• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Batuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Batuan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Batuan yang terdapat di permukaan bumi sangat bervariasi jenis dan kepadatannya. Batuan beku merupakan penyusun utama kerak bumi, tetapi batuan sedimen merupakan penyusun permukaan bumi yang paling luas penyebarannya secara horisontal. Penyebaran batuan metamorf tidak seluas batuan beku dan sedimen kerena batuan ini terbentuk jauh di bawah permukaan bumi dan hanya berhubungan dengan proses tektovulkanisme. Batuan terjadi dalam kondisi berbagai pembentukan. Lingkungan pembentukan batuan dipengaruhi oleh pH, komposisi magma asal (batuan beku), komposisi batuan asal (sedimen dan metamorf), temperatur pembentukan, proses dekomposisi (rekristalisasi, lithifikasi), tekanan dan waktu. Pembentukan dan penyebarannya di permukaan bumi memerlukan berbagai proses geologi. Batuan beku memerlukan proses tektovulkanisme, batuan sedimen proses sedimentasi dan tektonik, batuan metamorf proses pembebanan dan tektonik. Tekstur dan komposisi mineral batuan beku pada suatu daerah, dapat sama dan dapat berbeda, tergantung dari temperatur, larutan kimia (fluida), konsentrasi, komposisi host rock dan waktu pembentukannya (Browne, 1991 dalam Corbett dan Leach 1996).

Batuan Beku

Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma pada temperatur 600

o

C – 1500

o

C. Menurut Travis (1955), berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya, batuan beku dibagi atas:

1. Batuan beku ultra basa; dengan kandungan mineral: Olivin dan Ca- Plagioklas. Memberikan warna yang gelap. Contoh batuannya Peridotit.

2. Batuan beku basa; dengan kandungan mineral: Ca-Plagioklas, Piroksin.

Memberikan warna yang gelap. Contoh batuannya: Gabro dan Basalt.

3. Batuan beku intermediet; dengan kandungan mineral: Biotit, Ca – Na Plagioklas, Hornblende/Amfibol. Contoh batuannya: Diorit dan Andesit.

4. Batuan beku masam; dengan kandungan mineral: Kuarsa, K – Feldspar.

Memberikan warna yang terang. Contoh batuannya: Granit dan Riolit.

(2)

Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibagi atas:

1. Batuan beku luar/ekstrusif/eruptif (vulcanic rocks), memiliki tekstur holohialin.

2. Batuan beku korok/gang (hypabysal rocks), memiliki tekstur hipokristalin.

3. Batuan beku dalam/intrusif (plutonic rocks), memiliki tekstur holokristalin.

Tingkat pelapukan batuan beku dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan pembentukan dengan iklim (suhu) kepadatannya. Semakin berbeda lingkungan pembentukannya dengan lingkungan sekarang, akan semakin mudah lapuk.

Batuan beku yang bertekstur holohialin lebih mudah melapuk dibanding yang bersifat hipokristalin dan holokristalin.

Sistematika Mineral pada Batuan

Mineral-mineral penyusun batuan memiliki kesamaan fisik dan sifat fisik, sehingga memungkinkan dilakukan penggolongan. Penggolongan mineral ke dalam suatu sistematika dikemukakan oleh Berzellius berdasarkan kelompok anion dan kation yang sama dalam kelompok besar yang disebut kelas. Klasifikasi mineral berdasarkan kelas atau golongan terdiri dari golongan unsur, golongan oksida, golongan hidroksida, golongan sulfida, golongan halida, golongan karbonat, golongan sulfat, golongan fosfat dan golongan silikat. (Tan, 2003).

Golongan Karbonat

Mineral golongan karbonat dicirikan oleh kompleks anion CO

32-

. Mineral

karbonat yang penting dibagi atas tiga grup yaitu grup Kalsit, Aragonit dan

dolomit. Pada grup Kalsit, setiap atom O akan terikat pada dua atom Ca dan setiap

atom Ca akan terikat pada delapan atom O (Hurlbut and Klein, 1977). Kelarutan

mineral Kalsit bervariasi tergantung pada tekanan CO

2

dan konsentrasi H

+

dalam

larutan (Krauskopf, 1967 dalam Birkeland, 1974). Peningkatan tekanan CO

2

dan

konsentrasi ion H

+

akan meningkatkan laju peruraian Kalsit dan Aragonit serta

(CaMg)(CO

3

)

2

dari golongan Dolomit. Kalsium karbonat (CaCO

3

) berada dalam

bentuk (a) partikel dan fragmen yang berbeda dari bahan organik atau inorganik,

(b) material mikrokristalin yang terbentuk dari lumpur karbonat, (c) pengendapan

(3)

oleh proses inorganik yang tersementasi secara kasar atau halus (Brownlow, 1979).

