Disusun Oleh :
Ridho Wicaksono 221.10.7012
LABORATORIUM MINERALOGI OPTIK DAN PETROGRAFI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS AKPRIND INDONESIA
2024
ii Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktikum Mineralogi Optik &
Petrografi Semester IV, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas AKPRIND Indonesia, Tahun Ajaran 2023/2024
Penyusun:
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Disetujui Oleh:
Asisten Praktikum Mineral Optik & Petrografi
1. Tiara Amalia 211.10.4026 (………)
2. Oan Marcello Lucas W. 191.10.1025 (………)
3. Persefaranda Andini Y. 211.10.1010 (………)
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Mineralogi Optik & Petrografi
Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T.
NIK. 16.0869.767 E
iii Rasa syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Laporan Praktikum Mineralogi & Petrografi penulis gunakan sebagai salah satu tanggung jawab, serta syarat untuk menempuh responsi selama mengikuti Praktikum Mineralogi & Petrografi bagi setiap Praktikan.
Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk pedoman kami juga dan sebagai literature dalam pembelajaran mata kuliah dan Praktikum Mineralogi & Petrografi, Universitas AKPRIND Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin mempersembahkan laporan ini sebagai bahan ungkapan terima kasih kepada:
1. Kepada Allah SWT. karena telah memberi kekuatan dan kesehatan dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Kepada Ir. Raditya Adzan Hidayah, S.T., M.Eng, sebagai dosen pengajar Mineralogi Optik & Petrografi yang telah membantu kami melalui pengajaran-pengajaran berupa penjelasan-penjelasannya.
3. Kepada Ir. Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T. sebagai kepala Laboratorium Mineralogi & Petrografi.
4. Kepada asisten dosen Mineralogi Optik & Petrografi yang telah membantu selama Praktikum Mineralogi Optik & Petrografi berlangsung.
5. Kepada kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberi dukungan dan bantuan baik secara materi maupun spiritual selama praktikum ini berlangsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Yogyakarta, 30 Mei 2024
Ridho Wicaksono
iv
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
PERTEMUAN 2 PENGENALAN BAGIAN MIKROSKOP ... 1
2.1 Pengertian Mikroskop Polarisasi ... 1
2.2 Bagian-bagian Mikroskop ... 1
2.3 Teknik Centering pada Mikroskop Polarisasi ... 3
DAFTAR PUSTAKA ... 5
LAMPIRAN PERTEMUAN 3 MINERAL OLIVINE DAN PIROKSEN ... 6
3.1 Pengertian Mineral Olivine ... 6
3.2 Sifat Optis Mineral Olivine ... 6
3.3 Contoh Deskripsi Mineral Olivine ... 7
3.4 Pengertian Mineral Piroksen ... 9
3.5 Sifat Optis Mineral Piroksen ... 10
3.6 Contoh Deskripsi Mineral Piroksen ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 12
LAMPIRAN PERTEMUAN 4 MINERAL AMPHIBOLE DAN BIOTIT ... 13
4.1 Pengertian Mineral Amphibole ... 13
4.2 Sifat Optis Mineral Amphibole ... 13
4.3 Contoh Deskripsi Mineral Amphibole ... 14
4.4 Pengertian Mineral Biotit ... 16
4.5 Sifat Optis Mineral Biotit ... 16
4.6 Contoh Deskripsi Mineral Biotit ... 17
DAFTAR PUSTAKA ... 18
LAMPIRAN PERTEMUAN 5 MINERAL FELDSPAR DAN PLASGIOKLAS ... 19
5.1 Pengertian Mineral Feldspar ... 19
5.2 Sifat Optis Mineral Feldspar ... 19
5.3 Contoh Deskripsi Mineral Feldspar ... 20
v
5.6 Contoh Deskripsi Mineral Plagioklas ... 22
DAFTAR PUSTAKA ... 23
LAMPIRAN PERTEMUAN 6 MINERAL KUARSA, KALSIT DAN DOLOMIT ... 24
6.1 Pengertian Mineral Kuarsa ... 24
6.2 Sifat Optis Mineral Kuarsa ... 25
6.3 Contoh Deskripsi Mineral Kuarsa ... 25
6.4 Pengertian Mineral Kalsit ... 26
6.5 Sifat Optis Mineral Kalsit ... 26
6.6 Contoh Deskripsi Mineral Kalsit ... 27
6.7 Pengertian Mineral Dolomit ... 28
6.8 Sifat Optis Mineral Dolomit ... 28
6.9 Contoh Deskripsi Mineral Dolomit ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
LAMPIRAN PERTEMUAN 7 BATUAN BEKU ... 31
7.1 Pengertian Batuan ... 31
7.2 Proses Pembekuan Batuan ... 31
7.3 Karakteristik Batuan ... 32
7.4 Contoh Pendeskripsian Batuan ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN PERTEMUAN 8 BATUAN PIROKLASTIK ... 35
8.1 Pengertian Batuan ... 35
8.2 Proses Pembentukan Batuan ... 35
8.3 Tekstur Batuan ... 36
8.4 Contoh Pendekripsian Batuan ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN PERTEMUAN 9 BATUAN SEDIMEN ... 40
9.1 Pengertian Batuan ... 40
9.2 Proses Pembentukan Batuan ... 40
vi
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN PERTEMUAN 10 BATUAN METAMORF ... 46
10.1 Pengertian Batuan ... 46
10.2 Struktur Batuan ... 46
10.3 Tekstur Batuan ... 49
10.4 Klasifikasi Batuan ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN
vii
Gambar 2.1 Macam-macam Mikroskop ... 1
Gambar 2.2 Mikroskop Petrografi Brunel SP75P ... 2
Gambar 2.3 Mikroskop Olympus POS ... 2
Gambar 2.4 Perbandingan kondisi sebelum dan setelah centering ... 3
Gambar 2.5 Ilustrasi proses centering ... 3
Gambar 3.1. Mineral Olivine, kiri PPL, kanan XPL ... 7
Gambar 3.2. Mineral Olivine, kiri PPL, kanan XPL ... 7
Gambar 3.3. Mineral Piroksen, kiri PPL, kanan XPL ... 10
Gambar 3.4. Mineral Piroksen, kiri PPL, kanan XPL ... 10
Gambar 4.1. Mineral Amphibole, kiri PPL, kanan XPL ... 14
Gambar 4.2. Mineral Amphibole, kiri PPL, kanan XPL ... 14
Gambar 5.1. Mineral Feldspar, kiri PPL, kanan XPL ... 20
Gambar 5.2. Mineral Feldspar, kiri PPL, kanan XPL ... 20
Gambar 5.3. Mineral Plagioklas, kiri PPL, kanan XPL ... 22
Gambar 5.4. Mineral Plagioklas, kiri PPL, kanan XPL ... 22
Gambar 6.1. Mineral Kuarsa ... 24
Gambar 6.2. Mineral Kuarsa, kiri PPL, kanan XPL ... 25
Gambar 6.3. Mineral Kalsit, kiri PPL, kanan XPL ... 27
Gambar 6.4. Mineral Dolomit, kiri PPL, kanan XPL ... 29
Gambar 7.1. Bowen’s Reaction Series ... 31
Gambar 7.2. Klasifikasi Batuan beku ... 33
Gambar 8.1 Jenis endapan batuan piroklastik ... 36
Gambar 8.2 Kenampakan Tekstur Volcanic Breccia pada Sayatan Tipis ... 36
Gambar 8.3 Kenampakan Tekstur Spherulites pada Sayatan Tipis ... 37
Gambar 8.4 Kenampakan Tekstur Vitrophyre pada Sayatan Tipis ... 37
Gambar 8.5 Kenampakan Tekstur Poorly-welded tuff pada Sayatan Tipis ... 37
Gambar 8.6 Kenampakan Tekstur Lightly-compacted tuff pada Sayatan Tipis ... 38
Gambar 9.1. Mekanisme pergerakan partikel dalam Fluida ... 41
Gambar 9.2. Komponen Penyusun Batuan Sedimen Non Karbonat ... 42
Gambar 9.3. Klasifikasi Sortasi Batuan Sedimen ... 43
Gambar 9.4. Klasifikasi Roundess Batuan Sedimen ... 43
Gambar 9.5. Porositas Batuan Sedimen ... 43
viii
Gambar 10.3. Contoh batuan Sekis dan Petrografinya ... 47
