BAB II
BAB II
BATUAN BEKU
BATUAN BEKU
2 2..11 DDAASSAAR R TTEEOORRII 2.2.1.1.11 DeDefifininisi si BaBattuauan n BeBekuku Batuan beku (
Batuan beku ( Igneous Igneous rock rock ) berasal dari bahasa latin yaitu) berasal dari bahasa latin yaitu “ignis”“ignis” yang berarti api atau pijar. Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari yang berarti api atau pijar. Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari proses
proses pembekuan pembekuan magma. magma. Magma Magma adalah adalah bahan bahan cair cair pijar pijar didalam didalam bumi,bumi, bersuhu tinggi (800-1400
bersuhu tinggi (800-1400ooC) serta memiliki kekentalan tinggi, bersifat mobileC) serta memiliki kekentalan tinggi, bersifat mobile
dan cenderung bergerak ke permukaan bumi. dan cenderung bergerak ke permukaan bumi.
Beber
Beberapa apa ahli yang ahli yang memilmemiliki iki pendpendapat tersendiri mengenai batuanapat tersendiri mengenai batuan beku seperti :
beku seperti : a.
a. BaBates tes dadan Jn Jackacksoson (n (19199090)) Bat
Batuan uan bekbeku u adaadalah lah batbatuan uan yanyang g terbterbententuk uk lanlangsugsung ng dardari i proprosesses pembekuaan
pembekuaan magma magma baik baik secara secara ekstrusif ekstrusif maupun maupun secara secara intrusif,intrusif, yaitu proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat.
yaitu proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat. b.
b. Huang (1962)Huang (1962) Batuan beku (
Batuan beku (igneous rocksigneous rocks) adalah kumpulan mineral silikat sebagai) adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil pembekuan daripada magma yang
hasil pembekuan daripada magma yang mendingin.mendingin.
2.1
2.1.2.2 PrProseoses s PePembembentuntukan kan BatBatuan uan BekBekuu Ma
Magmgma a adadalalah ah babahahan n ututamama a pepembmbenentutuk k babatutuan an bebekuku. . MaMagmgmaa merupakan
merupakan material silikat yang panas material silikat yang panas dan pijar ydan pijar yang terdapat didalam ang terdapat didalam bumibumi deng
dengan an tempetemperature rature berkiberkisar sar 600600ooC sampai 1500C sampai 1500ooC. C. MaMagmgma a didisusususun n ololeheh
bahan
bahan yang berupa yang berupa gas gas ((volatilevolatile) seperti H) seperti H22O dan COO dan CO22, serta bukan gas yang, serta bukan gas yang
umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na, dan minor element seperti umumnya terdiri dari Si, O, Fe, Al, Ca, K, Mg, Na, dan minor element seperti V, Sr, Rb, dan lain-lain. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang V, Sr, Rb, dan lain-lain. Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang disebut dapur magma (
disebut dapur magma (magma chamber magma chamber ). Karena magma relatif lebih ringan). Karena magma relatif lebih ringan dari batuan yang ada di sekitarnya, maka magma selalu bergerak naik ke atas. dari batuan yang ada di sekitarnya, maka magma selalu bergerak naik ke atas. Gerakan dari magma ke atas ini kadang-kadang di sertai oleh tekanan yang Gerakan dari magma ke atas ini kadang-kadang di sertai oleh tekanan yang besar
meny
menyebabkebabkan an terjadterjadinya erupsi inya erupsi gunugunung ng api. Erupsi api. Erupsi gunugunung ng api api terkadterkadangang hanya menghasilkan lelehan lava namun dapat pula disertai oleh letusan yang hanya menghasilkan lelehan lava namun dapat pula disertai oleh letusan yang hebat (eksplosif).
hebat (eksplosif). K
Kararenena a mamagmgma a mmereruupapakkan an cacairiran an yayang ng ppananasas,,mamakka a ioio-i-ioonn penyusunnya akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma penyusunnya akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun dan ion-ion tersebut akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk menurun dan ion-ion tersebut akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk yang teratur. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi.
kristal yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Kec
Kecepaepatan tan penpendindinginginan an magmagma ma akaakan n sangsangat at berberpenpengargaruh uh terterhadhadapap proses kristalisasi,
proses kristalisasi, terutama pada terutama pada ukuran kristal. Apabila ukuran kristal. Apabila pendinginan magmapendinginan magma berlangsung
berlangsung dengan dengan lambat lambat maka maka ion-ion ion-ion mempunyi mempunyi kesempatan kesempatan untuk untuk meng
mengembanembangkan gkan dirindirinya ya sehingsehingga ga akan akan mengmenghasilkhasilkan an bentubentuk k kristakristal l yangyang besar.
besar. Sebaliknya Sebaliknya apabila apabila pendinginan pendinginan berlangsung berlangsung cepat cepat maka maka ion-ionion-ion tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cep
cepat at makmaka a tidtidak ak ada ada keskesempempatan atan bagbagi i ionion-io-ion n untuntuk uk memmembenbentuk tuk krikristalstal,, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas.
(hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas.
