuk di bawah permukaan bumi yaitu pada bagian kerak samudera dan berasal dari magma yang bersifat ultrabasa sampai basa.

Peridotit biasanya dalam bentuk tubuh batuan beku dike atau sill, yang pendinginannya secara umum sangat lambat sehingga memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya namun ketika sudah mendekati permukaan secara perlahan suhu magma pun berkurang sehingga pendinginan terjadi relatif lebih cepat dari sebelumnya dan membentuk kristal-kristal yang kecil dan bentuknya tidak lagi sempurna dan batuan ini berstruktur pejal atau masif disebabkan

(15)

karena tidak mengalami gaya endogen yang mengakibatkan adanya retakan. Berdasakan pada tekstur batuan ini, maka dapat diketahui bahwa proses pembentukan batuan ini berlangsung lama.

Batuan ini biasa berasosiasi dengan Dunite, Harzburgite, Lherzolite dan Pyroxenite. Batuan ini merupakan batuan induk pembawa Nikel. Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan prakktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan pengamatan sayatan tipis batuan, dapat diketahui sampel BB. 15

dan BB. 08 merupakan batuan porfiri gabro dan sampel BB. 05 merupakan batuan porfiri peridotit. Penentuan nama batuan beku ini menggunakan klasifikasi travis, 1955.

2. Persentase mineral pada sampel BB 15 yaitu piroksin 34%, plagioklas 36,67%, olivin 23,33 %, dan kuarsa 6%, Persentase mineral pada sampel BB 08 yaitu piroksin 28,33 %, plagioklas, 41,67%, Olivin 18,33%, kuarsa 6,67% dan ortoklas 5%, dan Persentase mineral pada BB 05 yaitu piroksin 25%, olivine 50%, biotit 3,33%, plagioklas 8,33, dan massa dasar 13,34%

3. Tekstur yang ditemukan pada sampel sayatan tipis kali ini yaitu tekstur ofitik, dan tekstur poikilitik

(16)

4.2 Saran

4.2.1 Saran Untuk Laboratorium

Peralatan yang kurang memadai sebaiknya diganti dan yang masih bisa digunakan sebaiknya dijaga dan dipelihara dengan baik

4.2.1 Saran Untuk Asisten

Semoga asisten dapat lebih sabar dalam menghadapi praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Geografi.2012. Bowen Reaction Series.http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012 / 02/bowens-reaction-series.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.20 Wita

Graha, Doddy S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.

Jusri.2012. Batuan Beku. http://jus-jusri.blogspot.co.id/2012/07/batuan-beku-batuan beku-merupakan-batuan.html Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.30 Wita

Rizqi.2013. Batuan Beku. http://rizqigeos.blogspot.co.id/2013/04/batuan-beku_3785 html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pada pukul 04.00 Wita

Referensi

Dokumen terkait

Komposisi mineralogy dimana penyusunmineral utama adalah plagioklas dari jenis oligloklas – andesine dan homblende. Bia terdapat mineral augit memberikan arah bahwa batuan itu

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui

 Warna batu yang cerah atau terang maka komposisi mineralnya banyak didominasi oleh mineral mineral Felsic sehingga jenisnya dapat diprediksi kan sebagai batuan beku asam

Batuan beku intrusif terbentuk di dalam kerak bumi, sedangkan batuan beku ekstrusif terbentuk saat proses vulkanik yang mengeluarkan muntahan lava yang kemudian

Berdasarkan hasil pemetaan pada daerah penelitian ditemukan batuan beku ultrabasa dan batuan beku basa, satuan batuan ultrabasa pada pulau ini telah mengalami proses

Hasil analisis petrografi batuan beku Gunung Singa, Nanggung, Bo- gor, Jawa Barat, secara umum mem- perlihatkan tekstur porfiritik berbutir halus sampai

Berdasarkan kombinasi hasil analisis petrografi dan kimia batuan, secara umum batuan beku dari daerah studi dapat dibedakan atas empat kelompok batuan berdasarkan kandungan silikanya,

Laporan praktikum petrografi tentang batuan sedimen klastik dan non-klastik dari Universitas Diponegoro untuk analisis tekstur dan klasifikasi