Golongan Silikat

Silika merupakan penyusun utama kerak bumi (Holmes, 1964). Kombinasi silika dengan unsur lain membentuk golongan silikat. Mineral golongan silikat dikelompokkan berdasarkan perbandingan unsur silikon dan oksigen. Mineral silikat terbagi dua jenis, yaitu silikat primer dan mineral silikat sekunder (Loughnan, 1969). Mineral silikat primer adalah mineral silikat yang terbentuk dari hasil pembekuan magma, contohnya grup mineral Piroksin, sedangkan mineral silikat sekunder terbentuk dari hasil pelapukan batuan atau dari hasil ubahan mineral primer, contohnya grup mineral liat (clay).

Menurut Loughnan (1969) dalam struktur silikat, oksigen merupakan anion yang paling penting. Ikatan antara kation dan oksigen meningkat sesuai dengan jarak radius kation dan oksigen maka ikatan mineralnya akan semakin kuat.

Mineral silikat didominasi oleh unsur Si, Al dan O ditambah unsur-unsur lain seperti K, Na, Ca, Mg, Fe. Unsur Si dengan angka koordinasi empat akan berikatan dengan oksigen membentuk kisi tetrahedra SiO

4

. Kisi tetrahedra di dalam mineral akan membentuk rantai tetrahedra melalui penggunaan secara bersama atom oksigen pada sudut-sudutnya. Berdasarkan susunan SiO

4

di dalam struktur mineral, dikenal enam tipe silikat (Tan, 2003), yaitu:

1. Siklosilikat: lingkar tertutup atau lingkar ganda dari tetrahedra (SiO

3

, Si

2

O

5

). Struktur kelompok ini dicirikan oleh lingkaran heksagonal yang beranggota enam tetrahedra yang dihubungkan satu sama lain oleh kation seperti Mg, Na dan/atau Fe. Ikatan yang dihubungkan oleh kation tersebut merupakan titik lemah mineral Turmalin, namun karena banyaknya ikatan Si-O mineral ini relatif stabil.

2. Inosilikat: rantai tunggal atau ganda dari tetrahedra (SiO

3

, Si

4

O

11

).

Kelompok ini dalam strukturnya mempunyai silika rantai tunggal

(Piroksen) dan rantai ganda (Amfibol) dihubungkan satu sama lain oleh

ikatan Ca-O, Mg-O dan/atau Fe-O, mineral ini cenderung cepat terlapuk.

(4)

3. Nesosilikat: tetrahedra SiO

4

terpisah. Kelompok ini terdiri atas tetrahedra tunggal yang dihubungkan satu sama lain oleh ion Mg

2+

dan Fe

2+

. Ikatan Mg-O dan Fe-O merupakan ikatan yang lemah. Kepekaan mineral ini terhadap pelapukan bervariasi satu sama lain, misalnya Amfibol dan Olivin. Susunan atom oksigen yang padat misalnya pada atom zirkon mengakibatkan mineral ini relatif keras, sementara pada atom olivin susunan oksigennya relatif lebih renggang membuat mineral ini cepat terlapuk.

4. Filosilikat: lembar tetrahedra (Si

2

O

5

). Rangkaian lembar tetrahedra silika dengan oktahedra aluminiun melalui penggunaan secara bersama atom oksigen. Penghancuran mineral biasanya terjadi melalui pemaksa-pisahan ikatan Al-O dalam posisi tetrahedra dan oktahedra. Mineral Biotit dan Muskovit merupakan contoh dari kelompok ini.

5. Sorosilikat: dua atau lebih tetrahedra berangkai (Si

2

O

7

, Si

5

O

16

). Tetrahedra silika secara tersendiri dan yang terangkai terbentuk melalui penggunaan secara bersama atom oksigen. Mineral Epidot agak sukar terlapuk, namun subsitusi isomorfik membuat mineral ini peka terhadap pelapukan.