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan sil
silikoikon n akaakan n salisaling ng menmengikgikat at perpertamtama a kalkali i untuntuk uk memmembenbentuk tuk tetrtetraheahedradrall oksig
oksigen-silien-silikon. kon. KemudKemudian ian tetrahtetrahedral-teedral-tetrahedtrahedral ral oksigoksigen en silicon silicon tersebutersebutt aka
akan n salsaling ing berbergabgabung ung dan dan dendengan gan ionion-io-ion n lainlainnya nya akaakan n memmembenbentuk tuk intintii kri
kristastal l dardari i berbermacmacam mineram mineral al silsilikaikat. Tiap inti kristt. Tiap inti kristal akan al akan tumtumbuh danbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari
dari mineramineral l yang lainnya, yang lainnya, sehingsehingga ga kadankadang-kadg-kadang ang magma mengandumagma mengandungng kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma
dari magma dan jumlah dan jumlah kandukandungan bahan folatil ngan bahan folatil juga mempengjuga mempengaruhi prosesaruhi proses kri
kristastalisalisasi. si. KarKarena ena magmagma ma dibdibedaedakan kan dardari i fakfaktortor-fak-faktor tor terstersebuebut, t, makmakaa kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi.
meny
menyebabkebabkan an terjadterjadinya erupsi inya erupsi gunugunung ng api. Erupsi api. Erupsi gunugunung ng api api terkadterkadangang hanya menghasilkan lelehan lava namun dapat pula disertai oleh letusan yang hanya menghasilkan lelehan lava namun dapat pula disertai oleh letusan yang hebat (eksplosif).
hebat (eksplosif). K
Kararenena a mamagmgma a mmereruupapakkan an cacairiran an yayang ng ppananasas,,mamakka a ioio-i-ioonn penyusunnya akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma penyusunnya akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun dan ion-ion tersebut akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk menurun dan ion-ion tersebut akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk yang teratur. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi.
kristal yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Kec
Kecepaepatan tan penpendindinginginan an magmagma ma akaakan n sangsangat at berberpenpengargaruh uh terterhadhadapap proses kristalisasi,
proses kristalisasi, terutama pada terutama pada ukuran kristal. Apabila ukuran kristal. Apabila pendinginan magmapendinginan magma berlangsung
berlangsung dengan dengan lambat lambat maka maka ion-ion ion-ion mempunyi mempunyi kesempatan kesempatan untuk untuk meng
mengembanembangkan gkan dirindirinya ya sehingsehingga ga akan akan mengmenghasilkhasilkan an bentubentuk k kristakristal l yangyang besar.
besar. Sebaliknya Sebaliknya apabila apabila pendinginan pendinginan berlangsung berlangsung cepat cepat maka maka ion-ionion-ion tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat akan membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cep
cepat at makmaka a tidtidak ak ada ada keskesempempatan atan bagbagi i ionion-io-ion n untuntuk uk memmembenbentuk tuk krikristalstal,, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas.
(hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas.
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan sil
silikoikon n akaakan n salisaling ng menmengikgikat at perpertamtama a kalkali i untuntuk uk memmembenbentuk tuk tetrtetraheahedradrall oksig
oksigen-silien-silikon. kon. KemudKemudian ian tetrahtetrahedral-teedral-tetrahedtrahedral ral oksigoksigen en silicon silicon tersebutersebutt aka
akan n salsaling ing berbergabgabung ung dan dan dendengan gan ionion-io-ion n lainlainnya nya akaakan n memmembenbentuk tuk intintii kri
kristastal l dardari i berbermacmacam mineram mineral al silsilikaikat. Tiap inti kristt. Tiap inti kristal akan al akan tumtumbuh danbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari
dari mineramineral l yang lainnya, yang lainnya, sehingsehingga ga kadankadang-kadg-kadang ang magma mengandumagma mengandungng kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma
dari magma dan jumlah dan jumlah kandukandungan bahan folatil ngan bahan folatil juga mempengjuga mempengaruhi prosesaruhi proses kri
kristastalisalisasi. si. KarKarena ena magmagma ma dibdibedaedakan kan dardari i fakfaktortor-fak-faktor tor terstersebuebut, t, makmakaa kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi.
Gambar 2.1 Siklus Batuan Gambar 2.1 Siklus Batuan
2.
2.1.1.33 MiMineneraral Pel Penynyususun Bun Batatuauan Ben Bekuku
Mineral-mineral yang membentuk batuan beku di determinasi oleh Mineral-mineral yang membentuk batuan beku di determinasi oleh kom
komposposisi isi kimkimia ia magmagma ma dardarimaimana na minmineraeral-mil-minerneral al terstersebuebut t menmengkrgkrististal.al. Seperti halnya batuan beku yang telah di ketahui mempunyai variasi yang Seperti halnya batuan beku yang telah di ketahui mempunyai variasi yang san
sangagat t bebesarsar, , mamaka ka dadapapat t pupula la di di asasumumsiksikan an babahwhwa a mamacacam m mamagmgmapapunun mem
mempunpunyai yai varvariasi iasi yanyang g besbesar ar pulpula. a. Para Para ahlahli i geogeologlogi i menmengungungkagkapkapkann bahwa
bahwa satu satu gunung gunung api api mempunyai mempunyai tingkat tingkat erupsi erupsi yang yang bervariasi, bervariasi, kadang- kadang-kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda, terutama kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda, terutama pada
pada gunung gunung api api yang yang mempunyai mempunyai periode periode letusan letusan cukup cukup lama. lama. Oleh Oleh karenakarena it
itu u dadapapat t didikakatatakakan n babahwhwa a mamagmgma a yayang ng sasama ma kekemumungngkikinanan n dadapapatt menghasilkan kandungan mineral yang bervariasi.
menghasilkan kandungan mineral yang bervariasi. N.