Gambar 10.4. Contoh batuan Gneiss dan Petrografinya ... 47
Gambar 10.5. Contoh batuan Granofelsnen dan Petrografinya ... 48
Gambar 10.6. Contoh batuan Hornfels dan Petrografinya ... 48
Gambar 10.7. Struktur batuan breksi kataklastik ... 49
Gambar 10.8. Struktur milonitik ... 49
Gambar 10.9. Tekstur pada batuan metamorf ... 50
ix
Tabel 3.1. Mineral yang termasuk kelompok olivine ... 6
Tabel 3.2. Sifat Optik Mineral Olivine ... 6
Tabel 3.3. Ciri optik pada mineral piroksen ... 9
Tabel 3.4. Sifat Optik Mineral Piroksen ... 10
Tabel 4.1. Ciri optik penting pada mineral kelompok amphibole ... 13
Tabel 4.2. Sifat Optik Mineral Olivine ... 13
Tabel 5.1. Mineral-mineral kelompok feldspar ... 19
Tabel 5.2. Sifat Optik Mineral Feldspar ... 19
Tabel 5.3. Mineral-mineral kelompok Plagioklas ... 21
Tabel 5.4. Sifat Optik Mineral Plagioklas ... 21
Tabel 6.1. Sifat Optik Mineral Kuarsa ... 25
Tabel 6.2 Sifat Optik Mineral Kalsit ... 26
Tabel 6.3 Sifat Optik Mineral Dolomit ... 28
Tabel 9.1. Skala Wentworth, 1922 ... 42
Tabel 10.1. Klasifikasi Batuan Metamorf Russel B. Travis, 1955 ... 50
Tabel 10.2. Klasifikasi Batuan Metamorf Walter T. Huang, 1962 ... 51
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB ) PENGENALAN BAGIAN MIKROSKOP
1 Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang berukuran kecil atau mikro, sehingga apabila benda-benda mikro tersebut dilihat menggunakan mikroskop akan terlihat besar. Dalam studi geologi, digunakan alatyang bernama “mikroskop polarisasi”. Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang menggunakan cahaya terpolarisasi untuk mengamati objek yang salah satunya merupakan sayatan tipis (thin section) batuan.
Mikroskop petrografis modern menggunakan pencahayaan dari lampu yang berada di bagian bawah mikroskop yang ditembakkan ke arah lensa objektif. Perbedaan mikroskop polarisasi dengan mikroskop lain adalah terdapat 2 metode pengamatan berupa pengamatan nikol sejajar (plane polarized light) dan pengamatan nikol bersilang (cross polarized light).
Gambar 2.1 Macam-macam Mikroskop (Sumber : Sutarto, 2019)
2.2 Bagian-bagian Mikroskop
Adapun bagian bagian mikroskop polarisasi sebagai berikut :
A. Eyepiece atau lensa okuler adalah penghubung lensa objektif dengan mata sehingga dapat melihat bayangan sayatan ataupun preparat di mikroskop dengan perbesaran 4 sampai dengan 25 kali.
B. Coarse focus : Untuk mengatur fokus secara cepat dengan menggerakkan tabung mikroskop naik dan turun secara cepat.
2 D. Tabung mikroskop : Untuk menghubungakan lensa objektif dan lensa okuler.
E. Meja preparasi/stage : Digunakan untuk meletakkan sayatan atau preparasi yang akan diamati dibawah mikroskop serta memutar sayatan agar pleokroisme dan gelapan mineral dapat diamati dibawah mikroskop.
F. Penjepit preparasi : Terletak di meja preparasi untuk menjepit sayatan atau preparasi agar tidak goyang sehingga mudah diamati.
G. Analisator dan Polarisator : Untuk menyaring sinar baik dalam posisi sejajar ataupun bersilang sehingga dapat digunakan untuk mengatur gelap terang dari sayatan/preparate.
H. Lensa objektif : Lensa yang digunakan untuk menentukan bayangan yang akan ditangkap oleh mata secara nyata terbalik dan diperbesar.Perbesaran dapat diatur 4x, 10x, dan bahkan 40x.
I. Ganggang Mikroskop : Bagian yang digunakan ketika mengangkat dan memindahkan mikroskop agar tidak terjatuh ataupun rusak.
J. Kondensor dan Diafragma : Mengatur intensitas cahaya yang masuk menuju filter polarisasi yang akan diteruskan ke meja preparasi.
K. Compensator piled : Kegunaannya adalah untuk menggerakkan analisator dan polarisator agar dapat membentuk sejajar atau bersilang.
L. Clamp screw : Sekrup yang digunakan untuk mengarahkan objek uji ketengah cross line pada saat melakukan centering.
Gambar 2.2 Mikroskop Petrografi Brunel SP75P
(Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id) Gambar 2.3 Mikroskop Olympus POS (Sumber: olympus-lifescience.com)
3 suatu titik pada medan pandang saat stage atau meja preparasi diputar. Teknik ini digunakan agar pada saat pengamatan suatu mineral dapat lebih mudah dan mineral tidak keluar medan pandang saat meja preparasi diputar sehingga memudahkan kita dalam mengamati sifat-sifat optis mineral. dan mineral tidak keluar medan pandang saat meja preparasi diputar sehingga memudahkan kita dalam mengamati sifat-sifat optis mineral.
Gambar 2.4 Perbandingan kondisi sebelum dan setelah centering
(Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id)
Cara melakukan centering :
Gambar 2.5 Ilustrasi proses centering (Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id)
4
5
https://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/01 -MODUL-ACARA-I-MINERALOGI-OPTIK.pdf
Olympus, 2023, Polarized Light Microscopy-Microscope Configuration, https://www.olympusglobal.com
Sutarto,. Dkk. 2019. Mineralogi optic. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”: Yogyakarta.
MINERAL OLIVINE DAN PIROKSEN
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB )
6 MINERAL OLIVINE
3.1 Pengertian Mineral Olivine
Mineral-mineral yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya adalah olivine, forsterit, fayalit dan monticelit, secara umum mempunyai karakteristik indek bias tinggi, relief tinggi, bias rangkap (BF) kuat, pecahan yang tidak teratur dan sudut optik (2V) yang besar. Yang paling khas dari kelompok ini adalah pecahannya. Kelompok ini hampir selalu menampakkan pecahan,dan memperlihatkan relief yang tinggi. Jadi mudah untuk membedakan dengan kelompok lain terutama mineral penyusun batuan beku. Hal lain yang perlu diperhatikan, pada mineral olivin sumbu kristalografi c berimpit dengan arah getar sinar Y, sehingga orientasi mineral ini kurang banyak membantu dalam pemerian. Olivin sangat umum hadir pada batuan beku basa, forsterit sering ditemukan pada batugamping yang telah mengalami metamorfosa dan metasomatosa (skarn) dan pada zona metamorfosa kontak. Fayalit ditemukan pada granit pegmatit, juga dalam beberapa urat-urat bijih. Monticellite adalah mineral metamorfosa kontak dan biasanya pada batugamping/ dolomit, tetapi kadang-kadang ditemukan juga pada batuan beku.
Tabel 3.1. Mineral yang termasuk kelompok olivine (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
3.2 Sifat Optik Mineral Olivine
Tabel 3.2. Sifat Optik Mineral Olivine (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Sifat Optik Mineral Olivine
Warna Tidak berwarna
Bentuk Kristal Anhedral dengan polygonal dan dalam phenochrist.