6. Tektosilikat: jaringan tetrahedra (SiO

2

). Mineral ini dianggap sebagai larutan padat dengan bentuk jaringan tetrahedra silika, yang celah- celahnya ditempati oleh Na, Ca dan sebagainya. Kerapatan susunan atom dalam strukturnya menyebabkan tingkat ketahanan bervariasi. Subsitusi Si oleh Al dalam menyebabkan mineral Plagioklas lebih lemah dari mineral K-Feldspar.

Lignit

Lignit dikenal dengan nama batubara muda, batubara coklat (brown coal)

dan leonardite (Karr, 2001). Lignit terbentuk dari proses akumulasi bahan organik

dalam jumlah yang berlebih, tergenang, mengalami dekomposisi dan

pengompakan (consolidated) (Lawson dan Stewart, 1989). Proses perubahan

material organik menjadi lignit terjadi melalui dua fase pembentukan. Fase

pertama adalah proses akumulasi bahan organik dalam lingkungan yang

tergenang. Kemudian oleh aktivitas mikroba, akumulasi bahan organik mengalami

proses dekomposisi (humifikasi). Dekomposisi bahan organik ini merupakan

(5)

proses pembentukan bahan gambut. Pada fase kedua, bahan gambut yang telah terbentuk mengalami proses penimbunan oleh material sedimen (sedimentasi), sehingga bahan gambut mengalami pemanasan hingga mencapai suhu ≥ 200

0

C.

Dari proses pematangan tersebut batubara diklasifikasikan menjadi 4 tingkatan (Sembiring 2006), yaitu:

1. Batubara antrasit, merupakan batubara yang tingkat kematangannya paling tinggi dan nilai kalorinya berada > 7100 kal/gram.

2. Batubara bituminous, memiliki nilai kalori 6100-7100 kal/gram.

3. Batubara sub bituminous, memiliki nilai kalori 5100-6100 kal/gram.

4. Batubara lignit, merupakan batubara yang tingkat kematangannya paling rendah dan memiliki nilai kalori < 5100 kal/gram.

Senyawa Humat

Bahan organik di dalam tanah sering dipisahkan menjadi bahan terhumifikasi dan tak terhumifikasi. Bahan-bahan tak terhumifikasi adalah senyawa-senyawa dalam tanaman dan organisme lain dengan karakteristik yang jelas seperti karbohidrat, asam amino, protein, lipid, asam nukleat dan lignin.

Tidak semua senyawa-senyawa tersebut terkena reaksi-reaksi degradasi dan

dekomposisi, ada yang dijerap oleh komponen anorganik tanah, seperti liat atau

senyawa-senyawa tersebut berada dalam kondisi anaerobik. Di dalam kondisi-

kondisi semacam ini, senyawa tersebut lebih terlindungi dari dekomposisi. Fraksi

terhumifiksai dikenal sebagai humus, atau sekarang lebih dikenal dengan senyawa

humat dan dianggap sebagai hasil akhir dekomposisi bahan tanaman di dalam

tanah (Tan, 2003). Istilah asam humat berasal dari Berzellius pada tahun 1830,

yang menggolongkan fraksi senyawa humat tanah ke dalam : (1) asam humat,

yakni fraksi yang larut dalam basa. (2) asam krenik dan apokrenik, yakni fraksi

yang larut dalam air, dan (3) humin, yakni bagian yang tidak dapat larut dan

lembam (inert). Oleh Mulder pada tahun 1840 asam humat disebut juga asam

ulmat, sedangkan humin disebut juga ulmin. Kemudian pada tahun 1912, Oden

mengusulkan penggunaan nama asam fulvat menggantikan istilah asam krenik

dan apokrenik. Kini senyawa-senyawa humat didefinisikan sebagai bahan

(6)

koloidal yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat hitam dan mempunyai berat molekul relatif lebih tinggi (Tan, 2003).

Senyawa humat tidak hanya di dalam tanah, tetapi juga terdapat di dalam batuan, endapan sedimen sungai, laut dan danau. Berdasarkan hal tersebut senyawa humat diklasifikasikan ke dalam 5 tipe (Tan, 2003), yaitu:

1. Senyawa humat yang berasal dari terrestrial atau tanah, dibedakan berdasarkan asal dari bahan organiknya; kayu daun jarum (softwood), kayu daun lebar (hardwood), rumput dan bambu.