N. L. L. Bowen Bowen adalah adalah seorang seorang ahli ahli yang yang pertama pertama kali kali melakuakanmelakuakan penyelidikan
penyelidikan terhadap terhadap proses proses kristalisasi kristalisasi magma magma pada pada awal awal abad abad ke ke 20 20 ini.ini. Has
Hasil il penpenyelyelidiidikan kan BowBowen en di di lablaboraoratortorium ium menmenunjunjukkukkan an bahbahwa wa minmineral eral--mineral yang telah mengkristal dan masih terdapat dalam lingkungan magma mineral yang telah mengkristal dan masih terdapat dalam lingkungan magma yang masih cair akan bereaksi dengan sisa cairan magma dan menghasilkan yang masih cair akan bereaksi dengan sisa cairan magma dan menghasilkan miner
mineral al berikberikutnyautnya. . Urut-uUrut-urutan rutan pengpengkristalkristalan an dari dari mineramineral-minel-mineral ral tersebutersebutt terkenal dengan nama
Bowen tersebut dapat dilihat bahwa pada bagian kiri terdapat mineral-mineral yang berwarna gelap atau Mafic ( Mafic: Magnesium Ferric) seperti olivin, piroksen, hornblende, biotit. Sedangkan pada bagian kanan terdapat mineral-mineral yang berwarna terang atau Felsik ( Felsik : Feldspar, Silika) seperti kuarsa, orthoklas, plagioklas dan muskovit.
Gambar 2.2 Deret Bowen
Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah berubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit.
Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas karena kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownit), sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldsfar kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang
paling stabil. Dengan melihat pada Deret Bowen kita dapat menentukan mineral-mineral penyusun suatu batuan beku.
2.2 CARA PEMERIAN BATUAN BEKU
2.2.1 Warna Batuan
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
1. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potasium feldspar, muskovit. Mineral-mineral tersebut banyak mengandung unsure aluminium (Al), kalsium (Ca), natrium (Sodium, Na), kalium (potassium, K), dan sillisium (Si) sehingga warnanya menjadi cerah. 2. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah
batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
3. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Mineral-mineral mafik mengandung banyak unsure magnesium (Mg), besi (Fe), umumnya mineral-mineral ini berwarna gelap, seperti olivine, hornblende, piroksen, dan biotit. Banyaknya unsure logam berat seperti Mg dan Fe ini yang menyebabkan mineral tersebut berwarna gelap.
4. Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
Gambar 2.3 Jenis-Jenis Batuan Beku
2.2.2 Struktur Batuan
Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan. Pada bekuan beku,
struktur yang sering ditemukan adalah : 1. Massif
Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur masif.
Gambar 2.4 Struktur massif
Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Penampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.
3. Vesikuler
Dicirikan dengan adanya lubang-lubang bekas keluarnya gas pada saat pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar. Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler
ini kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang berupa lingkaran atau membulat, elips, dan meruncing atau menyudut, demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elips menunjukkan lava encer dan mengalir. Sumbu terpanjang elips sejajar arah sumber dan aliran. Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental. Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :
a. Skorian, ( scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk membulat atau elips, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah atau bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Gambar 2.5 Vesicular Skorian
b. Pumisan ( pumiceous structure), bila lubang-lubang gas saling berhubungan dan di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.
Gambar 2.6 Vesicular pumisan
c. Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-lubang gas.
Gambar 2.7 Vesicular Aliran
d. Amigdaloidal , bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolit,karbonat dan bermacam silika.
Gambar 2.8 Vesicular Amigdaloidal
Struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau tertahan kedalam batuan beku. Struktur ini terbentuk akibat adanya peleberan tidak sempurna dari suatu batuan samping didalam magma yang menrobos.
Gambar 2.9 Struktur xenolith 5. Autobreccia
Struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan (hand specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup lebih besar, yang dapat menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya, seperti dyke (retas), sill , volcanic neck , kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya dapat diamati di lapangan.
2.2.3 Tekstur Batuan
Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi derajat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir ( fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:
Derajat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan dari fase cair ke fase padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas.
Derajat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi : 1. Holokristalin,
Dikatakan holokristalin jika mineral dalam batuan semuanya berbentuk kristal. Hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya
mineral - mineral dengan bentuk kristal yang relatif sempurna. 2. Hipokristalin
Dikatakan hipokristalin jika sebagian mineral berbentuk kristal sedangkan yang lain berbentuk mineral gelas. Hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung relatif lama namun masih memungkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang kurang.
3. Holohyalin
Dikatakan holohyalin jika hampir seluruh mineral terdiri dari gelas. Pengertian gelas disini adalah mineral yang tidak mengkristal atau amorf. Hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang sempurna.
2.2.3.2 Granularitas
Granularitas atau ukuran butir adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali. Granularitas dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan. Granularitas atau ukuran kristal dalam masa batuan beku dibagi
menjadi 2 yaitu: 1. Fanerik
Apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan huungan antar butir. Singkatnya, batuan beku mempunyai tekstur fanerik apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gelasatau kaca dapat diamati.
Gambar 2.10 Tekstur fanerik
2. Afanitik
Kenampakan butir individual mineral didalam batuan beku sangat halus halus sehingga mineral penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau dengan loupe.
Gambar 2.11 Tekstur afanitik
Tabel 2.1 Kisaran Ukuran Butir
Ji k
a
Jika batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur lebih rinci tidak dapat diketahui, sehingga harus dihentikan. Sebaliknya apabila batuan beku tersebut bertekstur fanerik maka pemerian lebih lanjut dapat diteruskan.
2.2.3.3 Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan suasana hubungan mineral di dalam suatu batuan beku.