Relief Tinggi.
Pleokroism -
Indeks Bias n mineral > n balsam
Belahan Paralel yang tidak sempurna dengan (010), fracture yang tidak teratur umum.
Birefringence Kuat, teratas orde kedua.
Kembaran Kadang-kadang didapatkan.
Sudut pemadaman Paralel.
Orientasi optis Length-slow/length-fast
7
Gambar 3.1. Mineral Olivine, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
3.3 Contoh Deskripsi Mineral Olivine
Gambar 3.2. Mineral Olivine, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Warna : Tidak berwarna
Bentuk : Anhedral dengan polygonal dan dalam phenochrist.
Relief : Tinggi.
Pleokroisme : -
Indeks bias : n mineral > n balsam
Belahan : Paralel yang tidak sempurna dengan (010), fracture yang tidak teratur umum.
Birefrngence : Kuat, teratas orde kedua.
Kembaran : Kadang-kadang didapatkan.
Sudut pemadaman : Paralel.
Orientasi optis : Length-slow/length-fast.
Sumbu optis : Dua (Biaxial)
Tanda optis : Positip, juga negatip.
8 Catatan :
Mineral yang sering membuat kekeliruan dengan olivine adalah diopside, tetapi diopside mempunyai belahan yang baik, sudut pemadaman yang miring, dan kadangkadang birefringence lemah. Hyalosiderite adalah olivine yang kaya besi, kira-kira 50% dari Fe2SiO4.
Olivine teralterasi menjadikan antigorite dan magnetite sekunder di sepanjang fracture yang tidak teratur. Olivine mineral yang umum dalam batuan beku subsilicic seperti basalt.
9 MINERAL PIROKSEN
3.4 Pengertian Mineral Piroksen
Kelompok piroksen dibagi menjadi orthopiroksen (enstatit dan hypersten) dan klinopiroksen (augit, diopsit, pigeonit, aegirine, hedenbergite, jadeit, spodumen, aegirin-augit, wolastonit). Pada kelompok orthopiroksen memperlihatkan sudut pemadaman paralel, sedang klinopiroksen memperlihatkan sudut pemadaman miring (dalam sayatan tertentu bisa memperlihatkan sudut pemadaman paralel). Kadang-kadang kita kesulitan dalam membedakan individu spesies pada setiap kelompok mineral. Namun demikian dengan melihat ciri-ciri optis dan asosiasinya, kita akan bisa membedakannya. Untuk membedakan antara enstatit dan hypersten dilihat dari tanda optiknya. Hypersten tanda optiknya negatif sedang enstatit positif.
Sedangkan untuk membedakan setiap individu spesies dari klinopiroksen biasanya dengan sudut pemadaman, disamping dengan sifat optik lainnya, seperti warna.
Assosiasi mineral juga sangat penting dan sangat membantu didalam membedakan macam piroksen . Beberapa individu spesies akan hadir pada batuan tertentu dan akan hadir bersama mineral tertentu atau tidak mungkin hadir bersama mineral tertentu. Sebagai contoh adalah pada proses unmixing (solid solution tak sempurna), pigeonit akan tumbuh bersama dengan augit dan pigeonit akan berubah menjadi hypersten setelah mencapai titik inverse.
Dengan demikian dalam satu batuan tidak mungkin pigeonit hadir bersama hypersten.
Enstatite sering dijumpai intergrowth dengan monoclinic pyroxene. Enstatite dibedakan dari hyperstene dengan tidak adanya pleokroisme dan dari monoclinic pyroxene,dengan sudut pemadaman yang paralel. Enstatite teralterasi menjadi antigorite. Pseudomorph antigorite dari enstatite disebut bastite.
Tabel 3.3. Ciri optik pada mineral piroksen (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
10 3.5 Sifat Optik Mineral Piroksen
Tabel 3.4. Sifat Optik Mineral Piroksen (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Sifat Optik Mineral Piroksen
Warna Tidak berwarna atau netral.
Bentuk Kristal Anhedral
Relief Tinggi
Pleokroism Lemah
Indeks Bias N mineral > n balsam
Belahan Dalam dua arah (110) pada sudut 87° dan 93°
Birefringence Sedang, bervariasi dari yang terbawah sampai teratas orde kedua.
Kembaran Polisintetik.
Sudut pemadaman Bervariasi dari 22° sampai 45°.
Orientasi optis slower ray
Gambar 3.3. Mineral Piroksen, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
3.6 Contoh Deskripsi Mineral Piroksen
Gambar 3.4. Mineral Piroksen, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Warna : Netral sampai hijau muda atau merah muda.
Bentuk : Kristal subhedral prismatik.
Relief : Tinggi.
Pleokroisme : Lemah, kehijauan sampai kemerah muda-an.
Indeks bias : n mineral > n balsam
11 Belahan : Paralel dengan (110), (010) dan (100).
Birefringence : Agak lemah, kuning sampai merah orde pertama.
Kembaran : -
Sudut pemadaman : Paralel.
Orientasi optis : Lenght-slow.
Sumbu optis : Dua (biaxial).
Tanda optis : Negatip.
12
Referensi :
https://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/03-MODUL-A CARA-III-MINERALOGI-OPTIK.pdf. Diakses pada tanggal 17 Maret 2024 WIB.
https://www.academia.edu/19711769/SIFAT_OPTIK_MINERAL_DALAM_DERET_BOWE N_1. Diakses pada tanggal 17 Maret 2024 WIB.
Sutarto,. Dkk. 2019. Mineralogi optic. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Yogyakarta.
MINERAL AMPHIBOLE DAN BIOTIT
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB )
13 4.1 Pengertian Mineral Amphibole
Kelompok amphibole dibagi menjadi dua kelompok yaitu orthoamfibol dan klinoamfibol. Pada kelompok orthoamfibol memperlihatkan sudut pemadaman paralel, sedang klinoamfibol memperlihatkan sudut pemadaman miring (walaupun dalam sayatan tertentu bisa memperlihatkan sudut pemadaman paralel). Mineral dari kelompok amfibol mengkristal dalam sistem ortorombik, monoklin, dan triklin, namun kristal dari spesies yang berbeda sangat mirip dalam banyak hal . Sudut pembelahan prismatik amfibol adalah sekitar 56° dan 124°.
Untuk membedakan setiap individu spesies dari klino-amfibol biasanya dengan sudut pemadaman, disamping dengan sifat optik lainnya. Warna mineral, ternyata juga punya arti penting dalam menentukan individu spesies pada kelompok ini, karena ada mineral-mineral tertentu yang mempunyai warna khas misalnya hornblende (coklat-hijau ), gloukofan (biru- violet) dan lain-lain.
Tabel 4.1. Ciri optik penting pada mineral kelompok amphibole (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
4.2 Sifat Optik Mineral Amphibole
Tabel 4.2. Sifat Optik Mineral Amphibole (Sumber: Sutarto, dkk. 2019) Sifat Optik Mineral Amphibole
Warna Tidak berwarna sampai hijau muda
Bentuk Kristal Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous aggregate.
Relief Tinggi.
Pleokroism Lemah
Indeks Bias n mineral > n balsam
Belahan (110) dalam dua arah pada sudut 56°dan 124°. Paralel dengan panjang.
Birefringence Sedang sampai agak kuat, terbawah atau di tengah orde kedua
Kembaran Fine polisintetik
Sudut pemadaman Paralel, simetris.
Orientasi optis Length-slow
14
Gambar 4.1. Mineral Amphibole, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
4.3 Contoh Deskripsi Mineral Amphibol
Gambar 4.2. Mineral Amphibole, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Warna : Tidak berwarna sampai hijau muda
Bentuk : Kristal prismatik panjang dan columnar sampai fibrous aggregate subradier
Relief : Agak tinggi.
Pleokroisme : Lemah
Indeks bias : n mineral > n balsam
Belahan : (110) dalam dua arah pada sudut 56° dan 124°. Paralel dengan panjang.