2. Senyawa humat dari aquatic, merupakan senyawa humat yang berasal dari endapan sungai, laut dan danau, yang materialnya dapat berasal dari luar maupun dalam cekungan. Jika bahannya berasal dari luar cekungan, maka komposisi senyawa humatnya mirip dengan terrestrial.

3. Senyawa humat dari gambut atau endapan rawa.

4. Senyawa humat dari endapan geologi, berupa batubara dan serpih (shale).

5. Senyawa humat dari Anthropogenic; senyawa humat yang berasal dari aktivitas pertanian, industri, ternak, unggas dan sisa pembuangan (sampah).

Bahan-bahan humat mengandung sejumlah ragam gugus hidroksil, namun untuk karakterisasi asam humat umumnya hanya tiga jenis OH yang dibedakan (Tan, 2003), yaitu:

1. Hidroksil total adalah gugus OH yang berkaitan dengan semua gugus fungsional, seperti fenol, enol, hidrokuinon. Akan tetapi, dalam banyak kasus hidroksil total mengacu hanya pada jumlah gugus OH-fenolik dan alkoholik.

2. Gugus OH-fenolik adalah OH yang terikat pada lingkar benzena.

3. Gugus OH-alkoholik adalah OH yang berikatan dengan gugus alkoholik.

Peranan Senyawa Humat

Bahan-bahan humat mempunyai peranan yang sangat menguntungkan di

bidang pertanian. Bersama dengan liat tanah bahan-bahan humat mengandung

peranan penting atas sejumlah aktivitas kimia tanah. Mereka terlibat dalam reaksi

kompleks dan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung

(7)

maupun tidak langsung. Secara tidak langsung mereka diketahui memperbaiki kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Secara langsung, bahan-bahan humat dilaporkan merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap metabolisme dan terhadap sejumlah proses fisiologi lainnya. Senyawa humat juga berperan serta dalam pembentukan tanah dan memainkan peranan penting khususnya dalam translokasi atau mobilisasi lempung, aluminium dan besi yang menghasilkan perkembangan horizon spodik dan horizon argilik (Tan, 2003).

Asam Humat Lignit

Asam humat lignit bersifat lebih hydrophobic, mengalami kondensasi yang tinggi sehingga jumlah gugus rantai dan gugus fungsionalnya sedikit dengan kandungan hidrogen, oksigen dan nitrogen rendah (Francioso et al. 2003), serta kandungan alifatik dan C/N ratio yang tinggi (Zavodska dan Lesny, 2006).

Purifikasi garam humat akan menghasilkan senyawa humat dalam bentuk

asam humat. Asam humat mempengaruhi tingkat pelepasan hara dari mineral

tanah. Asam humat dapat memperbesar konsentrasi pelepasan hara kalium yang

terfiksasi oleh mineral illit dan montmorillonit (Tan, 2003). Senyawa humat yang

difraksionasi, utamanya dalam mencegah pemecahan hormon indoleacetic acid

(IAA) tanaman (Mato et al., 1971, 1972) dan meningkatkan serapan air (Piccolo

et al., 1993).

Referensi

Dokumen terkait

Batuan Metamorf (malihan), yaitu batuan beku atau sedimen yang mengalami perubahan, baik komposisi maupun sifatnyakarena disebabkan suhu dan tekanan yang

Akibat pengaruh suhu yang tinggi dari magma, tekanan yang besar dari lapisan sedimen di atasnya, dan waktu yang lama, kedua batuan tersebut berubah bentuk menjadi batuan metamorf

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui

#atuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asalnya masi&#34; bisa dikenali. #atuan yang #atuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asalnya masi&#34; bisa

Batuan beku adalah batuan hasil pendinginan dari magma (batu pijar), batuan sedimen adalah batuan berlapis hasil proses pengendapan berbagai partikel mineral

(3) Kelompok batuan beku intermediate (4) Kelompok batuan beku asam... Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat dibagi menjadi 3 jenis,

Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma  pembentuknya, kecuali untuk batuan

Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf, batuan ini terbentuk pada saat batuan