2.2.3.3.1 Bentuk Butir
1. Euhedral, bila mineral dibatasi oleh bidang/bentuk kristal yang sempurna.
2. Subhedral, bila mineral dibatasi oleh sebagian bidang/bentuk kristalnya.
3. Anhedral, bila mineral tidak dibatasi oleh bidang/bentuk kristalnya.
2.2.3.3.2 Hubungan antar Butir
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
1. Granular atau Equigranular
Ukuran Butir Cox, Price, Harte W.T.G Heinric
Halus < 1mm <1 mm <1 mm
Sedang 1 - 5 mm 1 - 5 mm 1 - 10mm
Kasar >5mm 5 - 30 mm 10 - 30 mm
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran mineral yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 3:
a. Panidiomorfik Granular
Apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk euhedral
b. Hipidiomorfik Granular
Apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk subhedral.
c. Allotriomorfik Granular
Apabila sebagian besar mineral didalam batuan beku tersebut berukuran butir relatif seragam dan berbentuk anhedral.
2. Inequigranular
Apabila disusun oleh butir kristal yang tidak seragam. a. Faneroporfiritik
Bila kristal mineral yang besar (Fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata telanjang. Contoh : Diorot Porfiri.
Gambar 2.12 Faneroporfiritik
Bila Fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik. Contoh : Andesit Porfiri.
Gambar 2.13 Porfiroafanitik
Didalam beku bertekstur holokristalin inequigranular dan hipokristalin terdapat kristal berukuran butir besar, disebut fenokris, dikelilingi oleh kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar/ groundmass). Kenmapakan demikian disebut tekstur porfir atau porfiri atau firik. Tekstur holokristalin porfiritik adalah apabila didalam batuan beku itu terdapat kristal besar (fenokris) yang tertanam didalam massa dasar kristal yang lebih halus. Tekstur hipokristalin porfiritik diperuntukan bagi batuan beku yang mempunyai fenokris tertanam didalam massa dasar gelas. Tekstur vitrofirik adalah tekstur dimana mineral penyusunya secara dominan adalah gelas, sedangkan kristalnya hanya sedikit (<10%).
3. Gelasan ( glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas.
Gam bar 2.14 Contoh struktur gelasan (obsidian) 2.2.3.4 Tekstur Khusus
Tekstur khusus adalah tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama mineral-mineral yang berbeda. Tekstur ini sangat sulit diamati
secara megaskopis. Tekstur khusus terdiri dari :
1. Tekstur diabasik, tekstur yang menunjukan pertumbuhan bersama antara plagioklas dan piroksen, piroksen tidak terlihat dengan jelas,piroklas radier terhadap piroksen.
2. Tekstur trakhitik, tekstur yang menunjukan ruang antara mineral-mineral plagioklas diisi oleh mineral-mineral piroksen, olivine atau bijih besi.
Tabel 2.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Tekstur dan Komposisi
Subgroup ¢ Felsic Felsic Inter-mediate Inter-mediate Inter-mediate Mafic Ultrabasic
Minerals¢ (With quartz) (Little quartz)
(No quartz) (No quartz) (No quartz) (No quartz) (No quartz)
Origin¢
More orthoclase than plagioclase. Also
muscovite, biotite, amphibole, hornblende
Orthoclase in similar quantities as plagioclase. Also biotite, amphibole, pyroxene, hornblende, augite
More plagioclase than orthoclase. Also biotite, amphibole, pyroxene, augite, olivine, horn- blende, biotite
No feldspar. Few silicates. Pyroxene, olivine. Course-grained : cooled slowly underground Pegmatite, Granite
Syenite Monzonite Granodiorite Diorite Gabbro Peridotite, Dunite, Pyroxenite Porphyritic: cooled first below then above ground Granite Porphyry, Rhyolite Porphyry Syenite Porphyry Monzonite Porphyry Granodiorite Porphyry Andesite Porphyry Basalt Porphyry Fine-Grained : cooled quickly above ground Rhyolite Trachyte, Felsite
Latite Dacite Andesite Basalt
Glassy: cooled very quickly above ground
Pumice Obsidian Scoria,
Basalt Glass
Fragmental : made of igneous fragments
Tuff Volcanic Breccia
1. Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Kelompok Granit-Riolit
Berasal dari magma yang bersifat asam, terutama tersusun oleh mineral-mineral kuarsa orthoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah yang kecil.
b. Kelompok Diorit-Andesit
Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblende, piroksen dan kuarsa biotit, orthoklas dalam jumlah kecil
c. Kelompok Gabro-Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.
d. Kelompok Ultra Basa
Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
2. Berdasarkan jumlah kehadiran dan asal-usulnya
a. Mineral Utama ( Essential minerals), adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku. Berdasarkan warna batuan, mineral ini dikelompokan menjadi :
1) Gelas atau kaca, adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf. Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunungapi, sehingga sering disebut kaca gunungapi
(volcanic glass).
2) Mineral felsik adalah adalah mineral primer atau mineral utama pembentuk batuan beku, berwarna cerah atau terang, tersusun oleh unsur-unsur Al, Ca, K, dan Na. Mineral felsik dibagi menjadi tiga, yaitu felspar, felspatoid (foid) dan kuarsa. Di dalam batuan, apabila mineral foid ada maka kuarsa tidak muncul dan
sebaliknya. Selanjutnya, felspar dibagi lagi menjadi alkali felspar dan plagioklas.
3) Mineral mafik adalah mineral primer berwarna gelap, tersusun oleh unsur-unsur Mg dan Fe. Mineral mafik terdiri dari olivin, piroksen, amfibol (umumnya jenis hornblende), biotit dan
muskovit.
b. Mineral Tambahan ( Accessory minerals), adalah mineral yang juga terbentuk pada saat pembekuan magma tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi penamaan batuan. Mineral ini misalnya kromit, magnetit, ilmenit, rutil dan zirkon. Mineral esensiil dan mineral tambahan di dalam batuan beku tersebut sering disebut sebagai mineral primer, karena terbentuk langsung sebagai hasil pembekuan daripada magma.
c. Mineral Sekunder (Secondary minerals), adalah mineral ubahan dari mineral primer sebagai akibat pelapukan, reaksi hidrotermal, atau hasil metamorfisme. Dengan demikian mineral sekunder ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma. Mieral sekunder akan dipertimbangkan mempengaruhi nama batuan ubahan saja, yang akan diuraikan pada acara analisis batuan ubahan. Contoh mineral sekunder adalah kalsit, klorit, pirit, limonit dan mineral lempung.