Birefrngence : Sedang sampai agak kuat, terbawah atau di tengah orde kedua.
Kembaran : Fine polisintetik
Sudut pemadaman : Dalam sayatan longitudinal bervariasi dari 15° sampai 20°.
Orientasi optis : Length-slow Sumbu optis : Dua (Biaxial) Tanda optis : Positif
15 Cummingtonite kadang menyerupai grunerite, tetapi cummingtonite mempunyai sudut pemadaman yang lebih besar dan indeks bias yang lebih kecil, dan tanda optiknya yang positif.
Dibedakan dengan tremolit dari tanda optiknya yang positif, dan dibedakan dengan anthophyllite dari sudut pemadamannya yang miring. Sangat umum ditemukan pada batuan metamorf.
16
4.4 Pengertian Mineral Biotit
Mineral biotit adalah mineral filosilikat yang termasuk dalam grup mika. Biotit memiliki rumus kimia K(Mg,Fe)3AlSi3O10(OH)2. Mineral ini terutama terdiri dari endmember iron (annit), magnesium (plogopit), dan alumina (siderofilit). Biotit diberi nama oleh J.F.L.
Hausmann pada tahun 1847 untuk menghormati fisikawan Prancis Jean-Baptiste Biot, yang meneliti sifat optik dari mika dan menemukan banyak sifat-sifat optiknya.
Biotit adalah mineral silika berwarna hitam yang terbentuk dari kristalisasi magma pada suhu 800°C. Mineral ini dapat ditemukan dalam berbagai jenis batuan, termasuk batuan beku, sedimen, dan metamorf seperti gneiss dan schist. Biotit terbentuk melalui proses magmatisme, metamorfisme, atau hidrotermal.
4.5 Sifat Optik Mineral Biotit
A. Birefringensi: Biotit menunjukkan birefringensi, yaitu kemampuan cahaya untuk dipecah menjadi dua cahaya dengan indeks refraksi yang berbeda saat melewati mineral. Ini memungkinkan untuk mengidentifikasi biotit dalam potongan tipis di bawah mikroskop.
B. Pleochroism: Biotit juga menunjukkan pleochroism, yaitu perubahan warna saat dilihat dari berbagai sudut. Warna ini dapat bervariasi dari tidak ada warna (ekstinsin) hingga satu atau lebih warna yang jelas, tergantung pada orientasi mineral.
C. Indeks Refraksi (RI): Indeks refraksi biotit bervariasi tergantung pada jenis spesifik biotit dan komposisi kimianya. Ini adalah karakteristik penting dalam identifikasi mineral dan memahami perilaku cahaya saat melewati mineral.
Indeks Refraksi (RI): Indeks refraksi biotit bervariasi tergantung pada jenis spesifik biotit dan komposisi kimianya. Ini adalah karakteristik penting dalam identifikasi mineral dan memahami perilaku cahaya saat melewati mineral.
17 1. Warna : Putih keabuan
2. Bentuk : Euhedral 3. Relief : Kuat
4. Indeks Bias : Nm > Nk 5. Pecahan : Uneven 6. Belahan : 1 Arah
7. Pleokroisme : Nonpleokroisme
1. Sudut pemadaman : Miring 2. Birefringence : 0.007 3. Kembaran : -
4. Orientasi Optis : Lengt Fast 5. Ukuran : 0.33mm
6. Ciri Khusus : -
18 John Gustav Delly. THE MICHEL-LEVY INTERFERENCE COLOR CHART – MICROSCOPY’S MAGICAL COLOR KEY. (https://www.mccrone.com/mm/the- michel-levy-interference-color-chart/). Diakses pada tanggal 21 Maret 2024 Pukul 20.30 WIB.
Robert Hoffman. Michel-Levy Birefringence Chart. (https://www.olympus-lifescience.com/en /microscope-resource/primer/techniques/polarized/michel/). Diakses pada tanggal 21 Maret 2024 Pukul 20.30 WIB.
Sutarto,. Dkk. 2019. Mineralogi optic. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Yogyakarta.
Zulfani Nandya, 2015. MINERAL BIOTIT (https://www.academia.edu/14416591/Mineral_
Biotit) Diakses pada tanggal 21 Maret 2024 Pukul 20.30 WIB
18 Ridho Wicaksono
221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB ) MINERAL FELDSPAR DAN PLAGIOKLAS
19 5.1 Pengertian Mineral Feldspar
Feldspar terdiri dari dua kelompok, yaitu ; kelompok Feldspar alkali ( Ortoklas, Adularia, sanidin, Mikroklin, Anortoklas) dan kelompok plagioklas (Albit, Oligoklas, Andesin, Labradorit, Bytownit, Anortit).
Feldspar alkali pada batuan volkanik yang sering muncul adalah sanidin, sedangkan pada batuan plutonik adalah ortoklas. Mikroklin adalah kandungan umum pada pegmatit. Adularia bisa hadir pada suatu urat mineral. Secara optis ortoklas sering berkabut, sedangkan sanidin tampak cerah. Mikroklin dibedakan dari ortoklas dengan kembaran polisintetiknya.
Mikroklin sering hadir pada granit, syenit dan gneiss. Ortoklas kadang sering menyerupai kuarsa, tetapi ortoklas biaxial negatif sedangkan kuarsa uniaxial positif.
Adapun spesies dari kelompok plagioklas dapat dibedakan secara khusus dengan mencari komposisi " An "nya dengan mempergunakan beberapa metode plagioklas.
Tabel 5.1. Mineral-mineral kelompok feldspar (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Alkali Feldspar
Monoclinic Composition Orthoclase (KNa)AlSi3O8
Sanidine (KNa)AlSi3O8
Adularia (KNa)AlSi3O8
Triclinic
Microcline (KNa)AlSi3O8 Anorthoclase (KNa)AlSi3O8
5.2 Sifat Optik Mineral Feldspar
Tabel 5.2. Sifat Optik Mineral Feldspar (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Sifat Optik Mineral Feldspar
Warna Tidak berwarna
Bentuk Kristal Phenocryst, kristal subhedral
Relief Rendah
Pleokroism -
Indeks Bias n mineral < n balsam
Belahan Paralel yang sempurna dengan (001). paralel yang kurang sempurna dengan (010).
Birefringence Lemah, abu-abu dan putih orde pertama
Kembaran Polisintetik
Sudut pemadaman Paralel, simetris.
Orientasi optis Length-fast
20
Gambar 5.1. Mineral Feldspar, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
5.3 Contoh Deskripsi Mineral
Gambar 5.2. Mineral Feldspar, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Warna : Tidak berwarna
Bentuk : Kristal subhedral - anhedral
Relief : Rendah
Pleokroisme : -
Indeks bias : n mineral < n balsam
Belahan : Paralel yang sempurna dengan (001). Paralel yang kurang sempurna dengan (010), paralel yang tidak sempurna dengan (100) dan (110).
Birefringence : Lemah, abu-abu dan putih orde pertama.
Kembaran : Folisintetik Sudut pemadaman : Gelapan miring Orientasi optis : Length fast Sumbu optis : -
Tanda optis : Negatif
21 5.4 Pengertian Mineral Plagioklas
Mineral kelompok plagioklas adalah kelompok mineral yang mengandung Kalsium (Ca) maupun Natrium (Na). Mineral ini termasuk kedalam deret continuous series pada reaksi bowen yang terbentuk melalui proses “solid solution”. Anorthite merupakan kelompok pertama terbentuk pada suhu tinggi dan terdapat pada batuan beku basa. Kemudian terbentuk bytownite- labradorite-andesine pada suhu menengah dan terdapat pada batuan beku basa- intermediate. Sedangkan mineral kelompok plagioklas yang terbentuk terakhir yaitu oligoclase-albit pada batuan beku asam.