Tabel 2.3 Pengenalan Mineral dan Sifatnya
Nama Mineral
W a r n a Bentuk dan Perawakan mineral
Belahan Keterangan/Sifat Khusus
Olivin Hijau Tidak teratur, membutir,
massif Tak sempurna Kilap kaca Piroksen Hijau tua
Prismatik pendek 2 arah saling tegak lurus
Kilap kaca, permukaan halus Amfibol
(Hornblende)
Hitam, coklat Prismatik panjang, menyerat, membutir
2 arah, membentuk sudut
Kilap arang
Biotit
Hitam, coklat Tabular, berlembar (memika) 2 arah Kilap kaca
Alkali feldspar Merah jambu, Putih
Prismatik/tabular panjang, masif, membutir
2 arah Kilap kaca/ lemak
Plagioklas Putih susu, abu – abu
Prismatik/tabular panjang, masif, membutir
3 arah Kilap kaca/ lemak
Muskovit
Putih, transparan
Tabular, berlembar (memika) 1 arah
Kilap kaca/ mutiara, sering terdapat dalam
granit pegmatite Kuarsa Tidak berwarna,
putih abu Tidak teratur, masif, membutir Tidak ada
Kilap kaca/ lemak
Kalsit Tidak berwarna, putih
Rhombohedral, masif,
membutir Sempurna
Membuih bila ditetesi HCl, kilap kaca
Klorit Hijau Berlembar (memika) Sempurna Umum pada batuan metamorf Serisit Tidak berwarna,
putih Tabular, berlembar Sempurna Kilap kaca Asbes Putih Masa fibre asbestos, menyerat - Terutama tersusun atas
antopilit Garnet Coklat merah Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/ mutiara
Halite Tak berwarna,
putih, merah Kubus, masif, membutir
Sempurna
Sebagai garam evaporit
Gypsum Tak berwarna, putih
Memapan, membutir, menyerat
Sempurna Lembar-lembar tipis terjadi dari evaporit Anhidrit Putih, abu - abu,
biru pucat Masif, membutir Sempurna
Karena evaporit (umumnya)
Gambar 2.15 Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan volume.
2.2.5 Pembagian Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
1. Pembagian Berdasarkan Tempat Kejadiannya
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (plutonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). Contoh Granit, Granodiorit, dan Gabro.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut diskordan. yaitu:
1) Batholit , yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2dan membeku pada kedalaman yang besar.
2) Stock , seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
3) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.
4) Volkanic neck , adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
1) Sill , adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar.
2) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
3) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.
Gambar 2.16 Variasi Ukuran dan Bentuk Batuan Beku Intrusif
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah ata u pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c. Batuan beku luar (volkanik) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
2. Pembagian Berdasarkan Komposisi Kimia
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kimiawinya dapa dilihat dari kandungan SiO2-nya. Maka batuan beku dapat diklasifikasikan atas :
a. Batuan Beku Asam
Batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan beku asam apabila batuan beku tersebut memiliki kandungan SiO2 lebih besar dari 66 % (> 66
%). Batuan beku asam tersusun atas mineral kwarsa, orthoklast, palgioklast Na, terkadang terdapat biotit, muskovit dalam jumlah yang sangat kecil. Batuan beku asam umumnya akan berwarna cerah apabila kelimpahan mineral kwarsa dan orthoklast di dalam batuannya. Contoh dari batuan ini adalah granite, riolite, granudiorite.
Gambar 2.17 Contoh batuan beku asam (granit)
b. Batuan Beku Intermediet
Batuan beku intermediet mengandung SiO2 antara 52%-60%, terutama
tersusun oleh mineral plagioklast, hornblende, dan kwarsa. Sedangkan biotit dan orthoklast dalam jumlah kecil. Warna dari batuan ini juga masih cerah, tetapi tidak secerah dari batuan beku asam. Contohnya adalah andesit, diorite, seanite.
Gambar 2.18 contoh batuan beku intermediet (andesit)
c. Batuan Beku Basa
Batuan beku basa mengandunu 45%-52% SiO2. batuan ini tersusun
dari magma asal yang bersifat basa. Warna dari batuan beku ini akan terlihat lebih gelap, karena mineral-mineral mafik sudah sangat jarang terbentuk pada batuan golongan ini. Batuan beku basa terdiri dari mineral-mineral seperti olivine, plagioklast Ca, dan hornblende. Contoh batuannya adalah gabro, basalt, dan diabas.
Gambar 2.19 contoh batuan beku basa (basalt)
d. Batuan Beku Ultrabasa
Pada batuan ini kandungan SiO2 lebih kecil dari 45% (< 45%). Warna
batuan ini gelap, lebih gelap dari batu beku basa. Batuan ini tersusun oleh mineral-mineral olivine, piroksine, serpentine. Hanya satu atau dua macam mineral saja yang hadir pada suatu batuan. Mineral lain yang mungkin hadir adalah plagioklast Ca dalam jumlah yang kecil. Contoh batuannya adalah dunit, piroksinite, peridotite, serpentinite.
Gambar 2.20 contoh batuan beku ultrabasa (peridotit)
3. Pembagian Berdasarkan Susunan Mineralogi
Pembagian secara mineralogy;merupakan salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang sulit dan memakan waktu lama. Analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang ditunjuka pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut ini:
a. Mieral felsik: kuarsa 100%, alkali feldspar 64-66%, oligoklas 62%, andesine 59-60%, labradorite 52-53%, dan lain-lain.
b. Mineral mafik: hornblende 42-50%, biotit 35-38%, augit 47-51%, magnesium dan piroksin 50-55%, dan lain-lain.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1. Keluarga granit-riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas.
2. Keluarga granodiorit-quartz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar.
3. Keluarga syenit-trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir.
4. Keluarga monzonit-latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar 5. Keluarga syenit-fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar
6. Keluarga tonalit-dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7. Keluarga diorite-andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah
8. Keluarga gabbro-basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), sedikit Quartz dan K-felspar
9. Keluarga gabbro-basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir
10. Keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (olivin, piroksen, hornblende), plagio klas (Ca) sangat sedikit atau absen.
2.2.6 Penamaan Batuan Beku
Berdasarkan letak pembekuannya maka batuan beku dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi dan batuan beku ekstrusi. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi dekat permukaan. Berdasarkan komposisi mineral pembentuknya maka batuan beku dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu batuan beku ultramafik, batuan beku mafik, batuan beku menengah dan batuan beku felsik. Istilah mafik ini sering diganti dengan basa, dan istilah felsik diganti dengan asam, sekalipun tidak tepat.
Termasuk batuan beku dalam ultramafik adalah dunit, piroksenit, anortosit, peridotit dan norit. Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin, sedang piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa. Peridotit terdiri dari mineral olivin dan piroksen; diorit secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa. Batuan beku luar ultramafik umumnya bertekstur gelas atau vitrofirik dan disebut pikrit.
Batuan beku dalam mafik disebut gabro, terdiri dari olivin, piroksen dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku dalam menengah disebut diorit, tersusun oleh piroksen, amfibol dan plagioklas menengah, sedang batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan basal ada nama batuan transisi yang disebut andesit basal (basaltic andesit ). Batuan beku dalam agak asam dinamakan diorit kuarsa atau granodiorit, sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit. Mineral
penyusunnya hampir mirip dengan diorit atau andesit, tetapi ditambah kuarsa dan alkali felspar, sementara palgioklasnya secara berangsur berubah ke asam. Apabila alkali felspar dan kuarsanya semakin bertambah dan palgioklasnya semakin asam maka sebagai batuan beku dalam asam dinamakan granit, sedang batuan beku luarnya adalah riolit. Di dalam batuan beku asam ini mineral mafik yang mungkin hadir adalah biotit, muskovit dan kadang-kadang amfibol. Batuan beku dalam sangat asam, dimana alkali felspar lebih banyak daripada plagioklas adalah sienit, sedang pegmatit hanyalah tersusun oleh alkali felspar dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas saja disebut obsidian, dan apabila berstruktur perlapisan disebut perlit.
Nama-nama batuan beku tersebut di atas sering ditambah dengan aspek tekstur, struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol. Sebagai contoh, andesit porfir, basal vesikuler dan andesit piroksen. Penambahan nama komposisi mineral tersebut umumnya diberikan apabila persentase kehadirannya paling sedikit 10%.
Gambar 2.21 Klasifikasi Batuan Beku (O’Dunn & Sill, 1986) 2.2.7 Aspek Ekonomis Batuan Beku
Tak semua batuan beku mempunyai nilai ekonomis, hal ini tergantung pada sifat, komposisi mineral, kekuatan fisik, daya tahan, cara penggalian, dan
lain-lain sebab tiap jenis mineral mempunyai sifat dan komposisi mineral tertentu, sehingga tidak semua jenis batuan dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan. Kegunaan batuan beku antara lain:
1. Batuan yang memiliki kerapatan tinggi dan tidak berporos sangat baik untuk keperluan pekerjaan di laut
2. Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam baik untuk digunakan di daerah industri.
3. Batuan yang keras dan memiliki daya tahan sangat baik untuk digunakan sebagai pondasi rumah dan pengeras jalan raya.
4. Batuan yang memiliki corak warna yang menarik dan tidak berporos sangat cocok untuk ornamen maupun sebagai pelapis dinding.
2.3 BATUAN PIROKLASTIK
2.3.1 Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuhan kemudian mengalami lithifikasi baik sebelum ditransport maupun re-working oleh air atau es (W.T Huang, 1962)
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yng berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda dimana material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi oleh air atau es (William, 1982)
2.3.2 Tekstur Batuan Piroklastik
Variasi batuan, pembundaran dan pemilihan batuan piroklastik mirip dengan batuan sedimen klastik pada umumnya. Hanya unsur-unsur tersebut
tergantung tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan dan pengaruh seretan.
1. Bentuk butir
Yang khas pada batuan piroklastik adalah bentuk batuan yang runcing dan tajam yang disebut breksi dan bentuk batuan membundar yang disebut konglomerat.
2. Ukuran butir
Batas kisaran ukuran butir dan peristilahannya tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.5 Klasifikasi batuan piroklastik.
Ukuran butir Nama butiran (klastika) Nama batuan
∅> 64 mm Bom gunungapi
Blok/bongkah gunungapi
Aglomerat
Breksi piroklastik
2 – 64 mm Lapili Batulapili
1 – 2 mm Abu gunungapi kasar (pasir kasar) Tuf kasar
∅ < 1 mm Abu gunungapi halus Tuf halus
2.3.3 Struktur Batuan Piroklastik
Seperti halnya struktur batuan beku , pada batuan piroklastik juga dijumpai struktur seperti jointing, skoriaan, vesikuler, serta amygdaloidal.