Tabel 5.3. Mineral-mineral kelompok Plagioklas (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Plagioclase
Triclinic Composition
Ab An
100 0
Albite
90 10
Oligoclase
70 30
Andesine
50 50
Labradorite
30 70
Bytownite
10 90
Anorthite
0 100
5.5 Sifat Optik Mineral Plagioklas
Tabel 5.4. Sifat Optik Mineral Plagioklas (Sumber: Sutarto, dkk. 2019) Sifat Optik Mineral Plagioklas
Warna Tidak berwarna
Bentuk Kristal Plate atau lath-shaped, jarang dalam pheonocryst
Relief Rendah
Pleokroism -
Indeks Bias n mineral < n balsam
Belahan (001) sempurna, (010) kurang sempurna dan (110) dan (110) tidak sempurna Birefringence kuning muda orde pertama.
Kembaran Polisintetik
Sudut pemadaman Sesuai dengan kembaran albite bervariasi dari 12° sampai 19 °, yang paralel dengan (001) = 3° - 5°, yang paralel dengan (010) = 15° - 20°.
Orientasi optis -
22
Gambar 5.3. Mineral Plagioklas, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
5.6 Contoh Deskripsi Mineral
Gambar 5.4. Mineral Plagioklas, kiri PPL, kanan XPL
(Sumber: Union College Geology Department, www.Minerva.union.edu.)
Warna : Colorless
Bentuk : Euhedral-anhedral
Relief : Rendah
Pleokroisme : Ada
Indeks bias : n mineral < n balsam
Belahan : Paralel yang sempurna dengan (001). Paralel yang kurang sempurna dengan (010), paralel yang tidak sempurna dengan (100) dan (110).
Birefringence : Abu-abu terang, orde 1 Kembaran : Folisintetik
Sudut pemadaman : Gelapan miring Orientasi optis : -
Sumbu optis : -
Tanda optis : Positif maupun negatif
23
https://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/07 -MODUL-ACARA-VII-MINERALOGI-OPTIK.pdf Diakses pada tanggal 28 Maret 2024 WIB
Sutarto,. Dkk. 2019. Mineralogi optic. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”: Yogyakarta.
MINERAL KUARSA, KALSIT DAN DOLOMIT
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB )
24 6.1 Pengertian Mineral Kuarsa
Kuarsa adalah senyawa kimia yang terdiri dari satu bagian silikon dan dua bagian oksigen atau biasa disebut silikon dioksida (SiO2). Kuarsa merupakan mineral yang paling berlimpah ditemukan di permukaan bumi dan sifatnya yang unik dapat membuatnya menjadi salah satu mineral yang paling berguna. Mineral ini memiliki struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika trigonal terkristalisasi (silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasan Mohs 7 dan densitas 2,65 g/cm³. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segienam yang memiliki ujung piramida segi enam.
Kuarsa terdiri dari banyak jenis, yang terutama terdiri dari silika, atau silikon dioksida (SiO2). Sejumlah unsur pengotor dalam jumlah kecil seperti litium, natrium, kalium, dan titanium biasanya hadir menyertainya. Kuarsa telah menjadi pusat perhatian sejak zaman dahulu, dimana bentuknya pada awal ditemukan berupa kristal jernih yang disebut oleh orang Yunani kuno sebagai "krystallos". Karena itu nama kristal atau yang lebih umum batu kristal, disematkan sebagai salah satu varietas kuarsa. Nama "Quartz" (Kuarsa) merupakan sebuah kata Jerman kuno yang pertama kali digunakan oleh Georgius Agricola pada 1530.
Kuarsa memiliki nilai ekonomis yang cukup besar. Banyak varietas batu permata tersusun atas mineral kuarsa, seperti amethyst (batu kecubung), citrine, smoky quartz, dan rose quartz. Batu pasir pun yang biasa kita gunakan sebagai bahan bangunan terdiri atas mineral kuarsa. Sejumlah besar pasir kuarsa (juga dikenal sebagai pasir silika) digunakan dalam pembuatan gelas dan keramik dan untuk cetakan dalam pengecoran logam.
Gambar 6.1. Mineral Kuarsa (Sumber: geoinside.web.id)
25 (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
Sifat Optik Mineral Kuarsa
Warna Tidak berwarna
Bentuk Kristal Anhedral
Relief Rendah
Pleokroism -
Indeks Bias n mineral > n balsam
Belahan -
Birefringence 0,009
Kembaran -
Sudut pemadaman Gelapan Miring.
Gelapan Bergelombang
6.3 Contoh Deskripsi Mineral Kuarsa
Gambar 6.2. Mineral Kuarsa, kiri PPL, kanan XPL (Sumber: https://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id)
Warna : Colorless
Bentuk : Kristal anhedral
Relief : Rendah
Pleokroisme : -
Indeks bias : n mineral > n balsam
Belahan : -
Birefringence : Abu-abu, Orde 1.
Kembaran : -
Sudut pemadaman : Gelapan miring Orientasi optis : Length fast Sumbu optis : -
Tanda optis : Negatif
26 Mineral kalsit adalah mineral karbonat dan polimorf kalsium karbonat yang paling stabil.
Warnanya putih susu karena transparan dengan semburat kuning. Kilaunya seperti kaca dengan garis putih. Berat jenis mineral tersebut adalah 2,71 g/cm3. Kalsit dalam bentuk paling murni mengandung 56,03% CaO dan 43,97% CO2. Kalsit merupakan mineral penyusun berbagai jenis batuan dengan rumus kimia CaCO₃. Mineral ini sangat umum ditemukan di seluruh dunia, baik di dalam batuan sedimen, batuan metamorf, maupun batuan beku. Beberapa ahli geologi menganggapnya sebagai “ubiquitous mineral” atau mineral yang dapat hadir di hampir semua jenis batuan. Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batu kapur (batugamping) ataupun batu marmer. Kedua batuan tersebut sangat banyak ditemukan di permukaan bumi dan merupakan salah satu repositori karbon terbesar di planet kita.
Kalsit tidak berwarna atau putih jika murni tetapi dapat memiliki hampir semua warna- kemerahan, merah jambu, kuning, kehijauan, kebiruan, lavendel, hitam, atau coklat karena adanya beragam pengotor. Ini mungkin transparan, tembus cahaya, atau buram. Kilaunya berkisar dari seperti kaca hingga kusam; banyak kristal, terutama yang tidak berwarna, berbentuk kaca, sedangkan massa granular, terutama yang berbutir halus, cenderung kusam.
Kalsit berada di nomor 3 pada skala kekerasan Mohs; oleh karena itu, ia mudah tergores dengan pisau atau pemecah geologi. Ia memiliki berat jenis 2,71. Tiga belahan sempurna menghasilkan kalsit polihedron bersisi enam dengan permukaan berbentuk berlian; sudut yang menentukan sisi-sisinya adalah 78° dan 102°. Tiga kebiasaan kristal penting (bentuk khas mineral) kalsit adalah: prismatik (pendek dan panjang), belah ketupat, dan skalenohedral. Kembaran sangat umum terjadi dan mungkin berasal dari sekunder pada batugamping kristalin.
6.5 Sifat Optik Mineral Kalsit
Tabel 6.2 Sifat Optik Mineral Kalsit (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
7
Sifat Optik Mineral Kalsit
Warna Tidak berwarna, Seringkali berkabut
Bentuk Kristal Anhedral
Relief Rendah - sedang
Gelapan Tidak gelap
Indeks Bias Cahaya merah 1,486 biru 1,658
Belahan Belahan 3 arah
Kembaran Tabung
Warna Interfensi Biru - kuning
27 Gambar 6.3. Mineral Kalsit, kiri PPL, kanan XPL
(Sumber: Union College Geology Department, www.Minerva.union.edu.)