1. Jointing : Batuan tampak mempunyai retakan. 2. Vesikuler : Pada batuan terdapat lubang gas
3. Skoriaan : Lubang-lubang tidak saling berhubungan 4. Pumisan : Lubang-lubang gas saling berhubungan
5. Aliran :Terdapat kenampakn aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas
6. Amigdaloidal : Lubang-lubang gas terisi oleh mineral sekunder.
2.3.4 Tipe Endapan Piroklastik Endapan piroklastik dibedakan atas :
1. Endapan Piroklastik yang Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated ) a. Bom Gunung Api
Bom adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm. Daerah ini sebagian atau semuanya berwujud plastik pada waktu tererupsi. Beberapa bomb mempunyai ukuran
yang sangat besar. b. Block Gunung Api
Block Gunung Api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Block-block ini selalu menyudut bentuknya atau equidimensional.
c. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuruan 2 mm-64 mm. Selain dari fragmen batuan , kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augti, olivine, plagioklas.
d. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-1/256 mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih dalam keadaan belum terkonsolidasi
2. Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated ) a. Breksi piroklastik
Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh block-block gunung api yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50% serta mengandung lebih kurang 25% lapili dan abu.
b. Aglomerat
Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material– material dengan kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api dimana kandungan lapili dan abu kurang dari 25%.
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili dengan ukuran 2-64 mm.
d. Tuff
Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi, dengan kandungan abu mencapai 75%. Contohnya tuff lapili, tuff aglomerat, tuff breksi piroklastik.
3. Endapan Piroklastik Jatuhan
a. Endapan Jatuhan (Pyroclastic Fall)
Endapan piroklastik jatuhan yaitu onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara . Endapan ini umumnya akan berlapis baik, dan pada lapisannya akan memperlihatkan struktur butiran bersusun.Endapan ini meliputi aglomerat, breksi, piroklastik, tuff dan
lapili.
b. Endapan Aliran ( Pyroclastic Flow)
Endapan piroklastik aliran yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan di suatu tempat. Hal ini meliputi hot avalanche, glowing avalanche, lava collapse ,hot ashes avalanche. Aliran umumnya berlangsung pada suhu tinggi antara 500°C-650°C dan temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi, sebab sifat-sifat endapan tersebut adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal dan bagian atasnya datar..
c. Endapan Surge (Pyroclastic Surge)
Endapan piroklsatik surge merupakan suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara trubulensi di atas permukaan. Umumnya endapan piroklastik surge mempunyai pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik. Endapan ini mempunyai strutur pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang paling khas dari endapan ini adalah mempunyai struktur silang siur, melensa dan
bersudaut kecil. Endapan surge umumnya kaya akan keratan batuan kristal.
2.4 IDENTIFIKASI BATUAN BEKU
Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara identifikasi yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan di lapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan di lapangan diikuti pengamatan contoh setangan. Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku fragmental dengan batuan beku non fragmental. Pada batuan beku fragmental identifikasi dititik beratkan pada struktur dan hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan-bahan piroklastik) sedangkan pada identifikasi batuan beku non
fragmental lebih dititik beratkan pada hubungan unit–unit pembentuk batuan yaitu Kristal-kristal mineral.
2.4.1 Deskripsi singkapan batuan beku.
Dalam melakukan deskripsi singkapan di lapangan ada beberapa hal yang harus diamati dan dicatat dalam buku catatan lapangan :
a. Menentukan lokasi pengamatan dengan tepat, memberi nomor lokasi pengamatan dan membuat deskripsi menyeluruh kenampakan yang teramati di lapangan dan membuat sketsa singkapan atau membuat foto singkapan.
b. Mengamati dan mencatat orientasi vein, kelompok-kelompok kekar yang ada.
c. Jika singkapan menunjukan kenampakan vein, apatit pegmatite, dykes atau kontak-kontak sederhana antara beberapa tipe batuan yang berbeda terutama di daerah dekat kontak dilakukan pengamatan orientasi baik linier atau krnampakan bidang serta kedudukannya.
d. Jika pada singkapan menunjukkan kenampakan banding atau laminasi batuan beku maka harus diamati dan diukur orientasi alami banding dan
laminasi tersebut serta pengamatan batas antara keduanya.
e. Membuat catatan detail dari pengamatan struktur, tekstur dan mineralogi serta penamaan batuan ( Brown, 1985 ).
2.4.2 Deskripsi Contoh Setangan
Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengan data pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data
tersebut akan saling melengkapi seperti berikut :
1. Pengamatan kenampakan lapuk dan warn segar batuan, kekerasan minera relatif baik yang telah mengalami pelapukan ataupun belum. Menidentifikasi mineral yang mengalami pelapukan dari warna hasil lapukannya.
2. Untuk menyimpan contoh data yang penting, dapat dilakukan analisa petrografi dengan membuat sayatan yang tipis pada bagian yang segar 3. Mengamati warna permukaan segar dan apabila mungkin membuat
estimasi mengenai color index.
4. Pengamatan butiran pada contoh setangan bila batuan afanitik, cacat tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsik atau mafik.
a. Amati hubungan antar mineral dan batuan yang memiliki kristal kasar sampai medium.
b. Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada batuan yang bertekstur porfiritik
c. Amati dan catat derajat homogenitas, layering , laminasi, aliran, banding, lubang gas, tekstur dan inklusi
d. Amati dan catat proporsi mineral-mineral yang berbeda dan deskripsi mineral yang berbeda seperti warna, kilap pecahan, belahan, kekerasan, ciri khas dan sebagainya.
e. Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan klasifikasi tertentu. Pada praktikum ini menggunakan klasifikasi Huang (1962).