Warna : Colorless
Bentuk : Anhedral-Subhedral Relief : Bervariasi, Tinggi Pleokroisme : -
Indeks bias : -
Belahan : Rhombohedral yang sempurna (IOII). Umumnya berpotongan pada sudut 750
Birefringence : Abu-abu mutiara, orde tinggi Kembaran : Polisintetik
Sudut pemadaman : Simetris dengan arah belahan.
Orientasi optis : Sulit ditentukan Sumbu optis : Satu (Uniaxial) Tanda optis : Negatif
28 Mineral dolomit adalah kelompok mineral yang unik dan merupakan karbonat ganda dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Berbeda dengan batugamping, dolomit bukanlah batuan, melainkan mineral. Dolomit memiliki manfaat industri karena kandungan magnesiumnya.
Unsur oksida dan hidroksida magnesium dalam dolomit memiliki sifat refraktori yang baik, serta derajat kecerahan yang tinggi. Bahkan, warna putih oksida dolomit dijadikan standar untuk mengukur derajat kecerahan bahan lain. Dolomit terdapat dalam batuan segala umur, terutama pada batuan lebih tua dari Holosen. Kita sering menemui dolomit bersama-sama dengan kalsit atau dalam proses dedolomitisasi ketika dolomit berubah kembali menjadi mineral kalsit.
Dolomit terbentuk melalui proses geologi yang dikenal sebagai dolomitisasi, yang melibatkan perubahan batu kapur atau batuan sedimen kaya kapur yang sudah ada sebelumnya.
proses ini terjadi selama jutaan tahun dan biasanya melibatkan interaksi cairan kaya magnesium dengan mineral kalsium karbonat di dalam batuan. Proses dolomitisasi melibatkan substitusi magnesium untuk beberapa kalsium dalam mineral kalsium karbonat. Substitusi ion ini mengubah sifat mineral dan mengarah pada pembentukan dolomit. Tingkat dolomitisasi dapat mempengaruhi sifat dan penampilan mineral. dolomit terbentuk melalui proses dolomitisasi, di mana cairan kaya magnesium berinteraksi dengan mineral kalsium karbonat dalam batuan sedimen, menyebabkan penggantian magnesium dengan kalsium.
6.8 Sifat Optis Mineral
Tabel 6.3 Sifat Optik Mineral Dolomit (Sumber: Sutarto, dkk. 2019)
8
Sifat Optik Mineral Dolomite
Warna Putih, Abu -abu, coklat muda – coklat tua
Bentuk Kristal Tabular
Relief Rendah - sedang
Gelapan -
Indeks Bias 1.50 sampai 1.68
Belahan Tidak sejajar
Kembaran Kembaran kontak
Warna Interfensi Abu – abu hingga warna biru, Kuning dan merah
29 Gambar 6.4. Mineral Dolomit, kiri PPL, kanan XPL
(Sumber: Union College Geology Department, www.Minerva.union.edu.)
Warna : Colorless
Relief : Tinggi
Indeks Bias : Nm > Nk Pleokroisme : -
Belahan : Sempurna
Bentuk Mineral : Subhedral Birefringence : 0.180 Kembaran : Sejajar Sudut Pemadaman : Simetri Oriental Optis : -
Ukuran : 0,001
Sumbu Optis : Uniaxial
30 https://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/32/2018/02/07-MODUL-
ACARA-VII-MINERALOGI-OPTIK.pdf Diakses pada tanggal 13 April 2024 WIB https://www.britannica.com/science/quartz. Diakses pada tanggal 13 April 2024
https://www.geoinside.web.id/2021/08/pembentukan-komposisi-kegunaan-mineral-kuarsa.ht ml Diakses pada tanggal 13 April 2024 WIB
Sutarto,. Dkk. 2019. Mineralogi optic. Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Yogyakarta.
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB ) PETROGRAFI BATUAN BEKU
31 Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku menjadi dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Berdasarkan komposisi persentase mineralnya, batuan beku dapat menguraikan menjadi tiga, tergantung dari mineral mafik dan felsiknya. Secara umum, limpahan mineral di dalam batuan, akan mengikuti aturan reaksi Bowen. Hanya mineral- mineral dengan derajat kristalisasi tertentu dan suhu kristalisasi yang relatif sama yang dapat hadir bersama-sama.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik.
Bowen memberikan suatu seri reaksi menerus (Continous) dan tidak menerus (discontinous).
Gambar 7.1. Bowen’s Reaction Series (Sumber: Scribd.com)
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang mencapai hingga 99,9%. Semua elemen yang berhubungan dengan oksigen (O) disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis Keberadaan beku dapat ditentukan berdasarkan kandungan SiO2
7.2 Proses Pembekuan Batuan
Batuan beku, juga dikenal sebagai batuan igneus, terbentuk dari pendinginan dan kristalisasi magma. Magma adalah cairan panas yang terbentuk di dalam mantel bumi melalui proses pelelehan batuan akibat peningkatan suhu dan tekanan. Batuan beku dapat terbentuk di dalam kerak bumi, seperti granit dan gabro, atau di permukaan bumi, seperti basal dan andesit.
32 di kerak bumi. Magma yang mendingin dan mengeras dapat terbentuk menjadi batuan beku dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusive (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Batuan beku dapat terbentuk melalui tiga cara: intrusif (plutonik), ekstrusif (vulkanik), dan hipabisal. Pada umumnya, batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma.
7.3 Karakteristik Batuan
Batuan beku juga memiliki karakteristik fisiknya sendiri. Berikut adalah karakteristik fisik yang dimiliki oleh batuan beku:
A. Tekstur dan Struktur
Salah satu karakteristik fisik yang paling mencolok dari batuan beku adalah tekstur dan strukturnya. Tekstur batuan beku dapat bervariasi dari halus hingga kasar tergantung pada kecepatan pendinginan magma atau lava. Struktur batuan beku juga dapat mencakup pola kristal, pori-pori, dan bentuk-bentuk unik lainnya yang terbentuk selama proses pembekuan.
B. Warna dan Komposisi Mineral
Warna batuan beku sering kali bergantung pada komposisi mineralnya. Misalnya, batuan beku yang mengandung banyak mineral olivin dan piroksen biasanya memiliki warna yang lebih gelap, seperti hitam atau hijau gelap, sementara batuan beku yang mengandung banyak feldspar mungkin memiliki warna yang lebih terang, seperti putih, merah muda, atau abu-abu.
C. Kekerasan dan Ketahanan
Batuan beku umumnya memiliki kekerasan yang tinggi dan ketahanan yang baik terhadap erosi dan pelapukan. Ini membuat mereka menjadi bahan bangunan yang ideal dan sering digunakan dalam konstruksi gedung, jalan, dan infrastruktur lainnya.
D. Kerapatan dan Porositas
Kerapatan dan porositas batuan beku juga dapat bervariasi tergantung pada tekstur dan komposisi mineralnya. Batuan beku yang lebih padat dan memiliki sedikit pori-pori cenderung lebih kuat dan tahan lama, sementara batuan beku yang lebih berpori mungkin lebih ringan tetapi kurang tahan terhadap tekanan.
33 Karakteristik fisik batuan beku juga dapat memengaruhi pembentukan fitur geologis yang menarik, seperti pegunungan, lembah, dan goa. Misalnya, granit yang kuat dan tahan lama cenderung membentuk pegunungan yang menjulang tinggi, sementara lava yang mengalir dan cair dapat membentuk lembah yang luas dan datar.
Gambar 7.2. Klasifikasi Batuan beku (Sumber: IUGS classification)
7.4 Contoh Pendeskripsian Batuan
34 https://www.scribd.com/embeds/97369032/content?start_page=1&view_mode=scroll&access
_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf Diakses pada tanggal 26 April 2024 WIB.
Padendeenan, H. 2018. Deskripsi Petrografi Batuan Beku. Fakultas Teknik Universitas Papua.
Papua.
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB ) PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIK
35 Batuan Pirolastik merupakan batuan yang disusun oleh material hasil letusan eksplosif gunung berapi akibat adanya gaya endogen, yang kemudian mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapannya, lalu setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian menjadi batuan piroklastik.
Menurut para ahli, pengertian batuan piroklastik yaitu :
A. Batuan yang tersusun oleh fragmen hasil letusan gunung berapi secara eksplosif (Williams, Turner, Gilbert, 1954)
B. Batuan yang terdiri dari bahan rombakan yang diletuskan dari lubang volkanik, diangkut melalui udara sebagai bahan maupun awan pijar, kemudian diendapkan di atas tanah dalam kondisi kering atau dalam tubuh air (Henrich, 1959).
C. Bagian dari batuan volkaniklastik (Fisher, 1961 & Vide Carozi, 1975)
D. Batuan yang terdiri dari material detrital/rombakan dari hasil kegiatan volkanik, diangkut dan diendapkan di danau, darat ataupun laut. (Johannsen, 1977)
Batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktivitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis butirannya.
8.2 Proses Pembentukan Batuan
Secara genetik atau mekanisme pembentukannya, Batuan piroklastik terbagi menjadi 3 yaitu:
A. Endapan jatuhan piroklastik (jatuhnya piroklastik deposito) adalah Endapan batuan piroklastik yang dihasilkan dari letusan eksplosif magmatik gunung berapi dimana melemparkan material material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah karena gaya pengumpulan dan pengumpulan disekitar gunung api atau pusat letusan.
B. Endapan aliran piroklastik (endapan aliran piroklastik) adalah endapan yang dihasilkan dari pergerakan lateral dipermukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransportasi dalam matrik fluida (gas atau cairan yang panas ) yang dihasilkan oleh erupsi vulkanik tipe eksplosif freatomagmatik, dimana material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung api. Pergerakan material
36 C. Endapan Surge Piroklastik adalah tipe aliran piroklastik tetapi sangat dipengaruhi oleh dominasi kandungan air. Mekanismenya adalah penyebaran material vulkanik pada permukaan yang disebabkan oleh turbulensi dan konsentrasi gas rendah.
Pyroclastic surge dibentuk langsung dari erupsi explosif phreatomagmatic dan phreatic (base surge) dan dalam asosiasi dengan erupsi dan emplacement pyroclastic flow (ash cloud surge & ground surge).
Gambar 8.1 Jenis endapan batuan piroklastik (Sumber: Chandra. S, 2018)
8.3 Tekstur Batuan
Tekstur batuan piroklastik dibagi atas lima (5) yaitu sebagai berikut:
A. Volcanic breccia, merupakan breksi yang terdiri atas fragmen dari berbagai bahan vulkanik
Gambar 8.2 Kenampakan Tekstur Volcanic Breccia pada Sayatan Tipis (Sumber: Maulana, F.A. 2018)
B.
Spherulites, merupakan massa kristal yang memancar dalam matriks gelas.Terdiridari alkali feldspar dan beberapa polimorf SiO2,
kenampakan pada
sayatan tipis berupa objek bulat dengan persilangan hitam.
37
Gambar 8.3 Kenampakan Tekstur Spherulites pada Sayatan Tipis (Sumber: Maulana, F.A. 2018)
C. Vitrophyre, merupakan nama lain dari obsidian bearing fenokris. Pada sayatan tipis sebagaian besar fenokris adalah plagioklas dan massa dasar berupa kaca obsidian.
Gambar 8.4 Kenampakan Tekstur Vitrophyre pada Sayatan Tipis (Sumber: Maulana, F.A. 2018)
D. Poorly-welded tuff, kenampakan dari tekstur ini adalah pecahan-pecahan glass telah mengalami deformasi.
Gambar 8.5 Kenampakan Tekstur Poorly-welded tuff pada Sayatan Tipis (Sumber: Maulana, F.A. 2018)
E. Lightly-compacted tuff, kenampakan pada sayatan tipis dari tekstur ini adalah kebalikan dari tekstur Poorly-welded tuff, dimana pecahan-pecahan glass belum mengalami deformasi
38
Gambar 8.6 Kenampakan Tekstur Lightly-compacted tuff pada Sayatan Tipis (Sumber: Maulana, F.A. 2018)
8.4 Contoh Pendeskripsian Batuan
39 Fadzillah, S. 2018. Batuan Piroklastik. https://www.academia.edu/16675925/batuan_piro
klastik Diakses pada tanggal 3 Mei 2024 pukul 20.00 WIB
Maulana, F.A. 2018 Petrografi Batuan Piroklastik. https://www.scribd.com/document/
391713956/Petrografi-Batuan-Piroklastik Diakses pada tanggal 3 Mei pukul 20.10 WIB
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB ) PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN
40 9.1 Pengertian Batuan
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak terungkap di permukaan bumi, kurang lebih 75% dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya tersingkap sekitar 25% dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sedimen mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi.
Fosil dapat pula dijumpai pada sedimen batua dan mempunyai arti penting dalam menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnosis dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi.
Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses Erosi dan transportasi dilakukan melalui media udara dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
9.2 Proses Pembentukan Batuan
Sedimen batuan terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan- kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya udara, pengikisan-pengikisan dari agen serta proses litifikasi, diagnosis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, misalnya danau-danau. Sedimen mula-mula merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karena proses diagnosis sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnosis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material sedimen menjadi batuan sedimen yang kompak. Proses diagnosis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian besar batuan sedimen terbentuk di lautan.
Pada transportasi oleh partikel fluida, partikel dan fluida akan bergerak secara bersama- sama. Sifat fisik yang mempengaruhi terutama adalah kepadatan dan kepadatan viskositas udara lebih besar dari agen sehingga udara lebih mampu mengangkut partikel yang mengangkut partikel lebih besar daripada yang dapat diangkut agen. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk mengalir. Jika viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan
41 Pada transportasi dan deposisi partikel oleh aliran gravitasi sedimen ini partikel sedimen tertransportasi langsung oleh pengaruh gravitasi, disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik yang termasuk dalam aliran gravitasi sedimen antara lain adalah aliran puing, aliran butiran dan arus keruh. Deposisi sedimen oleh aliran gravitasi akan menghasilkan produk yang berbeda dengan deposisi sedimen oleh aliran fluida karena aliran gravitasi transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Sedimen batuan yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang buruk dan menampilkan struktur yang tenang.
Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen dan penamaan batuan sedimen telah ditemukan oleh para ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskrritif. Secara genetika dapat disimpulkan dua golongan (Pettijohn,1975 dan WT Huang,1962). Pengangkutan/tranportasi material sedimen ada 3 cara yaitu : Traksi, Suspensi, dan Saltasi.
Gambar 9.1. Mekanisme pergerakan partikel dalam Fluida (Sumber: Hermanto, V. 2018)
9.3 Tekstur Batuan
Salah satu cara yang mudah untuk mempelajari dan mengenali batuan sedimen adalah dengan melihat teksturnya. Tekstur batuan sedimen seringkali merupakan karaktristik yang berkaitan dengan endapan, menyangkut besar butir, bentuk, tatanan dan kemasan komponen- komponennya. Dua kelompok utama dalam klasifikasi adalah material yang diendapkan dari bahan yang ditransport sebagai zat padat dan sebagai larutan atau dalam larutan. Yang pertama sebagai batuan sedimen klastik dan keduanya adalah batuan sedimen non klastik. Kedua macam batuan ini memperlihatkan tekstur yang berbeda. Batuan sedimen klastik.
Secara genesa pengendapan batuan ini terbentuk secara mekanis ini akan menghasilkan sedimen detritus. Batuan ini memiliki variasi ukuran butir dimana untuk menentukan ukuran
42
Tabel 9.1. Skala Wentworth, 1922 (Sumber: Scribd.com)
A. Fragmen, Komponen penyusun batuan sedimen klastik; fragmen merupakan komponen dalam batuan sedimen yang berukuran lebih besar dari pada komponen lainnya, matriks merupakan komponen yang ukurannya relatif lebih kecil dari fragmen diendapkan bersamaan dengan fragmen, semen berukuran halus, merekat butiran/fragmen dan matriks. Fragmen batuan dalam sedimen terbagi atas beberapa jenis yaitu vulkanik, silika dan argilit.