2.4.3 Petrogenesa
Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskna seluruh aspek terbetuknya batuan dari asal usul atau sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga perubahan-perbahan (proses sekunder) pada batuan tersebut. Untuk batuan beku sebagai sumbernya adalah magma. Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadiandari pembentukan berbagai bentuk magma sampai denga terbentuknya berbagai bentuk batuan beku,
termasuk lokasi pembentukannya. Setelah batuan beku itu terbentuk, batuan itu kemudian mengalami proses sekunder, antara lain berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement ) dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimianya dapat berubah total dari batuan semula atau primernya.
Sejarah terbnetuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi, sehimgga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditujukan berdasarkan hasil-hasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas tertentu. Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, komposisi mineral dan komposisi lainnya.
Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengapa (Why) dan bagaimana ( How) terhadap data pemerian batuan. Misalnya, mengapa batuan beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler, sedangkan batuan beku dalam bertekstur kristalin dan berstruktur massif?, Mengapa basalt berwarna gelap sedangkan pegmatit berwarna cerah?, Bagaimana olivine terbentuk bersama kuarsa dan biotit di
dalam suatu batuan?, Bagaimana terbentuknya andesit dari basalt dan riolit? Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah kristalografi dan mineralogi, kuliah petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat menjelaskan petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan praktikum, berdasarkan data pemeriannya.
Berikut Adalah Deskripsi Batuan Beku
Pada Praktikum Petrologi Laboratorium
Petrologi Universitas Nusa Cendana
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Laporan Resmi Praktikum Petrologi Acara Batuan Beku
No. Urut : 3-04
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2012
Jenis Batuan : Batuan Beku Asam
Deskrpsi Batuan
Warna : Cerah-felsik
Struktur : Masif
Tekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (fanerik kasar 5-30 mm), kemas (subhedral), hubungan antar butir (hipidiomorfik granular)
Komposisi : Alkali feldspar (45%), kuarsa (20%), plagioklas (15%), hornblende
(12%), biotit (5%), muskovit (3%) Komposisi Mineral
Alkali Feldspar :warna merah jambu, tabular panjang, massif, kilap lemak,
penyebaran merata, kelimpahan 45%
Kuarsa : putih, transparan, kilap kaca, penyebaran merata, kelimpahan 20%
Plagioklas :warna abu-abu, prismatik panjang, massif, kilap kaca/lemak,
penyebaran merata, kelimpahan 15%
Hornblende : hitam, kilap arang, prismatik panjang, penyebaran merata,
kelimpahan 7%
Biotit : hitam,kilap kaca, penyebaran tidak merata, kelimpahan 5%
Muskovit : putih, kilap kaca, berlembar, penyebaran tidak merata, kelimpahan
3%
Nama Batuan : Granite (Huang, 1962)
Petrogenesa : Berdasarkan warna batuan yaitu cerah, maka batuan ini berasal dari
magma yang bersifat asam. Sedangkan dari teksturnya yang holokristalin, dan mempunyai ukuran butir fanerik kasar maka batuan ini termasuk batuan plutonik yang membeku di bawah permukaan bumi.
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Laporan Resmi Praktikum Petrologi Acara Batuan Beku
No. Urut : 3-04
Hari/Tanggal : Sabtu, 17 Maret 2012 Jenis Batuan : Batuan Beku Ultrabasa No. peraga : A35
Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE Nim : 1006102007
Deskrpsi Batuan
Warna : Gelap-Ultramafik Struktur : Masif
Tekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (fanerik sedang 1-5 mm), kemas (subhedral), hubungan antar butir (hipidiomorfik granular).
Komposisi : Olivin (50%), piroksen (45%), antigorite (3%), plagioklas (2%) Komposisi Mineral
Olivin : hijau c erah, kilap kaca, massif, ukuran 5-10 mm, penyebaran merata, kelimpahan 50%
Piroksen : hijau tua, kilap kaca, prismatik pendek, ukuran 3-8 mm, penyebaran merata, kelimpahan 45%
Antigorite :mineral penciri pada batuan beku ultrabasa, kilpa lemak, penyebaran merata, kelimpahan 3%
Plagioklas :abu-abu, kilap lemak, prismatik panjang, massif, penyebaran tidak merata, ukuran 1-2 mm, kelimpahan 2%
Nama Batuan : Peridotite (Huang, 1962)
Petrogenesa : Berdasarkan warna batuan yaitu gelap (ultramafik) serta adanya mineral penciri yaitu antigorit, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat ultrabasa. Berdasarkan tekstur batuan yang fanerik sedang maka batuan ini termasuk batuan beku dalam (intrusif/plutonik).
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Laporan Resmi Praktikum Petrologi Acara Batuan Beku
No. Urut : 3-04
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 Jenis Batuan : Batuan Beku Basa No. peraga :
Deskrpsi Batuan
Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE Nim : 1006102007
Warna : Gelap-mafik Struktur : Vesikular-skorian
Tekstur : Derajat kristalisasi (holokristalin), granularitas (afanitik) Komposisi :Didominasi oleh mineral-mineral mafik
Komposisi Mineral
Nama Batuan : Basalt Skoria (Huang, 1962)
Petrogenesa : Berdasarkan warna batuan yaitu gelap (mafik), maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat basa. Berdasarkan tekstur batuan yaitu afanitik maka batuan ini termasuk batuan
ekstrusif/volkanik
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
Laporan Resmi Praktikum Petrologi Acara Batuan Beku
No. Urut : 3-04
Hari/Tanggal : Selasa, 27 Maret 2012 Jenis Batuan : Batuan Beku Intermediet No. peraga : A19
Deskrpsi Batuan
Warna : Abu-abu
Struktur : Masif
Nama : GISELA EMANUELA NAPPOE Nim : 1006102007