Gambar 9.2. Komponen Penyusun Batuan Sedimen Non Karbonat (Sumber: Fadillah, M. 2015)
B. Sortasi; tingkat keseragaman ukuran butir daripada batuan sedimen klastik.
43
Gambar 9.3. Klasifikasi Sortasi Batuan Sedimen (Sumber: Fadillah, M. 2015)
C. Roundness, tingkat atau bentuk pembundaran dari batuan sedimen klastik.
Gambar 9.4. Klasifikasi Roundess Batuan Sedimen (Sumber: Fadillah, M. 2015)
D. Porositas dan permeabilitas; porositas adalah jumlah rongga kosong yang terdapat antar butir dalam batuan, dinyatakan dalam persen volume.
Gambar 9.5. Porositas Batuan Sedimen (Sumber: Fadillah, M. 2015)
E. Batuan Sedimen Non Klastik
Proses yang membentuk pada batuan ini yaitu secara kimiawi . pada umumnya batuan yang terdiri dari mineral-mineral autoghenic. Pada umumnya batuan memperlihatkan gejala diagenesa P dan T tertentu, maka porositas batuan menjadi sangat rendah atau
44 menambah porositas (timbul pori-pori baru), memberikan tekstur yang khas (stylolitik tekstur) dimana batas-batas mineral sangat tidak beraturan.
9.4 Contoh Pendeskripsi Batuan
45 Fadillah, M. 2015. Petrografi Batuan Sedimen. https://www.academia.edu/39017738/PETRO
GRAFI_BATUAN_SEDIMEN Diakses pada tanggal 12 Mei 2024 WIB
Supriyadi, Z. 2016 Petrografi Batuan Sedimen https://www.academia.edu/8307701/BAB_I_P ETROLOGI_BATUAN_SEDIMEN Diakses pada tanggal 12 Mei 2024 WIB
Ridho Wicaksono 221.10.7012
Kelas A ( Senin 16.45 – 18.45 WIB ) PETROGRAFI BATUAN METAMORF
46 10.1 Pengertian Batuan
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari perubahan batuan asal (bisa berupa batuan beku, sedimen, atau batuan metamorf lainnya) akibat kondisi lingkungan yang berbeda, terutama tekanan dan suhu tinggi, tanpa mengalami peleburan. Proses yang menyebabkan perubahan ini dikenal sebagai metamorfisme.
Metamorfisme adalah proses perubahan batuan asal (protolith) menjadi batuan baru yang disebut batuan metamorf melalui pengaruh kondisi lingkungan yang berbeda, terutama tekanan dan suhu yang tinggi, tanpa mengalami peleburan. Proses ini melibatkan rekristalisasi mineral- mineral yang ada dan sering kali pembentukan mineral baru, menghasilkan tekstur dan struktur yang berbeda dari batuan asal. Proses ini utamanya berkaitan dengan penyesuaian batuan terhadap perbedaan kondisi pada saat batuan itu terbentuk serta antara kondisi normal di permukaan bumi dengan zona diagenesis. Proses tersebut berdampingan dengan pelelehan sebagian (partial melting) dan bisa menyebabkan perubahan komposisi kimia utama batuan.
(Fettes dan Desmond, 2007).
10.2 Struktur Batuan
Struktur adalah susunan bagian massa batuan yang tidak tergantung kepada skala, termasuk hubungan antara bagian-bagiannya, ukuran relatif, bentuk dan bentuk internal dari masing-masing bagian. Secara umum struktur batuan metamorf dibagi menjadi 2 yaitu foliasi dan non foliasi.
A. Foliasi, adalah struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan pada saat proses metamorfosa.
1) Slaty Cleavage adalah tipe struktur yang menunjukkan belahan kontinyu dimana individu butiran kristal terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Contoh batuan: Slate.
Gambar 10.1. Contoh batuan Slate dan petrografinya Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id
47 dihasilkan oleh susunan parallel filosilikat. Contoh batuan: Filit
Gambar 10.2. Contoh batuan Filit dan Petrografinya Sumber: Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id
3) Schistosic, adalah tipe struktur yang dicirikan oleh skistositas yang berkembang baik. Skitositas tersebut bisa tersebar seragam di seluruh batuan maupun membentuk zona berulang dengan jarak antar zonanya kecil, beberapa sentimeter atau kurang. Contoh batuan: Sekis
Gambar 10.3. Contoh batuan Sekis dan Petrografinya Sumber: Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id
4) Gneissic, merupakan tipe struktur yang dicirikan oleh skistositas yang berkembang buruk, atau jika skistositasnya berkembang baik, maka akan memiliki spasi yang luas, lebih dari 1 cm. Contoh batuan: Gneiss
Gambar 10.4. Contoh batuan Gneiss dan Petrografinya Sumber: Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id
48 1) Granofelsic, adalah tipe struktur yang dihasilkan oleh ketidakhadiran skistositas seperti pada butiran-butiran mineral ataupun agregat butiran mineral yang equant (persegi). Atau jika tidak persegi memiliki orientasi yang acak. Bisa terdapat perlapisan secara mineralogi maupun litologi. Contoh batuan: Granofelsnen
Gambar 10.5. Contoh batuan Granofelsnen dan Petrografinya Sumber: Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id
2) Hornfelsic, adalah struktur yang memiliki ukuran butir halus yang saling mengunci (interlocking), ukuran dan bentuknya bisa bervariasi. Contoh batuan: Hornfels.
Gambar 10.6. Contoh batuan Hornfels dan Petrografinya Sumber: Sumber: lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id
3) Kataklasitk Adalah struktur yang dicirikan oleh ketidakhadiran skistositas, porfiroklas umumnya runcing serta fragmen litik tertanam dalam matriks yang berukuran lebih halus serta memiliki komposisi yang sama. Contoh batuan:
Kataklasit
49
Gambar 10.7. Struktur batuan breksi kataklastik (Sumber: PPT Petrografi, 2024)
4) Milomitic dalah struktur yang dihasilkan oleh penggerusan pada metamorfisme kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi minrela- mineral primer. Contoh batuan: Milonit
Gambar 10.8. Struktur milonitik (Sumber: PPT Petrografi, 2024)
10.3 Tekstur Batuan
Kenampakan batuan berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf.
A. Granoblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam. Contoh:
Kuarsa, Kalsit, Garnet
B. Lepidoblastik, Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular/pipih. Contoh: Biotit, Muskovit, Mika
C. Nematoblastik, Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral- mineralnya berbentuk prismatik, menyerat dan menjarum. Contoh: Ampibol, Piroksen D. Hornfelsik, tekstur yang tidak menunjukkan penjajaran, tetapi mineral-mineral
penyusun membutir/granular. Contoh: Hornfels.
50
Gambar 10.9. Tekstur pada batuan metamorf (Sumber: PPT Petrografi, 2024)
10.4 Klasifikasi Batuan
Tabel 10.1. Klasifikasi Batuan Metamorf Russel B. Travis, 1955 (Sumber: PPT Petrografi, 2024)
51
52 Setyobudi, P.T, 2012. Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf. https://ptbudie.wordpress.com /2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-metamorf/ Diakses pada tanggal 19 Mei 2024 Pukul 02.00 WIB
Laboratorium Geologi Optik Fakultas Teknik UGM. https://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.
id/wp-content/uploads/sites/32/2017/08/Modul-Petrografi-Batuan-Metamorf.pdf Diakses pada tanggal 19 Mei 2024 Pukul 02.10 WIB
PPT Tim Asisten Petrologi Universitas Akprind Indomesia 2024. METHAMORPHIC ROCK.